Indikator atau sistem pendeteksian dini untuk resiko sistemik di sistem keuangan sementar.docx

24
INDIKATOR ATAU SISTEM PENDETEKSIAN DINI UNTUK RESIKO SISTEMIK PADA PERBANKAN Oleh : Irma Susanti Pardosi NIM : 120903028 Jurusan : Ilmu Administrasi Publik Universitas Sumatera Utara 1.Pendahuluan Perekonomian yang sehat tidak terlepas dari peranan perbankan sebagai daya dorong perbaikan ekonomi, khususnya peranan perbankan sebagai lembaga intermediary (perantara). Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang pembayaran haruslah mampu mengatasi setiap permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan

Transcript of Indikator atau sistem pendeteksian dini untuk resiko sistemik di sistem keuangan sementar.docx

INDIKATOR ATAU SISTEM PENDETEKSIAN DINI UNTUK RESIKO SISTEMIK PADA PERBANKAN

Oleh : Irma Susanti Pardosi

NIM : 120903028

Jurusan : Ilmu Administrasi Publik

Universitas Sumatera Utara

1.Pendahuluan

Perekonomian yang sehat tidak terlepas dari peranan perbankan sebagai daya dorong perbaikan ekonomi, khususnya peranan perbankan sebagai lembaga intermediary(perantara).Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang pembayaran haruslah mampu mengatasi setiap permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perundangan (right to regulate) yang berkaitan dengan kegiatan operasional sebuah bank dan melakukan pengaturan dan pengawasan untuk menghindari potensi resiko sistemik. seperti krisis keuangan yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia pada tahun 1997, untuk itu dibutuhkan indikator atau sistem pendeteksian dini untuk resiko sistemik pada sistem keuangan untuk menciptakan sistem keuangan yang stabil dan tangguh perlu dilakukan monitoring terhadap gejala-gejala yang dapat menimbulkan krisis termasuk melakukan proyeksi secara reguler apakah terdapat petensi risiko yang membahayakan.

2.Resiko Sistemik Pada Perbankan

Perindustrian perbankan yang bersifat kompleks akan memiliki resiko sistemik dimana sebuah kegagalan merembet dan merusak ke seluruh sistem. Dalam hal resiko pada sistem perbankan, manajemen risiko hanya dapat mengantisipasi masalah keadaan normal dimana prilaku bank-bank lain dapat diprediksi. Dalam keadaan krisis, perubahan yang terlampau cepat dapat menyebabkan bank diluar kebiasaan.

Resiko sistemik dinyatakan kuat bila institusi lain secara fundamental kuat akan tergerus dan terkena dampak secara signifikan. Dalam keadaan tersebut, sirkulasi uang akan mengalami penurunan, sementara setiap bank akan berupaya keras akan meningkatkan likuiditasnya.Untuk mendapatkan likuiditas, bank mendesak kreditor untuk melunasi lebih cepat, dan kondisi tertsebut akan diperparah dengan prilaku nasabah mencairkan tabungan mereka karena panik.

Pada 2008, kegagalan sistemik sistem keuangan terjadi di Amerika Serikat yang menyebabkan rontoknya salah satu perusahaan terbesar di dunia, Lehman Bothers. Bangkrutnya perusahaan tersebut tersebut ternyata menimbulkan kegagalan sistemik di negara tersebut. Namun, sebuah fakta lain menegaskan bahwa selama bulan Januari hingga Desember 2009 lebih dari 100 bank telah ditutup dinegara tersebut , namun tidak menimbulkan resiko sistemik. Artinya, institusi yang too big to fail-lah yang akan membawa dampak/resiko sistemik.

Diantara bank yang berisiko sitemik adalah bank Multinasional, lembaga keuangan yang punya banyak jaringan dengan bank lain, jika itu dibiarkan bangkrut akan meninggalkan utang dalam jumlah besar terhadap bank-bank lain. Namun yang menjadi sebuah Institusi keuangan mengandung resiko sistemik adalah karena penentuannya dilakukan setelah krisis terjadi, maka dari itu bank Indonesia sebagai bank central yang bertugas menjaga stabiitas sistem keuangan harus melakukan pendeteksian dini pada resiko sistemik pada perbankan dengan menggunakan indikator agregat mikroprudensial.

3.Indikator Mikroprudensial

Permodalan

Penilaian pendekatan kuantitaf dan kualitatif faktor permodalan antara lain melaui penilaian terhadap komponen sebagai berikut:

a.kecukupan pememnuhan kewajiban penyediaan modal minimum (KKPMM) terhadap ketentuan yang berlaku atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

CAR =

b.

Trend rasio KPMM dan atau persentase pertumbuhan modal dibandingkan dengan persentase pertubuhan ATMR.

c.

APYD adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut :

25% dari aktiva produktif, digolongkan dalam perhatian khusus (special mention);

50% dari Aktiva Produktif, digolongkan kurang lancar (Substandard );

75% dari Aktiva Produktif, digolongkan Diragukan (Doubtful );

100% dari Aktiva Produktif, digolongkan Macet (Loss ).

d.Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan ), menggunakan indikator pendukung seperti :

Dividend Pay Out Ratio =

Retention Rate =

Contoh Modal rata-rata : untuk posisi juni =penjumlahan modal dari bulan januari s.d juni dibagi 6.

e. Akses kepada sumber permodalan. Indikator pendukung yang digunakan

Earnings Per Share (EPS)=

Price Earnings Ratio (PER) =

Profitabiltas : Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE)

Peringkat bank atau surat utang dari lembaga pemerintah (apabila ada) misalnya dari pefindo, Standard &Poors, Moodys dan Fitch.

Performance of subcribtion level : Over subcribed atau undersubcribed.

Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen aset. Indikator pendukung yang digunakan antara lain sebagai berikut :

a.

b.

Aktiva produktif yang bermasalah merupakan aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Aktiva produktif bermasalah yang dihitung secara gross, yaitu tidak dikurangi penyisihan penghapusan aktiva produktif.

c.Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)

d.Kinerja penganganan aktiva produktif yang bermasalah

dilakukan dengan menggunakan indikator pendukung antara lain:

Agunan yang diambil alh adalah agunan yang diambil alih bank dalam rangka penyelesainan kredit yang tercantum dalam pos rupa-rupa aktiva. Sedangkan Total Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain).

Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen manajemen menggunakan indikator pendukung antara lain sebagai berikut :

a.Manajemen Umum

Manajemen umum dinilai dari praktik good corporate governance antara lain sebagai berikut :

Struktur dan komposisi pengurus bank : yaitu bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota komisaris dan Direksi yang sesuai dengan ukuran. Kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank.

Penanganan conflict of interest: yaitu jika hal terjadi conflict of interest, anggota dewan komisaris, anggota direksi, pejabat eksekutif dan pimpinan kantor cabang bank mampu menghindari atau tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank dan segera melakukan pengungkapan (disclosure) conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan.

Independensi pengurus bank: yaitu anggota dewan komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan untuk bertindak independen dan menangani pengaruh (intervensi) pihak eksternal yang dapat mengakibatkan kualitas praktek good corporat governance bank memburuk (menurun).

Transparansi informasi dan edukasi nasabah: yaitu bakn transparan dalam menyelenggrakan good corporate governance dan bank transparan menginformasikan kepada publik secara konsisten. Di samping itu, bank secara berkesinambungan melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa bank untuk menghindari timbulnya informasi yang dapat menyesatkan dan merugikan nasabah.

b. Penerapan Sistem Manajemen Risiko

Penerapan Sistem Manajemen Risiko dinilai berdasarkan 4 (empat) cakupan, yaitu:

Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi.

Kecukupan Kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

Kecukupan Proses identifikasi,pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko.

Sistem pengendalian intern

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku antara lain meliputi:

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK).

Posisi Devisa Neto (PDN) atau Net Open Position (NOP).

Prinsip Mngenal Nasabah (Know your customer/ KYC Principles).

Kpatuhan bank terhadap komitmen dan ketentuan lainnya antara lain: ketentuan kualitas aktiva produk, penyisihan penghapusan aktiva produktif, dan restrukturisasi kreditserta komitmen bank yang tercantum dalam action plan, rencana bisnis dan lain-lain.

Rentabilitas (Earnings)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

a.Return on assets (ROA) =

Laba sebelum pajak disetahunkan.

Contoh: untuk posisi juni =(akumulasi laba per posisi juni dibagi (6) x 12. Sementara rata-rata total aset misalnya :untuk posisi juni = penjumlahan total aset posisi januari sampai dengan juni dibagi 6.

b.Return on equity (ROE) =

Perhitungan laba setelah pajak disetahunkan. Contoh: untuk posisi juni = (akumulasi laba per posisi juni dibagi 6) x 12. Sementara rata-rata modal inti misalnya untuk posisi juni = penjumlahan modal inti posisi januari sampai dengan juni dibagi 6.

c. Net interest margin (NIM) =

Pendapatan Bunga Bersih = Pendapatan Bunga Beban Bunga

Perhitungan pendapatan bunga bersih dan rata-rata aktiva produktif pada dasarnya sama dengan perhitungan ROA atau ROE.

d. Biaya Operasional dibagi dengan pendapatan operasional (BOPO)

e. Perkembangan Laba Operasional =Pendapatan Operasional Biaya Operasional

f.Komposisi Portofolio Aktiva Produktif dan Diversifikasi Pendapatan yang terdiri dari :

Fee Based Income Ratio =

Likuiditas (Likuidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a.Aktiva Likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari :

Aktiva likuid dan pasiva likuid kurang dari satu bulan dihitung berdasarkan posisi bulan penilaian

Komponen Aktiva Likuid

Kas

Giro pada Bank Indonesia

Sertifikat Bank Indonesia

Antar Bank Aktiva ( Giro, Deposit on call,Call money)

Komponen Pasiva Likuid

Giro

Tabungan

Deposito berjangka

Kewajiban Segera

Kewajiban pada Bank lain(Giro, Deposite on call,Call money)

b. I Month Maturity Mismatch Ratio =

Aktiva dan Pasiva Yang Akan Jatuh Tempo 1 Bulan ke Depan (Maturity profile) dihitung sebagai berikut:

Komponen Aktiva yang akan jatuh tempo 1 bulan ke depan:

Sertifikata Bank Indonesia

Antar Bank Ativa

Surat-surat Berharga

Kredit yang diberikan

Lain-lain

Pasiva yang jatuh tempo 1 bulan ke depan:

Giro

Tabungan

Deposito Berjangka

Bank Indonesia

Antar Bank Pasiva

Surat berharga yang diterbitkan

Pinjaman yang diterima

Lain-lain

c.Loan To Deposit Ratio (LDR)=

Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Dana pihak ketiga terdiri dari:

Giro

Tabungan dan

Deposito (tidak termasuk antar bank)

d. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti =

e.Kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber- sumber pendanaan lainnya yang terdiri dari:

Peringkat bank

Persyaratan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP)

Track record dan ketersedian money market line (credit line)

Suku bunga Pasar Uang Antar bank (PUAB) dibandingkan dengan suku bunga PUAB yang dikenakan Bank.

f.Stabilitas dana pihak ketiga (DPK) dengan menggunakan indikator pendukung yaitu:

Pertumbuhan DPK

Pertumbuhan Deposan Inti

Sensitifitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivvity to Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar anatara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a.Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga yaitu:

Catatan :

Potential loss suku bunga adalah (gap position dari eksposure trading book + banking book ) x fluktuasi suku bunga

Ekses Modal adalah kelebihan modal dari modal minimum yang ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi risiko suku bunga.

Trading Book adalah seluruh posisi perdagangan bank (proprietary position) pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening administrasi serta transaksi derivatif yang:

dimaksudkan untuk dimiliki dan dijual kembali dalam jangka pendek;

dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari perbedaan secara aktual dan atau potensial atas nilai jual dan nilai beli atau harga lain atau dari perbedaaan suku bunga.

timbul dari kegiatan perantaraan (brokering) dan kegiatan pembentukan pasar (market making); atau

diambil untuk kegiatan lindung nilai (hedging) komponen Trading Book lain.

b.Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar yaitu:

Catatan:

Potenstial loss nilai tukar adalah (gap position dari eksposur trading book valas+ banking book valas x fluktuasi nilai tukar.

Banking Book adalah semua elemen atau posisi lainnya yang tidak termasuk dalam Trading Book.

Ekses Modal adalah kelebihan modal dari modal minimum yang ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi risiko nilai tukar.

c.Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Penerapan Bank terhadap sistem manajemen risiko pasar meliputi:

Pengawasan aktif dewan komisaris dan Direksi Bank terhadap potensi eksposur risiko pasar,

Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pasar serta sistem informasi manajemen risiko pasar

Efektifitas pelaksanaan pengendalian intern (internal control) terhadap eksposur pasar termasuk kecukupan fungsi audit intern.

4.Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diatas disimpulkan bahwa dalam menghindari portensi resiko sistemik diharuskan Bank Indonesia untuk melakukan pengawasan dan pemantauan resiko sistemik dengan mendeteksi dini resiko yang disebabkan oleh kegiatan perbankan dengan meningkatkan survei terhadap bank menggunakan pendekatan indikator agregat mikroprudensial untuk menentukan kebijakan yang akan diambil.

Referensi

Siamat,Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan;kebijakan moneter dan perbankan (edisi kelima).Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bank Indonesia. 2007.Booklet Stabilitas Sistem Keuangan.Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.Biro Stabilitas Sistem Keuangan.Jl.MH Thamrin No.2,Jakarta,Indonesia

Latumaerisa,Julius R.2011.Bank dan Lembaga Keuangan Lain.Jakarta:Salemba Empat

Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 2003., hlm. 75.

http://www.neraca.co.id/article/29587/Membaca-Risiko-Sistemik