Info Muria 7

download Info Muria 7

of 12

description

Info Muria 7

Transcript of Info Muria 7

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    Pahlawan & Generasi Handal

    INFO MURIACulture Univers

    ity

    Media Komunikasi Antar Sivitas Akademika UMKCerdas dan Santun ISSN: 2088-2920www.umk.ac.id

    UMK Makna pahlawan dan arti penting sosoknya tidak kemudian selesai pascakemerdekaan Indonesia. Predikat pahlawan tidak sesempit diartikan secara fisik sebagai pejuang di medan peperangan. Akan tetapi, pahlawan masa kini dapat terlihat dari perilaku maupun tindakan yang layak jadi teladan dan contoh bagi bangsa. Muaranya, perilaku dan semangat mereka mampu memompa generasi muda untuk melakukan hal yang sama, perubahan.

    Demikian pendapat Kepala Program Studi Magister Ilmu Hukum UMK, Dr. Suparnyo, SH., MS. mengenai makna pahlawan di masa kini. Menurutnya, generasi muda, khususnya mahasiswa harus mampu menampilkan semangat yang telah diwariskan para pahlawan. Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan karakter cerdas dan santun, baik secara emosional, intelektual, sosial, dan spiritual hingga patut menjadi contoh masyarakat luas. Pemuda harus ikut semangatnya para pahlawan, ujarnya.

    Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling (Progdi BK) UMK, Dr. Sukiman, M.Pd. mengungkapkan, generasi muda ideal dengan karakter cerdas dan santun masih jauh dari

    kenyataan.

    Hal itu, menurutnya, disebabkan oleh kurangnya kesadaran generasi muda dalam meneladani nilai-nilai yang dimiliki para pahlawan.

    Lunturnya sosok pahlawan pada generasi muda saat ini menjadikan dilema tersendiri bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga generasi muda terlebih mahasiswa kurang mampu meneladani nilai-nilai yang dimiliki para pahlawan dalam berjuang memerangi penjajah, terutama nilai keikhlasan dan kejujuran.

    Pudarnya nilai keikhlasan dan kejujuran pada mahasiswa tercermin ketika mereka melakukan ujian dan penyelesaian tugas dengan cara yang instan, bahkan copy paste.

    Sebagai penyambung kepemimpinan, lanjut Sukiman, mahasiswa seharusnya mampu meneladani sikap pahlawan yang selalu mementingkan kepentingan umum, ikhlas berkorban di atas kepentingan pribadi. Sehingga mereka nanti mampu menjadi pewaris yang handal, tegasnya.

    Terkait momen hari pahlawan, Suparnyo mengharap agar semangatnya dipetik oleh mahasiswa maupun dosen dengan cara berbagi kegiatan positif dalam berjuang dan mengembangkan kajian ilmiah, intelektual, spiritual, menumbuhkan jiwa entrepreneur, aktif berorganisasi dan tidak hanya berkutat pada ruang kuliah semata.

    Semua mampu mengenal sosok pahlawan kemerdekaan dan mampu menjadi pahlawan pendidikan dengan membaca biografi dan perilakunya, ujarnya menunjukkan sumber informasi mengenai sosok pahlawan.

    Sementara Sukiman memandang, agar menjadi mahasiswa yang cerdas dan santun, mereka harus mampu membiasakan diri pada dunia akademik secara sungguh-sungguh dan mampu menyampaikan gagasan dengan komunikasi yang baik serta mampu memposisikan dirinya. Dengan begitu, mahasiswa akan menjadi pewaris yang handal, tapi tidak hidup di masa lalu. Mahasiswa mampu mengambil pelajaran dari pahlawannya dan mampu mengembangkannya, kata Sukiman. (Kholidin/Info Muria)

    Bukan lagi senjata untuk kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi generasi handal kuncinya.

    Repro http://ayahaan.wordpress.com

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 20122

    Pahlawan harus dapat menjadi panutan bagi masyarakat. Tidak boleh mempunyai sifat tercela dan berperilaku korup, ujar Ismanto.

    Tak lepas dari cita-cita bangsa, sebagai warga negara yang baik harus memajukannya. Demi kemajuan bangsa dan negara, kita perlu contoh yang bisa menjadi panutan penuntun baik, figuran atau tauladan bagi warga negara Indonesia.

    Perjuangan pahlawan masa kini dapat dilihat sesuai bidangnya masing-masing. Misalnya di bidang pertanian harus dapat memberdayakan petani sehingga pangan tercukupi, dari bidang pendidikan misalnya guru yang rela mengajar di daerah terpencil juga sebagai pahlawan dan juga pecinta lingkungan dalam andil menjaga kelestarian alam raya.

    Pahlawan merupakan patriot yang cinta tanah air dan rela berkorban untuk negara. Pahlawan rela berkorban untuk tanah air, berjiwa besar atau mampu menerima kekalahan dan dapat memberi maaf.

    Rela berkorban untuk tanah air dapat diterapkan dalam pembelaan negara, berjiwa besar diterapkan pada permainan sepak bola, bertindak sportif ketika role play, kalah dapat mengakui kekalahan serta pemaaf, karena betapa beratnya seseorang ketika akan memberikan maaf. (Anik/Info Muria)

    Pahlawan terdahulu berjuang sampai mengorbankan nyawa, harta, dan sesuatu berharga lainnya. Tetapi, di era modern berkembang juga arti pahlawan. Seorang disebut pahlawan apabila mampu memberdayakan masyarakat, sehingga masyarakat terentaskan dari kemiskinan dalam arti luas, yakni pendidikan, informasi, ekonomi dan bidang lainnya.

    Sebagai warga negara merdeka wajib mengisi kemerdekaan di segala bidang. Jika aktif dalam bidang pendidikan, kita harus mengisi dan mengoptimalkan perjuangan di dunia pendidikan, dimulai dari pendidikan pra-sekolah sampai ke

    perguruan tinggi.

    Maraknya korupsi harus diperangi, terutama peran kaum muda. Mereka yang memerangi keburukan dengan ikhlas berjuang, layak disebut pahlawan.

    Pahlawan adalah seseorang yang memiliki jasa pada nusa dan bangsa atau negara. Berjuang tanpa pamrih demi negara bukan berjuang untuk dirinya sendiri maupun kelompok, ujar Masturi.

    Disebut pahlawan saat ini, apabila mereka berjasa dalam memajukan bangsa dalam berbagai bidang. Misalnya dalam memajukan pembangunan, pendidikan, ekonomi dan semacamnya.Karena jasa mereka disebut sebagai pahlawan. Dari itu pemerintah memberi gelar sebagai pahlawan.

    IsmantoKomandan Satpam

    FokusTeladan Pahlawan bagi Agen Perubahan

    Menjadi Pahlawan Masa Kini

    Drs. Masturi, MMKa. Lembega Pem-berdayaan Masyara-kat (LPM)

    Penanggung Jawab: Rektor UMK, Pengarah: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Pimpinan Redaksi: Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M Widjanarko, Sekretaris Redaksi: Noor Athiyah, Staf Redaksi: Farih Lidinnillah, Much Harun. Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat: Gondangmanis PO. Box 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi menerima artikel, foto dan tulisan lainnya dilampiri kartu identitas melalui email: [email protected]. atau [email protected]. Info Muria bisa diunduh di www.umk.ac.id

    SuSunAn RedAKSi info MuRiA

    MudhoriKa. BEM F. Pertanian

    UMK Mahasiswa sebagai agen perubahan harus meneladani nilai-nilai luhur yang dipersembahkan oleh pahlawan dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mustahil peran mahasiswa dalam merubah menuju Indonesia maju tanpa belajar dari pahlawan.

