Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia...

56
RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016 HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA Disampaikan oleh : Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Jakarta, 16 Februari 2016 Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka

Transcript of Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia...

RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2016 HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS

MIGAS DAN BATUBARA

Disampaikan oleh :

Ir. Harjanto, M. Eng Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka

Jakarta, 16 Februari 2016

Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka

I. KINERJA MAKRO INDUSTRI

III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI

Outline Presentasi

II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI

IX. PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA/PUPUK

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL

V. NILAI TAMBAH GAS BUMI

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI

X. KESIMPULAN

VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA GAS BUMI BAGI INDUSTRI

VIII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI ACEH

3

I. KINERJA MAKRO INDUSTRI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

4

A. PERTUMBUHAN INDUSTRI NON-MIGAS TAHUN 2015

Sumber: BPS diolah Kemenperin Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

Sumber : BPS diolah Kemenperin

Pertumbuhan industri non migas tahun 2011 sebesar 7,46 persen, tahun 2012 sebesar 6,98 persen,

sebesar 5,45 persen pada tahun 2013, sebesar 5,61 persen untuk tahun 2014, dan sebesar 5,04 persen

untuk tahun 2015. Pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2015 Januari-Desember sudah

berada diatas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,79 persen.

5

B. KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS TERHADAP

PDB NASIONAL

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

6

NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015* 2020 2025 2035

1 Pertumbuhan sektor Industri Non

Migas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5

2 Share Industri non migas terhadap

PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0

3 Share ekspor produk industri

terhadap total ekspor % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4

4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta

orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19

(Persentase tenaga kerja di sektor

industri terhadap total pekerja) % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0

5

Rasio impor bahan baku sektor

industri terhadap PDB sektor industri

non migas

% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0

6 Nilai Investasi sektor industri Rp

Trilyun 210 270 618 1.000 1.930

7

Persentase nilai tambah sektor

industri yang diciptakan di luar Pulau

Jawa

% 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0

C. TARGET DAN PROYEKSI PEMBANGUNAN INDUSTRI TAHUN 2015 S.D. 2035

(persen)

Sumber : RIPIN 2015-2035

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

7

II. ARAH PEMBANGUNAN INDUSTRI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

8

A. ACUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

UU No. 3 Thn. 2014 tentang Perindustrian

Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur Industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan pembangunan Industri periode 2015 - 2035.

PP No. 14 Tahun 2015

Kebijakan Industri Nasional

Kebijakan Industri Nasional merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

9

B. Bangun Industri Nasional & Pengembangan Industri Prioritas

UU Nomor 3 Tahun 2014 – RIPIN 2015 - 2035

Sumber : RIPIN 2015-2035

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

10

III. POSISI DAYA SAING INDUSTRI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

11

POSISI DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL

Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum

menggunakan 3 aspek penilaian, yakni:

1. Persyaratan dasar (Basic requirements)

2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers)

3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication).

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

12

• Peringkat Indonesia pada

Global Competitiveness

Report 2015-2016 masih

berada di bawah negara-negara

ekonomi utama di ASEAN

seperti Thailand, Malaysia dan

Singapura.

Sumber: Global Competitiveness Report 2015-2016

Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2015-2016

Indikator Penilaian :

1. Institution

2. Infrastructure

3. Macroeconomic Env.

4. Health & Primary Education

5. Higher Education & Training

6. Goods Market Efficiency

7. Labor Market Efficiency

8. Financial Market Dev.

9. Technological Readiness

10. Market Size

11. Business Sophistication

12. Innovation

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

13 Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

14

McKinsey Global Institute Analysis, 2012

Sektor Manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg

sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yg kuat (MGI, 2012);

Pertumbuhan pendapatan signifikan dipengaruhi oleh pangsa manufaktur (Rodrik, 2010);

Agar Menjadi Negara berpenghasilan menengah, peran industri harus mencapai sekitar 40%

terhadap ekonomi;

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

15

ASEAN HS

Logam

HS Kimia

Dasar

HS Kimia

Hilir

HS Tekstil

& Aneka

Jumlah

HS

Prosen

(%)

K1 (Sangat Tinggi) 273 216 275 486 1250 31,26%

K2 (Tinggi)

