Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia...
Transcript of Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia...
RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016 HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS
MIGAS DAN BATUBARA
Disampaikan oleh :
Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka
Jakarta, 16 Februari 2016
Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
I. KINERJA MAKRO INDUSTRI
III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI
Outline Presentasi
II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI
IX. PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA/PUPUK
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL
V. NILAI TAMBAH GAS BUMI
VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI
X. KESIMPULAN
VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA GAS BUMI BAGI INDUSTRI
VIII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI ACEH
4
A. PERTUMBUHAN INDUSTRI NON-MIGAS TAHUN 2015
Sumber: BPS diolah Kemenperin Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan industri non migas tahun 2011 sebesar 7,46 persen, tahun 2012 sebesar 6,98 persen,
sebesar 5,45 persen pada tahun 2013, sebesar 5,61 persen untuk tahun 2014, dan sebesar 5,04 persen
untuk tahun 2015. Pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2015 Januari-Desember sudah
berada diatas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,79 persen.
5
B. KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP
PDB NASIONAL
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
6
NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015* 2020 2025 2035
1 Pertumbuhan sektor Industri Non
Migas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5
2 Share Industri non migas terhadap
PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0
3 Share ekspor produk industri
terhadap total ekspor % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4
4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta
orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19
(Persentase tenaga kerja di sektor
industri terhadap total pekerja) % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0
5
Rasio impor bahan baku sektor
industri terhadap PDB sektor industri
non migas
% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0
6 Nilai Investasi sektor industri Rp
Trilyun 210 270 618 1.000 1.930
7
Persentase nilai tambah sektor
industri yang diciptakan di luar Pulau
Jawa
% 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0
C. TARGET DAN PROYEKSI PEMBANGUNAN INDUSTRI TAHUN 2015 S.D. 2035
(persen)
Sumber : RIPIN 2015-2035
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
8
A. ACUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
UU No. 3 Thn. 2014 tentang Perindustrian
Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur Industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan pembangunan Industri periode 2015 - 2035.
PP No. 14 Tahun 2015
Kebijakan Industri Nasional
Kebijakan Industri Nasional merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
9
B. Bangun Industri Nasional & Pengembangan Industri Prioritas
UU Nomor 3 Tahun 2014 – RIPIN 2015 - 2035
Sumber : RIPIN 2015-2035
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
11
POSISI DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL
Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum
menggunakan 3 aspek penilaian, yakni:
1. Persyaratan dasar (Basic requirements)
2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers)
3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication).
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
12
• Peringkat Indonesia pada
Global Competitiveness
Report 2015-2016 masih
berada di bawah negara-negara
ekonomi utama di ASEAN
seperti Thailand, Malaysia dan
Singapura.
Sumber: Global Competitiveness Report 2015-2016
Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2015-2016
Indikator Penilaian :
1. Institution
2. Infrastructure
3. Macroeconomic Env.
4. Health & Primary Education
5. Higher Education & Training
6. Goods Market Efficiency
7. Labor Market Efficiency
8. Financial Market Dev.
9. Technological Readiness
10. Market Size
11. Business Sophistication
12. Innovation
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
14
McKinsey Global Institute Analysis, 2012
Sektor Manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg
sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yg kuat (MGI, 2012);
Pertumbuhan pendapatan signifikan dipengaruhi oleh pangsa manufaktur (Rodrik, 2010);
Agar Menjadi Negara berpenghasilan menengah, peran industri harus mencapai sekitar 40%
terhadap ekonomi;
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
15
ASEAN HS
Logam
HS Kimia
Dasar
HS Kimia
Hilir
HS Tekstil
& Aneka
Jumlah
HS
Prosen
(%)
K1 (Sangat Tinggi) 273 216 275 486 1250 31,26%
K2 (Tinggi)
K3 (Rendah)
676 646 425 1001 2748 68,73% K4 (Sangat
Rendah)
Posisi Daya Saing Produk Industri Manufaktur Indonesia Di Pasar Asean
31,26% produk
industri manufaktur
berdaya saing tinggi
dan mampu
berkompetisi di pasar
ASEAN
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
16
PETA DAYA SAING PRODUK IINDUSTRI MANUFAKTUR
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
18
Sumber : Kementerian ESDM
Neraca Gas Bumi Indonesia
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
19
Kebutuhan Gas Bumi Untuk Industri
Sumber : FIPGB
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
20
Sumber : FIPGB
Industri Pengguna Gas Bumi 2014
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
21
HARGA LNG
Sumber :http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-12-02/lng-falls-faster-than-oil-as-u-s-fracking-
spurs-growing-glut
24
Konsumsi domestik akan memberikan ‘economic gains’ yang lebih
besar dibandingkan dengan ekspor.
