Indicator Makro Sangihe 2009

download Indicator Makro Sangihe 2009

of 129

Transcript of Indicator Makro Sangihe 2009

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    1/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 i

    Kata Pengantar

    Publikasi Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2008merupakan publikasi lanjutan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik KabupatenKepulauan Sangihe yang memuat analisis komprehensif di bidang sosial dan ekonomi.Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja seluruh kebijakan danprogram pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.

    Diharapkan pula publikasi ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak,terutama pemerintah, dalam menyusun perencanaan dan evaluasi hasil-hasilpembangunan daerah. Kami juga berharap analisis dan data yang disajikan dapatdigunakan oleh seluruh pengguna data dan untuk memenuhi kebutuhan akaninformasi statistik yang komprehensif.

    Publikasi ini disusun dan disiapkan sebaik-baiknya, namun demikian kamipercaya masih ada berbagai kekurangan, untuk itu, tanggapan, kritik, dan saran yangmembangun sangat diharapkan. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagaipihak, publikasi ini tidak akan terwujud. Dengan segala kerendahan hati kamimengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, khususnya pihak PemerintahDaerah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah memberi dukungan atas penerbitanpublikasi ini.

    Tahuna, September 2009

    Kepala Badan Pusat StatistikKabupaten Kepulauan Sangihe

    Albert Nicolaas, SENIP. 19590405 198202 1 002

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    2/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 ii

    DAFTAR ISI

    Kata PengantarDaftar Isi Daftar Tabel .Daftar Gambar .

    BAB I. PENDAHULUAN1.1. Umum 1.2. Sistimatika Penulisan .

    BAB II. INDIKATOR MAKRO SOSIAL2.1. Kependudukan

    2.1.1. Kepadatan Penduduk 2.1.2. Pertumbuhan Penduduk 2.1.3. Angka Harapan Hidup

    2.2. Kesehatan dan Gizi 2.2.1. Indikator Fasilitas dan Tenaga Kesehatan 2.2.2. Rata-Rata Balita Mendapat ASI ..

    2.3. Pendidikan ..2.3.1. Angka Buta Huruf ..2.3.2. Rata-Rata Lama Sekolah .2.3.3. Angka Partisipasi Sekolah 2.3.4. Angka Putus Sekolah 2.3.5. Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid-Sekolah

    2.4. Ketenagakerjaan 2.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .2.4.2. Komposisi Tenaga Kerja Menurut Sektor ..

    2.5. Kesejahteraan Rakyat 2.5.1. Tingkat Kemiskinan 2.5.2. Angka Kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Sangihe 2.5.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2.5.4. Akses Air Bersih .

    iiiivvi

    12

    5810111313151718222733374247495151575963

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    3/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 iii

    BAB III. INDIKATOR MAKRO EKONOMI3.1. Produksi Pertanian, Pertambangan dan Industri ..

    3.1.1. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Bahan Makanan .3.1.2. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan .3.1.3. Populasi Ternak dan Unggas ...3.1.4. Produksi Perikanan

    3.2. Pariwisata .3.2.1. Tingkat Penghunian Kamar Hotel 3.2.2. Tingkat Penghunian Tempat Tidur .3.2.3. Rata-Rata Lama Menginap Tamu Hotel .

    3.3. Harga Harga .3.3.1. Indeks Harga Konsumen ..3.3.2. Perkembangan Harga-Harga Eceran Bahan Pokok

    3.4. Pendapatan Regional 3.4.1. Penghitungan PDRB..3.4.2. Penyajian PDRB .3.4.3. Pertumbuhan Ekonomi ..3.4.4. PDRB Per Kapita 3.4.5. Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha ..

    727375767778787979808081828485899195

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    4/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007-2008 ...................................................................................................... 3

    Tabel 2. Indikator-indikator Penting Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan

    Sangihe Tahun 2006 ............................................................................. 6Tabel 3. Beberapa Rasio Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Terhadap

    Penduduk Tahun 2008 ........................................................................ 14

    Tabel 4. Rata-rata Lama balita Mendapatkan ASI tanpa dan DenganMakanan Tambahan (dalam bulan), tahun 2007-2008 ....................... 16

    Tabel 5. Angka Buta Huruf di Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 -2008 .................................................................................................... 19

    Tabel 6. Angka Buta Huruf Menurut Umur di Kabupaten Kepulauan

    Sangihe Tahun 2007 - 2008 ................................................................ 21Tabel 7. Angka Partissipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di

    Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007 - 2008 ............................ 28

    Tabel 8. Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur di KabupatenKepulauan sangihe tahun 2007 - 2008 ................................................ 33

    Tabel 9. JuRasio sarana dan Tenaga Pendidikan Menurut JenjangPendidikan Kabupaten kepulauan Sangihe, Tahun Ajaran2006/2007 - 2007/2008 ....................................................................... 39

    Tabel 10. Jumlah Sekolah, Murid dan guru Menurut Jenjang Pendidikankabupaten Kepulauan Sangihe, tahun 2006./2007-2007/2008 ........... 40

    Tabel 11. Perkembangan Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas)Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2006 2008 .......................... 46

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    5/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 v

    Tabel 12. Tenaga Kerja menurut Sektor Tahun 2008 ............................................... 50

    Tabel 13. Fasilitas Air Bersih Yang di Gunakan Rumah Tangga di KabupatenKepulauan Sangihe Tahun 2007 - 2008 ......................................................... 68

    Tabel 14. Perkembangan Produksi beberapa jenis Tanaman Bahan makanan(Tabama) di Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2006 - 2007 .................... 73

    Tabel 15. Populasi ternak dan Unggas di Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun2006 - 2007 ..................................................................................................... 76

    Tabel 16. Produksi Perikanan di Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2006 -2007 ................................................................................................................ 77

    Tabel 17. Rata-rata harga Eceran bahan Pokok di Tahunan Tahun 2004 - 2008 ..... 82

    Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 -2008 ................................................................................................................ 87

    Tabel 18. Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun2007-2008 ....................................................................................................... 88

    Tabel 19. PDRB Per Kapita Kabupaten Kepulauan Sangihe Atas Dasar HargaBerlaku Tahun 2001-2008 .............................................................................. 91

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    6/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan sangihe MenurutKecamatan Tahun 2008 ..................................................................... 8

    Gambar 2 Angka Buta Huruf (ABH) Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun2005 - 2008 (Persentase) ................................................................. 19

    Gambar 3 Lama Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten KepulauanSangihe tahun 2007 - 2008 .............................................................. 26

    Gambar 4 Angka Partisipasi Sekolah Usia 7 - 12 Tahun Menurut JenisKelamin Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007 - 2008 ............ 30

    Gambar5 Angka Partisipasi Sekolah Usia 13 - 15 Tahun Menurut JenisKelamin Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007 - 2008 ............ 32

    Gambar 6 Angka Partisipasi Sekolah Usia 16 - 18 Tahun Menurut JenisKelamin Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007 - 2008 ............ 33

    Gambar 7 Angka Putus Sekolah Usia SD (7 - 12 Tahun) Menurut JenisKelamin Kabupaten Kepulauan sangihe Tahun 2007 - 2008....... .35

    Gambar 8 Angka Putus Sekolah 13 - 15 Tahun Menurut Jenis KelaminKabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 - 2008 ......................... 36

    Gambar 9 Angka Putus Sekolah 16 - 18 Tahun Menurut jenis KelaminKabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 - 2008 ......................... 37

    Gambar 10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis KelaminKabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2006 - 2008 ......................... 49

    Gambar 11 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun2005 - 2008 ...................................................................................... 58

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    7/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 vii

    Gambar 12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan SangiheTahun 2005 - 2008.......................................................................... 67

    Gambar 13 Inflasi Kota Manado tahun 2001 - 2008 ............................................... 81

    Gambar 14 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2001- 2008 ...................................................................................................... 86

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    8/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 viii

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    9/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Umum

    Output pemerintahan (baik pusat maupun daerah) yang paling utama

    adalah hasil penyusunan dan pelaksanaan kebijakan publik yang berdampak

    kepada kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya. Secara alami kebijakan

    publik kurang dapat diukur secara langsung, namun lebih dapat diukur secara

    tidak langsung melalui berbagai indikator sosial ekonomi. Dengan demikian,

    untuk mengevaluasi dampak kebijakan publik berupa kinerja sosial ekonomi

    dalam waktu yang telah berjalan, diperlukan indikator-indikator yang secara

    kuantitatif terukur.

    Pengukuran kinerja pembangunan di Kepulauan Sangihe dapat dilakukan

    melalui pendekatan pengukuran indikator makro sosial dan ekonomi sebagai

    salah satu alat ukur untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi kebijakan

    dan program-program pembangunan.

    Pengukuran indikator sosial ekonomi dilakukan dengan aplikasimetodologi penghitungan dan analisa yang bersandarkan pada kaidah-kaidah

    penghitungan analisis statistik, baik secara deskriptif maupun induktif.

    Bab 1

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    10/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 2

    1.2. Sistematika Penulisan

    Penyajian Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten

    Kepulauan Sangihe ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama

    adalah Kelompok Indikator Makro Sosial yang terdiri dari Indikator

    Kependudukan yang meliputi : Kepadatan Penduduk, Pertumbuhan

    Penduduk, Angka Beban Ketergantungan, Tingkat Fertilitas, Angka Kematian

    Bayi, dan Angka Harapan Hidup; Indikator Kesehatan yang meliputi:

    Fasilitas dan Tenaga Kesehatan, Rata-Rata Balita mendapat ASI, dan Status

    Gizi Balita ; Indikator Pendidikan yang meliputi : Tingkat Buta Huruf, Rata-

    Rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah, Angka Putus Sekolah, Rasio

    Murid-Guru, dan Rasio Murid- Kelas; Indikator Ketenagakerjaan yang

    meliputi: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tingkat Setengah

    Pengangguran, Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut LapanganUsaha, dan Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan;

    serta Indikator Kesejahteraan Rakyat yang meliputi: Tingkat Kemiskinan,

    Indeks Pembangunan Manusia, Persentase Penduduk yang Mempunyai

    Akses Air Bersih.