K3 (Rendah)

676 646 425 1001 2748 68,73% K4 (Sangat

Rendah)

Posisi Daya Saing Produk Industri Manufaktur Indonesia Di Pasar Asean

31,26% produk

industri manufaktur

berdaya saing tinggi

dan mampu

berkompetisi di pasar

ASEAN

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

16

PETA DAYA SAING PRODUK IINDUSTRI MANUFAKTUR

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

17

IV. TINJAUAN GAS BUMI NASIONAL

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

18

Sumber : Kementerian ESDM

Neraca Gas Bumi Indonesia

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

19

Kebutuhan Gas Bumi Untuk Industri

Sumber : FIPGB

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

20

Sumber : FIPGB

Industri Pengguna Gas Bumi 2014

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

21

HARGA LNG

Sumber :http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-12-02/lng-falls-faster-than-oil-as-u-s-fracking-

spurs-growing-glut

22

V. NILAI TAMBAH GAS BUMI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

23

INDUSTRI TURUNAN MINYAK DAN GAS BUMI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

24

Konsumsi domestik akan memberikan ‘economic gains’ yang lebih

besar dibandingkan dengan ekspor.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

25

KAJIAN NILAI TAMBAH GAS BUMI SECARA UMUM

Sumber: Ferrostaal

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

26

Comparison of Added Value

Sumber: Ferrostaal

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

27

Sumber: Ferrostaal

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

28

VI. ANALISIS PENYESUAIAN HARGA

GAS BUMI BAGI INDUSTRI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

29 29

Kerangka Berpikir Kebijakan Penurunan Harga Gas

Kebijakan Harga Gas

(Harga Gas Turun)

Dampak Multiplier

OUTPUT Naik

PDB Naik PPN Naik

Impor Naik*) Pajak Bea Masuk Naik

Profit Perusahaan

Naik

PPh Badan Naik

Upah TK Naik

PPh Orang Naik

Jumlah Tenaga Kerja

Naik

• Penerimaan pemerimtah dari bagi hasil penjualan gas turun

Omset Penjualan Gas

Turun

*) Catatan: Impor akan naik dengan asumsi meningkatnya kapasitas produksi dalam negeri akan meningkatkan

kebutuhan bahan penolong yang masih belum diproduksi di dalam negeri, sehingga memberikan pajak bea

masuk.

30 30

Multiplier Sektor Gas

• Input Industri Hulu • Output Industri Hilir

Backward Linkage

Forward Linkage 0.90 0.94

• Nilai keterkaitan dengan sektor hilir (Forward Linkage) > keterkaitan dengan sektor hulu (Backward

Linkage) potensi hilirisasi besar

• Nilai keterkaitan BL dan FL < 1 dibawah rata-rata industri karena tidak semua industri manufaktur

menggunakan gas sebagai sumber energi atau bahan baku

Sektor

Gas

*) Kajian dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan LPEM FEB UI dengan Metodologi Tabel Input Output Nasional **) Model bersifat “snap-shot” dan “helicopter view” dalam kurun waktu satu tahun

31 31

Asumsi Model Analisis Dampak Penurunan Harga Gas Bumi

2013 * Gross Revenue

Owned Price elasticity

Other sector Price elasticity

Sumber: LPEM FE UI, 2015

32 32

Sumber: LPEM FE UI, 2015

33 33

Sumber: LPEM FE UI, 2015

34 34

Sumber: LPEM FE UI, 2015

35 35

TOTAL BALANCE

Sumber: LPEM FE UI, 2015

36 36

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI

PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

37 37

1. Rencana pemanfaatan sebagian cadangan gas bumi di Teluk Bintuni

untuk industri petrokimia di kawasan industri Teluk Bintuni, antara lain

untuk:

• Amoniak-urea

• Metanol

• Etilen

• Propilen

• Polietilen

• Polipropilen

2. PT Pupuk Indonesia (Persero) diberi tugas untuk mengelola Kawasan

Industri Teluk Bintuni seluas 2.112 ha.

3. Sedang dilakukan studi bersama untuk penyediaan alokasi gas bumi

untuk industri pupuk sampai habis masa konsesi tahun 2035.

4. Sedang dilakukan pembicaraan awal alokasi gas dari sumber lain untuk

industri petrokimia.

38 38

RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA DI TELUK BINTUNI

Industri Petrokimia

39 39

KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI – PAPUA BARAT

Lokasi Desa Onar Baru, Distrik Sumuri

Komoditas Basis Industri Pupuk dan Petrokimia

Luas ±2112 Ha

Pemrakarsa Utama BUMN (PT Pupuk Indonesia)

Tingkat Kesiapan 1. RTRW v 2. RDTR 2015 3. Master Plan v 4. Studi Kelayakan v 5. Renstra v 6. DED 2015 7. AMDAL - Pekerjaan Fisik dalam KI 1. Pembangunan Jalan Poros - 2. Pembangunan Gedung Pengelola KI - 3. Pembangunan Politeknik - 4. Traning Center Building & Workshop - 5. Pembangunan Pusat Layanan KI - 6. Pembebasan Lahan - 7. Pematangan Lahan - 8. Pembangunan rel kerata api - 9. Pembangunan Dry Port -

10. Pembangunan Tank Farm CPO & CPKO -

Dukungan Sarpraws di Luar Kawasan Industri

Prasyarat Utama: Kebijakan Harga Gas untuk industri dalam negeri

2015-2016

1. Jalan Akses jalan sepanjang 30 Km dari Jalan Lintas Provinsi ke Kawasan Industri (2017)

2. Pelabuhan Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan kapasitas 50.000 DWT (2017)

3. Pembangkit Listrik Jaringan listrik dan power plant ±200 MW (2018-2019)

4. Rel Kereta Api n.a.

5. Kebutuhan Air Baku ± 2000 L/detik (2018)

6. Perumahan Buruh - 7. Rumah Sakit - 8. Gudang Logistik - 9. Balai Latihan Kerja -

40 40

ANALISIS SENSITIVITAS PROYEK UREA TELUK BINTUNI

Untuk harga gas US$ 5/MMBTU, dan harga urea US$ 300/ton akan mendapatkan

IRR sebesar 10,24%

Harga urea saat ini US$ 250/ton, dengan harga gas US$ 5/MMBTU akan

memberikan IRR sebesar 5,68%

41 41

Manfaat Pembangunan Industri Petrokimia Di Teluk Bintuni

1. Subsitusi impor produk hilir terutama polietilen dan polipropilen

diperkirakan bernilai USD 2 Milyar (Impor polietilen dan polipropilen pada

tahun 2014 senilai USD 2,15 Milyar)

2. Ada nilai tambah terhadap SDA yang lebih besar.

3. Penyerapan tenaga kerja.

4. Pemasukan negara dari sektor pajak penghasilan.

5. Perolehan PPN dari Industri Petrokimia.

6. Peningkatan potensi SDM.

7. Manfaat lain bagi daerah (infrastruktur, ketahanan pangan, ekonomi mikro,

pengurangan biaya logistic/transportasi).

42 42

VII. RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI

PETROKIMIA DI ACEH

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

43 43

PEMANFAATAN FASILITAS PT. ARUN NGL

• Seiring dengan berkurangnya produksi gas dan berakhirnya kontrak usaha

pengelolaan gas antara Exxon Mobil dan Pemerintah Indonesia, PT Arun

NGL yang selama ini sebagai operator ekspor LNG dari Lhokseumawe

berhenti beroperasi.

• Agar fasilitas yang ada tidak sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk

menggerakkan ekonomi regional maka pemerintah Indonesia telah

mengambil inisitatif untuk merivatilisasi usaha di bawah payung PT. Perta

Arun Gas (PAG), sebuah joint venture yang kepemilikan usahanya 70%

Pertamina dan 30% Pemerintah Aceh.

• Penyaluran gas sebagai hasil regasifikasi telah diuji coba seiring dengan

selesainya proyek pembangunan pipa gas Aru-Belawan. Direncanakan

sumber gas LNG Tangguh dan Bontang akan jadi pemasok kebutuhan gas

untuk usaha ini. Selain itu PAG juga masih dapat memanfaatkan cadangan

gas yang ditinggalkan Exxon Mobil Indonesia di Kawasan Lhokseumawe

dan Aceh Utara serta Produksi Minyak dan Gas PT. MEDCO di Aceh Timur

dan Tamiang.

