isbd-p
-
Upload
rio-redyansyah -
Category
Documents
-
view
221 -
download
3
Transcript of isbd-p
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Bangunan
(Gambar 1. Wisma Perdamaian)
Wisma Perdamaian atau yang dikenal juga De Vredestein merupakan salah satu
bangunan bersejarah yang terletak di pusat kota Semarang. Profil singkat bangunan
ini adalah sebagai berikut :
Nama Bangunan : Wisma Perdamaian/ De Vredestein (Istana Perdamaian)
Alamat : Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang, Kecamatan Semarang
Barat, Kota Semarang.
Luas Lahan : 15.000 m2
Luas Bangunan : 6.500 m2
Fungsi Bangunan :Sebagai lokasi pelaksanaan pesta bangsawan pada zaman
Belanda, sempat difungsikan juga sebagai Akademi
Pendidikan Dalam Negeri dan juga rumah dinasi Gubernur
Jawa Tengah.
2.2 Sejarah Bangunan
Wisma Perdamaian awalnya merupakan bangunan utama di komplek villa milik
Nicolaas Hartingh, seorang pejabat VOC, Nicolaas Hartingh menjabat sebagai
Gouverneur van Java’s Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur)
(1754–1761). Pasca dihapusnya jabatan tersebut oleh Daendels, bangunan ini sempat
hanya menjadi rumah singgah Gubernur Jendral. Gedung ini pula menjadi rumah
singgah terakhir bagi Gub. Jendral Jansens sebelum kalah dari Inggris di Jatingaleh
tahun 1811. Pada saat itu Belanda yg dikuasai Perancis sedang terlibat perang dgn
Inggris bersamaan berkecamuknya perang Napoleon di Eropa. Di Gedung ini Raflles
pernah singgah dan berdansa dengan istri pertamanya Olivia Marianna tujuan
kedatangan Raffles ialah dalam rangka membujuk Sultan Sepuh.
Gedung De Vredestein ini juga memiliki kaitan erat dengan sejarah Perang
Jawa. Setelah berakhirnya Perang Jawa pada 1830, Pangeran Diponegoro ditahan
oleh Belanda dan diasingkan ke Sulawesi, sebelumnya beliau transit di gedung ini
selama seminggu (29 Maret-5 April 1830). Di Wisma Residen Semarang, Dipanagara
tak lepas dari pengawasan Mayor De Stuers. Bahkan sang mayor tidur sekamar
dengan sang pangeran. Pada 5 April 1830 pagi, Diponegoro dan 18 orang
pengikutnya berangkat dari Wisma Residen Semarang ke pelabuhan menuju Batavia.
(Gambar 2. De Vredestein tahun 1883)
Hingga tahun 1978, bangunan ini digunakan sebagai kampus Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang kemudian menjadi STPDN dan
kampusnya pindah ke Jatinangor (Bandung). Pada tahun 1980-an gedung ini
digunakan untuk Kantor Sosial dan selanjutnya untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa
Tengah tahun 1994. Gedung yang berada di lokasi sangat strategis di Jalan Imam
Bonjol No 209 Semarang ini memiliki luas lahan kompleks ± 15.000 m2 dan luas
total bangunan ± 6.500 m2. Setelah direvitalisasi pada tahun 1994 gedung ini sempat
menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah pada era Gubernur Suwardi dan
“Wisma Perdamaian” disematkan sebagai nama gedung. Untuk fasilitas olahraga, di
halaman belakang gedung terdapat sebuah kolam renang dan lapangan tenis.
Meskipun strategis dan lengkap fasilitasnya, nampaknya keramaian lalu lintas di
kawasan Tugu Muda kurang nyaman bagi para gubernur, sehingga setelah era
Gubernur Suwardi, para gubernur kembali menggunakan Puri Gedeh di kawasan
Gajahmungkur sebagai rumah dinas.
