Makalah Pato Fix

31
Pendahuluan Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8 % dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Anonim, 2010). Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya (Anonim, 2010). Keadaan ini bergantung pada banyak faktor terkait, termasuk keturunan, pola makan, khususnya jumlah garam dan alkohol yang Anda konsumsi, latar belakang budaya, apakah Anda menderita diabetes atau kelebihan berat badan, dan apakah Anda melakukan olahraga secara teratur (Beevers, 2002). Diperkirakan hipertensi telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (Anonim, 2008). Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan 1

Transcript of Makalah Pato Fix

Page 1: Makalah Pato Fix

Pendahuluan

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

jumlahnya mencapai 6,8 % dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di

Indonesia (Anonim, 2010).Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi

penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya (Anonim, 2010).

Keadaan ini bergantung pada banyak faktor terkait, termasuk keturunan, pola makan, khususnya jumlah garam dan alkohol yang Anda konsumsi, latar belakang budaya, apakah Anda menderita diabetes atau kelebihan berat badan, dan apakah Anda melakukan olahraga secara teratur (Beevers, 2002).

Diperkirakan hipertensi telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (Anonim, 2008).

Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES

III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31%

pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg.

Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien

yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum

obat kemungkinan lebih besar (Anonim, 2008).

Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita Hipertensi (Anonim, 2010).

Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan

darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap

tahunnya. Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden

hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang

1

Page 2: Makalah Pato Fix

berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15

juta dari data NHNES III tahun1988-1991 (Anonim, 2008).

Lebih dari 60 juta rakyat Amerika mengalami tekanan darah tinggi,termasuk lebih

dari separuh (54,3%) dari seluruh masyarakat Amerika yangberusia 64 hingga 74 tahun

dan hampir tiga per empat (72,8%) dari seluruh orang Amerika Afrika dalam kelompok

usia yang sama (Anonim, 2008).

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya

tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk

menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal

adalah 90%. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi sebelum mereka

didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur

diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Anonim, 2008).

Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi

dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan

dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60tahun),

prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 % (Anonim, 2008).

DEFINISI

Tekanan darah, adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi disebabkan oleh penyempitan cabang-cabang arteri yang berukuran mikroskopik pada semua jaringan. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan darah diastolik adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan, maka dari itu penting ketika tekanan darah diukur, harus betul-betul rileks (Beevers, 2002).

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur (Anonim, 2010).

Hipertensi disebabkan oleh terlalu banyaknya vasokonstriksi pembuluh arteri kecil di sepanjang tubuh; hal ini, akan meningkatkan tekanan darah diastole. Karena resistansi periferal yang tinggi, jantung meningkatkan kekuatannya dalam kontraksi ventrikular dengan tujuan untuk mengantarkan darah ke jaringan-jaringan, yang mengakibatkan

2

Page 3: Makalah Pato Fix

peningkatan tekanan darah sistol. Hipertensi yang berat menimbulkan efek merugikan tidak hanya pada jantung , namun juga pada pembuluh darah dan ginjal (Crowley, 2001).

Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus-menerus ke manapun dibutuhkan. Arteri, yang mengalirkan darah ke luar dari jantung, harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan ke luar. Jika tekanan darah lebih tinggi daripada biasanya selama bertahun-tahun, seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi rusak. Lapisan pada arteri dapat menjadi kasar dan tebal dan pada akhirnya menimbulkan penyempitan sehingga menjadi kurang lentur daripada sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai arteriosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar, dan bagian tubuh yang bergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku (thrombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati. Jika jantung atau otak yang terkena dampaknya, bagian yang mati disebut infark (Beevers, 2002).

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1

(Hipertensi ringan)140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2

(Hipertensi sedang)160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi berat)180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi maligna)210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

(Anonim, 2008).

ETIOLOGI

Pada 95 persen kasus hipertensi tidak terdapat penyebab yang spesifik, dan kondisi ini dikenal sebagai hipertensi primer atau esensial. Lima persen sisanya memiliki masalah dengan ginjal atau kelenjar adrenal mereka. Dokter menyebutnya sebagai hipertensi sekunder (Beevers, 2002).

Sejumlah faktor dapat menyebabkan hipertensi. Keturunan merupakan salah satu faktor yang berarti hipertensi dapat terjadi dalam keluarga. Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi hal ioni sebagian disebabkan oleh gaya hidup.

3

Page 4: Makalah Pato Fix

Banyak orang yang bertambah berat badannya dan menjadi kurang aktif ketika bertambah tua. Kedua faktor itu dapat menyebabkan hipertensi. Yang lebih penting, peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia lebih besar pada mereka yang sering mengkonsumsi banyak makanan bergaram (Beevers, 2002).

1. Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)

Adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90%

penderita hipertensi.

Sensitivitas Garam

Homeostasis Renin

Resistansi Insulin

Tidur Apneu

Genetik (keturunan)

Umur

Obesitas

(Anonim, 2008).

2. Hipertensi Sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya dan dapat dikelompokkan seperti di bawah ini:

Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal (Gray, 2005).

Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal, dijumpai paling sering pada individu muda, terutama perempuan. Penurunan pasokan darah ginjal akan memacu produksi rennin ipsilatral dan meningkatkan tekanan darah. Keadaan ini perlu dicurigai jika hipertensi terjadi mendadak, secara umum sukar diterapi, tetapi kembali normal dengan penghambat ACE (Gray, 2005).

Endokrin (1%). Pertimbangkan aldosteronisme primer (sindrom conn). Jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan atau overload natrium dan air (Gray, 2005).

4

Page 5: Makalah Pato Fix

Sindrom Cushing. Disebabkan oleh hyperplasia adrenal bilateral yang disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan ACTH pada 2/3 kasus dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus (Gray, 2005).

Hiperplasia adrenal kongentital merupakan penyebab hipertensi pada anak (jarang) (Gray, 2005).

Feokromositoma disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan katekolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal. Kurang lebih 10% terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis, 10% dari tumor ini ganas, dan 10% adenoma adrenal adalah bilateral (Gray, 2005).

Koarktasio aorta. Paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan di kaki, dengan denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Vasokonstriksi arteri sistemik dapat terjadi karena stimulasi system rennin-angiostensin dan hiperaktivitas simpatis (Gray, 2005).

Kaitan dengan kehamilan. Hipertensi gestasional terjadi sampai 10% kehamilan pertama, lebih sering pada ibu muda, diperkirakan karena aliran uteriplasental yang kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum. Terdapat proteinuria, peningkatan kadar urat serum, dan pada kasus yang berat menyebabkan sindrom pre-eklamsia. Kelahiran akan mengakhiri hipertensi (Gray, 2005).

5

Page 6: Makalah Pato Fix

PATOGENESIS

Pada tekanan yang tinggi, tekanan arteri rata-rata 50 persen atau lebih di atas

normal. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara :

(1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya. (2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal tersebut biasanya

terjadi pada orang berusia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. (3) Bertambahnya

cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal tersebut

terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah

garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga

tekanan darah juga meningkat (Guyton dan Hall, 1997).

6

Page 7: Makalah Pato Fix

Efek lethal dari hipertensi terutama disebabkan tiga hal berikut : (1) Kelebihan

beban kerja pada jantung, yang menimbulkan perkembangan awal dari penyakit jantung

kongestif, penyakit jantung koroner, atau keduanya, yang seringkali menyebabkan

kematian akibat serangan jantung. (2) Tekanan yang tinggi, yang seringkali menyebabkan

rupturnya pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar

otak, keadaan ini disebut infark serebral. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan nama

‘stroke’. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, stroke dapat menyebabkan

kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau berbagai gangguan otak yang serius lainnya. (3)

Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai pendarahan pada ginjal, yang

menimbulkan banyak kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal,

uremia, dan kematian (Guyton dan Hall, 1997).

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab

hipertensi adalah sebagai berikut:

Genetik. Dibandingkan orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi lebih tinggi tingkat hipertensinya dan lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaaan genetik. Beberapa penelitian mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik (Gray, 2005).

Geografi dan lingkungan. Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian

7

Page 8: Makalah Pato Fix

Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat Barat (Gray, 2005).

Janin. Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah tampaknya merupakan predosposisi hipertensi di kemudian hari , barangkali karena lebih sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir rendah (Gray, 2005).

Jenis kelamin. Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-menopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray, 2005).

Natrium. Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi, barangkali karena ketidakmampuan mengeluarkan natrium secara efisien baik diturunkan atau didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang menghambat aktifitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi INTERSALT penurunan TD dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam (Gray, 2005).

Sistem renin-angiostensin. Renin memicu produksi angiostensin (zat penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium dan terjadinya retensi air sebagai akibat). Beberapa studi telah menunjukkan sebagian pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin yang meningkat ,tetapi sebagian besar normal atau rendah, disebabkan efek homeostatik dan mekanisme umpan balik karena kelebihan beban volume dan peningkatan TD dimana keduanya diharapkan akan menekan produksi renin (Gray, 2005).

Hiperaktivitas simpatis. Dapat terlihat pada hipertensi umur muda. Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung (Gray, 2005).

Resistensi insulin/ hiperinsulinemia. Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah diketahui sejak beberapa tahun silam , terutama pada pasien gemuk. Insulin merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium (Gray, 2005).

8

Page 9: Makalah Pato Fix

PATOFISIOLOGI

(RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT)

PERANAN RENIN ANGIOTENSIN ALDOSTERON PADA PENGATURAN TEKANAN DARAH

Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi gangguan pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah besar renin. Nama “renin “ pertama kali diberikan oleh Tigerstredt dan Bergman (1898) untuk suatu zat presor yang diekstraksi dari ginjal kelinci (Basso dan Terragno, 2001).

Pada tahun 1975 Page dan Helmer mengemukakan bahwa renin merupakan enzim yang bekerja pada suatu protein, angiotensinogen untuk melepaskan Angiotensin. Baru pada tahun 1991 Rosivsll dan kawan-kawan mengemukakan bahwa bahwa renin dihimpun dan disekresi oleh sel juxtaglomelurar yang terdapat pada dinding arteriol afferen ginjal, sebagai kesatuan dari bagian macula densa satu unit nefron (Laragh 1992).

Renin adalah enzim dengan protein kecil yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah (Guyton dan Hall, 1997).

Pengeluaran renin dapat disebabkan aktivasi saraf simpatis (pengaktifannya melalui β1-adrenoceptor), penurunan tekanan arteri ginjal (disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan penurunan asupan garam ke tubulus distal (Klabunde, 2007).

9

Page 10: Makalah Pato Fix

Gambar 4. Proses pengeluaran renin dari ginjal, pembentukan dan fungsi angiotensin II

(Sumber : Klabunde, 2007)

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan pada uraian berikut. Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10, yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu tersebut (Guyton dan Hall, 1997).

Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II peptida asam amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi selama beberapa detik sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru yang disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II

10

Page 11: Makalah Pato Fix

secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase (Guyton dan Hall, 1997).

Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan Hall, 1997).

Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004).

Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah. Hal tersebut akan memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal (Campbell, et al. 2004).

PERANAN ACE DI OTAK

Angiotensinogen merupakan molekul prkursor untuk angiotensin I, II, III enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1) ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus supraoptik, lamina terminalis, nukleus

11

Page 12: Makalah Pato Fix

parabrachial lateral, dan medula ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau neuromodulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase (IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer, osmoregulasi dan termoregulasi (McKinley, et al. 2003).

Peranan angiotensin II sangat penting pada sistem kardiovaskular dan homeostatik yang dapat mengaktifkan reseptor-reseptor spesifik terutama angiotensin II tipe 1 (AT1) yang berlokasi di dalam peripheral dan otak. Fakta memperlihatkan bahwa renin angiotensin system (RAS) di dalam otak penting untuk menjaga tekanan darah normal dan perkembangan pada hipertensi. Baru-baru ini telah diketahui keberadaan ACE2 di dalam otak berperan sebagai enzim yang memodulasi aktivitas RAS otak selama perkembangan hipertensi neurogenik (Lazartigues, 2007).

Peranan reseptor AT1 yaitu menjaga keseimbangan cairan tubuh, tekanan darah, siklus hormon reproduksi, dan perilaku seksual. Reseptor AT2 mempunyai peranan pertumbuhan pembuluh darah (vaskular) dan kontrol aliran darah. Reseptor AT4 terdistribusi pada neokorteks, hippocampus, serebelum, struktur ganglia basalis, dan beberapa jaringan peripheral. Reseptor AT4 berperan dalam kemampuan memori, regulasi aliran darah, pertumbuhan neurit, angiogenesis dan fungsi ginjal (Wright and Harding, 1997).

GEJALA DAN TANDA

Tekanan dalam mmHg Tingkatan tekanan darah Gejala-gejala yang dapat menyertainya

Sistolik Diastolik

Kurang

dari 90

Kurang

dari 60

Rendah (Hipotensi) Pusing, rasa lemah, mata gelap

terutama jika cepat berdiri dari duduk,

jongkok, atau berbaring.

90-140 60-90 Normal Tidak ada

140-160 90-95 Hipertensi perbatasan Seharusnya tidak ada, tetapi jika ada

kemungkinan ada sebab lain atau

komplikasi dari hipertensi

12

Page 13: Makalah Pato Fix

160-200 95-110 Hipertensi ringan (mild) Tekanan darah kadang-kadang labil,

belum ada komplikasi hipertensi

200-230 110-120 Hipertensi sedang

(moderate)

Gejala/keluhan belum pasti ada, ginjal

seharusnya masih berfungsi baik

230-280 120-140 Hipertensi berat Biasanya disertai dengan kelainan

jantung, ginjal, atau otak

Meningkat dengan cepat

sekali sampai

Hipertensi accelerate

(maligna)

Mendadak sakit keras dengan

gangguan berat pada fungsi ginjal

karena adanya papil edema230 130

(Gunawan, 2001).

Gejala akibat hipertensi primer: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar, sering buang air kecil di malam hari, dan telinga berdengung. Gejala lain adalah sesak nafas, sukar tidur, mata berkunang-kunang, mudah marah dan mudah lelah (Lili, 2007).

Gejala akibat hipertensi sekunder: didahului oleh gejala penyakit yang menimbulkan hipertensi tersebut.

1. Gejala hipertensi sekunder yang mengarah ke kelainan ginjal: Sejarah penyakit ginjal dalam keluarga Sering menderita infeksi saluran kencing Sering buang air kecil dan sering haus Bila mendapat trauma di pinggang (Lili, 2007)

2. Gejala yang mengarah pada gejala feokromositoma : Sakit kepala hebat dengan serangan tiba-tiba Jantung berdebar-debar Keringat yang berlebihan Wajah pucat Tekanan darah sangat tinggi (Lili, 2007)

3. Gejala yang terjadi karena kelainan kelenjar tiroid: Mudah gugup Keringat berlebihan Mudah kepanasan Jantung berdebar Tremor Mudah lelah

13

Page 14: Makalah Pato Fix

Berat badan turun Bola mata menonjol Pembesaran atau benjolan pada kelenjar tiroid (Lili, 2007)

Berlebihnya hormone tiroid yang diproduksi dikenal dengan istilah hipertiroidisme. Kelainan ini dapat meningkatkan tekanan darah sistolik.

4. Gejala yang terjadi karena kekurangan hormone tiroid (hipotiroidisme) : Tidak tahan dingin Mudah lelah Fungsi-fungsi tubuh melambat Kenaikan berat badan Kulit kasar Suara rendah dan parau Sembap di daerah mata, kaki dan tangan

Kelainan ini dapat meningkatkan tekanan darah sistolik maupun diastolik (Lili, 2007).

5. Gejala yang disebabkan kelebihan kortisol (hormon yang diproduksi kelenjar adrenal yang dapat meningkatkan tekanan darah) :

Peningkatan penumpukan lemak pada wajah, leher dan badan Kulit menipis, tanda-tanda guratan ungu, mudah memar dan pertumbuhan rambut

berlebihan Emosi tidak stabil Kenaikan berat badan berlebihan Lemah (Lili, 2007).

Gejala yang paling sering muncul pada hipertensi primer adalah sakit kepala. Pada hipertensi sekunder, gejala yang muncul adalah gejala penyakit penyebabnya. Misalnya, pada hipertensi yang disebabkan kelainan ginjal, gejala yang dirasakan pasien adalah gejala-gejala kelainan ginjal. Berbahaya jika gejala-gejala itu sudah menyerang target organ hipertensi, yaitu organ-organ yang akan mengalami gangguan atau kerusakan akibat tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak diobati. Target organ hipertensi ini meliputi otak, mata, jantung, pembuluh darah, dan ginjal (Lili, 2007).

PROGNOSIS

Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi

dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obat antihipertensi biasanya dapat

menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada

14

Page 15: Makalah Pato Fix

jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi

adalah untuk mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi (Anonim, 2011).

Hipertensi dewasa ini telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang paling banyak dijumpai di seluruh dunia. Meskipun hipertensi merupakan penyakit

seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan secara total, namun dapat dilakukan

beberapa upaya tertentu untuk mengendalikan tingkat tekanan darah guna mengurangi

risiko mortalitas dan morbiditas akibat penyakit hipertensi disertai penyakit komplikasi

dan penyakit penyerta. Penanganan untuk penyakit hipertensi dapat dilakukan tanpa

terapi obat (non- farmakologi) yaitu dengan cara mengatur pola hidup atau life style

pasien maupun dengan terapi obat (farmakologi). Terapi tanpa obat mempunyai

kecenderungan untuk selalu didahulukan dan diterapkan pada semua penderita hipertensi,

khususnya bagi penderita hipertensi ringan (tekanan diastolik antara 90-104 mmHg) yang

tidak disertai penyakit lain seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, kerusakan

organ sasaran (organ yang akan rusak sebagai akibat dari hipertensi seperti otak, jantung,

ginjal, mata.), hiperlipidemi atau perokok. dianjurkan memakai cara pengobatan non-

farmakologi terlebih dahulu selama 3-6 bulan sambil dilakukan pemeriksaan dan

pemantauan tekanan darah secara rutin (Siauw,1994). Sedangkan untuk pengelolaan

hipertensi yang menggunakan terapi obat, harus dilakukan secara rasional dan

mengutamakan “Patient safety” (Anonim, 2011).

PENCEGAHAN

Meskipun faktor keturunan memegang peranan penting, namun cara dan pola

hidup sangat esensiil dalam menjauhi hipertensi. Misalnya, makan berlebihan dengan

terlalu banyak lemak serta garam (dan gula), terlampau sedikit gerak badan dan merokok,

dapat mendorong terjadinya hipertensi (Tan, 2007).

Tindakan Umum

15

Page 16: Makalah Pato Fix

Penderita dengan TD tinggi tanpa ada sebab-sebab organis yang jelas dapat

menerapkan sendiri sejumlah aturan hidup untuk menurunkan tensinya. Pola hidup yang

baik juga meningkatkan efektivitas obat-obat antihipertensi dan mengurangi resiko PJP

(Tan, 2007).

a. Menguruskan badan. Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya

volume-darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan TD dapat

turun lebih 0.7/0.5 mmHg setiap kg penurunan. Dianjurkan BMI antara 18.5-24.9 kg/m2

(Tan, 2007).

b. Mengurangi garam dalam diet. Dahulu dianggap sebagai tndakan umum terpenting

berdasarkan perkiraan berikut. Bila kadar Na di filtrat gromeruli rendah, maka lebih

banyak air akan dikeluarkan untuk normalisasi kadar garam dalam darah. Akibat

pengeluaran ekstra air tersebut, TD akan turun. Tetapi dalam praktek, mengurangi

konsumsi garam sangat sulit di realisasikan. Setiap hari umumnya kita makan lebih dari

10 g garam dan lebih dari separuhnya terdapat dalam berbagai makanan (ikan asin, sayur,

daging, snack dan sebagainya). Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek

penurunan tensi mmHg. Maka untuk mencapai penurunan TD yang nyata, konsumsi

garam harus dibata. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan tensi

mmHg. Maka untuk mencapai penurunan TD yang nyata, konsumsi garam harus dibatasi

sampai <6 g sehari (Tan, 2007).

c. Membatasi kolesterol. Berguna untuk membatasi resiko aterosclerosis. Konsumsi serat-

serat nabati hendaknya justru diperbanyak, karena telah terbukti bahwa serat tersebut

dalam makanan dapat membantu menurunkan TD. Diketahui pula bahwa orang-orang

vegetarir, yakni yang pantang daging dan makan banyak sayur dan buah-buahan (yang

mengandung banyak serat), rata-rata memiliki tenis yang lebih rendah daripada orang

biasa (Tan, 2007).

d. Berhenti merokok. Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan

menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan TD meningkat. Lagi pula

karbonmonoksida (CO) dalam asap mengikat hemoglobin lebih cepat dan lebih kuat

daripada oksigen, hingga penyerapan O2 di paru-paru sangat dikurangi. Selain itu, t e r

dalam asap bersifat karsinogen dan pada jangka panjang dapat nerusak dinding pembuluh

16

Page 17: Makalah Pato Fix

dengan efek atherosklerosis. Karena itu pasien hipertensi menunjukkan resiko kematian

yang meningkat akibat infark jantung (Tan, 2007).

e. Cukup istirahat dan tidur adalah penting, karena selama periode itu TD menurun. Juga

mengurangi stress dan latihan relaksasi mental (yoga, meditasi transendental, chi kung,

biofeedback) ternyata berguna sekali untuk menurunkan TD (Tan, 2007).

f. Gerak badan yang cukup bertenaga. Walaupun TD meningkat pada waktu

mengeluarkan tenaga akut, namun olahraga secara teratur dapat menurunkan TD yang

tinggi (Tan, 2007).

PENGOBATAN DAN PILIHAN OBAT

Pedoman penatalaksanaan hipertensi dari British Hypertension Society menganjurkan

terapi obat antihipertensi pada orang dengan TD sistolik ≥ 160 mmHg yang menetap atau TD

diastolik ≥ 100 mmHg yang menetap. Pada orang yang mengidap diabetes melitus, terapi

obat antihipertensi harus mulai diberikan jika TD sistolik menetap ≥ 140 mmHg atau TD

diastolik ≥ 90 mmHg. Pada penderita hipertensi nondiabetik, target optimal untuk

pengobatan TD adalah: TD sistolik < 140 mmHg dan TD diastolik < 85 mmHg. Pada

penderita hipertensi dengan diabetes, target TD optimal adalah: TD sistolik < 140 mmHg dan

TD diastolik < 80 mmHg (David, 1975).

Penanganan dasar hipertensi terdiri dari penanggulangan overweight (bila ada) dengan

diet, pembatasan garam serta peningkatan aktivitas fisik. Selain tindakan umum itu, pada

hipertensi lebih berat perlu ditambahkan obat-obat hipertensi untuk menormalkan TD (Tan,

2007).

Pengobatan pada instansi pertama ditujukan pada penurunan TD, tetapi tujuan akhir

adalah untuk menghindari komplikasi lambat, memperbaiki kualitas dan memperpanjang

hidup. Hal ini dapat dicapai dengan jalan prevensi efek buruk jangka panjang, separti

infark otak (stroke), gangguan aterosklerotis dan hipertrofi jantung, yang akhirnya dapat

menimbulkan aritmia dan dekompensasi (Tan, 2007).

Pengobatan dengan antihipertensiva harus dimulai dengan dosis yang rendah agar TD

jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian setiap, 1-2 minggu dosis

berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan (metode start low, go

slow). Begitu pula penghentian terapi harus berangsur pula, lihat efek samping (Tan, 2007).

17

Page 18: Makalah Pato Fix

Antihipertensiva hanya menghilangkan gejala TD tinggi dan tidak penyebabnya. Maka

obat pada hakikatnya harus diminum seumur hidup, tetapi setelah beberapa waktu dosis

pemeliharaan pada umumnya dapat diturunkan (Tan, 2007).

PERANAN ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME (ACE)

Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) (Sargowo, 1999).

Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II tidak saja terjadi di paru-paru, namun ACE ditemukan pula di sepanjang jaringan epitel pembuluh darah (Oates, 2001).

Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya (Ismahun, 2001).

RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks berperan dalam mengontrol sistem kardiovaskular, ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan darah (Kramkoowski, et al. 2006).

Salah satu obat yang digunakan untuk mengembalikan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu ACE-inhibitor. ACE-inhibitor merupakan obat unggulan untuk

18

Page 19: Makalah Pato Fix

penyakit kardiovaskular, terutama dalam memperbaiki fungsi dan anatomi pembuluh darah arteri, memperbaiki fungsi endotel, meregresi tunika media, meregresi dan menstabilkan plak aterosklerosis (Soemantri, et al. 2007).

Obat-obatan yang termasuk dalam ACE inhibitor tersebut bekerja dengan menghambat efek angiotensin II yang bersifat sebagai vasokonstriktor. Selanjutnya ACE menyebabkan degradasi bradikinin menjadi peptida inaktif atau dalam pengertian bradikinin tidak diubah. Dengan demikian peranan ACE pada hipertensi yaitu meningkatkan kadar bradikinin yang memberikan kontribusi sebagai vasodilatator untuk ACE-inhibitor. Akibat vasodilatasi maka menurunkan tahanan pembuluh peripheral, preload dan afterload pada jantung sehingga tekanan darah dapat diturunkan (Sargowo, 1999; Taddei, et al. 2002).

19

Page 20: Makalah Pato Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Hipertensi dan Pembuluh Darah. http://hipertensi.htm,

diakses pada tanggal 26 Februari 2011

Anonim. 2011. Hipertensi. http://digilib.ubaya.ac.id, diakses pada tanggal

26 Februari 2011

Ayu, Septi Ega. 2008. Hipertensi. http://www.scribd.com/doc/11554397/

Paper-Hipertensi diakses tanggal 22 Februari 2011

Basso N, Terragno, and Norberto A. 2001. Histrory about The Discovery of

The Renin-Angiotensin System. Hypertension, 38(6): 1246-1249.

Beevers. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah.

10-87. Jakarta: Dian Rakyat

Campbell NA, Reece JB, and Mitchel LG. 2004. Biologi. Alih Bahasa :

Wasmen Manalu. Jakarta : Erlangga

Crowley, Leonard V. 2001. An Introduction to Human Disease, Pathology

and Pathophysiology Correlation. 5th ed. Canada : Jones and Bartlett Publishers

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi. 13. Yogyakarta : Kanisius.

Grey, Huon,dkk. 2005. Lecture Notes : Kardiologi. Edisi IV. Jakarta :

Erlangga

Guyton AC and Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Irawati setiawan, LMA Ken Ariata Tengadi, Alex Santoso. Jakarta : EGC

Hoan Tan, Kirana R. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 541-543,

Jakarta : Gramedia

Klabunde RE. 2007. Cardiovasculary Physiology Concepts. Tersedia : http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pressure/BP001.htm diakses tanggal 24 Februari 2011

20

Page 21: Makalah Pato Fix

Kostova E., Javanoska E., Zafirov D, Jakovski K, Maleva, and SlaninkaMiceska M. 2005. Dual Inhibition of Angiotensin Converting Enzyme and Neutral Endopeptidase Produces Effective Blood Pressure Control in Spontaneously Hypertensive Rats. Bratisl Lek listy, 106(12): 407-411.

Laragh JH. 1992. The Renin System and Four Lines of Hypertension Research. Nephron Heterogenity, The Calcium Connection, The Prorenin Vasodilator Limb and Plasma Renin and Heart Attack. Hypertension, 20 : 267-279.

Marliani, Lili. 2007, 100 Questions&Answers Hipertensi. Jakarta: Gramedia

McKinley MJ, Albiston AL, Allen AM, Mathai ML, May CN, McAllen RM, Oldfield BJ, Mendelsohn FA and Chai SY. 2003. The Brain Renin-Angiotensin System: Location and Physiological Roles. Int. J. Biochem. Cell. Biol., 35(6): 901-15

Oates JA, and Brown NJ. 2001. Antihypertensive Agents and Drugs Therapy of Hypertension In: Hardman JG, Gilman AG (editors). The Pharmacological Basis of Theurapeutics. 10th ed. New York: McGraw-Hill.

Rubenstein, dkk. 2007. Kedokteran Klinis. ed VI. 318-320. Jakarta :

Erlangga.

Sargowo D. 1999. Peran Endotel pada Patogenesis Penyakit

Kardiovaskular dan Program Pencegahannya. Medika 10: 643-655

Soematri D, Hindariati E, and Rudyatmoko. 2007. Peran ACE –inhibitor

pada DisfungsiEendotel dan Remodeling Kardiovaskular. http://www.tempo.

co.id/ medika/arsip/082001/pus-1.html

Taddei S, Virdis A, Ghadom L, Sudono I, and Salvetti A. 2002. Effects

Antihypertensive Drugs on Endothelial Disfunction. Drugs, 62: 265-284

http://infohidupsehat.com/?p=9 diakses tanggal 23 Februari 2011

http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-hipertensi.html diakses tanggal 23 Februari 2011

21

Page 22: Makalah Pato Fix

http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/197003311997022%20-%20HERNAWATI/FILE%206.pdf diakses tanggal 23 Februari 2011

http://www.pdfchaser.com/Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.html diakses

tanggal 24 Februari 2011

http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25

diakses tanggal 24 Februari 2011

http://www.indomp3z.us/showthread.php/74506-Faktor-Resiko-dan-

Gejala-Hipertensi diakses tanggal 24 Februari 2011

http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm

diakses tanggal 24 Februari 2011

22