    Di bagian kedua ditampilkan Kelompok Indikator Makro Ekonomi

    yang terdiri dari Produksi Pertanian, Pertambangan dan Industri yang meliputi

    ; Produksi beberapa jenis Tanaman Bahan Makanan, Produksi Tanaman

    Perkebunan, Populasi Ternak dan Unggas, Produksi Perikanan, Pertumbuhan

    Sektor Penggalian, Produksi Sektor Industri Pengolahan; Pariwisata yang

    meliputi; Perkembangan Tamu Mancanegara, Tingkat Penghunian Kamar

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    11/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 3

    Hotel, Tingkat Penghunian Tempat Tidur dan Rata-Rata Lama Menginap

    Tamu Hotel; Pendapatan Regional yang meliputi; Pertumbuhan Ekonomi,

    Pendapatan Per Kapita dan Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha.

    Tabel 1.Indikator-indikator Penting Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2008Indikator Nilai

    (1) (2)

    Jumlah Penduduk 130.290 jiwa

    Tingkat Kepadatan Penduduk 177 jiwa/km2

    Kemiskinan *) 17.16 persen

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 58.02 persen

    Angka Harapan Hidup (AHH) 75,7 tahun

    Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 7,61 tahun

    Angka Buta Huruf 2.55 persen

    Indeks Pembangunan Manusia 76,2

    Pertumbuhan Ekonomi 5.49 persen

    PDRB per kapita Rp. 7,92 juta

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    12/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 4

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    13/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 5

    INDIKATOR MAKRO SOSIAL

    2.1. Kependudukan

    Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari

    pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah (RPJM). Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila

    pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan; seperti

    besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk di

    Indonesia.

    Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yangtinggi telah dilakukan pemerintah melalui berbagai program keluarga

    berencana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an. Begitu pula usaha-

    usaha yang mengarah pada pemerataan penyebaran penduduk telah

    dilakukan melalui program transmigrasi. Selain itu dengan telah

    diberlakukannya program otonomi daerah, diharapkan dapat mengurangi

    perpindahan penduduk terutama provinsi-provinsi di Pulau Jawa.

    Penduduk adalah setiap orang yang menetap disuatu wilayah

    selama enam bulan atau lebih dan atau yang berdomisili kurang dari enam

    bulan tetapi bertujuan untuk menetap lebih dari enam bulan.

    Bab 2

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    14/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 6

    Tabel 2.

    Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 dan

    2008

    Kecamatan 2007 2008

    Manganitu Selatan

    Tatoareng

    Tamako

    Tabukan Selatan

    Tabukan Sel. Tengah

    Tabukan Sel. Tenggara

    Tabukan Tengah

    Manganitu

    Tahuna

    Tahuna Timur Tahuna Barat

    Tabukan Utara

    Nusa Tabukan

    Kendahe

    Kepulauan Marore

    11.489

    5.220

    13.269

    6.065

    2.796

    2.428

    11.742

    14.360

    14.579

    11.8515.566

    20.986

    2.896

    6.882

    -

    11.499

    5.187

    13.282

    6.071

    2.802

    2.444

    11.887

    14.392

    14.853

    12.2045.776

    19.896

    2.039

    6.241

    1.715

    Jumlah 130.129 130.290

    Sumber : BPS Kab. Kepl. Sangihe

    Jumlah Penduduk pada tahun 2000 di Kepulauan Sangihe adalah

    sebesar 114.975 jiwa. Jumlah penduduk tahun 2000 ini merupakan angka

    hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000. Sedangkan menurut hasil proyeksi

    penduduk, jumlah penduduk Kepulauan Sangihe tahun 2008 sebesar

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    15/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 7

    130.290 jiwa. Jumlah penduduk tersebut bertambah 0,12 persen jika

    dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 130.129 jiwa.

    Kecamatan Tabukan Utara, Kecamatan Tahuna, Kecamatan

    Manganitu, dan Kecamatan Tamako merupakan wilayah dengan jumlah

    penduduk terbesar di Kepulauan Sangihe, yaitu masing-masing diatas 13

    ribu jiwa (diatas 10 persen dari total penduduk). Keempat wilayah tersebut

    memiliki kontribusi 47,91 persen terhadap penduduk Kepulauan Sangihe.

    Sebaliknya Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, Kecamatan Tabukan

    Selatan Tenggara, Kecamatan Nusa Tabukan dan Kecamatan Kepulauan

    Marore merupakan empat wilayah dengan jumlah penduduk terendah, yaitu

    masing-masing mempunyai kontribusi kurang dari 3 persen dari total

    penduduk dengan total kontribusi ke empat kecamatan tersebut adalah 6,91persen terhadap jumlah penduduk Kepulauan Sangihe.

    Komposisi penduduk Kepulauan Sangihe dirinci menurut kelompok

    umur, menunjukan distribusi yang relative tidak merata, sebesar 24,48

    persen penduduk Kepulauan Sangihe berusia muda (umur 0 14 tahun),

    67,86 persen berusia produktif (umur 15 64 tahun), dan hanya 7,66 persen

    berumur 65 tahun lebih, sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh

    angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Kepulauan Sangihe

    sebesar 47,36 persen. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif

    menanggung sekitar 47 orang penduduk usia tidak produktif.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    16/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 8

    Apabila data penduduk Kepulauan Sangihe dipilah menurut jenis

    kelamin, diperoleh rasio jenis kelamin sebesar 106,17. Artinya bahwa untuk

    setiap 100 jiwa penduduk perempuan, terdapat antara 106 sampai dengan

    107 jiwa penduduk laki-laki. Namun demikian, terdapat 6 wilayah

    kecamatan yang memiliki rasio jenis kelamin kurang dari 100, masing-

    masing adalah kecamatan Tatoareng, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan

    Tengah, Tahuna Timur, Tahuna Barat dan Kendahe.

    Gambar 1.Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe Menurut Kecamatan

    Tahun 2008

    2.1.1. Kepadatan Penduduk

    Salah satu tujuan jangka panjang dari pembangunan nasional

    Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengingat

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    17/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 9

    jumlah penduduk yang besar jika tidak diimbangi dengan kualitas sumber

    daya manusia yang memadai justru akan menghambat pembangunan.

    Tingkat Kepadatanadalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibagi

    dengan luas wilayah yang bersangkutan.

    Rumus yang digunakan adalah:

    Tingkat Kepadatan ( jiwa / km ) =

    Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Sangihe

    adalah 177 jiwa perkilometer persegi. Kepadatan penduduk tersebut relatif

    tetap dibandingkan tahun 2007.

    Luas wilayah yang relatif tetap dan jumlah penduduk yangbertambah setiap tahunnya, mengakibatkan meningkatnya kepadatan

    penduduk pula.

    Sementara itu ketiga besar wilayah kecamatan dengan kepadatan

    penduduk tertinggi berturut-turut adalah Kecamatan Tahuna, Kecamatan

    Tahuna Timur, dan Kecamatan Tatoareng. Kecamatan Tahuna dan

    Kecamatan Tahuna Timur memiliki tingkat kepadatan yang tinggi karena

    kedua kecamatan tersebut merupakan wilayah ibukota kabupaten.

    Sedangkan kecamatan Tatoareng memiliki tingkat kepadatan yang cukup

    tinggi karena luas wilayahnya relatif kecil.

    Jumlah Penduduk Suatu Wilayah (jiwa)Luas Wilayah Yang Bersangkutan (km2)

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    18/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 10

    2.1.2. Pertumbuhan Penduduk

    Ada 2 (dua) metode yang sering digunakan untuk menghitung laju

    pertumbuhan penduduk, yaitu: Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris

    (Geometric Growth) dan Laju Pertumbuhan Eksponensial (Exponential

    Growth).

    Pertumbuhan Penduduk geometris adalah pertumbuhan penduduk

    terhadap (disgreate), yaitu dengan memperhitungkan pertumbuhan

    penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode. Pertumbuhan ini juga

    disebut pertumbuhan bunga berganda. Rumusnya adalah.

    P t = P 0 ( 1 + r )t

    Dimana:

    Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir perhitungan

    P0 = banyaknya penduduk pada tahun awal perhitungan

    r = angka pertumbuhan penduduk per tahun

    t = jangka waktu (dalam banyaknya tahun)

    Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan

    penduduk yang berlangsung terus menerus (continous). Pertumbuhan

    penduduk secara eksponesial ini mengasumsikan bahwa pertumbuhan

    penduduk berlangsung secara terus menerus. Rumusnya adalah :

    P t = P 0 e r t

    Dimana :

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    19/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 11

    Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir

    P0 = banyaknya penduduk pada tahun awal

    r = angka pertumbuhan penduduk

    t = jangka waktu

    e = angka eksponensial ( 2,718282 )

    Laju pertumbuhan juga bisa dipengaruhi oleh pertumbuhan

    penduduk alami (B-D) dan migrasi netto (IM-OM), faktor ini bisa digunakan

    sebagai pendekatan untuk wilayah pedesaan.

    Untuk wilayah perkotaan laju pertumbuhan penduduk juga

    dipengaruhi oleh faktor lain yaitu faktor reklasifikasi seperti perubahan status

    wilayah dan perluasan wilayah.

