Indonesia Masa Demokrasi Liberal

33
INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959) Era 1950-1959 adalah era di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang- Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959. Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar- besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante. Isinya ialah: 1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950 2. Pembubaran Konstituante 3. Pembentukan MPRS dan DPAS Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini. A.KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL a.KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951) Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir Program : 1.Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman. 2.Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan. 3.Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang. 4.Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat. 5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat. Hasil :

Transcript of Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Page 1: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

Era 1950-1959 adalah era di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959. Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante. Isinya ialah:

1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

2. Pembubaran Konstituante3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.

A.KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL

a.KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951) Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir

     Program        :1.Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.2.Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.3.Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.4.Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.5.      Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

     Hasil                 :

Page 2: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :-Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).- Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.

     Berakhirnya kekuasaan kabinet           :  Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.  

b.KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952) Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.

Dipimpin Oleh:  Sukiman Wiryosanjoyo

     Program         :1.Menjamin keamanan dan ketentraman2.Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani.3.Mempercepat persiapan pemilihan umum.4Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.

     Hasil                 : Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman

     Kendala/ Masalah yang dihadapi      :Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan

Page 3: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.Masalah Irian barat belum juga teratasi.Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

     Berakhirnya kekuasaan kabinet           :  Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. c.KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953) Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam biangnya. Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo

 Program           :

1.Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.2.Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.

     Hasil                     : -   Kendala/ Masalah yang dihadapi            :Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang

Page 4: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

dikalangan partai politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD.Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah

perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh. Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).

     Berakhirnya kekuasaan kabinet     :   Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.  d.KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955) Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo

Program             :

Page 5: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

1.Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.2.Pembebasan Irian Barat secepatnya.3.Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.4.Penyelesaian Pertikaian politik 

     Hasil                  :Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

     Kendala/ Masalah yang dihadapi            :Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD.

Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.

     Berakhirnya kekuasaan kabinet     :  Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.  eKABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

     Dipimpin Oleh       : Burhanuddin Harahap

     Program               :1.Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.

Page 6: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

2.Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru3.Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi4.Perjuangan pengembalian Irian Barat5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

     Hasil                        :Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

     Kendala/ Masalah yang dihadapi   :

lanyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.

     Berakhirnya kekuasaan kabinet      :  Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula. f.KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957) Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo

Program           :Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.1.Perjuangan pengembalian Irian Barat2.Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.3.Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.4.Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

Page 7: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

5.Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.Selain itu program pokoknya adalah, Pembatalan KMB, Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif, Melaksanakan keputusan KAA.

     Hasil                     :Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.

     Kendala/ Masalah yang dihadapi      :Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal

pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.

     Berakhirnya kekuasaan kabinet           :  Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.  g.KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959) Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik. Dipimpin Oleh : Ir. Juanda

Program           :

Page 8: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :Membentuk Dewan Nasional Normalisasi keadaan Republik IndonesiaMelancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB Perjuangan pengembalian Irian JayaMempergiat/mempercepat proses Pembangunan Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.

     Hasil                     :Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan

nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.

     Kendala/ Masalah yang dihadapi       :- Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.-Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.- Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.

Berakhirnya kekuasaan kabinet         :  Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.  

Page 9: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL  Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.

Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut. 1.Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.2.Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.3.Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.4.Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.5.Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

6.Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.7.Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.8.Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar. Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :1.Mengurangi jumlah uang yang beredar2.Mengatasi Kenaikan biaya hidup.Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :1. Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. C. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL 

Page 10: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.

1.Gunting Syafruddin Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950

Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta. 2.Sistem Ekonomi Gerakan Benteng Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia

untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).

Programnya :1.Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia. 2.Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. 3.Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit. 5.Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.  Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar.

Kegagalan program ini disebabkan karena :

Page 11: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

1.Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.2.Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.3.Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.4.Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.5.Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.6.Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.  Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

 3.Nasionalisasi De Javasche Bank Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.

Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara drastis.Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951. 4.Sistem Ekonomi Ali-Baba Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah Untuk memajukan pengusaha pribumi. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.

Page 12: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi. Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina. Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,

      Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.

      Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional

      Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:

      Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.

      Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.

      Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas. 5.Persaingan Finansial Ekonomi (Finek) Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi :

      Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.      Hubungan Finek Indonesia-Belanda

didasarkan atas hubungan bilateral.      Hubungan Finek didasarkan pada Undang-

undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.  Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.

Page 13: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Dampaknya : Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut. 6.Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :

      Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.

      Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.

      Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing. 7.Musyawarah Nasional Pembangunan Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :

      Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.

      Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.

Page 14: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

      Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.      Membutuhkan biaya besar untuk

menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga meningkatkan defisit Indonesia.

      Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.

Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi

kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terjadi di empat daerah, yaitu :

1.DI/TII Jawa Barat

Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949

Page 15: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962.

2.DI/TII Jawa Tengah

Gerakan DI/TII juga menyebar ke Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian diangkat sebagai komandan pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia. Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdulrachman (Romo Pusat atau Kiai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu

pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders.

3.DI/TII Aceh

Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan kombonasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.

4.DI/TII Sulawesi Selatan

Page 16: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati oleh pasukan TNI.

. Pengertian Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan. Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara.

Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuataub. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.c. Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

Page 17: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet.5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak

memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :

Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Page 18: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

Contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial: Amerika Serikat, Filipina, Brasil, Mesir, dan Argentina. Dan contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan parlemen: Inggris, India, Malaysia, Jepang, dan Australia. Bahkan, negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara Prancis sekarang ini.

Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan

diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis.Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman.

Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah.

Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Page 19: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,

Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

[Hasil

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen).

Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan Dayak, PPTI, AKUI,

PRD (bukan PRD modern), ACOMA dan R. Soedjono Prawirosoedarso).

Ini mrpk pemilu Indonesia yg pertama dlm sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 thn. Kalau dikatakan pemilu Indonesia merupakan syarat minimal bagi ada demokrasi, apakah berarti selama 10 thn itu Indonesia benar-benar tak demokratis? tak mudah juga menjawab pertaan tersebut. yg jelas, sebetul sekitar tiga bulan stlkemerdekaan dipro-klamasikan oleh Soekarno & Hatta pd 17 Agustus 1945, pemerin-tah waktu itu sudah metakan keinginan untuk bisa menyele-nggarakan pemilu Indonesia pd awal thn 1946. Hal itu dicantumkan dlm Maklumat X, atau Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 Nopember 1945, yg berisi anjuran tentang pembentukan par-tai-partai politik. Maklumat tersebut menyebutkan, pemilu Indonesia untuk me-milih anggota DPR & MPR akan diselenggarakan bulan Januari 1946. Kalau kemudian terta pemilu Indonesia pertama tersebut baru terselenggara hampir sepuluh thn stlkemudian tentu bukan tanpa sebab.

Tetapi, berbeda dengan tujuan yg dimaksudkan oleh Maklumat X, pemilu Indonesia 1955 dilakukan dua kali. yg pertama, pd 29 September 1955 untuk memlih anggota-anggota DPR. yg kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-

Page 20: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

anggota Dewan Konstituante. dlm Maklumat X ha disebutkan bahwa pemilu Indonesia yg akan diadakan Januari 1946 ialah untuk memilih angota DPR & MPR, tak ada Konstituante.

  Keterlambatan & “penyimpangan” tersebut bukan tanpa sebab pula. Ada kendala yg bersumber dr dlm negeri & ada pula yg berasal dr faktor luar negeri. Sumber penyebab dr dlm antara lain ketaksiapan pemerintah menyelenggarakan pemilu, baik karena belum tersedia perangkat perun&g-un&gan untuk mengatur penyelenggaraan pemilu Indonesia maupun akibat rendah stabilitas keamanan negara. & yg tak kalah penting, penyebab dr dlm itu ialah sikap pemerintah yg enggan menyelenggarakan perkisaran (sirkulasi) kekuasaan scr teratur & kompetitif. Penyebab dr luar antara lain serbuan kekuatan asing yg mengharuskan negara ini terlibat peperangan.tak terlaksana pemilu Indonesia pertama pd bulan Januari 1946 seperti yg diamanatkan oleh Maklumat 3 Nopember 1945, paling tak disebabkan 2 (dua) hal

