ISBD

12
DAFTAR ISI Daftar Isi..............................................i Bab I Pendahuluan.......................................2 1.1. Latar belakang.....................................2 1.2. Rumusan Masalah....................................2 1.3............................................... Tujuan 2 Bab II Pembahasan.......................................3 2.1................................Asal Usul Budaya Antri 3 2.2...............................Pengertian Budaya Antri 3 2.3...Perbedaan Budaya Antri Indonesia dengan Negara Lain 4 2.4...................Nilai-Nilai Dari Luhur Budaya Antri 6 Bab III Penutup.........................................8 3.1. Kesimpulan.........................................8 DAFTAR PUSTAKA..........................................9 1

description

ISBD BUDAYA ANTRI

Transcript of ISBD

Page 1: ISBD

DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................................i

Bab I Pendahuluan........................................................................................................2

1.1. Latar belakang........................................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3....................................................................................................................... Tujuan 2

Bab II Pembahasan.......................................................................................................3

2.1. Asal Usul Budaya Antri.........................................................................................3

2.2. Pengertian Budaya Antri........................................................................................3

2.3. Perbedaan Budaya Antri Indonesia dengan Negara Lain......................................4

2.4. Nilai-Nilai Dari Luhur Budaya Antri.....................................................................6

Bab III Penutup.............................................................................................................8

3.1. Kesimpulan............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9

1

Page 2: ISBD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini sendi-sendi

kehidupan di masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan etika dan sikap

bernegara, berbangsa, bermasyarakat. Teknologi berkembang semakin pesat. Kegiatan

manusia pun sangat terbantu hingga waktu yang digunakan efisien. Hal ini membuat

manusia menginginkan segala sesuatu yang instan sehingga kesabaran manusia berkurang

dan tingkat individualis meningkat. Hal ini tercermin pada budaya antri.

Saat ini antri menjadi suatu hal yang sepertinya sulit sekali dilakukan. Antri yang

dimaksud bukan hanya sekedar berbaris menunggu giliran untuk memperoleh atau untuk

melakukan sesuatu, namun antri juga harus menerapkan nilai-nilai luhur dan prinsip

Pancasilai. Dimana jika nilai-nilai dan prinsip tersebut diterapkan, maka akan akan

menimbulkan keamanan dan kenyamanan dalam hubungan sosial.

1.2. Rumusan Masalah

Terdapat tiga masalah yang dibahas dalam karya tulis ini. Masalah-masalah tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Apa tujuan dari budaya antri?

2. Bagaimana penerapan budaya antri di negara yang berbeda?

3. Bagaimana korelasi antara budaya antri dengan nilai Pancasila?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan pada bagian 1.2, tujuan penulisan

karya tulis ini adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan tujuan dari budaya antri

2. Menjelaskan penerapan budaya antri di negara yang berbeda

3. Menjelaskan korelasi antara budaya antri dengan nilai Pancasila

2

Page 3: ISBD

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Asal Usul Budaya Antri

Antri telah ada sejak zaman dahulu kala, dan biasanya berkembang di suatu daerah

yang memiliki penduduk dengan tingkat intelegensi dan kemasyarakatan yang

tinggi. Pada zaman Yunani Kuno, masyarakatnya selalu patuh pada norma antri dalam

setiap kesempatan meskipun hal itu lebih dikarenakan kekuasaan raja yang memiliki

kedudukan tinggi di hati rakyatnya.

Selain itu, pada zaman Romawi kuno antri telah menjadi budaya pada daerah itu hal

ini diketahui dari artefak di pinggiran kota Roma yaitu Collosseum. Dapat dilihat bahwa

orang berbondong-bondong dengan rapi saat akan menyaksikan pertunjukan di

Collosseum. Masih banyak bukti yang menunjukkan bahwa antri telah ada sejak zaman

kuno, utamanya di daerah Eropa.

Menurut Hadisuprapto (2000), budaya antri telah berlangsung sejak dahulu, yakni

sejak zaman Romawi. Budaya antri mempengaruhi atau berhubungan dengan unsur-

unsur tertentu terutama kemajuan pola pikir masyarakat pelaku budaya antri tersebut.

