INDIVIDU DALAM KELOMPOK

24
PSIKOLOGI SOSIAL II OLEH: TEMISKA AMATMU KELAS: B PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

description

INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Transcript of INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Page 1: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

PSIKOLOGI SOSIAL II

OLEH:

TEMISKA AMATMU

KELAS: B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

Page 2: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

INDIVIDU DALAM KELOMPOK

A. Definisi, Manfaat, dan Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok

1. Definisi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit

koheren pada beberapa tingkatan. Kelompok adalah dua atau lebih orang yang berbagi

definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi

tersebut. (Sarlito, 2009).

2. Manfaat Kelompok bagi Individu

Seseorang akan bergabung dalam kelompok tertentu jika kelompok tersebut

dirasakan memberikan manfaat bagi individu tersebut. Kelompok memiliki 3 manfaat:

a. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa berarti dan dimiliki

b. Kelompok sebagai sumber identitas diri

c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita

Selain itu ada manfaat lain yang cukup mendasar yang membuat individu betah

dalam berkelompok, yakni dukungan untuk mencapai tujuan individu. Dengan

berkelompok, individu akan merasa dan mengharapkan bantuan dari anggota kelompok

lainnya, setidaknya dukungan untuk mencapai hal tersebut.

3. Alasan Individu Bergabung di Dalam Kelompok

Vaughan dan Hogg (2005) dalam Sarlito, 2009 mengemukakan beberapa alasan

individu menjadi anggota suatu kelompok

a. Proksimitas. individu cenderung bergabung dengan individu lain yang berdekatan.

b. Kesamaan minat, sikap, atau keyakinan. Individu-individu yang punay minat atau

keyakinan yang sama cenderung berkelompok.

c. Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adanya tujuan bersama

menyebabkan beberapa individu bergabung dalam satu kelompok.

d. Dukungan timbal balik yang positif dan kenikmatan berafiliasi. Kelompok bisa

memberi dukungan yang positif kepada individu serta membuat individu merasa

memiliki afiliasi. Hal ini dapat menghidarkan individu dari kesepian.

Page 3: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

e. Dukungan emosional. Kelompok juga bisa memberi dukungan emosional utnuk para

anggotanya.

f. Identitas sosial. Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu

memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota suatu kelompok.

B. Komponen Utama Kelompok

1. Peran

a. Definisi Peran

Peran adalah serangkaian tingkah laku yang dijalankan dan atau diharapkan

dijalankan oleh anggota kelompok yang memiliki posisi tertentu didalam kelompok

sehingga membedakan ia dari anggota lain yang memiliki posisi berbeda. Peran

muncul karena kelompok terdiri dari kumpulan individu yang punya fungsi berbeda-

beda, sesuai dengan posisinya. Dengan demikian, peran berfungsi untuk

membedakan anggota kelompok berdasarkan tanggung jawab masing-masing.

b. Konflik Peran

Konflik peran adalah kondisi ketika berbagai tuntutan di dalam peran seseorang

bertentangan (intraperan) atau ketika tuntutan dari beberapa peran yang dimiliki

seseorang saling bertentangan satu sama lain (antarperan) (Burn, 2004 dalam Sarlito,

2009).

2. Status

Status adalah posisi seorang anggota kelompok dalam hierarki kelompok

berdasarkan prestasi, penghormatan, atau keistimewaan yang membedakan dirinya

dengan anggota lain di dalam kelompok. Status terbentuk karena adanya perbedaan

peran di dalam kelompok. Status mengindikasikan bahwa di dalam kelompok ada

hierarki (Vaughan dan Hogg, 2005 dalam Sarlito, 2009). Ada anggota kelompok yang

lebih tinggi statusnya dan ada yang lebih rendah. Hal ini menandakan bahwa didalam

kelompok terjadi perbandingan antar anggota kelompok.

Status terdiri dari dua jenis, yaitu status yang diwariskan dan status yang

diusahakan. Status yang diwariskan adalah status yang diberikan kepada individu

karena ia memiliki karakteristik yang menurut kelompok berharga dan prestisius,

sedangkan status yang diusahakan, yaitu status yang diusahakan diperoleh individu

Page 4: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

karena ia melakukan sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan kelompok atau

berkorban untuk kelompok.