(Gambar 3. Wisma Perdamaian Tahun 1900)
2.3 Wisma Perdamaian Pada Masa Sekarang
Saat ini Wisma Perdamaian selain digunakan untuk menerima tamu-tamu
kenegaraan juga dimanfaatkan untuk banyak kegiatan pendidikan, budaya, maupun
seni. Tanggal 11 April 2015 yang lalu, mahasiswa DKV Unnes mengadakan Pasar
Branding ke-2 yang merupakan kegiatan memperkenalkan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah UMKM di Jawa Tengah, sebelumnya pada bulan April 2014
diselenggarakan The First Semarang Violin Open Competition 2014, dan banyak
kegiatan lainnya termasuk shalat tarawih setiap bulan Ramadhan yang selalu dipenuhi
jamaah.
Gubernur Ganjar Pranowo bahkan mempersilahkan semua elemen masyarakat
menggunakan Wisma Perdamaian untuk kegiatan-kegiatan musik, kesenian dan
kebudayaan supaya Semarang semakin hidup, mengingat sebagai ibukota provinsi
Semarang belum memiliki gedung kesenian yang representatif. Menurut Ganjar, tidak
bisa ditunda-tunda lagi bahwa Semarang harus berbuat untuk maju utamanya dalam
bidang musik, kesenian, dan kebudayaan itu. Tinggal sekarang komunitas dan pelaku
seni dan budaya yang harus mampu memanfaatkan peluang ini. Bagi wisatawan,
Wisma Perdamaian memang tidak secara khusus membuka paket wisata. Namun baik
perseorangan maupun rombongan dapat mengunjungi gedung cagar budaya, baik
untuk wisata nostalgia, maupun penelitian atau sekedar hunting foto.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2006. Karya Asitektur Gurbenur Jateng (http://www.suaramerdeka.com/
harian/0601/05/opi4.htm). diakses pada 28 September 2015 pukul 15.00 WIB.
Anonim. 2012. Wisma Perdamaian (http://seputarsemarang.com/wisma-perdamaian/)
diakses pada 29 September 2015 pukul 15.35 WIB.
Anonim. 2013. Cukilan Sejarah De Vredestein Semarang (http://chirpstory.com/
li/1364 ) diakses pada 29 September 2015 pukul 16.00 WIB.
Anonim. 2015. Wisma Perdamaian (http://hellosemarang.com/wisma-perdamaian/)
diakses pada 29 September 2015 pukul 14.00 WIB.
Purwanto. 2005. Kota Kolonial Lama Semarang (Tinjauan Umum Sejarah
Perkembangan Arsitektur Kota). J. Dimensi Teknik Arsitektur 33: 27-33.
Semarang
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Semarang merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa.
Kota ini telah berdiri sejak tahun 1547 tetapi sejarah awal pendiriannya telah
dimulai dari abad 8 Masehi. Selama 548 tahun, Semarang telah mengalami di
bawah pemerintahan dan pembangunan dalam masa pendudukan Mataram,
Belanda, dan juga Jepang. Hal ini mengakibatkan kota ini memiliki gaya arsitektural
yang beragam.
Kota Semarang pada mulanya merupakan wilayah pemerintahan dari Susuhunan
Surakarta tetapi kemudian harus diserahkan kepada pemerintah Belanda akibat
adanya hutang. Perkembangan Semarang mulai meningkat pesat semenjak di bawah
pemerintahan langsung Hindia Belanda. Pada pertengahan abad 18 pembangunan
Kota Semarang meningkat pesat dengan dibangunnya kompelk peraktoran, fasilitas
sosial dan jalan- jalan baru (Purwanto, 2005).
Salah satu bangunan yang dibangun adalah De Vredestein atau yang pada masa
sekarang dikenal sebagai istana perdamaian. Letak bangunan kolonial yang berada
di pusat Kota Semarang. Setiap bangunan memiliki fungsinya masing- masing, letak
di tengah kota menunjukkan pentingnya fungsi bangunan. Hal ini menjadi menari
untuk dipelajari dan diteliti.
I.2. Tujuan
Mengidentifikasi bangunan kolonial peninggalan Belanda di Kota
Semarang dari segi bangunan maupun arsitektur.
TUGAS MATA KULIAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(ISBD)
Oleh :
Kelompok 7
Herni Kusuma 26020212140087
Nanang Nurfiansyah 26020212140075
Rio Redyansyah 26020212130061
Albert Gunawan 26020212190098
Bayu Munandar 26020212130066
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015