Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

122
METODE FITOKIMIA Tujuan : Dapat mengidentifikasikan awal tumbuh-tumbuhan yang mengandung senyawa kimia aktif dan mengetahui pereaksi spesifik serta cara pembuatannya. Hari / Tanggal : Rabu, 22 Maret 2006 Tempat : Laboratorium Kimia, FKIP UNLAM Banjarmasin I. TEORI DASAR Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan tumbuh- tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan senyawa fenolik. Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir semua jenis organisme, seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek

Transcript of Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Page 1: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

METODE FITOKIMIA

Tujuan : Dapat mengidentifikasikan awal tumbuh-tumbuhan yang mengandung

senyawa kimia aktif dan mengetahui pereaksi spesifik serta cara

pembuatannya.

Hari / Tanggal : Rabu, 22 Maret 2006

Tempat : Laboratorium Kimia, FKIP UNLAM Banjarmasin

I. TEORI DASAR

Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit sekunder.

Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan tumbuh-tumbuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal

serangan organisme lain atau sebagai penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok

senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan

senyawa fenolik.

Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir semua jenis

organisme, seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, binatang, serangga,

mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek farmakologi yang ditimbulkannya seperti

antikanker, anti-inflamasi dan anti-mikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.

Beberapa contoh alkaloid dapat dilihat pada gambar 1 berikut : NH

Sitisina

Strikhina

Page 2: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Koniina

Nikotina

Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh-

tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari tumbuh-

tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid

bagi tumbuhan ialah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur

kerja hormon.

Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam organik.

Adanya sifat basa ini, mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid dari komponen

lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid cenderung membentuk senyawa

kompleks dengan ion-ion logam berat yang tidak larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam

merancang cara uji yang cepat dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes

yang lazim digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.

Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang termasuk golongan

steroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan hormon. Struktur senyawa ini

pada dasarnya mempunyai cincin siklopentaperhidrofenantren.

NH

NMe

N

Page 3: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Triterpen dan Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu. Karena

keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi tumbuhan. Misalnya

cimigenol (Cimicuuga dehurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca), glychimizin (Glychimiza

uralensis) adalah senyawa bioaktif. Cimigenol telah dibuktikan mampu menurunkan kadar

kolesterol dan trigliserida dalam darah, diogenin meningkatkan eksresi kolesterol dari cairan

empedu dan glychimizin memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti anti-inflamasi,

antiviral dan antikanker.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :

Neraca analitik

Lumpang dan alu

Gelas kimia

Tabung reaksi

Hot plate

Termolin

Erlenmeyer

Pengangas air

Pipet tetes

Corong

Kaca arloji

Kertas saring

Chamber KLT

Batang pengaduk

Page 4: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Pisau

Plat tetes

Page 5: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

Buah mengkudu

Lidah buaya

Daun pepaya

Tanaman Kaki kuda (pegagan)

Tanaman Mahkota dewa

Bunga tapak dara

Tanaman temu ireng

Lada hitam

Anhidrida asetat

Aquadest

NaOH 1%

Kloroform

Kloroform-amonia

H2SO4 5%

Pereaksi Meyer

Perekasi Dragendorff

Kloroform-metanol

Etanol

H2SO4 pekat

HCl pekat

Bubuk Mg

III.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Identifikasi Alkaloid

2.1 Ekstraksi Alkaloid

Dua atau empat gram daun, buah atau kilit batang sampel dipotong-potong menjadi

potongan kecil dan digerus bersama-sama dengan kloroform (10 mL). Kemudian menambahkan

kloroform-amonia (10 mL) mengaduk dan menyaringnya ke dalam tabung reaksi. Ke dalam

ekstrak kloroform-amonia menambahkan ± 10 tetes larutan H2SO4 5%, mengocok dan

Page 6: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

membiarkan kedua lapisan memisah. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan

menempatkan pada 2 tabung reaksi.

2.2 Uji Alkaloid

Ke dalam salah satu ekstrak alkaloid dalam air, meneteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer.

Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi endapan putih atau kuning muda. Ke

dalam ekstrak lainnya, menambahkan pereaksi Dragendorff, pengujian positif akan ditunjukkan

dengan terjadinya endapan jingga. Sebagai standar digunakan larutan brusin 0,05% dalam HCl 2

N. endapan yang sangat banyak dapat dinyatakan sebagai (+++), endapan sedang (++) dan

endapan sedikit (+).

2.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, pipa kapiler, chamber KLT untuk

pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi) kloroform-metanol (8:2). Membuat garis

horizontal sekitar ½ cm dari batas bawah plat dan menandai dua titik pada garis tersebut.

Mengambil ekstrak alkaloid dalam kloroform dengan pipa kapiler dan menotolkannya pada plat

KLT. Elusi plat KLT yang telah mengandung pelarut kloroform-metanol (9:1) dan membiarkan

sampai posisi pelarut sampai batas teratas. Setelah selesai elusi, mengeluarkan plat KLT dari

dalam chamber dan membiarkan beberapa saat sampai plat kering. Menyemprot plat yang telah

dikembangkan dengan pereaksi semprot Dragendorff dan memanaskan hingga kering. Adanya

alkaloid akan ditunjukkan oleh noda pada plat yang berwarna jingga. Kemudian menentukan Rf

masing-masing noda.

Page 7: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

2. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin.

2.1 Ektraksi triterpen dan Steriod

Sekitar 5 gram buah, daun, kulit atau batang sampel, digerus dengan mortar dan hasil

gerusan dididihkan dalam labu erlenmeyer dengan etanol (25 mL, 15 menit) diatas penangas air.

Menyaring larutan etanol panas ke dalam cawan porselin dan menguapkan etanol hingga

diperoleh ekstrak yang kering. Ke dalam ekstrak kering menambahkan eter, mengaduk dan

memisahkan ekstrak yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan menempatkan ekstrak

eter ke dalam lubang-lubang plat tetes. Melakukan uji Liebermann-Burchart untuk masing-masing

ekstrak eter setelah kering.

2.2 Uji Liebermann-Burchard

Ke dalam ekstrak kering pada plat tetes, memasukkan beberapa tetes anhidrida asetat dan

mengaduk hingga merata. Meneteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat dan mengamati warna yang

terbentuk. Sebagai standar triterpenoid digunakan biji mahoni yang mengandung triterpenoid

0,05% (+++). Pembentukan warna ungu terang, merah, atau merah muda yang kuat untuk

triterpenoid dianggap (+++) dan terbentuk warna biru atau biru kehijauan untuk steroid sebagai

standar digunakan kolesterol 1 mg (+++), pembentukan warna tersebut yang tidak begitu kuat

dianggap (++) dan warna yang lemah sebagai (+).

2.3 Uji Busa dengan Metode Siemes

Page 8: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Bagian yang tidak larut dalam eter dari pengerjaan bagian 2.1 dimasukkan ke dalam tabung

dan menambahkan air 5 mL, mengocok kuat-kuat dan membiarkan busa yang terbentuk. Sebagai

standar digunakan daun lidah buaya dengan korelasi tinggi busa relatif terhadap kadar saponin

yaitu tinggi busa 3 cm sebagai (+++), antara 2-3 cm sebagai (++), tinggi busa sekitar 1-2 cm

sebagai (+) dan dinyatakan (-) bila tidak ada busa.

2.4 Analisis Kromatografi Lpis Tipis (KLT) Triterpen

Dalam percobaan ini digunakan ekstrak triterpen dalam diklorometan yang telah disediakan.

Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm. Pipa kapiler chamber KLT untuk

pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi) heksan-etil asetat (7:3). Membuat garis

horizontal sekitar ½ cm dari batas bawah plat dan menandai 2 titik pada garis tersebut.

Mengambil ekstrak triterpen dengan pipa kapiler dan menotolkan pada KLT (dengan sekecil

mungkin totolan). Melakukan hal yang sama untuk ekstra alkaloid di dalam chamber yang telah

mengandung pelarut heksan-etil asetat (7:3) dan membiarkan sampai posisi pelarut pada batas

teratas. Setelah selesai mengelusi, mengeluarkan plat KLT dari dalam chamber dan membiarkan

beberapa saat hingga plat kering. Menyemprotkan plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi

semprot LB disesuaikan (campuran H2SO4 pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL dan kloroform 50

mL), dan setelah itu memanaskan sekitar 85o-95oC selama 15 menit. Adanya triterpen akan

ditunjukkan oleh noda pada plat yang berwarna ungu atau biru. Menghitung Rf masing-masing

noda.

3. Uji Flavonoid

Page 9: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

3.1 Dengan pereaksi Shinoda

Sebanyak 0,5 gram serbuk sampel diekstrak dengan 5 mL etanol panas selama 5 menit

didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstrak disaring dan filtratnya ditambahkan

beberapa tetes HCl pekat lalu menambahkan 0,2 gram bubuk Mg. Bila timbul warna merah

muda atau orange menandakan sampel mengandung flavonoid.

3.2 Dengan NaOH 1%

Menambahkan 2 tetes NaOH 10% ke dalam ekstrak metanol yang diperoleh dengan cara

di atas. Adanya flavonoid perubahan warna kuning-merah.

V. HASIL PENGAMATAN

No sampel

Kandungan senyawa bahan alam

AlkaloidTriterpenoi

dSteroid Saponin

flavonoi

d

1

2

3

4

5

6

7

Buah

mengkudu

Lidah

buaya

Daun

pepaya

Kaki kuda

Mahkota

(+++)

(+++)

(+++)

(++)

(-)

(+++)

(+)

(+++)

(-)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+++)

(+++)

(-)

(-)

(+++)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(++)

(++)

(-)

(-)

(+)

Page 10: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

8 dewa

Daun

tapak dara

Temu ireng

Lada hitam

(+++) (+) (-) (-) (+)

Keterangan ;

(+++) : Kandungan kuat

(++) : Kandungan sedang

(+) : Kandungan sedikit

(-) : Tidak mengandung

No SampelHarga Rf hasil KLT

Alkaloid Triterpen/ steroid

1

2

3

4

5

6

7

Buah mengkudu

Lidah buaya

Daun pepaya

Kaki kuda

Mahkota dewa

Daun tapak dara

Temu ireng

0,96 cm

0,88 cm

0,57 cm

0,92 cm

-

0,22 cm

0,81 cm

0,85 cm

0,85 cm

Page 11: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

8 Lada hitam

VI. ANALISA DATA

1. Identifikasi Alkaloid

1.1 Ekstraksi Alkaloid

Bahan atau sampel yang di uji pada percobaan kali ini ialah buah mengkudu, daun lidah

buaya, daun pepaya, pegagan (kaki kuda), buah mahkota dewa, bung tapak dara, temu ireng

dan lada hitam.