3. Komunikasi di dalam Kelompok

Komunikasi di dalam kelompok adalah transmisi informasi dan pemahaman

antar anggota kelompok. Komunikasi sangat penting bagi kelompok karena anggota

kelompok dengan perannya masing-masing perlu berkoordinasi untuk mencapai tujuan

kelompok.

Komunikasi didalam kelompok biasanya membentuk jejaring komunikasi.

Jejaring komunikasi bisa terpusat (centralized) yang terbentuk ketika anggota kelompok

harus menghubungi seorang tokoh sentral untuk berkomunikasi dengan angota lain.

Tokoh sentral ini adalah sumber informasi serta target komunikasi Sedangkan jejaring

komunikasi tersebar (decentralized) dterbentuk ketika informasi mengalir di antara

anggota kelompok tanpa harus melalui tokoh sentral.Komunikasi juga bisa berbentuk

secara formal (memo internal dan rapat mingguan) dan informal (grapevine dan gosip).

Iklim komunikasi juga berperan penting dalam mempengaruhi tingkah laku

anggota kelompok. Ilkim komunikasi dapat bersifat suportif (koorperatif), yaitu saat

anggota kelompok merasa bebas untuk berkomunikasi secara jujur dan komunikasi

ditujukan untuk membahas kerja kelompok, sedangkan defensif (kompetitif) yaitu saat

anggota kelompok saling tidak percaya, dan saling bersaing.

4. Norma

Norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan tidak

seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma adalah hal pertama yang

dibutuhkan oleh sebuah kelompok baru. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja

untuk mencapai tujuannya. Norma dapat berbentuk formal, yakni dinyatakan dalam

bentuk peraturan tertulis seperti UUD 1945 dan informal yakni yang tidak tertulis

seperti musyawarah mufakat.

5. Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang

membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.

Kohesivitas penting bagi kelompok karena ia menyatukan beragam anggota menjadi

Page 5: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

satu kelompok. Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan dengan konformitas

anggota terhadap norma kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan pada

persamaan sebagai anggota kelompok, meningkatnya komunikasi di dalam kelompok,

dan meningkatnya rasa suka terhadapa anggota kelompok (Sarlito, 2009).

6. Sosialisasi Kelompok

Sosialisasi kelompok adalah bagaimana kelompok berubah dari waktu ke waktu

karena anggotanya berinteraksi sehingga terjadi perubahan struktur hubungan dan peran

di dalam kelompok. Ada berbagai model sosialisasi kelompok. Salah satunya adalah

model perkembangan kelompok dasar dari Tuckman (1965) dalam Sarlito, 2009 yaitu

forming (orientasi), storming (konflik), norming (struktur), performing (bekerja),

adjourning (bubar).

C. Pengaruh Kelompok terhadap Tingkah Laku Individu

1. Pemalasan Sosial

Di dalam kelompok, individu juga dapat mengalami pemalasan sosial. Individu

menjadi “malas” ketika berada di dalam kelompok. Kelompok membuat motivasi dan

usaha individu berkurang. Fenomena ini terjadi pada berbagai konteks dan tugas

seperti tugas fisik, kognitif, evaluatif, dan perseptual, serta pada berbagai latar

belakang budaya.

2. Free-rider effect

Selain pemalasan sosial, ada gejala lain yang mirip yaitu free-rider effect yaitu

orang yang mengambil untung dengan menggunakan fasilitas atau sumber daya miliki

umum, namun ia tidak mau berkontribusi merawatnya (Sarlito, 2009).

3. Mengurangi pemalasan sosial dan Free-rider effect

Gejala pemalasan sosial dan free-rider effect merugikan bagi kelompok. Oleh karena

itu, terdapat cara menguranginya menurut (Sarlito, 2009) yaitu:

a. Memebuat hasil kerja individual dapat segera dikenali.

b. Meningkatkan komitmen orang untuk sukses bersama.

c. Menegaskan nilai pentingnya tugas yang dikerjakan.

Page 6: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

d. Membentuk pandangan bahwa yang dikerjakan setiap orang adalah unik, bukan

sekedar “pengulangan” atau hal serupa tapi dikerjakan oleh orang lain.

