INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL DALAM · PDF fileDalam proses perencanaan tata ruang suatu...

download INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL DALAM · PDF fileDalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah, ... merupakan bagian tidak terpisahkan dari PU-net, sebagai media komunikasi

If you can't read please download the document

Transcript of INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL DALAM · PDF fileDalam proses perencanaan tata ruang suatu...

  • INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL DALAM PELAKSANAAN PENATAAN RUANG

    Oleh DR Ir.Ruchyat Deni Dj., M.Eng

    Direktur Penataan Ruang Nasional Direktorat Jenderal Penataan Ruang

    Disampaikan pada Rapat Koordinasi Infrastruktur Data Spasial Nasional

    Hotel Atlet Century Jakarta 25 26 Juni 2007

    https://www.youtube.com/user/Dewa89s

  • 1

    INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL DALAM PELAKSANAAN PENATAAN RUANG1

    Oleh DR Ir.Ruchyat Deni Dj., M.Eng

    Direktur Penataan Ruang Nasional Direktorat Jenderal Penataan Ruang

    Pendahuluan Membangun suatu wilayah pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberi nilai tambah terhadap kualitas kehidupan. Proses pemberian nilai tambah terhadap kualitas kehidupan dilakukan dengan memperhatikan internalitas dan eksternalitas suatu wilayah. Internalitas diantaranya meliputi kondisi fisik wilayah, potensi sumber daya (alam, manusia, dan buatan), serta kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, sedang eksternalitas yang perlu diperhatikan diantaranya adalah situasi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. Pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah, kelestarian sumber daya alam, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan dukungan sumber daya buatan, serta pemahaman terhadap eksternalitas suatu wilayah, menjadi kunci keberhasilan perencanaan pembangunan. Hal ini mengindikasikan pentingnya merencanakan pembangunan melalui perspektif yang lebih luas dan tidak sekedar administratif parsial atau sektoral saja. Untuk itu pendekatan kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan penataan ruang, memegang peranan yang vital dalam perencanaan pembangunan. Penataan ruang diselenggarakan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, melalui harmonisasi antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, menerpadukan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan melindungi fungsi ruang serta mencegah dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang yang cenderung tidak terkendali. Pelaksanaan penataan ruang terutama perencanaan tata ruang, merupakan upaya peningkatan sinergi lintas-sektor, lintas-wilayah dan daerah maupun antara unsur pemerintah, masyarakat dan swasta dalam perencanaan pembangunan. Dalam penataan ruang diperlukan perangkat-perangkat analisis baik yang sifatnya software (modul-modul) maupun hardware (peralatan-peralatan/perlengkapan) yang dapat membantu proses interpretasi, analisis dan menyimpulkan hasil-hasil formulasi spasial. IDS adalah sebagai salah satu yang dapat membantu dalam proses penataan ruang. IDSN dalam Perencanaan Tata Ruang Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) semestinya mampu menjamin ketersediaan data yang berkualitas (akurat, dan dapat dipertanggung-jawabkan), mudah diintegrasikan, dan mudah diakses. Dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah, mutlak diperlukan data dan informasi baik spasial maupun non spasial yang akurat, baik dari segi data geografis murni maupun data tematik seperti 1 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Infrastruktur Data Spasial Nasional, Hotel Atlet Century Jakarta,

    25 26 Juni 2007.

    https://www.youtube.com/user/Dewa89s

  • 2

    kependudukan, sebaran sumber daya alam dan data tematik lainnya, serta dapat dipertanggung-jawabkan. Keakuratan data dan kemampuan pengolahan data yang tentunya sangat besar jumlah dan ragamnya, akan menentukan efektivitas dari sebuah perencanaan tata ruang. Pada dasarnya, dalam tatanan IDSN, proses perencanaan tata ruang lebih bersifat sebagai pengguna (user) data spasial. Misalnya, data spasial yang berupa peta dasar dengan skala yang memadai dimana rencana struktur ruang dan rencana pola ruang akan dituangkan. Ketersediaan peta dasar yang hingga saat ini masih terbatas, mendorong para perencana untuk berupaya mencari alternatif lain, diantaranya melalui data citra dengan resolusi sesuai dengan kebutuhan, yang tentu saja berimplikasi pada pembiayaan yang relatif cukup tinggi. Oleh karena itu, rencana penyediaan peta dasar skala 1:25.000 untuk seluruh wilayah Indonesia yang akan dikoordinasikan oleh Bakosurtanal, merupakan program yang sangat strategis dan diharapkan dapat segera memenuhi kebutuhan peta dasar dalam rangka perencanaan tata ruang, baik tingkat nasional, provinsi, kabupaten, maupun kota. Lebih jauh lagi keberadaan peta dasar dengan tingkat ketelitian 1:25.000 juga akan bermanfaat dalam hal pemanfaatan dan juga pengendalian pemanfaatan ruang. Selain peta dasar, dalam perencanaan tata ruang juga memerlukan data spasial yang terkait dengan kondisi fisik wilayah, seperti kerentanan terhadap bencana, keanekaragaman hayati, oseanografi, iklim dan geofisika, serta data fisik wilayah lainnya. Sebagian data spasial tersebut memang telah tersedia, namun tidak mudah untuk diakses. Dalam perencanaan tata ruang, pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah perencanaan sangat berpengaruh terhadap kualitas rencana tata ruang, termasuk dukungan data spasial tematik lainnya yang berasal dari suatu proses kajian, analisa, dan survai yang mendalam, diantaranya berupa data kesesuaian lahan, tutupan lahan, penggunaan lahan, dan data spasial tematik lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa akses terhadap data spasial tersebut relatif masih terbatas. Hal ini mengilustrasikan betapa IDSN menjadi sangat penting dalam menunjang pelaksanaan penataan ruang, terutama dalam proses perencanaan tata ruang. Bila kualitas rencana tata ruang kurang memadai, maka harapan menjadikan penataan ruang sebagai payung dalam rangka pengembangan daerah maupun sektoral, termasuk dalam pengembangan infrastruktur ke-PU-an seperti jaringan jalan, irigasi dan sumber daya air serta sarana dan prasarana permukiman di perkotaan dan pedesaan, semakin sulit untuk direalisasikan. Era Keterbukaan dalam Penataan Ruang Keterbukaan adalah satu dari sembilan asas dalam penyelenggaraan penataan ruang (kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang). Makna keterbukaan dalam hal ini lebih fokus pada pemberian akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang. Bahkan, bila masyarakat merasa dirugikan akibat tidak memperoleh informasi rencana tata ruang yang disebabkan oleh tidak tersedianya informasi tentang rencana tata ruang, mereka dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan. Dengan demikian, informasi penataan ruang sekarang telah menjadi public domain, setiap orang berhak untuk mengetahui rencana tata ruang. Meskipun ada beberapa informasi yang memiliki sifat khusus, yaitu terkait dengan adanya kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan sebagian informasi untuk kepentingan

    https://www.youtube.com/user/Dewa89s

  • 3

    pertahanan dan keamanan negara, namun, baik Pemerintah maupun pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, wajib untuk menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan: 1) rencana umum dan rencana rinci tata ruang, 2) arahan peraturan zonasi untuk pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, dan 3) pedoman bidang penataan ruang. Penyebarluasan informasi dapat dilakukan melalui beberapa media, diantaranya media elektronik, media cetak, papan pengumuman atau media komunikasi lainnya. Keterlibatan Ditjen Penataan Ruang (atau Departemen PU pada umumnya) dalam IDSN, bisa memberi manfaat sekurangnya sebagai media penyebarluasan informasi rencana tata ruang, terlebih bila IDSN yang berbasis internet dapat segera terwujud, akan menjadi salah satu media elektronik yang penting dan handal dalam pelaksanaan penataan ruang. Namun demikian, pengembangan IDSN ini perlu mendapat dukungan (komitmen) dari seluruh instansi dan pihak terkait. Komitmen ini sangat diperlukan mengingat ketersediaan data-data yang secara spesifik hanya dimiliki oleh instansi sektoral. Data Sharing antar Instansi Terkait Pembangunan data spasial pada umumnya memerlukan pembiayaan yang relatif besar, baik dalam proses pengadaan data dasar (mentah), pengolahan dan analisa data, maupun penyajian dalam wujud peta. Akses terhadap data spasial (seperti peta dasar atau citra satelit), umumnya diperlukan oleh lebih dari satu instansi. Oleh karena itu, berbagai data spasial yang telah dikembangkan oleh masing-masing instansi, akan lebih bermakna bila dapat saling dipertukarkan (dapat saling diakses oleh instansi terkait). Pertukaran data (data sharing) antar instansi terkait, bila dapat terwujud, akan memberikan efisiensi pemanfaatan dana yang sangat signifikan, sekurangnya biaya proses pengolahan/analisa data dapat dihemat. Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu disiplin terkait teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Meskipun SIG telah dikembangkan oleh banyak instansi, namun seringkali dalam format dan standar yang berbeda atau tidak dalam format yang standar/baku. Untuk itu, diperlukan piranti lunak yang berkemampuan untuk mendukung penyelenggaraan pertukaran data dan informasi antar instansi, seperti piranti lunak interoperability. Pemanfaatan piranti lunak ini akan memudahkan proses data sharing, sehingga akan terwujud pemanfaatan data yang lebih efisien dan efektif. Efisiensi ini akan lebih nyata bila SIG yang interoperabilitas tersebut dikembangkan dalam jaringan komunikasi seperti internet (atau lebih dikenal dengan sebutan SIG berbasis Web), karena melalui sistem ini mampu memberikan jangkauan yang semakin luas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan data sharing antar instansi, baik di pemerintah, pemerintah daerah perguruan tinggi maupun kalangan swasta dan masyarakat. Terkait dengan keperluan data sharing yang be