Industry Sabun Dan Deterjen

19
MATERI PRESENTASI KELOMPOK 5 INDUSTRI SABUN DAN DETERJEN ANGGOTA KELOMPOK: TUBAGUS SINGGIH RIZKY WORO STYANINGRUM 12/331101/PA/14445 LATIFATUL FAZRIYAH 12/331120/PA/14456

Transcript of Industry Sabun Dan Deterjen

Page 1: Industry Sabun Dan Deterjen

MATERI PRESENTASI

KELOMPOK 5

INDUSTRI SABUN DAN DETERJEN

ANGGOTA KELOMPOK:

TUBAGUS SINGGIH

RIZKY WORO STYANINGRUM 12/331101/PA/14445

LATIFATUL FAZRIYAH 12/331120/PA/14456

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

Page 2: Industry Sabun Dan Deterjen

SABUN

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi

saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah

(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun

juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara

molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya

berupa lemak. Sebagai contoh, minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan

tidak  jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam

miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak

goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah

asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat dari

minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan

penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak

zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun

lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini

kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak. Dengan perkembangan yang

cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain

kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.

Bahan baku untuk pembuatan sabun adalah :

1. Minyak.  Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun

harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi

produk (sabuntidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-

lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di

antaranya :

- Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri

pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari

warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan

saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya

digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah

digunakan dalampembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak

yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar

antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer

di bawah 40°C dikenal dengannama grease.

Page 3: Industry Sabun Dan Deterjen

- Lard, merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak  jenuh

seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika

digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih

dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard

berwarna putih dan mudah berbusa.

- Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan

sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan

buah kelapasawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena

adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai

bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang

terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.

Maka dari itu, jika akan digunakan sebaga ibahan baku pembuatan sabun, minyak

kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.

2. Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,

Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda

kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan

dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun

cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium

karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi

tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat

digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat

mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat

mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri

dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda

sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun

dengan keunggulan tertentu.

3. Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun

hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun

menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)

dan bahan-bahan aditif.

Page 4: Industry Sabun Dan Deterjen

- NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan

NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi

di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan

umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan

untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

- Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang

bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik

konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti

oksidan, Pewarna,dan parfum.

Macam-macam Sabun

a. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah

campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak

serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat

ditambahkan gliserin atau alkohol.

c. Sabun kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang

rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif.

Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor

carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.

d. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan

sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan

komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui

pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

e.  Sabun Bubuk untuk mencuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing. Sabun bubuk mengandung

bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium

karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Page 5: Industry Sabun Dan Deterjen

Metode-metode Pembuatan Sabun

Pada proses pembuatan sabun, digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun

yang berkualitas dan bagus. Beberapa metode pembuatan sabun, yaitu:

a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH)

berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan

untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan

kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.

Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian

dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan

direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-

kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.

Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun

industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu

apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk

mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi,

sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

b. Metode Kontinu

Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak atau minyak

dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti

sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung

reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang

berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan

alkali untuk menjadi sabun.

Pembuatan Sabun dalam Industri

a. Saponifikasi Lemak Netral

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah

bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi

tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua

reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali

yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung

berdasarkan persamaan berikut :

Page 6: Industry Sabun Dan Deterjen

Trigliserida + 3NaOH                 3RCOONa + Gliserin

Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk

memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,

yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.

Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran

tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis

untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan.

Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci

untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun.

Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-

63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan

sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi

produk akhir.

b. Pengeringan Sabun

Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang

umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun

dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau

lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem,

semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum

spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat

exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar

pipa.

Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang

vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang

mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai

memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien

daripada dryer sistem tunggal.

c. Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung

lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH             RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam

lemak dapat dihitung sebagai berikut :

NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

Page 7: Industry Sabun Dan Deterjen

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan:

MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk

menetralisasi 1 gram asam lemak.

d. Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat

pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator). Campuran

sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur

menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke

tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun

tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses

penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang

diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan

merupakan tahap akhir.

DETERJEN

Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Deterjen dapat berbentuk

cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan

konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan

singkatan darisurface active agents, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan

suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah

penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat

pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah : Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril

eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil paraben.

Deterjen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari

lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah itu,

direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal,

maka penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.

Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat

(ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul

ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan

suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga sinar

Page 8: Industry Sabun Dan Deterjen

matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi

mati dan sungai menjadi tercemar.

Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS). Detergen ini

memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga

tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu

dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.

Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia

merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari perusahaan luar negeri.

Bahan Baku Pembuatan Deterjen

a. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai

ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini

berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran

yang menempel pada permukaan bahan, meningkatkan daya pembasahan air

sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat

kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Secara garis

besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

- Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate

(LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)

- Kationik : Garam Ammonium

- Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

- Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

b. Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan

dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

- Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia

memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan

kotoran serta penyebaran (dispersion). Juga sebagai bahan bantu pada proses

terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan surfaktan cair dan

pengikatan air bebas. Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi

detergen adalah garam sodium dan potassium pirofosfat dan tripolifosfat.

- Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

Page 9: Industry Sabun Dan Deterjen

- Silikat : Zeolit

- Sitrat : Asam Sitrat

c. Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan

meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium

karbonat. Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya

adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi

(filler), pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.

d. Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,

misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung

dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud

komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl

Cellulose (CMC).

e. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa:

- Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,

pemakaiannya 3-10%.

- Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.

Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang

mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah

dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.

- Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti

darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun

terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu,

saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis

Pemakaian 2-10%.

- Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

Jenis-jenis Deterjen

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :

a. Deterjen anionik (DAI)

Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan

alkali. Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila

Page 10: Industry Sabun Dan Deterjen

dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari

deterjen anionik adalah:

- Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat

- Alkil aril sulfonat

- Olefin sulfat dan sulfonat

b. Deterjen kationik

Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan

berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya

digunakan pada pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada

netralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat

untuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik mengandung kation rantai

panjang yang memiliki sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari

deterjen kationik adalah:

- Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)

- Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)

- Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)

- Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl

c. Deterjen nonionik

Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam

dan basanya merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah

menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di

dalam air sadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.

Kelompok utama dari deterjen nonionik adalah:

- Etilen oksida atau propilen oksida

- Polimer polioksistilen

- Alkil amida

d. Deterjen Amfoterik

Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen

ini dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada

pH air yang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.

Kelompok utama dari deterjen ini adalah : Natrium lauril sarkosilat

( CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.

Page 11: Industry Sabun Dan Deterjen

Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut

dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan

pencemaran air.

Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah

dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat

atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil

Benzena, maka persamaan reaksinya adalah:

C6H5C12H25 + SO3  C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium

Dodekil Benzena Sulfonat

b. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh

mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam

Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga

dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

Pembuatan Deterjen

Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena mengandung inti

dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil benzena bisa benzena, toluene,

xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena).

Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena

(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-

Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat

degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.

Komposisi Pembuatan Deterjen:

1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%

Page 12: Industry Sabun Dan Deterjen

2. LAS 5-10%

3. Na2SO4 10-20%

4. Na2CO3 35% - 50%

5. STPP 5-20 %

6. Enzym AR 2-10 %

7. Parfum secukupnya

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan deterjen. Untuk

meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan POWDER MIXER.

Cara Membuat Deterjen:

1. Cottoclarin + LAS diaduk rata

2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata

3. (1) + (2) aduk rata

4. (3) + Bahan Tambahan

5. Diayak dan keringkan

6. Semprot dengan Parfum

7. Dikemas & Siap dipasarkan

Kelebihan Deterjen ini adalah daya bersihnya kuat atau membersihkan kotoran yang

membandel.- Direndam semalam baju tidak akan menimbulkan bau.- Hemat air karena

mudah dibilas.