Pertanyaan:

1. Dibawah ini yang menjadi alasan seseorang bergabung di dalam kelompok yaitu?

a. Peran

b. Proksimitas

c. Status

d. Norma

e. Kohesivitas

2. Dibawah ini yang termasuk manfaat kelompok bagi individu kecuali?

a. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa berarti

b. Kelompok sebagai sumber identitas diri

c. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa dimiliki

d. Kelompok memberi status

e. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita

3. Dibawah ini merupakan model sosialisasi kelompok, model perkembangan kelompok

dasar dari Tuckman (1965) yaitu:

a. Storming

b. Proksimitas

c. Kohesivitas

d. Afiliasi

e. Social Loafing

4. “Faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi

anggota sehingga terbentuklah kelompok” merupakan pengertian dari?

a. Afiliasi

Page 7: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

b. Free-rider effect

c. Kohesivitas

d. Sosial Loafing

e. Proksimitas

5. Dibawah ini cara mengurangi pemalasan sosial dan free-rider effect, kecuali?

a. Membuat hasil kerja individual dapat segera dikenali.

b. Meningkatkan komitmen orang untuk sukses bersama.

c. Menegaskan nilai pentingnya tugas yang dikerjakan.

d. Meningkatkan komunikasi di dalam kelompok

e. Membentuk pandangan bahwa yang dikerjakan setiap orang adalah unik.

6. Jelaskan perbedaan antara status yang diwariskan dan status yang di usahakan

Jawab : Status yang diwariskan: status yang diberikan kepada individu karena ia memiliki

karakteristik yang menurut kelompok berharga dan prestisius

Status yang diusahakan: status yang diusahakan diperoleh individu karena ia melakukan

sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan kelompok atau berkorban untuk kelompok

7. Apa yang dimaksud dengan konflik peran?

Jawab : Konflik peran adalah kondisi ketika berbagai tuntutan di dalam peran seseorang

bertentangan (intraperan) atau ketika tuntutan dari beberapa peran yang dimiliki seseorang

saling bertentangan satu sama lain (antarperan).

8. Jelaskan perbedaan antara pemalasan sosial dan free-rider effect?

Jawab : Pemalasan sosial: Individu menjadi “malas” ketika berada di dalam kelompok.

Kelompok membuat motivasi dan usaha individu berkurang.

Free-rider effect: orang yang mengambil untung dengan menggunakan fasilitas atau

sumber daya miliki umum, namun ia tidak mau berkontribusi merawatnya.

Page 8: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Yel-Yel

Kelompok, sangat bermanfaat bagi individu

Memiliki komponen utama, yaitu peran, status komunikasi, norma, kohesivitas, dan

sosialisasi

Kelompok berpengaruh terhadap individu yaitu pemalasan sosial dan free-rider effect

Mind Mapping

Sumber: Sarwono, Sarlito W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Page 9: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Hubungan Perilaku Sosial dengan Lingkungan

A. Perilaku Spasial Manusia

Perilaku spasial adalah perilaku individu yang berhubungan dengan jarak dalam

interaksi baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku spasial adalah bagaimana orang

menggunakan tatanan dalam lingkungannya.

Perilaku spasial berhubungan dengan ruang pribadi dan teritorial :

1. Ruang pribadi ( personal space )

Ruang pribadi adalah kawasan sekitar seseorang yang mereka anggap sebagai

psikologis mereka. Gagasan ruang pribadi berasal dari Edward T. Hall Ruang pribadi

itu sebuah tempat yang tidak terbatas oleh bentuk fisik. Ruang pribadi adalah tempat

untuk menjadi diri kita sendiri. Melakukan sesuatu yang menjadi passion kita.

Keinginan yang terpendam, yang sangat bernafsu untuk kita wujudkan dan kerjakan.

Dalam interaksi sosial, orang mencoba untuk mempertahankan keseimbangan

yang dapat diterima antara kedekatan yang menyenangkan dengan jarak yang

canggung. Ruang pribadi sering diukur melalui jarak fisik seseorang, Edward Hall

(1959) seorang pakar antropologi, mengajukan 4 daerah pokok untuk  seseorang 

melakukan interaksi interpersonal:

a. Jarak intim (0-18 inci)

Jarak seperti ini digambarkan oleh Edward bercumbu, berciuman, senggama, oral

seks, dan ibu yang menyusui anak nya.

b. Jarak pribadi (18 inci- 4 kaki)

Jarak seperti ini digambarkan ileh edward seperti  bercakap-cakap.

c. Jarak sosial ( 4-7 kaki)

Jarak seperti ini digambarkan oleh Edward seperti orang yang melakukan bisnis

(metting).

d. Jarak public (12-25 kaki)

Jarak seperti ini digambarkan oleh Edward seperti orang lain berteriak memanggil

orang lain (Sears, 2005).

2. Perilaku Teritorial

Teritorial adalah tempat yang dimiliki atau dikuasai oleh seorang individu. Perilaku

territorial merupakan cara orang mengatur interaksi sosial, dan dapat melayani berbagai

fungsi yang khas. Aturan teritorial dapat mempermudah dan menertibkan interaksi

sehari-hari.

Page 10: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Altman membagi daerah teritorial menjadi 3 yaitu:

a. Teritorial Primer

Daerah ini dimiliki secara keseluruhan, misalnya: rumah, apartemen, ruang kerja

pribadi. Ini dikelola secara relative permanen dan merupakan  hal yang penting dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Teritorial Sekunder

Daerah ini digunakan secara teratur, tetapi digunakan bersama orang lain. Misalnya :

rumah keluarga, laboratorium dll.

c. Teritorial public

Daerah ini digunakan untuk kepentingan umum yang teritorialnya biasanya

pemerintah, misalnya taman bermain, perpustakaan.

3. Perbedaan Perilaku Spasial Manusia

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku spasial yang

berbeda-beda antar individu, antara lain :

a. Jenis  Kelamin

Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor

jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri

b. Umur

Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada kaitannya

dengan kemandirian.

c. Kepribadian

Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya

memiliki RP yang lebih kecil. Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih

mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si pencemas

akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang

yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.

d. Kekuasaan dan Status

Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.

e. Pengaruh Lingkungan Fisik

Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan

cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya

bila ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk di bagian

sudut daripada di tengah ruangan (Sears, 2005).

Page 11: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

B. Rasa Sesak

1. Definisi

Kepadatan sosial adalah jumlah orang yang secara objektif berada

dalam suatu ruang tertentu, sedangkan rasa sesak adalah perasaan

sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersikap subjektif.

Berdasarkan definisi itu, kepadatan bisa bersifat menyenangkan atau

tidak menyenangkan. Kadang-kadang kita merasa cukup sesak

meskipun memiliki ruang yang cukup luas di sekitar kita.

2. Berbagai Teori tentang Rasa Sesak Manusia

a. Beban Indera yang berlebihan

Kepadatan sosial merupakan salah satu sumber stimulasi

yang kadang-kadang dapat meninmbulkan rangsangan yang

berlebihan dan perasaan sesak (Sears, 1985).

b. Intensitas Kepadatan

Penjelasan yang lain adalah bahwa kepadatan tinggi dapat

menguatkan reaksi yang umum terhadap situasi sosial.

c. Hilangnya kendali

Kepadatan yang tinggi menyebabkan orang merasa kurang

memiliki atau kendali terhadap tindakannya sehingga

menimbulkan perasaan sesak (Baron & Rodin, 1978 dalam Sears,

2005).

3. Kepadatan Populasi di Kota Besar

Dalam sebuah penelitian di Amerika (Sears, 2005), peneliti

menyimpulkan bahwa kepadatan di kota besar tidak bertanggung

jawab atas timbulnya kejahatan. Hasil ini tampak mengejutkan,

karena adanya streotip bahwa kehidupan kota sangat menyesakkan

dan penuh dengan kejahatan. Beberapa penelitian menyebutkan

bahwa sebagian orang yang tinggal di kota besar memiliki fungsi

fisiologis. Jumlah penderita gangguan mental di kota besar tidak

lebih tinggi dibandingkan komunitas yang lebih kecil. Orang yang

tinggal di kota besar tidak memiliki kemungkinan yang lebih besar

untuk melakukan bunuh diri dibandingkan orang yang tinggal di

dalam komunitas yang lebih kecil. Kenyataannya, penduduk kota

Page 12: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

menyatakan bahwa mereka sama bahagianya dengan orang yang

tinggal di pinggir kota, di kota kecil, atau di daerah perdesaan.

4. Kepadatan Tempat Tinggal

Banyak peneliti yang menguji pengaruh kepadatan tempat

tinggal dengan kesejahteraan. Hasil yang ditunjukkan

beranekaragam. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Mitchell 1971 (dalam Sears, 2005), yang mengunjungi sejumlah

rumah di Hongkong, salah satu kota paling sesak di dunia,

didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang cukup

besar antara kepadatan dengan patologi. Penelitian lainnya

membuktikan bahwa mahasiswa yang tinggal di dalam asrama yang

seharusnya kapasitas kamar asrama itu diisi oleh dua orang, namun

diisi dengan tiga orang melaporkan adanya stress dan kekecewaan

secara signifikan dibandingkan mahasiswa yang tinggal berdua

dalam satu kamar. Mereka juga melaporkan adanya perasaan

kurang dapat mengendalikan lingkungannya.

Dalam mengulas berbagai macam penemuan ini, Epstein

(1981) dalam Sears, 2005 menyatakan bahwa pengaruh negatif dari

kepadatan tempat tinggal tidak akan terjadi bila penghuni

mempunyai sikap koperatif dan tingkat kendali tertentu.

C. Stress Lingkungan

1. Definisi Stres

Beberapa peneliti melihat stres sebagai suatu stimulus, yang sering kali disebut

sebagai stresor, dan bukan suatu respon, dan mengidentifikasikannya dengan suatu

daftar panjang berbagai kondisi lingkungan, seperti kebosanan, stimuli yang tidak dapat

dikendalikan, berbagai bencana kehidupan, dan masalah sehari-hari. Pendapat lain

dikemukakan oleh Sarafino (dalam Sears, 2005) mencoba mengkonseptualisasikan ke

dalam tiga pendekatan, yaitu stimulus, respons dan proses.

2. Kaitan antara Stres dengan Psikologi Lingkungan

Stres amat terkait dengan psikologi lingkungan terutama dalam hal ini adalah

stres lingkungan. Dalam konteks lingkungan binaan, maka stres dapat muncul jika

lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak langsung menghambat

Page 13: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

tujuan penghuni, dan jika rancangan lingkungannya membatasi strategi untuk

mengatasi hambatan tersebut, maka hal itu merupakan sumber stres.

Sementara itu, Baum, Singer, dan Baum (dalam Sears, 2005), mengartikan stres

lingkungan dalam tiga faktor, yaitu stresor fisik (misalnya: suara), penerimaan individu

terhadap stresor yang dianggap sebagai ancaman, dan dampak stresor pada organisme

(dampak fisiologis).

3. Peran Stres dalam Mempengaruhi Individu dalam Lingkungan

Menurut Iskandar (dalam Sears, 2005), proses terjadinya stres juga melibatkan

komponen kognitif. Seperti skema model stres yang diadaptasi dari Selye dan

Lazarus, menjelaskan bahwa faktor psikologi individual (intelektual, pengalaman lalu,

pengetahuan dan motivasi) dan aspek kognitif tentang stimulus (pengontrolan

persepsi, dapat diduga, kesegeraan) dalam penelitian kognitif tentang lingkungan yang

diawali oleh stimulus lingkungan, lalu dilanjutkan oleh reaksi alam proses otonom,

kemudian melalui tahapan berikutnya yaitu tahapan bereaksi strategi mengatasi stres.

Jika berhasil maka individu tersebut akan mengalami proses adaptasi, sedangkan jika

gagal maka individu tersebut akan melalui tahapan kelelahan.

4. Stress Lingkungan : Kebisingan

Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi sosial kita,

salah satu faktor penting adalah tingkat stress yang ditimbulkan oleh lingkungan fisik

beberapa penyebab stress lingkungan seperti gempa bumi atau banjir,bersifat

mendadak dan kuat mampu mengubah lingkungan manusia secara dramastis.

a. Kebisingan jangka pendek

Salah satu penemuan yang paling penting dari penelitian tentang kebisingan

jangka pendek adalah bahwa orang dapat beradaptasi dengan sangat cepat,dalam

beberapa menit reaksi fisiologis akan menghilangkan dan penampilan akan kembali

normal. Selama kebisingan itu tidak sedemikian tinggi sehingga menimbulkan rasa

sakit atau kerusakan fisik,orang akan dapat beradaptasi dengan sangat cepat. Bila

seseorang sudah terbiasa denga suara bising,maka orang tersebut akan mengerjakan

semua tugas dalam lingkungan bising sebaik dalam lingkungan tenang.

b. Kebisingan jangka panjang

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa timbulnya kebisingan jangka

panjang yang luas dikota New york dibangun disamping jalan raya dan karena

rancangan bangunannya tingkat kebisingan didalam apartemen itu sangat tinggi.

c. Bagaimana kebisingan mempengaruhi perilaku sosial

Page 14: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti mulai menyelidiki dampak

kebisingan tehadap perilaku sosial dan salah satu kesimpulannya adalah bahwa

kebisingan dapat mengurangi perhatian terhadap isyarat-isyarat sosial(Sears, 2005).

D. Psikologi Rancangan Arsitektual

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan . Dalam artian yang lebih

luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,

mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap,

hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur

juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Salah satu pertanyaan paling menarik yang di hadapi oleh para pakar psikologi

lingkungan adalah bagaimana perancangan bangunan, jalan, dan pusat perbelanjaan

mempengaruhi kita. Saat ini, sebagian besar penelitian yang di lakukan oleh pakar

psikologi berkaitan dengan struktur asrama (yang jelas menarik minat banyak orang di

universitas) dan perumahan bertingkat-tinggi lawan perumahan bertingkat-rendah (Sears,

2005).

E. Kehidupan di Kota Besar

1. Lingkungan Fisik Dan Sosial

Pengalaman tinggal di kota di pengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial. Secara fisik, kota besar biasanya lebih bising, lebih kotor, dan lebih tercemar di

bandingkan kota kecil. Sedangkan konteks sosial kehidupan kota besar juga berbeda

dengan konteks sosial kehidupan kota kecil dan daerah pedesaan.Kepadatan soaial yang

tinggi merupakan ciri kota besar dan orang kota lebih sering di hadapkan pada

kesesakan.Hal ini berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental, relasi sosial, dan

keragaman gaya hidup (Sears, 2005).

Pertanyaan:

1. Dibawah ini merupakan daerah pokok untuk  seseorang  melakukan interaksi interpersonal,

kecuali?

a. Jarak intim

b. Jarak pribadi

c. Jarak fisiologis

d. Jarak sosial

e. Jarak public

2. Dibawah ini merupakan pembagian daerah teritorial individu, yaitu?

Page 15: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

a. Teritorial Primer

b. Teritorial fisiologis

c. Teritorial pribadi

d. Teritorial sosial

e. Teritorial intim

3. Dibawah ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku spasial

yang berbeda-beda antar individu,kecuali?

a. Jenis  Kelamin

b. Umur

c. Stress

d. Kekuasaan dan Status

e. Pengaruh Lingkungan Fisik

4. Dibawah ini merupakan faktor dari stress lingkungan, kecuali?

a. Stresor fisik

b. Penerimaan individu terhadap stresor yang dianggap sebagai ancaman

c. Dampak stresor pada organisme

d. Dampak fisiologis

e. Kebisingan

5. “Jumlah orang yang secara objektif berada dalam suatu ruang tertentu,

sedangkan rasa sesak adalah perasaan sempit dan tidak memiliki

cukup ruang yang bersikap subjektif” merupakan pengertian dari?

a. Lingkungan fisiologis

b. Kepadatan sosial

c. Populasi

d. Daerah teritorial

e. Daerah Spasial

6. Apakah yang dimaksud denga perilaku spasial?

Jawab: Perilaku spasial adalah individu yang berhubungan dengan jarak dalam interaksi

baik secara fisik maupun psikologis

7. Apakah kaitan antara stress dan lingkungan?

Jawab: stres dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak

langsung menghambat tujuan penghuni, dan jika rancangan lingkungannya

membatasi strategi untuk mengatasi hambatan tersebut, maka hal itu merupakan

sumber stres.

Page 16: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

8. Apakah yang dimaksud dengan perilaku teritorial?

Jawab: Perilaku teritorial merupakan cara orang mengatur interaksi sosial, dan dapat

melayani berbagai fungsi yang khas. Aturan teritorial dapat mempermudah dan

menertibkan interaksi sehari-hari.

Yel-yel

Hubungan perilaku sosial dengan lingkungan

Memiliki perilaku spasial yang terdiri dari ruang pribadi dan perilaku teritorial

Hubungan ini membahas tentang kesesakan, kepadatan, dan stress lingkungan

Selain itu terdapat juga pembahasan mengenai psikologi rancangan arsitektural dan

kehidupan

di kota besar.

Mind Mapping

Page 17: INDIVIDU DALAM KELOMPOK

Sumber: Sears, David O, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 2005.

Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.