44

Design Capacity 135,000 BBLS/day Saat ini produksi nya hanya 4.000 Bbls/d ( 3 % kapasitas )

Condensate Stabilization Units berpotensi diubah menjadi Crude Distilation Unit ( CDU )

LNG Storage Tanks

Potensi untuk : - LNG Terminal / LNG Re- gasification Plant. - LNG Hub/International Trading

2 x Propane Tanks @ 83.000 M3 2 x Butane Tanks 83.000 M3 + 55.000 M3 Idle sejak th 2001

LPG Storage & Loading berpotensi untuk LPG Terminal & Trading ( Tran-shipment ) Facilities

4 Floating Roof Tanks @ 530,000 BBLS

Condensate Storage Tanks berpotensi untuk Crude Oil Storage

2 x LNG Berths @ 95.000 DWT 1 x LPG Berth @ 65.000 DWT 1 SPM – dapat untuk VLCC

Pelabuhan LNG & LPG Arun ( Pengembangan Bisnis LNG/LPG Trading )

POTENSI PEMANFAATAN EXISTING FACILITY - ARUN

45

1. Proyek LNG Terminal/ReGasification ( LNG ReGas ) – Bersamaan dgn proyek Pipanisasi Gas Arun- Belawan, 370 K

Status: Beroperasi

2. Proyek LNG Hub/ LNG Trading – Memanfaatkan excess kapasitas tanki LNG - Menyimpan LNG saat low demand ( summer ) dan menjualnya saat high demand ( winter )

Status: Belum berjalan

3. Proyek LPG Hub/Tran-shipment ( LPG Trading ) Status: Front End Engineering Design ( FEED ) selesai.

4. Kilang BBM ( 300.000 Bbls/d ) integrated Petro-Chemical Plant - Proposed

– Pemanfaatan asset Arun ( penghematan Rp 10 T & waktu konstruksi lebih cepat ).

– Lokasi strategis ( dekat sumber bahan baku & imbas 3 Titik Hot Spot Intelijen )

– Kemandirian Bahan Baku dan proyek berlangsung jangka panjang.

– Ketahanan Energy Nasional dan solusi pembangunan janka panjang ekonomi Aceh.

5. Pembangunan Pembangkitan Listrik 200 MW di area Arun oleh PLN

Status: sedang dalam pengerjaan.

PROYEK PENGEMBANGAN ARUN ENERGY CENTER

46

IX. PEMANFAATAN BATUBARA

SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU

INDUSTRI PETROKIMIA / PUPUK

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

47

NO ENERGI TERBARUKAN/ SUMBER DAYA

(SD)

KAPASITAS

TERPASANG (KT)

RASIO KT/SD (%)

1 2 3 4 5 = 4/3

1 Tenaga Air

75.000 MW

6.057 MW 8,01%

2 Minihidro 419 MW 0,56%

3 Mikro Hydro 181 MW 0,25%

4 Tenaga Surya 4,8

kwh/m2/day 22,45 MW -

5 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1,87 MW -

6 Samudera 49 GW***) 0,01 MW****) 0%

7 Uranium 3.000 MW *) 30 MW **) 0%

8 Panas Bumi 29.215 1.341 4,6%

JENIS ENERGI

FOSIL

CADANGAN

(Proven + Possible)

PRODUKSI

(per TAHUN)

RASIO CADANGAN/PRODUKSI (Tanpa Eksplorasi Baru)

TAHUN

MINYAK 7,76 milyar bbl 346 juta bbl 22

GAS 157,14 TSCF 2,95 TSCF 53

BATUBAR

A 21,13 milyar ton 254 juta ton 83

Sumber: Kementerian ESDM

Bauran Energi Primer Nasional 2013

1.236 Juta SBM

CADANGAN

TERBATAS !!

