IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGArepository.unair.ac.id/65234/2/DIS.H.16-17 Amz k...
Transcript of IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGArepository.unair.ac.id/65234/2/DIS.H.16-17 Amz k...
xiv
RINGKASAN
Kekuasan kehakiman adalah kekuasan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945 perubahan ketiga, yaitu: “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”. Pengaturan di atas menunjukkan posisi Mahkamah Agung sebagai
pemegang kekuasan tertinggi dari peradilan-peradilan di bawahnya, sehingga
Mahkamah Agung mempunyai tanggung jawab besar dalam menjaga
keseimbangan antar kekuasaan dan menjaga prinsip independensi peradilan
sebagai prinsip utama negara demokrasi.
Kemandirian pada lembaga peradilan saat ini mengandung makna adanya
keterbukaan dalam setiap proses penyelesaian perkara dalam persidangan
termasuk segala pertimbangan dalam putusan harus dapat diakses oleh masyarakat
luas. Kemandirian yang terkadung makna pemberian kekuasaan pada lembaga
peradilan yang terbebas dari campur tangan dari pihak manapun dan juga bebas
dari pengaruh kekuasaan lainnya.
Hakim dalam menjalankan fungsinya memutus suatu perkara berlandaskan
pada aturan hukum. Pertimbangan Hakim dalam memutus suatu perkara dengan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xv
mempertimbangkan perbuatan yang terjadi berlandaskan aturan hukum, juga
dituntut untuk menggali filosofis dibalik ketentuan hukum dan asas hukum yang
tertulis dalam aturan hukum. Penerapan berat ringannya pidana yang dijatuhkan
oleh hakim disesuaikan dengan apa yang menjadi motivasi dan akibat perbuatan
si pelaku, khususnya dalam penerapan jenis pidana penjara. Dalam konteks inilah
independensi hakim dalam praktek peradilan terbebas dari pengaruh dan betul-
betul menerapkan aturan hukum sebagaimana adanya dengan alasan kepentingan
undang-undang dan ada juga sebagian hakim yang menerapkan / menafsirkan
undang-undang yang tertulis dengan cara memberikan putusan pidana lebih
rendah dari batas ancaman minimum dengan alasan demi keadilan masyarakat.
Kajian spesifik akan dilakukan terhadap Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) Jo. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150) selanjutnya di singkat UU
PTPK. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4284) selanjutnya disingkat UU
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xvi
PTPT, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5062)
selanjutnya disingkat UU Narkotika.
Pengaturan pidana minimum khusus pada pemberantasan tindak pidana
korupsi, pemberantasan tindak pidana terorisme, narkotika, dan pengadilan hak
asasi manusia dilakukan karena merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime), namun disertasi ini hanya meneliti tindak pidana terorisme, narkotika, dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Penelitian disertasi ini bertujuan menganalisis dan menemukan
kemandirian hakim dalam lembaga peradilan pidana, ratio legis pengaturan
tentang batas pidana minimum khusus dalam undang-undang dan menemukan
ratio decidendi hakim dalam menjatuhkan pidana dibawah minimum khusus
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Penelitian disertasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat, membantu
memberikan masukan untuk perkembangan ilmu hukum dan secara khusus untuk
bidang hukum tentang pengaturan batas pidana minimum khusus dalam undang-
undang dari segi filosofis, membantu memberi masukan dalam merumuskan
konsep kebebasan hakim terkait dalam menjalankan fungsinya sebagai penegak
hukum dan memberikan kontribusi bagi para Hakim dalam fungsinya sebagai
pemutus perkara.
Tipe penelitian adalah penelitian hukum normatif, dengan pendekatan
yang dipergunakan adalah Pertama, pendekatan perundang-undangan (Statuta
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xvii
Approach) dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang dibahas dalam penelitian ini. Hal ini
membuka kesempatan bagi penulis untuk mempelajari adakah konsistensi dan
kesesuaian antara UU PTPK,UU PTPT, UU Narkotika berserta regulasi terkait,
yang mana hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk
memecahkan isu dalam penelitian ini. Kedua, Pendekatan Konseptual (Conseptual
Approach) yaitu : pendekatan yang beranjak dari pandangan dan doktrin-doktrin
yang ada dalam ilmu hukum. Penelitian akan menemukan ide yang melahirkan
pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang
relevan dengan isu hukum yang dibahas, antara lain, kemandirian hakim dalam
lembaga peradilan pidana, ratio legis pengaturan tentang batas pidana minimum
khusus dalam Undang-undang dan ratio decidendi putusan hakim yang
menyimpangi pengaturan batas minimum pidana dalam Undang-undang Ketiga,
Pendekatan kasus (case approach) yaitu : pendekatan dilakukan dengan cara
menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dibahas dalam penelitian
ini yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, antara lain Putusan No. 1660 K/Pid.Sus/2009 tertanggal 17 Februari
2010 atas nama Terdakwa Feri Susanto bin M. Said, Putusan No. 2591
K/Pid.Sus/2011 tertanggal 25 Januari 2012 atas nama Terdakwa dr. Taufiqurahman
Hamdie, M.Kes Bin H.M Rafi’ie Hamdie dan Putusan No. 2198 K/Pid. Sus/2015
tertanggal 27 November 2015 atas nama Terdakwa Risca Dyah Ayu Pratiwi Binti
Agus Prayitno.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xviii
Penelitian ini menyimpulkan esensi negara hukum salah satunya adalah
jaminan kemandirian kekuasan kehakiman atau independensi peradilan.
Kemandirian peradilan tercermin dalam larangan segala campur tangan dalam
urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman. Kemandirian
hakim menimbulkan “tanggung jawab secara administartif (manajemen perkara),
prosedural (manajemen peradilan atas dasar hukum acara yang berlaku), dan
substantive. Sebagai konsekuensi kemandirian hakim akan melahirkan kebebasan
hakim dalam memutus perkara, kebebasan mana diberikan batasan terutama
aturan-aturan hukum itu sendiri. Kebebasan dan independensi tersebut diikat pula
dengan pertanggungjawaban atau akuntabilitas.
Ratio legis pengaturan ketentuan pidana minimum khusus dalam ketiga
undang-undang-undang yang diteliti yaitu UU PTPK, UU PTPT dan UU
Narkotika, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya disparitas dalam penjatuhan
pidana oleh hakim. Pengaturan jenis-jenis sanksi pidana dalam perundang-
undangan merupakan salah satu fungsi Negara untuk melindungi kepentingan
hukum, yang berupa nyawa, harta kekayaan dan martabat. Pengaturan sanksi
pidana merupakan salah satu sistem kebijakan pidana dapat dilihat dari beberapa
segi yaitu stelsel pemidanaanya yaitu: jenis-jenis sanksi, bentuk sanksi alternatif
dan kumulatif serta lamanya yaitu minimum-maksimumnya pidana yang
diancamkan. Pengaturan ketentuan pidana minimum khusus dalam undang-
undang oleh pembentuk undang-undang ditujukan untuk mengurangi disparitas
oleh hakim pada saat akan menjatuhkan putusan pemidanaan terhadap pelaku
tindak pidana.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xix
Putusan hakim merupakan proses akhir dalam suatu persidangan. Hakim
diberi kebebasan untuk menjatuhkan pidana dengan mempertimbangkan dari segi
obyektif yaitu aturan yang berlaku dan fakta hukum yang ada dengan mengacu
pada dakwaan penuntut umum dan mempertimbangkan dari segi subyektif dalam
berbagai aspek, mulai dari psikologis terdakwa, lingkungan sosial (sosiologis)
serta berat dan ringannya suatu perbuatan pidana (tindak pidana) sehingga pidana
yang diberikan kepada terdakwa mencerminkan rasa keadilan dan mempunyai
nilai hukum. Ratio decidendi hakim dalam memutus harus berdasar pada hukum,
namun hakim dapat menyimpangi aturan dengan penjatuhan pidana penjara
dibawah minimum khusus dengan mempertimbangkan rasa keadilan. Ratio
decidendi putusan hakim yang menyimpangi pengaturan batas minimum khusus
pada ketiga undang-undang-undang yang diteliti, menunjukkan bahwa hakim pada
saat memutus perkara di bawah ketentuan batas minimum yang ditentukan, telah
mengabaikan aspek kepastian hukum dan lebih mengedepankan aspek keadilan
dalam memutuskan perkara yang dihadapi dalam setiap perkara.
