Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

8
Interpretasi hasil pemeriksaan 1. Kesadaran Apatis Tingkat kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah di bangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran, serta perabaan normal. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ), skala yang dinilai adalah sebagai berikut: 1. Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon 2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata- kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”) (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon 3. Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

description

interpretasi hasil

Transcript of Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

Page 1: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

Interpretasi hasil pemeriksaan

1. Kesadaran Apatis

Tingkat kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah di bangunkan dan

reaksi penglihatan, pendengaran, serta perabaan normal.

Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale ), skala yang dinilai adalah

sebagai berikut:

1. Menilai respon membuka mata (E)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi

tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak

dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat

diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi

saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari

mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Page 2: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…

V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu

E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium

(GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

Ruhyanudin F (2011). Pemeriksaan neurologis.

http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/PEMERIKSAAN-NEUROLOGIS.pdf - diakses

April 2014.

2. Tekanan Darah

Dari hasil pemeriksaan tekanaan darah pada skenario, diketahui tekanan darah pasien

120/70 mmHg, dapat dikategorikan normal menurut JNC VII dan WHO. Namun,

apabila dilihat riwayat tekanan darah pasien yang sebelumnya selalu masuk kategori

hipertensi, tekanan darah pasien yang sekarang (120/70 mmHg) termasuk rendah. Hal

ini dapat disebabkan karena pemberian obat antihipertensi yang terlalu sering atau

akibat variasi diurnal dimana tekanan darah paling tinggi pada pagi hari dan paling

rendah pada malam hari.

The seventh Report of the Joint National Commite on Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003 dan World Health Organization-

International Society of Hypertension (WHO-ISH) 1999 telah memperbaharui

klasifikasi, definisi, serta stratifikasi risiko untuk menentukan prognosis jangka

panjang.

Tabel Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi

Derajat 1

Derajat 2

140-159

≥160

Atau

atau

90-99

≥100

Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari WHO-ISH 1999

Page 3: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1

(ringan)

Subgroup: borderline

140-159

140-149

90-99

90-94

Hipertensi derajat 2

(sedang)

160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 (berat)

Hipertensi sitolik terisolasi

Subgroup: borderline

≥180

140

140-149

≥110

<90

<90

Pertiwi VG (2011). Tekanan Darah.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23512/5/Chapter%20II.pdf – Diakses Maret

2014.

3. Respiration Rate

Normalnya nilai RR adalah 14-20x/menit. Pada skenario, RR pasien 30x/menit

menunjukkan adanya peningkatan. Kecepatan meningkat pada keadaan :

a. Emosional seperti ketakutan atau cemas

b. Kelainan metabolik:

Diabetes mellitus

Kelainan paru-paru (emfisema)

c. Kelainan dinding torak yang menghalangi pelebaran dada, misalnya :

miastenia gravis

Kecepatan respirasi berkurang pada keadaan : depresi sistem saraf, misalnya

kelebihan sedasi dan anestesi.

North Glasgow University Hospitals NHS Division (2014). Clinical Procedure

Manual Section A – General Procedure Guidelines.

Page 4: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

http://library.nhsgg.org.uk/mediaAssets/Nursing%20and%20Midwifery/1.15%20-

%20Vital%20Signs.pdf – diakses April 2014.

4. Pemeriksaan Suhu

Suhu normal berkisar antara 36-37,50C. Hasil pengukuran suhu pada pasien di

skenario menunjukkan 36,50C, termasuk dalam batas normal tidak ada peningkatan

suhu.

North Glasgow University Hospitals NHS Division (2014). Clinical Procedure

Manual Section A – General Procedure Guidelines.

http://library.nhsgg.org.uk/mediaAssets/Nursing%20and%20Midwifery/1.15%20-

%20Vital%20Signs.pdf – diakses April 2014.

5. Heart Rate

Heart rate atau denyut nadi normalnya berkisar antara 60-100x/menit. Apabila HR

<60x/menit disebut bradikardi, >100x/menit disebut takikardi. Hasil pengukuran HR

pasien di skenario 108x/menit, menunjukkan adanya peningkatan atau takikardi.

Yasin NF (2014). Interpretasi pemeriksaan fisik.

http://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/8-intrepretasi-pe.pdf - diakses April

2014.

6. Ronki basah kasar

Suara napas ronki merupakan suara abnormal yang terdengar seperti suara gaduh.

Suara ronki disebabkan akibat gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit

akibat obstruksi saluran napas. Ronki dibagi menjadi 2, yaitu ronki basah dan ronki

kering.

Ronki basah kasar merupakan suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar

pada saluran napas besar bila terisi oleh banyak sekret, intensitas suara lebih keras,

nada rendah, dan durasi lebih lama. Suara ronkhi basah kasar dapat terjadi pada

abnormalitas jaringan paru (contoh: pneumonia) maupun karena abnormalitas jalan

nafas (contoh: bronkhitis).

Page 5: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

7. Suara dasar bronkial

Suara dasar bronkial merupakan suara normal yang mempunyai bunyi tinggi, kasar,

ekspirasi lebih panjang dari pada inspirasi. Terdengar pada saluran napas besar

dengan diameter 4mm atau lebih. Suara dasar bronkial ini terdengar di atas

manubrium sterni, apabila terdengar di bagian paru selain manubrium sterni, suara

bonkial ini dianggap abnormal. Suara bronkhial terjadi karena adanya konsolidasi

dalam jalan nafas misalnya pneumonia, TB paru.

8. Stem fremitus meningkat

Fremitus merupakan getaran yang dihantarkan melalui bronchopulmonary trunk ke

dinding dada saat pasien berbicara. Fremitus dapat meningkat akibat timbunan sekret

yang menggantikan udara yang mengisi sebagian besar jaringan paru sehingga terjadi

konsolidasi paru. Fremitus meningkat pada keadaan seperti pneumonia.

9. Skor norton

Skor Norton merupakan alat untuk menilai risiko ulkus dekubitus pada pasien

imobilisasi. Skor ≤ 12 menunjukkan bahwa terjadi resiko tinggi untuk terjadi ulkus

dekubitus dengan peningkatan risiko 50x lebih besar.

Dari hasil pemeriksaan pasien diskenario menunjukkan skor nortonnya 9.

Pemeriksaan ini menandakan telah terjadi ulkus dekubitus pada pasien. Punggung

bawah merupakan salah satu predileksi ulkus dekubitus karena pada daerah tersebut

sering tertekan. Penilaian derajat dilakukan dengan melihat reaksi peradangan apakah

mencapai epidermis (derajat I), dermis/ subkutan (derajat II), jaringan lunak dan

fascia dalam (derajat III), dan sudah terlihat otot dan tulang (derajat IV).

10. Hasil leukosit

Hasil lab pasien: leukosit 7.500 didapatkan hasil dalam batas normal

(4000-11.000/mm3). Pneumonia pada lansia sebagian besar didapatkan leukosit yang

normal atau sedikit meninggi, kadang-kadang didapatkan leukositosis.

11. Foto Thorak PA kesuraman homogen

Page 6: Interpretasi Hasil Pemeriksaan Ske 3

Kesuraman homogen menunjukkan adanya gambaran berwarna putih pada hasil

pemeriksaan paru, normalnya foto thorak paru memiliki gambaran berwarna hitam

karena berisi udara. Kesuraman homogen dapat disebabkan oleh konsolidasi paru,

misalnya pada kondisi pneumonia.