Bagi masyarakat di negara maju dan pola pikir masyarakatnya sudah maju, budaya antri

umumnya berlangsung tertib. Kondisi berbeda ditunjukkan oleh negara-negara

berkembang seperti Indonesia, dimana budaya antri belum tertata dan memasyarakat.

Asumsi dasarnya, sebagian besar masyarakat dari negara berkembang belum memahami

dengan benar, serta kurang menaati unsur-unsur yang terkandung dalam budaya antri.

1.2 Pengertian Budaya Antri

Antrian pada dasarnya harus menunggu sesuai dengan susunan dalam waktu sejenak

untuk menunggu pelayanan. Pada setiap organisasi atau perusahaan terdapat berbagai

contoh/ alternatif dari beberapa proses yang menimbulkan atau menggambarkan garis

tunggu (waiting lines).

Adakalanya beberapa garis tunggu terjadi apabila beberapa konsumen, karyawan,

komponen mesin-mesin atau unit harus menunggu pelayanan. Karena fasilitas pelayanan

3

Page 4: ISBD

yang ada (terbatas) sedang melayani yang lainnya, sehingga tidak mungkin  memberikan

service secara serentak saat yang sama.

Menurut Koentjaraningrat (1996), budaya adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola

perilaku yang ditampilkan seseorang atau sekelompok orang melalui kehidupan sosial

yang diperoleh melalui proses berpikir manusia dari suatu kelompok manusia. Pendapat

ini mengandung arti bahwa budaya adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan

hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang

dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-

cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud dalam berinteraksi dengan orang

lain dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, antrian adalah peristiwa antri adalah suatu kejadian yang biasa dalam

kehidupan sehari-hari seperti menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket bus,

pada nak, pada kasir supermarket, dan situasi-situasi yang lain merupakan kejadian yang

sering ditemui. Dalam kaitan dengan hal ini, antri adalah kegiatan di tempat-tempat

tertentu dimana sekumpulan orang harus mematuhi urutan mendapat giliran memperoleh

kesempatan atau barang tertentu (Ermann, 1987).

Budaya antri tersebut mempengaruhi atau berhubungan dengan kemajuan pola pikir

masyarakat pelaku budaya antri tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat

yang baik dalam menjalankan antri maka baik pula pola pikir dan kehidupan sosialnya.

Bangsa yang baik dalam menjalankan antri maka baik pula pola pikir dan kehidupan

sosial bangsa tersebut.

1.3 Perbedaan Budaya Antri Indonesia dengan Negara Lain

Oleh masyarakat barat, budaya antri seperti telah benar-benar mendarah daging.

Bangsa Jepang yang dahulunya merupakan negara kekaisaran yang sangat menjunjung

tinggi budayanya kini dipandang lain oleh negara-negara dunia. Bangsa Jepang dinilai

memiliki kemajuan teknologi yang sangat luar biasa dan kehidupan sosial yang baik.

Begitu pula dengan budaya antrinya.

4

Page 5: ISBD

Jepang dibiasakan mengantri dengan tertib, seperti antrian penumpang bis, kereta api,

dan antrian saat hendak makan siang di sebuah rumah makan. Semua orang baik anak-

anak maupun manula akan mengikuti antrian dengan tertib, tidak ada yang minta

didahulukan dengan alasan usia atau apapun juga. Dalam hal kepatuhan terhadap

peraturan, sikap disiplin masyarakat

Selain itu, Jepang setiap harinya telah diatur jadwal jenis sampah yang akan diangkut

oleh mobil sampah, misalnya hari Senin untuk sampah daur ulang dan Selasa untuk

sampah yang bisa dibakar. Masyarakat dengan tertibnya akan memilah-milah jenis

sampah dan membuangnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Masih tergambar jelas ketika gempa melanda negara Jepang dan mengakibatkan

kerusakan yang sangat parah di berbagai sudut kota. Budaya antri yang sangat luar biasa

ditunjukkan ketika pembagian bantuan dan jatah makanan. Semua rakyatnya seakan

memiliki pemikiran dan pandangan yang sama tentang antri, sehingga pembagian

bantuan berlangsung tertib dan memudahkan petugas. Bangsa Jepang, mampu

memelihara budaya antri dengan sangat bagus, padahal kebanyakan dari mereka bahkan

tidak memiliki keyakinan/atheis.