Menjaga kemandirian hakim yang merupakan salah satu syarat utama
terselenggaranya suatu proses peradilan yang obyektif. Kemandirian badan
peradilan sebagai sebuah lembaga (kemandirian institusional). Kemandirian
hakim dalam menjalankan fungsinya (kemandirian individual/fungsional)
merupakan dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan fungsi badan
peradilan secara efektif. Kemandirian badan peradilan juga mengandung aspek
kemandirian hakim untuk memutus (kemandirian individual/fungsional) yang
terkait erat dengan tujuan penyelenggaraan pengadilan. Tujuan peyelenggaraan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xx
pengadilan yang dimaksud adalah untuk menjamin adanya pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil bagi setiap manusia.
Juga perlu dibangun pemahaman dan kemampuan yang setara di antara para
hakim mengenai masalah-masalah hukum yang berkembang. Memperkuat kontrol
dan profesionalisme hakim dalam kedudukan dan kemandirian hakim dalam
lembaga peradilan pidana.
Perlu dilakukan revisi pada ketiga undang-undang yang diteliti,dengan
menghilangkan ketentuan pidana minimum khusus pada UU PTPK, UU PTPT
dan UU Narkotika. Pengaturan sanksi minimum khusus tersebut dirasakan dapat
menimbulkan ketidakadilan, karena hakim akan sangat terikat dengan norma
pidana dalam undang-undang tersebut. Peningkatan profesionalisme hakim dalam
kedudukan dan kemandirian hakim dalam lembaga peradilan pidana, perlu
diwujudkan dengan rekruitmen hakim yang berkualitas, baik dari sisi intelegensi
maupun dari sisi moralitasnya.
Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana harus mempertimbangkan
dengan menggali nilai-nilai hukum dan keadilan, apabila menjatuhkan putusan di
bawah batas minimum namun dengan alasan untuk memenuhi rasa keadilan dan
hati nurani artinya hakim yang bersangkutan tidak mengikuti bunyi ketentuan
undang-undang yang secara tegas tertulis hal ini dapat saja terjadi karena hakim
dalam putusannya harus berdasarkan pada kerangka hukum yaitu penegakan
hukum dan penegakan keadilan. Hakim dalam lembaga peradilan adalah
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Penyelenggaraan peradilan atau penegakan hukum harus dipahami sebagai sarana
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxi
untuk menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka menghasilkan
putusan yang mempertimbangkan kepentingan (keadilan menurut) kedua belah
pihak. Perlunya adanya aturan yang bukan hanya sekedar mengikat secara internal
bagi hakim dalam menyimpangi pengaturan minimum khusus yaitu adanya
Pedoman Pemidanaan sebelum adanya revisi terhadap undang-undang
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxii
SUMMARY
Judicial Power is an independent state authority to conduct justice to
uphold law and fairness based on Pancasila and Constitution Of The Republic Of
Indonesia 1945, for the implementation State Law in Republic Of Indonesia.
based on Article 24 Paragraph (2) of The 1945 Constitution Of The Republic Of
Indonesia which stated: “The Power of Judicial shall be implemented by a
Supreme Court and judicial power underneath within the general jurisdiction,
religious courts, military tribunals, administrative courts, and by a Constitutional
Court”. That article shows the position of the Supreme Court as the holder of the
highest power for the courts below it, so the Supreme Court has a big
responsibility in maintain to balance between power and maintain the principle of
judicial independence as the main principle of democracy country.