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
25
KAJIAN NILAI TAMBAH GAS BUMI SECARA UMUM
Sumber: Ferrostaal
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
26
Comparison of Added Value
Sumber: Ferrostaal
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
28
VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA
GAS BUMI BAGI INDUSTRI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
29 29
Kerangka Berpikir Kebijakan Penurunan Harga Gas
Kebijakan Harga Gas
(Harga Gas Turun)
Dampak Multiplier
OUTPUT Naik
PDB Naik PPN Naik
Impor Naik*) Pajak Bea Masuk Naik
Profit Perusahaan
Naik
PPh Badan Naik
Upah TK Naik
PPh Orang Naik
Jumlah Tenaga Kerja
Naik
• Penerimaan pemerimtah dari bagi hasil penjualan gas turun
Omset Penjualan Gas
Turun
*) Catatan: Impor akan naik dengan asumsi meningkatnya kapasitas produksi dalam negeri akan meningkatkan
kebutuhan bahan penolong yang masih belum diproduksi di dalam negeri, sehingga memberikan pajak bea
masuk.
30 30
Multiplier Sektor Gas
• Input Industri Hulu • Output Industri Hilir
Backward Linkage
Forward Linkage 0.90 0.94
• Nilai keterkaitan dengan sektor hilir (Forward Linkage) > keterkaitan dengan sektor hulu (Backward
Linkage) potensi hilirisasi besar
• Nilai keterkaitan BL dan FL < 1 dibawah rata-rata industri karena tidak semua industri manufaktur
menggunakan gas sebagai sumber energi atau bahan baku
Sektor
Gas
*) Kajian dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan LPEM FEB UI dengan Metodologi Tabel Input Output Nasional **) Model bersifat “snap-shot” dan “helicopter view” dalam kurun waktu satu tahun
31 31
Asumsi Model Analisis Dampak Penurunan Harga Gas Bumi
2013 * Gross Revenue
Owned Price elasticity
Other sector Price elasticity
Sumber: LPEM FE UI, 2015
36 36
VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI
PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
37 37
1. Rencana pemanfaatan sebagian cadangan gas bumi di Teluk Bintuni
untuk industri petrokimia di kawasan industri Teluk Bintuni, antara lain
untuk:
• Amoniak-urea
• Metanol
• Etilen
• Propilen
• Polietilen
• Polipropilen
2. PT Pupuk Indonesia (Persero) diberi tugas untuk mengelola Kawasan
Industri Teluk Bintuni seluas 2.112 ha.
3. Sedang dilakukan studi bersama untuk penyediaan alokasi gas bumi
untuk industri pupuk sampai habis masa konsesi tahun 2035.
4. Sedang dilakukan pembicaraan awal alokasi gas dari sumber lain untuk
industri petrokimia.