1. Belum siap pemerintah baru, termasuk dlm penyusunan perangkat UU Pemilu;

2. Belum stabil kondisi keamanan negara akibat konflik internal antar kekuatan politik yg ada pd waktu itu, apalagi pd saat yg sama gangguan dr

luar juga masih mengancam. Dengan kata lain para pemimpin lebih disibukkan oleh urusan konsolidasi.

Namun, taklah berarti bahwa selama masa konsolidasi kekuatan bangsa & perjuangan mengusir penjajah itu, pemerintah kemudian tak berniat untuk menyelenggarakan pemilu. Ada indikasi kuat bahwa pemerintah pu keinginan politik untuk menyelengga-rakan pemilu. Misal ialah dibentuk UU No. UU No 27 thn 1948 tentang Pemilu, yg kemudian diubah dengan UU No. 12 thn 1949 tentang Pemilu. Di dlm UU No 12/1949 diamanatkan bahwa pemilihan umum yg akan dilakukan ialah bertingkat (tak langsung). Sifat pemilihan tak langsung ini didasarkan pd alasan bahwa mayoritas warganegara Indonesia pd waktu itu masih buta huruf, sehingga kalau pemilihan langsung dikhawatirkan akan bak terjadi distorsi.

Kemudian pd paroh kedua thn 1950, ketika Mohammad Natsir dr Masyumi mjd Per&a Menteri, pemerintah memutuskan untuk menjadikan pemilu sebagai program kabinet. Sejak itu pembahasan UU pemilu Indonesia mulai dilakukan lagi, yg dilakukan oleh Panitia Sahardjo dr Kantor Panitia Pemilihan Pusat sebelum kemudian dilanjutkan ke parlemen. pd waktu itu Indonesia kembali mjd negara kesatuan, stlsejak 1949 mjd negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).

Page 21: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

 Setelah Kabinet Natsir jatuh 6 bulan kemudian, pembahasan RUU Pemilu dilanjutkan oleh pemerintahan Sukiman Wirjosandjojo, juga dr Masyumi. Pemerintah ketika itu berupaya menyelenggarakan pemilu Indonesia karena pasal 57 UUDS 1950 metakan bahwa anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.

Tetapi pemerintah Sukiman juga tak berhasil menuntaskan pembahasan un&g-un&g pemilu Indonesia tersebut. Selanjut UU ini baru selesai dibahas oleh parlemen pd masa pemerintahan Wilopo dr PNI pd thn 1953. Maka lahirlah UU No. 7 thn 1953 tentang Pemilu. UU inilah yg mjd payung hukum pemilu Indonesia 1955 yg diselenggarakan scr langsung, umum, bebas & rahasia. Dengan demikian UU No. 27 thn 1948 tentang Pemilu yg diubah dengan UU No. 12 thn 1949 yg mengadopsi pemilihan bertingkat (tak langsung) bagi anggota DPR tak berlaku lagi.

Patut dicatat & dibanggakan bahwa pemilu Indonesia yg pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur & adil serta sangat demokratis. pemilu Indonesia 1955 bahkan mendapat pujian dr berbagai pihak, termasuk dr negara-negara asing. pemilu Indonesia ini diikuti oleh lebih 30-an partai politik & lebih dr seratus daftar kumpulan & calon perorangan. yg menarik dr pemilu Indonesia

1955 ialah tinggi kesadaran berkom-petisi scr sehat. Misal, meski yg mjd calon anggota DPR ialah per&a menteri & menteri yg se&g memerintah, mereka tak menggunakan fasilitas negara & otoritas kepd pejabat bawahan untuk menggiring pemilih yg menguntungkan partai. Karena itu sosok pejabat negara tak dianggap sebagai pesaing yg menakutkan & akan memenangkan pemilu Indonesia dengan segala cara. Karena pemilu Indonesia kali ini dilakukan untuk dua keperluan, yaitu memilih anggota DPR & memilih anggota Dewan Kons-tituante, maka hasil pun perlu dipaparkan semua.

Tanggal 1 Januari Diperingati Sebagai Hari Raya Tahun Baru MasehiTanggal 10 Januari Diperingati Sebagai Hari TrituraTanggal 15 Januari Diperingati Sebagai Hari Peristiwa Laut atau SamuderaTanggal 25 Januari Diperingati Sebagai Hari GiziTanggal 9 Februari Diperingati Sebagai Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan IndonesiaTanggal 13 Februari Diperingati Sebagai Hari FarmasiTanggal 1 Maret Diperingati Sebagai Hari Kehakiman IndonesiaTanggal 9 Maret Diperingati Sebagai Hari Wanita IndonesiaTanggal 11 Maret Diperingati Sebagai Hari Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)Tanggal 18 Maret Diperingati Sebagai Hari Arsitektur IndonesiaTanggal 24 Maret Diperingati Sebagai Hari Peringatan Bandung Lautan ApiTanggal 6 April Diperingati Sebagai Hari Nelayan IndonesiaTanggal 9 April Diperingati Sebagai Hari Penerbangan NasionalTanggal 19 April Diperingati Sebagai Hari Pertahanan Sipil (Hansip)Tanggal 21 April Diperingati Sebagai Hari Peringatan RA. KartiniTanggal 24 April Diperingati Sebagai Hari Angkutan Nasional

Page 22: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

Tanggal 27 April Diperingati Sebagai Hari Lembaga Pernasyarakatan IndonesiaTanggal 1 Mei Diperingati Sebagai Hari Peringatan Pernbebasan Irian BaratTanggal 2 Mei Diperingati Sebagai Hari Pendidikan NasionalTanggal 3 Mei Diperingati Sebagai Hari SuryaTanggal 20 Mei Diperingati Sebagai Hari Kebangkitan NasionalTanggal 21 Mei Diperingati Sebagai Hari Buku NasionalTanggal 1 Juni Diperingati Sebagai Hari Lahirnya PancasilaTanggal 3 Juni Diperingati Sebagai Hari Pasar Modal IndonesiaTanggal 21 Juni Diperingati Sebagai Hari Krida PertanianTanggal 22 Juni Diperingati Sebagai Hari Ulang Tahun Kota JakartaTanggal 24 Juni Diperingati Sebagai Hari Bidan IndonesiaTanggal 29 Juni Diperingati Sebagai Hari Keluarga Berencana NasionalTanggal 1 Juli Diperingati Sebagai Hari BhayangkaraTanggal 1 Juli Diperingati Sebagai Hari Anak-anak IndonesiaTanggal 5 Juli Diperingati Sebagai Hari Bank IndonesiaTanggal 12 Juli Diperingati Sebagai Hari Koperasi IndonesiaTanggal 22 Juli Diperingati Sebagai Hari KejaksaanTanggal 10 Agustus Diperingati Sebagai Hari Veteran NasionalTanggal 14 Agustus Diperingati Sebagai Hari Pramuka (Praja Muda Karana)Tanggal 17 Agustus Diperingati Sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaTanggal 18 Agustus Diperingati Sebagai Hari Konstitusi Republik IndonesiaTanggal 19 Agustus Diperingati Sebagai Hari Departemen Luar NegeriTanggal 21 Agustus Diperingati Sebagai Hari Maritim NasionalTanggal 1 September Diperingati Sebagai Hari Polwan (Polisi Wanita)Tanggal 8 September Diperingati Sebagai Hari AksaraTanggal 8 September Diperingati Sebagai Hari Pamong PrajaTanggal 11 September Diperingati Sebagai Hari RRI (Radio Republik Indonesia)Tanggal 17 September Diperingati Sebagai Hari Perhubungan NasionalTanggal 17 September Diperingati Sebagai Hari Palang Merah IndonesiaTanggal 24 September Diperingati Sebagai Hari Agraria Nasional (Hari Tani)Tanggal 28 September Diperingati Sebagai Hari Kereta ApiTanggal 29 September Diperingati Sebagai Hari SarjanaTanggal 30 September Diperingati Sebagai Hari Berkabung Nasional GestipuTanggal 1 Oktober Diperingati Sebagai Hari Kesaktian PancasilaTanggal 5 Oktober Diperingati Sebagai Hari Ulang Tahun ABRITanggal 15 Oktober Diperingati Sebagai Hari Hak Asasi BinatangTanggal 16 Oktober Diperingati Sebagai Hari Parlemen Republik Indonesia

Tanggal 24 Oktober Diperingati Sebagai Hari Dokter IndonesiaTanggal 27 Oktober Diperingati Sebagai Hari Penerbangan NasionalTanggal 28 Oktober Diperingati Sebagai Hari Sumpah PemudaTanggal 30 Oktober Diperingati Sebagai Hari KeuanganTanggal 3 November Diperingati Sebagai Hari KerohanianTanggal 10 November Diperingati Sebagai Hari PahlawanTanggal 12 November Diperingati Sebagai Hari Kesehatan NasionalTanggal 21 November Diperingati Sebagai Hari PohonTanggal 25 November Diperingati Sebagai Hari Guru (PGRI)Tanggal 4 Desember Diperingati Sebagai Hari ArtileriTanggal 9 Desember Diperingati Sebagai Hari Armada Republik IndonesiaTanggal 12 Desember Diperingati Sebagai Hari TransmigrasiTanggal 15 Desember Diperingati Sebagai Hari InfanteriTanggal 19 Desember Diperingati Sebagai Hari TrikoraTanggal 20 Desember Diperingati Sebagai Hari SosialTanggal 22 Desember Diperingati Sebagai Hari Ibu

PAHLAWAN MEREBUT KEMERDEKAAN

No

Melawan VOC Melawan Belanda

1 Sultan Ageng Tirtayasa

Cut Nyak Dien

2 Pangeran Purbaya Christina Martha Tiahahu

3 Kyai Tapa Anthoni Rebok4 Ratu Bagus Thomas Pattiwel5 SultanAgung

HanyokrokusumoKapiten Patimura (Thomas Matualessy)

6 Tumenggung Bahurekso

Datuk Bandoro

Page 23: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

7 Tumenggung Sura Agul-Agul

Tuanku Imam Bonjol

8 Kyai Dipati Mandurorejo

Tuanku Nan Cerdik

9 Kyai Dipati Upasono Tuanku Nan Renceh10

Trunojoyo Datuk Sati

11

Untung Suropati Pangeran Mangkubumi

12

Sunan Mas (Amangkurat III)

Pangeran Joyokusumo

13

Mangkubumi Kyai Mojo

14

Mas Said H. Baharudin

15

Hitu Kakiali H. Mustopa

16

Telukhabisi Sentot Alibasya Prawirodirjo

17

Pangeran Saidi I Gusti Ngurah Rai

18

Jailolo I Gusti Ketut Jelantik

19

Sultan Hasanuddin Pangeran Antasari

20

Monte Marena Karaeng

Kyai Demang Leman

21

Tumenggung Suropati

22

Pangeran Hidayat

23

Moh Seman

24

Sultan Mahmud Syah

25

Muhammad Dausyah

26

Teuku Cik Ditiro

27

Panglima Polim

28

Cut Nyak Meutia

29

Teuku Umar

30

Tuanku Pasaman

31323334353

Page 24: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

63738394041424344454647484950

515253545556

Pahlawan Mempertahankan Kemerdekaan Melawan Belanda

No

Melalui Konfrontasi Melalui Diplomasi

123456789101

Page 25: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

11213141516171819202122232425

26272728293031323334353637383

Page 26: Indonesia Masa Demokrasi Liberal

94041424344454647484950515253

545556