Ingkar Sunnah

10
INGKAR SUNNAH A. Pengertian Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Ingkar, Menurut bahasa, artinya “menolak atau mengingkari”, berasal darikata kerja, ankara-yunkiru. Sedangkan Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya adalah, “jalan yang dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang sudah dibiasakan dinamai sunnah, meskipun tidak baik. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat ddiartikan sebagai suatu nama atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber san dasar syari’at Islam. 1 Secara bahasa pengertian hadits dan sunnah sendiri terjadi perbedaan dikalangan para uama, ada yang menyamakan keduanya dan ada yang membedakan. Pengertian keduanya akan disamakan seperti pendapat para muhaditsin, yaitu suatu perkataan, perbuatan, takrir dan sifat Rauslullah saw. Sementara Nurcholis Majid berpendapat bahwa yang terjadi dalam sejarah Islam hanyalah pengingkaran terhadap hadits Nabi saw, bukan pengingkaran terhadap sunnahnya. Norcholis Majid membedakan pengertian hadits dengan Sunnah. Sunnah menurut beliau adalah pemahaman terhadap pesan atau wahyu 1 Prof. Dr. H. M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, Cet. I, Penerbit. Gaung Persada Press, Jakarta, 2008, hlm. 200. 1

Transcript of Ingkar Sunnah

Page 1: Ingkar Sunnah

INGKAR SUNNAH

A. Pengertian

Ingkar sunnah terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Ingkar, Menurut

bahasa, artinya “menolak atau mengingkari”, berasal darikata kerja, ankara-yunkiru.

Sedangkan Sunnah, menurut bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya adalah, “jalan

yang dijalani, terpuji atau tidak,” suatu tradisi yang sudah dibiasakan dinamai sunnah,

meskipun tidak baik. Secara definitif Ingkar al-Sunnah dapat ddiartikan sebagai suatu nama

atau aliran atau suatu paham keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau

mengingkari Sunnah untuk dijadikan sebagai sumber san dasar syari’at Islam.1

Secara bahasa pengertian hadits dan sunnah sendiri terjadi perbedaan dikalangan

para uama, ada yang menyamakan keduanya dan ada yang membedakan. Pengertian

keduanya akan disamakan seperti pendapat para muhaditsin, yaitu suatu perkataan,

perbuatan, takrir dan sifat Rauslullah saw. Sementara Nurcholis Majid berpendapat bahwa

yang terjadi dalam sejarah Islam hanyalah pengingkaran terhadap hadits Nabi saw, bukan

pengingkaran terhadap sunnahnya. Norcholis Majid membedakan pengertian hadits dengan

Sunnah. Sunnah menurut beliau adalah pemahaman terhadap pesan atau wahyu Allah dan

teladan yang diberikan Rasulullah dalam pelaksanaannya yang membentuk tradisi atau

sunnah. Sedangkan hadits merupakan peraturan tentang apa yang disabdakan Nabi saw.

atau yang dilakukan dalam praktek atau tindakan orang lain yang di diamkan beliau (yang

diartikan sebagai pembenaran).

Kata “Ingkar Sunnah” dimaksudkan untuk menunjukkan gerakan atau paham yang

timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadits atau sunnah sebagai sumber kedua

hukum Islam.2

Menurut Imam Syafi’I, Sunnah Nabi saw ada tiga macam:1 Prof. Dr. H. M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, Cet. I, Penerbit. Gaung Persada Press,

Jakarta, 2008, hlm. 200.2 Drs. Suyitno, M.Ag, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, Cet. I, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2006,

hlm. 275.

1

Page 2: Ingkar Sunnah

1. Sunnah Rasul yang menjelaskan seperti apa yang di nash-kan oleh al-Qur’an.

2. Sunnah Rasul yang menjelaskan makna yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Tentang

kategori kedua ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama.

3. Sunnah Rasul yang berdiri sendiri yang tidak ada kaitannya dengan al-Qur’an.3

B. Sejarah Ingkar Sunnah

1. Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik

Pertanda munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masa sahabat, ketika Imran

bin Hushain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadits, seseorang menyela untuk tidak perlu

mengajarkannya, tetapi cukup dengan mengerjakan al-Qur’an saja. Menanggapi pernyataan

tersebut Imran menjelaskan bahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah (shalat dan zakat

misalnya) dengan segala syarat-syaratnya kecuali dengan petunjuk Rasulullah saw.

Mendengar penjelasan tersebut, orang itu menyadari kekeliruannya dan berterima kasih

kepada Imran.

Sikap penampikan atau pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang dilengkapi

dengan argumen pengukuhan baru muncul pada penghujung abad ke-2 Hijriyah pada awal

masa Abbasiyah.4

Di Indonesia, pada dasawarsa tujuh puluhan muncul isu adanya sekelompok muslim

yang berpandangan tidak percaya terhadap Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan tidak

menggunakannya sebagai sumber atau dasar agama Islam. Pada akhir tujuh puluhan,

kelompok tersebut tampil secara terang-terangan menyebarkan pahamnya dengan nama,

misalnya, Jama’ah al-Islamiah al-Huda, dan Jama’ah al-Qur’an dan Ingkar Sunnah, sama-

sama hanya menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk dalam melaksanakan agama Islam,

baik dalam masalah akidah maupun hal-hal lainnya. Mereka menolak dan mengingkari

sunnah sebagai landasan agama.5

3 Op. Cit, Antologi Ilmu Hadits, hlm. 207.4 Ibid,, hlm. 277.5 Log. Cit, Antologi Ilmu Hadits, hlm. 200.

2

Page 3: Ingkar Sunnah

Imam Syafi’i membagi mereka kedalam tiga kelompok, yaitu :

1. Golongan yang menolak seluruh Sunnah Nabi SAW.

2. Golongan yang menolak Sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan dengan

petunjuk al-Qur’an.

3. Mereka yang menolak Sunnah yang berstatus Ahad dan hanya menerima Sunnah

yang berstatus Mutawatir.6

Dilihat dari penolakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pertama

dan kedua pada hakekatnya memiliki kesamaan pandangan bahwa mereka tidak

menjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para ahli hadits menyebut kelompok ini sebagai

kelompok Inkar Sunnah.

Argumen kelompok yang menolak Sunnah secara totalitas

Banyak alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung

pendiriannya, baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan yang

berdasarkan rasio. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan mereka sebagai alasan

menolak sunnah secara total adalah surat an-Nahl ayat 89 :

شئ لکل تبيانا الکتاب عليك ونزلنا

“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala

sesuatu….”

Kemudian surat al-An’am ayat 38 yang berbunyi:

... شئ التابمن فى ....مافرطنا

“…Tidaklah kami alpakan sesuatu pun dalam al-Kitab…”

Menurut mereka kepada ayat tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an telah

mencakup segala sesuatu yang berkenaan dengan ketentuan agama, tanpa perlu penjelasan

dari al-Sunnah. Bagi mereka perintah shalat lima waktu telah tertera dalam al-Qur’an,

misalnya surat al-Baqarah ayat 238, surat Hud ayat 114, al-Isyra’ ayat 78 dan lain-lain.7

6 M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa 1991, hlm. 141.7 Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta : Gema

Insani Press, hlm. 16.

3

Page 4: Ingkar Sunnah

Adapun alasan lain adalah bahwa al-Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab

yang baik dan tentunya al-Qur’an tersebut akan dapat dipahami dengan baik pula.

Argumen kelompok yang menolak hadits Ahad dan hanya menerima hadits

Mutawatir.

Untuk menguatkan pendapatnya, mereka menggunakan beberapa ayat al-Qur’an

sebagai dallil yaitu, surat Yunus ayat 36:

شيئا الحق من اليغنى الظن وان

“…Sesungguhnya persangkaan itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap

kebenaran”.

Berdasarkan ayat di atas, mereka berpendapat bahwa hadits Ahad tidak dapat

dijadikan hujjah atau pegangan dalam urusan agama. Menurut kelompok ini, urusan agama

harus didasarkan pada dalil yang qath’I yang diyakini dan disepakati bersama

kebenarannya. Oleh karena itu hanya al-Qur’an dan hadits mutawatir saja yang dapat

dijadikan sebagi hujjah atau sumber ajaran Islam.

2. Ingkar Sunnah pada Periode Modern

Tokoh- tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhir abad ke-19 dan ke-20) yang

terkenal adalah Taufik Sidqi (w. 1920) dari Mesir, Ghulam Ahmad Parvez dari India,

Rasyad Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di Amerika Serikat, dan Kasasim Ahmad

mantan ketua partai Sosialis Rakyat Malaysia. Mereka adalah tokoh-tokoh yang tergolong

pengingkar Sunnah secara keseluruhan. Argumen yang mereka keluarkan pada dasarnya

tidak berbeda dengan kelompok ingkar sunnah pada periode klasik.

Tokoh-tokoh “ Ingkar Sunnah “ yang tercatat di Indonesia antara lain adalah

Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang Setio Groho (karyawan Inilever),

Safran Batu Bara (guru SMP Yayasan Wakaf Muslim Tanah Tinggi) dan Dalimi Lubis

(karyawan kantor Departemen Agama Padang Panjang).8

8 M. Amin Djamaluddin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Ma’had ad-Dirasati al-Islamiyah, 1986, hlm. 1.

4

Page 5: Ingkar Sunnah

Sebagaimana kelompok ingkar sunnah klasik yang menggunakan argumen baik

dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan pendapat mmereka, begitu juga kelompok ingkar

sunnah Indonesia.9 Diantara ayat-ayat yang dijadikan sebagai rujukan adalah surat an-Nisa’

ayat 87 :

اهللاحديثا من اصدق َو�منMenurut mereka arti ayat tersebut adalah “Siapakah yang benar haditsnya dari

pada Allah”.

Kemudian surat al-Jatsiayh ayat 6:

يؤمنَون َواياته اهللا بعد حديث فبأيMenurut mereka arti ayat tersebut adalah “Maka kepada hadits yang manakah

selain firman Allah dan ayat-ayatnya mereka mau percaya”.

Selain kedua ayat diatas, mereka juga beralasan bahwa yang disampaikan Rasul

kepada umat manusia hanyalah al-Qur’an dan jika Rasul berani membuat hadits selain dari

ayat-ayat al-Qur’an akan dicabut oleh Allah urat lehernya sampai putus dan ditarik

jamulnya, jamul pendusta dan yang durhaka. Bagi mereka Nabi Muhammad tidak berhak

untuk menerangkan ayat-ayat al-Qur’an, Nabi

Hanya bertugas menyampaikan.

C. Lemahnya Argumen Para Pengingkar Sunnah

Ternyata argumen yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi para pengingkar

sunnah memiliki banyak kelemahan, misalnya :

9 Ibid, hlm. 45 dan 27.

5

Page 6: Ingkar Sunnah

1. Pada umumnya pemahaman ayat tersebut diselewengkan maksudnya sesuai dengan

kepentingan mereka. Surat an-Nahl ayat 89 yang merupakan salah satu landasan

bagi kelompok ingkar sunnah untuk maenolak sunnah secara keseluruhan. Menurut

al-Syafi’I ayat tersebut menjelaskan adanya kewajiban tertentu yang sifatnya global,

seperti dalam kewajiban shalat, dalam hal ini fungsi hadits adalah menerangkan

secara tehnis tata cara pelaksanaannya. Dengan demikian surat an-Nahl sama sekali

tidak menolak hadits sebagai salah satu sumber ajaran. Bahkan ayat tersebut

menekankan pentingnya hadits.

2. Surat Yunus ayat 36 yang dijadikan sebagai dalil mereka menolak hadits ahad

sebagai hujjan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah zhanni adalah

tentang keyakinan yang menyekutukan Tuhan. Keyakinan itu berdasarkan khayalan

belaka dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Keyakinan yang

dinyatakan sebagai zhanni pada ayat tersebut sama sekali tidak ada hubungannya

dan tidak da kesamaannya dengan tingkat kebenaran hasil penelitian kualitas hadits.

Keshahihan hadits ahad bukan didasarkan pada khayalan melainkan didasarkan

pada metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan.10

DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, Amin, Bahaya Ingkar Sunnah, Jakarta: Ma’had ad-Dirasati al-

Islamiyah, 1986.

Ismail, Syuhudi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1991.10 Mustafa Siba’I, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam, diterjemahkan oleh

Nurcholis Majid, Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1993, hlm. 122-125.

6

Page 7: Ingkar Sunnah

Ismail, Syuhudi, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan pemalsunya,

Jakarta: Gema Insani Press.

Siba’I, Mustafa, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam,

diterjemahkan oleh Nurcholis Majid, Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1993.

Sulaiman, Noor, Antologi Ilmu Hadits, Cet. I, Pnerbit. Gaung Persada Press,

Jakarta, 2008.

Suyitno, Studi Ilmu-Ilmu Hadits, Cet. I, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2006.

7