Jurnal Gunungapi Muria

61
6 TUGAS TEKTONIKA GUNUNG MURIA Nama Anggota Kelompok : RICKY YAHYA ( 410012295 ) DIDIK WAHYUDI ( 410012303 ) AGRA GHAZIA ( 410012281 ) GUSTY WICAKSONO ( 410012090 ) SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

description

dimana pembahasan ini mengenai gunung muria di utara jawa,

Transcript of Jurnal Gunungapi Muria

Page 1: Jurnal Gunungapi Muria

6

TUGAS TEKTONIKAGUNUNG MURIA

Nama Anggota Kelompok :

RICKY YAHYA ( 410012295 )

DIDIK WAHYUDI ( 410012303 )

AGRA GHAZIA ( 410012281 )

GUSTY WICAKSONO ( 410012090 )

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

2014

Page 2: Jurnal Gunungapi Muria

7

BAB II

GEOLOGI KOMPLEK GUNUNG MURIA

II.1. Geologi Umum Gunung Muria

Komplek Gunung Muria terletak di Semenanjung Muria, yang termasuk ke dalam

wilayah Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati, Provinsi Jawa Tengah. Komplek ini

berasosiasi dengan Gunung Muria yang tidak aktif dan terpotong, yang dihasilkan dari

busur kepulauan, sesar Jawa Tengah terutama di daerah Rembang. Komplek ini terdiri

dari Gunung Muria yang sudah tidak aktif atau padam, dan dua gunung yang lebih kecil

(flank eruption) yaitu Gunung Genuk dan Gunung Patiay a m . Berdasarkan hasil studi

sebelumnya, stratigrafi volkanik Komplek Gunung Muria terdiri dari tiga daerah yang

secara kronologis mulai dari Gunung Patiayam di bagian selatan, diikuti perkembangan

Gunung Genuk di bagian utara dan terakhir perkembangan Gunung Muria di bagian

tengah. Setiap daerah volkanik menunjukkan beberapa kawah, yang menunjukkan titik

erupsi yang berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya. Erupsi ini menghasilkan

endapan piroklastik aliran dan jatuhan, aliran lava, kubah, lahar dan endapan fluvial.

Suksesi produk volkanik dan geokronologi didasarkan pada data umur dari NEWJEC

1996 dan NTT 2000.

II.1.1 Volkanostratigrafi Gunung Patiayam

Gunung Patiayam terletak ± 18 km sebelah tenggara Gunung Muria, merupakan

suatu dome (kubah gunungapi), berdiameter 7 km dengan puncak tertinggi mencapai ±

350 m. Stratigrafi Gunung Patiayam dapat dibagi menjadi dua satuan yaitu satuan breksi

volkanik dengan beberapa bomb kerak roti di lapisan bawah dan satuan perselingan

batupasir tufaan dan batupasir konglomeratan dengan lapisan endapan kalkareous pada

bagian atas (yang menunjukan kemiringan dan diasumsikan sebagai pengangkatan

Patiayam).

Struktur sedimen seperti lapisan bersilang dan laminasi sejajar endapan epiklastik

umum ditemukan di bagian atas satuan ini. Dike yang ditemukan di desa Ngrangit

mempunyai umur 500.000 tahun (Bellon dkk, 1989).

Page 3: Jurnal Gunungapi Muria

8

II.1.2 Volkanostratigrafi Gunung Genuk

Gunung Genuk terletak ± 19 km sebelah utara Gunung Muria, merupakan salah

satu bentuk morfologi kawah lava hasil dari erupsi samping, berdiameter 15-20 km

dengan puncak tertinggi mencapai ± 717 m. Gunung Genuk menunjukan empat kawah

(G2, G3, G4, G5) dan satu kawah tua yang tidak jelas (G1).

Kawah II Genuk (G2) menghasilkan endapan piroklastik aliran (G2pf1) dan

kubah lava (G2k) dengan komposisi batuan andesit piroksen, tekstur porfiritik, fenokris

k-felspar dan augite yang tertanam dalam masa dasar holokristalin.

Kawah III Genuk (G3) menghasilkan endapan piroklastik aliran (G3pf1) dan

kubah lava (G3k) yang muncul di bagian dalam kawah, dengan komposisi batuan andesit.

Setelah membentuk kubah lava, kegiatan volkanisme bergeser dari erupsi pusat ke erupsi

samping, membentuk beberapa kubah lava (GP1) di bagian luar kawah, seperti Gunung

Ragas, Tempur, Bako, Tileng, Djogo, dan Guamanik. Kubah-kubah ini berkomposisi

andesit dengan umur Gunung Ragas 1,65 ± 0,10 juta tahun (NEWJEC, 1999 dalam NTT,

2000).

Kawah IV Genuk (G4) kegiatan erupsinya terjadi melalui erupsi pusat dan erupsi

samping. Erupsi pusat menghasilkan 5 seri aliran lava (G4I1-G4I5), 2 piroklastik aliran

{G4pf(1-2)} dan 2 kubah lava. Erupsi samping (G4k) menghasilkan 2 seri parasitik

kubah lava.

Kawah V Genuk (G5) menghasilkan endapan piroklastik jatuhan (G5j) yang

terdiri dari lapisan basaltik, litik dan scoria dengan tebal 0,5-3 m. Pada akhir aktivitas

Kawah V dihasilkan kubah lava (G5k), yang mempunyai umur 0,69 ± 0,03 juta tahun

(NEWJEC, 1999, dalam NTT, 2000).

II.1.3 Volkanostratigrafi Gunung Muria

Gunung Muria menempati sebagian besar Semenanjung Muria, berdiameter ± 50

km dengan puncak tertinggi mencapai ± 1602 m. Berdasarkan interpretasi analisis foto

udara terlihat topografi daerah puncak Gunung Muria sangat kasar dan terdapat 4 daerah

depresi yang mencerminkan adanya bentuk kawah-kawah gunungapi, yang diduga

merupakan sisa-sisa kawah gunungapi masa lalu dari aktivitas Gunung Muria. Kawah-

Page 4: Jurnal Gunungapi Muria

9

kawah tersebut membentuk arah memanjang dengan arah N 150 E sejajar dengan sistem

rekahan (fracture) utama. Dimensi dari kawah-kawah tersebut bervariasi dari 2 sampai 4

km, mempunyai 1 atau 2 kubah lava yang terbentuk di bagian dalam kawah. Kawah-

kawah tersebut, dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Kawah I (M1), Kawah II (M2),

Kawah III (M3) dan kawah IV (M4).

Kawah-kawah ini berasal dari erupsi pusat yang menghasilkan endapan

piroklastik dan lava. Erupsi sisi, kerucut parasitik dan maar terdiri dari Gundil,

Alaskrasak, Kukusan, Argojembangan, Joglo, Silamuk, Gunungrowo, Bambang,

Gembong, dll., yang tersebar di sekitar Gunung Muria. Produk-produk sekunder tersebar

sekitar kaki Gunung Muria yang terdiri dari lahar dan endapan fluvial. Semua material

gunungapi ditentukan berdasarkan pemetaan geologi detil yang dilakukan pada tahun

1997-2000 (NTT-1). Pemetaan geologi bawah permukaan dilakukan melalui beberapa

pemboran intibor di daerah Ujung Lemah Abang dan Ujung Grenggengan. Pengukuran

penampang stratigrafi yang dikombinasikan dengan interpretasi foto udara,

memperlihatkan daerah sepanjang Sungai Gelis Utara dan Selatan disusun oleh endapan

piroklastik aliran, aliran lava dan kubah lava yang berasal dari Kawah I, II, III dan IV.

Pada daerah yang lebih rendah, endapan lahar terdistribusi pada daerah yang luas.

II.1.4 Depresi Bundar (Circular Depression)

Circular depression terletak di Daerah Bangsri, barat laut Gunung Muria.

Berdasarkan analisis foto udara, citra satelit, dan SAR (Synthetic Aperture Radar),

circular depression menunjukkan tekstur yang kasar dibandingkan daerah sekitarnya,

yang diinterpretasikan terdiri dari material yang dihasilkan dari circular depression

dalam daerah tersebut. Berdasarkan pemetaan geologi di daerah tersebut, terdapat lima

lava dan satu endapan piroklastik aliran (NTT, 2000).

Di Bendungan Kedung Dowo, hilir Sungai Banjaran, dijumpai endapan breksi

volkanik, bagian bawahnya disusun blok-blok menyudut yang berbeda ukuran yang

tertanam dalam matrik pasiran, sedangkan bagian atasnya disusun lensa-lensa lava yang

datar dan besar. Blok lava dan matrik berkomposisi sama, lava kaya akan leucit. Ke arah

hilir, dijumpai singkapan breksi volkanik yang sama, dengan fragmen lava andesitik

piroksen (M13).

Page 5: Jurnal Gunungapi Muria

10

II.1.5 Lahar

Menurut IAEA, endapan lahar di Semenanjung Muria diinterpretasikan sebagai

akumulasi pasca-volkanik material klastik oleh hasil rework epiklastik dan aliran massa

yang mengendapkan kembali material yang lebih tua.

Secara umum endapan lahar tersebar di sekitar kaki gunung, sebelah barat, barat

laut, utara, timur laut dan timur Gunung Muria (sekitar Bumiharjo, Sungai Wuni, Sungai

Pligen dan Sungai Kaligung). Lahar di daerah ini disusun percampuran fragmen litik dan

matrik berbutir halus. Fragmen terdiri dari pecahan lava, berkomposisi basaltik,

berbentuk menyudut-menyudut tanggung, berukuran kerikil-bongkah, pemilahan buruk.

II.2 Karakteristik Vulkanik Muria

Kompleks Vulkanik Muria yang terletak di Semenanjung Muria, Jawa Tengah,

terdiri dari tiga rangkaian gunungapi, yaitu Gunung Genuk di bagian utara, Gunung

Muria di bagian tengah, dan Gunung Patiayam di bagian selatan (Gambar 2.1.). Di

bagian barat Gunung Genuk terdapat sistem kegunungapian Ujung Lemah Abang yang

mungkin berhubungan dengan sistem kegunungapian gabungan Karimunjawa dan

rangkaian maar yang berhubungan dengan Gunung Muria. Sistem kegunungapian ini

juga termasuk dalam Kompleks Volkanik Muria (NTT, 2000).

Secara regional, Kompleks Volkanik Muria berada di luar Jalur Gunungapi

Kuarter Jawa. Produk gunungapinya secara petrografi dan geokimia berbeda dengan

asosiasi busur kepulauan yang normal seperti pada gunungapi - gunungapi Kuarter di

Jawa. Selain daripada itu, Kompleks Vulkanik Muria masih memperlihatkan karakter

busur kepulauan dengan elemen kuat lapangan dari rendah hingga tinggi.

Page 6: Jurnal Gunungapi Muria

11

UTARA SELATAN

Gambar 2.1 Penampang geologi skematik (tanpa skala) di sekitar Semenanjung Muria

(NEWJEC, 1996).

II.2.1 Karakteristik Kompleks Vulkanik Muria

II.2.1.1 Karakteristik Gunung Muria

Gunung Muria adalah gunungapi poligenetis yang memiliki aktifitas erupsi siklis

yang bergantian antara fase dengan dominasi erupsi samping dan fase dengan dominasi

erupsi pusat (Gambar 2.1). Erusi samping kemungkinan menyertai erupsi pusat. Dalam

hal ini, perubahan titik erupsi dari erupsi pusat menjadi erupsi samping biasa terjadi.

Pemetaan geologi dan analisis stratigrafi telah menyimpulkan bahwa aktifitas

kegunungapian dari Gunung Muria didominasi oleh lubang (vent) erupsi pusat yang

diperlihatkan oleh lebih dari 70% total produk gunungapi yang terpetakan selama periode

aktifitasnya (NTT, 2000). Material gunungapi produk erupsi pusat memiliki volume yang

lebih besar dan jarak perjalanan yang lebih jauh daripada erupsi samping (flank).

Keadaan ini menyarankan bahwa perubahan suplai magma dan energi yang melalui

lubang pusat lebih besar daripada erupsi samping.

Erupsi pusat Gunung Muria berasal dari satu kawah yang tidak dapat dikenali dan

empat kawah yang dapat dikenali yang muncul dan bergeser dalam zona dangkal dengan

arah N 150 E paralel terhadap sistem rekahan utama di daerah puncak tertinggi (Gambar

2.2). Kawah - kawah tersebut menghasilkan material volkanik secara bergantian yang

berupa aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, dan lava seperti yang ditunjukkan dalam

sistem stratovolcano. Reworked dari material volkanik ini menghasilkan endapan lahar

Page 7: Jurnal Gunungapi Muria

yang tersebar di kaki Gunung Muria. Sedangkan titik erupsi samping menghasilkan

kubah lava dan aliran lava.

U

Gambar 2.2 Kawah Gunung Muria dan penyebaran produk vulkaniknya di sekitar puncak

tertinggi (NEWJEC, 1996).

Gunung Muria dapat dibagi atas dua episode erupsi yang disebut sebagai

Vulkanisme Muria Tua dan Vulkanisme Muria Muda. Erupsi pada Vulkanisme Muria

Tua dimulai pada umur yang kira-kira sama dengan Gunung Genuk Tua (1.65 Ma).

Diperkirakan setelah mengalami masa tidak aktif (dormant) yang panjang, suatu erupsi

yang sangat eksplosif terjadi selama pembentukan kaldera Muria. Kegiatan ini kemudian

dilanjutkan dengan tahap pembentukan kerucut komposit Muria Muda sekitar umur 0.8

Ma hingga 0.32 Ma. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan masa hidup (lifetime) sistem

Page 8: Jurnal Gunungapi Muria

kaldera Gunung Muria berada pada kisaran umur 1.65 Ma dan 0.84 Ma (0.85 Ma).

Sedangkan Gunung Muria Muda diperkirakan mempunyai masa hidup kurang lebih 0.48

Ma. Analisis conto batuan Gunung Muria oleh NEWJEC, 1995 dan NTT, 1998 dalam

NTT, 2000 (Tabel 2.1.) menyatakan bahwa interval masa tenang minimum dari aktifitas

gunungapi Muria secara statistik adalah 10.000 tahun, sementara interval masa tenang

maksimumnya adalah 230.000 tahun.

MAP UNIT AGE (Ma)

INTERVAL TIME (year)

DATA SOURCE REMARK

M1K2 1.00 NEWJEC (1995) Central Eruption

230,000

M2I3 0.77 NEWJEC (1995) Central Eruption

20,000

MI3 0.75 NTT (1998) Bangsri Depression

30,000

M2pf4 0.72 NEWJEC (1995) Central Eruption

30,000

M2k1 0.69 NEWJEC (1995) Central Eruption

-

M2f1 0.69 NEWJEC (1995) Flank Eruption

20,000

M2k2 0.67 NEWJEC (1995) Central Eruption

33,000

Mi1 0.64 NTT (1996) Bangsri Depression

47,000

MF1 0.59 NTT (1998) Gembong Maar

60,000

MF2 0.53 NTT (1998) Bambang Maar

10,000

M4pf3 0.52 NTT (1998) Central Eruption

30,000

MF3 0.50 NTT (1998) Gunungrowo Maar

30,000

M4I1 0.47 NEWJEC (1995) Central Eruption

50,000

M4I5 0.42 NEWJEC (1995) Central Eruption

80,000

M4k1 0.34 NEWJEC (1995) Central Eruption

20,000

M4k2 0.32 NEWJEC (1995) Central Eruption

Tabel 2.1. Data umur radiometrik dan interval waktu secara statistik dari Gunung Muria(NEWJEC , 1995 dan NTT, 1998 dalam NTT, 2000).

Sistem kaldera Gunung Muria kemungkinan ditunjukkan oleh keberadaan daerah

depresi berukuran besar dengan diameter 3 – 5 km di daerah puncak tertinggi,

berlimpahnya kandungan pumice pada fragmen dan matrik unit aliran piroklastik

Page 9: Jurnal Gunungapi Muria

(M1pf2) dari Muria Tua, dan keberadaan kubah lava dengan pola melingkar di sekitar

Gunung Muria. Unit aliran piroklastik kaya pumice (M1pf2) dapat menunjukkan kejadian

pembentukan kaldera yang sangat eksplosif diantara aktifitas stratovolcano Muria Tua

dan Muria Muda. Namun penafsiran ini masih membutuhkan klarifikasi. Jika demikian

halnya, maka terdapat dua tahap pembentukan stratovolcano Muria, yang disebut sebagai

Muria Tua dan Muria Muda, dan satu tahap penghancuran untuk membentuk kaldera

diantara tahap kedua tahap pembentukan tersebut. Lebih jauh lagi, jika daerah depresi

pada daerah puncak tertinggi Muria diperhitungkan sebagai hasil dari erupsi yang sangat

eksplosif maka terdapat beberapa episode pembentukan kaldera pada sistem

kegunungapian Muria.

Dengan mengasumsikan bahwa temuan tersebut di atas reasonable dan acceptable,

maka kegunungapian Muria diawali dengan tahap pembentukan stratovolcano,

dilanjutkan dengan kejadian pembentukan kaldera yang merupakan periode

penghancuran, dan diakhiri oleh tahap pembentukan stratovolcano kembali.

Tiga formasi maar yang disebut sebagai Gembong, Bambang, dan Gunungrowo

diamati di sekitar Gunung Muria. Satu depresi melingkar yang disebut sebagai Bangsri

dianggap sebagai maar juga. Maar - maar tersebut dianggap sebagai gunungapi

monogenetic yang ditafsirkan berhubungan dengan sistem kegunungapian Muria. Sesuai

dengan data umur yang tersedia, ditafsirkan masa hidup rangkaian maar tersebut berkisar

antara 0.75 dan 0.5 Ma (NTT, 2000).

II.2.1.2 Karakteristik Gunung Genuk

Gunung Genuk memiliki bangunan gunungapi yang lebih kecil dari Gunung Muria.

Selama masa hidupnya, Gunung Genuk dimanifestasikan oleh suatu seri lima kawah yang

bergeser dari titik pertama ke yang berikutnya (Gambar 2.3). Seri kawah ini

menghasilkan aliran piroklastik yang terstratifikasi, jatuhan piroklastik, dan aliran lava

yang menunjukkan suatu sistem stratovolcano (Gambar 2.4). Gunung Genuk

kemungkinan juga merupakan sistem kaldera seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran

Page 10: Jurnal Gunungapi Muria

endapan klastik volkanik pumice dan kubah lava parasitik yang menyebar di kaki gunung

Genuk (NTT, 2000).

UTARASELATAN

Gambar 2.3 Penampang skematik (tanpa skala) di sekitar Gunung Genuk dan Ujungwatu

(NEWJEC, 1996).

U

0 3 km

Gambar 2.4 Peta skematik di sekitar Gunung Genuk dan Ujungwatu (NEWJEC, 1996).

Page 11: Jurnal Gunungapi Muria

Gunung Genuk memiliki tiga episode erupsi yang disebut sebagai Volkanisme

Genuk Sangat Tua, Genuk Tua, dan Genuk Muda. Sekitar 3.29 Ma, terjadi erupsi

Vulkanisme Genuk Sangat Tua yang diakhiri dengan pembentukan kaldera (kaldera

pertama). Aktifitas Kaldera Genuk kemudian diikuti oleh pembentukan kedua

stratovolcano Genuk Tua yang bererupsi sekitar 1.65 Ma. Tidak terdapat informasi yang

memadai apakah Genuk Tua diakhiri dengan kaldera kedua atau tidak, sebelum

pembangunan Volkanisme Genuk Muda dari umur 840.000 hingga 490.000 tahun yang

lalu (NTT, 2000).

Temuan di atas menyarankan bahwa masa hidup sistem Kaldera Genuk

kemungkinan pada kisaran umur 3,29 Ma hingga 1,65 Ma. Sedangkan masa hidup Genuk

Muda kemungkinan 0,45 Ma (NTT, 2000).

Kehadiran kubah lava di sekitar Gunung Genuk yang berbentuk pola melingkar dan

endapan vulkanik klastik kaya pumice Formasi Ujungwatu dianggap sebagai petunjuk

terjadinya pembentukan kaldera. Bentuk kerucut dari Genuk dibangun pada tahap

pembentukan dari stratovolcano tersebut, sedangkan pembentukan kaldera mencerminkan

periode penghancuran dari setiap gunungapi komposit. Sehingga Kaldera Genuk, yang

juga berperan pada pembentukan Formasi Ujungwatu, tentunya terbentuk setelah

pembangunan stratovolcano Genuk Sangat Tua walaupun sejauh ini hal tersebut tidak

teramati secara jelas. Satu-satunya data yang mendukung keberadaan stratovolcano

Genuk Sangat Tua adalah data umur tertua dari NIRA (3.29 Ma pada NewJec Report).

Permasalahan muncul di sini, apakah perubahan dari stratovolcano Genuk Tua menjadi

Genuk Muda juga dipisahkan oleh pembentukan kaldera. Sehingga, terdapat tiga peiode

pembangunan stratovolcano Genuk, yaitu Genuk Sangat Tua, Genuk Tua, dan Genuk

Muda, dan pada akhirnya suatu fasa penghancuran dari kejadian pembentukan kaldera

Genuk (Formasi Ujungwatu) pada sistem kegunungapian Genuk.

II.2.1.3 Karakteristik Gunung Patiayam

Tidak terdapat cukup data yang tersingkap di Gunung Patiayam sehingga menjadi

pembatas untuk mempertimbangkan endapan - endapan epiklastik yang menutupi hampir

seluruh bangunan Gunung Patiayam (Gambar 2.5). Walaupun demikian, studi stratigrafi

Page 12: Jurnal Gunungapi Muria

menyatakan bahwa Patiayam adalah gunungapi dengan kawah berbentuk tapal kuda di

bagian tertingginya yang dapat menghasilkan material piroklastik.

UTARA SELATAN

Gambar 2.5 Model struktural (tanpa skala) Gunung Patiayam (NEWJEC , 1996).

Analisis K-Ar pada batuan volkanik Patiayam memberikan kisaran umur 0.97 ±

0.07 Ma and 0.50 ± 0.08 Ma (Bellon, et al., 1988). Sedangkan fosil vertebrata yang

diamati pada batupasir konglomerat di utara Desa Terban atau di lereng selatan Bukit

Patiayam memberikan kisaran umur antara 0.4 – 0.3 Ma (NTT, 2000). Data ini

menyatakan bahwa masa hidup Gunung Patiayam adalah 470.000 tahun. Dalam hal ini,

informasi yang memadai untuk interval masa tenang Patiayam tidak tersedia. Namun,

periode waktu dari Gunung Patiayam yang sesuai dengan data yang tersedia dapat

dipergunakan sebagai interval masa tenang yang ekstrem, sehingga interval masa tenang

yang ekstrem dari Gunung Patiayam sama dengan masa hidupnya.

II.2.1.4 Karakteristik Sistem Kegunungapian Ujung Lemah Abang

Daerah Ujung Lemah Abang ditafsirkan berhubungan dengan sistem

kegunungapian Karimunjawa (NTT, 2000). Sistem kegunungapian ini menghasilkan lava

dan material piroklastik yang mungkin berasal dari erupsi stratovolcano tunggal selama

Miosen Akhir hingga Pliosen Akhir (6.5 Ma – 1.8 Ma). Di daerah Ujung Lemah Abang

endapan volkanik terdiri atas tufa dan konglomerat. Data core memperlihatkan bahwa

Page 13: Jurnal Gunungapi Muria

endapan volkanik bergantian dengan endapan pantai dan pada bagian paling bawahnya

bergantian dengan sedimen gampingan Formasi Bulu.

Dua rangkaian gunungapi teramati di Karimunjawa. Pertama adalah Formasi

Parang berumur 6.5 ± 0.03 Ma hingga 3.77 ± 0.17 Ma. Kedua, Basalt Genting berumur

2.7 ± 0.12 Ma hingga 1.8 ± 0.27 Ma. Sesuaian dengan data tersebut maka masa hidup

sistem kegunungapian Ujung Lemah Abang (ULA) – Karimunjawa adalah 4.7 juta tahun.

Sedangkan, interval masa tenang ekstrem adalah 1.07 juta tahun berdasarkan margin

interval batas atas Formasi Parang dan batas bawah Basalt Genting.

II.2.2 Evolusi Kegunungapian di Semenanjung Muria

Sistem kegunungapian diperkirakan dimulai dengan erupsi bawah laut yang

ditunjukkan oleh endapan volkanik yang menjari dengan sedimen - sedimen kalkareous

Formasi Bulu (NTT, 2000). Gunungapi bawah laut ini kemudian berkembang menjadi

pulau gunungapi dan akhirnya terbentuk Gunung Genuk, Muria, dan Patiayam di

Semenannjung Muria, sementara Karimunjawa tetap sebagai pulau gunungapi.

Sistem gunungapi Ujung Lemah Abang (ULA) – Karimunjawa dengan masa erupsi

antara Miosen Akhir hingga Pliosen Akhir (6.5 Ma – 1.8 Ma) kemungkinan merupakan

stratovolcano tunggal yang menghasilkan lava dan material pirokalstik. Pada daerah yang

lebih dekat ke laut seperti di Ujung Lemah Abang (ULA), endapan vulkanik terdiri dari

tufa dan konglomerat. Data core menunjukkan bahwa endapan volkanik bergantian

dengan endapan pantai dan pada bagian paling bawahnya bergantian dengan sedimen

kalkareous Formasi Bulu.

Pada umur sekitar 3.29 Ma, erupsi Gunung Genuk Sangat Tua jauh di bagian utara

(sekitar 60 km) merupakan periode pertama pembentukan stratovolcano Genuk. Aktifitas

ini diakhiri dengan pembentukan kaldera dan ekstrusi kubah lava pada jalur atau

lingkaran rekahannya. Hasil dari fase penghancuran ini bersatu menjadi Formasi

Ujungwatu termasuk di dalamnya kubah lava Ragas, Bako, Triwuli, Mondoliko, dan

lainnya. Secara stratigrafi Formasi Ujungwatu berada di atas Formasi Bulu dan Kubah

Ragas yang berumur 1.65 Ma, sehingga ditafsirkan bahwa gunungapi komposit Genuk

Page 14: Jurnal Gunungapi Muria

Sangat Tua mempunyai umur yang sama dengan bagian atas endapan gunungapi Ujung

Lemah Abang (ULA) dan beberapa diantaranya menjemari dengan Formasi Bulu.

Aktifitas Kaldera Genuk kemudian diikuti oleh periode penghancuran kedua

stratovolcano Genuk Tua, namun lamanya aktifitas ini tidak dapat diestimasikan

berkaitan dengan kurangnya data umur. Seperti yang sejauh ini telah dinyatakan bahwa

tidak terdapat informasi yang jelas apakah aktifitas Genuk Tua diakhiri oleh peristiwa

kaldera kedua atau tidak sebelum Genuk Muda muncul. Berdasarkan pentarikhan

radiometri, masa hidup Genuk Muda kemungkinan 0.84 Ma hingga 0.49 Ma (NEWJEC,

1996).

Di daerah yang sangat dekat dengan bagian selatan Gunung Genuk, stratovolkano

Muria Tua mulai bererupsi pada umur yang kurang lebih sama dengan Gunung Genuk

Tua. Hal ini kemungkinan terjadi pada generasi yang sama dengan alkalin Lasem.

II.2.3 Kapabilitas Kompleks Volkanik Muria

NTT (2000) menyatakan bahwa sistem kaldera dan stratovolcano Kompleks Muria

lebih sebagai gunungapi yang tidak mampu (non capable volcano) dengan menggunakan

beberapa kriteria, yaitu sejarah aktifitas kegunungapian, manifestasi aktivitas magmatik

sekarang, analisis petrologi, struktur geologi dan aktifitas tektonik, dan masa hidup dan

masa tenang internal aktifitas kegunungapian (Tabel 2.2.). Nilai total untuk setiap pusat

erupsi gunungapi di Muria memperlihatkan persentasi nilai “N” yang tinggi baik sebagai

sistem kaldera maupun sebagai sistem stratovolcano (Tabel 2.3.).

Page 15: Jurnal Gunungapi Muria

Tabel 2.2. Kriteria yang digunakan pada evaluasi kapabilitas Kompleks Vulkanik Muria(NTT, 2000).

Page 16: Jurnal Gunungapi Muria

Tabel 2.3. Total nilai relatif pusat erupsi gunungapi di Kompleks Vulkanik Muria untuk evaluasi kapabilitas (NTT , 2000).

II.2.3.1 Sejarah Aktifitas Kegunugapian

Tidak terdapat rekaman sejarah aktifitas kegunungapian Kompleks Vulkanik Muria

pada katalog gunungapi dan selama umur kehidupan manusia sejauh ini (NTT, 2000).

Hal ini menyarankan bahwa Kompleks Vulkanik Muria dapat diklasifikasikan sebagai

gunungapi yang sedang tidur (dormant volcano).

II.2.3.2 Manifestasi Aktifitas Magmatik Sekarang

Manifestasi aktifitas magmatik sekarang pada gunungapi dinyatakan dengan dasar

pemantauan seismik, survei gravitasi dan magnetik, pengukuran gradien thermal, dan

pengukuran gas isotopik.

Studi seismik temporal menggunakan pemantauan micro-earthquake di Kompleks

Vulkanik Muria memperlihatkan tidak adanya konsentrasi episenter di bawah Kompleks

Muria (NTT, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa rekaman micro-earthquakes selama

periode pemantauan tidak berhubungan dengan aktifitas magmatik Kompleks Muria,

melainkan hanya berhubungan dengan aktifitas patahan. Tidak adanya rekaman sejarah

gempabumi gunungapi di bawah Gunung Muria tidak berarti bahwa gempa tersebut tidak

Page 17: Jurnal Gunungapi Muria

akan muncul di masa mendatang. Gempabumi gunungapi biasanya muncul hanya dalam

hitungan minggu atau bulan sebelum erupsi. Data yang diperoleh tersebut di atas

menyatakan bahwa hasil pemantauan micro-earthquakes kemungkinan tidak dapat

menentukan keadaan kapabilitas dari Kompleks Muria. Namun demikian, sesuai dengan

data seismisitas yang tersedia, Kompleks Vulkanik Muria dapat dipertimbangkan secara

aman sebagai gunungapi yang tidak mampu (non capable volcano).

Survei gravitasi dan magmatik menyarankan bahwa struktur patahan bawah

permukaan di Kompleks Vulkanik Muria disebabkan oleh aktifitas tektonik dan tidak

berhubungan dengan aktifitas kegunungapian (NTT, 2000). Hal ini menyatakan bahwa

Gunung Muria dapat dipertimbangkan secara aman sebagai gunungapi yang tidak mampu

(non capable volcano).

Gradien temperatur diukur pada sumur pemboran NTT-1 dan NTT-2 (NTT, 2000).

Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mengetahui kehadiran anomali panas di bawah

bentuk melingkar di Desa Kelor. Hal ini berkaitan dengan pemikiran bahwa bentuk

melingkar tersebut merupakan suatu maar di dekat Tapak Ujung Lemah Abang. Data

pengukuran menunjukkan temperatur yang meningkat secara halus (smooth) kira-kira 31

hingga 420C pada NTT-1 dan 450C pada NTT-2 di kedalaman sekitar 25 m hingga 250

m. Gradien temperatur normal adalah 30C/100 m, sehingga temperatur normal pada

kedalaman 250 m depth lebih kecil dari 400C. Data tersebut menunjukkan adanya

anomali panas di bawah bentuk melingkar di Desa Kelor. Pengamatan lapangan terhadap

core dari NTT-1 dan NTT-2 memperlihatkan beberapa alterasi seperti lempung putih

(kaolin) dan material kloritisasi hijau (NTT, 2000). Studi lebih lanjut perlu dilakukan

untuk memperoleh pengertian yang lebih baik terhadap anomali panas di daerah ini.

Kehadiran gas vulkanik yang berasal dari magma di Kompleks Muria (Gunung

Muria dan Genuk) adalah salah satu kriteria untuk menilai potensi pengaktifan kembali

gunungapi yang telah mengalami tidur panjang. Komposisi 3He/4He memperlihatkan nilai

dalam kisaran 6.5 dan 7.13 berturut-turut untuk empat tempat lubang (vent) gas yang

sangat dekat dan dapat dibandingkan dengan gunungapi aktif Merapi dengan nilai sekitar

6.6 (NTT, 2000). Nilai ini dapat diartikan bahwa gas - gas dari sumber magma di

Kompleks Vulkanik Muria tersebut menunjukkan pelepasan gas dari intrusi magma yang

Page 18: Jurnal Gunungapi Muria

mendingin di bawah Muria masih berlangsung. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa,

terutama Vulkanik Muria dan Genuk, dapat dianggap sebagai vulkanik yang

berkemampuan (capable volcano).

II.2.3.3 Analisis Petrologi

Sukhyar, dkk. (1998) menyimpulkan bahwa batuan volkanik seri HK atau batuan

vulkanik Muria Muda terbentuk pada derajat rendah dari pelelehan parsial mantel

dibandingkan dengan batuan vulkanik seri K atau batuan vulkanik Muria Tua (NTT,

2000). Pola struktural di Laut Jawa yang melingkupi Kompleks Vulkanik Muria

didominasi oleh sesar geser setidaknya sejak zaman Holosen (10.000 tahun). Hal - hal

tersebut mengindikasikan bahwa tektonik utama yang bekerja di daerah itu pada waktu

tersebut adalah rezim ekstensi. Situasi ini menjadikan lebih sulit untuk menghasilkan

magma baru di masa depan sampai dengan rezim tektoniknya berubah. Dengan kata lain,

Kompleks Vulkanik Muria tidak akan mengalami erupsi dalam waktu dekat di masa

depan.

Pengeplotan SiO2 batuan volkanik vs usia historikal dengan menggunakan data

yang tersedia menunjukkan bahwa produk erupsi terakhir berasal dari diferensiasi

kumpulan magma sebelumnya (Gambar 2.6). Bila tidak terdapat masukan magma baru,

aktifitas erupsi Kompleks Vulkanik Muria akan berasal dari magma yang mendingin dari

kumpulan magma terakhir. Peristiwa ini biasanya menyebabkan erupsi bertipe freatik bila

panas dari magma yang mendingin mengalami kontak dengan air tanah. Masukan magma

baru dapat dideteksi dengan pemantauan gempabumi gunungapi di bawah Vulkanik

Muria. NTT (2000) menyatakan bahwa hal tersebut merupakan indikasi tidak adanya

konsentrasi episenter di bawah Kompleks Vulkanik Muria. Sehingga Gunung Muria

dapat dianggap sebagai gunungapi yang tidak berkemampuan (non capable) untuk erupsi

magmatik dalam waktu dekat di masa depan.

Page 19: Jurnal Gunungapi Muria

SiO

2 (w

t.%

)

60

58

56

54

52

50 Influx a new

48 magma

46Magma batch I

44

42Differentiation process

40

0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2

Age (Ma)

Muria G. Genuk Muria II Muria I Patiayam

Gambar 2.6 Diagram Umur (Ma) vs. SiO2 (wt.%).

II.2.3.4 Struktur Geologi dan Aktifitas Tektonik

Patahan - patahan diamati di daerah daratan dan lepas pantai. Di daratan, seperti

Sesar Lasem, patahan berhubungan dengan gempabumi Pati tahun 1890. Patahan -

patahan di lepas pantai ditafsirkan oleh NIRA dan NEWJEC (1983). Semua patahan

tersebut merupakan sesar geser (strike slip fault) yang berkaitan dengan aktifitas tektonik

(Lubis, 1998; Puspito, 1998). Aktifitas tektonik tersebut juga didukung oleh penyelidikan

geofisika (Gambar 2.7. dan 2.8). Implikasi dari pergerakan tektonik ini tidak secara

langsung berkaitan dengan bencana kegunungapian tetapi mungkin berkaitan dengan

gempabumi tektonik dan tsunami yang berasal dari gempabuni tektonik. Menurut Lubis

(1998), tinggi puncak maksimum tsunami di Ujung Lemah Abang (ULA) hanya 0.51

- 0.59 m, sedangkan run-up maksimum berada dalam kisaran 0.81 - 0.95 m

tergantung pada kondisi lokal daerah pantai.

Page 20: Jurnal Gunungapi Muria

Gambar 2.7 Peta kelurusan berdasarkan anomali Bouguer regional (NTT, 2000).

Gambar 2.8 Peta kelurusan berdasarkan anomali Bouguer residual (NTT, 2000).

Page 21: Jurnal Gunungapi Muria

II.2.3.5 Masa Hidup dan Masa Tenang Aktifitas Kegunungapian

Masa hidup dan masa tenang aktifitas kegunungapian ditentukan oleh studi

geokronologi untuk mengetahui masa hidup dan waktu interval dari aktifitas

kegunungapian. Ferrari (1995) dan Pasquare (1997) membuat database untuk penilaian

kapabilitas gunungapi terutama didasarkan pada masa hidup dan interval masa tenang

diantara erupsi yang berturut-turut untuk tipe-tipe gunungapi di dunia dan terutama

gunungapi potassic di Italia. Konsep kapabilitas gunungapi diperkenalkan untuk

menentukan keadaan aktif dari sistem magmatik. Penilaian kapabilitas gunungapi

dimaksudkan untuk menyediakan metoda praktis evaluasi kemungkinan pengaktifan

kembali suatu gunungapi yang telah diidentifikasi untuk kepentingan studi bencana

gunungapi yang lebih detail.

Kandungan Magma Pada Gunung Muria

Jalur vulkanik Bawean . Muria berarah barat daya . timur laut, termasuk dalam jalur

vulkanik Plistosen-Holosen; terletak di bagian tenggara batas jalur granit Kapur di L. Jawa, dan

makin jauh dari subduksi sekarang (recent subduction). Hasil interpretasi data seismik pada batuan

dasar Pra-Paleogen dan batuan sedimen Paleogen – Neogen, menunjukkan adanya hubungan yang

ditandai oleh kesamaan arah azimut kerluusan Pra-Paleogen-Paleogen-Neogen. Berdasarkan

hubungan tektonik tersebut; membentuk suatu jalur sumber (subcekungan), arah migrasi dan

perangkap hidrokarbon di Cekungan Pati. Bukti lain jalur vulkanik Bawean – Muria adalah

komposisi unsur utama, tanah langka dan komposisi mineral menunjukkan jenis/genesa dari magma

kalkalkalin – shoshonit. Batuan di G. Muria mempunyai kandungan SiO2 antara 45 . 60% dan K2O

+ Na2O antara 6 – 14% termasuk dalam jenis magma basa – menengah; umumnya jenis phonotepit,

trakhiandesit basal dan phonolit. Di daerah P. Bawean kandungan SiO2 antara 50 . 60% dan K2O +

Na2O antara 7 – 18% juga berada pada magma basa – menengah; umumnya jenis lava phonoteprit,

tepriphonolit dan phonolit. Hasil plot pada Diagram Harker (SiO2 vs unsur utama lainnya), AFM

dan SiO2 vs FeO*/MgO menunjukkan bahwa vulkanik P. Bawean dan G. Muria tersebar mulai dari

K sedang-tinggi dan secara umum berada pada jenis magma ultrapotassik dan jenis batuan basal,

andesit basal dan andesit. Hasil analisis pada diagram unsur jejak Zr vs Y; Zr vs Ti; Y vs Cr; Ce/Sr

vs Cr; Y vs Nb; (Y+Nb) vs Rb dan diagram laba-laba, kedua daerah tersebut termasuk dalam busur

vulkanik dan sedikit condong ke dalam lempeng lava. Hasil plot pada diagram segi tiga

TiO2.10MnO.P2O5 berada pada lingkungan tektonik busur benua (continental arc) dan sebagian

berada pada andesit kepulauan samudera (oceanic islands andesite – OIA). Pada diagram Y vs Cr

dan Ce/Sr vs Cr, kedua daerah tersebut termasuk dalam daerah campuran (mixing magma) atau

Page 22: Jurnal Gunungapi Muria

transisi antara busur vulkanik dan lempeng lava samudera. Berdasarkan pemodelan tersebut, jalur

vulkanik Bawean . Muria memiliki karateristik tersendiri yang tidak sepenuhnya berada pada

lingkungan tektonik busur vulkanik di P. Jawa, yaitu Busur Jawa atau busur kepulauan (islands

arc), melainkan menjauh dari busur vulkanik ke arah Cekungan Busur Belakang. Hasil analisis

tektonik, kimia dan unsur jejak diverifikasi melalui uji statistk (t test), dan hasilnya thitungan .

ttabel dan rhitungan . rtabel, sehingga hipotesis Ha diterima dengan kesimpulan terdapat perbedaan

pada taraf kesalahan ƒ¿=0,05-0,10. Hubungan antar populasi yang diuji dutunjukkan oleh nilai

koefisien korelasi/kuatnya hubungan (r) antara 0,5 – 0,99 (tinggi dan sangat tinggi). Sebagai

kesimpulan, kedua daerah tersebut berada dalam jalur tektonik Pra- Paleogen-Paleogen-Neogen dan

Vulkanik Cekungan Busur Belakang. Pengaruh tektonik Paleogen-Neogen dan vulkanik Neogen di

daerah penelitian tersebut mengakibatkan bagian barat daerah penelitian mengalami penurunan

membentuk Cekungan Pati dan bagian timur mengalami pengangkatan membentuk Busur Bawean

– Muria.

3.2. Karakteristik Sumber Gampa Sesar / Fault Source Zone

Hasil kajian sesar memperlihatkan bahwa penyesaran dalam satuan batuan volkanik dan sedimen dari Formasi Muria yang berumur Plistosin, /dan jejak-jejak Kuarter serta aspek morfologi di daerah Ujung Lemah Abang pada umumnya berarah timurlaut- baratdaya (NE – SW) dan satu diantaranya berarah utara-selatan. Gambar 6, memperlihatkan sebaran struktur jejak Kuarter yang yang berjarak ± 5 km sampai ± 25 km dari rencana lokasi PLTU-ULA. Sesar – sesar tersebut:1. Sesar Kedung Redjo2. Sesar Kedung Tunggal3. Sesar Kali Suru4. Sesar Kali Balong5. Sesar Kalinyamatan6. Sesar Kayumanik7. Sesar Gua Tritip8. Sesar Gunung Ranggas9. Sesar Gunung Tempur

Page 23: Jurnal Gunungapi Muria

Gambar 6 Peta Seismogenik daerah telitian dimana arah dari sesar - sesar tersebut berarah baratdaya –timurlaut dan utara – selatan

Page 24: Jurnal Gunungapi Muria

1. Sesar Kedung Redjo

Sesar Kedung Redjo berlokasi ± 3 km di sebelah baratdaya – selatan rencana Tapak ULA memanjang sekitar 7 km dari baratdaya-timurlaut menggeserkan aliran-aliran sungai Simendung sejauh ± 7 meter, sungai Hanjawar sejauh ± 6 meter dan perseran vertikal pada batuan terumbu karang resen mencapai ± 75 sentimeter, perbedaan ketinggian teras ± 3 meter sekitar dusun Banyuarang. Analisa C-14 pada terumbu koral memberikan umur terumbu 31.590 ± 1.390 B.P (Radio Carbon Dating Laboratory, 2007. Rata-rata geser sesar ini 0.019 mm/tahun. Patahan ini tidak memiliki sejarah kejadian gempabumi. Oleh karena itu, patahan ini cenderung tidak berpotensi menimbulkan gempa, akan tetapi mampu menimbulkan besaran maksimum gempa dengan MCEmax =5.3

Pengukuran indikator struktur di lokasi desa Sumber Redjo 2 pada tanah lapukan batuan Volkanik, posisi pengukuran terletak di 06 27 03,6 S – 110 57 41,2 E arah sesar N220E, kekar tarik (T) N155E/65 dan kekar geser (S) N280E/60, shear stress analyis terhadap parameter sesar tersebut menghasilkan Sesar Geser Sinistral dengan komponen turun N225E/20

2. Sesar Kedung Tunggal

Sesar Kedung Tunggal berlokasi ± 5 km sebelah baratdaya rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 4 km dari baratdaya ke timurlaut Arah sesar ini terindikasi melalui indicator arah-arah pergeseran aliran-aliran sungai : Kali Kemangi, Kali Simendung masing-masing sepanjang 3 meter, Kali Hanjawar dan Kali Jamar juga masing-masing sepanjang 5 meter, serta Kali Kancilan sejauh 4 meter. Oleh karena itu, rata-rata pergeseran indikator geomorfologi dari kelurusan topografi ini mencapai 4 meter. Indikator geomorfologi lainnya adalah topografi pelana / sadle topography yang bergeser sejauh 2 meter. Sehingga apabila aktivitas Holosen ini diasumsi sebagai kriteria keaktifan (Slemmon & Depolo, 1983), maka rata geser dari struktur kelurusan topografi ini adalah 0.018 mm/tahun. Dan dengan rumus Well & Coppersmith (1994), maka MCEmax yang didapat untuk sesar ini 5.4

3. Sesar Kali Suru

Sesar Kali Suru berlokasi ± 3 km sebelah selatan rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 5 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar ini memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai : Kali Balong sepanjang 3 meter, Kali Panciran 4 meter, Kali Suru3 meter dan Kali Wareng 3 meter sehingga rata menggeserkan aliran sungai sepanjang3,25 meter dan menggeserkan topografi pelana / sadle topography 3 meter. Indikator topografi Holosin ini, menghasilkan slip rate untuk sesar ini = 0.029 mm/tahun sehinggamampu menimbulkan gempa MCEmax = 5.6

Indikator topografi Holosin lainnya di sekitar Kali Suru, diketemukan beberapa terassungai dengan beda ketinggian 30 sentimeter sampai 50 sentimeter yang berkaitan dengan kegiatan tectonic uplift. Untuk hal tersebut, kegiatan pengangkatan tegakHolosen ini mencapai 0.02 mm/tahun.Shear stress analysis di lokasi pertemuan sungai Suru dari sejumlah kekar tarik (T) N320E/80 dan kekar geser N210E/40, diketemukan adanya teras sungai dengan beda ketinggian 30

Page 25: Jurnal Gunungapi Muria

sentimeter sampai 50 sentimeter. Analisis tegasan menghasilkan SesarGeser Mengiri dengan komponen naik N235E/50, dan tidak memiliki sejarah kejadian gempabumi.

Page 26: Jurnal Gunungapi Muria

4. Sesar Kali Balong

Sesar Kali Balong berlokasi ± 5 km sebelah selatan rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 4 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai ; Kali Kedung Baru 4 meter, Kali Grenjengan 1.5 meter, Kali Panciran 2 meter, Kali Pojok 4 meter dan topografi pelana sadle topography 3 meter. Rata-rata geser sekitar 2.9 meter.Shear stress analysis pada batuan yang berumur 29 610 ± 1 180 tahun (Radiocarbon Dating Laboratory)

Shear stress analysis di Lokasi: Watu Lumpang, Kali Balong pada batuan Laharik

breksi 60 28’ 4.2” LS – 1100 48” 0.2” BT, dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser

dilakukan shear stress analysis terhadap kelurusan N2000 E; mendapatkan kekar geser (S):

N2650E/400, kekar Tarik (T): N3350E/650 sehingga menghasilkan Sesar Geser Sinistral

dengan komponen naik N2450E/650. Slip rate sesar ini sekitar 0.03 mm/tahun dan MCEmax

mencapai 5.6

5. Sesar Kalinyamatan

Sesar Kalinyamatan berlokasi ± 12 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 7 km dari utara ke selatan. Sesar yang memotong batuan yang berumur 31 590 ± 1390 B.P (Radio Carbon Dating Laboratory, 2007) dengan panjang pergeseran sepanjang 0.5 meter, sehingga rata-rata kecepatan gesernya mencapai 0.016 mm/tahun. MCE dengan rumus Well and Copersmith (1994) menghasilkan MCEmax = 5.4 Shear stress analysis di daerah Timur Kirigan T ; N340E/60 dan Kekar S : N85E/70 menghasilkan Sesar Geser Mengiri dengan komponen turun N 360 E/30

6. Sesar Kayu Manik

Sesar Kayu Manik berlokasi ± 15 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 7 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar 10 000 tahun – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2 meter, maka rata-rata kecepatan geser 0.02 mm/tahun. dan dengan menggunakan metodaWell dan Coppersmith (1994) sesar/patahan ini mampu menimbulkan gempa denganMCE-Mmax sebesar 5.5.

Shear stress analysis di lokasi gunung Celeng Barat, kelurusan N20 – 30 E. dengandari sejumlah kekar tarik (T) N250E/65 dan kekar geser (S) N180E/50, menghasilkanSesar Geser Menganan dengan komponen turun N195E/75

7. Sesar Gua TritipSesar Tritip berlokasi ± 17 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 6 km dari barat ke timur. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar 10 000 tahun –11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 3 meter, dengan rata- rata kecepatan geser 0.27 mm/tahun. dan dengan menggunakan metoda Well danCoppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax sebesar

Page 27: Jurnal Gunungapi Muria

5.6Shear stress analysis Sesar Gua Tritip pada batuan yang berumur Plistosin pada sejumlah pola kekar tarik (T) N165E/70 dan kekar geser (S) N40E/70, dengan gores garis/cermin sesar/slickenside N135 E/45, .Menghasilkan Sesar Naik N290E/45

Page 28: Jurnal Gunungapi Muria

8. Sesar Ranggas

Sesar Ranggas berlokasi ± 12 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 20 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar10 000 – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2 sampai 3 meter meter, sehingga rata-rata kecepatan geser sesar ini adalah 0.023 mm/tahun. dandengan menggunakan metoda Well dan Coppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax 5.6

Shear stress analysis di lokasi Gunung Ranggas: dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser dan

terhadap gores-garis sesar/slickenside N2000E; mendapatkan kekar geser (S): N250E/100, kekar

Tarik (T): N2750E/850 menghasilkan Sesar Geser menganan/dextral dengan komponen

turun N1950E/750

9. Sesar Gunung Tempur

Sesar gunung Tempur berlokasi ± 15 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 20 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar 10 000 – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2.5 meter, sehingga mendapatkan nilai rata-rata kecepatan geser 0.023 mm/tahun. Dan dengan menggunakan rumus Well dan Coppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax 5.3

Shear strss analysis di lokasi Maar Tempur dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser

dan terhadap kelurusan timurlaut-baratdaya; mendapatkan kekar geser (S): N1900E/700,

kekar Tarik (T): N 3450E/800 menghasilkan Sesar Geser menganan/dextralstral dengan

komponen naik N2000E/550

7. Sesar Kedung Redjo

Sesar Kedung Redjo berlokasi ± 3 km di sebelah baratdaya – selatan rencana Tapak ULA memanjang sekitar 7 km dari baratdaya-timurlaut menggeserkan aliran-aliran sungai Simendung sejauh ± 7 meter, sungai Hanjawar sejauh ± 6 meter dan perseran vertikal pada batuan terumbu karang resen mencapai ± 75 sentimeter, perbedaan ketinggian teras ± 3meter sekitar dusun Banyuarang. Analisa C-14 pada terumbu koral memberikan umur terumbu 31 590 ± 1390 B.P (Radio Carbon Dating Laboratory, 2007. Rata-rata geser sesar ini 0.019 mm/tahun. Patahan ini tidak memiliki sejarah kejadian gempabumi. Oleh karena itu, patahan ini cenderung tidak berpotensi menimbulkan gempa, akan tetapi mampu menimbulkan besaran maksimum gempa dengan MCEmax =

5.3Pengukuran indikator struktur di lokasi desa Sumber Redjo 2 pada tanah lapukan batuanVolkanik, posisi pengukuran terletak di 06 27 03,6 S – 110 57 41,2 E arah sesarN220E , kekar tarik (T) N155E/65 dan kekar geser (S) N280E/60, shear stressanalyis terhadap parameter sesar tersebut menghasilkan Sesar Geser Sinistral dengan komponen

Page 29: Jurnal Gunungapi Muria

turun N225E/20 (Gambar 10)

8. Sesar Kedung Tunggal

Sesar Kedung Tunggal berlokasi ± 5 km sebelah baratdaya rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 4 km dari baratdaya ke timurlaut Arah sesar ini terindikasi melalui indikator arah-arah pergeseran aliran-aliran sungai : Kali Kemangi, Kali Simendung masing-masing sepanjang 3 meter, Kali Hanjawar dan Kali Jamar juga masing-masing

Page 30: Jurnal Gunungapi Muria

sepanjang 5 meter, serta Kali Kancilan sejauh 4 meter. Oleh karena itu, rata-rata pergeseran indikator geomorfologi dari kelurusan topografi ini mencapai 4 meter. Indikator geomorfologi lainnya adalah topografi pelana / sadle topography yang bergeser sejauh 2 meter. Sehingga apabila aktivitas Holosin ini di asumsi sebagai kriteria keaktifan (Slemmon & depolo, 1983), maka rata geser dari struktur kelurusan topografi ini adalah 0.018 mm/tahun. Dan dengan rumus Well & Coppersmith (1994), maka MCEmax yang didapat untuk

sesar ini 5.4

9. Sesar Kali Suru

Sesar Kali Suru berlokasi ± 3 km sebelah selatan rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 5 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar ini memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai : Kali Balong sepanjang 3 meter, Kali Panciran 4 meter, Kali Suru3 meter dan Kali Wareng 3 meter sehingga rata menggeserkan aliran sungai sepanjang3,25 meter dan menggeserkan topografi pelana / sadle topography 3 meter. Indikator topografi Holosin ini, menghasilkan slip rate untuk sesar ini = 0.029 mm/tahun sehingga mampu menimbulkan gempa MCEmax = 5.6

Indikator topografi Holosin lainnya di sekitar Kali Suru, diketemukan beberapa terassungai dengan beda ketinggian 30 sentimeter sampai 50 sentimeter yang berkaitan dengan kegiatan tectonic uplift. Untuk hal tersebut, kegiatan pengangkatan tegakHolosin ini mencapai 0.02 mm/tahun.

Shear stress analysis di lokasi pertemuan sungai Suru dari sejumlah kekar tarik (T) N320E/80 dan kekar geser N210E/40, diketemukan adanya teras sungai dengan beda ketinggian 30 sentimeter sampai 50 sentimeter. Analisis tegasan menghasilkan Sesar Geser Mengiri dengan komponen naik N235E/50 (Gb.11), dan tidak memiliki sejarahkejadian gempabumi

10. Sesar Kali Balong

Sesar Kali Balong berlokasi ± 5 km sebelah selatan rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 4 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai ; Kali Kedung Baru 4 meter, Kali Grenjengan 1.5 meter, Kali Panciran 2 meter, Kali Pojok 4 meter dan topografi pelana sadle topography 3 meter. Rata-rata geser sekitar 2.9 meter.Shear stress analysis pada batuan yang berumur 29 610 ± 1 180 tahun (Radiocarbon Dating Laboratory)

Shear stress analysis di Lokasi: Watu Lumpang, Kali Balong pada batuan Laharik breksi 60

28’ 4.2” LS – 1100 48” 0.2” BT, dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser dilakukan shear

stress analysis terhadap kelurusan N2000 E; mendapatkan kekar geser (S): N2650E/400, kekar

Tarik (T): N3350E/650 sehingga menghasilkan Sesar Geser Sinistral dengan komponen

naik N2450E/650. Slip rate sesar ini sekitar 0.03 mm/tahun dan MCEmax mencapai 5.6

11. Sesar Kalinyamatan

Page 31: Jurnal Gunungapi Muria

Sesar Kalinyamatan berlokasi ± 12 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 7 km dari utara ke selatan. Sesar yang memotong batuan yang berumur 31 590± 1390 B.P (Radio Carbon Dating Laboratory, 2007) dengan panjang pergeseran sepanjang 0.5 meter, sehingga rata-rata kecepatan gesernya mencapai 0.016mm/tahun. MCE dengan rumus Well and Copersmith (1994) menghasilkan MCEmax =

Page 32: Jurnal Gunungapi Muria

5.4 Shear stress analysis di daerah Timur Kirigan T ; N340E/60 dan Kekar S : N85E/70 menghasilkan Sesar Geser Mengiri dengan komponen turun N 360 E/30

12. Sesar Kayu Manik

Sesar Kayu Manik berlokasi ± 15 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 7 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar10 000 tahun – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2 meter, maka rata-rata kecepatan geser 0.02 mm/tahun. dan dengan menggunakan metodaWell dan Coppersmith (1994) sesar/patahan ini mampu menimbulkan gempa denganMCE-Mmax sebesar 5.5.

Shear stress analysis di lokasi gunung Celeng Barat, kelurusan N20 – 30 E. dengandari sejumlah kekar tarik (T) N250E/65 dan kekar geser (S) N180E/50, menghasilkanSesar Geser Menganan dengan komponen turun N195E/75

7. Sesar Gua Tritip

Sesar Tritip berlokasi ± 17 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar 6 km dari barat ke timur. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar 10 000 tahun –11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 3 meter, dengan rata- rata kecepatan geser 0.27 mm/tahun. dan dengan menggunakan metoda Well dan Coppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax sebesar

5.6Shear stress analysis Sesar Gua Tritip pada batuan yang berumur Plistosin pada sejumlah pola kekar tarik (T) N165E/70 dan kekar geser (S) N40E/70, dengan gores garis/cermin sesar/slickenside N135 E/45, .Menghasilkan Sesar Naik N290E/45

8. Sesar Ranggas

Sesar Ranggas berlokasi ± 12 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 20 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar10 000 – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2 sampai 3 meter meter, sehingga rata-rata kecepatan geser sesar ini adalah 0.023 mm/tahun. dandengan menggunakan metoda Well dan Coppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax 5.6

Shear stress analysis di lokasi Gunung Ranggas: dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser dan

terhadap gores-garis sesar/slickenside N2000E; mendapatkan kekar geser (S): N250E/100, kekar

Tarik (T): N2750E/850 menghasilkan Sesar Geser menganan/dextral dengan komponen

turun N1950E/750

Page 33: Jurnal Gunungapi Muria

9. Sesar Gunung Tempur

Sesar gunung Tempur berlokasi ± 15 km sebelah timur rencana Tapak ULA, memanjang sekitar ± 20 km dari baratdaya ke timurlaut. Sesar yang memotong dan menggeserkan beberapa aliran sungai dan topografi pelana sadle topography ini diduga terjadi sekitar 10 000 – 11 000 tahun yang lalu dengan panjang pergeseran sepanjang 2.5 meter, sehingga mendapatkan nilai rata-rata kecepatan geser 0.023 mm/tahun. Dan dengan menggunakan rumus Well dan Coppersmith (1994) sesar ini mampu menimbulkan gempa dengan MCE-Mmax 5.3

Page 34: Jurnal Gunungapi Muria

Shear strss analysis di lokasi Maar Tempur dari sejumlah pola kekar Tarik dan Geser dan

terhadap kelurusan timurlaut-baratdaya; mendapatkan kekar geser (S): N1900E/700, kekar

Tarik (T): N 3450E/800 menghasilkan Sesar Geser menganan/dextralstral dengan komponen

naik N2000E/550

10. Sesar Lasem

Foto 1 Satelit Gougle memperlihatkan kelurusan Sesar Lasem ditandai oleh garis lurus dari bawah ke atas foto yang menunjukkan lembah yang terbentuk, sebagai indikasi morfologi atas keberadaan Sesar Lasem; Indikasi aspek morfologi rinci diantaranya: Tanah di sebelah kiri patahan bergerak ke utara (ke atas foto) relatif terhadap tanah di

sebelah kanan. Permukaan tanah disekitar Balong terlihat adanya pond ( pull a part basin) dibentuk oleh

pergerakan horisontal yang lambat dari patahan, yang berlangsung terusmenerus.

Sungai yang mengalir dari kiri ke kanan foto 1 selalu berubah lokasi alirannya karena pergerakan patahan, yang mengakibatkan pergeseran beberapa meter selamabelasan ribu tahun.

Foto 1 : Kelurusan Sesar Lasem

Analisis tegasan Sesar Lasem di Ujung Timur laut pesisir Lasem dari sejumlah pola kekar

Tarik dan Geser dilakukan shear stress analysis terhadap kelurusan N2000 E; mendapatkan

kekar geser (S): N2650E/400, kekar Tarik (T): N3350E/650 menghasilkan Sesar Geser Sinistral

dengan komponen naik N2450E/650 Analisis tegasan Sesar Lasem di baratdaya lokasi di atas

pada pola kekar Tarik dan Geser dilakukan shear stress analysis terhadap kelurusan N2450

E; mendapatkan kekar geser (S): N2200E/550, kekar Tarik (T): N2200E/500 menghasilkan Sesar

Naik dengan komponen turun N2450E/450. Analisis tegasan Sesar Lasem pada pola kekar

Tarik dan Geser dilakukan shear stress analysis terhadap kelurusan N1950 E; mendapatkan

kekar geser (S): N2550E/700, kekar Tarik (T): N2950E/500 menghasilkan Sesar Geser dengan

komponen turun N1950E/550

Page 35: Jurnal Gunungapi Muria

IDENTIFIKASI SESAR LASEM

Gambar 7 Analis tegasan dan indikasi morfologi Sesar Lasem

Jejak-jejak Kuarter di atas, merupakan suatu struktur – struktur seismogenik, yang memberikan bukti langsung atau tidak langsung bahwa struktur tersebut merupakan sumber gempa di bawah kondisi tektonik Resen Berdasarkan Slemmons (1977, Gambar 8) menunjukkan bahwa slip-rate 0.02 mm/tahun dari struktur seismogenik daerah Ujung Lemah Abang – ULA yaitu suatu nilai yang sangat rendah. Dengan kata lain, sesar-sesar terserbut termasuk sesar tidak aktif atau sesar yang memiliki rata-rata geser yang sangat rendah serta struktur seismogenik ini wilayah dekat / near field source zones tidak memiliki historik gempabumi merusak.

Gambar 8 Hubungan fitur geomorfologi dengan aktivitas sesar atau waktu atau perulangan

Page 36: Jurnal Gunungapi Muria

(tahun), pergeseran patahan dari suatu zona patahan.(Slemmons, 1977)

Tektonik Muria

Menurut perkiraan beberapa ahli, Gunung Muria dulunya merupakan sebuah pulau

vulkanik yang terpisah dari daratan Pulau Jawa. Dalam kurun 500 – 1000 tahun terakhir,

pulau Muria ini kemudian menyatu dengan Pulau Jawa akibat sedimentasi dan subduksi

lempeng. Dugaan ini diperkuat catatan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan

Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985) yang mengisahkan

jalur perdagangan pada masa lalu yang dilakukan dari Semarang – Demak langsung menuju

Rembang dengan melalui selat sempit diantara Jawa Tengah dan pulau Muria.

Status Muria

Seperti sejarahnya, status gunung Muria pun masih sering diperdebatkan para ahli.

Meskipun tidak tergolong sebagai gunung api aktif, namun banyak ahli yang tidak berani

menyebutnya gunung api mati (extict). Karenanya banyak ahli memilih menganggapnya

sebagai gunung api ‘tidur’ (dormant). Prihadi et al (2005), Geologi ITB dan kawan-

kawannya dari BATAN dalam “Volcanic Hazard Analysis for Proposed Nuclear Power

Plant Siting in Central Java, Indonesia” menyimpulkan bahwa Gunung Muria sebagai non-

capable volcano for magmatic eruption in the near future. “Dalam waktu dekat tidak akan

Page 37: Jurnal Gunungapi Muria

meletus”. Diperkirakan, terakhir kali gunung Muria meletus antara tahun 300 Masehi – 160

Sebelum Maseh

Sedimentasi Selat Muria

Sekitar abad ke VIII daerah Muria masih terpisah dengan Pulau Jawa. Di daerah

tersebut ada sebuah gunung yang dinamakan Gunung Muria. Daratan pulau Muria dengan

daratan Pulau Jawa dipisahkan oleh selat Muria.

Daerah Pati terletak di bagian wilayah di bagian tenggara Gunung Muria.  Beberapa abad kemudian selat Muria lambat laun menjadi daratan karena adanya pendangkalan oleh endapan lumpur  serta penyempitan  pantai sehingga Pulau Muria menjadi satu daratan dengan Pulau Jawa. Akibat penyempitan maka selat Muria berubah menjadi Bengawan Silugangga atau Sungai Juwana karena bermuara di daerah Juwana.

Wilayah Pati utara dan Pati  selatan dipisahkan oleh Sungai Juwana. Wilayah Pati

utara usianya lebih tua jika dibandingkan dengan wilayah Pati seiatan.

Sejarah Kerajaan

Page 38: Jurnal Gunungapi Muria

Di wilayah utara jauh dari Sungai Juwana pernah berdiri Kerajaan Kalingga yang

dipimpin oleh Ratu Shima. Setelah Kerajaan Kalingga berakhir, kerajaan yang berikutnya

berkuasa adalah Kerajaan Mataram Hindu yang dipimpin raja-raja oleh keturunan dari

Syailendra dan Sanjaya, yang pusat pemerintahannya berada di daerah pedalaman Jawa

Tengah. Ketika Kerajaan Mataram Hindu pindah ke daerah Jawa Timur, pada abad XII di

daerah tenggara Gunung Muria terdapat  pusat dua  pemerintahan setingkat kadipaten.

Kedua daerah tersebut adalah Kadipaten Carangsoka dan Kadipaten Paranggaruda.

Kadipaten Carangsoka, wilayahnya berada di daerah utara Sungai Juwana. Penguasa

Kadipaten Carangsoka bergelar Adipati Puspahandungjaya, mempunyai putri tunggal

bernama Dewi Rayunguwulan. Wilayah kekuasaan Kadipaten Carangsoka meliputi daerah

sekarang mrerupakan kecamatan : Trangkil, Juwana, Pati, Margorejo, Tlogowungu,

Wedarijaksa, Gembong,  Margoyoso, Tayu. Dukuhseti, Gunungwungkal, Cluwak, dan

sebagian meliputi wilayah Jepara bagian timur.  Bekas pusat pemerintahan  Carangsoka 

berada di  Desa Sukoharjo Kecamatan Wedarijaksa.

Kadipaten Paranggaruda wilayahnya berada di daerah selatan Sungai Juwana.

Penguasa Kadipaten Paranggaruda bergelar Adipati Yudapati, mempunyai putra tunggal

bemama Raden  Josari. Wilayah kekuasaan Kadipaten Paranggaruda meliputi daerah

sekarang merupakan kecamatan : Batangan, Jaken, Jakenan, Pucakwangi, Winong,

Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus, dan sebagian wilayah Rembang bagian barat. Bekas

pusat pemerintahan Paranggaruda berada  di Desa  Goda Kecamatan Winong.

Page 39: Jurnal Gunungapi Muria

DAFTAR PUSTAKA

De Graaf "De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java"

http://archive.kaskus.co.id/thread/11063420/0/gunung-muria-anomali-gunungapi-kuarter

Ediar Usman “Hubungan Antara Tektonik Paleogen – Neogen Dan Vulkanik Pulau Bawean –

Gunung Muria Dalam Mengontrol Embentukan Cekungan Pati Jawa Tengah The Relationship

Between Paleogene – Neogene Tectonics And Bawean Island – Muria Mount Volcanics In

Controlling The Formation Of Pati Basin Central Java”

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/108095/

http://volcosquad.blogspot.com/2013/10/sekilas-tentang-muria.html