Pada percobaan uji ekstrak alkaloid ini, masing-masing 4 ram sampel dipotong-potong

menjadi kecil dan digerus hingga menghalus. Setelah itu, menambahkan kloroform pada

gerusan, kemudian ditambahkan lagi kloroform-amoniak, mengaduknya dan menyaring ke

dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 10 tetes larutan H2SO4 5% maka akan

menghasilkan 2 lapisan larutan, dimana lapisan atas merupakan lapisan air dan lapisan bawah

merupakan ekstrak alkaloid. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur

yang disebabkan perbedaan kepolaran.

1.2 Uji Alkaloid

Pada saat melakukan uji alkaloid, ke dalam masing-masing tabung yang berisi ekstrak

alkaloid, diteteskan pereaksi Meyer sebanyak 2 tetes. Pereaksi Meyer merupakan pereaksi /

reagent yang digunakan untuk menguji adanya alkaloid dalam sampel (tanaman). Pereaksi

Page 12: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Meyer merupakan campuran dari pengenceran 1,36 gram HgCl2 dalam 60 mL aquadest dan 5

gram KI dalam 10 mL aquadest.

Untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid pada sampel, maka pada saat penambahan

pereaksi Meyer akan terbentuk endapan putih atau kuning muda. Untuk sampel buah mengkudu,

lidah buaya, daun pepaya, bunga tapak dara dan lada hitam memiliki kandungan alkaloid yang

banyak. Hal ini terlihat adanya endapan putih saat penambahan pereaksi Meyer. Sedangkan

sampel tanaman kaki kuda hanya mengandung alkaloid yang tidak terlalu banyak (sedang) dan

sampel temu ireng mengandung paling sedikit alkaloid.

Selain pereaksi Meyer, ada pereaksi lain untuk mendeteksi adanya alkaloid pada tanaman

yaitu pereaksi Dragendoff. Pereaksi ini diperoleh dengan cara mencampurkan hasil pengenceran

dari 8 gram KI dalam 10 mL aquadest dan 0,85 gram Bismut subnitran [BiNO3(OH)2BiO(OH)]

dalam 10 mL asam asetat glasial, kemudian campuran ini diencerkan dengan aquadest hingga

volume total 100 mL.

Penambahan perekasi dragendorff pada sampel bila menghasilkan endapan berwarna

jingga, itu berarti sampel mengandung alkaloid. Endapan ini terlihat sangat banyak pada

tanaman (sampel) buah mengkudu, lidah buaya,daun pepaya, bunga tapak dara dan pada lada

hitam. Pada tanaman kaki kuda, endapan jingganya tidak terlalu banyak (sedang), sedangkan

pada temu ireng hanya ditemukan sedikit endapan. Pada percobaan uji alkaloid ini, hanya

sampel mahkota dewa saja yang tidak ada kandungan alkaloidnya. Hal itu terbukti saat

menambahkan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Meyer, pada sampel tidak terbentuk endapan

putih maupun endapan jingga.

Page 13: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya

terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Adanya senyawa ini didalam tanaman

berperan sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja

hormon.

Secara kimia, alkaloid sangat heterogen dan banyak jenisnya sehingga agak sukar untuk

mengidentifikasinya dari satu tumbuhan batu tanpa mengetahui kira-kira jenis alkaloid yang

dikandungnya.

1.3 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Kromatografi lapis tipis atau KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga

merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap dilapisi air dari udara. Metode

penampakan bercak terhadap alkaloid dilakukan dengan pereaksi pengendapan maupun

pereaksi warna. Pereaksi pengendapan didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung

dengan logam yang mempunyai berat atom tinggi, seperti merkuri, bismut, tungsten dan iod.

Pereaksi Meyer mengandung Kalium Iodida dan merkuri klorida, sedangkan pereaksi Dragendorff

mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.

Pereaksi dragendorff merupakan pereaksi bercak atau noda yang paling sering digunakan.

Sebagian besar alkaloid yang mengandung nitrogen tersier dan kuartener bereaksi dengan

pereaksi Dragendorff yang memberikan warna jingga. Sensitifitas deteksi dengan pereaksi

Dragendorff pada KLT adalah 0,5-3µg.

Page 14: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Pada percobaan kromatografi lapis tipis ini, yang bersifat sebagai fase diam adalah

aluminium silika gel pada plat KLT dan fase geraknya adalah kloroform-metanol. Proses

percobaan KLT ini pertama-tama mengambil ekstrak alkaloid dalam kloroform dengan

menggunakan pipa kapiler kemudian menotolkannya pada plat KLT dan langsung

memasukkannya ke dalam chamber. Pada chamber (bejana pengembang) tersebut diberi kertas

saring pada sisi dinding bejana dan fase gerak (kloroform-metanol) sampai kedalaman 0,5 cm

supaya kedapat-ulangannya baik, jarak antara permukaan fase gerak dan garis batas harus

sama (1-2 cm). Harga Rf sering tidak sama karena perbedaan kejenuhan.

Setelah dielusi, plat KLT dikeluarkan dari chamber dan membiarkan beberapa saat hingga

plat kering. Setelah plat kering, maka disemprotkan pereaksi Dragendorff pada plat tersebut.

Pereaksi Dragendorff memberikan warna cokelat atau orange dengan alkaloid. Pada KLT, warna

itu akan segera muncul selama penyemprotan dan warna tidak stabil. Adanya alkaloid akan

ditunjukkan dengan adanya bercak atau noda yang berwarna orange.

Pada percobaan meggunakan KLT, diperoleh harga Rf dari masing-masing sampel, sebagai

berikut :

1. Buah mengkudu

Rf = = = 0,96

2. Lidah Buaya

Rf = = = 0,89

Jn Jp

6,3 6,5

Jn Jp

5,8 6,5

Page 15: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

3. Tapak Dara

Rf = = = 0,22

4. Daun Pepaya

Rf = = = 0,57

5. Pegagan

Rf = = = 0,92

6. Lada Hitam

Rf = = = 0,85

7. Temu Ireng

Rf = = = 0,8

Jn Jp

3 3,5

Jn Jp

3,7 6,5

Jn Jp

Jn Jp

6 6,5

5,36,5

Jn Jp

5,5 Jp

Page 16: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Keterangan :

Rf : Faktor Retensi yaitu derajat retensi pada kromatografi lempeng.

Jn : Jarak noda / jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jp : Jarak Pelarut

2. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin

2.1 Ekstraksi triterpen dan Steroid

Antara triterpen dan steroid terdapat kesamaan yaitu sistem umum titian. Adanya

triterpen dalam tanaman ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang, merah dan merah

muda yang kuat. Sedangkan untuk steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru atau biru

kehijauan.

Dari berbagai macam perlakuan pada sampel tanaman ekstraksi ini dilakukan untuk

mengambil senyawa yang diinginkan dari sampel. Adapun penggunaan pelarut etanol dan

dilakukan pendidihan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses ekstraksi dan penyaringan

dilakukan untuk memisahkan ekstrak tanaman tersebut dari bagian padatnya.

Proses penguapan dapat membantu agar pelarut etanol menguap sehingga terpisah

dan tidak teridentifikasi pada pengujian senyawa.

2.2 Uji Liebermann-Burchart

Page 17: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan triterpen dan steroid pada

tanaman yang akan diujikan . Triterpen dan steroid merupakan salah satu pembentukkan

jaringan dalam biosintesisnya sama – sama berasal dari koenzim asetil yang melalui banyak

tahapan akan terbentuk triterpen dan steroid. Jalur biosintetik itu ialah sebagai berikut :

banyak tahapan - H2O

- CO2

Asetil Koenzim A

Asam mevalonat

Tarnesol

Ke terpena & steroid yang lebih tinggi

Alkohol isopentenil

Page 18: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Adanya warna yang nampak pada triterpena yaitu warna ungu terang, merah atau merah muda

kuat dan steroid yaitu warna biru, karena adanya rantai jenuh sehingga ketika ditambahkan larutan atau

pereaksi Liebermann – Burchard menghasilkan warna tertentu.

Sampel yang mengandung triterpen ialah buah mengkudu ( kandungan triterpennya kuat yaitu

menghasilkan warna merah), daun pepaya, mahkota dewa, temu ireng dan lada hitam mengandung

sedikit triterpenoid. Triterpen tersusun atas isoprene “ kepala dan ekor “ dimana pada bagian ujung

terdapat cabang metil.

Rumus umum terpenoid :

CH3

Triterpen terbentuk dari 6 satuan isoprene yang rumusnya CH2= C-CH=CH2

Senyawa triterpen banyak diantaranya terdapat sebagai glikosida,ester dari asam organik dan

terdapat / terikat pada protein. Komposisi senyawa ini merupakan kelipatan satuan lima atom

karbon dan mempunyai kerangka isopentil. Triterpen larut dalam lemak dan terdapat dalam

sitoplasma sel tumbuhan. Keisomeran merupakan hal yang umum pada triterpen dan pasangan

CH2OH

Page 19: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

isomer dapat terisolasi dari tumbuhan. Kebanyakan senyawa terpen merupakan senyawa

alisiklik, cincin sikloheksan biasanya terpilin dalam bentuk kursi. Maka umumnya terdapat

isomer geometrik yang berbeda tergantung pada cincinnya.

Steroid adalah senyawa yang mempunyai kerangka dasar karbon yang mengandung sistem

cincin terdiri dari 4 buah cincin dari 14 atom karbon. Termasuk gabungan ini adalah steroid,

sapogenin dan hormone. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin

siklohidrofenantren.

