IRIDOSIKLITIS Non Granulomatosa

20
Presentasi Kasus Iridosiklitis Non Granulomatosa Pembimbing : dr. Yulia Fitriani, Sp.M Disusun oleh: I Ngurah Ardhi Wiratama G4A014084 1

description

iridosiklitis

Transcript of IRIDOSIKLITIS Non Granulomatosa

Presentasi KasusIridosiklitis Non Granulomatosa

Pembimbing :dr. Yulia Fitriani, Sp.M

Disusun oleh:I Ngurah Ardhi WiratamaG4A014084

SMF ILMU PENYAKIT MATARSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO2015

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus berjudul"Iridosiklitis Non Granulomatosa"

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagianIlmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :I Ngurah Ardhi Wiratama G4A014084Pada tanggal : Maret 2015

Mengetahui,Pembimbing

dr. Yulia Fitriani, Sp. M.

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangUveitis menunjukkan suatu peradangan pada traktus uvealis yaitu termasuk iris, corpus ciliare, ataupun koroid. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea (iris), dimana keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah, maka disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior atau iridosiklitis. Iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak, yang biasanya berjalan selama 6-8 minggu, namun pada stadium dini biasanya sembuh dengan tetes mata saja (Ilyas, 2007; Vaughan, 2009).Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju. Uveitis lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju, disebabkan karena lebih tingginya prevalensi infeksi yang dapat mempengaruhi mata, seperti toxoplasmosis dan tuberkulosis di negara-negara berkembang (Vaughan, 2009).Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata merah (merah sirkumneal) tanpa sekret mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa (Vaughan, 2009).

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. AnatomiBola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana dinding bola mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan retina. Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon. Uvea merupakan jaringan lunak, terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke retina (Vaughan, 2009).a). IrisIris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi aqueus humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior (Vaughan, 2009). Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus siliares. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik (Vaughan, 2009).

b). Korpus SiliarisKorpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak ombak,pars plikata dan zona posterior yang datar, pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan berlobang-lobang sehingga membocorkan floresein yang disuntikkan secara intravena. Ada 2 lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior, dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueus humor (Vaughan, 2009).c). KhoroidKhoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan melalui empat vena vortex, satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di antara khoroid dan sklera. Khoroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan korpus siliare. Agregat pembuluh darah khoroid memperdarahi bagian luar retina yang mendasarinya (Vaughan, 2009).B. DefinisiIridosiklitis didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai traktus uvealis bagian anterior yaitu iris (iritis), bagian anterior corpus siliaris (pars plicata) (siklitis) dan sedikit bagian anterior corpus vitreus, yang mendadak yang biasanya berjalan selama 6-8 minggu, dengan gejala khas nyeri, fotofobia dan pengelihatan kabur (Ilyas, 2007; Vaughan, 2009).C. EtiologiPenyebab iridosiklitis yaitu dari beberapa hal diantaranya: autoimun, keganasan, infeksi, idiopatik, trauma, ablation retina, iridosiklitis heterokromik fuchs, dan sindrom posner-schlossman. Autoimun biasanya disebabkan diantaranya adalah spondiloitis, sindrom reiter, colitis ulcerative, crohn disease, psoriasis. Infeksi biasanya dapat dikarenakan herpes zoster, herpes simpleks, leprae, sifilis,tuberculosis, leptospirosis. Dan keganasan dapat disebabkan karena leukemia, melanoma maligna, retinoblastoma (Vaughan, 2009).D. Klasifikasi Klasifikasi iridosiklitis dibedakan secara patologis menjadi granulomatosa dan non granulomatosa. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Klasifikasi berdasarkan patologisa) Iridosiklitis non-granulomatosaInfiltrat dominan limfosit dan sel plasma.b) Iridosiklitis granulomatosa Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus

E. Patofisiologi

Patofisiologi dari iridosiklitis/uveitis anterior tidak diketahui secara pasti. Secara umum, iridosiklitis disebabkan karena reaksi imunitas. Iridosiklitis sering dihubungkan dengan infeksi (toxoplasmosis, herpes dan sifilis), penyakit auto imun (SLE, RA), dan trauma. Di camera oculi anterior, oleh karena iris banyak mengandung pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis cairan berkurang,sehingga cairan akan bergerak ke atas. Di daerah kornea karena tidak mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan beratjenis cairan bertambah, sehingga di sini cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik resipitat yang daridepan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang makin ke bawah semakin besar. karena terjadi vasodilatasi pembuluh darah, maka permeabilitas vskular meningkat, sehingga sel darah merah, sel darah putih dan sel radang akan ikut masuk ke Camera Oculi Anterior. Sel radang akan menempel pada iris dan lensa dan akan terjadi sinekia posterior. Karena cairan Humor Aqueous tidak dapat berpindah ke Camera okuli anterior, karena hambatan dari sinekia posterior, maka humor aqueous akan mendesak iris kedepan yang akan menjadi iris bombe.Saat terjadi iris bombe, maka pupil akan melebar secara mekanis, sehingga cahaya yang masuk semakin banyak yang akan menimbulkan fotofobia. Dalam keadaan infeksi, lensa menjadi higroskopis, sehingga lensa akan mencembung dan terjadi miopisasi.F. Gambaran KlinisBentuk iridosiklitis yaitu biasanya unilateral dengan onset akut dengan gejala khas yaitu Nyeri hebat, fotofobia nyata dan pengelihatan kabur yang sedang. Pada pemeriksaan biasanya ditemukan kemerahan sirkumkorneal dengan injeksi konjungtiva palpebralis dan secret yang minimal. Pupil dapat terjadi miosis atau irregular karena terdapat sinekia posterior.Keratik presipitat pada iridosiklitis non granulomatosa berbentuk Small Keratik Presipitate(deposit putih halus). Peradangan bilik depan yang sangat berat dapat menyebabkan timbulnya tumpukkan sel-sel radang di sudut inferior (hipopion) (Vaughan, 2009).Deposit putih halus (keratic presipitate/ KP) pada permukaan posterior kornea dapat dilihat denganslit-lampatau dengan kaca pembesar. KP adalah deposit seluler pada endotel kornea. Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk bagi jenis uveitis. Small KPmerupakan tanda khas pada herpes zoster dan Fuchs uveitis syndrome (Vaughan, 2009).

G. DiagnosisDiagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.1). AnamnesisAnamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat penyakit pasien yang dirasakan dari onset, faktor resiko, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu. Keluhan khas yang biasa di keluhkan pasien adalah (Bruce, 2006):a) Nyeri okular yang nyata.b) Fotofobiac) Pengelihatan kaburd) Umumnya Unilaterale) Kemerahan2). Pemeriksaan OftalmologiPada pemeriksaan (Bruce, 2006):a) Visus: Visus biasanya normal atau dapat menurun.b) Mata mengalami peradangan pada bagian anterior akut, kebanyakan di sekitar limbus (Injeksi siliar).c) Sel-sel radang dapat terlihat menyatu pada endotel kornea terutama di bagian inferior (Keratik Presipitat).d) Pada pemeriksaan slit lamp akan terlihat sel flare. Jika inflamasi berat, maka bisa terdapat sejumlah sel darah putih sehingga menimbulkan suatu masa inferior (hipopion).e) Pembuluh darah iris dilatasi.f) Dapat terjadi sinekia posteriorg) Tekanan Intra Okular dapat meningkath) Bisa didapatkan edema makular.

3). Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk iridosiklittis ringan dan pasien dengan riwayat trauma atau pembedahan baru-baru ini atau tanda-tanda infeksi herpes simplex atau herpes zoster yang jelas. Pemeriksaan dapat ditunda pada pasien dengan usia muda yang sehat, dan asimptomatik pada stadium ringan yang cepat berespon terhadap pengobatan kortikosteroid topical dan siklopegik. Pemeriksaan mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis anterior pada jenis non granulomatosa. Namun, apabila tidak responsive terhadap pengobatan maka diperlukan untuk menemukan diagnosa etiologik (Vaughan, 2009).1. Pemeriksaan sifilis:a) Uji VDRL(veneral disease research laboratory) atau RPR (rapid plasma reagin)b) Uji antibody anti-treponema (FTA-ABS atau MHA-TP assays)2. Pemeriksaan tuberkukosis dan sarcoidosis:Harus disingkirkan dengan pemeriksaan sinar X dan uji kulit PPD (purified protein derivative).3. Pemeriksaan iridosiklitis kronik, arthritis, psoriasis atau dengan gejala yang sesuai dengan inflammatory bowel disease menggunakan uji antigen histokompabilitas HLA-B27.H. Diagnosis BandingBerikut adalah beberapa diagnosis banding dari iridosiklitis (Vaughan, 2009):a. Konjungtivitis.Pada konjungtivitis dibedakan dengan adanya sekret dan kemerahan pada konjungtiva palpebralis maupun bulbaris.b. Keratitis atau keratokonjungtivitis.Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Dibedakan dengan defek pada epitel, adanya penebalan atau infiltrat pada stromac. Glaukoma akut sudut tertutup.Pada glaukoma akut sudut tertutup, dapat ditandai dengan peningkatan tekanan intra okular, kekeruhan dan edema kornea, sudut bilik depan yang sempit.I. Penatalaksanaan Tujuan dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata, menghilangkan nyeri dan inflamasi. Kemungkinan defek epitel dan trauma tembus harus disingkirkan. Harus diperiksa sensibilitas kornea dan tekanan intraokular pada infeksi herpes zoster dan herpes simpleks. Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi (Ilyas, 2007; Vaughan, 2009; Bruce, 2006) :Terapi non spesifik1. Penggunaan kacamata hitam Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat pemberian midriatikum.2. Kompres hangat Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.3.Midriatikum/ sikloplegikTujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri. Selain itu, midriatikum untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia. Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:Homatropin 2-5% sehari 2-4 kali tetes4.Anti inflamasiAnti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid.Topikal Prednisolone acetate 1 % sehari 1-2 tetes pada mata yang terkena, setiap 1-2 jam untuk mengontrol peradangan.

J. KomplikasiBerikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior (Ilyas, 2007; Vaughan, 2009):a. Sinekia anterior perifer.Dapat menimbulkan sinekia anterior yang menghalangi humor aqeuos keluar di sudut iridokornealis (sudut kamera anterior) sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder.b. Sinekia posteriorDapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya humor aqueous humor di belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan.c. KatarakPeradangan di camera oculi anterior maupun posterior akan mencetuskan terjadinya penebalan dan opasifikasi lensa.K. PrognosisKebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis (Vaughan, 2009). Prognosis baik apabila glaukoma cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera mungkin. Prognosis akan buruk apabila penanganannya terlambat yang menyebabkan sinekia sudut tertutup secara permanen bahkan dapat menyebabkan kebutaan permanen(Ilyas, 2010).

BAB IIIKESIMPULAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan bagian anterior corpus vitreus. Klasifikasi uveitis secara patologis dibedakan menjadi dua yaitu granulomatosa dan non granulomatosa. Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG. Anatomi & Embriologi Mata: Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Edisi 17. Widya Medica. Jakarta.2. Vaughan DG. Traktus Uvealis & Sklera In: Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Edisi 17. Widya Medica. Jakarta.3. Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 172-4.4. James, bruce., Chew, Chris., Bron, Anthony.2006.Lecture notes : Oftalmology.Edisi kesembilan. Penerbit Erlangga : Jakarta. hal 86-89.

14