Potret Cadangan Energi Nasional

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

48

Alternatif Bahan Baku Industri Petrokimia

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

49

PROYEK PILOT PLANT GASIFIKASI BATUBARA,

PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan IHI Jepang

1. PT. Pupuk Kujang, bekerja sama dengan Ishikawa Heavy Industries (IHI) Jepang

saat sedang mengerjakan proyek pilot plant gasifikasi batubara dengan kapasitas

50 ton/hari di Cikampek.

2. Di masa mendatang, pengembangan proyek ini diproyeksikan untuk mencapai skala

komersial sampai dengan 3.000 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan syngas

PT. Pupuk Kujang dalam memproduksi pupuk urea.

50

Gasifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Industri Pupuk

Di Muara Enim

• Kerjasama PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Bukit Asam dalam pembangunan gasifikasi

batubara sebagai bahan baku industri pupuk. Permbangunan plant gasifikasi berada

dekat mulut tambang (Mine Mouth)

• Proyek ini dapat menghemat konsumsi gas 25%. PT Bukit Asam akan menyediakan

batubara sebagai bahan baku gasifikasi selama 20 tahun.

• Dari hasil FS,

• Jenis batubara yang digunakan adalah lignite

• Terdapat tiga pilihan plant produksi yaitu urea plant, ammonia plant atau

gabungan antara ammonia dan urea plant

51

COAL TO METHANOL PLANT, BULUNGAN

1. Proyek Coal to Methanol Plant oleh PT. Bulungan Methanol di

Kalimantan, bekerja sama dengan ChemOne.

2. Bahan baku yang digunakan yaitu batubara kalori rendah (lignit). Pabrik

ini akan memproduksi methanol grade AA sebanyak 1,4 juta ton/tahun.

Dengan target pasar yaitu industri-industri kimia di Asia.

3. Total investasi mencapai US$ 1.700.000.000

Lokasi

52

PROYEK COAL TO ETHANOL, CELANESE

• Dengan kapasitas awal 400.000 ton/tahun dan akan siap diekspansi hingga 1,1 juta

ton/tahun.

• Fase awal menggunakan bahan baku gas alam atau batubara kalori sedang, untuk

selanjutnya akan menggunakan batubara kalori rendah dengan pertimbangan

keekonomian.

• Hasil produksi 100% akan diserap dalam negeri melalui PT. Pertamina untuk

selanjutnya digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak.

• Kualitas ethanol yang diproduksi diharapkan memenuhi bahkan melebihi standar

yang dibutuhkan untuk bahan bakar ethanol.

53

Contoh Simulasi Cost Pemanfaatan Batubara

untuk Industri Pupuk

Coal

1.29 ton Int’l price coal

US$45/ton

Value as

commodity

US$58

Natural Gas

Equivalent 36MMBTU

UREA

1 ton + Ammonia

0.58 ton + CO2

0.58 ton

US$150 US$244.7 (US$422/ton)

US$23.4 (US$30/ton)

US$58

Total Value as

Feedstock

US$58 US$418.16

54

X. KESIMPULAN

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

55

1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% – 8%

Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan

sekaligus upaya peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan

baku dan energi bagi industri.

5. Pemikiran Terhadap Pemberian Insentif Bagi Industri

Konsep pengembangan industri, khususnya industri hulu yang lahap energi dan padat modal,

seharusnya mendapatkan insentif/fasilitas berupa subsidi energi dan bahan baku untuk

menciptakan daya saing melalui pengembangan hilirisasi. Hal itu diperlukan karena industri

hulu pada umumnya, seperti petrokimia dianggap sebagai the mother of industry atau industri

prioritas sebagai agen peningkatan ketahanan ekonomi nasional.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri manufaktur akan lebih kompetitif pada pasar dalam negeri, ASEAN, dan global

market apabila harga energi dan bahan baku terjangkau (affordable) untuk industri

disamping faktor logistik, infrastruktur, biaya dan bunga bank..

3. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri

Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri.

Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya

saing industri.

4. Pemikiran Alternatif Dalam Pemanfaatan Gas Bumi dan Batubara

Sumber energi seperti gas bumi dan batubara, seyogyanya diperlakukan sebagai bahan

baku industri yang memiliki nilai tambah tinggi apabila dibandingkan dengan mekanisme

dijual sebagai komoditi.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

56

Terima Kasih

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

Direktorat Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka