Ini Buat Proposal FINAL

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi sejahtera secara fisik, mental, sejahtera secara social dan bukan hanya bebas dari penyakit. Berdasarkan pengertian tersebut sehat secara mental merupakan salah satu indicator seseorang dikatakan sehat. Gangguan jiwa saat ini mencapai angka 21 juta orang di seluruh dunia dan merupakan penyebab disabilitas utama di Amerika dan Kanada. Gangguan mental berat salah satunya adalah skizofrenia memiliki angka prevalensi sebesar 0,5 % - 1% diseluruh dunia. (1,2,3) Di Indonesia gangguan mental berat berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi secara nasional sebesar 6%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (11,6%), Jawa Barat (9,3%), Yogyakarta (8,1%), NTT (7,3%), Aceh (6,6%). Data dari Poli Konsultasi Puskesmas Kecamatan Tebet diperoleh pasien yang rawat jalan dan kontrol dengan diagnosis skizofrenia adalah 382 orang. (4) Hingga saat ini penanganan skizofrenia belum memuaskan, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat dan keluarga tentang penyakit ini. Salah satu masalah dalam penanganan skizofrenia adalah relaps atau kekambuhan. Kambuh didefinisikan 1

description

pro

Transcript of Ini Buat Proposal FINAL

Page 1: Ini Buat Proposal FINAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi sejahtera secara fisik,

mental, sejahtera secara social dan bukan hanya bebas dari penyakit. Berdasarkan pengertian

tersebut sehat secara mental merupakan salah satu indicator seseorang dikatakan sehat.

Gangguan jiwa saat ini mencapai angka 21 juta orang di seluruh dunia dan merupakan

penyebab disabilitas utama di Amerika dan Kanada. Gangguan mental berat salah satunya

adalah skizofrenia memiliki angka prevalensi sebesar 0,5 % - 1% diseluruh dunia.(1,2,3)

Di Indonesia gangguan mental berat berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi secara

nasional sebesar 6%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi

Tengah (11,6%), Jawa Barat (9,3%), Yogyakarta (8,1%), NTT (7,3%), Aceh (6,6%). Data

dari Poli Konsultasi Puskesmas Kecamatan Tebet diperoleh pasien yang rawat jalan dan

kontrol dengan diagnosis skizofrenia adalah 382 orang.(4)

Hingga saat ini penanganan skizofrenia belum memuaskan, hal ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan masyarakat dan keluarga tentang penyakit ini. Salah satu masalah

dalam penanganan skizofrenia adalah relaps atau kekambuhan. Kambuh didefinisikan

sebagai timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan.

Relaps pada tahun pertama terapi mencapai 60 – 70% pada pasien yang tidak mendapatkan

terapi, 40% pada pasien yang hanya mendapatkan pengobatan, 15,7% pada pasien dengan

kombinasi terapi obat dan dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan serta masyarakat.(5)

Kekambuhan pada pasien skizofrenia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain diri

pasien sendiri, keluarga, tenaga medis dan penanggung jawab klien. Pasien skizofrenia

membutuhkan perawatan berkelanjutan, bahkan pasien yang telah menjalani perawatan dan

diperbolehkan pulang masih dapat mengalami gejala sisa. Untuk itulah sangat diperlukan

dukungan dari keluarga dalam perawatan pasien di rumah. Peran keluarga dalam perawatan

dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga sendiri tentang kondisi pasien dan pengobatan

1

Page 2: Ini Buat Proposal FINAL

penyakitnya. Penderita skizofrenia membutuhkan empati berupa dukungan fisik dan psikis,

dengan demikian diharapkan dapat membantu kesembuhan meminimalkan timbulnya

kembali gejala penyakitnya.