39 39
KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI – PAPUA BARAT
Lokasi Desa Onar Baru, Distrik Sumuri
Komoditas Basis Industri Pupuk dan Petrokimia
Luas ±2112 Ha
Pemrakarsa Utama BUMN (PT Pupuk Indonesia)
Tingkat Kesiapan 1. RTRW v 2. RDTR 2015 3. Master Plan v 4. Studi Kelayakan v 5. Renstra v 6. DED 2015 7. AMDAL - Pekerjaan Fisik dalam KI 1. Pembangunan Jalan Poros - 2. Pembangunan Gedung Pengelola KI - 3. Pembangunan Politeknik - 4. Traning Center Building & Workshop - 5. Pembangunan Pusat Layanan KI - 6. Pembebasan Lahan - 7. Pematangan Lahan - 8. Pembangunan rel kerata api - 9. Pembangunan Dry Port -
10. Pembangunan Tank Farm CPO & CPKO -
Dukungan Sarpraws di Luar Kawasan Industri
Prasyarat Utama: Kebijakan Harga Gas untuk industri dalam negeri
2015-2016
1. Jalan Akses jalan sepanjang 30 Km dari Jalan Lintas Provinsi ke Kawasan Industri (2017)
2. Pelabuhan Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan kapasitas 50.000 DWT (2017)
3. Pembangkit Listrik Jaringan listrik dan power plant ±200 MW (2018-2019)
4. Rel Kereta Api n.a.
5. Kebutuhan Air Baku ± 2000 L/detik (2018)
6. Perumahan Buruh - 7. Rumah Sakit - 8. Gudang Logistik - 9. Balai Latihan Kerja -
40 40
ANALISIS SENSITIVITAS PROYEK UREA TELUK BINTUNI
Untuk harga gas US$ 5/MMBTU, dan harga urea US$ 300/ton akan mendapatkan
IRR sebesar 10,24%
Harga urea saat ini US$ 250/ton, dengan harga gas US$ 5/MMBTU akan
memberikan IRR sebesar 5,68%
41 41
Manfaat Pembangunan Industri Petrokimia Di Teluk Bintuni
1. Subsitusi impor produk hilir terutama polietilen dan polipropilen
diperkirakan bernilai USD 2 Milyar (Impor polietilen dan polipropilen pada
tahun 2014 senilai USD 2,15 Milyar)
2. Ada nilai tambah terhadap SDA yang lebih besar.
3. Penyerapan tenaga kerja.
4. Pemasukan negara dari sektor pajak penghasilan.
5. Perolehan PPN dari Industri Petrokimia.
6. Peningkatan potensi SDM.
7. Manfaat lain bagi daerah (infrastruktur, ketahanan pangan, ekonomi mikro,
pengurangan biaya logistic/transportasi).
42 42
VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI
PETROKIMIA DI ACEH
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
43 43
PEMANFAATAN FASILITAS PT. ARUN NGL
• Seiring dengan berkurangnya produksi gas dan berakhirnya kontrak usaha
pengelolaan gas antara Exxon Mobil dan Pemerintah Indonesia, PT Arun
NGL yang selama ini sebagai operator ekspor LNG dari Lhokseumawe
berhenti beroperasi.
• Agar fasilitas yang ada tidak sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan ekonomi regional maka pemerintah Indonesia telah
mengambil inisitatif untuk merivatilisasi usaha di bawah payung PT. Perta
Arun Gas (PAG), sebuah joint venture yang kepemilikan usahanya 70%
Pertamina dan 30% Pemerintah Aceh.
• Penyaluran gas sebagai hasil regasifikasi telah diuji coba seiring dengan
selesainya proyek pembangunan pipa gas Aru-Belawan. Direncanakan
sumber gas LNG Tangguh dan Bontang akan jadi pemasok kebutuhan gas
untuk usaha ini. Selain itu PAG juga masih dapat memanfaatkan cadangan
gas yang ditinggalkan Exxon Mobil Indonesia di Kawasan Lhokseumawe
dan Aceh Utara serta Produksi Minyak dan Gas PT. MEDCO di Aceh Timur
dan Tamiang.