The independent of Judicial Power are purpose a state power which is
independent to organize justice in order transparency dispute solution which and
justice and all considerations in decicions must be accessible to the general public.
The Independence contained meanings awarding powers in the judiciary which is
free from interference from any party and is also free from the effect of other
powers.
The function of the judge decide based on the rule of law. Judge in the
other hand than judge must to applicable rules should also consider actions that
occur with the rule of law, also required to dig behind the legal provisions and
principles of law that is written in the rule of law. The application of severy
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxiii
severity punishment and minimum punishment by the judge depend on motivation
and the legal consequences of the offender, Especially in the imprisonment type.
In this case, judge faced in independent judiciary practice where there are judges
who truly apply the rule of law as such for a reason of legislation interest and
there are also some judges who apply / interpret laws written by providing
criminal decisions (Straft Macht) lower than the minimum punishment for reasons
of public justice.
The arrangement about special minimum punishment in the law mentioned
before, the author conducting specific studies on the Law of the Republic of
Indonesia Number 31 Year 1999 on Eradication of Corruption (Official Gazette of
the Republic of Indonesia Year 1999 Number 140, Supplement to State Gazette of
the Republic of Indonesia Number 3874) Jo. Law of the Republic of Indonesia
Number 20 of 2001 on the Amendment of Law Number 31 Year 1999 on
Eradication of Corruption (Official Gazette of the Republic of Indonesia Year
2001 Number 134, Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia
Number 4150) hereinafter abbreviated PTPK Law. Law of the Republic of
Indonesia Number 15 Year 2003 on Stipulation of Government Regulation in
Lieu of Law No. 1 Year 2002 on Combating Criminal Acts of Terrorism, Being
Act (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2003 Number 45,
Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4284)
hereinafter abbreviated PTPT Law. And Number 35 Year 2009 on Narcotics
(Official Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 143,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxiv
Supplement to the State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 No.
5062) hereinafter referred to as the Narcotics law.
Regulation Specific minimum punishment on eradication curruption,
terrorism, narcotics, and human rights conduct because an extra ordinary crimes,
but this dissertation examined only criminal acts in terorism, narcotics, and
corruption.
This research are purpose to analyze and find the independence of the
judge in the criminal justice, the ratio legis of punishment minimum criminal
sification of Law and found as a result of the judge's decision when making
criminal punishment sanctions imposed under the special minimum as stipulated
in the law.
This research is expected to give benefits to help input for the development
of the science of law and specifically to the field of law on specific criminal
punishment minimum in the Act in terms of the philosophical, help the judgegive
input in his role in formulating the concept of judicial independence related to its
functions as law enforcement and provide rationale for the Judges contribution in
its role as decision.
Type of research is the study of law, the approach used is First, Statute
Approach is done by examining all laws and regulations relevant to the legal
issues in this research. This open up an opportunity for writer to learn there is
consistency and compatibility between he Regulation, PTPK, PTPT Act, the
Narcotics Act along with related regulations, which results from the study is an
argument to solve the issues in this research. Second, Conceptual Approach,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxv
depart from the doctrines that exist in the science of law. This research will find
ideas that gave birth understanding of law, legal concepts and principles of law
that are relevant to the legal issues discussed include: the independence of judges
in the criminal justice agencies, the ratio legis setting boundaries between criminal
minimum specific in Law and ratio decidendi judges decide setting the minimum
punishment in the Law. Third, approach the case , namely: the approach is done
by examining the cases related to the issues addressed in this research who had
become a court decision which has had the power law remains, among others
Decision No. 1660 K / Pid.Sus / 2009 dated February 17, 2010 on behalf of
Defendant Ferry Susanto M. bin Said, Decision No. 2591 K / Pid.Sus / 2011 dated
January 25, 2012 on behalf of Defendant dr. Taufiqurahman Hamdie, Kes Bin
H.M Rafi'ie Hamdie and Decision No. 2198 K / Pid. Sus / 2015 dated 27
November 2015 on behalf of Defendant Risca Dyah Ayu Pratiwi Binti Agus
Prayitno.