    Penduduk Kepulauan Sangihe ditahun 2008 diproyeksikan

    mencapai 130.290 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,33 persen

    dibandingkan tahun 2000 yang sebesar 114.975 jiwa. Jumlah penduduk

    terbesar menurut Kecamatan ada di Kecamatan Tabukan Utara dengan

    Jumlah penduduk 19.896 jiwa dan terkecil ada di Kecamatan Kepulauan

    Marore dengan 1.715 jiwa. Tetapi kecamatan dengan laju pertumbuhan

    tertinggi ada di wilayah Tahuna Barat yaitu sebesar 3,63 persen,

    sedangkan Kecamatan Nusa Tabukan memiliki pertumbuhan penduduk

    paling rendah pada tahun 2008 sebesar mines 42,03 persen.

    2.1.3. Angka Harapan Hidup

    Angka Harapan Hidup (AHH) digunakan sebagai indikator untuk

    menilai taraf kesehatan masyarakat.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    20/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 12

    Hubungan antara pembangunan sosial ekonomi dengan AHH

    berkaitan erat dan positif. Bila pembangunan sosial ekonomi semakin baik,

    maka AHH juga semakin tinggi, atau sebaliknya bila AHH lebih tinggi, maka

    mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah semakin maju.

    Pada dasarnya AHH untuk jangka pendek relatif stabil, karena

    program pembangunan apapun termasuk bidang kesehatan yang

    diterapkan kepada masyarakat bukanlah merupakan program yang bersifat

    instant, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat melihat

    hasil dari penerapan kebijakan program tersebut.

    Selama lima tahun terakhir AHH Kepulauan Sangihe terus

    mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 75,70tahun, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. AHH Kabupaten

    Kepulauan Sangihe ini sedikit lebih tinggi dari AHH rata-rata Propinsi

    Sulawesi Utara. Tinggi rendahnya AHH juga dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, antara lain lingkungan perumahan yang sehat serta pola konsumsi

    makanan yang berimbang.

    Kondisi lingkungan perumahan yang sehat dan serasi turut

    mendukung kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya., sedangkan

    pola konsumsi makanan berimbang menjamin ketersedian zat gizi maupun

    mineral yang dibutuhkan tubuh.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    21/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 13

    2.2. Kesehatan dan Gizi

    Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan

    kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik

    maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan

    kesejahteraan rakyat.

    Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan

    merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM

    penduduk Indonesia, maka program-program kesehatan telah dimulai atau

    bahkan lebih diprioritaskan pada calon generasi penerus, khususnya calon

    bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita). Pentingnya pembangunan

    kesehatan ini paling tidak tercermin dari deklarasi Millenium DevelopmentGoals (MDGs) yang mana lebih dari sepertiga indikatornya menyangkut

    bidang kesehatan.

    2.2.1. Indikator Fasil itas dan Tenaga Kesehatan

    Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui jangkauan

    pelayanan kesehatan antara lain adalah rasio Puskesmas dan Puskesmas

    Pembantu, serta jangkauan pelayanan tenaga medis dan fasilitas kesehatan

    per penduduk.

    Berdasarkan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

    hingga saat ini sebenarnya sudah memadai, terutama bila dikaitkan dengan

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    22/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 14

    standar pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan Pemerintah yaitu setiap

    Puskesmas akan melayani sekitar 30.000 penduduk. Jumlah Puskesmas dan

    Pustu seharusnya makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah

    penduduk, agar pelayanan kesehatan dapat dinikmati oleh penduduk secara

    merata. Pada tahun 2007 terdapat 16 Puskesmas dan 55 Pustu.

    Tabel 3.Beberapa Rasio Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk

    Tahun 2007

    Fasilitas/Tenaga JumlahFasilitas/ TenagaRasio per 100.000

    penduduk

    Jangkauanpelayanan per fasilitas/tenaga

    (1) (2) (3) (4)

    Puskesmas 16 12,29 8.133

    Pustu 55 42,27 2.366

    Rumah Sakit 1 0,77130.290

    Medis 38 29,20 3.424

    Paramedis 231 177,52 563 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Rasio Puskesmas adalah 12,29 per 100.000 penduduk yang berarti

    untuk setiap Puskesmas harus melayani sekitar 8.133 jiwa penduduk.

    Sedangkan rasio untuk Pustu adalah sebesar 42.27 per 100.000

    penduduk atau setiap Pustu harus melayani sekitar 2.366 penduduk.

    Adapun jumlah rumah sakit umum di Kepulauan Sangihe sampai

    dengan tahun 2007 tercatat hanya 1 buah, sehingga 1 rumah sakit tersebut

    melayani seluruh penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe sebanyak 130.290

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    23/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 15

    penduduk. Selanjutnya jumlah tenaga medis sebanyak 38 orang, dengan

    demikian rasio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 29,20 yang berarti

    untuk 1 tenaga medis harus siap melayani sekitar 3.424 penduduk. Dalam

    melaksanakan tugasnya tenaga medis dibantu oleh tenaga paramedis.

    Banyaknya tenaga paramedis adalah 231 orang, sehingga rasionya sebesar

    177,52 per 100.000 penduduk atau setiap tenaga paramedis melayani sekitar

    563 penduduk.

    2.2.2. Rata-Rata Balita mendapat ASI

    Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi sangat penting. ASI merupakan

    makanan terbaik yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan

    bayi, karena ASI mengandung gizi dan zat kekebalan tubuh. Selain itu ASI juga

    merupakan sarana pendekat hubungan ibu dan bayi yang paling efektif.

    Pemberian ASI terbaik bagi bayi berupa ASI esklusif yaitu hanya

    memberi ASI tanpa makanan/minuman tambahan sampai bayi berusia sekitar 4-

    6 bulan, setelah itu baru kemudian diberi makanan/minuman tambahan.

    Dengan memberikan ASI esklusif berati menjamin ketersediaan sumber

    daya manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang.

    Seiring dengan kemajuan pembangunan yang memberi ruang bagi

    wanita untuk berperan lebih besar dalam kegiatan ekonomi, ada kecenderungan

    bahwa di daerah perkotaan ibu yang menyusui bayinya semakin berkurang.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    24/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 16

    Kalaupun mereka menyusui maka intensitas dan lamanya berkurang agar tidak

    mengangganggu aktifitas yang dilakukan.

    Tabel 4.Rata-rata Lama Balita Mendapatkan ASI Tanpa dan Dengan Makanan

    Tambahan (dalam bulan), Tahun 2007 2008

    Indikator Tahun

    2007 2008

    (1) (2) (3)

    ASI saja 4,71 4.16

    ASI dengan makanan tambahan 9,61 11.85

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2007 rata-rata balita

    mendapat ASI tanpa makanan tambahan sekitar 5 bulan, sedangkan balitamendapatkan ASI dengan makanan tambahan sekitar 10 bulan.

    Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2008, balita

    mendapatkan ASI tanpa makanan tambahan turun menjadi 4 bulan, dan

    dengan tambahan makanan naik menjadi sekitar 12 bulan.

    Karena besarnya manfaat pemberian ASI pada bayi, maka perlu

    diperhatikan juga kualitas dan kuantitas ASI. Pemberian ASI secara teratur

    merupakan cara terbaik untuk memelihara kelancaran pengeluaran ASI dalam

    kuantitas/volume yang cukup. Selain itu, makanan dengan gizi seimbang

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    25/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 17

    dengan baik pada masa kehamilan maupun masa menyusui sangat

    diperlukan untuk menjamin kualitas ASI.

    2.3. Pendidikan

    Salah satu factor utama keberhasilan pembangunan di suatu Negara

    adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

    Merujuk pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2),

    maka melalui jalur pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya

    meningkatkan SDM penduduk Indonesia. Program wajib belajar 6 tahun dan

    9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program

    pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat

    peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang

    tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi.Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian

    kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan,

    terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7 24 tahun).

    Badan Pusat Statistik (BPS) secara kontinyu setiap tahunnya

    mengumpulkan data pendidikan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional

    (susenas). Beberapa informasi pendidikan yang dikumpulkan dalam

    Susenas antara lain mengenai penduduk buta huruf, penduduk usia sekolah

    (7 24 tahun), status sekolah dan lainnya, kemudian untuk data pendukung

    bersumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

    Sangihe.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    26/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 18

    2.3.1. Angka Buta Huruf

    Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk melihat

    keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Kemampuan

    membaca dan menulis atau disebut juga melek huruf (literacy) merupakankemampuan intelektual paling dasar yang harus dikuasai penduduk, karena

    sebagian besar informasi dan ilmu pengetahuan disajikan melalui media

    tulisan. Secara umum, kemampuan membaca dan menulis itu tercakup

    dalam suatu indikator yang disebut Angka Buta Huruf (ABH). ABH adalah

    persentase penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis, baik huruf latin

    maupun huraf lainnya seperti huruf Arab, Jawa Kanji dan lain-lain. Rumus

    yang digunakan adalah:

    ABH =

    Dalam penghitungan ABH digunakan batasan umur 10 tahun keatas

    dengan pertimbangan bahwa mulai usia 10 tahun seseorang dianggap

    mampu membaca dan menulis secara permanen setelah melalui prosespembelajaran yang terus menerus.

    Untuk keperluan analisis yang lebih mendalam, kelompok umur bisa

    dipecah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya untuk analisis ketenagakerjaan

    batasan umur yang dipergunakan biasanya 15 tahun keatas.

    Banyaknya penduduk umur 10 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis

    x 100 Banyaknya penduduk 10 tahun keatas

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    27/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 19

    Gambar 2. Angka Buta Huruf (ABH) Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2005 2008

    (Persentase)

    Makin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukan

    keberhasilan program pendidikan, sebaliknya makin tinggi persentasependuduk yang buta huruf mengindikasikan kurang berhasilnya program

    pendidikan.