44
Design Capacity 135,000 BBLS/day Saat ini produksi nya hanya 4.000 Bbls/d ( 3 % kapasitas )
Condensate Stabilization Units berpotensi diubah menjadi Crude Distilation Unit ( CDU )
LNG Storage Tanks
Potensi untuk : - LNG Terminal / LNG Re- gasification Plant. - LNG Hub/International Trading
2 x Propane Tanks @ 83.000 M3 2 x Butane Tanks 83.000 M3 + 55.000 M3 Idle sejak th 2001
LPG Storage & Loading berpotensi untuk LPG Terminal & Trading ( Tran-shipment ) Facilities
4 Floating Roof Tanks @ 530,000 BBLS
Condensate Storage Tanks berpotensi untuk Crude Oil Storage
2 x LNG Berths @ 95.000 DWT 1 x LPG Berth @ 65.000 DWT 1 SPM – dapat untuk VLCC
Pelabuhan LNG & LPG Arun ( Pengembangan Bisnis LNG/LPG Trading )
POTENSI PEMANFAATAN EXISTING FACILITY - ARUN
45
1. Proyek LNG Terminal/ReGasification ( LNG ReGas ) – Bersamaan dgn proyek Pipanisasi Gas Arun- Belawan, 370 K
Status: Beroperasi
2. Proyek LNG Hub/ LNG Trading – Memanfaatkan excess kapasitas tanki LNG - Menyimpan LNG saat low demand ( summer ) dan menjualnya saat high demand ( winter )
Status: Belum berjalan
3. Proyek LPG Hub/Tran-shipment ( LPG Trading ) Status: Front End Engineering Design ( FEED ) selesai.
4. Kilang BBM ( 300.000 Bbls/d ) integrated Petro-Chemical Plant - Proposed
– Pemanfaatan asset Arun ( penghematan Rp 10 T & waktu konstruksi lebih cepat ).
– Lokasi strategis ( dekat sumber bahan baku & imbas 3 Titik Hot Spot Intelijen )
– Kemandirian Bahan Baku dan proyek berlangsung jangka panjang.
– Ketahanan Energy Nasional dan solusi pembangunan janka panjang ekonomi Aceh.
5. Pembangunan Pembangkitan Listrik 200 MW di area Arun oleh PLN
Status: sedang dalam pengerjaan.
PROYEK PENGEMBANGAN ARUN ENERGY CENTER
46
IX. PEMANFAATAN BATUBARA
SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU
INDUSTRI PETROKIMIA / PUPUK
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
47
NO ENERGI TERBARUKAN/ SUMBER DAYA
(SD)
KAPASITAS
TERPASANG (KT)
RASIO KT/SD (%)
1 2 3 4 5 = 4/3
1 Tenaga Air
75.000 MW
6.057 MW 8,01%
2 Minihidro 419 MW 0,56%
3 Mikro Hydro 181 MW 0,25%
4 Tenaga Surya 4,8
kwh/m2/day 22,45 MW -
5 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1,87 MW -
6 Samudera 49 GW***) 0,01 MW****) 0%
7 Uranium 3.000 MW *) 30 MW **) 0%
8 Panas Bumi 29.215 1.341 4,6%
JENIS ENERGI
FOSIL
CADANGAN
(Proven + Possible)
PRODUKSI
(per TAHUN)
RASIO CADANGAN/PRODUKSI (Tanpa Eksplorasi Baru)
TAHUN
MINYAK 7,76 milyar bbl 346 juta bbl 22
GAS 157,14 TSCF 2,95 TSCF 53
BATUBAR
A 21,13 milyar ton 254 juta ton 83
Sumber: Kementerian ESDM
Bauran Energi Primer Nasional 2013
1.236 Juta SBM
CADANGAN
TERBATAS !!
Potret Cadangan Energi Nasional
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka
49
PROYEK PILOT PLANT GASIFIKASI BATUBARA,
PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan IHI Jepang
1. PT. Pupuk Kujang, bekerja sama dengan Ishikawa Heavy Industries (IHI) Jepang
saat sedang mengerjakan proyek pilot plant gasifikasi batubara dengan kapasitas
50 ton/hari di Cikampek.
