Inpret ps1+pato ske1 MATA

5
INTERPRETASI HASIL PS 1 Pada pasien, didapatkan pengelihatan kabur dengan mata tidak merah berarti telah terjadi mata tenang visus turun pada pasien. Kelainan mata tenang visus turun pada pasien dapat berupa kelainan refraksi. Pada pasien, VOD 4/60 berarti pada oculi dextra pasien dapat melihat objek dengan jelas pada jarak 4 meter sedangkan pada mata normal objek dapat dilihat dengan jelas pada jarak 60 meter. Pada pasien, VOS 6/15 berarti pada oculi sinistra pasien dapat melihat objek dengan jelas pada jarak 6 meter sedangkan pada mata normal objek dapat dilihat pada jarak 15 meter. Dengan dilakukan uji pinhole visus pasien membaik berarti pasien mengalami kelainan refraksi, karena uji pinhole dapat mengoreksi visus sebesar 4-5 D. Uji pinhole yang tidak membaik berarti terdapat kelainan organik pada mata, seperti katarak. Koreksi OD dengan S -4.25 D berarti pada pasien mengalami miopi dan telah dilakukan koreksi pada oculi dextra dengan lensa spheris -4.25 Dioptri. Dan koreksi OS dengan S -0.75 D C -0.50 axis 90 o berarti Oculi sinistra pada pasien mengalami miopi dan astigmatisme sehingga dikoreksi dengan lensa spheris -0.75 dan lensa silindris -0.50 dengan axis 90 o berarti aksis vertikal (in the rule). Sedangkan untuk membaca dekat dikoreksi dengan S +1.50 Dioptri berarti pasien mengalami hipermetropi dan dikoreksi dengan lensa spheris +1.50 Dioptri.

description

skenario 1 mata

Transcript of Inpret ps1+pato ske1 MATA

Page 1: Inpret ps1+pato ske1 MATA

INTERPRETASI HASIL PS 1

Pada pasien, didapatkan pengelihatan kabur dengan mata tidak merah berarti telah terjadi mata

tenang visus turun pada pasien. Kelainan mata tenang visus turun pada pasien dapat berupa

kelainan refraksi.

Pada pasien, VOD 4/60 berarti pada oculi dextra pasien dapat melihat objek dengan jelas pada

jarak 4 meter sedangkan pada mata normal objek dapat dilihat dengan jelas pada jarak 60 meter.

Pada pasien, VOS 6/15 berarti pada oculi sinistra pasien dapat melihat objek dengan jelas pada

jarak 6 meter sedangkan pada mata normal objek dapat dilihat pada jarak 15 meter.

Dengan dilakukan uji pinhole visus pasien membaik berarti pasien mengalami kelainan refraksi,

karena uji pinhole dapat mengoreksi visus sebesar 4-5 D. Uji pinhole yang tidak membaik berarti

terdapat kelainan organik pada mata, seperti katarak.

Koreksi OD dengan S -4.25 D berarti pada pasien mengalami miopi dan telah dilakukan koreksi

pada oculi dextra dengan lensa spheris -4.25 Dioptri. Dan koreksi OS dengan S -0.75 D C -0.50

axis 90o berarti Oculi sinistra pada pasien mengalami miopi dan astigmatisme sehingga dikoreksi

dengan lensa spheris -0.75 dan lensa silindris -0.50 dengan axis 90 o berarti aksis vertikal (in the

rule). Sedangkan untuk membaca dekat dikoreksi dengan S +1.50 Dioptri berarti pasien

mengalami hipermetropi dan dikoreksi dengan lensa spheris +1.50 Dioptri.

Dengan adanya uji pinhole, mata tenang dan juga koreksi dengan lensa spheris dan silindris

membaik, maka dapat dikatakan pasien mengalami kelainan refraksi yaitu miopi, hipermetropi

dan astigmatisme.

Page 2: Inpret ps1+pato ske1 MATA

Patofisiologi Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di

bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan

refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma (Ilyas, 2006).

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan

kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar

terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa memegang peranan terutama pada saat

melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-

beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya

perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat

terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia (Ilyas, 2006).

Etiologi

Ametropia aksial adalah ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau

lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina. Pada miopia

aksial, fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang. Sedangkan pada

hipermetropia aksial, fokus bayangan terletak di belakang retina.

Ametropia indeks refraktif adalah ametropia akibat kelainan indeks refraksi media penglihatan.

Sehingga walaupun panjang sumbu mata normal, sinar terfokus di depan (miopia) atau di

belakang retina (hipermetropia). Kelainan indeks refraksi ini dapat terletak pada kornea atau

pada lensa (cembung, diabetik). Ametropia kurvatur disebabkan kelengkungan kornea atau lensa

yang tidak normal sehingga terjadi perubahan pembiasan sinar. Kecembungan kornea yang lebih

berat akan mengakibatkan pembiasan lebih kuat sehingga bayangan dalam mata difokuskan di

depan bintik kuning sehingga mata ini akan menjadi mata miopia atau rabun jauh. Sedangkan

kecembungan kornea yang lebih kurang atau merata (Flat ) akan mengakibatkan pembiasan

menjadi lemah sehingga bayangan dalam mata difokuskan dibelakang bintik kuning dan mata ini

menjadi hipermetropia atau rabun dekat (Ilyas, 2006).

Page 3: Inpret ps1+pato ske1 MATA

Skema …. Mekanisme Patofisiologi Kelainan Refraksi(Istiqmah, 2005).

Kelainan Refraksi

Miopia

M. aksial

sumbu mata lebih panjang

sinar sejajar dibias di depan

retina

kabur jika melihat jauh

perubahan sensori

perseptual

M. Refraktif

indeks bias media optik meningkat

Hipermetropia

H. aksial

sumbu mata lebih pendek

sinar sejejar dibias di

belakang retina

kabur jika melihat dekat

H. Refraktif

indeks bias media optik berkurang

Presbiopia

meningkatnya usia

otot akomodasi melemah

kehilangan elastisitas untuk

mencembung

lensa mengeras

Astigmatisme

kelainan kornea

perubahan lengkung kornea

berkas cahaya masuk pada

berbagai bidang

sinar masuk dibiaskan pada

tempat yang berbeda

diplopia