    Bukan hanya tahu kapan hari pahlawan, tetapi juga memaknai dengan menjadikannya sebagai inspirasi bagi mahasiswa, ujar Pembantu Rektor III, Drs. Hendy Hendro HS, MSi. memberikan saran.

    Menurutnya, terdapat beberapa sikap nilai dari sosok pahlawan yang perlu diadaptasi sesuai konteks pentingnya perjuangan, yakni jiwa pejuang, patriotisme, nasionalisme. Semangat 45 yang tercermin dalam sikap tanpa pamrih, rela berjuang, berbakti pada negara dan pantang menyerah dinilainya penting untuk dilanjutkan oleh generasi sekarang. Tapi bentuknya lain. Sebab kondisi sekarang dan dahulu di zaman perang, berbeda, ujarnya memberi penekanan.

    Saat ini, lanjutnya, perjuangan adalah untuk melawan banyak problem negatif bangsa, misalnya kemiskinan,

    kerusakan lingkungan dan minimnya akses pendidikan dan kesehatan bagi ekonomi lemah.

    Untuk merubahnya, ujarnya, sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial, semangat 45 dapat dimulai melalui memperkaya ilmu dan tindakan-tindakan nyata di kampus.

    Hendi mengaku heran dengan cara pandang mahasiswa terhadap aktivitas di kampus. Pasalnya, selain menyediakan pembelajaran lewat kurikulum akademik, kampus juga menyediakan tempat belajar komplementer berupa organisasi-organisasi kampus dalam wadah unit kegiatan mahasiswa (UKM). Tapi kok dipandang sebelah mata, ujarnya.

    Minimnya jumlah mahasiswa yang berminat aktif di organisasi kemahasiswaan yang menampung bakat minat sebagai buktinya. Padahal, menurut Hendy, organisasi kemahasiswaan memberikan pengalaman nyata yang berbeda dengan ilmu yang diperoleh melalui proses akademik.

    Selain kemampuan sesuai bakat minat, aktif di organisasi kemahasiswaan juga memberikan modal ilmu kemasyarakatan, jelas Hendy. (Farih/Info Muria)

    Foto Info Muria/AnikFoto Info Muria/Anik

    Foto Info Muria/Anik

  • 3Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    Fokus

    Psikologi KepahlawananApa banyangan Anda mengenai sosok pahlawan? Orang lampau yang telah berjuang melawan ketidakadilan penjajah di belahan bumi Indonesia, seperti Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyadien, Patimura, Hasanudin, Sisingamangaraja. Atau, pahlawan olahraga yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, seperti legenda bulutangkis, Rudy Hartono, atau pahlawan tanpa tanda jasa, guru-guru atau orang tua yang telah mendidik dan memberikan tauladan baik kepada kita?

    Pahlawan, menurut penulis, merupakan orang yang dulu hidup dan masih hidup dalam jamannya. Mereka telah memberikan tauladan, kepedulian dan kebanggaan pada kita untuk selalu mendorong pada tindakan empatis, berani karena benar dan berperilaku baik serta tidak merugikan orang lain.

    Dalam konteks lebih luas, banyak orang memahlawankan bapak proklamator, Soekarno-Hatta yang telah memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Atau, keberanian kegagahan Sultan Agung yang dengan gagah melawan pendudukan Belanda di Batavia (baca; Jakarta). Bayangkan, tahun 1628-1629, menyerbu Batavia dari Yogyakarta, tentunya dengan strategi perang yang tertata. Atas jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia sebagaimana S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

    Dalam konteks lain, almarhum Norman Edwin dari Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) Universitas Indonesia (UI) telah mencoba untuk mengawali pendakian tujuh puncak dunia dan gugur di dalam pendakian Gunung Aconcagua. Semangat yang tertinggal telah disemayamkan pada perjuangan berat oleh empat anak muda yang tergabung dalam Mahitala (Mahasiswa Parahyangan Pencinta Alam). Mereka, Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Janatan Ginting dan Broery Andrew Sihombing, telah menorehkan sejarah.

    Keempatnya berangkat membawa bendera Indonesia pada Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (ISSEMU) yang telah diawali dengan mendaki puncak Cartensz Pyramid (4.884 m) di Papua pada 26 Februari 2009, kemudian Kilimanjaro (5.895 m) di Tanzania pada 10 Agustus 2010, puncak Elbrus (5.642 m) di Rusia pada 24 Agustus 2010, puncak Vinson Massif (4.897 m) di Antartika pada 13 Desember 2010, puncak Aconcagua (6.962 m) di Argentina pada 9 Januari 2011, puncak Everest (8.848 m) di Nepal pada 20 Mei 2011 dan terakhir menyelesaikan ke tujuh puncak Denali (6.194 m) di Alaska, Amerika Serikat pada 7 Juli 2011.

    Bukan sebab keinginan menjadi orang nomor satu Indonesia dalam menggapai tujuh puncak dunia atau the seven summiteers, tetapi lebih dalam, aktivitas nyata yang mampu diberikan anak muda Indonesia dengan penuh semangat nasionalisme untuk mengangkat nama Indonesia di dunia dan menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa Indonesia.

    Pahlawan seperti apa yang kita kenang dan kagumi untuk memotivasi, menggairahkan dan mengguratkan spirit progresifitas kita dalam menjalani hidup? Tentunya, ini pilihan subyektif. Masing-masing individu memiliki hak untuk memilih

    tanpa intervensi pihak luar dirinya. Sangat bolehlah, jika Si A menganggap bahwa Munir merupakan sosok pahlawan yang memperjuangkan demokrasi atau si B menganggap bahwa sosok X patut disebut pahlawan karena memiliki semangat yang positif untuk menggelorakan perilaku baik. Atau, anak-anak muda mengganggap pahlawan, grup musik Superman Is Dead (disingkat SID) dengan lirik yang bercerita tentang kemarahan alam, keserakahan manusia, keadaan sosial dan politik, lirik sosial dan perlawanan terhadap penindasaan. Salah satu kebanggaan adalah berhasil diundang ke Warped Tour Festival di Amerika Serikat dan melaksanakan tour beberapa kota di USA. Hal ini merupakan keberhasilan SID karena satu-satunya band Indonesia dan band kedua di Asia yang dipanggil ke Warped Tour walaupun album mereka tidak dirilis di USA (Wikipedia, 28/09/2011).

    Tidak jauh-jauh, ada individu yang beranggapan bahwa sosok orang tua sebagai pahlawan keluarga. Mereka telah membanting tulang untuk menafkahi keluarga. Akhirnya, semuanya terserah ke diri masing-masing berikut alasan menokohkan, menautkan siapapun dalam hidupnya. Yang jelas, perilaku positif dari orang dipahlawankan, akan membimbing subjeknya untuk mempunyai etika baik, menebarkan keluhuran jiwa dan tentunya membangunkan sikap terpuji, bukan sebaliknya.

    Penulis termasuk orang yang percaya, Indonesia tidak akan hancur oleh perilaku sesat Gayus, Nasarudin, Melinda Dee, orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan Munir, pelaku rekayasa Century atau pejabat publik yang mengimami korupsi. Penulis yakin, para pendurhaka negeri tersebut akan terlibas oleh banyak orang yang lebih percaya dengan kebaikan, perilaku taat hukum yang diteladani oleh para pahlawan yang telah hadir dalam hidup kita. Mereka menjadi penuntun untuk berbuat baik, peduli dengan sesama dan tentunya, negara. (Mochamad Widjanarko/Info Muria)

    Repro. Internet

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 20124

    Pahlawan Tanpa Tanda JasaOleh Sarjadi

    Pakar

    Tanggal 10 Nopember 1945 merupakan tonggak peringatan Hari Pahlawan di Indonesia. Pada tanggal tersebut, di Republik Indonesia yang telah berdaulat, pertama kali, terjadi perang melawan upaya penjajahan kembali. Perang dengan korban yang banyak tidak terhindarkan. Persenjataan amat sederhana milik Indonesia berhadapan persenjataan yang jauh lebih lengkap dan canggih Inggris-Belanda, memunculkan perkiraan, perang akan segera dimenangan Inggris-Belanda. Akan tetapi, justru fakta sebaliknya, semangat hebat yang dikobarkan oleh Bung Tomo, kecanggihan senjata tidak berdaya menghadapi Indonesia, terutama generasi mudanya. Semangat perjuangan, persatuan, berkorban, mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, menghilangkan perbedaan dan mengemukakan kegotong royongan, berjuang bukan untuk kepentingan sendiri atau golongannya, menjadi modal besar mempertahankan kedaulatan Indonesia.

    Menjadi pertanyaan besar sekaligus perenungan, kemana semangat tersebut sekarang berada? Masih adakah semangat itu diantara kita?

    Globalisasi dengan semua isu yang dihembuskan dunia barat dan egoisme yang lebih dikedepankan, kesemuanya belum tentu cocok dengan karakter bangsa, wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara yang telah menjadi panglima dan acuan dalam melaksanakan dan mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya, wajar apabila penepisan isu-isu luar negeri perlu sekali dilakukan demi menjaga dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Gelar Pahlawan Nasional Gelar Pahlawan Nasional diberikan

    kepada mereka yang berjasa dan mereka yang berjuang dalam proses untuk kemerdekaan Negara Republik

    Indonesia. Hingga November 2010 ada 151 tokoh ditetapkan Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Dari 151 tokoh tersebut, telah dipelajari secara cermat riwayat serta perjuangan mereka mengantarkan kemerdekaan NKRI, serta seluruh jasanya. Semangat, perilaku, pandangan hidup, cita-cita dan pengorbanannya sangat menonjol dan patut ditiru oleh semua generasi.

    Sungguh sangat sakit rasanya manakala presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono menyatakan bahwa kekayaan negara telah dirampok. Rampok tentunya bukan satu orang akan tetapi jelas banyak orang. Dengan jabatan/kedudukan yang memungkinkan menempati simpul simpul sistem yang kompleks dari pemerintahan ataupun kehidupan, dan mempunyai kekuatan besar untuk mempertahankan diri, sehingga tidak sembarang orang ataupun kekuatan mampu menggoyangnya. Ini dapat dilihat pada bagaimana sulitnya presiden dan jajarannya menuntaskan tindak perampokan mereka. Akankah perampokan ini didiamkan atau dimaafkan? Akankah kehidupan berbangsa dan bernegara disandera oleh mereka? 151 pahlawan nasional serta beribu pahlawan yang tidak dikenal akan meneteskan airmatanya manakala melihat apa yang diperjuangkannya, telah dirampok.

    Dari deretan pahlawan yang tidak dikenal, muncul suatu kelompok pahlawan yang disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Lengkap dengan nyanyian indah oleh anak-anak sekolah untuk menghormati guru mereka yang berjuang dan berjasa melalui pendidikan. Pendidikan generasi muda yang disiapkan untuk menjadi pemimpin, dilakukan dengan sepenuh hati, seluruh pengorbanan, tanpa keluhan walaupun gaji yang diterima hanya bisa bertahan beberapa minggu.

    Kedisiplinan, kebenaran, kepatutan

    dan kesantunan yang diajarkan dan ditunjukkan, sering disalahartikan dengan dibenturkan azas kebebasan dan hak asasi. Sehingga, kadangkala menyebabkan ketegangan ataupun keraguan untuk mengambil keputusan akademik.

    Beberapa tahun terakhir, pemerintah memberi tambahan pendapatkan bagi guru dan dosen, melalui program sertifikasi guru/dosen. Sayang, kemudian terjadi pergeseran makna dan pemahaman atas sertifikasi, dimana kegiatan dan kemampuan guru/dosen dinilai dengan harga beberapa juta rupiah sebagaimana sertifikat yang dimiliki. Tanpa sengaja, hal ini menggeser citra kepahlawanan guru/dosen dalam mengabdi kepada negara dan bangsa. Seolah-olah menjadi mengabdi kepada rupiah. Lebih bijaksana, jika sertifikat tidak dikaitkan dengan penambahan pendapatan. Pendapatan guru/dosen ditambah, sebab memang selama ini pemerintah berada dalam ruang ketidakpatutan dalam tatacara sistem penggajian guru/dosen. Karenanya, sejalan dengan asas kepatutan, maka gaji guru/dosen perlu ditingkatkan, bukan dengan alasan sertifikasi.

    Sayang, apa yang telah guru/dosen berikan kepada anak didik, berbuah beberapa penyimpangan. Tujuan mulia pahlawan tanpa tanda jasa tersingkir manakala sebagian hasil didikan menjadi koruptor dan meninggalkan kesopan santunan dalam bermasyarakat.

    Marilah merenung, apakah karakter pahlawan ada di hati sanubari kita? Apakah kita merawat dan melaksanakan kepentingan bangsa dan negara. Kita harus menjadi pahlawan sesuai dengan tugas dan kedudukan, walaupun tanpa anugerah tanda jasa, ataupun di makam kita tidak terpancang bendera merah putih dari logam. Semoga.

    Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp.PA, Rektor Universitas Muria Kudus

  • 5Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    PakarMembumikan Makna Kepahlawanan?

    Oleh B. Karno Budiprasetyo

    Kepahlawanan, dalam berbagai cerita tidak akan pernah terlupakan. Kisahnya tertulis dengan tinta emas, tidak terhapuskan sepanjang sejarah kehidupan sebuah bangsa dan negara.

    Bung Karno, sang proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia, mengamanatkan agar bangsa Indonesia tidak melupakan sejarah dan menghargai pengorbanan para pahlawan dalam perjuangannya membela kedaulatan Indonesia. Bukan hanya fisik, tetapi juga perjuangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kebangsaan.

    Hari Pahlawan tidak pernah luput dari ucapan doa. Harapannya, kemerdekaan Indonesia diisi cerita kepahlawanan-kepahlawanan baru. Sebab, menurut Bung Hatta, kemerdekaan merupakan titik awal perjuangan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ternyata, 66 tahun perjalanan, semakin jauh saja dari apa yang diharapkan pahlawan. Semakin banyak veteran perang menangis melihat hasil perjuangannya. Kemiskinan dimana-mana, marak kejahatan bermotif ekonomi dan semacamnya.

    Urgensi

    Pada dasarnya, seorang pahlawan memberikan segala sesuatu milikinya untuk kepentingan masyarakat banyak, baik pikiran, gagasan, tenaga, semangat, waktu, keahlian, harta, kesempatan, bahkan jiwanya. Mereka meninggalkan kesempatannya hidup dengan aman dan nyaman. R.A. Kartini memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan. Bung Hatta berjuang agar PBB mengakui kemerdekaan Indonesia.

    Sejak merdeka, berjuta-juta pahlawan Indonesia yang berjuang untuk memberikan pendidikan di daerah-daerah terpencil, memberikan pelayanan kesehatan di daerah-daerah yang tidak tersentuh oleh pembangunan, membuka wawasan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka

    melalui berbagai kegiatan ekonomi, berjuang bersama masyarakat untuk menanam bibit mangrove di daerah pantai untuk pelestarian ekologi dan pelestarian mata pencaharian nelayan.

    Untuk mengisi kemerdekaan, dibutuhkan gagasan, tenaga, dan keihklasan untuk berjuang di sekelilingnya. Pahlawan tidak akan pernah menghitung untuk ruginya memberikan pikiran, gagasan, tenaga, semangat, waktu, keahlian, harta, kesempatan, pun penghargaan atas dedikasinya.

    Penting memberikan pemahaman dasar kepahlawanan bagi setiap tunas muda Indonesia agar dapat lepas dari penjajahan baru (Neo-Kolonialisme dan Neo-Imperialisme). Namun sekarang, anehnya hal itu hanya terwujud sebagai sebuah hapalan saja, tanpa pemahaman mendalam tentang bagaimana seorang pahlawan berjuang, apa yang diperjuangkannya, dan bagaimana cara memperjuangkannya.

    Pembelajaran kepahlawanannya penting untuk membumikan makna pahlawan, baik perjuangan merebut kemerdekaan maupun perjuangan mengisi kemerdekaan.

    Membumi

    Membumikan makna kepahlawanan adalah meletakkan pemahaman tentang apa yang menjadi perjuangan seorang pahlawan. Prosesnya tidak akan mendapatkan hasil jika sekadar dilakukan dengan hapalan.

    Belajar tentang apa yang menjadi pengorbanan seorang pahlawan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendeskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis berbagai faktor internal diri seorang pahlawan disertai dengan perbandingan dengan pahlawan lainnya. Proses ini akan membawa pemahaman pada inti pokok dari konsep kepahlawanan yang diteladankan

    sehingga mampu mengisi kemerdekaan sebagaimana diamanatkan.

    Ketika tunas muda Indonesia mampu melakukan hal tersebut, maka akan terbuka wawasannya untuk memandang jauh ke dalam diri pahlawan sebagai sebuah patron (panutan). Hal ini lebih penting dikerjakan, daripada sekedar hapalan, untuk melihat nilai luhur dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupannya. Apabila hal ini berjalan dan berkembang, maka tidak mungkin terjadi, pimpinan daerah dan wakil rakyat tersandung perkara korupsi dan pemanfaatan jabatan.

    Pahlawan dengan pengorbanannya mengajarkan esensi berbangsa dan merdeka. Sikap kepahlawanan tidak akan pernah memberikan lahan untuk tumbuh kembangnya korupsi, suap, tawuran, pembangunan terpusat, kemiskinan, hilangnya bibit dan pupuk, jatuhnya harga beras, impor garam dan beras, hukuman pancung para TKI, maraknya produksi ekstasi dan sabu-sabu, pembunuhan, pemerkosaan, serta berbagai produk yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

    Sekian juta pemuda Indonesia berke-sempatan menjadi pahlawan-pahlawan baru. Untuk mewujudkan impian para pahlawan terdahulu, pemuda harus ba-ngun, berdiri, dan merapatkan barisan, sehingga kemerdekaan terisi oleh ke-sejahteraan. Barisan pemuda, oleh Bung Karno, dapat menggetarkan dunia.

    Maka, bangkitlah pemuda Indonesia. Sumbangkan pikiran, gagasan, tenaga, semangat, waktu, keahlian, harta, kesempatannya dan berjuang bersama dengan rakyat Indonesia menjanjikan bangunan negeri dengan kesejahteraan dan kedamaian.

    Dr. B. Karno Budiprasetyo,Dosen Fakultas Ekonomi UMK

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    Masyarakat kebanyakan beranggapan, pahlawan adalah mereka yang berjuang dengan raga dan nyawa demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

    Saat ini, pemikiran mengenai arti pahlawan sepatutnya dimaknai secara lebih

    luas, khususnya bagi kalangan mahasiswa. Mahasiswa sering kali berpikir tidak mampu, tidak punya power, dan tidak berdaya. Tidak sebagaimana selama ini digembar-gemborkan sebagai Agent of Change. Mahasiswa lebih nyaman menjadi makmum dan berpikir selalu bertindak aman. Mereka berpikir, Im on the right track, and its enough (saya berada pada jalan yang seharusnya dan ini cukup).

    Hasilnya, banyak sekali mahasiswa Kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) dan hal ini telah menjadi sebuah kelaziman. Padahal, mahasiswa memiliki strata tertinggi dalam tingkat pendidikan yang ada di negara ini. Bertolak dari itu, tiap mahasiswa memiliki kekuatan untuk menjadi pahlawan, kesempatan untuk ikut serta menjadi Agent of Change.

    Era globalisasi penuh dengan berbagai krisis. Menghadapi krisis yang dilanda Bangsa Indonesia, penting hadir sosok pahlawan. Pahlawan yang memiliki kemampuan berpikir diluar kelaziman (think outside the box).

    Dalam situasi luar biasa, aturan-aturan yang berlaku dalam situasi normal tidak lagi relevan. Dihadapan seribu satu masalah, kita harus bisa segera menentukan prioritas, apa yang utama harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Mahasiswa perlu menghindari berpikir kaku seperti robot dan hanya mengikuti pedoman buku. Jika tidak, masalah mereka tidak akan memiliki kemampuan untuk mengurai permasalahan-permasalahan.

    Siapapun berkesempatan menjadi pahlawan tanpa mengangkat senjata dan berperang di perbatasan. Melainkan dengan membuka diri, menambah wawasan, tidak takut menerima kritik, mengambil resiko dan bersikap. Banyak hal dapat dilakukan mahasiswa berjiwa pahlawan, salah satunya dengan ikut berorganisasi, terjun dalam masyarakat, mengimplementasikan ilmunya. Perlu diingat, sebuah perubahan besar dimulai dengan langkah kecil. He who cannot change the very fabric of his thought will never be able to change reality, and will never, therefore, make any progress.

    Rizky Sandhi Safitri,

    Alumni Progdi Pendidikan Bahasa Inggris

    Setengah abad lebih Indonesia bebas dari penjajahan. Jika bukan karena jasa para pahlawan bersama rakyat Indonesia saat itu, mungkin penduduk tidak akan merasakan begitu nikmatnya menjadi negara merdeka. Bebas melakukan apapun,

    bebas mengeluarkan pendapat meskipun itu pedas. Itu kata sebagian orang. Adapula beberapa di antaranya yang berputus asa dengan memilih hidup dijajah daripada merdeka. Sebab, menurutnya hidup di bawah penjajahan sama saja dengan keadaan sekarang. Sama saja, hidup menderita dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Namun, semakin kemerdekaan dirasakan, rasa kecintaan terhadap Indonesia semakin musnah. Apakah bangsa Indonesia telah mengalami euphoria yang luar biasa? Lihat saja pada kebudayaan Indonesia, tidak banyak orang peduli. Apalagi pada rasa patriotisme dalam setiap diri rakyat.

    Apabila para pahlawan yang telah gugur melihat keadaan Indonesia yang semakin kacau, mungkin mereka akan menangis tersedu-sedan. Betapa perjuangan mereka tidak dihargai, bahkan tanpa diingat. Jikalau mampu berkata, hal yang paling mereka inginkan adalah menjaga Indonesia. Begitu sering terdengar anjuran untuk melanjutkan jasa perjuangan pahlawan saat peringatan hari kemerdekaan tiba. Apakah kata melanjutkan berarti berperang membawa senjata melawan musuh? Tidak! Banyak hal tersirat di dalamnya. Sedikit orang mau peduli terhadap krisis di masyarakat. Lihat saja pemuda-pemudi negeri ini, mereka hanya tahu berhura-hura dan menikmati hidup dengan cara yang kurang berguna. Berapa jumlah anak bangsa yang mencetak prestasi? Berapa jumlah pemuda-pemudi yang menjadi penggerak dalam pemecahan masalah di masyarakat? Jika keadaan seperti ini berlanjut, mau jadi apa Indonesia?

    Bukan hal sulit bagi setiap orang untuk menjadi pahlawan. Musuh tidak harus dilawan dengan senjata. Musuh kita bukan lagi prajurit-prajurit perang. Namun, rasa ego, acuh tak acuh, dan hilangnya rasa nasionalisme dalam jiwa adalah musuh sebenarnya. Jadilah pahlawan dengan dimulai untuk diri sendiri. Tumbuhkan dan ciptakan kekritisan berpikir untuk mengobati Ibu Pertiwi. Ingat, kritis bukan berarti bersifat radikal.

    Dian Savitri,Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Semester V

    RembugPahlawan Tanpa Senjata

    Oleh Rizky Sandhi Safitri Oleh Dian Savitri

    Be a Hero!!!

    Mahasiswa dapat mengirimkan opini melalui email [email protected] dengan menyertakan fotocopy KTM yang masih berlaku dan foto close up. Panjang tulisan 2.500 karakter. Naskah diterima paling lambat 15 Desember 2011. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan bingkisan me-narik.

    Tema rubrik Rembug edisi VIII Penegakan Hukum dan Keadil-

    an dalam Negara Pancasila

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    Arina Azkiya, mahasiswi kelahiran Mei 1990 ini berhasil meraih kesempatan studi ke Amerika se-lama delapan minggu. Arina, begitu ia akrab disapa, lolos dalam beasiswa Indonesian English Language Study Program (IELSP). Mahasiswi semester tujuh ini merupakan satu-satunya wakil dari Universitas Muria Kudus (UMK) yang dinyatakan lolos bersama 18 peserta lain se-Indonesia. Pada 15 oktober 2011, Arina berangkat studi memperdalam penguasaan Bahasa Inggris di sana.

    Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta, khususnya dalam English for Academic Purposes. Selain itu, peserta akan memiliki kesempatan untuk mempelajari secara langsung kebudayaan dan masyarakat Amerika Serikat. Sebab, peserta IELSP akan bergabung dalam Program Immersion. Semua peserta dari berbagai negara akan berbaur dalam sebuah forum pembelajaran. Tidak hanya belajar Bahasa Inggris, peserta juga mengikuti berbagai program kultural sehingga diperoleh pengalaman berharga.

    Sebelumnya, Arina tidak menyangka dapat memperoleh beasiswa ke Amerika. Selain karena larangan orang tua agar tidak studi di luar Kudus, Harus berjuang keras dan sulit untuk lolos seleksi, ujarnya berkesimpulan mengenai materi seleksi.

    Arina adalah sosok mahasiswi dengan keinginan kuat. Pasalnya, untuk memenuhi salah satu persyaratan mendaftar, bersama seorang temannya, Ia menuju Semarang untuk melakukan tes TOEFL. Alhamdulillah, saya dapat nilai di atas 450, jadi saya diperbolehkan mendaftar , ujarnya.

    Arina mendaftarkan diri dengan bekal skor TOEFL 463 dari salah satu universitas di Semarang.

    Bersama 18 maha-siswa dari seluruh Indo-nesia, Arina akan ditem-patkan di Virginia Poly-technic Institute and State University (Vir-ginia Tech). Semo-ga mendapatkan banyak ilmu di sana, harapnya. (Harun/Info Muria)

    Tajuk

    Mengobarkan Etos Kepahlawanan

    Sosok

    Mahasiswi UMK Raih Beasiswa ke Amerika

    n Arina Azkiya

    Tiba-tiba, bom meledakkan ruangan saat misa di salah satu gereja di Surakarta. Publik jadi gempar. Bom di Solo adalah salah satu babak aksi teror di tanah air. Tentu meninggalkan korban harta, luka, dan nya-wa. Terlebih para pelaku mengorbankan diri untuk misi suci yang di-yakini bisa memberi jawaban paham ideologi dan sekaligus penafsiran religi berbonus surgawi.

    Aksi peneror bom dalam konteks membangkitkan semangat hero-isme sebetulnya menjadi penanda bahwa etos kepahlawan masyarakat masih besar ketika tersulut oleh api idealisme. Walaupun etos hero-isme (kepahlawanan) peneror bom tentu saja dinilai sebagai sesat pikir dan cara haram dalam melampiaskan hasrat.

    Terlepas dari itu, kita akan teringat dan merasa perlu karena pent-ing, menumbuhkan nilai-nilai herorisme saat menapaki 10 November sebagai momentum memperingati hari pahlawan. Terlebih, saat situasi bangsa Indonesia mengalami pendangkalan nasionalisme oleh tingkah laku bangsanya sendiri.

    Hantu teror bom masih mengintai setiap saat. Butuh orang yang be-rani untuk menangkap pelakunya. Kanker korupsi masih menggerogoti kesehatan mental bangsa. Kita butuh orang-orang berani untuk mem-berantasnya. Aparatur hukum tak berdaya memerangi praktek mafia hukum dan peradilan. Kita membutuhkan pribadi tegas dan lugas mem-eranginya. Orang-orang yang dibutuhkan itulah yang kita harapkan bisa menjadi pahlawan.

    Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan orang banyak. Petugas pemadam kebakaran yang tewas saat berjuang mematikan api yang membakar rumah penduduk adalah pahlawan juga.

    Setiap kita harus berusaha menjadi pahlawan. Karena itu, daya in-gat kita tentang etos kepahlawanan bukan hanya karena hari khusus untuk mengenang para pahlawan di 10 November. Hari pahlawan ber-langsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang, paling tidak menjadi pahlawan untuk diri sendiri dan keluarga.

    Setiap tahun kita mengenang dan meritualkannya dalam upacara peringatan tapi tidak pernah atau mungkin lupa bahwa sesungguhnya para pahlawan telah berpesan pada bangsa ini. Pesan akan pentignya terus dikobarkan etos kepahlawanan. Tidak hanya untuk para pemimpin tapi juga yang dipimpin. Tidak hanya pemerintah tapi juga yang diperin-tah. Tidak hanya para wakil tapi juga rakyat yang diwakilinya.

    Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan untuk mewu-judkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat, Indonesia yang adil dan demokratis, dan Indonesia yang mensejahterakan rakyat.

    Etos kepahlawan dapat menjadi spirit bangkitnya sebuah bangsa. Tanpa nilai-nilai kepahlawanan, mustahil bangsa ini mampu menga-tasi aneka ragam dan bertumpuk-tumpuk problem kebangsaan. Hari pahlawan ditetapkan 10 November, tetapi untuk menjadi pribadi yang mewarisi etos kepahlawanan dapat kita lakukan kapan saja. Dirgahayu Pahlawan Nasional.n Foto Info Muria/Harun

    Arina Azkiya

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 20128

    Kampus

    Pertama Akreditasi, Progdi Akuntansi Raih B

    UMK - Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) kembali menambah staf pengajar dengan gelar doktor. Disertasi berjudul Penguatan Kinerja Industri Mebel Melalui Strategi Pemberdayaan (Studi Empiris di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah) membawa dosen Program Studi Manajemen, Zainuri meraih gelar doktor dari Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Fokus risetnya, manajemen Industri Mebel di Jepara Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

    Menurutnya, sektor industri Kabupaten Jepara kontribusinya sangat signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu 27,66 persen pada tahun 2009 atau setara dengan 20% penyerapan tenaga kerja. Sementara jenis industri utama adalah mebel dan ukiran kayu. Namun, mulai tahun 2004-2009, menurut Zainuri, industri mebel mengalami penurunan baik dalam volume maupun jumlah pengekspor. Survey yang dilakukan oleh CIFOR (Center For International Foresty Research) memperkuat penilaian terahadap penurunan tersebut. Hasil survey menunjukkan tinggal 70% industri mebel yang masih bertahan jika dibanding tahun 2005.

    Dalam disertasi ini Zainuri meneliti 127 pelaku usaha mebel baik skala kecil, menengah maupun besar, di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Jepara, Kecamatan Mlonggo dan Kecamatan Tahunan. Persoalan pokok yang diangkat Zainuri adalah kinerja industri mebel, tingkat keberdayaan, dan strategi pemberdayaan.

    Hasil penelitian Zainuri melalui analisis shift share menemukan penurunan sektor unggulan disebabkan oleh kontrubsi sektor industri pengolahan yang negatif. Dengan analisis structure conduct performance menunjukkan struktur

    ukir Jepara Antar Zainuri Raih doktor

    pasar industri mebel Jepara adalah struktur persaingan monopolistik. Sementara dengan analisis perilaku (conduct) skala industri kecil dan menengah pola tanggapannya lemah. Kinerja skala industri besar dilihat dari profibilitas R/C ratio, value added dan efisiensinya menunjukkan kinerja yang bagus. Sementara skala kecil dan menengah masih rendah. Demikian juga dengan tingkat keberdayaannya.

    Dalam rekomendasinya, Zainuri mengusulkan strategi pemberdayaan dengan mempertimbangkan aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar, aspek budaya masyarakat, dan aspek infrastruktur. Strategi pemberdayaan ini membutuhkan kerjasama dan sinergi stakeholders industri mebel Jepara yang meliputi pemerintah daerah, pelaku usaha, lembaga keuangan, asosiasi, akademisi, tokoh masyarakat dan lembaga sosial kemasyarakatan.

    Zainuri dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuas-kan dengan IP 3,70, setelah menjalani ujian doktoralnya pada Sabtu (1/10/2011). (Farih/Info Muria)

    UMK Program Studi (Progdi) Akuntanasi (S1) Universitas Muria Kudus (UMK) memperoleh akreditasi B pada kali pertama mengajukan akreditasi. Progdi yang diselenggarakan sejak 2007 ini, sebelumnya hanya berstatus izin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

    Menurut Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. Masruri, MM., faktor utama yang menjadi pertimbangan asesor BAN PT memberikan akreditasi tersebut adalah peningkatan kualitas dan kuantitas dosen serta sarana pembelajaran, yakni laboratorium perbankan dan akuntansi serta Pojok Bura Efek Indonesia.

    Hasil akreditasi B, sambungnya, menjadi prestasi tersendiri bagi Progdi Akuntansi. Akreditasi yang akan berlaku hingga 23 Agustus 2016 ini menjadi modal besar bagi progdi untuk

    meningkatkan kepercayaan masyarakat.

    Selama ini, jumlah peminat di progdi ini terus bertambah, apalagi dengan adanya hasil akreditasi ini, ujar Masruri atas kemungkinan kenaikan jumlah mahasiswa baru.

    Saat ini, Progdi Akuntansi S1 UMK terdapat total 635 mahasiswa. Pada tahun ajaran 2011/2012, progdi tersebut menerima 235 mahasiswa baru. Kenaikannya hampir 50 persen dibanding tahun sebelumnya, jelasnya sembari menunjukkan jumlah mahasiswa baru sebanyak 160 orang.

    Selain itu, sambung Masruri, hasil akreditasi juga menjadi kado spesial bagi sarjana akuntasi. Pada 22 Oktober 2011, tujuh sarjana diwisuda menjadi angkatan pertama lulusan Progdi Akuntansi S1. Kalau belum terakreditasi kasihan lulusan ketika mencari kerja. Mereka akan dipertanyakan, ujarnya. (Farih/Info Muria)

    Zainuri bersama keluarga dan para penguji foto bersama setelah menjalani ujian pertanggungjawaban disertasinya.

    Dok. Info Muria

  • 9Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    UMK Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Kudus dan Universitas Muria Kudus (UMK) menandatangi perjanjian kerjasama tentang program Early Recruitment Program (ERP). Penandatangnan perjanjian dilakukan oleh Pembantu Rektor III, Drs. Hendy Hendro Hadi Sridjono, MSi. dan Kepala Cabang BSM Kudus, Agung Wibowo pada Jumat (30/09) di Ruang VIP Gedung Induk UMK.

    Melalui Kerjasama ini, BSM Kudus akan menyelenggarakan rekrutmen dan pelatihan pada fresh graduate UMK yang akan dijadikan sebagai tenaga Sharia Funding Executive (SFE).

    Kepala Cabang BSM Kudus, Agung Wibowo mengatakan, ERP merupakan program perekrutan dini, sementara SFE

    adalah tenaga pemasar produk funding. Pihak perekrut juga akan menyediakan berbagai fasilitas, baik dalam pelatihan ataupun ketika telah diterima sebagai tenaga magang.

    Peserta berhak mendapatkan modul, pengajar, gaji serta sertifikat pengalaman magang. Untuk gaji minimal Rp.1,050 juta, namun jika target terpenuhi, ada tambahan penghasilan, ujarnya. Kerjasama perjanjian ini akan dilaksanakan selama setahun dengan kemungkinan perpanjangan.

    Kami akan saling mendukung. Program ini juga dimaksudkan untuk mendorong dan menumbuhkan kegiatan wirausaha, ujar Agung.

    Pembantu Rektor III UMK, Hendy Hendro meyatakan apresiasinya atas kerjasama yang telah terjalin. Pasalnya, melalui program ini mahasiswa dan lulusan akan memperoleh bekal pengalaman di dunia kerja, terutama dalam sektor perbankan syariah.

    Bersamaan dengan dilakukannya penandatangan perjanjian ini, Payment Point BSM Cabang Kudus di UMK telah dioperasikan. Berbagai transaksi keuangan dapat dilakukan di tempat tersebut, Mulai dari transaksi tunai, non tunai, RTGS, ataupun kliring, jelas Agung. (Farih/Info Muria)

    Kampus

    Agenda uMK Suara uMK Sivitas Akademika yang ingin menyampaikan saran atau usul, dapat me-ngirim pesan ke 081325401722 atau [email protected], [email protected].

    Drs. Hendy Hendro Hadi Sridjono, MSi, Pembantu Rektor III dan Agung WIbowo, Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Kudus melakukan penandatangan ERP di UMK pada Jumat, 30/09.

    Foto Info Muria/Farih

    (-) Kepada pengurus UMK, untuk registrasi setelah semester ini kan tidak ada dispensasi? Masak tidak ada kebijakan dari universitas untuk mahasiswa yangkurang mampu? Kan tidak semua mahasiswa mampu membayar LUNAS saat registrasi. (08979432XXX)

    Jawab : Kebijakan Universitas Muria Kudus mengenai registrasi tetap sebagaimana yang telah berlaku sejak dahulu, termasuk dalam hal dispensasi.

    UMK Kemampuan menulis sangat penting bagi guru. Melalui kemampuan menulis, citra positif guru sebagai sosok model bagi siswa akan terlihat profesionalitas dan kecendikiaannya.

    Demikian ungkap Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. dalam Seminar Nasional bertajuk Karya Ilmiah sebagai Sarana Peningkatan Keprofesionalan Guru SD/MI pada Selasa (4/10) di hadapan lebih dari 400 peserta seminar. Selain Sarwiji, seminar yang diselenggarakan Program Studi PGSD FKIP UMK ini juga menghadirkan Drs. Rosa Widiawan, MA. (Peneliti LIPI Jakarta), Dr. Yosef, MA. (Dosen Universitas Sriwijaya Palembang), dan Dr. Sukiman, M.Pd. (Ka. Progdi PGSD UMK) sebagai pembicara.

    Sarwiji mengungkapkan, tolak ukur kecendekiaan seorang guru lebih banyak ditentukan oleh karya tulis yang telah

    dihasilkannya daripada ucapannya.Dosen Pascasarjana & PGSD UNS ini menganjurkan guru

    atau dosen untuk mempublikasikan karya ilmiahnya melalui jurnal ilmiah. Laporan hasil penelitian akan lebih bermanfaat jika dipublikasikan. Yang membuat juga memperoleh angka kredit. Kan eman-eman, ujar Sarwiji menimbang.

    Sementara Drs. Rosa Widiawan, MA. mengungkap bagaimana menelusuri sumber ilmiah dan etika pengutipannya. Era informasi dengan banjirnya informasi digital dinilainya rawan manipulasi maupun penjiplakan.

    Sedangkan Dr. Yosef, MA. dan Dr. Sukiman, M.Pd. menyampaikan materi mengenai penelitian tindakan kelas di sekolah dasar berikut permasalahan dan solusinya. (Farih/Info Muria)

    Mahir Menulis, Citra Guru Profesional

    uMK Jalin Kerjasama eRP dengan BSM

    Lembaga Pengabdian Masyarakat Universi-tas Muria Kudus (LPM UMK) akan menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya di Kabupaten Kudus (Jekulo, Dawe dan Gebog) dan Pati (Kayen), pada Januari-Februari 2012. Jumlah peserta KKN ditargetkan sekitar 900-an mahasiswa. KKN Posdaya kali ini ada yang bersifat rintisan baru dan sebagian pembi-naan.

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 201210

    Batik Kudus Miliki 160 Motif

    Kudusan

    Kisah di Balik Ritual Bulusan

    Batik Kudus sebagai produk lokal Kudus, hingga kini telah memiliki koleksi sebanyak 16o motif khas Kudus. Batik Kudus memiliki keunikan pada peranakannya yang halus dan kaya akan isiannya yang rumit. Beberapa produk yang menjadi unggulan Muria Batik adalah Kapal Kandas, Parijoto, Kretek, Menara, Cengkeh, dan motif-motif modern.

    Demikian ungkap pengrajin batik asal Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Yuli Astuti. Ia merupakan salah satu dari penjaga kelestarian batik Kudus.

    Untuk memperkenalkan dan mengembangkan batik Kudus, menurut pemilik Muria Kudus Batik ini, perlu kerja keras. Pasalnya, batik dari daerah lain semisal Pekalongan, dan Solo lebih dahulu dikenal dan menguasai pasar.

    Pengembangan batik Kudus, oleh Yuli, dilakukan tidak dengan asal-asalan. Biasanya, ia terlebih dahulu melakukan riset supaya hasil batiknya memiliki nilai edukasi, seni, budaya dan juga nilai ekonomis yang tinggi.

    Batik sebagai ikon berfungsi memperkenalkan nilai budaya. Sehingga sebelum menuangkannya dalam selembar kain, perlu diperkaya penelitian, kata Yuli.

    Pada awalnya, di Kudus hanya terdapat sekitar 20 motif batik berbasis penelitian. Yuli mengembangkan hingga

    akhirnya batik Kudus diperkaya banyak motif seperti sekarang. Rencana bulusan juga mau saya angkat. Penelitian sudah saya lakukan, terang gadis bersia 28 tahun ini.

    Motif batik Kudus yang sering Yuli ciptakan adalah Buket Parijoto dan Pakis Haji. Motif Pakis Haji menurutnya sering dipakai oleh artis-artis nasional seperti Anang dan Ashanti.

    Bagi Yuli, membatik merupakan bentuk perjuangan demi menjaga kekayaan bangsa warisan nenek moyang. Kalau sampai batik mati suri, menghidupkannya kembali itu lho harus berjuang keras seperti yang saya alami, tegasnya. (Kholidin/Info Muria)

    Beberapa koleksi batik Kudus.Foto Info Muria/Kholidin

    Hari ke delapan lebaran di Kudus diramaikan ritual Bulusan. Tepatnya di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Bulusan dimeriahkan kegiatan bersih sendang, kirab, pembagian bancaan kepada masyarakat dan pertunjukkan wayang. Saat ini, pasar malam dan hiburan musik modern juga turut ambil bagian.

    Ritual Bulusan diyakini telah dilaksanakan sejak abad 15. Hal ini dapat dilacak melalui kisah di balik awalmula munculnya daerah dan ritual tersebut.

    Penjaga Bulusan, Sudarsih mengungkapkan kisah seputar tradisi bulusan. Kisah dimulai dari Kiai Dudo yang merubah daerah tersebut dari hutan belantara menjadi sebuah padepokan dan lahan pertanian sebagai sumber penghidupan.

    Sebutan Bulusan, menurutnya, dilatarbelakangi oleh ucapan Sunan Muria yang kemudian menjadi sabda atau kutukan. Di saat matahari terbenam, suara seperti bulus di pematang sawah terdengar oleh Sunan Muria. Sunan muria bertanya suara apa itu kok kayak suara bulus, urai Sudarsih.

    Ucapan sunan dinyatakan oleh sang maha pencipta. Ternyata, suara tersebut timbul oleh aktivitas santri Kiai Dudo yang sedang bercocok tanam. Pengerjaannya menggunakan

    air, sehingga menimbulkan suara seperti bulus. Santri tersebut akhirnya menjelma jadi bulus, tambahnya.

    Mengetahui kejadian ini, lanjut Darsih, Kiai Dudo memohon kepada Sunan Muria untuk mengembalikan santrinya kembali berwujud sebagaimana aslinya, manusia. Namun sunan tidak dapat melaksanakannya lantaran hal itu sebagai kehendak Allah.

    Sunan Muria kemudian menancapkan tongkat Adem Ati ke tanah dan meminta Kiai Dudo mencabutnya. Setelah berhasil dicabut, tanah tempat tongkat tertancap mengeluarkan air yang jernih dan bersih. Sejak itu dikenallah sebutan Bulusan dan nama Dukuh Sumber, kata Sudarsih.

    Terkait santri yang terlanjur jadi bulus, Sunan Muria kemudian berpesan agar masyarakat sumber memberikan makanan ketika mempunyai hajat dengan makanan yang sudah matang.

    Selain itu, sunan juga meminta agar setiap 8 Syawal, masyarakat Sumber mengunjungi Bulusan. Jadi pesan Sunan Muria ini yang menjadikan tiap 8 Syawal ada perayaan seperti ini, terang Sudarsih mengisahkan asal muasal ritual Bulusan. (Harun/Info Muria)

  • 11Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 2012

    Buku

    Maksimalisasi Layanan BK dengan PTK

    Karakteristik Pengajaran Bahasa inggris Anak-anakJudul : Proceedings the firts conference on the ELT and culture Revitalizing The Practice on Teaching English to Young Learners in Indonesia (TEYLIN)Penulis : Itje Chodidjah, dkkPenerbit : Badan Penerbit Universitas Muria KudusCetakan : Pertama, Juli 2011Tebal : 238 halaman

    Judul : Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling)Penulis : Dr. Sukiman, M.Pd.Penerbit : Paramitra PublishingCetakan: Pertama, Agustus 2011Tebal : viii + 248 halaman

    Tidak mudah mengajarkan Bahasa Inggris dengan sukses, apalagi bagi anak-anak usia dini. Dengan adanya kurikulum mengenai hal tersebut di sekolah tingkat dasar, belum tentu guru Bahasa Inggris mampu menerapkannya, terlebih menuai keberhasilan. Sehingga kebutuhan untuk mengembangkan model pengajarannya mutlak diperlukan. Penelitian menjadi langkah wajib untuk dilakukan hingga diperoleh model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak.

    Buku ini berisi hasil penelitian up to date ini mewakili kesadaran tersebut. Idealnya model pengajaran anak usia dini secara mendetail dikaji.

    Terdapat delapan poin penting diusulkan buku, agar proses pengajaran materi Bahasa Inggris bagi anak-anak

    berjalan secara ideal. Diantaranya adalah pertama, pentingnya optimalisasi pemberian input kebahasaan pada anak-anak mengingat masa anak-anak merupakan masa emas atau critical period. Kedua, pengajar Bahasa Inggris di lingkup sekolah dasar harus menyesuaikan model pengajaran dengan karakteristik anak. Ketiga, para guru Bahasa Inggris di lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan SD harus memiliki asosiasi guru untuk secara periodik membicarakan perbaikan kualitas pembelajaran. Keempat, pengajar perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan anak-anak, misalnya lagu, cerita pendek dan permainan tradisional, lain-lain. Kelima, penggunaan authentic material (materi otentik) perlu dipertimbangkan untuk dicoba dipraktekkan di dalam kelas bahasa untuk anak demi terciptanya pembelajaran mandiri sejak dini. Keenam, Neuro Linguistic Programming (NLP) adalah salah satu pendekatan yang perlu dipraktekkan dalam pembelajaran melalui pengoptimalan potensi otak bawah sadar untuk merekam Bahasa Inggris dan penggunaannya. Ketujuh, beberapa teknik pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk dipakai di kelas, yaitu Communicative Language Learning (CLL), pengajaran berbasis genre, Content Based Instruction, d.) Total Physical Response (TPR). Kedelapan, aspek-aspek budaya perlu dilibatkan dalam pembelajaran. (Syafei dan Agung, Dosen Progdi B. Inggris FKIP UMK)

    Bulletin info Muria menyediakan buku-buku yang pernah diresensi pada rubrik Buku dengan harga diskon. Pembaca yang berminat dapat memesan melalui alamat email [email protected]. [email protected]

    Pelaksanaan bimbingan dan konseling (BK) di lembaga pendidikan, praktiknya hanya berdasarkan tafsir tekstual dari masing-masing pelaksana atas paparan rencana kegiatan bimbingan, sehingga kegiatan BK tidak memiliki pola jelas.

    Pelaksanaan dan hasil BK cenderung mengarah pada hal-hal tidak profesional, apalagi dikaitkan enam keprofesionalan BK. Hasil penelitian yang dilakukan oleh DYP Sugiharto (2006) memperkuat hal ini. Menurutnya, banyak kegiatan guru BK yang membahayakan keprofesionalan mereka, misalnya mencari pencuri ketika terjadi kehilangan, merazia kelas dan membuat perjanjian dengan peserta didik yang bermasalah(Hal. 5). Pada bab awal ini, penulis buku meluruskan pemahaman dan

    bagaimana praktik BK seharusnya.

    Tawaran solusi atas permasalahan di atas diungkap dalam buku ini. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) BK dinilai tepat untuk memperbaiki kualitas proses pelayanan BK dan hasil yang akan diperoleh siswa. PTK BK merupakan analog PTK guru kelas/bidang studi. Perbedaan terletak pada bidang garap (masalah), ragam tindakan, serta kode etik dan asas yang harus ditegakkan dalam PTK BK. Karena layanan BK berstandar PTK, penulis kemudian melacak asal muasal munculnya PTK BK. Jika PTK umumnya sebagai terjemahan dari classroom action research (CAR), maka pada PTK BK ditafsirkan dari counseling action research. Melalui pemahaman ini, pengkajian tindakan yang dilakukan guru BK pada kelas diharapkan berlaku secara berkesinambungan.

    Buku juga memaparkan langkah agar PTK BK maksimal. Penelitian mutlak diperlukan untuk mengatasi dinamika permasalahan layanan BK. Prosedur pelaksanaan penelitian PTK BK secara runtut dijelaskan dimulai pada bab IV. Cara menyusun propolan, laporan PTK BK, dan contoh-contoh juga disertakan, sehingga buku ini sangat membantu bagi calon guru BK, atau guru BK serta peneliti di bidang bimbingan dan konseling. (Farih)

  • Info Muria / Edisi VII/ November 2011-Januari 201212

    UMK Universitas Muria Kudus (UMK) melantik 576 wisudawan pada rapat senat terbuka dengan agenda tunggal wisuda ke 47 pada Sabtu, 22 Oktober 2011 di Auditorium UMK. Peserta wisuda kali ini terdiri dari 14 sarjana magister (S2), 530 sarjana (S1), dan 32 sarjana muda (D3). Wisudawan/wisudawati yang meraih predikat terbaik pada wisuda kali ini di antaranya; Fakultas Hukum, Budi Supriyatno, MH, IPK 3,71, Program Magister dan Ady Abdul Chakim, SH, IPK 3,60, S1, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Anas Rohman, S.Pd, IPK 3,65, Progdi Bimbingan dan Konseling dan Wihdal Muna Lukluaty, S.Pd, IPK 3,92, Progdi Pendidikan Bahasa Inggris. Sedangkan wisudawan terbaik dari Fakultas Teknik Noor Azizah, S.Kom, IPK 3,80, Progdi Sistem Informasi dan Triwik Purnanto, A.Md, IPK 3,50, Progdi Teknik Mesin. Wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi, Nebi Natan, S.Psi, dengan IPK 3,50.

    Sampai kini UMK telah meluluskan 148 sarjana magister dari 2 Program Studi, 9.524 Sarjana S-1 dari 8 Program studi dan 922 orang lulusan Diploma Tiga dari 3 Program Studi.

    Semangat Muda

    Dalam sambutan wisuda yang berdekatan dengan hari sumpah pemuda, Rektor UMK, Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp. PA berpesan agar para sarjana mewarisi semangat membangun bangsa sebagaimana pernah

    576 Sarjana uMK diwisudadijanjikan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Rektor khawatir dengan krisis karakter bangsa, misalnya kesopansantunan dalam berkomunikasi. Cara berkomunikasi sebagian anggota wakil rakyat atau pemegang lembaga eksekutif dalam televisi dinilainya jauh dari karakter ramah bangsa Indonesia. Pembenaran lebih didahulukan daripada kebenaran, ujarnya.

    Lagu berjudul Ibu Pertiwi yang bernuansakan cinta tanah air dinyanyikan rektor di tengah sambutannya.

    Sarjadi mewanti-wanti agar para sarjana tidak terjebak dengan meniru tingkah laku para pimpinan yang mencerminkan karakter negatif. Generasi muda sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa, diharapkan untuk bersatu demi melahirkan pemimpinan yang berbudi pekerti luhur. Cerdas dan Santun sebagai jargon UMK, lanjutnya dilatarbelakangi oleh kesadaran untuk menjawab pudarnya karakter bangsa.

    Semangat pemuda yang ditandai peristiwa Sumpah Pemuda juga diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Yayasan Pembina UMK, Drs. H. Djuffan Ahmad. Dengan mengutip tema hari Sumpah Pemuda dari Kemenpora yaitu Pemuda Indonesia yang Berjiwa Wirausaha, Berdaya Saing dan Peduli Sesama, Djuffan mengharap wisudawan terus memelihara spirit makna sumpah pemuda. (Farih/ Info Muria)