Tingginya jumlah kasus Skizofrenia di Kecematan Tebet dan cukup besar angka

prevalensi kekambuhannya maka perlu dilakukan peninjauan untuk mengetahui faktor –

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan. Atas dasar ini penulis tertarik

untuk melalukan penelitian dengan judul “ Hubungan Faktor Keluarga dan Faktor Individu

Terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Kecamatan Tebet”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini

dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :

Apakah ada hubungan faktor individu dan keluarga terhadap kekambuhan pada pasien

skizofrenia?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh pada kambuhnya penyakit

skizofrenia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menentukan hubungan antara faktor individu (usia, jenis kelamin, pendidikan,

status pernikahan, kepatuhan minum obat dan peran serta aktif dalam program

rehabilitasi sosial) dengan kejadian kekambuhan gejala skizofrenia.

2. Menentukan hubungan faktor keluarga (dukungan sosial dan pengetahuan

keluarga) dengan kejadian kekambuhan gejala skizofrenia.

2

Page 3: Ini Buat Proposal FINAL

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, status

pernikahan, kepatuhan minum obat dan peran serta aktif dalam program

rehabilitasi sosial) dengan kejadian kekambuhan gejala skizofrenia.

2. Ada hubungan antara faktor keluarga (dukungan sosial dan pengetahuan keluarga)

dengan kejadian kekambuhan gejala skizofrenia.

1.5 Manfaat penelitian

a. Untuk masyarakat

Hasil dari penelitian dapat memberi suatu gambaran dan wawasan pasien dengan

skizofrenia serta keluarga dan lingkungan sekitar mengenai penyakit skizofrenia itu

sendiri dan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian skizofrenia. Maka dengan

diketahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap kekambuhan gejala skizofrenia,

masyarakat dapat ikut serta aktif dalam menurunkan angka kejadian kekambuhan

skizophrenia.

b. Untuk profesi

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan

penelitian serta menambah wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada

umumnya terutama yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.

Peningkatan pengelolaan program-program untuk pasien dengan gangguan jiwa

khususnya skizofrenia, sehingga kekambuhan dapat dikurangi.

c. Untuk Pengetahuan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

wawasan khususnya di bidang psikiatri tentang skizofrenia serta dapat menjadi

acuan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.

3

Page 4: Ini Buat Proposal FINAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran,

afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian.(6,7)

2.1.2 Epidemiologi

Pada sebuah studi epidemiologi diperkiralan angka prevalensi skizofrenia 0,2%-

2% tergantung dari dimana penelitian dilakukan. Di Indonesia angka penderita

skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan perkiraan 25 tahun

mendatang mencapai 3/1000 penduduk.(7)

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan,

tetapi laki-laki memiliki onset lebih awal, yaitu puncak insidensi antara usia 15-25 tahun

sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu 25-35 tahun.(7)

2.1.3 Etiologi

Etiologi skizofrenia terdiri dari : faktor-faktor genetik, biologik, dan psikososial.

1. Faktor genetik

Pada tahun 1930-an, studi klasik mengenai genetika skizofrenia menunjukkan

bahwa seseorang memiliki kecenderungan menderita skizofrenia bila terdapat

anggota keluarga yang mengidap gangguan tersebut dan kecenderungan seseorang

menderita skizofrenia berkaitan erat dengan kedekatan hubungan keluarga.

Semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena

4

Page 5: Ini Buat Proposal FINAL

skizofrenia. Kembar monozigotik memiliki angka kejadian yang paling tinggi

yaitu 40 -50%. Lebih dari separuh seluruh kromosom dikaitkan dengan

skizofrenia pada berbagai laporan, namun lengan panjang kromosom 5, 11, dan

18, lengan pendek kromosom 19, serta kromosom X paling sering disebut dalam

berbagai laporan. Lokus pada kromosom 6,8 dan 22 juga dianggap terlibat. (7,8)

2. Faktor-faktor biologik terdiri dari :

A. Neurokimiawi otak

a. Hipotesis Dopamin

Formulasi paling sederhana dari hipotesis dopamin skizofrenia

menyatakan skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik

yang berlebihan. (7)

b. Hipotesis Serotonin

Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan sebagai

penyebab gejala positif dan negatif pada skizofrenia.(7)

c. Hipotesis GABA

Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-aminobutiryc acid

(GABA) dikaitkan dengan patofisiologi skizofrenia didasarkan

pada penemuan bahwa beberapa pasien skizofrenia mempunyai

kehilangan neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA

memiliki efek regulatory pada aktivitas dopamin, dan .kehilangan

neuron inhibitory.(7)

d. Hipotesis Glutamat

Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu

antagonis glutamat menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa

dengan skizofrenia. (7)

B. Psikoneuroimunologi

Sejumlah abnormalitas imunologis telah dikaitkan dengan pasien yang

mengalami skizofrenia. Abnormalitas tersebut meliputi penurunan

interleukin-2 sel T, berkurangnya jumlah dan respon limfosit perifer,

5

Page 6: Ini Buat Proposal FINAL

reaktivitas seluler dan humoral yang abnormal terhadap neuron, serta

adanya antibodi yang memiliki target otak. (7)

3. Faktor Psikososial

A. Teori psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan skizofrenia berasal dari perkembangan

yang terfiksasi. Fiksasi ini mengakibatkan defek pada perkembangan

ego dan defek-defek ini memberikan kontribusi terhadap gejala-gejala

skizofrenia.(7,8)

B. Dinamika keluarga

Sejumlah pasien skizofrenia berasal dari keluarga-keluarga yang

disfungsi. Perilaku keluarga patologis dapat meningkatkan stres

emosional yang merupakan hal yang rentan pada pasien skizofrenia

untuk mengatasinya. (7,8)

2.1.4 Diagnosis

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, diagnosis

skizofrenia ditegakkan (9) :

a. Harus ada sedikitnya satu gejala yang jelas atau sedikitnya 2 gejala apabila tidak

jelas (thought echo, thought insertion, thought broadcasting, delution of control,

delution of influence, delution of passivity, delution of perception, halusinasi

auditorik, waham menetap jenis lainnya).

b. Atau paling sedikit dua gejala harus selalu ada yaitu halusinasi menetap dari

panca indera, arus pikir terputus, perilaku katatonik, gejala negatif.

c. Berlangsung selama satu bulan atau lebih

d. Harus ada hendaya

6

Page 7: Ini Buat Proposal FINAL

2.1.5 Tatalaksana

A. Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang

terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik

sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok

bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan

terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3

kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional,

newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).(7)

B. Terapi berorientasi – keluarga

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti tentang skizofrenia.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga efektif dalam

menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah

dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 %

dengan terapi keluarga.(7)

C. Terapi kelompok

Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling

membantu bagi pasien skizofrenia.(7)

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi keluarga

Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap

dalam keadaaan saling ketergantungan. Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007)

keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang

sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa

7

Page 8: Ini Buat Proposal FINAL

kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota

keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.(10)

2.2.2 Tipe keluarga

Tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi enam bagian yaitu(10) :

a. Keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena

kelahiran maupun adopsi.

b. Keluarga Besar (extended family) terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga yang

lain (hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk

keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga

pasangan sejenis.

c. Keluarga berantai (social family) keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang

menikah lebih dari satu kali.

d. Keluarga asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal

seseorang dilahirkan.

e. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami

dan hidup bersama.

f. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan menurut ikatan perkawinan.

Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan. Sedangkan, keluarga nontradisional

tidak diikat oleh perkawinan.

2.2.3 Fungsi keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial yang berbeda.

Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, yaitu(10) :

1. Fungsi Afektif

Merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengna orang lain.

2. Fungsi Sosialisasi

Merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan

sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar

rumah.

3. Fungsi Reproduksi

8

Page 9: Ini Buat Proposal FINAL

Merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi Perawatan

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2009).

2.2.4 Konsep Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan

sosialnya. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,sehingga seseorang akan tahu bahwa ada

orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. 11

Menurut Cohen dan Mc Kay bahwa komponen-komponen dukungan keluarga adalah

sebagai berikut11 :

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa dicintai meskipun

saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan

emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat

kepada pasien yang dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa

2. Dukungan Informasi

Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk

didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien di rumah atau

rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang

apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan

menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik

9

Page 10: Ini Buat Proposal FINAL

bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

3. Dukungan Nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan

finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material berupa

bantuan nyata (Instrumental Support/ Material Support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan

langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan

informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu

menyelesaikan masalah.

4. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan motivasi yang

diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi

bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Pasien mempunyai

seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

penghargaan positif keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-

ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan

strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman

yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok

dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman.

2.3 Konsep Kekambuhan

Kekambuhan adalah peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang

sebelumnya sudah memperoleh kemajuan. Kekambuhan biasanya terjadi karena

adanya kejadian – kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramihardja,

2007). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan penderita

gangguan jiwa meliputi (14,15) :

10

Page 11: Ini Buat Proposal FINAL

1) Klien

Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal mengkonsumsi obat secara

teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa 25% - 50% klien pulang dari rumah sakit

tidak mengkonsumsi obat secara teratur.

2) Dokter

Konsumsi obat secara teratur dapat mengurangi frekuensi kekambuhan,

namun pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping

Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti

gerakan tidak terkontrol. Dokter yang memberi resep diharapkan tetap

waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kambuh dan

menurunkan efek samping.

3) Penanggung Jawab Klien (case manager)

Setelah klien pulang kerumah maka perawat Puskesmas tetap bertanggung

jawab atas program adaptasi klien di rumah.

4) Keluarga

Klien yang tinggal dengan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi

diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan. Hasilnya 57 persen kembali

dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi tinggi dan 17% kembali dirawat

dengan ekspresi emosi rendah.

5) Lingkungan sekitar

Lingkungan sekitar tempat tinggal klien yang tidak mendukung dapat juga

meningkatkan frekuensi kekambuhan. Misalnya masyarakat menganggap klien

sebagai individu yang tidak berguna, mengucilkan klien, mengejek klien dan

seterusnya.

11

Page 12: Ini Buat Proposal FINAL

Menurut Murphy, M. F., & Moller, M.D, faktor risiko untuk kambuh adalah :

1) Faktor risiko kesehatan

a) Gangguan sebab dan akibat berpikir

b) Gangguan proses informasi

c) Gizi buruk

d) Kurang tidur

e) Kurang olahraga

f) Keletihan

g) Efek samping pengobatan yang tidak dapat ditoleransi

2) Faktor risiko lingkungan

a) Kesulitan keuangan

b) Kesulitan tempat tinggal

c) Perubahan yang menimbulkan stress dalam peristiwa kehidupan

d) Keterampilan kerja yang buruk, ketidakmampuan mempertahankan

pekerjaan

e) Tidak memiliki transportasi/sumber – sumber

f) Keterampilan sosial yang buruk, isolasi soial, kesepian

g) Kesulitan interpersonal

3) Faktor risiko perilaku dan emosional

a) Tidak ada kontrol, perilaku agresif, atau perilaku kekerasan

b) Perubahan mood

c) Pengobatan dan penatalaksanaan gejala yang buruk

d) Penampilan dan tindakan berbeda

e) Perasaan putus asa

f) Kehilangan motivasi

12

Page 13: Ini Buat Proposal FINAL

Pengobatan yang tidak adekuat karena ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kekambuhan. Faktor – faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antara lain (16) :

a. Faktor berhubungan dengan pasien (sosiodemografik, gejala psikopatologi)

Ketidakpatuhan dalam pengobatan lebih sering ditemukan pada laki – laki dibandingkan

dengan perempuan. Berdasarkan faktor usia, pada pasien lebih muda memperlihatkan

angka ketidakpatuhan lebih tinggi karena tidak percaya terhadap diagnosis dan tidak

mengerti terhadap kebutuhan terapi serta toleransi yang kurang terhadap efek samping

terapi. Pada pasien dengan usia lebih tua dapat terjadi ketidakpatuhan terapi dikarenakan

penurunan fungsi kognitif, termasuk penurunan daya ingat. Pada beberapa studi

disebutkan bahkan pendidikan yang rendah serta kesulitan dalam finansial mempengaruhi

ketidakpatuhan dalam terapi.(16,17)

Bila dilihat dari gejala psikotik, pasien dengan waham curiga seperti merasa diracuni atau

dianiaya atau waham kebesaran merupakan pasien dengan resiko tinggi tidak patuh

dalam pengobatan. Pasien dengan derajat tilikan buruk yaitu tidak menyadari bahwa

dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan juga merupakan pasien dengan resiko tinggi

tidak patuh dalam pengobatan.(16)

b. Faktor berhubungan dengan lingkungan

Kurang dukungan sosial dari keluarga, lingkungan sekitar serta pasien yang tinggal

sendirian tanpa keluarga memiliki resiko tinggi tidak patuh dalam pengobatan. Hidup

sendiri dan meminum obat memberi stress pada pasien terutama pasien yang tidak

memahami penyakitnya.(18,19)

c. Faktor berhubungan dengan tenaga medis

Hubungan baik antara tenaga medis dan pasien dibutuhkan sebagai faktor utama

kepatuhan dan keberhasilan terapi. Kepercayaan yang dibina pasien, keluarga dan tenaga

medis dapat meningkatkan keberhasilan terapi.(19,20)

d. Faktor berhubungan dengan pengobatan

Efek samping dari obat dilaporkan sebagai penyebab utama pasien tidak patuh dalam

minum obat. Untuk itu dokter harus lebih berhati – hati dalam memberikan obat yang

sesuai dan secara rutin melakukan evaluasi terhadap kemungkinan terjadinya efek

samping terhadap pengobatan.(17,18)

13

Page 14: Ini Buat Proposal FINAL

2.4 Ringkasan Pustaka(12,21,22)

Peneliti Lokasi & waktu

penelitian

Studi desain

Subjek studi

Variabel yang diteliti

Lama studi

Hasil

Nanda

Saputra

Poliklinik

RSJ Daerah

Sumatra

Utara (2009)

Deskriftif

korelatif

Keluarga

dari pasien

skizofrenia

Variabel

independent :

dukungan

keluarga

(emosional,

informasi,

nyata,

pengharapan)

Variabel

dependent :

kekambuhan

skizofrenia

Desember

2009-

januari

2010

Ada hubungan

bermakna antara

dukungan

keluarga terhadap

kekambuhan

pasien skizofrenia

dengan nilai

signifikansi (p)

0,015 dan nilai

koefesien korelasi

(ρ) -0,425.

Septian

Mixrofa

Sembayang

Poliklinik RS

Jiwa Daerah

Propsu

Medan

Deskriftif

korelatif

Keluarga

dari pasien

skizofrenia

Variabel

independent :

dukungan

keluarga

(emosional,

informasi,

nyata,

pengharapan)

Variabel

dependent :

kekambuhan

skizofrenia

Januari

2011 –

Mei 2011

ada hubungan

yang signifikan

antara dukungan

sosial keluarga

dengan frekuensi

kekambuhan

pasien skizofrenia

paranoid (P

=0,028; ρ =-0,388)

Nurdiana ,

Syafwani,

Umbransyah

RumahSakit Dr. Moch.

Observasi

cross

sectional

keluarga dari klien

Variable

independent :

Peran serta

Juli 2005

– Agustus

Signifikan yaitu

0,006

artinya ada

14

Page 15: Ini Buat Proposal FINAL

Ansyari Saleh Banjarmasin (2005)

yang menderita skizofrenia

keluarga(

Pengetahuan,

sikap,

perilaku)

Variable

dependent :

frekuensi

kekambuhan

2005 hubungan antara

Peran serta

Keluarga

Terhadap Tingkat

Kekambuhan

Klien Skizofrenia.

15

Page 16: Ini Buat Proposal FINAL

2.5 Kerangka Teori

16

Keinginan untuk memeriksa kesehatan

Teori Perilaku Kesehatan:

The Ecological Perspective

The Health Belief Model

The Theory of Planned Behavior

Protection Motivation Theory

Faktor Risiko PTM:Obesitas

Usia

Pola Makan

Aktivitas Fisik

Merokok

Faktor yang mempengaruhi:

Pengetahuan

Sikap

Lingkungan

Page 17: Ini Buat Proposal FINAL

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

17

Factor individu

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan

Kepatuhan minum obat

Keikutsertaan aktif dalam program rehabilitasi sosial “Rumah Kita”

Factor keluarga

Dukungan sosial keluarga

Pengetahuan keluarga

Kekambuhan skizofrenia

Variable dependentVariable independent

Page 18: Ini Buat Proposal FINAL

3.2 VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas / Independent

a. Faktor individu

b. Factor keluarga

c. Karakteristik pasien

2. Variabel tergantung / Dependent

a. Kejadian kekambuhan skizofrenia

3.3 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala & Hasil Ukur Referensi 1. Factor

keluarga

Dukungan social keluarga

Dukungan Emosional = dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.

Dukungan Informasi = komunikasi, memberikan nasehat, pengarahan dan saran atau umpan

Kuesioner sebanyak 16 pertanyaan dengan alternatif pilihan jawaban Selalu = 3 Sering = 2 Jarang = 1Tidak pernah = 0

Wawancara Skala = ordinal1. Dukungan kurang = 0 -16 2. Dukungan cukup = 17 - 323. Dukungan Baik = 33 - 48

Sembayang SM (2011)12

18

Page 19: Ini Buat Proposal FINAL

balik yang dilakukan pasien.

Dukungan nyata = dukungan jasmaniah berupa pelayanan bantuan finansial dan materi

Dukungan pengharapan = dorongan, motivasi, penghiburan dan menjadi pendengar yang baik tentang masalah yang dihadapi pasien.

Pengetahuan keluarga

Mengetahui perawatan & pengobatan skizofrenia

Kuesioner Dengan 10 pertanyaan

Wawancara Skala ordinalMenggunakan skala Guttman, setiap jawaban benar diberi nilai 1, jawaban salah nilai 0.

Pengetahuan kurang bila N > median

Pengetahuan kurang bila N< median

Sebayang SM (2011)12

19

Page 20: Ini Buat Proposal FINAL

2 Factor individu

Karakteristik pasien

Usia Kuisioner Wawancara Dewasa muda = 17 – 40 thn

Dewasa tua = > 40 thn

Jenis kelamin Kuisioner Wawancara Laki – lakiPerempuan

Pendidikan Kuisioner Wawancara 1) Pendidikan dasar : SD, SMP.

2) Pendidikan menengah : SMA/SMK

3) Pendidikan tinggi : akademi, perguruan tinggi.

Pekerjaan Kuisioner Wawancara 1) Bekerja2) Tidak bekerja

Status pernikahan

Kuisioner Wawancara Belum menikahMenikah

Keikutsertaan dalam program rehabilitasi sosial

Kuisioner Wawancara Ikut serta Tidak ikut

Kepatuhan minum obat

Kuisioner dengan 8 pertanyaan menggunakan MMAS (Morisky Medication Adherence Scale)

Wawancara Skala ordinal.Hasil :

1) Untuk pertanyaan 1 – 7 (Ya = 1, Tidak = 0)

2) Untuk pertanyaan no. 8 , jawaban A = 0, B – E = 1

Total nilai > 2 = rendahTotal nilai 1-2 =

Morisky (2008)13

20

Page 21: Ini Buat Proposal FINAL

sedangTotal nilai 0 = tinggi

3 Kekambuhan Suatu keadaan dimana pasien menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya

Kuesionerjawaban 1. Tidak pernah 2. 1 kali 3. 2 kali 4. Lebih dari 2 kali

Wawancara Tidak pernah = Rendah

1 kali = Sedang

2 kali dan lebih 2 kali = Tinggi

Sebayang SM (2011)12

21

Page 22: Ini Buat Proposal FINAL

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik, di mana penelitian ini bertujuan

mengetahui hubungan faktor keluarga dan faktor individu terhadap kekambuhan dari

skizofrenia. Rancangan yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tebet pada bulan November

2014 – Desember 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi target adalah seluruh pasien skizofrenia yang melakukan rawat jalan dan kontrol

di puskesmas kecamatan Tebet tahun 2014

4.3.2 Sampel

Besar sampel minimal dalam penelitian ini sesuai dengan rumus berikut ini:

Besar x sampel

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

Rumus populasi infinit:

No = Zα2 x P x Q

d2

Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96

P = Prevalensi kelompok yang mengalami kekambuhan

Q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami kekambuhan (1 – P)

d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05

22

Page 23: Ini Buat Proposal FINAL

dengan nilai P adalah 15,7% (0,157) maka :

No = (1.96)2 x 0.157 x 0.843 = 203

(0.05)2

Rumus populasi finit:

n = n0

(1 + n0/N)

n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.

n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit

N = Besar sampel populasi finit (Pasien dengan skizofrenia yang berobat di

puskesmas kecamatan Tebet) 382

n = 203

(1 + 203/382)

= 132

4.4 Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

Pasien dengan diagnosis skizofrenia yang berobat rawat jalan dan kontrol di poli

Konsultasi Puskesmas Kecamatan Tebet.

Tinggal dengan keluarga

Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani informed consent

Kriteria Eksklusi :

Berobat kurang dari 1 tahun

Ada riwayat penyakit penyerta lainnya

4.5 Instrumen Penelitian

23

Page 24: Ini Buat Proposal FINAL

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner, kartu identitas dan rekam medis pasien.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan

yang telah dirancang untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik pasien seperti usia,

pekerjaan, kepatuhan minum obat, serta faktor dukungan dan pengetahuan keluarga

4.6 Manajemen Data

4.6.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

primer yang dikumpulkan langsung dari subjek penelitian dan data

sekunder dari rekam medik lengkap.

4.6.2 Cara kerja

Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 – Desember 2014

pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling yaitu

purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel

yang bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed

consent. Kuisioner diisi langsung oleh responden. Observasi di

lakukan dengan langsung melihat kenyataan yang ada dari lapangan.

Pencarian data dihentikan setelah jumlah sampel yang dibutuhkan

terpenuhi kemudian dilakukan input data ke komputer untuk pengolahan

dan analisis data.

4.6.3 Data entry

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan

sebagai berikut :

o Editing, yaitu kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuisioner tersebut meliputi kelengkapan isi, jawaban atau tulisan masing-

masing pertanyaan, cukup jelas dan terbaca, relefannya jawaban dengan

pertanyaan dan kekonsistenan jawaban dengan pertanyaan lain.

24

Page 25: Ini Buat Proposal FINAL

o Coding, Yaitu mengubah data bentuk kalimat atau huruf menjadi angka

atau bilangan.

o Entry Data atau Proccesing, Yaitu memasukan jawaban dari masing-

masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan

kedalam program atau software computer.

o Cleaning, Yaitu pengecekan kembali dari semua data setiap sumber data

atau responden setelah selesai dimasukan untuk mengetahui kemungkinan

dilakukan pembetulan atau koreksi.

Data yang terumpul dari hasil wawancara dan kuisioner dan data sekunder

diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS version 20.0.

4.6.4 Alur Penelitian

4.6.5 Analisis Data

o Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil

ini berupa distribusi dan persentase pada variabel-variabel yang

diteliti.

o Analisis Bivariat

25

Proposal disetujui

Pengumpulan data

Peneliti turun ke lapangan menyebarkan kuesioner

Penyajian dan pengolahan data

Page 26: Ini Buat Proposal FINAL

Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.

4.6.6 Penyajian Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan disajikan dalam

bentuk :

o Tekstular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk kalimat.

o Tabular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

4.7 Organisasi Penelitian

Pembimbing :

dr. Novia I S,M.Epid

dr. Vera Marietha

Pelaksana dan Penyusun Penelitian :

1. Ni Putu Devia Suciyanti (030.08.177)

2. Arumtyas CW (030.09.030)

Perkiraan biaya yang diperlukan dalam penyelesaian proposal sampai dengan selesai penelitian

sebagai berikut :

1. Persiapan

biaya print dan fotocopy referensi Rp. 100.000

Transportasi Rp. 50.000

2. Pelaksanaan

print, jilid dan fotocopi proposal Rp. 150.000,

print dan fotocopy kuesioner Rp. 50.000

Alat tulis lainnya Rp. 30.000

26

Page 27: Ini Buat Proposal FINAL

Transportasi Rp. 250.000

3. Hasil

Print, jilid, fotocopi hasil penelitian Rp. 200.000

Biaya tak terduga Rp. 200.000 +

TOTAL RP.1.030.000

27

Page 28: Ini Buat Proposal FINAL

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. World Mental Health Day : Focus On Schizophrenia.

Available at : http://www.who.int/mental_health/en/ . Accessed on : November 18, 2014.

2. Centers for Disease Control and Prevention. Burden of Mental Illness. Available at :

http://www.cdc.gov/mentalhealth/basics/burden.htm . Accesed on : November 28,

2014.

3. Buka Stephen L. Psychiatric Epidemiology: Reducing the Global Burden of Mental

Illness. Am J Epidemiol 2008;168:977–979

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar 2013 : Gangguan Jiwa Berat. Available at :

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF .

Accessed on : November 18,2014.

5. Gail W. Stuart Laraia. 2005. Principles and practice of psychiatric Nursing, Ed 8th.

Missouri : Mosby

6. World Health Organization . Schizophrenia in Mental Health. Available from :

http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/. Accessed on :

November 18, 2014.

7. Sadock BJ, Sadock VA. KAPLAN & SADOCK : Buku Ajar Psikiatri Klinis.2nd

ed.Jakarta: EGC, 2007. p: 147 – 168.

8. Hawari Dadang.2006. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta.

9. Maslim Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas PPDGJ

III. Bagian IKJ FK Atmajaya. Jakarta

10. Bomar Perri J.2004. Promoting Health in Family : Applying Family Research and Theory

to Nursing Practice. Ed 4th. Elsevier Health Sciences. p: 275-280.

11. Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi

kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

28

Page 29: Ini Buat Proposal FINAL

12. SM Sebayang. 2011. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Frekuensi

Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid di Poliklinik RS Jiwa Daerah Propsu Medan.

Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28071 Accessed on :

November 18, 2014

13. Morisky D. E, Ang A, Marie K., Harry J W. (2008).Predictive Validity of a Medication

Adherence Measure in an Outpatient Setting.the Journal of Clinical Hypertension, 348-

354

14. Wiramihardja S.2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT Refika Aditama

15. Durand V, M Barlow. 2007. Essentials of Abnormal Psychology. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

16. Fleischhacker WW, Oehl MA, Hummer M. Factors influencing compliance in

schizophrenia patients. J Clin Psychiatry. 2003;64 Suppl 16:10-13.

17. Hui CL, Chen EY, Kan C, Yip K, Law C, Chiu CP. Anti-psychotics adherence among

out-patients with schizophrenia in Hong Kong. Keio J Med. 2006;55:9-14.

18. Velligan DI, Weiden PJ, Sajatovic M, Scott J, Carpenter D, Ross R, Docherty JP. The

expert consensus guideline series: adherence problems in patients with serious and

persistent mental illness. J Clin Psychiatry. 2009;70 Suppl 4:1-46; quiz 47-48.

19. Perkins DO. Predictors of noncompliance in patients with schizophrenia. J Clin

Psychiatry. 2002;63:1121-1128.

20. Acosta F, Hernandez J, Pereira J, Herrera J, Rodriguez C. Medication adherence in

schizophrenia. World J Psychiatr. 2012 ; 2(5): 74-82.

21. Saputra Nanda. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien

Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara – Medan.

Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20130 Accessed on :

November 18, 2014

22. Nurdiana, Syafwani, Umbransyah. 2007. Korelasi Peran Serta Keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien Skizofrenia. Available from : http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/28/jtstikesmuhgo-gdl-nurdianasy-1368-2-hal.1-10.pdf accessed on : November 20, 2014

29