BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

50
18 Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY RESUME PENGETAHUAN PERSAMPAHAN 5.1. Alternatif Pengelolaan Sampah Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip-prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama. Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan BAB V

Transcript of BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

Page 1: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

18

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

RESUME PENGETAHUAN PERSAMPAHAN

5.1. Alternatif Pengelolaan Sampah

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip-prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.

Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.

Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

BAB V

Page 2: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

19

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.

Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.

Tanggung Jawab Produsen dalam Pengelolaan Sampah

Hambatan terbesar daur-ulang, bagaimanapun, adalah kebanyakan produk tidak dirancang untuk dapat didaur-ulang jika sudah tidak terpakai lagi. Hal ini karena selama ini para pengusaha hanya tidak mendapat insentif ekonomi yang menarik untuk melakukannya. Perluasan Tanggungjawab Produsen (Extended Producer Responsibility - EPR) adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan insentif kepada mereka untuk mendisain ulang produk mereka agar memungkinkan untuk didaur-ulang, tanpa material-material yang berbahaya dan beracun. Namun demikian EPR tidak selalu dapat dilaksanakan atau dipraktekkan, mungkin baru sesuai untuk kasus pelarangan terhadap material-material yang berbahaya dan beracun dan material serta produk yang bermasalah.

Di satu sisi, penerapan larangan penggunaan produk dan EPR untuk memaksa industri merancang ulang ulang, dan pemilahan di sumber, komposting, dan daur-ulang di sisi lain, merupakan sistem-sistem alternatif yang mampu menggantikan fungsi-fungsi landfill atau insinerator. Banyak komunitas yang telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill atau insinerator dan bahkan lebih, dan malah beberapa sudah mulai mengubah pandangan mereka untuk menerapkan "Zero Waste" atau "Bebas Sampah".

Sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 3: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

20

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum.

Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit umum besar di Amerika.

Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Produksi Bersih

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip 3R, 4R, 5R. (Sumber: www.walhi.or.id)

5.2. Paradigma Penanganan Sampah

Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 4: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

21

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah serta packing produk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengkomposan.

Manfaat Sampah

Sampah yang tampak tidak berguna sebesarnya masih banyak manfaatnya seperti dapat dibuat biogas, briket, pakan ternak, kompos, pupuk, dan dapat didaur-ulang bagi sampah anorganik.

Dalam sampah dan kotoran sungai ditemukan bakteri yang dapat menghasilkan vitamin B12 yang samajenisnya dengan vitamin B12 yang dihasilkan oleh hewan. Yang paling aktif

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 5: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

22

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

dapat memfermentasikan sampah dan kotoran sungai sehingga dihasilkan vitamin B12 adalah bakteri-bakteri yang termasuk Streptomyces. Kadar vitamin B12 dalam sampah dan kotoran sungai berkisar 4,2 – 8,2 µg untuk setiap satu gram berat kering. Diperkirakan dari 26.000 ton sampah dan kotoran sungai akan dihasilkan 465 vitamin B12. Pemberian sampah dan kotoran sungai sebesar 2% pada ternak, ternyata mampu meningkatkan berat badan ternak. Sampah dan kotoran sungai mengandung senyawa organic 40-85%, mineral 15-70%, nitrogen 1-10%, fosfat 1-4,5% dan kalium 0,1-4,5%. Sampah rumah tangga, sampah restoran, kertas, kotoran ternak, limbah pertanian dan industri yang bersifat sampah organic semuanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Dengan pengolahan sampah menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan keuntungan selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi bagi pengolah sampah, juga dapat mengurangi biaya pengangkutkan ke pembungan akhir (TPA) dan mengurangi biaya pembuangan akhir, menghemat sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA dan lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman).

Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R

Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.

Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi :

1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu

2. Teknologi pengomposan

3. Daur ulang sampah plastik dan kertas

4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator

5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak

6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah

8. Pengolahan sampah kota metropolitan

9. Peluang dan tantangan usaha daur ulang.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 6: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

23

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Pengertian Zero Waste adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).

Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.

Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami.

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 7: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

24

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya

Reduce - Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai- Jual atau berikan sampah yang telah terpisah kepada pihak yang

memerlukan.

Reuse - Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.

- Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.- Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.- Kembangkan manfaat lain dari sampah.

Recycle - Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah terurai.- Lakukan penangan untuk sampah organic menjadi kompos dengan

berbagai cara yang telah ada atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.

- Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat.

Replace - Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan.

- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan.

- Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.

Tabel 2. Upaya 5-R di Daerah Fasilitas Umum

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya

Reduce - Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.- Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.- Sediakan jaringan informasi dengan computer.- Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 8: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

25

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

dihapus dan ditulis kembali.- Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah medis.- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.

Reuse - Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.- Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis

kembali.

Recycle - Olah sampah kertas menjadi kertas kembali.- Olah sampah organic menjadi kompos.

Replace - Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.

Tabel 3. Upaya 5-R di Daerah Komersial (Pasar, Pertkoan, Restoran, Hotel)

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya

Reduce - Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan kemasan yang dapat digunakan kembali.

- Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/ bungkusan untuk produk yang dibelinya.

- Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-benar memerlukan.

- Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

- Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastic belanja.- Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang

memerlukannya.

Reuse - Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti pakan ternak.

- Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia.

- Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.

Recycle - Jual produk-produk hasil daur ulang sampah dengan lebih menarik.- Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 9: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

26

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

ulang sampah.- Oleh kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat

bagi proses lainnya.- Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau

memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.- Lakukan penanganan sampah anorganik.

Replace - Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan.

- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan.

Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang dibuat dari sampah.

Pemilahan Sampah

Berdasarkan uraian tentang 3-R, 4-R atau 5-R tersebut, maka pemilahan sampah menjadi sangat penting artinya. Adalah tidak efisien jika pemilahan dilakukan di TPA, karena ini akan memerlukan sarana dan prasarana yang mahal. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas. Mengapa perlu pemilahan? Sesungguhnya kunci keberhasilan program daur ulang adalah justru di pemilahan awal. Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen. Manajemen Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.

Pada setiap tempat aktivitas dapat disediakan empat buah tempat sampah yang diberi kode, yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu tempat sampah untuk sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng, dan satu tempat sampah untuk botol. Malah bisa jadi menjadi lima tempat sampah, jika kertas dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan penanganan tersendiri. Sampah jenis ini tidak boleh sampai ke TPA. Sementara sampah-sampah elektronik (seperti kulkas, radio, TV), keramik, furniture dll. ditangani secara tersendiri pula. Jadwal pengangkutan sampah jenis ini perlu diatur, misalnya pembuangan sampah-sampah tersebut ditentukan setiap 3 bulan sekali.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 10: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

27

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Di Australia, misalnya, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis sampah yang berbeda. Satu untuk sampah kering (an-organik), satu untuk bekas makanan, dan satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut oleh tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan mengambil jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak berhenti pada level rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada TPA.

Sampah-sampah yang telah dipilah inilah yang kemudian dapat didaur ulang menjadi barang-barang yang berguna. Jika pada setiap tempat aktivitas melakukan pemilahan, maka pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap hari dan tidak lagi kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna. Dengan cara ini, maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin.

Pemanfaatan sampah

Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:

- Pemilahan sampah secara manual maupun mekanis berdasar jenisnya- Pemadatan sampah (baling)- Pemotongan sampah- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas

Sampah basah dapat dibuat kompos, pupuk dan pakan ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang, dan sampah kertas didaur ulang dan pakan ternak.

Daur ulang

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas pakai.

Material yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll., kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll., besi bekas, plastic bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll., sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

Daur ulang bisa menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle.

Menggunakan kembali: barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 11: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

28

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini, sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.

Sampah organik dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk kandang, briket dan biogas.

Tabel 4. Beberapa sampah yang dapat dijualNo. Jenis barang Harga/kg1 Gelas aqua 16002 Kaleng oli 15003 Ember biasa 11004 Kaset, botol yakult, botol kecap 1505 Ember hitam (anti pecah) 8006 Botol aqua 7007 Putian (botol bayclin, infuse) 16008 Kardus 5009 Kertas putih 70010 Majalah 35011 Koran 50012 Duplek (kardus tipis) 15013 Pembungkus semen 40014 Besi beton 70015 Besi super 45016 Besi pipa 25017 Tembaga super 800018 Tembaga bakar 700019 Aluinium tebal 600020 Aluminium tipis 400021 Botol air besar 40022 Botol bir kecil, sprite, fanta. 200

Sumber: Urip Santoso, 2009 

5.3. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat

Sampah pada dasarnya dihasilkan oleh atau merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa hakikatnya proses perubahan materi atau proses produksi apapun tidak ada yang berjalan effisien 100 persen. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari – hari.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 12: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

29

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita konsumsi. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tercantum dalam buku infrastruktur Indonesia(Bappenas, 2003), pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar di Indonesia diperkirakan timbulan sampah perkapita berkisar antara 600 – 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6.2 ribu ton, Kota Bandung sebesar 2.1 ribu ton, Kota Surabaya sebeasar 1.7 ribu ton, dan Kota Makasar 0.8 ribu ton (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit dalam penanganannya.

Kompleksitas penanganan persampahan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya suatu kota, dalam hal ini sentralisasi kegiatan ekonomi maupun meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi maupun meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi yang menarik para pendatang lebih banyak dan menambah jumlah penduduk kota, sehingga kota akan menghadapi problem volume dan jenis sampah yang semakin meningkat.

Perkembangan kota yang meluas akan menghadirkan tantangan bagi Pemerintah Kota dalam menyelenggarakan pelayanan yang mampu menjangkau seluruh lokasi permukiman secara efektif dan efisien. Untuk kota-kota besar dan metropolitan, persoalan menjadi semakin serius bila sudah menyentuh perencanaan lokasi bagi prasarana dan sarana pengolahan sampah, berkait dengan kelangkaan tanah di perkotaan, penolakan warga disekitar lokasi yang direncanakan, pembiayaan serta perlunya mekanisme kerjasama antar kota.

Berdasarkan data diatas diperkirakan kebutuhan lahan TPA di Indonesia pada tahun 1995 adalah 675 Ha, dan meningkat menjadi 1.610 Ha pada tahun 2020. Berbeda dengan di daerah pedesaan dimana lahan yang tersedia masih luas dan sampahnya kebanyakan bersifat degradable atau mudah terurai sehingga persoalan sampah belum dipandang sebagai suatu problem, maka di perkotaan masalah persampahan merupakan sebuah tantangan yang akan menentukan sustainaibility lingkungan suatu kota. Kegagalan menangani problem persampahan ini akan meningkatkan resiko warga kota berhadapan dengan berbagai macam penyakit yang akan meningkatkan biaya sosisal untuk kesehatan.

Selain itu sampah yang dibuang ke sungai dan saluran pembuangan berpotensi menimbulkan banjir. Kelompok pertama yang paling dirugikan adalah masyarakat miskin. Alasan tersebut menyebabkan Pemerintah Kota berkewajiban menyediakan sistem pengolahan sampah yang efektit, efisien dan terjangkau. Dalam visi kota yang berkelanjutan, manajemen persampahan yang terintegrasi akan mencakup klasifikasi

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 13: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

30

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

limbah ke dalam organik dan non-organik, beracun dan tidak beracun, limbah buangan, limbah daur ulang dan kompos, dengan penekanan utama opersionalisasi prinsipprinsip reduce, reuse, dan recycle (3R). Pengomposan sudah banyak dilakukan atau banyak dibicarakan dan direncanakan untuk dilakukan namun baru terlaksana dalam jumlah yang sangat terbatas.

Di sisi lain dari manajemen sampah perkotaan, masyarakat telah melihat bahwa TPA yang ada tidak dikelola dengan baik. Operasional TPA secara open dumping masih dijalankan di hampir semua TPA di Indonesia. Disamping itu, masih terjadi pembakaran sampah untuk mengurangi timbunan sampah, dan tidak terkelolanya gas metan yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Hal ini sebenarnya sangat bertentangan dengan semangat Protokol Kyoto yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia, dimana pengurangan gas metan menjadi salah satu persyaratan, masalah lain yang timbul akibat pengelolaan TPA yang tidak persyaratan diantaranya adalah timbulnya bau, menurunnya kualitas air akibat pembuangan sampah ke sungai, merembesnya air lindi dari TPA ke air tanah dangkal dan air permukaan, pencemaran udara serta merebaknya dioxin yang bersifat karsinogen.

Kesadaran masyarakat akan kebersihan sudah baik, tetapi baru terbatas hanya pada lingkungan kecil saja khususnya rumah. Rumah memang bebas dari sampah tetapi sampah tersebut tidak dibuang pada tempatnya yang benar seperti ke selokan, sungai, bahkan halaman kosong milik tetangga. Fenomena peduli kebersihan dalam lingkungan sendiri semata yang tergambar dalam fenomena NIMBY (Not In My Back Yard) sangat terasa disini.

Jaka dibandingkan dengan kesediaan membayar pelayanan air minum, maka kesediaan membayar pengelolaan sampah relatif lebih rendah. Ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui sebenarnya seperti apa pengelolaan sampah itu berlangsung. Rendahnya tingkat pengorbanan masyarakat untuk memberikan kontribusinya berbanding terbalik dengan jumlah timbunan sampah, karenanya perlu dicari cara dan metoda yang tepat agar masyarakat tertarik dan mau bertanggungjawab dalam memecahkan permasalahan sampah yang ada disekitarnya salah satunya adalah dengan program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat.

Pengertian

Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Dalam pengertian ini pemeran (penguasa, kekuatan) utama dalam pengelolaan sampah adalah masyarakat. Bukan pemerintah atau lembaga lainnya seperti LSM dan lain – lain. Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan fasilitator.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 14: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

31

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka hadapi. Tetapi jika masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga lain adalah menyiapkan terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan, study banding dan memperlihatkan contoh – contoh program yang sukses dan lain – lain. Fungsi fasilitator adalah memfasilitasi masyarakat untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah secara baik dan berkesinambungan. Jika masyarakat mempunyai kelemahan dibidang teknik pemilahan dan pengomposan maka tugas fasilitator adalah memberikan kemampuan masyarakat dengan berbagai cara misalnya dengan memberikan pelatihan, begitu juga jika masyarakat lemah dalam hal pendanaan, maka tugas fasilitator adalah membantu mencari jalan keluar agar masyarakat mampu mendapat pendanaan yang dibutuhkan, tetapi harus dilakukan secara hati – hati jangan sampai membuat masyarakat tergantung.

Mengapa Berbasis Masyarakat

Produsen sampah utama adalah masyarakat, sehingga mereka harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka produksi (poluters must pay). Konsep penangan sampah yang baik adalah penanganan sampah yang dimulai di sumber. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk mengelola sampahnya. Misalnya jika sampah desa A dibuang ke desa B, secara sosial pasti akan ada penolakan oleh desa B, karena desa B tidak mempunyai sense of belonging terhadap sampah dari desa A. Oleh karena itu lebih baik sampah desa A dibuang dan dikelola sendiri oleh desa A.

Sumber sampah yang berasal dari masyarakat, sebaiknya dikelola oleh masyarakat yang bersangkutan agar mereka bertanggung jawab terhadap sampahya sendiri, karena jika dikelola oleh pihak lain biasanya mereka kurang bertanggung jawab bahkan cenderung destruktif.

Intinya adalah bagaimana mengarahkan kekuatan masyarakat (social capital) untuk memecahkan masalah sampah. Bukan untuk melawan program pengelolaan sampah. Sebab tidak jarang ditemukan program – program yang baik untuk masyarakat, karena tidak melibatkan masyarakat dihalangi, ditolak dan dirusak sendiri oleh masyarakat.

Disamping itu kemampuan pemerintah baik dari sisi manajemen dan pendanaan masih sangat terbatas, misalnya kemampuan pemda kabupaten Tangerang dalam mengelola sampah hanya sebesar 30 persen. Jika tanggung jawab sampah hanya diserahkan pada pemerintah maka mustahil permasalahan sampah dapat terselesaikan secara baik dan berkelanjutan.

Berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh masyarakat, tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 15: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

32

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Yang penting adalah apa yang layak dan realistis dilakukan untuk memecahkan masalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat trersebut. Misalnya kalau secara realistis masyarakat tidak mampu dari sisi waktu dan manajemen untuk mengoperasikan maka jangan diserahkan pengeoperasiannya pada masyarakat. Lebih baik masyarakat didorong untuk mencari dan menunjuk lembaga profesional atau perorangan yang mampu dan dipercaya untuk mengoperasikan.

Mekanisme Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat sangat beragam tergantung siapa yang mengambil inisistif, ditingkat mana kita mulai dan siapa saja (stakeholders) yang dilibatkan. Jika inisiatif datang dari LSM biasanya dimulai dari penentuan calon lokasi, kemudian dilanjutkan dengan proses berikutnya. Namun jika inisiatif datang dari pemerintah pusat, maka tahapannya tentu lebih panjang. Misalnya, jika inisiatifnya datang dari pemerintah pusat biasanya, ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan antara lain: (1). Penentuan Calon Pemda (longlist). (2). Sosialisasi dan promosi program kepada pemerintah daerah. (3). Seleksi pemerintah daerah yang berminat (short list). (4). Penentuan calon lokasi masyarakat (long list lokasi masyarakat), (5). Sosialisasi ke masyarakat, (6). Seleksi masyarakat (short list masyarakat), (7). Pembentukan kelompok masyarakat. (8) Pelatihan dan Penyusunan rencana kerja masyarakat. (9). Pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi program pada berbagai tingkatan (ditingkat masyarakat, ditingkat pemda dan ditingkat nasional).

Penentuan calon pemda, biasanya didasarkan pada beberapa kriteria misalnya urgensi persoalan sampah yang ada, kemampuan APBD serta kerjasama. Sosialisasi kepada Pemda biasanya lebih ditekankan pada pemecahan masalah persampahan yang ada dikota tersebut, serta memperkenalkan pendekatan berbasis masyarakat, keuntungan dan kerugiannya, prosedur dan mekanisme pendanaannya baik sumber maupun sistem pencairan dana. Disamping itu diperkenalkan pula contoh – contoh praktek unggulan yang pernah dan sedang dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat umumnya pemda terbentur pada kepres no 80 atau yang sudah diperbaharui tentang sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah. Karena sampai saat ini belum ada pedoman umum tentang pelaksanaan proyek yang berbasis masyarakat, terutama yang nilainya diatas Rp 50 juta ke atas. Hal ini tentunya menjadi bahan diskusi dan pemikiran semua pihak dimasa mendatang. Walaupun begitu, program – program pembangunan yang berbasis masyarakat sudah banyak juga yang terlaksana, misalnya saja program SANIMAS, sanitasi berbasis masyarakat.

Dalam seleksi pemda biasanya disusun suatu kriteria untuk menetapkan pemda yang berhak ikut dalam program tersebut, biasanya dilihat dari urgensi, permasalahan sampah

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 16: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

33

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

yang dihadapi, kesediaan pemda untuk berkontribusi dan keseriusan pemda untuk memecahkan masalah tersebut dan lain – lain. Penentuan calon lokasi masyarakat biasanya ditentukan oleh pemda berdasarkan pada kepadatan penduduk dan permasalahan sampah yang dihadapi, dan kesediaan . Umumnya didaerah kumuh dan miskin. Setelah ditentukan calon lokasi, maka beberapa pemimpin formal dan informal dari calon lokasi tersebut diundang oleh pemda untuk diinformasikan tentang rencana pemda dalam program penanganan sampah. Dalam kesempatan ini diperkenalkan tentang kondisi persampahan yang ada. sistem penanganannya, keuntungan dan kerugiannya, teknologi yang diterapkan, kriteria calon masyarakat yang bisa ikut dalam program dan lain – lain.

Dalam seleksi masyarakat biasanya disusun suatu kriteria antara lain: ketersediaan lahan untuk pengolahan sampah, adanya kelompok yang siap bertanggung jawab, kesiapan masyarakat untuk berkontribusi (minimal pada saat operasi dan maintenance) dan lain – lain. Setelah masyarakat diseleksi maka dilakukan pembentukan kelompok yang difasilitasi oleh fasilitator dari LSM dan atau Pemda. Ditetapkan pengurus (ketua, sekretaris, bendahara) dan anggota, serta disusun

anggaran dasar kelompok. Didalam kelompok didiskusikan segala hal antara lain mengenai hak dan kewajiban kelompok. Alternatif teknologi yang akan digunakan, alternatif pengorganisasian, alternatif sumber dan pengelolaan keuangan, Alternatif penyebaran informasi program dan lain – lain. Semua hal yang didiskusikan didalam kelompok kemudian dituangkan dalam rencana kerja kelompok masyarakat atau yang sering dikenal dengan rencana kerja masyarakat. Rencana kerja masyarakat biasanya terdiri dari DED (detail engineering desain), RAB (rencana anggaran biaya) dan schedule pelaksanaan. Rencana kerja harus disetujui dan ditandatangani oleh pihak pihak yang bekerjasama.

Setelah rencana kerja disusun maka dilaksanakan kegiatan konstruksi pembangunan tempat pegolahan sampah terpadu (jika opsi ini dipilih). Sebagai sarana pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycleable). Setelah dilaksanakan kontruksi dan pengoperasian maka dilakukan kontrol (monitoring) dan evaluasi. Biasanya untuk 3 bulan pertama evaluasi dilakukan secara intensif, minimal satu kali perminggu, namun setelah itu frekuensinya bisa dikurangi bisa menjadi satu bulan sekali, tergantung pada kebutuhan lapangan. Hal yang cukup penting dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah melakukan survey kepuasan pengguna (user satisfactory survey), hal ini biasanya dilakukan setahun sekali. Untuk melakukan survey dapat bekerjasama dengan mahasiswa yang sedang dan akan membuat skripsi.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 17: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

34

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Stakeholder Terkait

Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat perlu melibatkan semua pihak yang terkait dan berkepentingan (stakeholders). Tetapi harus hati – hati sebab jika terlalu banyak yang terlibat bisa terjadi lebih banyak diskusi daripada bekerja. Perlu dilakukan analisa yang tepat mengenai fungsi dan peran stakeholder. Di Pemda perlu ada leading sektor yang bisa mengkoordinasikan dan memimpin program. Karena programnya berbasis masyarakat maka perlu ada fasilitator handal yang mampu memfasilitasi baik secara teknik maupun sosial. Biasanya teman – teman LSM mempunyai kemampuan dibidang ini.

Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan program pengelolaan sampah terpadu berasal dari patungan (share) dari berbagai pihak terutama dari masyarakat dan pemerintah daerah. Masyarakat biasanya hanya mampu berkontribusi antara 2 – 4 persen untuk investasi, dan 100 persen pada tahap operasi dan perawatan. Selebihnya merupakan dana pemda dan atau pemerintah pusat, swasta dan atau donor (jika ada).

Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan sinergi kekuatan dana dari pemerintah daerah dipadukan dengan kekuatan sosial masyarakat (social capital) serta kekuatan teknologi dari para ahli (LSM, Universitas, konsultan dll). (sumber: anonim)

5.4. Penanganan Sampah pada Tingkat Rumah Tangga

Sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga pada umumnya. Tidak dapat disangkal bahwa tinggal di suatu rumah akan menghasilkan sampah dan seringkali merepotkan, terutama jika rumah tidak dirancang agar dapat segera mengeluarkan sampah-sampah ini dari dalam rumah. Pengelolaan sampah rumah tangga bukanlah suatu kebiasaan, tapi merupakan satu set instalasi rumah dan ketekunan yang bertujuan untuk menjaga rumah tetap indah sekaligus melindungi lingkungan.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 18: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

35

SAMPAH ORGANIK

KERTAS

KONSTRUKSI

PLASTIK

METALLAIN-LAIN

KACA

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Komposisi sampah rumah tangga. Sumber: littletrasure2u.com

Manfaat Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga Pengelolaan sampah rumah tangga memiliki manfaat yang besar baik bagi penghuni maupun masyarakat sekitarnya. Bagi penghuni rumah, pengelolaan sampah yang baik berarti mulai menciptakan lingkungan rumah yang sehat karena jumlah sampah yang ada di rumah bisa berkurang.