    ABH Kepulauan Sangihe pada tahun 2007 adalah 2,86 persen

    mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2008 yaitu

    sebesar 2.55 persen.

    Tabel 5. Angka Buta Huruf Kabupaten Kepulauan Sangihe (%)

    Tahun 2007 2008Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

    2006

    2007

    2008

    2,23

    1,82

    1,29

    1,23

    1,93

    1,26

    1.79

    1,86

    1,25Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    28/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 20

    Rincian menurut jenis kelamin, pada tahun 2008 memperlihatkan

    bahwa angka ABH bagi penduduk perempuan berimbang dengan ABH

    penduduk laki-laki.

    Untuk penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2007 terdapat

    kesenjangannya hanya sekitar 0,11 persen point antara ABH laki-lakidengan ABH perempuan dengan persentase ABH perempuan lebih tinggi

    dibandingkan ABH laki-laki. Pada tahun 2008 persentase kesenjangan

    ABH menjadi 0,03 persen point dengan kondisi yang berkebalikan dimana

    ABH laki-laki lebih tinggi dibandingkan ABH perempuan.

    Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan untuk

    penduduk perempuan di Kabupaten Kepulauan Sangihe lebih baik

    dibandingkan penduduk laki-laki..

    Gambaran tentang ABH akan lebih jelas dan lebih mudah untuk

    penyusunan program apabila terinci menurut kelompok umur.

    Dengan menganalisis menurut kelompok umur tersebut dapat

    diketahui pada kelompok umur berapa terdapat ABH dengan persentase

    tinggi, sehingga dapat disusun rencana aksi pemberentasan buta huruf yang

    lebih operasioanl, dan sesuai dengan kelompok sasaran yang menjadi

    prioritas.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    29/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 21

    Tahun 2007 dan 2008 ABH kelompok umur 10-14 tahun (anak-

    anak) sekitar 1,58 persen dan 1,66 persen, yang berarti bahwa sekitar 1

    sampai 2 diantara 100 anak usia 10-14 tahun tidak dapat membaca/menulis.

    Masih cukup tingginya ABH pada kelompok umur ini bisa dikaitkan dengan

    angka partisipasi sekolah.

    Tampaknya ABH pada kelompok usia ini menunjukkan masih ada

    anak yang belum/tidak sekolah, termasuk anak yang putus sekolah sebelum

    bisa membaca/menulis, dan selebihnya adalah anak yang sedang duduk

    dibangku sekolah tetapi belum bisa membaca/menulis. Masih adanya anak

    sekolah dasar yang belum bisa membaca/menulis akan menjadi hambatan

    bagi anak didik dalam mengikuti materi pelajaran disekolah.

    Tabel 6. Angka Buta Huruf (ABH) Menurut Kelompok Umur (%)Kabupaten Kepulauan Sangihe, Tahun 2007 2008

    Kelompok Umur 2007 2008

    10 1415 1920 3940 5455 64

    65 +

    1,580,530,873,548,378,19

    1,660,731,811,536,008,46

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Selanjutnya ABH pada kelompok umur 15 - 19 tahun (usia remaja)

    dan 20 39 tahun (usia muda) merupakan yang terendah diantara

    kelompok umur yang lain yaitu kurang dari satu persen.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    30/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 22

    Keadaan ini memperlihatkan bahwa untuk usia 15 39 tahun

    hampir semua penduduk bisa membaca/menulis baik huruf latin maupun

    huruf lainnya.

    Pada kelompok umur berikutnya ABH semakin tinggi, yang antara

    lain juga mencerminkan bahwa semakin tinggi kelompok umur penduduk,

    semakin rendah tingkat pendidikannya. Hal ini wajar terutama pada

    penduduk usia lanjut, karena pada jaman dulu hanya sedikit penduduk yang

    bisa menikmati fasilitas pendidikan.

    Semakin rendahnya ABH pada kelompok umur yang semakin muda

    (umur 39 tahun kebawah), antara lain mencerminkan keberhasilanpembangunan dibidang pendidikan.

    Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi Angka

    Buta Huruf khususnya bagi penduduk antara lain dengan Kelompok Belajar

    Paket A/B.

    Program ini ditunjukan bagi pemberentasan buta huruf bagi semua

    penduduk kelompok umur 15 44 tahun.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    31/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 23

    2.3.2. Rata-Rata Lama Sekolah

    Ada beberapa indikator yang relevan dengan masalah pendidikan,

    diantaranya adalah rata-rata lama sekolah. Tingkat pendidikan rata-rata

    penduduk dapat dilihat dari indikator rata-rata lama sekolah/ Mean Years of

    Schooling (MYS), yaitu rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh

    penduduk diseluruh jenjang pendidikan formal yang yang pernah dijalani.

    Rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan

    yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan

    jenjang pendidikan yang ditamatkan.

    Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata lama

    sekolah/MYS ada dua, yaitu untuk penduduk yang sudah menamatkanpendidikan dan untuk penduduk yang sedang sekolah/tidak tidak tamat suatu

    jenjang pendidikan.

    Penduduk yang menamatkan pendidikan

    Untuk penduduk yang telah menyelesaikan pendidikannya hingga

    tamat, lama sekolah dihitung sesuai dengan jumlah kelas yang telah

    diselesaikannya.

    Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    32/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 24

    =

    ==9

    0

    9

    0

    ii

    iii

    f

    S f MYS

    MYS = Rata-rata lama sekolah (dalam tahun)

    f i = Frekuensi penduduk berumur 15 tahun keatas untuk jenjang

    pendidikan i

    Si = Skor masing-masing jenjang pendidikan i

    i = Jenjang pendidikan I (=0, 1, 2, .., 9)

    Faktor konversi (skor) dari tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan

    adalah sebagai berikut :

    Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Skor

    0 Tidak pernah sekolah 0

    1 Sekolah Dasar 6

    2 SLTP / MTs 9

    3 SMU / SMK / MA 12

    4 Diploma I 13

    5 Diploma II 14

    6 Akademi / Diploma III / Sarjana Muda 157 Diploma IV / Sarjana 16

    8 Magister 18

    9 Doktor (S3) 21

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    33/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 25

    Penduduk yang sedang sekolah/tidak menamatkan pendidikan

    Adapun untuk yang sedang sekolah maupun tidak/belum

    menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah yang dihitung adalah

    jumlah kelas yang telah diselesaikan, tidak termasuk kelas yang sedang

    diduduki maupun kelas yang ditinggalkan karena drop out.

    Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    =

    c

    cc

    f

    S f

    MYS

    MYS = Rata-rata lama sekolah (dalam tahun)

    f c = Frekuensi penduduk berumur 15 tahun keatas untuk jenjang

    pendidikan i

    Sc = Skor masing-masing jenjang pendidikan ic = Jenjang pendidikan I (=0, 1, 2, .., 9)

    Dalam perhitungan indikator lama sekolah/MYS data yang

    dipergunakan bersumber dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional),

    adapun data sekolah, kelas, murid dan guru mulai jenjang Taman Kanak-

    kanak hingga SMU/SMK/MA adalah bersumber dari Dinas Pendidikan

    Nasional Kabupaten Kepulauan Sangihe.

    Selama dua tahun terakhir rata-rata lama sekolah (MYS)Kabupaten Kepulauan Sangihe relatif tidak banyak berubah. Rata-rata

    lama sekolah (MYS) Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2007 adalah

    sebesar 7,23 tahun. Sedangkan pada tahun 2008, MYS Kabupaten

    Kepulauan Sangihe adalah 7,61 tahun.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    34/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 26

    Gambar 3.Lama Sekolah Menurut Kelompok Umur Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 2008

    Rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Kepulauan

    Sangihe sudah cukup baik, namun belum mencapai yang diamanatkan

    program wajib belajar 9 tahun. Namun diharapkan di tahun mendatang tidak

    lagi terjadi penurunan rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten

    Kepulauan Sangihe.

    Kelompok umur anak (10-14 tahun), lama sekolah terus mengalami

    peningkatan sampai mencapai puncak pada usia remaja 15-19 tahun. Pada

    usia muda 20-39 tahun keatas secara berangsur- angsur mengalami

    penurunan. Pola ini terkait dengan program pendidikan nasional sehingga

    terjadi peningkatan lama sekolah yang merupakan dampak dari adanya

    program wajib belajar 9 tahun.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    35/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 27

    Indikator lain yang dapat dilihat adalah tingkat pendidikan tertinggi

    yang di tamatkan. Dari tahun 2005 ke tahun 2006, pendidikan penduduk

    umur 15 tahun keatas mengalami penurunan kualitas.

    Hal ini ditandai dengan menurunnya persentase penduduk

    berpendidikan tinggi dan diikuti dengan meningkatnya persentase penduduk

    berpendidikan dibawah SLTP (lihat gambar 15). Namun demikian,

    persentase penduduk umur 15 tahun keatas yang tidak pernah sekolah

    (

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    36/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 28

    Angka Partisipasi Sekolah (APS)adalah perbandingan antara jumlah

    penduduk usia sekolah tertentu yang masih bersekolah dengan seluruh

    penduduk menurut kelompok usia yang sama dikalikan seratus.