Dari percobaan yang dilakukan ternyata lidah buaya, daun papaya dan daun tapak dara

mengandung steroid. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna biru kehijauan pada larutan

ketika ditambahkan pereaksi Liebermann – Burchard.

2.3 Uji Busa Dengan Metode Siemes

Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan saponin

pada sampel (tanaman). Terbentuknya busa putih disebabkan saponin adalah kelompok

glikosida dengan 1 triterpenoid. Saponin mirip dengan sabun yang relatif stabil jika dikocok

saponin akan mudah tersuspensi dalam air dan membentuk misel.

Rumus umum saponin ialah :

Page 20: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

CH3

O

Gula

Berdasarkan sifat senyawa saponin yang melalui hidrolisis alkalis akan menghasilkan

sabun dan berlawanan dengan sifat senyawa triterpen dan steroid maka lidah buaya, temu

ireng, dan daun pegagan mengandung saponin sedangkan pada mengkudu, lada hitam daun

papaya dan daun tapak dara tidak mengandung saponin karena dari pengujian menghasilkan

pengujian negatif.

2.4 Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Triterpen

Dalam percobaan KLT ini, yang berperan sebagai fase diam adalah plat KLT aluminium

silika gel ukuran 2 x 7 cm, dan fase geraknya ialah heksan – etil asetat. Pada uji KLT triterpen

ini ternyata dapat dilihat bahwa daun papaya mengandung triterpen hal ini terlihat dengan

adanya noda biru pada plat KLT.

Harga Rf dari daun pepaya adalah

Page 21: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Rf = = = 0,85

Sedangkan pada lidah buaya, tidak terdapat triterpen karena tidak terlihat noda biru.

Analisis ini hanya untuk senyawa yang mengandung triterpen.

3. Uji Flavonoid

Flavonoid mengandung C–15 terdiri dari 2 inti fenolat yang dihubungkan oleh tiga satuan

karbon. Gambar kerangka dasar flavonoid :

C C C

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi yang terdapat pada tumbuhan

dalam bentuk kombinasi glikosida dan flavonoid terdapat pada tumbuhan berpembuluh.

3.1 Dengan pereaksi Shinoda

Adanya flavonoid dalam jaringan tumbuhan dinyatakan dengan adanya warna larutan

yang berubah menjadi merah, merah muda atau orange. Warna ini merupakan warna yang

diserap oleh tumbuhan dan dipancarkan ketika ada pelarut tertentu yang ditambahkan.

Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pembentuk jaringan tumbuhan.

Strukturnya ialah :

JnJp

5,56,5

Page 22: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

C3

C2

C1

1,3 diaril propen

Dalam percobaan ini sampel tumbuhan / tanaman dihaluskan dan diekstrak dengan

etanol panas selama 5 menit, kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan larutan HCI pekat

yang akan memberikan suasana asam pada filtrat. Serbuk Mg ditambahkan sebagai indikator

warna pada larutan. Dari ke 8 sampel, ternyata daun pepaya, pegagan, temu ireng dan lada

hitam yang mengandung flavonoid. Terbukti dengan adanya warna merah kekuningan pada

larutan saat ditambahkan serbuk Mg.

3.2 Dengan NaOH 10%

Pada percobaan ini, ekstrak etanol yang telah diperoleh ditambahkan dengan larutan

NaOH, ternyata daun pepaya, pegagan, temu ireng dan lada hitam yang merupakan sampel

yang mengandung flavonoid. Hal ini terlihat adanya warna orange pada larutan.

Flavonoid berupa senyawa fenol oleh karena itu warnanya berubah menjadi orange

ketika ditambahkan NaOH (basa).

VII. KESIMPULAN

Page 23: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

VIII. SARAN-SARAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TINJAUAN PUSTAKA

Page 24: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali

memanjat dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan beberapa nama antara lain

piper, lada, merica, dan sakang. Dari perlakuan terhadap buah lada dapat diperoleh lada hitam atau

lada putih. Lada hitam di peroleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya

hingga kulitnya berkeriput dan berwarna hitam .Lada putih berasal dari buah yang masak dan kulitnya

sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih (Anwar,dkk.1994).

Berdasarkan sistem klasifikasi dari Cronquist dalam Pasuki (1994), klasifikasi tanaman lada

adalah sebagai berikut:

Divisi : Magndrophyta.

Kelas : Magnolipisida.

Anak Kelas : Magnolidae.

Bangsa : Piperales.

Suku : Piperaceae.

Marga : Piper.

Spesies : Piper Ningrum L.

Piperin (1–piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin

berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,50C, merupakan basa yang tidak optis

aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air (Anwar,dkk.1994).

Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada hitam

maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe jawa. Kandungan piperin

biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar,dkk.1994).

Page 25: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Struktur piperin adalah sebagai berikut :

Piperin dapat mengalami fotoisomerisasi oleh sinar membentuk isomer isochavisin (trans-cis), isopiperin

(cis-trans), chavisin (cis-cis) dan piperin (trans-trans) (Anwar,dkk.1994).

O

O

H

H

H

O N

O

O

H

H

H

H

O N

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

Page 26: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Piperin merupakan amida (R-CONH2). Reaksi hidrolisis amida dapat dilakukan baik dalam suasana

asam maupun basa. Dalam kedua kondisi ini, asam dan basa berfungsi sebagai pereaksi dan bukan

sebagai katalis. Dalam suasana asam, terjadi penyerangan air terhadap amida sedangkan dalam suasana

basa terjadi penyerangan ion hidroksil terhadap atom karbon karbonil amida (Anwar,dkk.1994).

Reaksi hidrolisis amida dalam suasana basa dapat digambarkan sebagai berikut:

+ -OH R – C – OH + NH3

O-

O-

Isochavisin Isopiperin

O

H

H

O

H

H NChavisin

O

H

HH

O

H N

O

Piperin

NH2

R - CO R - C

O

NH2

Page 27: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Reaksi dalam suasana asam dapat digambarkan sebagai berikut:

+ H+ + H2O R- C – +OH2

+ NH4+

Hidrolisis piperin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan 10% KOH-Etanol menjadi asam

piperat. Reaksi hidrolisis piperin dapat digambarkan sebagai berikut (Anwar,dkk.1994):

R - CO

NH2

R - C

+OH

NH2 NH2

OH

R - CO

O-

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

KOH

CH3OH

Piperin

Page 28: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Oksidasi asam piperat dengan memutuskan ikatan rangkap di dekat cincin akan menghasilkan senyawa piperonal yang merupakan bahan dasar pembuatan parfum (Anwar,dkk.1994).

+ +

N

H

Piperidin

+

Asam Piperat

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

KMnO4

COOH

COOH

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

H2CCHO

O

O

H2CCOOH

O

O

Page 29: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

1.1 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memisahkan piperin dari lada hitam dan menghidrolisis

piperin tersebut.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode eksperimen dan dianalisis

menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang di gunakan antara lain :

Asam Oksalat Asam PiperonilatPiperonal

Page 30: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

a. Rangkaian Alat refluks

b. Gelas Ukur (100 mL dan 10 mL)

c. Gelas Kimia (250 mL)

d. Corong Biasa (kecil dan besar)

e. Kertas Saring Biasa

f. Corong Buchner

g. Rotary Evaporator

h. Pipet Tetes

i. Pengaduk Magnet (kecil)

j. Neraca Analitik

k. Kaca Arloji

l. Hot Plate

m. Cawan Penguap

n. Alat Ekstraksi Sokhlet

o. Sendok (plastik)

p. Penangas Minyak ( )

q. Spatula (kaca)

r. Benang ketapi (secukupnya)

Page 31: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Bahan-bahan yang di gunakan antara lain:

Serbuk lada hitam 80 gram

KOH etanol 10% (50 mL)

Etanol 95% (teknis, secukupnya)

Air Panas (10 mL)

HCl 6 M (6 mL)

Batu Didih (6 Butir)

Vaselin (secukupnya)

Arang Aktif (0,1 gram)

Minyak Goreng ( )

Etanol Absolut (250 mL)

Kapas ( 2 Buah)

2.3 Cara Kerja

Pemisahan Piperin Dari Lada Hitam

Membersihkan lada hitam perdagangan dari kotoran dan mengeringkan kemudian melakukan penggilingan sampai menjadi

serbuk lada.

Membungkus 80 gram serbuk lada dengan kertas saring dan memasukkan ke dalam alat sokhlet.

Melakukan ekstraksi selama 5 jam dengan menggunakan pelarut etanol absolut.

Menyaring ekstraktan dan melakukan evaporasi untuk memisahkan pelarut etanol.

Page 32: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Memasukkan 30 mL larutan 10% KOH-etanol ke dalam residu dan melakukan penyaringan.

Mendiamkan larutan basa etanol 1 malam kemudian memisahkan kristal yang terbentuk dari larutannya.

Melakukan rekristalisasi dengan pelarut etanol 95% teknis.

Menimbang kristal yang dihasilkan.

Hidrolisis Piperin

Melakukan refluks 1 gram piperin dan 20 ml larutan 10% KOH-Etanol selama 3 jam.

Melakukan penguapan Etanol, mensuspensikan residu dengan air panas dan menetralkan dengan HCl 6 M.

Menyaring larutan dengan penyaring buchner kemudian mencuci padatan dengan air dingin.

Mengrekristalisasi padatan dengan pelarut etanol sampai mendapatkan titik leleh yang konstan.

Page 33: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

Memasukkan serbuk lada hitam ke dalam

kertas saring yang dibulatkan kemudian

memasukkan ke dalam sokhlet.

Melakukan proses ekstraksi menggunakan

sokhlet dengan penangas minyak.

Siklus terbentuknya larutan hijau

kekuningan adalah siklus:

1

2

3

4

5

6

7

8

Serbuk lada hitam yang digunakan

sebanyak 80 gram.

Larutan lada hitam berwarna hijau

kekuningan.

23 menit

37 menit

45 menit

53 menit

59 menit

65 menit

72 menit

79 menit

85 menit

Page 34: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

93 menit

99 menit

106 menit

112 menit

119 menit

126 menit

132 menit

137 menit

146 menit

153 menit

166 menit

173 menit

180 menit

186 menit

192 menit

198 menit

203 menit

211 menit

217 menit

224 menit

229 menit

Page 35: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

30

31

32

33

Melakukan evaporasi

Larutan lada hitam + 30 mL KOH-Etanol

10% kemudian Menyaringnya

Mendiamkan selama 1 malam kemudian

menyaring larutan.

Kristal + 30 mL etanol.

Memanaskan.

Menyaring dengan corong Buchner +

Labu penghisap.

Mendinginkan larutan dengan es batu.

Mendiamkan selama 1 malam dalam

lemari es.

Menimbang

236 menit

242 menit

249 menit

262 menit

Diperoleh pelarut etanol bening dan larutan lada hitam berwarna hijau lumut.

Larutan coklat kehitaman dan Filtrat

berwarna cokelat dan terdapat endapan

setelah disaring.

Ada endapan cokelat berbentuk kristal jarum bening.

Kristal melarut.

Sebagian pelarut menguap.

Larutannya berwarna lebih bening dari

sebelumnya.

Mulai terbentuk sedikit endapan dalam

larutan.

Terbentuk kristal kuning kecoklatan

berbentuk jarum.

Massa kristal: 1,273 gram.

Page 36: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

B. Hidrolisis Piperin

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

1 gram piperin + 20 mL larutan 10%

KOH-etanol

Merefluks selama 3 jam dengan alat

refluks + batu didih + batang magnetik

Melakukan evaporasi.

Memanaskan

Menetralkan dengan HCl 6 M.

Warna larutan hijau kekuning-kuningan

Menghasilkan larutan + residu berwarna

hijau muda. Larutannya menjadi

homogen.

Etanol terpisah dari larutan awal. pH

residu yang terpisah dari etanol adalah

14.

pH = 13

1 tetes pH = 13

2 tetes pH = 13

4 tetes pH = 13

6 tetes pH = 13

10 tetes pH = 13

15 tetes pH = 13

20 tetes pH = 13

25 tetes pH = 13

30 tetes pH = 13

Page 37: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Menyaring dengan corong Buchner

Mencuci padatan kemudian

mengrekistalisasi dengan pelarut etanol,

mengeringkan dan menimbang padatan.

35 tetes pH = 4

Padatan yang dihasilkan berwarna

kuning muda.

Massa kristal : 1,04 gram.

3.2 Pembahasan

A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

Pada percobaan ini, lada hitam yang sudah berbentuk serbuk sebanyak 80 gram dimasukkan ke dalam kertas saring yang

dibulatkan / dibentuk sedemikian rupa agar dapat masuk ke dalam alat ekstraksi sokhlet. Serbuk ini dimasukkan ke dalam kertas

saring dan diikat dengan benang agar serbuk tidak pecah/keluar dari kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung.

Setelah itu, memasukkan kertas saring yang berisi serbuk lada hitam ke dalam alat sokhlet (adaptor) kemudian memasukkan

250 mL etanol absolut ke dalam labu bundar (labu penguapan) dan merangkai alat sokhlet tersebut serta melakukan proses ekstraksi

selama 4 jam 22 menit. Pada proses ekstraksi ini menggunakan pelarut etanol karena sampel piperin dapat larut dalam pelarut ini

selain eter dan benzena. Juga menggunakan penangas minyak karena suhu yang diperlukan untuk mendapatkan piperin cukup tinggi

(lebih dari 1000C). Dalam percobaan / proses ekstraksi ini juga digunakan batu didih yang digunakan untuk menjaga tekanan dan

suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses ini berlangsung.

Proses yang terjadi selama berada dalam sokhlet adalah pelarut etanol yang berada dalam labu didih tersebut mengalami

pemanasan kemudian didinginkan menggunakan kondensor yang berupa pendingin bola yang menyebabkan aliran uap lebih turbulen

sehingga efek pendinginan semakin baik. Uap tadi kemudian mengembun dan bila volumenya mencukupi, pelarut etanol yang telah

Page 38: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

membawa solut akan keluar melalui pipa kecil ke dalam labu. Proses ini berlangsung secara terus menerus/kontinu

(Anwar,dkk.1994).

Dalam proses pada alat sokhlet ini mengalami 33 siklus yang kontinu dan menghasilkan larutan lada hitam atau ekstraktan

yang berwarna hijau kekuningan. Setelah itu, ekstraktan tadi melalui proses evaporasi yang bertujuan untuk memisahkan pelarut

etanol dari zat terlarut (ekstraktan dari lada hitam) yang berwarna hijau lumut. Pada proses ini dihasilkan pelarut etanol kembali yang

bening.

Larutan lada hitam (ekstraktan) ditambahkan dengan 30 mL larutan KOH-Etanol 10% menghasilkan larutan yang berwarna

cokelat kehitaman. Dengan penambahan ini maka piperin yang dihasilkan terhidrolisis menjadi asam piperat meskipun larutan

ekstraktan tadi belum murni piprin karena masih mengandung zat pengotor.

Setelah itu, menyaring menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat yang berwarna cokelat dan endapan (sedikit)

berwarna hijau kekuningan namun masih belum murni. Kemudian mendiamkan kembali selama 1 malam ternyata endapan yang

dihasilkan berwarna cokelat dan berbentuk kristal jarum bening. Hal ini membuktikan bahwa pengendapan telah sempurna.

Kristal yang telah berhasil diperoleh tadi direkristalisasi untuk mendapatkan kristal yang lebih murni. Pemurnian

padatan/kristal dengan rekristalisasi ini didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran tertentu.

Rekristalisasi ini dilakukan menggunakan pelarut etanol, ternyata kristal yang dihasilkan tadi melarut dalam etanol kemudian

memanaskan larutan menggunakan cawan penguap sehingga sebagian pelarut menguap. Setelah itu, menyaring larutan panas dari

partikel bahan tak terlarut menggunakan corong buchner maka larutannya berwarna lebih bening dari sebelumnya. Hal ini dilakukan

karena kristal yang dihasilkan sangat halus.

Mendinginkan larutan dengan mendiamkannya di dalam es batu ternyata mulai terbentuk sedikit endapan dalam larutan dan setelah

mendiamkan selama 1 malam dalam lemari es terbentuk kristal berwarna kuning kecoklatan berbentuk jarum

yang dinamakan piperin sebanyak 1,273 gram.

Page 39: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Didalam proses rekristalisasi ini, juga menggunakan karbon aktif sebanyak 0,1 gram. Hal ini dikarenakan hasil suatu reaksi

organik dapat mengandung pengotor berwarna yang dapat dillihat dari warna larutan tempat kristal tersebut melarut.

Pada rekristalisasi ini, pengotor ini bisa larut dalam pelarut mendidih dan sebagian di serap oleh kristal dan sebagian yang

lain memisah pada pendinginan. Pengotor ini dapat dipisahkan dengan mendidihkan zat dalam larutan dan sedikit arang aktif. Arang

aktif menyerap zat pengotor berwarna dan filtrat biasanya bebas dan oleh sebab itu terjadi kristal murni. Hal ini dapat dilihat dari

warna larutan yang agak bening dibandingkan sebelumnya setelah proses pelarutan dengan etanol dan arang aktif melalui pemanasan.

Berdasarkan hasil percobaan, kristal yang diperoleh dari 80 gram lada hitam adalah 1,273 gram kristal piperin atau 1,59 %.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada hitan sebanyak 5-92 %. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya waktu yang digunakan selama proses ekstraksi menggunakan sokhlet selama 4 jam 22 menit yang

seharusnya adalah 5 jam sehingga pemisahan piperin belum benar-benar sempurna sehingga ekstrak piperin yang diperoleh masih

sedikit.

Berdasarkan hasil persentasi diatas maka percobaan ini dapat dikatakan kurang berhasil, namun piperin yang dihasilkan

sebanyak 1,273 gram tersebut sudah mencukupi untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses hidrolisis.

B. Hidrolisis Piperin

Pada percobaan ini dilakukan proses hidrolisis terhadap senyawa piperin yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Pada

percobaan sebelumnya dihasilkan senyawa piperin sebanyak 1,273 gram kemudian diambil sebanyak 1 gram untuk dihidrolisis.

Pada proses hidrolisis piperin ini, piperin direaksikan dengan larutan KOH-Etanol 10% sebanyak 20 mL menghasilkan

larutan berwarna. Hal ini merupakan proses hidrolisis piperin dalam suasana basa.

Page 40: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

+ +

Seperti pada reaksi diatas hidrolisis piperin menghasilkan senyawa piperidin dan asam piperat yang merupakan asam

karboksilat. Reaksi hidrolisis ini berlangsung lebih sempurna setelah melalui proses pengrefluksan dengan pemanasan selama 3 jam.

N

H

Piperidin

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

Asam Piperat

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

KOH

CH3OH

Piperin

Page 41: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Adapun tahapan reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut:

HO- +

+

Dari tahapan-tahapan reaksi ini terlihat bahwa dalam suasana basa terjadi penyerangan ion hidroksil (OH-) terhadap atom

karbon karbonil amida dan dalam kondisi ini, basa berfungsi sebagai pereaksi atau reaktan dan bukan sebagai katalis.

C

ON CH

N HC

HC

CHON

ON

CH2

C

ON CH

N HC

HC

CHON

ON

CH2

HO-

C

O

CH

HC

HC

CHO

O

CH2

N

H

PiperidinAsam Piperat

-O

Page 42: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Dalam proses pengrefluksan ini digunakan juga batu didih dan pengaduk magnetik. Batu didih berfungsi untuk menjaga

suhu dan tekanan dalam ruang alat refluks agar tetap konstan / stabil sehingga tidak terjadi letupan-letupan pada saat reaksi

berlangsung. Sedangkan pengaduk magnetik berfungsi untuk mengaduk larutan agar kedua pereaksi dapat bertumbukan lebih cepat

sehingga reaksi hidrolisis piperin ini dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna.

