Indikator Pelayanan Di Posyandu

4
Indikator Pelayanan di Posyandu Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan indikator-indikator SKDN, masing- masing hurufnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu 2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat) 3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan menimbang berat badannya 4. Dan N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya. Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan, petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari 1. Analisis “Tingkat Partisipasi Masyarakat” dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan “partisipasi mayarakat” untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita di posyansu sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau warga sekitar posyandu dan juga oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dalam hal pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya. 2. Analisis Tingkat “Liputan Program” yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau

description

Kesehatan

Transcript of Indikator Pelayanan Di Posyandu

Indikator Pelayanan di Posyandu

Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan indikator-indikator SKDN, masing-masing hurufnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu

2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat)

3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan menimbang berat badannya

4. Dan N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya.

Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan, petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari

1. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita di posyansu sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau warga sekitar posyandu dan juga oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dalam hal pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.

2. Analisis Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang dicapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) sebagai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, apabila tidak digunakan atau tidak memiliki KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita tersebut telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus ((S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita serta beberapa catatan dan informasi kesehatan lainnya.

3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu Indikator Hasil Program/Hasil Penimbangan dihitung dari jumlah balita yang Naik Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya (idealnya) semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.

4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.

Anak Sehat Bertambah Umur Bertambah Berat Badannya

Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN. Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu, diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan diare. Dimana penjelasannya adalah anak diare akan terjadi dehidrasi, kemudian terjadi penurunan berat badan sebaliknya agar anak tidak diare maka anak tidak akan dehidrasi, anak akan sehat yang ditandai dengan terjadi peningkatan berat badan.

2. Kegiatan pelayanan KB. Penjelasannya keluarga dengan dua anak pengaturan, pola asuh dan distrbusi makan akan merata artinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tentunya anak tersebut akan sehat yang ditandai dengan bertambah umur bertambah berat badan, coba sebaliknya 3-4 anak yang jaraknya hanya satu tahun, pola asuh dan distribusi makanan akan tidak teratur, anak akan tumbuh dengan tidak sehat, pertambahan berat badannya tentunya akan terganggu kadang-kadang naik, kadang turun dan kadang tetap.

3. Demikian juga dengan imunisasi, KIA, dan lainnya kesemuanya mempunyai output anak sehat bertambah umur bertambah berat badanSelanjutnya dalam perkembangannya posyandu atau pos penimbangan mengalami pasang surut, Pada masa orde baru perkembangan posyandu mengalami peningkatan jumlah maupun mutu pelayanan, sampai-sampai beberapa negara sahabat menjadikan posyandu sebagai contoh di negaranya. Namun di Era Reformasi posyandu ini mengalami penurunan jumlah dan juga mutu pelayanan, sehingga beberapa masalah kesehatan yang dulunya dapat dittanggulangi di tingkat posyandu sekarang sudah mulai lagi bermunculan. Bahkan beberapa kebijakan pemerintah daerah dengan pelayanan kesehatan gratis dan juga pemerintah pusat dengan pelayanan kesehatan keluarga miskin, kemudian diback up dengan peningkatan peran posyandu seakan tidak bermakna untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat ditanggulangi di posyandu tersebut. Misalnya saja Diare yang kadang pada saat tertentu mengalami peningkatan kasus kesakitan dan juga kematian bahkan terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).