This research concludes the essence of a state of law is the guarantee of the
independence of judicial authorities or judicial independence. Judicial
independence is reflected in the prohibition of all interference in the affairs of
justice by parties other than the judicial authority. The independence of judges
would give birth to "the responsibility is administrative (management case),
procedural (judicial management on the basis of law applicable), and substantive.
As a consequence of the independence of the judge will give birth to the
independence of judges in deciding the case, which was given the limits of
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxvi
freedom, especially the rule of law itself. Freedom and independence are tied also
with overall responsibility or accountability.
Ratio legis about specific minimum penal provisions of three the Law of
the Republic of Indonesia, PTPK Law, the Narcotics Law and PTPT Law,
intended to prevent disparity in punishment by judges. The arrangement type of
criminal sanctions punishment in regulation is one of the functions of the State to
protect the interests of the law, in the form of lives, property and dignity. The
arrangement of the criminal sanctions system of penal policy can be viewed from
several aspects, namely stelsel punishment namely: the types of sanctions, the
alternative sanctions and the cumulative form and the minimum-maximum
punishment. The arrangement specific minimum criminal provisions in the law by
the legislators intended to reduce the disparity by the judge when criminal
punishment must be allowed.
The punishment is the final process in the council were given the freedom
to judgement icluding of the objective aspect which is the applicable rules and the
fact of existing laws with reference to accusation and consider of subjective in
various aspects, start from psychological defendant, the social environment
(sociological), the severity punishment of a crime (criminal offense) so that
criminal defendants are given to reflect the sense of justice and has a value in
deciding law. Judge should be based on the law, but a judge can deviate the rules
by imposing minimum imprisonment under a special with the sense of justice ,
Basic considerations judge's ruling that deviate setting minimum limits
specifically on the three laws that the research, suggesting that the judge when
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxvii
deciding cases under the provisions of the minimum limit, has ignored the aspect
of legal certainty and more advanced aspects of fairness in deciding cases faced.
Need performed on the third revision of the legislation under study, by
eliminating the minimum penal provisions specifically on PTPK Law, PTPT Law
and Narcotics Law. The arrangement specific minimum sanctions can make
injustice, because the judge will be bound by the penal norms in the regulation.
Increased the professionalism and independence of the judge in the criminal
justice judiciary, needs to realized with the recruitment of qualified judges both in
terms of intelligence and basic of morality.
Judges in criminal justice in the judiciary should be understood it means
to ensure a fair process, to make a decision that takes the consideration (equity by)
both sides. Need a regulation that not only bind internally for judges in the
specific minimum regulation that deviate punishment orientation before the
revision of the legislation.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA
xxviii
ABSTRACT
This title dissertation is "Independence of Judge In Applying Punishment
for Specific Minimum Punishment". This dissertation research raised the legal
issues about position and autonomy of the judge in the criminal justice, the ratio
legis of minimum punishment criminal specific of Law, ratio decidenci of the
judge's decision which deviate minimum punishment threshold in regulation.
The methods this dissertation research is employs several approaches
problems that us normative research methods, that is Statute Approach,
Conceptual Approach, and Case Approach.
This research concluded the independence of judges always relate with
freedom of judges that is the judge's discretion. The independence of judges in
deciding cases bound by the rules and regulations.The arrangement specific
minimum criminal provisions in the law by the legislators intended to reduce the
disparity by the judge when criminal punishment must be allow. The Judge’s
decision in criminal case in legal considerations has the freedom with consider of
the objectivite aspect and the subjective aspect of the judges.
Strengthening the control and professionalism of judges in the position and
independence of the judge in the criminal justice agencies. Need a revision in the
regulation that arrange minimum punishment by eliminating that regulation.
Judges in decided cases can lead to injustice. because the judge will be bound by
the penal norms in the legislation. The judge in deciding a case should aim to
uphold law and justice.
Keywords : Independence of Judges, A Minimum Punishment;
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI KEBEBASAN HAKIM DALAM MENERAPKAN... AMIRUL FAQIH AMZA