Proses pengrefluksan ini bertujuan agar senyawa yang stabil tidak keluar dari sistem dan pereaksinya dapat bereaksi secara

sempurna. Setelah pengrefluksan selama 3 jam, melakukan penguapan menggunakan evaporasi sehingga pelarut etanol terpisah dari

larutannya kemudian mensuspensikan residu dengan air panas. Hal ini dilakukan untuk mencuci residu (hidrolisat) dan

menghilangkan partikel-partikel zat lain yang masih terdapat didalamnya. Setelah itu, menetralkannya dengan larutan HCl 6 M

karena hidrolisis ini berlangsung dalam keadaan basa. Jadi, harus dinetralkan. pH residu yang terpisah dari etanol adalah 14. Ini

menunjukkan bahwa zat tersebut bersifat basa kuat yang merupakan piperidin. Sebelum menetralkan tersebut dilakukan pemanasan

terlebih dahulu menghasilkan pH larutan sebesar 13 kemudian penetralan dengan HCl tetes demi tetes. Pada tetesan 1 sampai tetesan

ke 30 pH larutan tetap 13, namun pada saat 35 tetes HCl 6 M yang ditambahkan pH larutan langsung turun menjadi 4. Pada

percobaan ini menghasilkan larutan residu yang bersifat asam bukan netral. Hal ini dikarenakan tetesan yang dilakukan terlalu

banyak sehingga terjadi lonjakan pH yang drastis, seharusnya praktikan lebih hati-hati lagi dalam menambahkan larutan HCl 6 M dan

sedikit demi sedikit.

Meskipun larutan dan residu yang dihasilkan dalam suasana asam tetap dilakukan proses penyaringan padatan

menggunakan corong buchner menghasilkan padatan berwarna kuning muda. Penyaringan ini mengunakan corong buchner karena

butiran padatan yang dihasilkan sangat halus.

Setelah proses penyaringan, maka padatan yang dihasilkan seharusnya dicuci kemudian direkristalisasi lagi menggunakan

pelarut etanol, namun pada percobaan kali ini hal tersebut tidak dilakukan sehingga kristal padatan yang dihasilkan masih bercampur

dengan pengotornya. Hal ini terlihat dari massa kristal yang dihasilkan sebesar 1,04 gram, lebih besar dari 1 gram piperidin yang

Page 43: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

merupakan bahan awalnya sehingga persentase piperidin yang dihasilkan sebesar 104%. Hasil presentase ini lebih dari 100% seingga

percobaan ini dapat dikatakan kurang berhasil karena tidak mungkin persentase kristal lebih dari 100%. Hal ini dikarenakan belum

murninya padatan yang dihasilkan dan masih belum kering (agak basah).

Page 44: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pada percobaan pemisahan piperin dari lada hitam menghasilkan kristal berbentuk jarum yang berwarna kuning merupakan

senyawa piperin dan hidrolisis piperin menghasilkan padatan asam piperat berwarna kuning muda.

2. Proses hidrolisis piperin dilakukan dalam suasana basa dimana OH- bertindak sebagai pereaksi yang menyerang atom karbon

karbonil amida.

3. Berdasarkan hasil percobaan dari pemisahan piperin dari lada hitam diperoleh piperin sebanyak 1,273 gram dan persentasenya

sebesar 1,59% dan pada reaksi hidrolisis piperin diperoleh kristal sebanyak 1,04 gram dan persentasenya sebesar 104%.

4. Persentase piperin yang diperoleh masih terlalu sedikit dibandingkan dengan yang seharusnya karena waktu ekstraksi yang

dilakukan dalam sokhlet masih kurang dari 5 jam sehingga pemisahan belum begitu sempurna.

5. Asam piperat yang dihasilkan dari hidrolisis piperin mempunyai persentase lebih dari 100% karena kristal yang ditimbang

masih belum begitu kering.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil percobaan dan praktikum yang telah dilakukan maka saran-saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berkut:

1. Dalam melakukan praktikum hendaknya lebih hati-hati dan teliti terutama dalam melakukan prosedur kerja dan pengamatan

terhadap hasil reaksi.

2. Lebih hati-hati dalam melakukan reaksi penetralan agar larutan yang akan dinetralkan benar-benar netral dan tidak menjadi

asam.

Page 45: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. Dkk, 1996, Pengantar Praktikum Kimia Oganik, Depdikbud, Jakarta.

Fessenden and Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid I dan II, Erlangga, Jakarta.

Lisnawati, 2004, Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam, Skripsi sarjana, FKIP UNLAM, Banjarmassin

Tim Dosen Kimia Organik, 2006, Petunjuk Praktikum Kimia Organik II, FKIP UNLAM, Banjarmasin.

Page 46: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

LAMPIRAN

A. LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan persentase piperin yang dihasilkan dari ekstraksi lada hitam adalah sebagai berikut:

% Piperin

=

= 1,59 %

Perhitungan persentase padatan (kristal) piperidin yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

% Piperidin

=

= 104 %

Page 47: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

B. LAMPIRAN GAMBAR ALAT

a. Alat Ekstraksi Sokhlet

Page 48: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Keterangan:

1. Hot Plate

2. Penangas Minyak

3. Labu Bundar (labu penguapan)

4. Adaptor

5. Kondensor

6. Bak Air

7. Etanol Absolut

8. Lada Hitam (serbuk)

b. Alat Rotary Evaporator

Page 49: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Keterangan:

1. Statif

2. Klem

3. Pendingin (kondensor)

4. Labu Bundar (Penampung Etanol)

5. Labu Bundar (Labu penguapan larutan)

c. Alat Refluks

Page 50: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia
Page 51: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Keterangan

1. Tisu + Penutup Kondensor

2. Statif

3. Klem

4. Selang tempat air masuk

5. Selang tempat air keluar

6. Kondensor

7. Labu didih

8. Zat yang mau direfluks (piperin dalam etanol)

9. Termolyn / Hot plate

10. Air

11. Tempat penampung air

Page 52: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

12. Pengaduk megnetik

Page 53: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia
Page 54: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN (DISKUSI)

1. Apakah ada pengaruh penambahan karbon aktif terhadap produk kristal piperin yang dihasilkan yaitu sebesar 1,273 gram ?

(Tya)

Jawaban:

Penambahan karbon aktif dalam proses ekstraksi piperin dilakukan selama rekristalisasi dengan tujuan untuk memurnikan

piperin yang dihasilkan, penambahan ini hanya menyebabkan zat-zat pengotor yang ada dalam larutan akan terserap termasuk

zat berwarna sehingga penambahan arang aktif tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah piperin yang dihasilkan. Adapun

penyebab jumlah piperin yang dihasilkan terlalu sedikit adalah kurang lamanya proses ekstraksi dalam sokhlet (<5 jam).

2. Apa yang dimaksud dengan turbulen? (Novi)

Jawaban:

Turbulen itu hanyalah merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa aliran uap yang terjadi dalam sokhlet

(kodensor) berlangsung cepat dan deras serta berputar sehingga mempercepat proses ekstraksi piperin.

3. Pada alat ekstraksi sokhlet manakah yang menunjukkan tempat air masuk? (Agus Supriyadi)

Jawaban:

Dalam alat ekstraksi sokhlet, selang yang menunjukkan tempat air masuk adalah selang yang dimasukkan pada lubang bagian

bawah kondensor.

4. Mengapa pada pemisahan pelarut menggunakan rotary evaporator dan bukan menggunakan alat destilasi? (Agus Purwadi)

54

54

Page 55: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Jawaban:

Pemisahan pelarut yang dilakukan dalam kedua percobaan ini menggunakan alat rotary evaporator karena :

a. Lebih cepat dibandingkan menggunakan proses destilasi.

b. Pelarut yang digunakan adalah Etanol (Td = 780C) sehingga hanya dengan proses penguapan menggunakan evaporator

sudah mampu untuk memisahkan pelarut etanol tersebut dari ekstraktan selain itu proses destilasi efektif dilakukan bila

pelarut yang digunakan mempunyai titik didih yang tinggi (>1000C) karena tidak mungkin dapat dipisahkan hanya

menggunakan proses penguapan.

5. Mengapa proses sokhletasi dilakukan selama 5 jam? (M.N. Fikry)

Jawaban:

Hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur kerja untuk memisahkan piperin yang ada dalam lada hitam secara maksimal dan

juga agar pemisahan yang dilakukan sempurna.

6. Mengapa penangas yang digunakan dalam percobaan ini adalah penangas minyak? (Asisten)

Jawaban:

Hal ini dikarenakan suhu yang diperlukan untuk mendapatkan piperin cukup tinggi yaitu 127-129,50C (lebih dari 1000C)

sehingga kalau menggunakan penangas air maka penangasnya akan lebih dulu habis menguap sedangkan piperin yang ada

dalam lada hitam tidak berhasil diekstrak.

55

55

Page 56: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

7. Mengapa posisi selang untuk air masuk dan keluar dalam alat sokhlet harus diletakkan sesuai tempatnya? Apakah boleh posisi

kedua selang ditukar? (Asisten)

Jawaban:

Posisi selang boleh ditukar tempatnya akan tetapi pemisahan kurang sempurna disamping itu juga kondensor akan cepat panas.

Hal ini dikarenakan air yang mengalir sebagai pendingin akan cepat lewat di kondensor yang mengakibatkan kondensor cepat

panas.

56

56

Page 57: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN III

ISOLASI TRIMIRISTIN DAN PENYABUNAN TRIMIRISTIN MENJADI ASAM MIRISTAT

DOSEN PENGASUH

Dra. RILIA IRIANI, M. Si

Dra. LENY, M. Si

ASISTEN DOSEN

SUWADI

RISMAWATI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

BAHRUL (A1C303004)

SETIA HERMAYANI (A1C303008)

LINDA SUSANTI (A1C303010)

AGUS SUPRIYADI (A1C303013)

RASUNA (A1C303019)

57

57

Page 58: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

NOORHALIMAH (A1C303036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2006

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah tiada kata yang terucap kepada-Mu ya Allah, puji syukur atas berkat rahmat dan hidayah-Mu lah, hingga dapat

diselesaikannya makalah praktikum kimia organik II tentang Isolasi Trimiristin dan Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat.

Makalah ini sangat berguna bagi mahasiswa dan diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang isolasi Trimiristin yang

berasal dari pala dan penyabunannya sehingga diperoleh Asam Miristat.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra, Rilia Iriani, M..Si dan Ibu Dra. Leny, M.Si selaku dosen pengasuh mata kuliah praktikum Kimia Organik II.

2. Suwadi dan Rismawati selaku asisten dosen dalam mata kuliah praktikum Kimia Organik II

3. Teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari pembaca sangat

kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pribadi khususnya dan pembaca pada umumnya.

58

58

Page 59: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Banjarmasin, Juni 2006

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3

1.3 TUJUAN........................................................................................................4

1.4 MANFAAT....................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5

BAB III METODE DAN TEHNIK...................................................................8

59

59

Page 60: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

3.1 METODE.......................................................................................................8

3.2 ALAT DAN BAHAN....................................................................................8

3.3 PROSEDUR KERJA....................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................11

4.1 HASIL PENGAMATAN............................................................................11

4.2 PEMBAHASAN..........................................................................................13

BAB V PENUTUP.............................................................................................17

5.1 KESIMPULAN...........................................................................................17

5.2 SARAN.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18

LAMPIRAN.......................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN

60

60

Page 61: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

I.1.LATAR BELAKANG

Pala (Myrictica fragrans) termasuk family Myristicaceae yang merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya hayati

yang sudah dikenal. Bagi masyarakat pala merupakan rempah-rempah yang juga bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan kembung,

mual-mual, pegal di pinggang, mula akibat haid dan sebagai obat pembius (Soesino. 1990).

Pala merupakan tumbuhan yang banyak ditanam diperkebunan, antara lain di Indonesia. Pala memiliki sifat yang khas yaitu

menetralkan, hal inilah yang menyebabkan pala sering digunakan sebagai obat.

Komponen yang terdapat pada pala yaitu Arilus : Minyak atsiri, minyak lemak, zat samak dan zat pati, lemak, saponin,

miristisin, elemesi, enzim lifase, pektin, hars dan asam oleanolat. Kulit buat : Minyak atsiri dan zat samak. (IPTEKnet. 2005)

Senyawa trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu menggunakan sokhlet dan metode

perkolasi. Asam miristat juga dapat diperoleh dari trimiristin dengan reaksi penyabunan dan hidrolisis.

I.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut permasalahan dalam praktikum ini adalah :

1. Bagaimanakah cara mengisolasi Trimiristin dari biji pala dengan metode kontinu ?

2. Bagaimanakah cara melakukan reaksi penyabunan dan hidrolisis Trimiristin untuk mendapatkan asam Miristat ?

I.3.TUJUAN

Tujuan percobaan ini adalah :

61

61

Page 62: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

1. Mengisolasi Trimiristin dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu.

2. Melakukan reaksi penyabunan dan hidrolisis Trimiristin untuk mendapatkan Asam Miristat.

I.4.MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil percobaan ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui cara mengisolasi trimiristin

dari biji pala dan melakukan reaksi penyabunan dan hidrolisis Trimiristin untuk mendapatkan Asam Miristat.

2. Sebagai informasi bagi penelitian lebih lanjut dan dalam ruang lingkup lebih luas dan sempurna.

62

62

Page 63: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Tanaman Pala

Pala merupakan tanaman yang sangat baik tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini berbentuk pohon, tinggi lebih kurang 10

meter, batang tegak, berkayu, warna putih lonjong, ujung dan pangkal runcing, warna hijau mengkilap. Nama lokal Simplisia yaitu

Myristicae, Arillus, Macis ; kembang pala (selubung) pala dan Myristicae fructus Cortex ; kulit buah pala. Karena pala memiliki sifat

khas yaitu menetralkan selain digunakan sebagai bumbu dapur dapat juga sebagai obat.

Komposisi kimia atau kandungan zat-zat pada biji pala yaitu :

1. Minyak atsiri sampai 10 %, berisi miristin (yang bersifat membius), sekitar 4 % pinen, 80 % kamper, 8 % dipente, 6 % safrol,

6 % alkohol, eugenol dan iso-egenol.

2. Minyak lemak sekitar 40 % berupa gliserida dari asam miristat, asam oleat dan asam linoleat.

3. Abu 4 %, zat putih telur 25 %, dan 40 % pati dan gula (Sudarmaji. 1989)

Adapun uraian makroskopik biji pala adalah sebagai berikut :

1. Bentuk bulat telur, panjang sekitar 2 cm sampai 3 cm, sedangkan lebarnya sekitar 1,5 cm sampai 2 cm.

2. Warna permukaan biji pala coklat muda, beratur dangkal, banyak bertitik-titik dan bergaris-garis kecil serta berwarna

coklat muda.(IPTEKnet. 2005)

63

63

Page 64: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

B. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Gliserida ini terdapat dalam biji

pala dengan kadar yang tinggi tanpa bercampur dengan ester-ester yang lain.

Untuk mendapatkan trimiristin perlu dilakukan isolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu menggunakan pelarut

non polar, misalnya eter atau n-heksana dengan sokhlet dan dimurnikan dengan cara rekristalisasi ,menggunakan aseton.

Ekstraksi padat-cair atau lazim disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini

banyak digunakan dalam isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan larut dalam pelarut jika kekuatan atraktif

antara dalam pelarut polar dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa, zat terlarut maupun pelarut, merupakan dasar paling penting

dalam proses ekstraksi. Efisiensi ekstraksi padat-cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat

organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu dalam percobaan ini akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu

menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. (Tim Dosen. 2006)

Karena sampel biji pala berupa padatan, maka ekstraktor yang paling populer adalah sokhlet. Pelarut yang ada dalam labu

didih dipanaskan kemudian mengembun. Bila volumenya mencukupi pelarut yang telah membawa solut akan keluar melalui pipa

kecil ke dalam labu. Proses ini akan berlangsung terus menerus (kontinyu). (Anwar, dkk. 1994)

Struktur Trimiristin adalah sebagai berikut :

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

64

64

Page 65: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

C. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

Asam miristat merupakan asam lemak dengan rumus molekul H3C (CH2)2CO2H. Massa molekul 98 g/mol, komposisinya

banyak terdapat pada lemak hewan dan kelapa, titik disosiasinya 103 0C (Anwar, dkk. 1996).

Untuk mendapatkan Asam miristat dari Trimiristin perlu dilakukan realisasi penyabunan dan hidrolisis menggunakan NaOH

menghasilkan gliserol dan garam natrium. Setelah dilakukan pengasaman dengan HCl maka terbentuklah kristal asam miristat yang

dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan vakum.

65

65

Page 66: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB III

METODE DAN TEKHNIK

3.1 METODE

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen dan dianalisis menggunakan metode deskriptif

kuantitatif.

ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan yaitu :

1. Seperangkat alat Sokhlet

66

66

10. Pipet tetes

11. Batang Pengaduk

12. Lumpang dan Alu

13. Kaca Arloji

14. Neraca Analitik (Model AND

GR – 200

15. Pompa Vakum

16. Termolyn Cimarec 3

17. Kertas Indikator

18. Seperangkat Alat Refluks

Page 67: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

2. Corong Buchner

3. Corong Kaca

4. Desikator

5. Evaporator

6. Gelas Kimia 250 mL

7. Gelas Ukur 10 mL dan 200 mL

8. Kertas Saring Whatman

9. Labu Dasar Bundar 250 mL

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu :

1. Serbuk biji Pala

2. Aquadest

3. Aseton (merck. Pa)

4. Batu didih

5. n-heksana (merck. Pa)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

67

67

6. NaOH 6 M (merck. Pa)

7. Etanol

8. Es Batu

9. HCl Pekat (merck. Pa)

Page 68: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

4.1 HASIL PENGAMATAN

4.1.1 Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1 83,2 g serbuk pala + 250 mL n.heksana

Mengekstraksi menggunakan sokhlet

dengan penangas air

Siklus penyokletan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Ekstrak berwarna kuning

39 menit

46 menit

53 menit

58 menit

65 menit

73 menit

80 menit

87 menit

93 menit

100 menit

108 menit

115 menit

68

68

Page 69: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

13

14

15

16

17

18

19

20

21

123 menit

130 menit

137 menit

145 menit

152 menit

159 menit

165 menit

172 menit

179 menit

2 Mengevaporasi ekstrak Larutan kuning jingga (berupa

minyak pala)

3 Minyak pala + 45 mL aseton

memanaskan dan menyaring panas-

panas

Diperoleh filtrat.

4 Mendinginkan filtrat Terbentuk kristal Trimiristin

berwarna orange.

5 Menyaring dengan corong Buchner

mencuci kristal dengan aseton dan

mengeringkan

Diperoleh kristal Trimiristin

kering sebesar 16,7 g

69

69

Page 70: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

4.1.2 Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1 0,8 g Trimiristin + 12 mL NaOH 6 M +

12 mL etanol + batu didih

Merefluks selama 1 jam

Campuran berwarna coklat

kekuningan dan homogen

2 Campuran hasil refluks + 12 mL HCl

pekat

Sambil mengaduk dan menempatkan

dalam bak yang berisi es batu

Menghasilkan uap dan terbentuk

endapan/kristal yang berwarna

putih kekuningan dan setelah

dikeluarkan dari es kristal

mencair.

3 Menambahkan HCl terus menerus

sambil menguji dengan kertas indikator

sampai larutan bersifat asam

HCl yang ditambahkan sebanyak 6

mL pH larutan = 1

4 Mendiamkan hingga terbentuk kristal Terbentuk kristal yang berwarna

putih

5 Menyaring dengan corong Buchner dan

mengeringkan

Diperoleh kristal Asam Miristat

kering berwarna putih sebesar 1,3

gram

70

70

Page 71: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

Pada percobaan ini, untuk mendapatkan trimiristin dengan ekstraksi kontinu; terlebih dahulu sampel harus dihaluskan yang

bertujuan agar zat-zat yang terkandung dalam biji pala mudah melarut dalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam isolasi

trimiristin ini adalah n-heksana, karena trimiristin adalah trigliseraldehid yang bersifat nonpolar sehingga mudah larut dalam

pelarut non polar seperti n-heksana.

Sampel biji pala berupa padatan, oleh sebab itu ekstraktor yang paling populer adalah sokhlet. Sebelumnya serbuk biji pala

sebanyak 83,2 gram dibungkus dengan kertas saring berbentuk lonjong dan diikat dengan benang gender. Kertas saring dengan

dinding yang tipis dimaksudkan agar lemak trimiristin dapat dengan mudah larut dalam pelarut.

Proses sokhletasi ini berlangsung selama 3 jam, terjadi 21 siklus pensokhletan sampai dihasilkan larutan bening pada

mehtel/tempat kertas saring. Siklus yang terjadi yaitu pelarut yang melarutkan zat menguap masuk ke kondensor (pendingin) dan

terjadi kondensasi menghasilkan tetesan larutan ke tempat serbuk pala dimasukkan. Setelah penuh, larutan akan mengalir melalui

pipa menuju labu/penampungan hasil ekstraksi.

Pemisahan pelarut dari minyak trimiristin dilakukan dengan evaporasi yang berdasarkan perbedaan titik didih kedua

komponen campuran, dimana titik didih n-heksana lebih rendah dari titik didih minyak. N-heksana yang bening akan terpisah dari

minyak, sehingga yang tertinggal adalah trimiristin. Larutan hasil evaporasi berwarna kuning jingga (minyak pala).

Hasil evaporasi yang berupa minyak pala ditambahkan 45 mL aseton yang bertujuan untuk melarutkan zat yang masih

terkandung dalam residu (trimiristin), karena aseton mampu memisahkan zat pengotor dari zat murni dalam keadaan panas.

Kemudian memanaskan campuran dan menyaring selagi panas, agar campuran tidak cepat membeku, sehingga diperoleh

filtrat yang berwarna orange. Setelah itu larutan didinginkan sehingga terbentuk kristal trimiristin yang berwarna orange. Kristal

71

71

Page 72: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

ini dikumpulkan dengan menggunakan corong Buchner dan dicuci dengan sedikit aseton. Kristal dibiarkan mengering sehingga

diperoleh rendemennya sebesar 16,7 gram atau 20,1 %.

4.2.2 Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

Pada percobaan selanjutnya yaitu melakukan penyabunan trimiristin untuk mendapatkan asam miristat. Sebanyak 0,8 gram

trimiristin ditambahkan 12 mL NaOH 6 M, 12 mL etanol dan batu didih. Digunakan NaOH sebagai pereaksi dalam proses

saponifikasi ini agar diperoleh sabun dari minyak yang keras sehingga mudah dipisahkan dari pelarutnya.

Campuran yang dihasilkan berwarna coklat kekuningan kemudian direfluks selama 1 jam dengan tujuan agar senyawa-

senyawa yang bersifat volatil tidak keluar dari sistem saat berlangsungnya reaksi pada pemanasan. Penambahan batu didih

berfungsi agar tidak terjadinya letupan-letupan ketika merefluks.

Penyabunan trimiristin menggunakan NaOH menghasilkan gliserol dan garam natrium miristin.

Reaksinya sebagai berikut :

O

CH2 – O – C – (CH2)12 CH3 CH2 – OH

O

CH2 – O – C – (CH2)12 CH3 + NaOH CH2 – OH + 3 Na+-O – C – (CH2)12 CH3

O

72

72

Page 73: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

CH3 – O – C – (CH2)12 CH3 CH2 – OH

Trimiristin Gliserol Natrium Maristin (sabun)

Karena larutan yang dihasilkan bersifat basa maka agar terbentuk asam miristat perlu dilakukan pengasaman dengan

penambahan HCl pekat sebanyak 12 mL sedikit demi sedikit, sambil mengaduk agar larutan bercampur dengan sempurna.

Campuran yang ada dalam gelas kimia ini ditempatkan dalam wadah yang berisi es batu. Menurut hasil pengamatan terbentuklah

endapan yang berwarna putih agak kekuningan tapi setelah dikeluarkan dari es batu kristal mencair.

Dengan terbentuknya kristal tersebut menandakan bahwa asam miristat sedah terbentuk, tetapi karena saat diuji pHnya

belum asam maka HCl ditambahkan terus, sehingga saat penambahan 6 mL HCl pekat pH langsung menunjukkan pH = 1. Hal ini

mungkin saat mengukur pH larutan praktikan kurang teliti, sebaiknya pH yang dihasilkan jangan terlalu asam agar tidak

berpengaruh terhadap hasil percobaan. Kemudian larutan didiamkan hingga terbentuk kristal.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

O O

3 Na+-O – C – (CH2)12 CH3 + 3 HCL 3 HO – C – (CH2)12 CH3 + 3 NaCl

Asam miristat

Atau O O

3 Na+-O – C – (CH2)12 CH3 + HCL HO – C – (CH2)12 CH3 + NaCl

Asam miristat

Kristal putih yang terbentuk pada larutan disaring dengan corong Buchner dan mencucinya dengan air dingin agar garam NaCl dan gliserol yang sebagai hasil samping terpisah dari kristal asam miristat. Kemudian kristal yang terbentuk dikeringkan.

Dari 0,8 gram trimiristin diperoleh kristal asam miristat sebanyak 1,3 gram. Jumlah yang didapat ini tidak sesuai karena

terlalu banyak sehingga menghasilkan rendemen diatas 100 %. Hal ini mungkin disebabkan karena penambahan HCl yang terlalu

73

73

Page 74: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

banyak saat pengasaman sehingga NaCl sebagai hasil samping banyak mengendap dan belum terpisah dari kristal asam miristat.

Selain dari itu saat dilakukan penimbangan kristal belum terlalu kering.

74

74

Page 75: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB V

PENUTUP

5. 1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu :

5.1.1 Trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu dengan alat sokhlet menggunakan pelarut n-

heksana.

5.1.2 Dari 83,02 gram serbuk pala diperoleh dari rendemen trimiristin sebesar 16,7 gram atau 20,1 %.

5.1.3 Asam Miristat diperoleh dari reaksi penyabunan dan hidrolisis trimiristin menggunakan NaOH dengan hasil samping

gliserol dan NaCl.

5.1.4 Dari 0,8 gram trimiristin diperoleh rendemen asam miristat sebesar 1,3 gram atau 162,5 %

5. 2 SARAN

Berdasarkan hasil percobaan dan praktikum yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat kami berikan yaitu :

5.2.1 Dalam melakukan praktikum hendaknya lebih hati-hati dan teliti terutama dalam melakukan prosedur kerja dan

pengamatan terhadap hasil reaksi.

5.2.2 Lebih hati-hati dalam melakukan reaksi pengasaman agar larutan tepat asam (tidak terlalu asam) sehingga

mendapatkan hasil yang sesuai.

75

75

Page 76: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. Dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud. Jakarta.

IPTEKnet.@2005. Tanaman Obat Indonesia.

Slamet, Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Soesino. 1990. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi Vol 2 No. 3 Tahun 1996. Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Dosen Kimia Organik. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. FKIP UNLAM. Banjarmasin.

76

76

Page 77: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Isolasi Trimiristin dari Biji pala

% Rendemen Trimiristin =

=

= 20,1 %

Asam Miristat dari Trimiristin

% Rendemen Asam Miristat =

=

= 162,5 %

77

77

Page 78: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat mengkonsumsi obat-obatan dengan berbagai macam merk sebagai penghilang

rasa sakit, nyeri, pusing, demam dan sebagainya. Tapi kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui kandungan kimia dari

obat-obatan yang mereka konsumsi.

Kebayakan obat-obatan yang digunakan pada masa lalu adalah obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan/

tanaman. Dengan cara mencoba-coba atau secara tidak sengaja orang mendapatkan berbagai macam pengalaman dari daun atau

akar tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan itu pun secara turun temurun disimpan dan dikembangkan sehingga

muncul ilmu pengobatan rakyat sebagai pengobatan tradisional.

Seiring dengan perkembangan zaman, obat-obatan pun mengalami kemajuan. Pada awal abad ke -20, obat-obatan kimia

sintesis mulai bermunculan seperti yang paling terkenal di saat itu adalah salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, kemudian

diikuti obat-obatan lainnya. Sejak tahun 1945, ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat dan hal ini menguntungkan

sekali bagi penelitian sistematis obat-obatan baru (Tjay, 2003)

78

78

Page 79: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Salah satu contoh dari obat-obatan yang sampai kini digunakan adalah aspirin dan kafein. Banyak sekali obat-obatan

yang mengandung zat tersebut yang beredar di masyarakat dengan konsentrasi berbeda-beda sesuai dengan dosis yang

dianjurkan untuk setiap penyakit yang ingin diobati.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah seberapa banyak kadar aspirin dan kafein dalam obat tablet.

1.3 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui berapa banyak kadar aspirin dan kafein dalam obat tablet.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

Sebagai bahan informasi tentang kadar aspirin dan kafein dalam obat tablet.

Sebagai bahan informasi penggunaan obat-obatan yang beredar di pasaran.

79

79

Page 80: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ASPIRIN

80

80

Page 81: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Aspirin adalah suatu asam karboksilat, dimana asam karboksilat merupakan suatu senyawa organik yang mengandung

gugus karboksil – CO2H. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil, antar-aksi dari kedua

gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik untuk asam karboksilat. Pada aspirin gugus karbonil bersifat polar

dan sifat yang paling menonjol adalah keasamannya (Fessenden,1991).

Aspirin dapat dibuat dari asam silisilat yang direaksikan dengan anhidrida asetat.

Reaksinya :

Untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat dilakukan titrasi dengan larutan basa. Reaksi suatu asam karboksilat

dengan basa akan menghasilkan garam. Dalam reaksi netralisasi, gugus asetil lebih sukar dilepaskan dari pada gugus karbonil

sehingga terjadi reaksi sebagai berikut :

81

81

Page 82: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

(Fessenden,1991)

Aspirin adalah obat anti nyeri tertua di dunia (1989) yang sampai kini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Zat ini

juga berkhasiat sebagai anti demam kuat. Penggunaan aspirin pada dosis rendah (40 mg) berkhasiat merintangi penggumpalan

trombosit, pada dosis tinggi (diatas 5 g sehari) obat ini berkhasiat sebagai anti radang. Keuntungan menggunakan aspirin yaitu

kerjanya cepat dan praktis. Efek sampingnya yaitu pendarahan, alergi kulit dan telingga berdengung. (Tjay, 2003).

B. KAFEIN

Menurut Akhmad (1996) kafein adalah golongan alkaloid yang merupakan turunan dari purin. Nama lain dari kafein adalah

1,3,7-trimetil xantin

82

82

Page 83: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Kafein terdapat dalam kopi (1-2,5%). Pada teh (3%). Minum kopi terlalu banyak dapat meningkatkan resiko terkena

penyakit jantung, karena memperbesar kadar hormosistein darah. Khasiat kafein antara lain sebagai penghilang rasa lapar dan

mengantuk. (Tjay, 2003).

Pada kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh iod untuk mengetahui kadar atau konsentrasi kafein, maka

larutan yang mengandung kafein ditambah larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara belebih. Kelebihan

iod setelah terjadi reaksi adisi dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).

BAB IIIMETODE & TEKNIK

3.1 Tempat & Lama Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini yaitu Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin.

Praktikum dilakukan selama 2 jam pada tanggal 03 Mei 2006.

3.2 Metode

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

3.3 Alat & Bahan

Alat yang digunakan :

- Neraca analitik AND tipe GR-200

- Cawan petri

83

83

Page 84: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

- Lumpang & aki porselin

- Erlenmeyer 100 ml

- Pipet tetes

- Statif & kleim

- Buret

- Gelas ukur 10 ml

- Termolyn

- Corong buchner

- Kertas saring

Bahan yang digunakan :

- Tablet aspilet

- Tablet panadol

- NaOH 0,1 N

- Etanol

- Asam sulfat 10%

- Aquadest

- Larutan iod 0,1 N

- Larutan kanji

84

84

Page 85: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

- Na2S2O3 0,1 N

- Indikator pp

85

85

Page 86: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

3.4 Prosedur Kerja

Penentuan Kadar Aspirin

1) Menimbang 2 tablet aspilet.

2) Menghaluskan 2 tablet aspilet dengan lumpang dan aki porselin, kemudian memasukkannya ke dalam

erlenmeyer.

3) Membilas lumpang dengan 10 ml etanol hingga bersih, kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer.

Menggoyang-goyangnya selama 5 menit, kemudian memanaskannya hingga mendidih.

4) Menambahkan 5 ml aquadest dan 1-2 tetes indikator pp, menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul

warna merah jambu tetap.

Penentuan Kadar Kafein

(1) Menimbang 2 tablet panadol.

(2) Menghaluskan 2 tablet panadol dengan lumpang dan aki porselin, kemudian menambahkan 10 ml etanol

dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer serta mengoyang-goyang selam 10 menit.

(3) Menambahkan 5 ml H2SO4 10% kemudian menambahkan 20 ml larutan iod 0,1 N, mengocok sampai larut

dan membiarkannya selama 10 menit.

(4) Menyaring dan mengambil 20 ml filtratnya. Menambahkan 3 tetes larutan kanji sebagai indikator, kemudian

menitrasi dengan laruan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru hilang.

Page 87: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

BAB IVHASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Percobaan Hasil Pengamatan

Penentuan Kadar Aspirin

1) Menimbang 2 tablet aspilet.

2) Menghaluskan & memasukkannya

ke dalam erlenmeyer + 10 ml etanol

3) Menggoyang-goyangnya selama 5

menit.

4) Memanaskan.

5) Menambahkan 5 ml aquadest.

6) Menambahkan 2 tetes indikator pp.

0,45 gram

Larutan berwarna kuning

(campuran aspilet & etanol)

Larutan homogen.

Larutan panas

Larutan berwarna kuning muda.

Larutan tetap berwarna kuning

muda.

Page 88: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

7) Menitrasi dengan NaOH 0,1 N .

Penentuan Kadar Kafein

1) Menimbang 2 tablet panadol.

2) Menghaluskan & memasukkannya

ke dalam erlenmeyer + 10 ml etanol

3) Mengoyang-goyang selama 10

menit.

4) Menambahkan 5 ml H2SO4 10%

5) Menambahkan 20 ml larutan iod

dan membiarkannya selama 10

menit.

6) Menyaring dengan buchner

7) Mengambil 20 ml filtratnya + 3

tetes larutan kanji.

8) Menitrasi laruan dengan Na2S2O3

Larutan berwarna merah muda pada

V NaOH = 8,9 ml.

1,3 gram

Larutan keruh

(campuran panadol & etanol)

Larutan homogen.

Larutan bertambah keruh.

Larutan berwarna coklat.

Filtrat berwarna coklat

Larutan berwarna coklat

65 ml warna coklat sangat muda

4.2 Pembahasan

Analaisis aspirin

Pada percobaan, sebelum aspilet dilarutkan dengan pelarut etanol, terlebih dahulu aspilet dihaluskan agar lebih

cepat larut. Lumpang yang digunakan untuk mengahaluskan tablet aspilet dibilas dengan etanol agar serbuk dari

aspilet tersebut tidak tersisa di dalam lumpang. Erlenmeyer yang terisi campuran aspilet-etanol digoyang goyang

Page 89: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

selama 5 menit sampai terjadi proses pelarutan sehingga larutan yang dihasilkan homogen dan aspirin yang

terkandung di dalam aspilet lebih larut lagi dalam pelarutnya.

Aspirin bersifat polar, jadi pelarut yang digunakan juga bersifat polar (etanol). Berikutnya memanaskan sampai

mendidih lalu menambahkan indikator pp dan air. Pemanasan dapt mempercepat reaksi, penambahan indikator pp

bertujuan agar larutan mengalami perubahan warna pada saat mencapai kesetimbangan waktu dititrasi dan

penambahan air untuk mengencerkan larutan.

Proses berikutnya adalah menitrasi dengan larutan NaOH 0,1N untuk mengetahui seberapa banyak kadar

aspirin yang terkandung dalam tablet. Titrasi dilakukan samapi timbul warna merah muda. Pada percobaan ini NaOH

yang terpakai untuk menitrasi sebanyak sebanyak 8,9 ml , setelah dihitung secara teoritis kadar aspirin yang ada

dalam tablet sebanyak 35,64%.

Reaksi yang terjadi pada saat dititrasi dengan NaOH.

Setelah warna merah muda terbentuk, titrasi dihentikan karena apabila berlebihan NaOH akan terjadi reaksi sebagai

berikut :

Page 90: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Hasil perhitungan sangat dipengaruhi oleh volume larutan NaOH yang diperlukan selama menitrasi. Dari hasil

perhitungan dapat diketahui bahwa tablet aspilet hanya mengandung 35,64% aspirin atau 160,912 mg/2 tablet. Tablet

aspilet tidak mengandung 100% aspirin, hal ini dikarenakan pada tablet aspilet masih terdapat zat-zat lainnya dan

dosis aspirin pada tablet tersebut tergolong dalam dosis sedang.

Analaisis kafein

Untuk uji kafein perlakuan awalnya sama dengan uji aspirin. Pada uji kafein setelah penambahan 10 ml etanol

kemudian menggoyang-goyangkan selama 10 menit, setelah itu menambahkan 5 ml asam sulfat 10% dan 20 ml

larutan iod 0,1 N, mengocok sampai larutan menjadi homogen dan didiamkan selama 10 menit sehingga larutan

menjadi cokelat tua. Digunakan larutan iod karena iod dapat mengadisi ikatan rangkap pada kafein. Setelah

didiamkan larutan disaring, hal ini bertujuan agar zat-zat lain yang tidak diinginkan dapat dipisah dari kafein.

Page 91: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Mengambil filtratnya sebanyak 20 ml, menambahkan kanji sebanyak 3 tetes larutan kanji yang berperan sebagai

indikator , kemudian menitrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.

Struktur kafein

Reaksi yang terjadi pada iod dan Na2S2O3 selama proses titrasi :

I2 + 2S2O3 2– 2 I – + S4O6 2– Tiosulfat tetrationat

Pada percobaan ini kadar kafein tidak dapat ditentukan karena tidak ada warna biru yang dihasilkan dari

pencampuran larutan, hal ini disebabkan karena adanya berbagai kemungkinan yang terjadi, misalnya :

1. Penambahan iod yang konsentrasinya tidak berlebih.

Page 92: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

2. Kanji yang digunakan untuk membuat larutan kanji sudah tidak baik atau terlalu lama sehingga perubahan warna

saat titrasi tidak sesuai dengan yang diinginkan.

3. Penamabahan Na2S2O3 belum maksimal.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kadar aspirin dalam tablet aspilet adalah 35,64% atau 160,912 mg/tablet

Kadar kafein dalam tablet panadol tidak dapat ditentukan.

5.2 Saran

Dalam pembuatan zat harus lebih hati-hati dan teliti.

Pada saat pencampuran zat dan menitrasi harus lebih teliti dalam melihat perubahan warna.

Tablet yang digunakan sebaiknya dengan merk yang sama untuk semua kelompok agar hasilnya dapat

dibandingkan.

Page 93: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 1996 . Petunjuk Praktikum Organik II. Depdikbud. Jakarta.

Fessenden, 1991. Kimia Organik 2. Erlangga. Jakarta.

Tjay, TH. 2003. Obat-obatan Penting. Gramedia. Jakarta.

Page 94: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Tim Dosen Kimia Organik, 2006, Petunjuk Praktikum Kimia Organik II, FKIP UNLAM, Banjarmasin.

Page 95: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

LAMPIRAN

Diketahui :

V. NaOH = 8,9 ml

Masa tablet = 0,45 g

Ditanyakan kadar aspirin ?

Jawab :

Kadar aspirin = X 100 %

= X 100 %

= 35,64%

atau

Page 96: Makalah & Lap.akhir Metode Fitokimia

Kadar aspirin = V. NaOH X 18,08 mg/ 2 tablet

= 8,9 ml X 18,08 mg/ 2 tablet

= 160,912 mg/ tablet