Inventarisasi Satwa Liar

8
Laporan mata kuliah Inventarisasi dan Pemantauan Satwaliar PERBANDINGAN METODE PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN STRIP TRANSEC DALAM PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR Disusun Oleh: Iska Gushilman E34052984 Dosen : Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA Asisten : Dede Aulia Rahman E34104037 Azhari Purbatrapsila E34104077 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2007

description

PERBANDINGAN METODE PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN STRIP TRANSEC DALAM PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR

Transcript of Inventarisasi Satwa Liar

Page 1: Inventarisasi Satwa Liar

Laporan mata kuliah Inventarisasi dan Pemantauan Satwaliar

PERBANDINGAN METODE PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN STRIP

TRANSEC DALAM PENDUGAAN POPULASI

RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR

Disusun Oleh:

Iska Gushilman

E34052984

Dosen :

Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

Asisten :

Dede Aulia Rahman E34104037

Azhari Purbatrapsila E34104077

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

2007

Page 2: Inventarisasi Satwa Liar

PENDAHULUAN

Satwaliar merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu sistem

ekosistem. Komponen yang satu akan saling terkait dengan komponen lainnya

sehingga akan saling mempengaruhi. Hilangnya salah satu komponen akan sangat

berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem tersebut.

Berbagai usaha dilakukan untuk melindungi satwa liar karena satwa liar memiliki

banyak manfaat. Salah satu jenis satwa liar adalah rusa totol (Axis axis). Pemanfaatan

rusa tersebut berupa tanduk, kulit, dan dagingnya. Istana Bogor merupakan salah satu

tempat yang memiliki peliharaan rusa totol dengan jumlah yang sangat banyak. Rusa

totol berkeliaran di halaman Istana Bogor dengan maksud dan tujuan yang lain yaitu

untuk memperindah halaman istana. Jumlah awal rusa totol di halaman Istana Bogor

adalah enam pasang dan berfungsi sebagai sarana keindahan istana (Trubus 1996).

Rusa totol tersebut didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Inggris pada tahun 1811

dari India.

Pertumbuhan populasi rusa totol di halaman Istana Bogor mengalami

peningkatan. Rata-rata pertumbuhan populasi tahun 1991/92 sampai 1999/2000

adalah 59 ekor per tahun (105%) dengan peningkatan kepadatan populasi 2,95

ekor/ha(Fajri, 2000). Dengan makin bertambahnya populasi rusa totol di halaman

Istana Bogor yang tidak diimbangi oleh peningkatan kuantitas dan kualitas habitatnya,

maka dimungkinkan sudah terjadi kelebihan populasi sehingga pengelola istana

melakukan penyaluran rusa tersebut ke berbagai penangkaran seperti kebun binatang,

instansi pemerintah maupun badan swasta lainnya yang berniat menangkarkannya.

Praktikum mata kuliah inventarisasi dan pemantauan satwaliar kali ini bertujuan

untuk mengetahui perbandingan antara metode pengamat diam, pengamat beregrak,

dan metode strip transec ( jalur ) dalam pendugaan populasi rusa totol ( Axis axis ) di

Istana Bogor.

Page 3: Inventarisasi Satwa Liar

HASIL

A. Tabel Rekapitulasi dengan menggunakn metode pengamat diam.

No. Petak Jumlah SR* KU

Jantan Betina Juvenil Tua

1. 60 9 44 7 53

2. 43 6 30 7 36

3. 66 52 10 4 62

4. 164 27 109 28 136

5. 34 13 5 16 18

6. 38 19 7 12 26

Total 405 126 205 137 331 * sex ratio untuk kelas umur tua

Total populasi = 405 individu

Kepadatan populasi = 14 indv/ ha

B. Tabel rekapitulasi dengan menggunakn metode pengamat bergerak

No. Petak Jumlah SR* KU

Jantan Betina Juvenil Tua

1. 120 37 74 9 111

2. 124 18 69 37 87

3. 81 11 45 25 56

4. 128 26 78 24 104

5. 91 20 60 11 80

6. 163 24 97 42 121

Total 707 136 423 148 559 * sex ratio untuk kelas umur tua

Total populasi = 707 individu

Kepadatan populasi = 25 indv/ ha

Page 4: Inventarisasi Satwa Liar

C. Tabel rekapitulasi dengan menggunakn metode strip transect

No. Petak Jumlah SR* KU

Jantan Betina Juvenil Tua

1. 201 29 122 50 151

2. 103 38 47 18 85

3. 204 63 95 41 163

4. 350 83 246 21 329

5. 338 45 172 121 217

6. 541 118 390 33 508

7 79 20 45 14 65

8 134 44 78 12 122

9 595 120 381 94 501

10 101 9 29 63 38

11 590 83 315 192 398

12 439 85 279 75 364

13 501 99 315 87 414

14 471 85 254 132 339

15 79 17 48 14 65

Total 4726 943 2816 967 3759 * sex ratio untuk kelas umur tua

Total populasi = 1800 individu

Kepadatan populasi = 63 indv/ ha

Page 5: Inventarisasi Satwa Liar

PEMBAHASAN

Halaman Istana Bogor memiliki berbagai jenis pohon dan rumput yang ditanam

sejak zaman Belanda dan berfungsi sebagai sarana keindahan. Pohon tersebut juga

berfungsi sebagai naungan bagi rusa. Jenis pohon yang mendominasi halaman Istana

Bogor adalah cengkeh (Syzygium aromaticum), beringin (Ficus benjamina) dan

mahagoni (Swietenia mahagoni).

Vegetasi tumbuhan bawah adalah rumput pait(xonopus compressus) merupakan

spesies yang lebih dominan. Hal ini disebabkan karena spesies tersebut memiliki nilai

kerapatan relatif lebih tinggi atau jumlah individu per satuan luas areal lebih banyak

dari jenis lainnya. Domdoman(Chrysopogon aciculatus) mempunyai keparatan yang

relatif hampir sama dengan rumput raja(Zoysia matrella).

Inventarisasi adalah kegiatan untuk mengetahui kondisi populasi jenis

tumbuhan dan satwa termasuk habitatnya. Tujuan kegiatan inventarisasi satwaliar

adalah untuk mengetahui satwa yang ada di suatu daerah agar potensi tersebut dapat

dikelola dan dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan,wisata dan

kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan inventarisasi satwaliar merupakan kegiatan pengumpulan data /

informasi tentang suatu jenis satwaliar. Data dan inventarisasi minimal yang harus

dihasilkan mencakup: jumlah jenis dan individu, ukuran dan stuktur populasi,serta

penyebaran dan pergerakan (Kartono,2000).

Secara rinci informasi tentang kondisi populasi yang penting diperoleh melalui

kegiatan inventarisasi diantaranya dalam rangka perumusan kebijaksanaan antara lain

berupa:

1. keadaan habitat dan data populasi termasuk status biologisnya

2. peta penyebaran jenis beserta habitatnya dengan skala yang cukup rinci.

Inventarisasi satwaliar di Istana Bogor dilakukan dengan metode yaitu metode

pengamat diam (Silent Detection), Pengamat bergerak, Driving Count (penggiringan)

dan strip transec (metode jalur). Namun karena Rusa terlihat stress maka metode ini

tidak dilakukan. Perbandingan keempat metode ini telihat pada tabel 1.

Page 6: Inventarisasi Satwa Liar

Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pengamatan

Metode

Pengamatan

Pembanding

Kelebihan Kekurangan

Driving

Count

Cocok untuk satwa-satwa

diurnal

Satwa terhitung

semuanya

Areal relatif sempit

Biaya mahal

Jumlah tenaga relatif banyak

untuk penghalau dan pencatat

Satwa stress / aktivitas terganggu

Pengamat

Diam

Satwa tidak mengalami

stress

Tidak memerlukan

banyak tenaga

Aktivitas satwa alami

Kemungkinan terjadinya double

accounting

Satwa ada yang tidak terhitung

Pengamat

Bergerak

Jumlah satwa terhitung

semuanya

Satwa dalam keadaan terganggu

Strip

Transec

Pengamatan mudah

dilakukan

Tidak harus mengcover

semua wilayah

Sulit mengelompokkan kelas umur

dan sex ratio karena bergerombol

Sulit melakukan perhitungan

Pengamat bergerak adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamat

melakukan penghitungan sambil bergerak dimana pengamat bebas bergerak selama

masih berada didalam luasan areal yang ditentukan. Pada metode ini diperoleh total

populasinya 707 individu dan kepadatan populasinya yaitu sebesar 25 individu/hektar.

Pengamat diam(Silent Detection) adalah menghitung satwa ketika satwa tidak

dalam keadan terganggu dan metode pengamatan dimana pengamat mendekati satwa

setenang mungkin (as silent as posible)(Mustari, 2007). Pengamat diam cenderung

berdiam diri pada suatu tempat yang dapat secara luas mengamat satwa diareal

sekitar pengamatan. Pada metode ini diperoleh jumlah total populasinya yaitu 405

individu dan kepadatan populasinya 14 individu/hektar.Untuk sex ratio pada kelas

Page 7: Inventarisasi Satwa Liar

umur tua, jumlah rusa betina lebih besar dibandingkan dengan jumlah rusa jantan.

Total individu yang didapat yaitu sebanyak 405 individu

Berbeda dengan metode pengamat bergerak dengan total individunya adalah

707 individu yang dominan dari kelas umur tua sebanyak 559 individu dan

perbandingan kelamin antara jantan dan betinanya yaitu 136:423.

Total individu yang diperoleh pada metode Strip Transec tiap ulangan

dilakukan sepanjang 1000m dan lebar 50m, yaitu 4726 individu. Pengamatan dilakukan

pada pukul 14.00-15.00 dengan 15 kali ulangan.. Individu terbanyak berasal dari kelas

umur tua sebanyak 3759 individu.

Jumlah individu, pengelompokkan kelas umur, dan sex ratio mendapatkan nilai

yang berbeda padahal pada lokasi yang sama dapat disebabkan antara lain

pengamatan dilakukan pada pukul yang berbeda dan kemungkinan terjadinya double

accounting atau penghitunagn ganda pada metode pengamat diam karena adanya

berbagai keterbatasan baik keterbatasan sumberdaya maupun jarak pandang yang

tidak mengcover seluruh areal pengamatan. Berkumpulnya satwa dapat dianalisis

karena adanya preferensi habitat dimana ada beberapa satwa yang menyukai tempat

berair, bentuk penutupan lahan yang masih alami dan teredianya sumber-sumber air

dan pakan.

KESIMPULAN

Metode yang digunakan dalam inventarisasi satwaliar akan memberikan

gambaran tentang keadaan dan data jumlah populasi satwa dalam suatu ekosistem.

Namun dalam setiap metode itu memiliki kelebihan dan kekurangan baik dari segi

biaya, waktu, tenaga dan keakuratan data yang didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: Inventarisasi Satwa Liar

Alikodra H.S.1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Bogor : IPB PAU.

Kartono, Agus Priyono.2000.Teknik Inventarisasi Satwaliar dan Habitatnya.

Laboratorium Ekologi Satwaliar.Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan

Fakultas Kehutanan.IPB.Bogor

Mustari, Abdul Haris.2007.Metode Survey dan Inventarisasi Mamalia. Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.Fakultas Kehutanan.IPB.Bogor

Walpole, Ronald e.1992.Pengantar Statistika.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.