    Dalam penghitungan APS tidak memperhatikan jenjang pendidikan

    yang sedang dijalani, karena perhatian utamanya adalah penduduk usia

    sekolah pada dasarnya harus sekolah. APS dikatakan baik apabila

    mendekati atau bahkan mencapai angka seratus, yang berarti setiap anak

    usia sekolah sedang duduk dibangku sekolah. Rumus yang dipergunakan

    adalah :

    APS =

    Pengelompokan usia sekolah adalah sebagai berikut :

    Usia Sekolah Kelompok Umur (Tahun)

    SD/MI 7 12

    SLTP/MTs 13 15

    SMU/MA/SMK 16 18

    Perguruan Tinggi 19 24

    Tabel 7. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di

    Kabupaten Kepulauan Sangihe, Tahun 2007 2008

    Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu yangsedang sekolah

    X 100Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    37/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 29

    KelompokUmur

    2 0 0 7 2 0 0 8

    L P L+P L P L+P(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    7-12 93,50 94,79 92,84 94,02 94,91 94,43

    13-15 80,87 78,42 86,43 88,22 74,71 82,32

    16-18 41,39 50,53 45,47 40,35 49,52 44,96

    19-24 4,57 0,23 2,62 2,30 9,64 6,00

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    APS Usia SD/MI (7-12 Tahun) Tahun 2007 2008

    Pada tahun 2008 Angka Partisispasi Sekolah (APS) untuk usia

    SD ( 7-12 tahun) tercatat sebesar 94,43 persen yang berarti untuk setiap

    100 anak usia 7 12 tahun terrdapat sekitar 94 anak yang masih

    bersekolah. Sisanya yaitu sekitar 4,62 persen anak usia SD tidak/belum

    pernah sekolah dan 3.62 persen lainnya tidak bersekolah lagi/putus

    sekolah, yang mungkin dikarenakan memang drop out atau tidak

    melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Apabila diperhatikan menurut jenis kelamin tampak bahwa pada

    tahun 2007 APS usia SD untuk perempuan (94.79 persen) lebih besar dari

    laki-laki (93.50 persen). Demikian pula keadaan tahun 2008 APS usia SD

    untuk perempuan (94.91 persen) sedikit lebih besar dari APS usia SD

    untuk laki-laki (94.02 persen).

    Gambar 4.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    38/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 30

    Angka Partisipasi Sekolah Usia 7-12 Tahun Kabupaten Kepulauan SangiheTahun 2007 - 2008

    Selanjutnya bila diperhatikan menurut anak usia SD yang

    tidak/belum pernah sekolah pada tahun 2008 tampak persentasenya cukup

    tinggi yaitu sebesar 4,62 persen, dimana untuk jenis kelamin laki-lakisebesar 6,83 persen dan perempuan 2,02 persen, sedangkan anak usia

    SD yang putus sekolah/tidak bersekolah lagi sebesar 3,62 persen. Apabila

    dilihat menurut jenis kelamin, pada tahun 2008 persentase anak laki-laki

    usia SD yang tidak/belum pernah sekolah lebih rendah dibanding

    perempuan.

    APS Usia SLTP/MTs (13 15 tahun) Tahun 2007 2008

    Angka Partisispasi Sekolah (APS) untuk usia SLTP(13 15 tahun)

    pada tahun 2008 tercatat sebesar 82,32 persen, lebih rendah dari tahun

    2007 yang sebesar 86.43 persen. Sisanya sekitar 11,68 persen putus

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    39/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 31

    sekolah/tidak bersekolah lagi yang mungkin dikarenakan memang drop out

    atau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

    APS usia SLTP laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu 88,22 berbanding

    74,71 persen tahun 2008.

    Apabila diperhatikan perkembangan anak usia 13-15 tahun yang

    tidak/belum pernah sekolah selang tahun 2007-2008 tampak persentasenya

    sedikit menurun yaitu dari 0.71 persen pada tahun 2007 menjadi 0,62 persen

    pada tahun 2008.

    Gambar 5. Angka Partisipasi Sekolah Usia 13-15 Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 - 2008

    APS Usia SMU/MA/SMK (16-18 Tahun) Tahun 2007 2008

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    40/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 32

    APS usia SLTA jika diperhatikan perkembangannya selama tahun

    2007 - 2008 tampak adanya kecenderungan menurun. Pada tahun 2007

    APS usia SLTA sebesar 45.47 persen dan pada tahun 2008 menurun

    menjadi sebesar 44.96 persen.

    APS untuk usia SLTA ini jauh lebih rendah daripada APS usia SD

    dan SLTP mungkin disebabkan karena jumlah sekolah SLTA belum cukup

    memadai dan belum merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Kepulauan

    Sangihe. Ini berarti bahwa pencapaian wajib belajar sudah cukup berhasil

    ditingkat usia SD dan SLTP dimana angka APS sudah cukup tinggi,

    sedangkan keberhasilan pencapaian partisipasi sekolah ditingkat SLTA di

    masa mendatang, perlu usaha yang lebih komprehensif dan konstruktif.

    Apabila diperhatikan menurut jenis kelamin keadaannya berbeda

    dengan APS pada usia SD dan SLTP, dimana kesenjangannya lebih lebar

    antara APS laki-laki dengan APS perempuan.

    Selang tahun 2007 2008, APS perempuan lebih tinggi yaitu

    masing-masing 50.53 persen dan 49,52 persen dibandingkan APS laki-laki

    yaitu masing-masing 41.39 persen dan 40.35 persen, tetapi dilihat dari

    tingkat kesenjangan antara APS laki-laki dengan perempuan berimbang

    yaitu 9.14 persen dan 9.17 persen.

    Gambar 6. Angka Partisipasi Sekolah Usia 16-18 Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 - 2008

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    41/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 33

    2.3.4. Angka Putus Sekolah

    Angka putus sekolah atau sering disebut dengan angka Drop Out

    (DO) adalah perbandingan antara penduduk yang berhenti sekolah

    sebelum tamat terhadap penduduk usia sekolah tertentu yang sedangsekolah dikalikan seratus. Secara sederhana rumus yang digunakan

    adalah :

    ADO =

    Berbeda dengan APS yang angkanya diharapkan semakin

    meningkat, angka DO diharapkan kondisinya semakin menurun, kalau

    memungkinkan mencapai nol persen. Data yang dipergunakan dalam

    penghitungan indikator APS DO adalah bersumber dari Survei Sosial

    Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2007 dan 2008.

    Tabel 8.

    Banyaknya penduduk usia sekolahtertentu yang berhenti sekolah

    x 100 Banyaknya penduduk usia sekolah

    tertentu yang sedang sekolah

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    42/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 34

    Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur diKabupaten Kepulauan Sangihe, Tahun 2007 2008

    KelompokUmur

    2007 2008

    L P L+P L P L+P(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    7-12 5,05 2,60 3,94 3,09 4,24 3,62

    13-15 9,93 16,52 12,76 8,78 13,29 11,68

    16-18 58,61 49,47 54,24 26,92 20,48 23,69

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Angka Putus Sekolah Usia SD (7-12 Tahun) Tahun 2007 2008

    Perkembangan Angka Putus Sekolah untuk usia SD (7-12 tahun)

    antara tahun 2007 - 2008 tampak bahwa angkanya mengalami sedikitpenurunan.

    Pada tahun 2007 Angka Putus Sekolah sebesar 3,94 persen dan

    kemudian turun menjadi 3.09 persen pada tahun 2008, yang berarti setiap

    100 anak usia 7-12 tahun yang sedang sekolah terdapat rata-rata 3 - 4

    anak yang DO pada tahun 2007 dan rata-rata 3 anak pada tahun 2008.

    Menurut jenis kelamin angka DO laki-laki ternyata jauh lebih tinggi

    dibanding angka DO perempuan pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun

    2008 keadaan menjadi terbalik bahwa angka DO perempuan menjadi

    lebih tinggi. Hal ini disebabkan angka DO laki-laki mengalami penurunan

    pada tahun 2008, sedangkan angka DO perempuan justru mangalami

    kenaikan.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    43/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 35

    Gambar 7. Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 - 2008

    Angka Putus Sekolah Usia SLTP/MTs ( 13 15 Tahun) Tahun 2007-

    2008

    Angka putus sekolah (DO) pada tahun 2008 adalah sebesar 11.68

    persen. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang

    sebesar 12,76 persen, berarti ada penurunan sebesar 1.08 persen poin.

    Apabila diperhatikan menurut jenis kelamin ternyata angka DO perempuan

    pada tahun 2007 maupun tahun 2008 lebih tinggi dibanding angka DO laki-

    laki. Anak yang tidak sekolah lagi terdiri dari anak yang sudah

    menyelesaikan pendidikan tetapi tidak melanjutkan sekolah dan anak yang

    terpaksa tidak bias menyelesaikan pendidikan atau drop out (DO). Adapunpenyebab utama DO pada usia SLTP adalah karena masalah biaya,

    membantu mengurus rumah tangga, merasa pendidikan sudah cukup dan

    sebagian yang lain karena merasa pikiran tidak mampu, sekolah jauh dan

    alasan lainnya.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    44/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 36

    Gambar 8. Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 - 2008

    Angka Putus Sekolah Usia SMU//SMK ( 16-18 Tahun) Tahun 2007 -

    2008

    Perkembangan Angka DO antara tahun 2007 - 2008 tampak

    menunjukkan penurunan yang signifikan. Untuk angka DO usia SLTA pada

    tahun 2007 sebesar 54,24 persen dan pada tahun 2008 menurun sangat

    tajam menjadi 23.69 persen, berarti setiap 100 anak usia 16-18 tahun yang

    sedang sekolah terdapat sekitar 23 - 24 anak yang DO.

    Selanjutnya untuk anak usia SLTA yang tidak bersekolah lagi,

    tampak bahwa antara tahun 2007-2008 menunjukkan adanya penurunan

    yang cukup signifikan yaitu dari 54,24 persen tahun 2007 menjadi 23,69

    persen tahun 2008.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    45/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 37

    Apabila diperhatikan menurut jenis kelamin, sejak tahun 2007

    sampai dengan 2008 ternyata angka untuk perempuan lebih tinggi dibanding

    angka untuk laki-laki. Anak yang tidak sekolah lagi tersebut apabila dipilah-

    pilah lebih lanjut akan terdiri dari anak yang sudah menyelesaikan

    pendidikan dan drop out (DO).

    Penyebab utama DO pada usia SLTA adalah masalah biaya,

    merasa pendidikan sudah cukup, bekerja/membantu mencari nafkah, dan

    sisanya karena merasa pikiran tidak mampu, menikah, sekolah jauh dan

    alasan lainnya.

    Gambar 9. Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2007 - 2008

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    46/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 38

    Jumlah murid i

    Jumlah Sekolah i

    2.3.5. Rasio Murid Guru dan Rasio Murid Sekolah

    Untuk mengetahui tingkat efesiensi dari proses belajar-mengajar

    disekolah, dapat dilihat dari indikator seberapa banyak seorang guru

    membimbing dan mengajar anak didik, sedangkan sarana belajar yang

    efektif dan memenuhi standar mutu pembelajaran juga sangat

    mempengaruhi kualitas anak didik.

    Rasio Murid dan Sekolah adalah perbandingan antara jumlah murid

    pada suatu jenjang pendidikan/sekolah dengan jumlah sekolah pada

    pendidikan tersebut.

    Rumus yang digunakan adalah:

    Rasio Murid-Sekolah =

    i = jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA)

    Rasio Murid dan Guru adalah perbandingan antara jumlah murid

    dan guru pada jenjang pendidikan yang bersesuaian. Rumus yang

    digunakan adalah:

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    47/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 39

    Rasio Murid-Guru =

    i = jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA)

    Keberadaan serta kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan

    berperan penting dalam peningkatan hasil pembangunan dibidang

    pendidikan. Salah satu sarana yang penting adalah sekolah yang merupakan

    wahana penyelenggaraan kegiatan pendidikan formal.

    Tabel 9.Rasio Sarana dan Tenaga Pendidik Menurut Jenjang Pendidikan

    Kabupaten Kepulauan Sangihe, Tahun Ajaran 2006/2007 2007/2008

    JenjangPendidikan

    2006 / 2007 2007 / 2008

    Murid per Sekolah

    Murid per Guru

    Guru per Sekolah

    Murid per Sekolah

    Murid per Guru

    Guru per Sekolah

    -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7TK 13.00 11.36 1.14 15.52 9.47 1.64SD 73.80 12.91 5.72 69.21 10.32 6.71

    SLTP 127.64 17.69 7.21 112.86 12.18 9.27SLTA 173.46 18.04 9.62 146.46 11.33 12.92

    Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Kepl. Sangihe (diolah)

    Bila dilihat rasio murid dengan sekolah pada jenjang sekolah SD,

    terjadi penurunan jumlah rata-rata murid disetiap sekolah, sementara pada

    jenjang SLTP rasionya juga mengalami penurunan. Dengan demikian bisa

    dikatakan dengan bertambahnya jumlah sekolah tidak sejalan dengan

    jumlah murid yang malah mengalami penurunan. Sedangkan untuk tingkat

    Jumlah murid i

    Jumlah Guru i

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    48/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 40

    SLTA rasio murid dan sekolah juga menurun, hal ini karena peningkatan

    jumlah sekolah tidak diimbangi peningkatan jumlah murid yang cukup.

    Upaya untuk meningkatkan pendidikan penduduk antara lain

    dilakukan dengan penyediaan sarana, prasaran dan tenaga pendidikan

    yang memadai serta membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagipenduduk untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Penyediaan baik

    sekolah, guru,maupun sarana dan prasarana pendidikan lainya akan

    kurang memenuhi sasaran apabila tidak memperhatikan potensi jumlah

    penduduk usia sekolah dan jumlah anak didik itu sendiri.

    Untuk mengetahui perkembangan ketersediaan sarana, prasarana

    dan tenaga pendidikan serta jumlah siswa mulai dari jenjang pendidikan

    pra sekolah/Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan SMU/MA/SMK pada

    tahun pelajaran 2006/2007 dan 2007/2008 bisa dilihat pada Tabel berikut.

    Pendidikan usia dini/pra sekolah perlu dikemukakan mengingat

    peranannya yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Penanganan

    terhadap anak usia dini harus dilakukan secara komphrehensif melalui

    pendekatan perawatan maupun pendidikan. Pendidikan anak usia dini

    harus mampu mengintergrasikan tiga pilar penanganan anak-anak, yakni

    pendidikan, gizi, dan kesehatan.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    49/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 41

    Tabel 10.Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Menurut Jenjang PendidikanKabupaten Kepulauan Sangihe, Tahun 2006/2007 2007/2008

    Jenjang Pendidikan

    2006 / 2007 2007/ 2008

    Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru

    -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7

    TK 76 988 87 83 1.288 136

    SD 201 14.833 1.149 202 13.981 1.355

    SLTP 42 5.361 303 49 5.530 454

    SLTA (tidak termasuk SMK) 13 2.255 125 13 1.904 168Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Kepl. Sangihe

    Menurut psikologi perkembangan anak, perkembangan inteligensi

    anak pada tahun-tahun berikutnya sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnyastimulasi (rangsangan) yang diterima anak pada masa balita. Dengan

    mengikuti pendidikan pra sekolah, anak diharapkan memperoleh banyak

    stimulasi dan lebih siap untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya,

    terutama untuk kemampuan membaca dan menulis, berhitung mengenal

    bentuk serta kemampuan bersosialisasi.

    Selama tahun ajaran 2006/2007 sampai dengan tahun ajaran2007/2008 keberadaan pendidikan pra sekolah/TK, menunjukan adanya

    kecenderungan meningkat yaitu dari sebanyak 76 sekolah pada tahun ajaran

    2006/2007 naik menjadi sebanyak 83 sekolah pada tahun ajaran 2007/2008.

    Demikian juga jumlah murid dan guru juga mengalami peningkatan.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    50/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 42

    Pada jenjang sekolah dasar untuk jumlah sekolah perkembangan

    yang terjadi seperti halnya pada TK, yaitu terjadi kenaikan jumlah sekolah

    dari tahun ajaran 2006/2007 ke tahun ajaran 2007/2008, meski tidak

    signifikan.

    Jumlah SD di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun ajaran

    2006/2007 berjumlah 201 dan terakhir pada tahun ajaran 2007/2008 jumlah

    sekolah naik menjadi 202 sekolah.

    Kenaikan jumlah sekolah dasar tidak sejalan dengan jumlah

    muridnya, dimana jumlah murid pada periode 2007/2008 justru mengalami

    penurunan. Jumlah murid tercatat sebanyak 14.833 murid pada tahun ajaran2006/2007 turun menjadi 13.981 murid pada tahun ajaran 2007/2008,

    sedangkan jumlah guru terjadi kenaikan, dimana pada tahun ajaran

    2006/2007 sebanyak 1.149 guru naik menjadi 1.355 guru pada tahun

    ajaran 2007/2008.

    Untuk jenjang sekolah lanjutan pertama (SLTP/MTs), jumlah sekolah

    terjadi peningkatan pada tahun ajaran 2007/2008 dibanding tahun ajaran

    sebelumnya. Pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah SLTP/MTs sebanyak 42

    sekolah dan pada tahun ajaran 2007/2008 menjadi 49 sekolah. Peningkatan

    jumlah sekolah ternyata diikuti juga dengan peningkatan jumlah murid tetapi

    tidak signifikan sehingga rasio jumlah murid per sekolah mengalami

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    51/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 43

    penurunan sedangkan rasio guru per sekolah menunjukan adanya kenaikan

    akibat bertambahnya guru yang cukup signifikan.

    Sementara itu untuk tingkat SLTA, jumlah sekolah tetap sebanyak 13

    sekolah dengan peningkatan jumlah guru, namun jumlah murid justru

    menurun. Akibatnya rasio guru per sekolah mengalami peningkatan.

    2.4. Ketenagakerjaan

    Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya pembangunan. Jumlah

    dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring

    dengan berlangsungnya proses demografi.

    Konsep pengumpulan data angkatan kerja yang digunakan dalam

    publikasi ini berdasarkan The Labour Force Concept yang

    direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO). Konsep ini

    membagi penduduk menjadi dua kelompok yaitu penduduk yang termasuk

    ke dalam usia kerja dan bukan usia kerja.

    Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep dan definisi yangdigunakan dalam publikasi ini :

    1. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke

    atas.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    52/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 44

    2. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan

    kerja dan bukan angkatan kerja.

    3. Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

    kegiatan utama bekerja, dan atau sementara tidak bekerja (pada saat

    referensi waktu survey), dan atau sedang menganggur (tidak punya

    pekerjaan).

    4. Bukan angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas

    yang kegiatannya utamanya bersekolah, mengurus rumahtangga dan

    lainnya.

    5. Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan maksud

    memperoleh atau membantu memperoleh (pekerja tidak dibayar)

    pendapatan atau keuntungan. Kegiatan bekerja tersebut paling

    sedikit dilakukan 1 jam (tanpa terputus) dalam seminggu yang lalu.6. Pekerja informal adalah penduduk yang bekerja dengan status

    /kedudukan pekerjaannya sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu

    buruh tidak dibayar/tidak tetap, pekerja bebas di pertanian dan non

    pertanian, serta pekerja tidak dibayar.

    7. Sementara tidak bekerja adalah seseorang yang telah mempunyai

    pekerjaan, tetapi selama seminggu yang lalu tidak melakukan

    kegiatan bekerja karena berbagai alas an, seperti sakit, cuti,

    menunggu panen, mogok dan sebagainya.

