Isi KPD

47
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah K etuban P ecah D ini (KPD). Yang sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian tersebut mendekati 10% dari semua persalinan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan angka kematian i bu lebih dari 300- 400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah 1

description

ini

Transcript of Isi KPD

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah Ketuban Pecah Dini (KPD). Yang sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana kejadian tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan angka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.

1.2 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari ketuban pecah dini.2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari ketuban pecah dini.3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari ketuban pecah dini.4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi dari ketuban pecah dini.5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari ketuban pecah dini.6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.7. Untuk mengetahui dan memahami konsep keperawatan dari ketuban pecah dini yang meliputi intervensi, implementasi, dan evaluasi.8. Untuk mengetahui dan memahami diaognosa yang muncul pada ketuban pecah dini.

BAB 2TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina (Helen, 2003).Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan.

2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009 meliputi antara lain: 1. Serviks inkompeten.2. Faktor keturunan.3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia).4. Over distensi uterus.5. Malposisi atau malpresentase janin.6. Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks.7. Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih.8. Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil.9. Merokok selama kehamilan.

10. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda.11. Paritas.12. Anemia.

2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :a. UsiaKarakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.

b. Sosial ekonomi (Pendapatan)Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. ParitasParitas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

d. AnemiaAnemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.

e. Perilaku MerokokKebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbon monoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain.Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan- gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPDPengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

g. Serviks yang inkompetensikInkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).

h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihanTekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis2) Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002).

2.4 Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD) Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).

2.5 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme servik ovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivasi monosit/ makrofag, yaitu sitokin, interleukin 1,faktor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi olehparu-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergisjuga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnionjuga akan merangsang sel-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudianprostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atauproduk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit ketuban.Banyak flora servikovaginal komensal dan patogenikmempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagentipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkanpengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.Enzim hidrolitiklain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadiplasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

2.6 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil. Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah pecah.e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Sarwono, 2010).

2.8 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini (KPD)a. Pemeriksaan laboratoriumCairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009).

2.9 Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi: 1. Mudah terjadinya infeksi intra uterin.2. Partus prematur. 3. Prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu 1. Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas.2. Komplikasi selama persalinan dan kelahiran. 3. Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).

2.10 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi :a. Konserpatif1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.3. Jika umur kehamilan 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesar. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri.3. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesar. 4. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan KPD adalah :a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritasc. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan. e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his spontan.

BAB 3TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian 1. Identitas klienNama: Ny. IUmur: 30 tahunJenis kelamin: PerempuanAgama: IslamSuku / Bangsa: Batak/ IndonesiaPendidikan: SMAPekerjaan: Ibu rumah tanggaRuang Rawat: Kenari/ III, RSU ROYAL PRIMA, MEDAN No.MR: 249226Status Perkawinan: Sudah menikahTanggal masuk RS: 23 Maret 2015Tanggal Pengkajian: 24 Maret 2015Diagnosa Keperawatan: Ketuban Pecah Dini (KPD)Alamat: Jln. Danau Singkarak, Medan2. Penanggung jawabNama: Tn. HUmur: 35 tahunJenis Kelamin: PriaPendidikan: S1Pekerjaan: PNSSuku / Bangsa: Sunda / IndonesiaAgama: IslamAlamat: Jln. Danau Singkarak, MedanHub. Dg keluarga: Suami

3. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama1) Keluhan saat MRS (Masuk Rumah Sakit):Keluar cairan dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau.2) Keluhan saat pengkajian:Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau. Klien mengatakan usia kehamilan 8 bulan ( 32 minggu).

b. Riwayat Penyakit SekarangKlien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam pada pukul 05.30 WIB tanggal 23 Maret 2015, klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau serta merasakan nyeri pada bagian abdomen bawah dengan skala nyeri 6 (dari skala nyeri 1 10), nyeri muncul tiba-tiba saat duduk/bergerak dengan durasi 3 - 7 detik, nyeri terasa seperti diremas dan menyebar ke daerah belakang, saat terasa nyeri Ny. I terlihat mengusap - usap perut. Kemudian, oleh keluarga Ny. I dibawa ke bidan tempat biasa periksa, oleh bidan Ny. I dirujuk ke RSU ROYAL PRIMA, MEDAN dengan alasan untuk diberi obat penguat janin, namun setibanya di rumah sakit (06.30 WIB) melalui RPP (Ruang Penerimaan Pasien) keluar air ketuban merembes (KPD), usia kehamilan 8 bulan ( 32 minggu) his 3x/menit lamanya 45 detik. Ny. I mendapat terapi infus RL 20 tpm selama di VK (ruang bersalin). Saat ini Ny. I dirawat di ruang Kenari/III.

c. Riwayat Kesehatan dahuluKlien mengatakan sebelumnya saat melahirkan anak pertama tidak pernah mengalami hal seperti ini. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, atau asma. Klien juga mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti TBC.

d. Riwayat kesehatan keluargaKlien mengatakan keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

e. Riwayat Keperawatan Prenatal1. GPA : G2P1A0.

2. Riwayat penggunaan kontrasepsi a. Jenis: Pil KBb. Mulai menggunakan: klien mengatakan mulai menggunakan pil KB 3 tahun.c. Terakhir menggunakan: 3 tahun yang lalu.d. Keluhan: Tidak ada.

3. Riwayat Menstruasia. Menarche: 14 tahunb. Siklus: 28 haric. Keluhan: Dismenohread. Banyak darah: Normale. HPHT: 21 Agustus 2014f. TP: 28 Mei 2015

4. Riwayat perkawinan a. Status perkawinan: Kawinb. Berapa kali menikah: 1 x c. Usia pernikahan: 5 tahun

5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang dulu.a. Umur kehamilan: Atermb. Persalinan: Spontanc. Tempat bersalin: Bidand. Komplikasi persalinan: Tidak adae. Penolong persalinan: Bidanf. Jenis kelamin: Perempuang. Berat badan: 3500 gramh. Panjang badan: 47 cmi. Keadaan bayi: Sehat, tidak cacat, hidupj. Komplikasi nifas: Tidak adak. Perdarahan: Tidak adal. Menyusui: Hingga usia anak 2 tahun.

6. Riwayat kehamilan sekaranga. Trimester I :1) Ibu ANC 1 kali di RS.2) Ibu mengeluh mual- mual dan sudah terlambat haid selama 2 bulan.3) Ibu sudah mendapat terapi berupa :Vitamin B complex: 1 x 1 tablet / hariVitamin C: 1 x 1 tablet/ hari4) Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang mual-mual dan terlambat haid. Untuk masalah mual ibu dianjurkan untuk makan makanan yang kering seperti biscuit serta makan dalam porsi kecil tapi sering, Menghindari makan-makanan yang berbumbu tajam dan bau-bauan yang menyengat.Untuk masalah terlambat haid ibu dinyatakan positif hamil setelah dilakukan pemeriksaan.

b. Trimester II :1) Ibu ANC 2x di RS.2) Ibu mengeluh pusing dan mual.3) Ibu sudah mendapat terapi berupa :Kalk: 1 x 1 tablet / hariVitamin B6: 1 x 1 tablet / hariAsam Folat: 1 x 1 tablet / hari4) Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang pusing dan mual.5) Untuk pusing ibu di anjurkan untuk bangun secara perlahan saat bangun tidur. Untuk mual ibu dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering, hindari makan-makanan yang berminyak.

c. Trimester III :1) Ibu ANC 2 x di RS.2) Ibu mengeluh susah tidur, sering kencing, pegal pada bagian punggung dan pinggang, kram/kesemutan pada bagian kaki.3) Ibu sudah mendapat terapi berupa: Kalk: 1 x 1 tablet / hariVitamin B6: 1 x 1 tablet / hariAsam folat: 1 x 1 tablet / hari4) Usia kehamilan ibu sudah 32 minggu

4. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum: Lemah 2. Penampilan: Klien tampak lesu 3. Kesadarana. Kualitas: Komposmentisb. Kuantitas: E = 4, V = 5, M = 6 GCS = 15c. Fungsi kortikal: Klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu dan orang.4. Tanda-tanda vitala. TD= 120/90 mmHgb. Pols= 84 x / mntc. R= 20 x / m d. S= 36,5 CBB sebelum hamil: 65 kgBB sekarang: 68 kgTB: 159 cm

5. Pemeriksaan Head To Toea. Rambut dan kulit kepalaBentuk simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.

b. Muka Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak sembab, tidak ada cloasma gravidarum.

c. Mata Konjungtiva anemis, sclera ikterik, fungsi penglihatan klien baik, terbukti klien dapat membaca papan nama yang mengkaji dalam jarak 30 cm.

d. Hidung Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), fungsi penciuman baik terbukti klien dapat mencium aroma kayu putih.

e. TelingaSimetris tidak terdapat serumen, tidak ada peradangan dan nyeri, tidak menggunakanalat bantu pendengaran,fungsi pendengaran baik.

f. Leher Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada peningkatan tyroid.

g. DadaBentuk simetris, bunyi jantung reguler, tidak terdapat bunyi ronchi maupun wheezing, mamae simetris tidak ada benjolan, puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran colostrum.

h. Abdomen1. InspeksiBentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan, tidak ada bekas luka SC.2. PalpasiPada pemeriksaan secara leopold ditemukan:Leopold I: Tinggi fundus Uteri antara pusat dengan procesus xypodseus atau 32 cm dari simpisis pubis sampai procesus xypoideus.Leopold II: Pada bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tojolan kecil (bagian terkecil janin) dan pada bagian kanan perut ibu teraba bagaian datar dan keras seperti papan (punggung janin).Leopold III: Bagian terbawah janin adalah letak kepala.Leopold IV: Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil dari kepala turun kedalam rongga panggul.

i. Genetalia 1. Flour albus: Keputihan ada, tidak berwarna dan berbau2. Perdarahan: Tidak ada3. Kebersihan: Terawat4. Keluhan: Tidak ada

j. Ekstremitas atas bawahEkstremitasatas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + amp piton gtt: 8 tetes/menit sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada

5. Aktivitas Sehari- Hari 1. Nutrisia. Saat di Rumah:Klien mengatakan makan dengan jenis nasi, sayuran juga lauk pauk dengan frekuensi tiga kali sehari dan minum frekuensi 8 gelas = 2000 ml/ hari dengan jenis air putih, air teh, dan jenis minuman lainnya.

b. Saat di RS:Klien mengatakan kurang nafsu makan daripada di rumah, frekuensi makan tiga kali sehari dengan porsi sedikit ( 3 sendok makan) dengan jenis makanan nasi lembek, sayuran juga lauk pauk dan frekuensi minum 3 gelas = 750 ml/ hari dengan jenis minuman air putih dan susu, tetapi klien kurang suka minum susu.

2. Istirahat/tidura. Saat di rumah:Klien mengatakan tidur siang 1 2 jam dan tidur malam 5 6 jam dengan tidur baik.b. Saat di RS:Klien mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 4 5 jam dengan kualitas tidur kurang efektif, klien mengatakan sulit tidur karena merasa nyeri pada bagian perut.

3. Personal Hygienea. Saat di rumah:Klien mengatakan mandi dua kali sehari, cuci rambut tiga kali seminggu, gosok gigi dua kali sehari, dan ganti pakaian 2 sehari. Klien mengatakan saat haid klien selalu mengganti pembalut 2 sehari.b. Saat di RS:Klien mengatakan belum ada mandi selama di rawat, tetapi klien hanya diseka, gosok gigi ada dengan bantuan keluarga, ganti pakaiaan sekali sehari dengan bantuan keluarga.

4. Eliminasia. Saat di rumah:Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces. BAK sehari 3 kali sehari dengan warna kuning jernih. Sering BAK pada malam hari 1 kali pada saat sebelum tidur.

b. Saat di RS:Klien mengatakan BAB sehari satu kali dengan konsentrasi padat, warna kuning khas feces. BAK sehari 3 kali sehari dengan warna kuning jernih. Sering BAK pada malam hari 1 kali pada saat sebelum tidur.

5. Pola aktivitasa. Saat di rumah:Kegiatan dalam pekerjaan selama hamil memasuki trimester ke-III klien istirahat bekerja hanya tinggal di rumah, membantu memasak dan bersih-bersih rumah, olahraga jalan-jalan pagi dan ikut senam hamil 1/2 jam 1 jam keluhan dalam aktivitas hanya mengeluh lebih cepat lelah daripada saat sebelum hamil.b. Saat di RS:Kegiatan klien saat di RS hanya menghabiskan waktu berbaring di tempat tidur, semua aktivitas dibantu oleh keluarga.

6. Aspek Psikologis1. Persepsi klien terhadap kehamilanKlien merasa takut dan khawatir akan kelahirannya tidak lancar dan takut janinnya terjadi apa-apa.

2. Persepsi keluarga terhadap kehamilan.Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur persalinan yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi apa-apa.

3. Konsep diriKlien berharap persalinannya lancar dan keadaan bayinya baik-baik saja.

7. Aspek SosialHubungan klien dengan lingkungan rumahnya dan rumah sakit baik. Klien kooperatif dengan petugas kesehatan rumah sakit.

8. Aspek Spiritual Klien beragama islam. Klien menjalankan ibadah selama berada di rumah sakit, klien juga selalu berdoa agar proses operasi sesarnya berjalan dengan baik.

9. Pengetahuan Klien Dan Keluarga Tentang: 1. Perawatan payudaraKlien dan keluarga klien mengatakan telah mendapatkan pengetahuan tentang perawatan payudara di rumah praktek bidan maupun posyandu.

2. Perawatan kehamilanKlien dan keluarga klien mengatakan telah mendapatkan pengetahuan tentang perawatan kehamilan di rumah praktek bidan (BPS) maupun posyandu.

3. KBKlien dan keluarga klien mengatakan telah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi (KB).

4. Persiapan persalinanKlien dan kelurga klien telah memahami tanda-tanda persalinan. Klien dan keluarga klien juga mengatakan siap secara mental untuk melahirkan melalui persalinan.

10. Pemerikasaan Laboratorium Dan DiagnostikTglPemeriksaanHasilNormalKesan

24 Maret 2015Hemoglobin10,4 gr%13- 16 gr%Rendah

Leukosit 9100/ ul5000- 10000/ ulNormal

Trombosit2040015000- 40000Normal

11. TerapiInf. Dextrose Ceftriaxon: 2 x1 gr( jam 09.00 21.00 )Dexametason: 2 x1 amp( jam 09.00 21.00 )Amoxilin: 3 x 1 (500 gr)Vit C: 3 x 1 (100 gr)

3.2 Analisa Data NoDataPenyebabMasalah

1.DS:a. Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam.b. Klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbauDO:a. Cairan yang ketuban dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau.b. Terapi yang diberikan cefriaxone dan dexametason.Ketuban pecah dini

Tidak adanya pelindung dunia luar

Mudahnya mikroorganisme masuk secara asendens.

Resiko Tinggi InfeksiResiko tinggi infeksi

2.DS:a. Klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari ari.b. Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan.DO:a. Klien tampak meringis dan memegangi perutnya.b. Nyeri yang dirasakan pada skala nyeri 6 (1 10).c. Klien melakukan bedrest total.-

Gravida

His yang berulang

Peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks.

Rasa mulas dan ingin mengejan.

Klien melapor rasa tidak nyaman.

Gangguan rasa nyaman nyeri.Gangguan rasa nyaman nyeri.

3.DS:a. Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. b.Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di deritanya dan merupakan hal yang pertama kali terjadi. DO: a. Klien tampak cemas dan gelisah.b.Klien sering bertanya tentang penyakit nya kepada perawat.

Ketuban pecah dini

Air ketuban terlalu banyak keluar

Kecemasan ibu terhadap kesehatan janin dan ibunya.

AnsietasAnsietas

3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan his yang berulang, peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks.3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini.

3.4 Intervensi Keperawatan NoDiagnosa KeperawatanTujuan Dan Kriteria HasilIntervensiRasionalisasi

1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam di harapkan pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.Kriteria Hasil: a.Tanda-tanda infeksi tidak ada.b. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.c. DJJ normald. Leukosit pasien kembali normal.e. Suhu 36,5 0C

Mandiri:a. Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.b. Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.c. Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.d. Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.

e. Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.

f. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar.Kolaborasi: a. Berikan cairan oral dan parental sesuai indikasi.

b. Berikan antibiotik profilaktik bila diindikasikan.

c. Dapatkan kultur darah bila gejala sepsis ada.

Mandiri: a. Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asendens.

b. Mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi pada vagina. c. Menurunkan resiko infeksi saluran asendens.

d. Pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning pekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.e. Dalam 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukan melalui TTV.f. Mengurangi perkembangan mikroorganisme.

Kolaborasi: a. Meski tidak boleh sering dilakukan, namun evaluasinya dapat meningkatkan kemajuan persalinan dan menurunkan resiko infeksi. b. Antibiotik dapat melindungi perkembangan koriamnionitis pada ibu beresiko.c. Mendeteksi dan mengidentifikasi organisme penyebab terjadinya infeksi.

2. Rasa Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan his yang berulang, peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam di harapkan nyeri berkurang / nyeri hilang. Kriteria Hasil: a. Tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 mmHg N : 60-120 X/ menit. b. Pasien tampak tenang/rileks. c. Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah berkurang.

Mandiri:a. Kaji tanda-tanda Vital pasien.

b. Kaji skala nyeri (1-10).

c. Ajarkan pasien teknik relaksasi.

d. Atur posisi pasien.

e. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.Mandiri:a. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.b. Untuk mengetahui derajat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan.c. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.d. Untuk memberikan rasa nyaman.e. Untuk mengurangi tingkat stress pasien dan pasien dapat beristirahat.

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit Ketuban pecah dini.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam di harapkan defisit pengetahuan klien terpenuhi dengan peningktan pengetahuan klien terhadap penyakitnya.Kriteria Hasil:a. Klien sudahmengerti tentang penyakitdan perawatan KPD (Ketuban Pecah Dini).b. Klien tidak cemas lagi.c. Klien tidak tampak gelisah.d. Klien berkurang menanyakan hal yang sama tetang KPD (Ketuban Pecah Dini)

Mandiri:a. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.b. Dorong klien untuk istirahat total.

c. Berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya

Mandiri:a. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan.b. Untuk mempercepat proses penyembuhan.c. Agar klien mengerti tentang bahaya nya penyakit yang di derita nyan

3.5 Catatan PerkembanganNoDiagnosa KeperawatanHari/ Tgl/ JamImplementasiEvaluasiParaf

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.Selasa, 24 Maret 201508.00 - 08.30 Wib

08.30- 08.45Wib

08.45- 08.55Wib

10.00- 10.15Wib

10.15- 10.30Wib

10.30- 10.50Wib

11.00- 11.30Wib

11.30- 12.00Wib

13.00- 13.30WibMandiri:a. Melakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.b. Menggunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.c. Menggunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.d. Memantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.e. Memantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.

f. Menekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dengan benar.Berkolaborasi: a. Memberikan cairan oral dan parental sesuai indikasi. b. Memberikan antibiotik profilaktik bila diindikasikan.c. Mendapatkan kultur darah bila gejala sepsis ada.

S = Klien mengatakan tidak keluar lagi cairan ketuban dari pervaginaan.O = Tidak tampak cairan ketuban lagi.A = Masalah sebagian teratasi.P = Intervensi dilanjutkan.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan his yang berulang, peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks.

Rabu, 25 Maret 201510.00- 10.30Wib

11.00- 11.30Wib12.00- 12.30Wiba. Mengkaji tanda-tanda Vital pasien.b. Mengkaji skala nyeri (1-10).c. Mengajarkan pasien teknik relaksasi.d. Mengatur posisi pasien.e. Memberikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.S = Klien mengatakan perut tidak lagi terasa sakit dari pinggang sampai ke ari ari.O = Klien tampak tenang dan rileks.A = Masalah sebagian teratasi.P = Intervensi dilanjutkan.

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit Ketuban pecah dini.

Kamis, 26 Maret 2015

a. Meninjau proses penyakit dan harapan masa depan.b. Mendorong klien untuk istirahat total.c. Memberikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya

S = Klien mengatakan tidak cemas lagi dengan penyakitnya dan klien sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanyaO = Klien tampak tenang.A = Masalah sebagian teratasi.P = Intervensi dilanjutkan.

BAB 4PENUTUP

4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari asuhan keperawatan pada ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm atau sebelum persalinan. Sedangkan penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Adapun tanda dan gejala dari ketuban pecah dini adalah perut ibu kelihatan membesar, ibu merasa nyeri diperut, persalinan lebih lama dari biasanya dan waktu his terasa sakit.

4.2 Saran 1. Perawat harus memahami konsep dasar dari ketuban pecah dini dan memahami apa yang terjadi pada klien ketuban pecah dini sehingga perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan.2. Ketika merawat klien dengan ketuban pecah dini, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang holistik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.

2. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran, jilid I. Edisi ketiga. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.

3. Purwaningsih Wahyu, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Nuha Medika : Jakarta

32