Beberapa dari warga Jepang tidak taat menjalankan agamanya, bahkan juga banyak

melakukan kejahatan kriminalitas, khususnya tindakan asusila. Banyak remaja mereka

yang tidak asing lagi dengan minuman beralkohol maupun obat-obatan terlarang. Namun

terlepas dari itu semua, mereka berhasil menanamkan jiwa sosial dan keunggulan pola

pikir dan terlihat dari budaya antri bangsa Jepang.

Indonesia belum sepenuhnya menerapkan budaya antri. Banyak sekali contoh yang

memperlihatkan kekurangan budaya antri negara ini. Hal ini pernah terjadi misalnya,

ketika hari Idul Adha ketika pembagian jatah hewan kurban. Selalu dan tidak pernah

tidak terjadi kericuhan. Akibatnya banyak warga yang terluka dan bahkan tidak jarang

ada yang tewas. Selain itu, pada saat final sepakbola SEA Games 2011 terjadi kericuhan

ketika mengantri tiket hingga menyebabkan korban tewas 2 orang karena terinjak-injak.

5

Page 6: ISBD

Gambar 1. Antrian Pada Saat Pembelian Tiket Pertunjukan

Selain itu, hal ini juga ditunjukan oleh turis dari Indonesia ketika berada di luar

negeri, saat ingin menggunakan taksi, rupanya budaya antri pun berlaku dalam hal

pertaksian. Tetapi, orang tersebut langsung nylonong ke depan tak mengikuti antrian

yang ada, taksi berhenti, namun pengemudi taksi mempersilahkan seseorang yang berdiri

paling depan di antrian untuk naik, sementara kepada si “penyerobot” diminta untuk antri

di belakang.

Budaya antri di Indonesia seperti sebuah kebalikan dari budaya antri di luar negeri,

khususnya bangsa barat dan bangsa Jepang. Tetapi, hal ini justru membuat rasa bangga

dengan kemampuan perilaku menerobos antrian yang dimiliki.

1.4 Nilai-nilai Luhur dari Budaya Antri

Budaya antri adalah budaya yang semestinya dijunjung tinggi oleh setiap individu,

setiap lapisan masyarakat di suatu negara. Prinsip-prinsip budaya antri dan nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya dapat memberikan efek yang luar biasa positif bagi suatu

bangsa. 

Perilaku antri dapat melambangkan nilai dari sebuah bangsa itu sendiri. Dengan

antrian sebuah masyarakat bangsa itu didapat dinilai tingkat kesabaranya, semakin bagus

atau rapihnya sebuah antrian di suatu negara, maka semakin tingginya nilai bangsa

tersebut dimata dunia, namun sebaliknya jika sering kita lihat buruknya suatu antrian di

sebuah negara maka kita bisa melihat, buruknya masyarakatnya dalam tingkat

kesabaranya.

6

Page 7: ISBD

Gambar 2. Antrian Pada Saat Pengambilan Makanan dalam Acara

Selain itu, budaya antri yang tertib juga merupakan realisasi dari sila ke 5 dari Pancasila yaitu

keadilan sosial. Kesabaran dan keteraturan pada saat mengantri merupakan sikap adil yang

dilakukan antar umat sosial yang dapat menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban

serta menghormati hak-hak orang lain.

Budaya antri merupakan tindakan keadilan komulatif yaitu suatu hubungan keadilan

antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk

memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian

keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.

7

Page 8: ISBD

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antri bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Antri merupakan budaya yang mengandung nilai luhur yaitu sila ke-5. Budaya antri ternyata menunjukan karakter bangsa.

8

Page 9: ISBD

DAFTAR PUSTAKA

Ermann, David. M & Lundman, R. J. 1987 Corporate and Governmental Deviance,

Problems of Organizational Behavior in Contemporary Society, 3rd Edition,

Oxford : Oxford University Press.

Hadisuprapto, Paulus. Pemberian Malu: Alternatif Antisipatif Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (K.K.N). Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Gramedia : Jakarta.

9