    8. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang selama seminggu

    yang lalu tidak melakukan kegiatan bekerja, seperti mencari

    pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mungkin

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    53/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 45

    mendapatkan pekerjaan, dan sudah punya pekerjaan tetapi belum

    bekerja.

    9. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang termasuk ke

    dalam belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan

    pekerjaan, sudah pernah bekerja tetapi belum puas terhadap

    pekerjaan tersebut karena ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih

    baik.

    10. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dikakukan

    dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru

    dengan telah melakukan tindakan nyata, seperti mengumpulkan

    modal atau mencari lokasi/tempat usaha, atau mengurus surat ijin

    usaha dan sebagainya.

    11. Setengah pengangguran adalah mereka yang melakukan kegiatanbekerja dibawah jam kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam seminggu.

    12. Sekolah adalah seseorang yang melakukan kegiatan bersekolah di

    sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

    13. Mengurus rumah tangga adalah seseorang yang melakukan kegiatan

    dengan mengurus rumah tangga tanpa mendapat imbalan baik dalam

    bentuk uang maupun barang.

    14. Kegiatan lainnya adalah seseorang yang melakukan kegiatan di luar

    kegiatan bekerja, sekolah dan mengurus rumah tangga, seperti

    pensiunan, orang tua yang sudah jompo, cacat jasmani dll.

    15. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah seseorang yang telah

    menamatkan suatu jenjang pendidikan di suatu sekolah formal dengan

    telah memperoleh ijazah atau surat tanda tamat belajar.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    54/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 46

    16. Lapangan usaha pekerjaan, adalah suatu bidang/tempat dari

    seseorang melakukan kegiatan bekerja. Apabila mempunyai kegiatan

    bekerja pada lebih dari satu lapangan usaha, menentukan lapangan

    usaha responden adalah melihat keuntungan atau pendapatan yang

    paling besar atau banyak.

    17. Jenis pekerjaan/jabatan, adalah macam pekerjaan yang dilakukan

    oleh seseorang atau yang ditugaskan kepada seseorang.

    18. Status pekerjaan adalah kedudukan dari seseorang dalam melakukan

    pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan, seperti :

    a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan

    menanggung resiko secara ekonomis.

    b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah

    bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakanburuh/karyawan/pegawai tak dibayar dan atau

    buruh/karyawan/pegawai tidak tetap.

    c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas

    resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang

    buruh/karyawan/pegawai tetap yang dibayar.

    d. Buruh/karyawan/pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada

    suatu kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima

    upah/gaji baik berupa uang maupun barang.

    e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada

    orang lain/majikan yang tidak tetap di usaha pertanian baik yang

    merupakan usaha rumah tangga maupun bukan atas dasar balas

    jasa dengan menerima upah baik uang maupun barang.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    55/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 47

    f. Pekerja bebas di non pertanian, adalah seseorang yang bekerja

    pada orang lain/majikanyang tidak tetap di usaha non pertanian

    baik yang merupakan usaha rumah tangga maupun bukan atas

    dasar balas jasa dengan menerima upah baik uang maupun

    barang.

    g. Pekerja tak dibayar, adalah seseorang yang bekerja membantu

    orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik

    berupa uang maupun barang.

    Tabel 11.Perkembangan Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas)

    Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2007 2008Keterangan 2007 2008

    -1 -2 -3

    Angkatan Kerja 56.118 52.199Bekerja 48.367 45.248

    Bukan Angkatan Kerja 49.303 44.145Penduduk Usia Kerja 105.421 96.344

    TPAKTPAK Laki-LakiTPAK Perempuan

    53,23 %78,80 %24,50 %

    54,18 %80,88 %28,36 %

    Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (sakernas) tahun 2008

    diperkirakan penduduk usia kerja sebanyak 96.344 orang atau sekitar 73,94persen dari 130.290 orang jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan

    Sangihe. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia kerja pada

    tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 7,07 persen.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    56/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 48

    Penduduk yang termasuk angkatan kerja diperkirakan sebanyak

    52.199 orang atau sekitar 54,18 persen dari penduduk usia kerja.

    Persentase inilah yang disebut dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    (TPAK). Sedangkan penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja

    sebanyak 44.145 orang dengan kegiatan utama penduduk adalah

    bersekolah sebanyak 7.339 orang, mengurus rumah tangga 25.960 orang

    dan selebihnya adalah lainnya (pensiun, sudah tua, cacat dll).

    Masalah pokok ketenagakerjaan di Kabupaten Kepulauan Sangihe

    yang utama adalah rendahnya daya serap tenaga kerja karena rendahnya

    investasi dan lapangan usaha yang masih terbatas.

    2.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    Salah satu indikator ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi

    Angkatan Kerja (TPAK) yang menggambarkan perbandingan penduduk yang

    bekerja dan secara aktif mencari kerja (Angkatan Kerja) dengan penduduk

    usia kerja (15 tahun keatas).

    TPAK= x 100

    Dengan melihat TPAK dapat ditunjukkan perbandingan persentase

    penduduk yang telah dan siap untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Pada

    Jumlah Angkatan Kerja .Jumlah Penduduk Usia Kerja (15+)

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    57/129

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    58/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 50

    2.4.2. Komposisi Tenaga Kerja Menurut Sektor

    Berdasarkan sektor, komposisi tenaga kerja pada tahun 2008

    masih didominasi sektor Pertanian dengan kontribusi terhadap total tenaga

    kerja yang bekerja di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 53,62 persen.

    Sektor ini masih menjadi tumpuan bagi penyerapan tenaga kerja di

    Kabupaten Kepulauan Sangihe, karena memang sebagian besar

    masyarakat Kepulauan Sangihe mengusahakan perkebunan dan juga

    sebagai daerah kepulauan maka banyak yang berprofesi nelayan. Mereka

    menggantungkan hidupnya terutama dari tananaman pangan, perkebunan,

    peternakan, maupun perikanan.

    Selain itu, tingginya penyerapan tenaga kerja pada sektor ini jugadisebabkan karena pada umumnya untuk bekerja pada sektor ini tidak

    perlu pendidikan dari keahlian khusus. Namun umumnya pada sektor ini

    banyak pekerja dengan status pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar.

    Biasanya kalau kerabat atau tetangga telah lebih dahulu bekerja

    disektor ini, seseorang bisa langsung sambil belajar pada kerabat atau

    tetangga yang telah bekerja tersebut.

    Peringkat ke dua dalam hal penyerapan tenaga kerja pada tahun

    2008 adalah sektor Jasa-jasa yang mampu menyerap 13,97 persen dari total

    tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    59/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 51

    Tabel 12.

    Tenaga Kerja Menurut Sektor Tahun 2008

    Sektor Tenaga kerja

    -1 -2

    Pertanian 24.264Pertambangan DanPenggalian 667Industri Pengolahan 1.920Listrik, Gas Dan Air Minum 211Konstruksi 3.101Perdagangan, Hotel, &Restauran 5.640 Angkutan Dan Komunikasi 3.084Keuangan 88Jasa-Jasa 6.323

    Jumlah 45.248Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tingginya angka penyerapan tenaga kerja disektor ini didominasi

    oleh jasa pemerintahan. Sedangkan pada tahun 2007, sektor ini juga

    menempati urutan kedua.

    Urutan selanjutnya adalah sektor Perdagangan, Hotel, & Restauran,

    yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 12,46 persen. Sedangkan

    sektor yang paling kecil dalam menyerap tenaga kerja pada tahun 2008

    adalah sektor keuangan yang hanya menyerap tenaga kerja sebesar 0,19

    persen. Hal ini dikarenakan lapangan kerja di sektor ini masih terbatas dan

    untuk dapat bekerja pada sektor ini masih memerlukan persyaratan

    tertentu, salah satunya pendidikan yang tinggi.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    60/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 52

    2.5. Kesejahteraan Rakyat

    2.5.1. Tingkat Kemiskinan

    Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar

    yang menjadi pusat perhatian pemerintah di Negara manapun. Salah satu

    aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinanadalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran.

    Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi

    instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan

    perhatian pada kondisi hidup orang miskin.

    Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi

    kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan

    antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan

    tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

    Upaya Pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di

    Indonesia pada umumnya dan Kepulauan Sangihe pada khususnya telah

    dilakukan dengan beberapa cara, dimulai dengan dilakukannya pendataan

    secara nasional untuk mengetahui jumlah dan keberadaan penduduk

    miskin, hingga merancang program-program yang sifatnya bantuan

    langsung bentuk lainnya.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    61/129

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    62/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 54

    Metodologi Penghitungan Penduduk Miskin

    Data kemiskinan BPS bersumber pada data Survei Sosial Ekonomi

    Nasional (Susenas). Data kemiskinan Susenas bersifat makro. Data ini

    hanya menunjukkan jumlah agregat dan persentase penduduk miskin,

    tetapi tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana alamat mereka, sehingga

    kurang operasional di lapangan. Meskipun demikian, karena pendataan

    kemiskinan Susenas dilakukan setiap tahun, maka secara konsisten (apple

    to apple) digunakan untuk mengevaluasi pertambahan/ pengurangan

    jumlah penduduk miskin untuk perencanaan makro (planning).

    Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep

    kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) yaitukebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori per hari dan kebutuhan dasar

    non makanan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

    ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

    makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

    Dengan pendekatan ini, dapat dihitungHead Count Index(HCI),

    yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan.

    Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang

    terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan

    Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penduduk miskin adalah penduduk

    yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis

    Kemiskinan.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    63/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 55

    Sedangkan penghitungan angka kemiskinan tahun 2005 mengacu

    pada hasil PSE05 yang dilaksanakan secara nasional oleh BPS, data ini

    bersifat mikro. Berbeda dengan metode Susenas, kegiatan PSE05

    menggunakan 14 variabel kemiskinan yang secara umum variabel tersebut

    lebih mengarah pada kondisi fisik rumahtangga miskin, yaitu:

    1. Luas lantai per kapita

    2. Jenis lantai

    3. Jenis dinding

    4. Fasilitas tempat buang air besar

    5. Sumber air minum

    6. Sumber penerangan7. Bahan bakar

    8. Membeli daging/ayam/susu

    9. Frekuensi makan

    10. Membeli pakaian baru

    11. Kemampuan berobat

    12. Lapangan usaha utama

    13. Pendidikan kepala rumahtangga

    14. Aset yang dimiliki rumahtangga

    Metode penghitungan kemiskinan yang dilakukan dalam PSE05

    adalah metode skor, artinya setiap variabel mempunyai bobot atau

    penimbang yang telah ditentukan sebelumnya oleh BPS Pusat.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    64/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 56

    PSE05 ini bertujuan untuk menyalurkan dana Bantuan Langsung

    Tunai (BLT) dalam rangka kompensasi kenaikan BBM. Program BLT ini

    termasuk pada Klaster-1 bersama dengan program bantuan beras untuk

    orang miskin (Raskin), program Keluarga Harap (PKH), Jaminan Kesehatan

    Masyarakat (Jamkesmas) atau yang sebelumnya dikenal sebagai Askeskin

    untuk perawatan kesehatan gratis, program Beasiswa untuk siswa miskin,

    serta bantuan untuk kelompok rentan social lainnya.

    Rumahtangga Miskin berdasarkan hasil PSE05 terdiri dari

    rumahtangga yang berkategori mendekati miskin ( kategori 1),

    rumahtangga yang berkategorimiskin( kategori 2 ) dan rumahtangga yang

    berkategorisangat miskin(kategori 3).

    Pada tahun 2008 BPS melakukan Pendataan Program

    Perlindungan Sosial (PPLS08) dengan menggunakan database RTS-BLT

    sebagai dasar pendataan bagi (1) Pemutakhiran (Updating) data RTS-BLT

    yang akan dicakup oleh program perlindungan social, dan (2)

    menambahkan keterangan pokok individu dari setiap anggota RTS

    sehingga menghasilkan Database PPLS08 yang berisikan : (i) daftar RTS

    menurut alamat dan kepala rumahtangga, (ii) keterangan pokok tentang

    karakteristik kemiskinan dari setiap RTS, dan (iii) keterangan pokok individu

    setiap anggota RTS.

    Tujuan daripada PPLS08 adalah :

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    65/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 57

    1. Memperbaharui database RTS, yaitu untuk mendapatkan daftar nama

    dan alamat RTS :

    a. Membuang data rumah-rumah tangga tunggal (tanpa anggota

    rumahtangga) penerima BLT 2005 yang sudah meninggal dunia.

    b. Membuang data rumah-rumah tangga penerima BLT 2008 yang

    tidak layak sebagai sasaran program karena status ekonominya

    sudah tidak miskin lagi.

    c. Memasukkan data rumah-rumah tangga sasaran baru, baik mereka

    adalah rumahtangga yang sebelumnya telah tercatat tetapi pindah

    tempat tinggal atau mereka yang belum pernah tercatat sama

    sekali.

    2. Memperbaharui keterangan tentang kehidupan social ekonomi RTSkhususnya tentang kualitas tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan

    kepala rumahtangga yang dikenal sebagai karakteristik kemiskinan, dan,

    3. Menambah anggota rumahtangga sasaran dengan informasi nama,

    umur, jenis kelamin, status sekolah dan pekerjaan anggota rumahtangga

    dan informasi tambahan tentang kondisi peruamahan.

    2.5.2. Angka Kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Paradigma yang dianut sebagai dasar penyusunan dan

    implementasi strategi pembangunan adalah paradigma kerakyatan, yang

    artinya pembangunan haruslah dibuat untuk rakyat, dilakukan oleh rakyat

    dan akhirnya sebanyak-banyaknya diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    66/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 58

    Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan

    rakyat adalah persentase penduduk miskin.

    Gambar 11.Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Tahun 2005 2008

    *) Angka sementara**) Termasuk Kabupaten Kepulauan Sitaro

    Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin Kepulauan Sangihe adalah

    26.460 jiwa. Kemudian pada 2006 menjadi 30.954 jiwa (16,15 persen dari

    jumlah penduduk), Tahun 2005 sampai tahun 2006 jumlah penduduk

    miskin Kabupaten Kepulauan Sangihe masih termasuk Kabupaten

    Kepulauan Sitaro. Setelah terjadi pemekaran wilayah pada tahun 2007,

    jumlah penduduk miskin Kepulauan Sangihe tercatat sebanyak 23.200 jiwa

    (17,7 persen dari jumlah penduduk), kemudian turun menjadi 22.362 jiwa

    (17,16 persen dari jumlah penduduk) tahun 2008.

    Sedangkan jumlah rumahtangga miskin penerima Bantuan

    Langsung Tunai (BLT) di Kabupaten Kepulauan Sangihe menurut hasil

    Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk tahun 2005 (PSE05) adalah 14.767

    rumahtangga. Kemudian dari hasil pendataan Program Perlindungan

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    67/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 59

    Sosial tahun 2008 (PPLS08), jumlah rumahtangga sasaran (RTS) menjadi

    12.597 rumahtangga.

    Melihat masih cukup besarnya jumlah penduduk miskin di

    Kepulauan Sangihe, maka diperlukan kebijakan anti kemiskinan.

    Menurut Bank Dunia ada tiga front yang perlu dilakukan secara

    serentak dalam memerangi kemiskinan yaitu :

    (i) pertumbuhan ekonomi yang menciptakan kesempatan kerja dan

    pendapatan bagi kelompok miskin; (ii) pengembangan SDM (pendidikan,

    kesehatan dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik

    untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh

    pertumbuhan ekonomi; (iii) membuat suatu jaringan pengaman sosial untukmereka diantara penduduk miskin yang sama tidak mampu untuk

    mendapatkaan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan

    kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental,

    bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.

    2.5.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Sejak tahun 1990 United Nations Development Programe (UNDP)

    telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat

    menunjukan kemajuan manusia berdasarkan faktor-faktor seperti rata-rata

    usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf serta

    tingkat kehidupan yang layak (kesejahteraan) secara keseluruhan.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    68/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 60

    Asumsi yang digunakan dalam laporan ini bahwa pembangunan

    manusia pada hakekatnya adalah suatu proses memperbesar pilihan-

    pilahan manusia. Indikator kesejahteraan manusia yang disusun oleh

    UNDP tersebut dikenal dengan Human Develoment Index (HDI) atau

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator tersebut dapat digunakan

    oleh UNDP untuk mengamati dampak dari era globalisasi.

    Selanjutnya laporan Pembangunan Manusia yang disusun UNDP

    tahun 1999 berfokus pada aspek positif dan negatif globalisasi. Laporan

    tersebut merekomendasikan perlu adanya tindakan dan kebijakan sosial

    yang lebih kuat untuk menahan akibat-akibat ekonomi pada masa

    sekarang yang bersiklus bust and boom.

    Diharapkan pembuat keputusan agar menyeimbangkan perhatian

    mereka pada keuntungan dan keprihatinan pada orang-orang yang gagal

    mendapat tempat ditengah-tengah hiruk-pikuk pasar global.

    Melalui peraturan-peraturan dan institusi-institusi baru hendaknya

    pemerintah, swasta, maupun organisasi masyarakat serta para individu

    dapat mengambil manfaat dari adanya persaingan dan pasar global

    sehingga dapat memastikan bahwa globalisasi mempunyai wajah yang

    manusiawi.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    69/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 61

    Dengan mengacu pada rekomendasi yang dituangkan dalam

    laporan pembangunan manusia yang disusun oleh UNDP, hendaknya

    bangsa Indonesia pada umumnya dan penduduk Kabupaten Kepulauan

    Sangihe pada khususnya dapat mengukur seberapa besar upaya yang

    telah dan akan dilakukan dalam memajukan penduduknya.

    Pada sub-sub IPM ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

    umum mengenai kondisi pembangunan manusia yang ada di Kepulauan

    Sangihe selama tahun 1999-2005. Diharapkan informasi ini dapat

    memberikan masukan yang berguna bagi pembuat keputusan dalam

    menyikapi era global ini.

    Metodologi Penghitungan IPM

    IPM disusun dari tiga komponen yaitu: lamanya hidup, diukur

    dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan, diukur dengan

    kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk 15 tahun keatas

    (dengan bobot dua per tiga) dan rata rata lamanya sekolah (dengan bobot

    sepertiga); Tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per

    kapita yang telah disesuaikan Purchasing Power Parity (PPP rupiah).

    Pembanguan manusia yang berhasil akan membuat usia rata-rata

    masyarakatnya meningkat; juga ditandai dengan peningkatan pengetahuan

    yang bermuara pada peningkatan kualitas SDM.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    70/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 62

    Pencapaian dua hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan

    produktivitas sehingga pada akhirnya akan meningkatkan mutu hidup dalam

    arti hidup layak.

    Lamanya hidup/Angka Harapan Hidup

    Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan

    indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth / e0).

    Penghitungan Angka Harapan Hidup bisa menggunakan program Mortpak

    dengan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan

    variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.

    Angka ini digunakan sebagai indikator untuk menilai taraf kesehatan

    masyarakat. