Industrialisasi Sektor Agro dalam Mendukung Ketahanan ... Februari... · beras pecah 100% dan ketan...

21
Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Transcript of Industrialisasi Sektor Agro dalam Mendukung Ketahanan ... Februari... · beras pecah 100% dan ketan...

Kementerian Perindustrian

2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi

dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

2

I. LATAR BELAKANG

3

INDUSTRI AGRO

Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu :

1. Industri Berbasis Minyak Sawit

2. Industri Berbasis Karet

3. Industri Berbasis Rumput Laut

4. Industri Berbasis Pulp & Kertas

5. Industri Pengolahan Kakao

1. Industri Pengolahan Kayu dan Rotan

2. Industri Pengolahan Kopi

3. Industri Pengolahan Teh

4. Industri Pengolahan Ikan

1. Industri Gula Berbasis Tebu

2. Industri Tepung Terigu

3. Industri Pakan Ternak

4. Industri Pengolahan Susu

5. Industri Pengolahan Buah

A. Industri Berdaya Saing Kuat B. Industri Berdaya Saing Moderat

C. Industri Penunjang Pangan

1. Industri Hasil Tembakau

2. Industri Minuman Beralkhohol

D. Industri Yang Dikendalikan

4

Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar

yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan,

perkebunan dan kehutanan, yang dapat dimanfaatkan oleh industri

dalam memproduksikan bahan pangan. Beberapa sumber daya alam

tersebut, antara lain mepiputi :

Kelapa

(3,3 Juta Ton)

No. 1 Di Dunia

Kopi

(692 Ribu Ton)

No. 3 di Dunia

Ikan dan Udang

(10,5 Juta Ton)

No. 2 di Dunia

Teh

(136 ribu Ton)

No.5 di Dunia

CPO & CPKO(30 juta ton)

No.1 di Dunia

Lada

(88 ribu ton)

No.3 Di Dunia

Kakao (450 ribu ton)

No.3 di Dunia

Rumput Laut

(440 Ribu ton)

No.1 di Dunia

POTENSI

5

PROFIL INDUSTRI MAKANAN

NO URAIAN JUMLAH

1 Jumlah Industri (Unit Usaha) 5.852

2 Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 832.411

Sumber : Data BPS (2013)

6

II. KINERJA INDUSTRI AGRO

7

GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO

Catatan:

*Data sampai dengan TW III 2014;

** Target Tahun 2015; Nilai ekspor & impor Tahun 2014 s/d bulan Oktober

INDIKATOR 2012 2013 2014 2015**

Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2000 5,18 4,13 7,12 7,50

Kontribusi Terhadap PDB industri pengolahan non-migas (%)

45,17 44,64 45,84 46,00

Nilai Ekspor (US$ Miliar) 40,12 38,66 35,42 *) 40,00

Nilai Impor (US$ Miliar) 13,17 13,29 11,33*) 13,00

Nilai Investasi • PMDN (IDR Triliun)• PMA (US$ Miliar)

49,8911,77

51,1715,86

41,84*)

10,15*)

60,0020,00

Tingkat Utilitas (%) 75,93 78,82 74,61 80,00

Tenaga Kerja (Orang) 1.800.849 1.660.406 1.708.674 2.000.000

Pertumbuhan sektor industri agro sebesar 7,12% pada Tahun 2014 disumbangkan oleh

Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya sebesar 7,33%, Industri Makanan, Minuman

dan Tembakau sebesar 7,24%, serta Industri Kertas dan Barang Cetakan sebesar 6,15%.

8

KONTRIBUSI INDUSTRI AGRO TERHADAP SEKTOR INDUSTRI

Sumber : BPS diolah Kemenperin

B. KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI MAKANAN, MINUMAN

DAN TEMBAKAU TERHADAP PDB INDUSTRI NON

MIGAS

Makanan, Minuman dan

Tembakau, 35.46

Tekstil, Brg.

kulit & Alas kaki, 9.17Brg. kayu &

Hasil hutan lainnya., 5.12

Kertas dan Barang

cetakan, 3.87

Pupuk, Kimia & Barang dari karet, 12.27

Semen & Brg. Galian bukan logam, 3.41

Logam Dasar Besi & Baja,

1.97

Alat Angk., Mesin &

Peralatannya, 28.1

Barang Lainnya, 0.62

Tahun 2013 (S/D TWIII)

Makanan, Minuman

dan Tembakau,

36.85

Tekstil, Barang kulit & Alas kaki,

9.01Barang kayu & Hasil hutan lainnya., 5.1

Kertas dan Barang

cetakan, 3.89

Pupuk, Kimia & Barang dari karet,

11.65

Semen & Barang

Galian bukan logam, 3.2

Logam Dasar Besi & Baja,

1.84

Alat Angkut, Mesin &

Peralatannya, 27.8

Barang Lainnya, 0.65

Tahun 2014 (S/D TW III)

KONTRIBUSI PDB INDUSTRI MAKANAN MINUMAN DAN

TEMBAKAU TERHADAP PDB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS

9

III. PERMASALAHAN

10

PERMASALAHAN

I. Industri

1. Utilisasi Kapasitas terpasang masih relatif rendah;

2. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh

produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga

murah;

3. Terganggunya pasar industri makanan dan minuman akibat isu

negatif penggunaan bahan tambahann pangan yang mengganggu

kesehatan, serta pencantuman label peringatan kandungan gula,

garam dan lemak;

4. Belum terintegrasinya supply chain antara bahan baku, industri dan

pasar.

5. Belum optimalnya penelitian dan pengembangan di industri pangan

11

PERMASALAHAN (Lanjutan .........)

II. Non Industri

1. Rendahnya Produktivitas On-Farm

2. Kurang optimalnya pengolahan pasca-panen produk pertanian (misalnya tingginyakandungan aflatoksin pada jagung sehingga tidak memenuhi standar kualitas bahanbaku industri sorbitol)

3. Ketergantungan impor bahan baku untuk beberapa komoditas tertentu, contoh :

Uraian Volume Impor(Ribu Ton)

Nilai Impor(Juta US$)

a. Gula

b. Jagung

c. Kedelai

d. Gandum

e. Pure (buah)

f. Daging (termasuk konsumsi)

2.602,45

2.770,66

1.799,99

4.882,14

16,35

87,31

1.292,9

688,33

1.092,07

1.564,56

19,04

364,01

Catatan : data s/d Oktober 2014

4. Kurangnya infrastruktur terutama di sentra produksi bahan baku

12

DAMPAK TINGGINYA IMPOR

1. Kontinuitas jaminan pasokan bahan baku tidakterjamin

2. Harga sangat berfluktuatif

3. Resiko transportasi (demorage)

4. Pengadaan stock yang cukup besar

5. Biaya asuransi yang mahal

13

IV. KEBIJAKAN

14

1. Telah disusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana IndukPembangunan Industri Nasional (RIPIN), dan memasukkan industripangan sebagai salah satu kelompok industri prioritas untukdikembangkan;

2. Insentif Fiskal

• Pemberian insentif fiskal baik berupa tax holiday (PMK 130 tahun

2011) maupun tax allowance (sesuai PP 52 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007

tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di

Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah

Tertentu).

• Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan

untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam rangka

Penanaman Modal (PMK No. 176/PMK.011/2009 jo. PMK No.

76/PMK.011/2012)

KEBIJAKAN

14

15

3. Fasilitasi penyediaan bahan baku, diantaranya dengan pengenaan bea

keluar (BK) seperti CPO & CPKO dan turunannya serta biji kakao

4. Penerapan SNI wajib dan pengawasan mutu Produk

• Hampir semua produk pangan sudah mempunyai SNI;

• Penyusunan SNI produk pangan yang belum ada SNI nya;

• Melakukan revisi atas SNI produk pangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan standar maupun teknologi yang ada saat ini;

• Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia secara wajib, yaitu : Tepung terigu, Gula Kristal Rafinasi, Kakao Bubuk, AMDK,

• Pengawasan mutu produk baik dilakukan di pabrik maupun di pasar;

• Pembinaan kepada industri agar tetap menjaga kualtias/mutu produknya sesuai dengan standar yang berlaku.

KEBIJAKAN

15

16

V. PERAN KOPERASI

17

No. Uraian

Kepemilikan

Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat

Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1 Kelapa Sawit 6.170.700 58,29 4.415.800 41,71

2 Kakao 84.700 4,57 1.768.200 95,43

3 Kopi 47.800 3,85 1.193.100 96,15

4 Rumput Laut 3.821.504 100

5 Jagung 769.500 100

Sumber data : BPS

POTENSI KEPEMILIKAN

Mayoritas kepemilikan lahan berada pada Perkebunan Rakyat (Petani),

hal ini menjadi peluang bagi petani untuk membentuk kelompok

usaha atau koperasi.

18

PERANAN KOPERASI

Koperasi mempunyai peluang pengembangan kelembagaan dalamrangka mendukung ketahanan pangan. Kelompok-kelompok tani dapatdimanfaatkan sebagai wadah atau organisasi lumbung pangan dipedesaan dalam bentuk koperasi. Koperasi ini dapat berperan dalam :

1. Pertukaran informasi/pengetahuan dalam rangka peningkatanproduksi.

2. Mendorong petani untuk melakukan peningkatan kualitas produkpertanian melalui pengolahan pasca panen dalam upayamemperpanjang daya simpan.

3. Stabilisator harga komoditas di tingkat petani.4. Pemberdayaan masyarakat untuk produksi dan pengolahan pangan

khas lokal seperti diversifikasi produk, dll.5. Suplai bahan baku/antara industri pengolahan pangan.6. Membangun partisipasi masyarakat dalam mengembangkan

cadangan pangan bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

19

KOPERASI GAPOKTAN

Sebagai koperasi dengan basis wilayah potensinya adalahpertanian, maka fokus kegiatan koperasi dapat meliputi:

• Perdagangan sarana produksi pertanian seperti benih/bibit,pupuk, dll.

• Produksi dan penjualan alat-alat pertanian.

• Pengembangan unit jasa keuangan basis pertanian.

• Sebagai mitra bagi industri, misal sebagai mitra pengadaanberas pecah 100% dan ketan pecah 100% untuk industri tepungberas dan tepung ketan dan mitra industri hortikultura (cabemerah segar, bawang merah segar), sehingga industri bahanbakunya tidak tergantung pada impor.

20

VI. PENUTUP

2121

• Indonesia memiliki sumber daya bahan baku untuk panganyang cukup potensial

• Dalam pengembangan industri pangan perlu keterlibatandari berbagai pihak baik instansi pemerintah di pusatmaupun daerah, dunia usaha dan masyarakat padaumumnya.

• Dukungan nyata pemerintah berupa pemberian insentifinvestasi, bantuan modal, pengembangan SDM,pengembangan mesin peralatan serta melakukan R & Ddalam mengembangkan diversifikasi pangan sertamelakukan sosialisasi terhadap pangan alternatif.