Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

13
PENDAHULUAN Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah umumnya berhubungan dengan kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman, sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai darah donor yang aman. Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak akan memberi keuntungan bagi pasien, bahkan memberi risiko yang tidak perlu. Misalnya, transfusi yang diberikan dengan tujuan menaikkan kadar hemoglobin sebelum operasi atau mempercepat pulangnya pasien dari rumah sakit. Transfusi darah atau plasma untuk perdarahan akut masih sering dilakukan padahal terapi dengan infus NaCl 0.9% atau

description

vv

Transcript of Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

Page 1: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

PENDAHULUAN

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah

dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah umumnya

berhubungan dengan kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh

trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Bila

digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan

derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk

mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak

dapat diatasi dengan cara lain. Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan

penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium.

WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia

berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman,

sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai

darah donor yang aman. Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak akan

memberi keuntungan bagi pasien, bahkan memberi risiko yang tidak perlu. Misalnya,

transfusi yang diberikan dengan tujuan menaikkan kadar hemoglobin sebelum operasi

atau mempercepat pulangnya pasien dari rumah sakit. Transfusi darah atau plasma

untuk perdarahan akut masih sering dilakukan padahal terapi dengan infus NaCl 0.9%

atau cairan pengganti lainnya sama efektifnya bahkan lebih aman dan murah. Oleh

karena itu dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai indikasi transfusi darah

periopertif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang indikasi -

indikasi transfusi darah khusunya pada pasien perioperatif.

Page 2: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

ISI

1. Definisi.

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat

(donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah

lengkap dan komponen darah. Sedangkan Perioperatif adalah suatu rentang masa

antara saat dirawat dirumah sakit untuk menjalani pembedahan hingga saat

pemulangan dari rumah sakit.

2. Tujuan Transfusi Darah

Tujuan dari transfusi darah antara lain :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar

hemoglobin pada pasien anemia.

3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor

pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada

pasien hemofilia).

4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.

5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.

3. Macam – Macam Jenis Transfusi Darah

Jenis Transfusi

Darah

Kadungan Tujuan Pemberian

Darah lengkap

(whole blood)

1. Darah segar

2. Darah baru

3. Darah simpan

Eritrosit, darah lengkap juga

mempunyai kandungan

trombosit dan faktor

pembekuan labil (V, VIII).

Tranfusi darah lengkap hanya untuk

mengatasi perdarahan akut dan

masif, meningkatkan dan

mempertahankan proses

pembekuan.

Sel darah merah (

packed red cell )

Eritrosit yang telah

dipekatkan dengan

Menaikkan Hb pasien tanpa

menaikkan volume darah secara

Page 3: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

1. Frozen wash

concentrated

red blood cells

(sel darah

merah pekat

beku yang

dicuci)

2. Washed red

cell

3. Darah merah

pekat miskin

leukosit

memisahkan komponen-

komponen yang lain.

nyata.

White blood cells

(WBC atau

leukosit)

Terdiri dari darah lengkap

dengan isi seperti PRC,

plasma dihilangkan 80 %

Untuk pencegahan infeksi

Trombosit

(platelet rich

plasma (plasma

kaya trombosit),

platelet

concentrate

(trombosit pekat).

Trombosit Kasus perdarahan yang disebabkan

oleh kekurangan trombosit,

menghentikan perdarahan

Plasma (plasma

cair, plasma

kering

(lyoplylized

plasma), fresh

frozen plasma,

cryopresipitate,

albumin )

Protein plasma (faktor

pembekuan), terutama

faktor V dan VII, faktor

VIII, faktor pembekuan

XIII, faktor von willbrand,

fibrinogen.

Memperbaiki volume dari sirkulasi

darah (hypovolemia, luka bakar),

menggantikan protein yang

terbuang seperti albumin pada

nephrotic syndrom dan cirhosis

hepatis, menggantikan dan

memperbaiki jumlah faktor-faktor

tertentu dari plasma seperti globulin

Page 4: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

4. Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

Indikasi paling umum untuk transfusi darah pada pasien yang menjalani

pembedahan adalah pemulihan volume darah sirkulasi. Hematokrit dapat dipakai untuk

memperkirakan total kehilangan darah tetapi memerlukan waktu samapai 72 jam untuk

menyusun suatu keseimbangan baru sesudah kehilangan darah yang bermakna.

Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume =

taksiran volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan

tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan

mengalami pembiusan (anestesi) sehingga gejala-gejala tersebut seringkali tidak begitu

tampak karena depresi komponen vasoaktif.

Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan

kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan

berdasarkan:

1. Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan

2. Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi.

3. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.

4. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)

5. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan

6. Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.

7. Usia penderita

Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:

Page 5: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar

hemoglobin sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa.

Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr%

Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga

diuresis ± 1 ml/kgBB/jam.

Indikasi Transfusi Komponen Darah Perioperatif

Komponen Darah Indikasi Transfusi

Eritrosit 1. Transfusi sel darah merah hampir selalu

diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl,

terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda

jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya

memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb

yang lebih rendah dapat diterima. (Rekomendasi A)

2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada

kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau

hipoksemia yang bermakna secara klinis dan

laboratorium. (Rekomendasi C)

3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl,

kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit

yang membutuhkan kapasitas transport oksigen

lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik

berat dan penyakit jantung iskemik berat).

(Rekomendasi A)

4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia

dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak ada

gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL

(seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat

penyakit jantung atau paru atau yang sedang

membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk

memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.

(Rekomendasi C)

Page 6: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

Trombosit 1. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan

trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL,

bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus

batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF

dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan

masing-masing.(Rekomendasi C)

2. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit

<50.000/uL pada pasien yang akan menjalani

operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah

transfusi masif. (Rekomendasi C)

3. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang

mengalami perdarahan. (Rekomendasi C)

Fresh Frozen Plasma

= FFP

5. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan

faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau

bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik

atau kombinasi. (Rekomendasi C)

6. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila

terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.

(Rekomendasi C)

7. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi

yang abnormal setelah transfusi masif atau operasi

pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit

hati. (Rekomendasi C)

Kriopresipitat 1. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen

yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi

pada pasien yang mengalami perdarahan.

(Rekomendasi C)

2. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von

Willebrand yang mengalami perdarahan atau yang

tidak responsif terhadap pemberian desmopresin

Page 7: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

asetat atau akan menjalani operasi. (Rekomendasi

C)

Page 8: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

KESIMPULAN

1. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor)

ke orang sakit (respien). Sedangkan Perioperatif adalah suatu rentang masa antara

saat dirawat dirumah sakit untuk menjalani pembedahan hingga saat pemulangan

dari rumah sakit.

2. Tujuan Transfusi darah perioperatif adalah untuk mengembalikan keadaan tubuh

kedalam keadaan homeostasis baik setelah maupun sebelum dilakukan tindakan

pembedahan.

3. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat, transfusi hanya diberikan

berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.

4. Indikasi paling umum untuk transfusi darah pada pasien yang menjalani

pembedahan adalah pemulihan volume darah sirkulasi. Kadar Hemoglobin dan

Hematokrit dapat dipakai untuk memperkirakan total kehilangan darah.

Page 9: Indikasi Transfusi Darah Perioperatif

Daftar Pustaka

1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,

Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002

2. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.

Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

3. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dari URL:

http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/

Handbook.pdf.

4. McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indications and options. Chest

1999;115:113S-21S.

5. Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo. Pedoman pelaksanaan transfusi

darah dan komponen darah. Edisi 3. Surabaya: RSUP Dr. Soetomo-Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga; 2001. h. 18-31.