Indikasi Transfusi Darah Perioperatif
-
Upload
denny-emilius -
Category
Documents
-
view
75 -
download
10
description
Transcript of Indikasi Transfusi Darah Perioperatif
PENDAHULUAN
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah umumnya
berhubungan dengan kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan oleh
trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Bila
digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan
derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk
mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain. Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan
penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium.
WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa 20% populasi dunia
berada di negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor yang aman,
sedangkan 80% populasi dunia yang berada di negara berkembang hanya 20% memakai
darah donor yang aman. Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak akan
memberi keuntungan bagi pasien, bahkan memberi risiko yang tidak perlu. Misalnya,
transfusi yang diberikan dengan tujuan menaikkan kadar hemoglobin sebelum operasi
atau mempercepat pulangnya pasien dari rumah sakit. Transfusi darah atau plasma
untuk perdarahan akut masih sering dilakukan padahal terapi dengan infus NaCl 0.9%
atau cairan pengganti lainnya sama efektifnya bahkan lebih aman dan murah. Oleh
karena itu dalam tulisan kali ini akan dibahas mengenai indikasi transfusi darah
periopertif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang indikasi -
indikasi transfusi darah khusunya pada pasien perioperatif.
ISI
1. Definisi.
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah. Sedangkan Perioperatif adalah suatu rentang masa
antara saat dirawat dirumah sakit untuk menjalani pembedahan hingga saat
pemulangan dari rumah sakit.
2. Tujuan Transfusi Darah
Tujuan dari transfusi darah antara lain :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada pasien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada
pasien hemofilia).
4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
3. Macam – Macam Jenis Transfusi Darah
Jenis Transfusi
Darah
Kadungan Tujuan Pemberian
Darah lengkap
(whole blood)
1. Darah segar
2. Darah baru
3. Darah simpan
Eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan
trombosit dan faktor
pembekuan labil (V, VIII).
Tranfusi darah lengkap hanya untuk
mengatasi perdarahan akut dan
masif, meningkatkan dan
mempertahankan proses
pembekuan.
Sel darah merah (
packed red cell )
Eritrosit yang telah
dipekatkan dengan
Menaikkan Hb pasien tanpa
menaikkan volume darah secara
1. Frozen wash
concentrated
red blood cells
(sel darah
merah pekat
beku yang
dicuci)
2. Washed red
cell
3. Darah merah
pekat miskin
leukosit
memisahkan komponen-
komponen yang lain.
nyata.
White blood cells
(WBC atau
leukosit)
Terdiri dari darah lengkap
dengan isi seperti PRC,
plasma dihilangkan 80 %
Untuk pencegahan infeksi
Trombosit
(platelet rich
plasma (plasma
kaya trombosit),
platelet
concentrate
(trombosit pekat).
Trombosit Kasus perdarahan yang disebabkan
oleh kekurangan trombosit,
menghentikan perdarahan
Plasma (plasma
cair, plasma
kering
(lyoplylized
plasma), fresh
frozen plasma,
cryopresipitate,
albumin )
Protein plasma (faktor
pembekuan), terutama
faktor V dan VII, faktor
VIII, faktor pembekuan
XIII, faktor von willbrand,
fibrinogen.
Memperbaiki volume dari sirkulasi
darah (hypovolemia, luka bakar),
menggantikan protein yang
terbuang seperti albumin pada
nephrotic syndrom dan cirhosis
hepatis, menggantikan dan
memperbaiki jumlah faktor-faktor
tertentu dari plasma seperti globulin
4. Indikasi Transfusi Darah Perioperatif
Indikasi paling umum untuk transfusi darah pada pasien yang menjalani
pembedahan adalah pemulihan volume darah sirkulasi. Hematokrit dapat dipakai untuk
memperkirakan total kehilangan darah tetapi memerlukan waktu samapai 72 jam untuk
menyusun suatu keseimbangan baru sesudah kehilangan darah yang bermakna.
Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume =
taksiran volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan
tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan
mengalami pembiusan (anestesi) sehingga gejala-gejala tersebut seringkali tidak begitu
tampak karena depresi komponen vasoaktif.
Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan
kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan
berdasarkan:
1. Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan
2. Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi.
3. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.
4. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)
5. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan
6. Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.
7. Usia penderita
Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:
1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar
hemoglobin sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa.
Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr%
Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga
diuresis ± 1 ml/kgBB/jam.
Indikasi Transfusi Komponen Darah Perioperatif
Komponen Darah Indikasi Transfusi
Eritrosit 1. Transfusi sel darah merah hampir selalu
diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl,
terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda
jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya
memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb
yang lebih rendah dapat diterima. (Rekomendasi A)
2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada
kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau
hipoksemia yang bermakna secara klinis dan
laboratorium. (Rekomendasi C)
3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl,
kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit
yang membutuhkan kapasitas transport oksigen
lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik
berat dan penyakit jantung iskemik berat).
(Rekomendasi A)
4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia
dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak ada
gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL
(seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat
penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk
memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.
(Rekomendasi C)
Trombosit 1. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan
trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL,
bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus
batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF
dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan
masing-masing.(Rekomendasi C)
2. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit
<50.000/uL pada pasien yang akan menjalani
operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah
transfusi masif. (Rekomendasi C)
3. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang
mengalami perdarahan. (Rekomendasi C)
Fresh Frozen Plasma
= FFP
5. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan
faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau
bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik
atau kombinasi. (Rekomendasi C)
6. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila
terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.
(Rekomendasi C)
7. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi
yang abnormal setelah transfusi masif atau operasi
pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit
hati. (Rekomendasi C)
Kriopresipitat 1. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen
yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi
pada pasien yang mengalami perdarahan.
(Rekomendasi C)
2. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von
Willebrand yang mengalami perdarahan atau yang
tidak responsif terhadap pemberian desmopresin
asetat atau akan menjalani operasi. (Rekomendasi
C)
KESIMPULAN
1. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor)
ke orang sakit (respien). Sedangkan Perioperatif adalah suatu rentang masa antara
saat dirawat dirumah sakit untuk menjalani pembedahan hingga saat pemulangan
dari rumah sakit.
2. Tujuan Transfusi darah perioperatif adalah untuk mengembalikan keadaan tubuh
kedalam keadaan homeostasis baik setelah maupun sebelum dilakukan tindakan
pembedahan.
3. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat, transfusi hanya diberikan
berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.
4. Indikasi paling umum untuk transfusi darah pada pasien yang menjalani
pembedahan adalah pemulihan volume darah sirkulasi. Kadar Hemoglobin dan
Hematokrit dapat dipakai untuk memperkirakan total kehilangan darah.
Daftar Pustaka
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002
2. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
3. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dari URL:
http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/
Handbook.pdf.
4. McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indications and options. Chest
1999;115:113S-21S.
5. Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo. Pedoman pelaksanaan transfusi
darah dan komponen darah. Edisi 3. Surabaya: RSUP Dr. Soetomo-Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga; 2001. h. 18-31.