Cara/Metode Pengelolaana. Pemilahan sampah

Memilah sampah adalah langkah awal dalam pengelolaan sampah. Dulunya, hanya dikenal pemilahan sampah basah dan sampah kering. Cara ini dapat dikembangkan lagi dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya yang lebih spesifik. Misalnya, sampah kering dipisahkan lagi menjadi sampah kertas, plastik, kaleng, dan kaca.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 19: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

36

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Contoh pemilahan sampah yang dimulai dari rumah.Sumber: Modul Pelatihan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat – ESDP

Contoh kantong pemilah sampah untuk tingkat rumah tanggaSumber: alibaba.com

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 20: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

37

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

b. Proses 3RProses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang berarti “Mengurangi, Menggunakan Kembali, dan Mendaur Ulang” adalah proses yang paling umum dan paling sering dipropagandakan untuk mengurangi jumlah sampah. Proses ini sendiri akan lebih efektif jika dilakukan pada skala rumah tangga. Reduce

Reduce berarti mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Caranya dapat berbagai macam, misalnya:- Membeli barang sesuai kebutuhan agar tidak menghasilkan sisa/sampah

(leftover). Dengan cara ini, tidak hanya sampah yang dapat dikurangi, tapi juga jumlah pengeluaran untuk belanja.

- Membeli dan menggunakan barang yang dapat digunakan berulang kali atau tahan lama

- Hindari membeli barang dengan pembungkus yang berlebihan. Akan lebih baik jika membawa tas belanja sendiri dari rumah. Tas-tas ini sudah banyak beredar di pasaran dengan desain yang unik.

Contoh tas belanjaSumber: beta.irri.org/news/bulletin/2009.48/bullimg/recycle.bag.jpg

- Belilah kebutuhan rumah seperti sabun, pembersih, detergen, dalam kemasan besar. Satu buah kemasan besar akan menghasilkan lebih sedikit sampah daripada beberapa kemasan kecil untuk jumlah yang sama.

- Gunakan produk yang bisa didaur ulang atau terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang.

- Kurangi kebiaasan membawa pulang makanan. Jika ada waktu untuk makan di tempat, lebih baik makan di tempat. Lebih baik lagi jika membiasakan diri untuk makan masakan sendiri di rumah.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 21: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

38

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

- Hindari penggunaan tissue atau produk kertas lainnya untuk mengelap tangan setelah cuci tangan atau sekedar membersihkan meja. Sebagai gantinya, gunakan lap kain.

Di beberapa negara bahkan sudah menerapkan aturan tegas tentang jumlah sampah yang diangkut setiap minggunya dari tiap rumah untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan. Biasanya, kebijakan mereka adalah dengan hanya mengambil satu tong sampah besar dalam kondisi tertutup. Jika ada kelebihan muatan, sampah-sampah tersebut tidak diangkut dan akan menjadi ‘masalah’ sendiri bagi penghuni rumah tersebut. Selain satu tong sampah, yang juga diangkut adalah sampah yang bisa didaur ulang. Sampah ini biasanya diletakkan dalam plastik transparan khusus untuk benda daur ulang.

Contoh aturan pengangkutan sampah rumah tanggaSumber: www.canterbury.gov.uk/clean

ReuseReuse berarti menggunakan kembali barang atau produk. Contohnya:- Menggunakan sikat gigi bekas sebagai sikat untuk membersihkan sepatu atau

barang-barang- Menyumbangkan benda-benda lama atau pakaian layak yang tidak terpakai

lagi kepada panti-panti asuhan atau panti sosial. Jika memungkinkan, tas atau pakaian yang sudah lama bisa didesain ulang menjadi tas/pakaian/aksesoris baru.

- Menyimpan kardus dari kiriman barang. Jangan langsung dibuang karena mungkin akan terpakai saat akan mengirimkan barang lagi.

RecycleRecycle atau proses daur ulang adalah cara yang paling umum dilakukan saat ini. Biasanya, barang-barang yang didaur ulang ini adalah jenis barang yang tidak dapat dipakai kembali atau merupakan bahan sisa (sampah anorganik).

Jika tidak mampu mendaur ulang sampah sendiri, sebaiknya lakukan pemisahan sampah, kemudian jual ke tempat loak atau biarkan pemulung mengambilnya. Biasanya, barang-barang ini nanti akan dibawa ke pabrik pengolahan sendiri untuk mendaur ulang material-material pembentuknya.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 22: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

39

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Pemilahan sampah untuk didaur ulangSumber: littletrasure2u.com

Komposting Sampah organik (sampah mudah membusuk) yang ada di rumah dapat diolah menjadi kompos dengan alat-alat yang sederhana. Misalnya dengan menggunakan takakura untuk skala rumah tangga.

Contoh Takakura dan susunan bagian dalam TakakuraSumber: Modul Pelatihan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat – ESDP

5.5. Pengelolaan Sampah Organik Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 23: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

40

Sampah makanan

Corong penuang

Penimbunan/ pembakaran

Pengomposan aerob

Padatan kotoran

Fermenter asam

Fermenter metan

Penyimpan kotoran

Gudang biogas

Generator ListrikPupukGudang

Pemisah/ penghancur

Material inert

Tangki pencampur Pemisah bergravitasi

Belt atau baut tekan

dewater

Lindi

Air Olahan

Ke STP

Air olahan

Pembong-karan

Kompos

Pemanas

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Sumber: www.linergy.co.uk Sumber: www.north-herts.gov.uk

Sumber dan Jenis Sampah Organik

A. PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK

Pengolahan sampah organik.Sumber: www.hallasanup.com

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 24: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

41

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

1. PENGOMPOSAN

Himbauan untuk mendaur ulang sampah organik menjadi komposSumber: www.bionetix.co.uk

a. PengertianPengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Secara umum, pengomposan dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni proses aerob dan anaerob. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

b. Manfaat pengomposanAspek Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnyaAspek Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana

dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah

Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 25: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

42

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

c. Proses pengomposan aerobikPeralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.1. Terowongan udara (Saluran Udara)

Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m Sudut : 45o Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton

2. Sekop Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya

3. Garpu/cangkrang Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan

pemilahan sampah4. Saringan/ayakan

Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang sesuai

Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar

5. Termometer Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian

dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak

mencemari kompos jika termometer pecah6. Timbangan

Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang diinginkan

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 26: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

43

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan pengemasan

7. Sepatu boot Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar

dari bahan-bahan berbahaya8. Sarung tangan

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan

9. Masker Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan

terbang lainnya

Tahapan Pengomposan1. Pemilahan Sampah

Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan

2. Pengecil Ukuran Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga

sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos3. Penyusunan Tumpukan

Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.

Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.

Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.

4. Pembalikan Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan

udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

5. Penyiraman Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering

(kelembaban kurang dari 50%). Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras

segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 27: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

44

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.

6. Pematangan Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin

menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.

Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.7. Penyaringan

Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.

Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.

8. Pengemasan dan Penyimpanan Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan

pemasaran. Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung

dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin. (Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Kompos)

d. Pengomposan dengan alat/ mesin komposterPengomposan dapat juga menggunakan alat mesin yang berfungsi dalam

memberi asupan oksigen serta membalik bahan secara praktis. Komposter Rotary Klin berkapasitas 1 ton bahan sampah mengelola proses membalik bahan dan mengontrol aerasi dengan cara mengayuh pedal serta memutar aerator (exhaust fan). Penggunaan komposter BioPhoskko disertai aktivator kompos yang tepat akan meningkatkan kerja penguraian bahan (dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja.

Komposter jenis ini lebih banyak digunakan pada skala rumah tangga. Cara penggunaannya adalah (Sumber: www.rtlima.com/infokomposter.pdf): Sampah dipilah di dapur dan di taman

Sisa buah-buahan, sisa sayuran, dan sampah taman dipotong dengan ukuran 2-5 cm. Semakin kecil potongan, semakin cepat proses pembusukan. Pemotongan sampah ini dapat menggunakan alat pencacah sampah. Sementara untuk sisa makanan, tiriskan terlebih dahulu makana yang berkuah.

Sampah dimasukkan ke dalam komposter rumah tanggaBila diperlukan, masukkan sumber karbon untuk menutupi bagian atas sampah. Sumber karbon dapat mengurangi munculnya larva lalat dan mempercepat proses

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 28: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

45

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

pembusukan. Sumber karbon antara lain: dedak, sekam, serbuk gergaji, pupuk kandang, kompos.

Jangan terlalu banyak memasukkan sampah taman ke dalam komposter, karena sampah taman lebih lama membusuk dibandingkan sampah basah lainnya

Jika komposter sudah penuh, sampah bagian bawah yang sudah berubah menjadi kompos dapat dipanen atau didiamkan selama 30 hari menunggu hingga semua sampah di bagian atas berubah menjadi kompos

2. PEMBUATAN BIOGAS

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 29: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

46

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Limbah organik lain yang dapat diolah adalah limbah/ kotoran yang berasal dari hewan ternak. Kotoran ternak mengandung zat-zat yang dapat menjadi sumber gas metana sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas, dalam hal ini gas.a) Alat

Drum volume 200 liter Drum volume 120 liter Sepotong pipa 10 cm yang berdiameter 2 cm Slang untuk penyalur gas Kran penyalur gas Ember Jerigen volume 5 liter Martil Pahat.

b) Bahan Kotoran sapi, kerbau, unggas atau hewan lainnya Limbah hasil panen dan atau sampah organik lainnya Air

c) Cara Kerja Campurkan 2 liter kotoran sapi dan dua liter air ke dalam ember, aduk hingga

merata Tambahkan ke dalam campuran tadi cacahan rumput secukupnya dan aduk

kembali hingga merata Masukan campuran bahan-bahan tadi ke dalam jerigen yang bervolume 5 liter.

Biarkanlah jerigen tersebut terbuka Simpanlah jerigen yang telah berisi campuran bahan-bahan tadi pada tempat

yang aman dan terlindung selama 2 bulan. Selama penyimpanan, lakukanlah pengguncangan pada jerigen tersebut sebanyak

3 atau 4 kali dalam satu minggu d) Persiapan Limbah yang Akan Digunakan

Kumpulkan kotoran sapi atau hewan ternak lainnya Kumpulkan bahan-bahan organik yang berupa limbah pertanian, limbah pasar,

limbah ternak, atau limbah-limbah organik lainnya. Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan telah kering, hancurkan terlebih

dahulu dengan cara mencacahnya hingga halus. Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan masih basah (masih segar),

lakukan pencabikan untuk memudahkan pembusukan, kemudian simpanlah ditempat terbuka selama sekitar 10 hari agar mengalami pembusukan.

e) Menempatkan Limbah dalam Unit Biogas

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 30: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

47

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Masukan 3 ember bahan-bahan organik yang telah disiapkan di atas bersama-sama dengan 3 ember air kedalam drum yang bervolume 200 liter, kemudian aduk hingga merata.

Lakukan hal yang sama hingga mencapai volume sekitar 2/3 volume drum 200 liter atau hingga setinggi volume drum 120 liter.

Masukan starter yang telah disiapkan di atas ke dalam drum 200 liter yang telah diisi bahan-bahan organik, kemudian aduklah hingga merata.

Masukan drum yang bervolume 120 liter dengan kran dalam keadaan terbuka. Tekanlah drum kecil tersebut hingga mencapai dasar drum besar. Usahakan tidak ada udara dalam drum kecil tersebut.

Jika permukaan drum bervolume 120 liter tidak terbenam, keluarkan kembali drum tersebut dan tambahkan kembali bahan-bahan organik dan air ke dalam drum bervolume 200 liter sampai mencukupi untuk membenamkan drum bervolume 120 liter.

Bila sudah diyakini bahwa drum bervolume 120 liter terbenam seluruhnya dalam campuran bahan-bahan organik yang terdapat di dalam drum bervolume 200 liter dan bagian dalam drum bervolume 120 liter tersebut telah penuh berisi bahan-bahan organik, tutuplah keran yang terdapat pada drum bervolume 120 liter tadi (lihat gambar).

Biarkanlah drum-drum tadi selama 3 - 4 minggu. Selama waktu ini proses fermentasi akan berlangsung dan gas yang dihasilkan akan terjebak di dalam drum bervolume 120 liter. Gas ini akan menyebabkan drum bervolume 120 liter terdorong ke atas.

Sambil menunggu proses fermentasi berlangsung, periksalah apakah ada kebocoran gas dari drum bervolume 120 liter. Bila terjadi kebocoran segera di tambal dengan cat atau aspal. Untuk mengetahui adanya kebocoran dapat dilakukan dengan cara membasahi permukaan drum bervolume 120 liter dengan air sabun. Kebocoran akan terlihat dengan adanya buih pada daerah yang bocor tersebut.

Setelah diketahui drum bervolume 120 liter berisi gas, periksalah gas tersebut untuk meyakinkan bahwa gas yang terbentuk merupakan gas yang dapat digunakan untuk bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuka kran dan menyalakan api di atas pipa penyalur gas.

f) Catatan Waktu yang diperlukan untuk memproduksi gas sekitar 3 - 4 minggu, setelah itu

gas akan diproduksi secar kontinyu selama 8 minggu. Selama 8 minggu ini, separuh dari total gas yang diproduksi dibentuk pada 2 - 3 minggu pertama, sisanya dibentuk pada 5 - 6 minggu terakhir.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 31: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

48

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

2. Setelah waktu 8 minggu dilalui, gas tidak akan banyak terbentuk, maka unit biogas dapat dikosongkan kembali dan isinya dapat digunakan sebagai starter untuk pembuatan biogas berikutnya.

3. Dalam pembuatan starter kotoran sapi yang digunakan diusahakan yang masih baru (hangat). (Sumber: file.upi.edu - Diana Rochintaniawati: Pembuatan Biogas)

3. PEMBUATAN BIOBRIKETPengolahan sampah organik lainnya adalah dengan membuat biobriket. Bahan utama biobriket adalah ampas tanaman, umumnya tanaman ladang seperti jagung, tebu, maupun kelapa sawit. Pembuatan biobriket ini digagas oleh Basriyanta, Ketua Lembaga Sentra Inovasi Energi. a) Biobriket dari Bonggol Jagung

Untuk pembakaran sampah, digunakan sistem pembakaran sendiri. Maksudnya adalah dengan menyulut sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah berikutnya, menghancurkan arang dengan cara menumbuk dan mengayaknya.Karbon hasil ayakan itu dicampur dengan perekat agar padat. Pemadatan dilakukan agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g. Sebagai bahan perekat, digunakanlah tepung kanji. Bahan lain sebagai perekat adalah blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem. Campuran karbon dan lem dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci. Kemudian campuran tersebut dipres hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Biobriket basah dioven selama 2 jam. Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2 jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam. (Sumber: trubus-online.co.id)

b) Biobriket Serbuk GergajiSelama ini serbuk gergaji hasil proses pemotongan kayu tidak dimanfaarkan dan hanya dibuang atau dibakar begitu saja, pada hal serbuk gergaji ini masih mengikat energi, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif dengan pembuatan briket arang. Proses pembuatan briket arang dari serbuk gergaji adalah: Pengarangan : serbuk gergaji dan tempurung kelapa dibuat dengan pengarangan

manual atau dibakar. Pengayakan : bertujuan untuk menghasilkan arang serbuk gergajian dan

tempurung kelapa yang lembut dan halus. Arang serbuk gergaji diayak dengan saringan ukuran 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan saringan ukuran 70 mesh.

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 32: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

49

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Pencampuran media : arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa yang telah diayak selanjutnya dicampur dengan perbandingan arang sebuk gergaji 90% dan arang tempurung kelapa 10%. Pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak 2,5 &%dari seluruh campuran.

Pencetakan briket arang : setelah semua bahan-bahan tercampur secara merata, dimasukkan kedalam cetakan briket dan dikempa, setelah itu dikeringkan dengan oven. (Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

c) Biobriket Sampah OrganikMembuat briket jenis ini relatif murah dan sederhana. Sampah organik terlebih dahulu dibakar dalam sebuah lubang sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk, dihaluskan, dan disaring menjadi bubuk. Setelah diberi campuran perekat (tepung kanji), bubuk lalu dicetak. Dalam prosesnya, hanya arang yang berwarna hitam pekat yang diolah karena lebih berkualitas dalam menghasilkan energi. Arang daun ini ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan tepung kanji dengan takaran 1:4. Tepung kanji yang digunakan hanya sedikit karena hanya sebagai perekat. Setelah tercampur rata, adonan ini dicetak sesuai kebutuhan dan dijemur hingga kering. Setelah dijemur sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap pakai.Selain bisa menggantikan minyak tanah, arang briket juga ramah lingkungan karena tak mengandung zat kimia yang membahayakan. Briket ini juga hemat dan bisa menyala lebih lama, yakni enam jam terus-menerus tanpa perlu dikipasi. Setelah dipakai, ampas briket sampah tetap bermanfaat sebagai pupuk tanaman.(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

d) Biobriket Tandan Kelapa SawitTandan kelapa sawit dibakar sehingga diperoleh serbuk, selanjutnya serbuk tandan kelapa dihaluskan dan setelah dihaluskan dan dicampur dengan perekat untuk memperkuat ikatan-ikatan antar molekul. Kemudian dicetak dan dikeringkan dengan oven. Briket tandan kelapa sawit telah melalui beberapa tahap pengujian standar. Berdasarkan hasil pengujian ini kadar gas nitrogen, kadar karbon monooksida kadar gas sulfur masih berada dalam ambang batas kewajaran yang aman bagi lingkungan. Briket tandan kelapa sawit ini masih dalam pengembangan skala laboratorium dan belum dipasarkan secara bebas dan diperjual belikan secara komersial. Dan diperlukan usaha pengembangan lebih lanjut dan dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya institusi pendidikan, dukungan pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk menghilangkan ketergantungan akan bahan bakar fosil dan demi kelanjutan ketersediaan bahan bakar di masa yang akan datang.(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 33: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

50

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Contoh-contoh biobriket

(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

5.6. Pengelolaan Usaha Pengomposan

A. MODALUntuk membuka tempat pembuatan kompos perkiraan estimasi dana yang harus dikeluarkan, yaitu sebesar Rp. 35.000.000,- s/d. Rp. 40.000.000,-. Dana sebesar itu digunakan untuk membangun sarana prasarana serta peralatan dan perlengkapan.

Keterangan Harga (Rp.)

Biaya sewa lahan untuk setahun (500 m²) 5.000.000,-Biaya pembelian mesin pencacah 20.000.000,-Biaya pembelian mesin pengaduk 10.000.000,-Biaya pembelian mesin penjahit karung 500.000,-Jumlah 35.500.000,-

Dana bisa mencapai Rp. 40.000.000,- jika kita juga menyewa bangunan untuk tempat usaha. Minimal, kit aharus mengeluarkan dana sebesar Rp. 4.500.000,- per tahun untuk menyewa bangunan yang luasnya 50 m². Sebagian besar modal awal dialokasikan untuk membeli mesin. Jika kita ingin mngurangi jumlah modal awal, kita bisa mengurangi biaya pembelian dengan hanya membeli mesin pencacah saja. Sementara itu, untuk proses pengadukan, kita bisa melakukannya secara manual dengan menggunakan cangkul tanpa bantuan mesin pengaduk. Dengan hanya membeli mesin pencacah, kita bisa menghemat modal Rp. 10.000.000,-

B. PEMBIAYAAN Komponen biaya utama adalah transportasi dan tenaga kerja. Transportasi yang utama adalah pengangkutan serbuk gergaji ke lokasi, terutama ongkos bongkar

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 34: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

51

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

muatnya. Tenaga kerja terutama untuk pencampuran dan pembalikan. Biaya untuk tempat dan fasilitas windrow relatif kecil dibandingkan kedua komponen tadi. Untuk pengomposan 2.628 meter kubik sampah organik, kita membutuhkan biaya-biaya sebagai berikut:

Keterangan Nilai (Rp.)

A. Biaya Tetap1. Sewa tempat (Rp. 5.000.000 : 12) 420.0002. Depresiasi peralatan (Rp. 35.000.000 : 12) 3.000.000

B. Biaya Variabel1. Upah tenaga kerja (25 orang) 12.000.0002. Perlengkapan kerja 450.0003. Inokulan EM4 1.150.0004. Molase 76.0005. Plastik/ karung pengemasan 750.0006. Biaya pengangkutan 1.500.000

Total Biaya 19.346.000

Jika dalam sebulan kita bisa memproduksi kompos sebanyak 25 ton dengan harga penjualan Rp. 1.000,- per kilogram, maka kita akan memperoleh pemasukan sebesar Rp. 25.000.000,-. Dari jumlah ini kita akan memperoleh keuntungan bersih Rp. 5.654.000,- setelah dikurangi biaya rutin/ bulanan. Dengan keuntungan bersih lebih dari Rp. 5.000.000,- modal kita akan kembali dalam jangka waktu 5 – 6 bulan.

C. TENAGA KERJADalam usaha pengomposan, kita membutuhkan banyak tenaga kerja, terutama untuk proses pengadukan dan pembalikan secara manual. Namun, jika kita sudah memiliki mesin pengaduk sendiri, maka jumlah tenaga kerja pun dapat dikurangi. Biasanya untuk mengolah kompos di lahan seluas 500 m², kita membutuhkan minimal 25 orang pekerja. Di antara mereka ada yang bertugas menyortir sampah dengan memisahkan sampah organic dari sampah anorganik, atau sampah organic yang bagus dari sampah organic yang terkontaminasi, sebagian pekerja lainnya bertugas melakukan pencacahan bahan baku, baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin, dan sisanya bertugas mengaduk dan membolak-balik kompos. Mereka juga bertugas sebagai pengawas kualitas kompos.

D. PENYALURAN/ DISTRIBUSI Setelah proses produksi, tahap selanjutnya adalah pemasaran dan aplikasi akhir. Untuk aplikasi di daerah sekitar, tidaklah perlu dilakukan pengemasan. Selain karena

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

Page 35: BAB 5.Literatur Lap.akhir NP

52

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3RBidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

faktor biaya, pengemasan juga akan menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik. Aplikasi lainnya adalah pengemasan terselubung, yaitu penjualan kompos yang digabung dalam paket penjualan bibit tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman buah-buahan. Penggabungan bisnis pengomposan dan pembibit - an merupakan simbiosis yang menguntungkan, baik dari pemanfaatan tenaga kerja maupun jumlah penjualan kompos yang meningkat. Pengembangan selanjut –nya, usaha penjualan kompos diintegrasikan dengan bisnis untuk pengerjaan landscape dan/ atau perawatan taman sehingga siklus pemanfaatan kompos dan pembuatan kompos dari sampah kebun dapat terintegrasi. Dengan bahan baku yang melimpah ruah, kita dapat memproduksi kompos sesuai permintaan tanpa harus takut kekurangan bahan baku. 1 kg kompos dapat kita jual dengan harga rata-rata Rp. 1.000,-. Dengan harga penjualan yang murah, kita tetap dapat mengais keuntungan karena permintaan terhadap kompos tidak pernah berhenti bahkan cenderung meningkat. Ketika usaha pengomposan telah berkembang, akan lebih baik jika kita mengembangkannya melalui program kemitraan. Kita bisa bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani yang membutuhkan kompos dalam kegiatan mereka atau menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang agrikultural. (sumber: Gunawan, 2007: 71).

LAPORAN AKHIR Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan