Industry Sabun Dan Deterjen
Transcript of Industry Sabun Dan Deterjen
![Page 1: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/1.jpg)
MATERI PRESENTASI
KELOMPOK 5
INDUSTRI SABUN DAN DETERJEN
ANGGOTA KELOMPOK:
TUBAGUS SINGGIH
RIZKY WORO STYANINGRUM 12/331101/PA/14445
LATIFATUL FAZRIYAH 12/331120/PA/14456
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
![Page 2: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/2.jpg)
SABUN
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun
juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara
molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya
berupa lemak. Sebagai contoh, minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan
tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam
miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah
asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat dari
minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan
penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak
zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun
lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini
kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak. Dengan perkembangan yang
cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain
kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.
Bahan baku untuk pembuatan sabun adalah :
1. Minyak. Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun
harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabuntidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-
lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di
antaranya :
- Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari
warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan
saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya
digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah
digunakan dalampembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak
yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar
antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer
di bawah 40°C dikenal dengannama grease.
![Page 3: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/3.jpg)
- Lard, merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard
berwarna putih dan mudah berbusa.
- Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan
sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan
buah kelapasawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena
adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang
terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.
Maka dari itu, jika akan digunakan sebaga ibahan baku pembuatan sabun, minyak
kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
2. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda
kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun
cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat
mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat
mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri
dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda
sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun
dengan keunggulan tertentu.
3. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun
menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)
dan bahan-bahan aditif.
![Page 4: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/4.jpg)
- NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
- Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti
oksidan, Pewarna,dan parfum.
Macam-macam Sabun
a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah
campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak
serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat
ditambahkan gliserin atau alkohol.
c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang
rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif.
Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor
carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan
sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan
komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui
pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
e. Sabun Bubuk untuk mencuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing. Sabun bubuk mengandung
bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium
karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
![Page 5: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/5.jpg)
Metode-metode Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun, digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun
yang berkualitas dan bagus. Beberapa metode pembuatan sabun, yaitu:
a. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH)
berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan
untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan
kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.
Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian
dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan
direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-
kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu
apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk
mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi,
sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
b. Metode Kontinu
Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak atau minyak
dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti
sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung
reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang
berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan
alkali untuk menjadi sabun.
Pembuatan Sabun dalam Industri
a. Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah
bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi
tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua
reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali
yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
![Page 6: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/6.jpg)
Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,
yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.
Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran
tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis
untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan.
Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci
untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun.
Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-
63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan
sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi
produk akhir.
b. Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun
dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau
lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem,
semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum
spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat
exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar
pipa.
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang
vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai
memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien
daripada dryer sistem tunggal.
c. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung
lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
![Page 7: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/7.jpg)
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan:
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralisasi 1 gram asam lemak.
d. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator). Campuran
sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur
menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke
tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun
tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses
penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan
merupakan tahap akhir.
DETERJEN
Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Deterjen dapat berbentuk
cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan
konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan
singkatan darisurface active agents, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan
suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah
penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat
pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah : Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril
eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil paraben.
Deterjen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari
lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah itu,
direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal,
maka penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat
(ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul
ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan
suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga sinar
![Page 8: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/8.jpg)
matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi
mati dan sungai menjadi tercemar.
Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS). Detergen ini
memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga
tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu
dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.
Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia
merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari perusahaan luar negeri.
Bahan Baku Pembuatan Deterjen
a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran
yang menempel pada permukaan bahan, meningkatkan daya pembasahan air
sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat
kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Secara garis
besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
- Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate
(LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)
- Kationik : Garam Ammonium
- Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
- Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
b. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
- Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia
memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan
kotoran serta penyebaran (dispersion). Juga sebagai bahan bantu pada proses
terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan surfaktan cair dan
pengikatan air bebas. Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi
detergen adalah garam sodium dan potassium pirofosfat dan tripolifosfat.
- Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
![Page 9: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/9.jpg)
- Silikat : Zeolit
- Sitrat : Asam Sitrat
c. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium
karbonat. Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya
adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi
(filler), pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.
d. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC).
e. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa:
- Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,
pemakaiannya 3-10%.
- Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.
Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang
mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah
dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.
- Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti
darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun
terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu,
saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis
Pemakaian 2-10%.
- Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.
Jenis-jenis Deterjen
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :
a. Deterjen anionik (DAI)
Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan
alkali. Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila
![Page 10: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/10.jpg)
dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari
deterjen anionik adalah:
- Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
- Alkil aril sulfonat
- Olefin sulfat dan sulfonat
b. Deterjen kationik
Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan
berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya
digunakan pada pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada
netralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat
untuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik mengandung kation rantai
panjang yang memiliki sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari
deterjen kationik adalah:
- Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
- Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)
- Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)
- Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
c. Deterjen nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam
dan basanya merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah
menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di
dalam air sadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.
Kelompok utama dari deterjen nonionik adalah:
- Etilen oksida atau propilen oksida
- Polimer polioksistilen
- Alkil amida
d. Deterjen Amfoterik
Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen
ini dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada
pH air yang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.
Kelompok utama dari deterjen ini adalah : Natrium lauril sarkosilat
( CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.
![Page 11: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/11.jpg)
Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah
dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat
atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena, maka persamaan reaksinya adalah:
C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Dodekil Benzena Sulfonat
b. Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Pembuatan Deterjen
Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena mengandung inti
dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil benzena bisa benzena, toluene,
xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena).
Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena
(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-
Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat
degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.
Komposisi Pembuatan Deterjen:
1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%
![Page 12: Industry Sabun Dan Deterjen](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072108/55cf986f550346d033979de9/html5/thumbnails/12.jpg)
2. LAS 5-10%
3. Na2SO4 10-20%
4. Na2CO3 35% - 50%
5. STPP 5-20 %
6. Enzym AR 2-10 %
7. Parfum secukupnya
Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan deterjen. Untuk
meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan POWDER MIXER.
Cara Membuat Deterjen:
1. Cottoclarin + LAS diaduk rata
2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata
3. (1) + (2) aduk rata
4. (3) + Bahan Tambahan
5. Diayak dan keringkan
6. Semprot dengan Parfum
7. Dikemas & Siap dipasarkan
Kelebihan Deterjen ini adalah daya bersihnya kuat atau membersihkan kotoran yang
membandel.- Direndam semalam baju tidak akan menimbulkan bau.- Hemat air karena
mudah dibilas.