2. Di masa mendatang, pengembangan proyek ini diproyeksikan untuk mencapai skala
komersial sampai dengan 3.000 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan syngas
PT. Pupuk Kujang dalam memproduksi pupuk urea.
50
Gasifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Industri Pupuk
Di Muara Enim
• Kerjasama PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Bukit Asam dalam pembangunan gasifikasi
batubara sebagai bahan baku industri pupuk. Permbangunan plant gasifikasi berada
dekat mulut tambang (Mine Mouth)
• Proyek ini dapat menghemat konsumsi gas 25%. PT Bukit Asam akan menyediakan
batubara sebagai bahan baku gasifikasi selama 20 tahun.
• Dari hasil FS,
• Jenis batubara yang digunakan adalah lignite
• Terdapat tiga pilihan plant produksi yaitu urea plant, ammonia plant atau
gabungan antara ammonia dan urea plant
51
COAL TO METHANOL PLANT, BULUNGAN
1. Proyek Coal to Methanol Plant oleh PT. Bulungan Methanol di
Kalimantan, bekerja sama dengan ChemOne.
2. Bahan baku yang digunakan yaitu batubara kalori rendah (lignit). Pabrik
ini akan memproduksi methanol grade AA sebanyak 1,4 juta ton/tahun.
Dengan target pasar yaitu industri-industri kimia di Asia.
3. Total investasi mencapai US$ 1.700.000.000
Lokasi
52
PROYEK COAL TO ETHANOL, CELANESE
• Dengan kapasitas awal 400.000 ton/tahun dan akan siap diekspansi hingga 1,1 juta
ton/tahun.
• Fase awal menggunakan bahan baku gas alam atau batubara kalori sedang, untuk
selanjutnya akan menggunakan batubara kalori rendah dengan pertimbangan
keekonomian.
• Hasil produksi 100% akan diserap dalam negeri melalui PT. Pertamina untuk
selanjutnya digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak.
• Kualitas ethanol yang diproduksi diharapkan memenuhi bahkan melebihi standar
yang dibutuhkan untuk bahan bakar ethanol.
53
Contoh Simulasi Cost Pemanfaatan Batubara
untuk Industri Pupuk
Coal
1.29 ton Int’l price coal
US$45/ton
Value as
commodity
US$58
Natural Gas
Equivalent 36MMBTU
UREA
1 ton + Ammonia
0.58 ton + CO2
0.58 ton
US$150 US$244.7 (US$422/ton)
US$23.4 (US$30/ton)
US$58
Total Value as
Feedstock
US$58 US$418.16
55
1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% – 8%
Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan
sekaligus upaya peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan
baku dan energi bagi industri.
5. Pemikiran Terhadap Pemberian Insentif Bagi Industri
Konsep pengembangan industri, khususnya industri hulu yang lahap energi dan padat modal,
seharusnya mendapatkan insentif/fasilitas berupa subsidi energi dan bahan baku untuk
menciptakan daya saing melalui pengembangan hilirisasi. Hal itu diperlukan karena industri
hulu pada umumnya, seperti petrokimia dianggap sebagai the mother of industry atau industri
prioritas sebagai agen peningkatan ketahanan ekonomi nasional.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing
Industri manufaktur akan lebih kompetitif pada pasar dalam negeri, ASEAN, dan global
market apabila harga energi dan bahan baku terjangkau (affordable) untuk industri
disamping faktor logistik, infrastruktur, biaya dan bunga bank..
3. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri
Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri.
Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya
saing industri.
4. Pemikiran Alternatif Dalam Pemanfaatan Gas Bumi dan Batubara
Sumber energi seperti gas bumi dan batubara, seyogyanya diperlakukan sebagai bahan
baku industri yang memiliki nilai tambah tinggi apabila dibandingkan dengan mekanisme
dijual sebagai komoditi.
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka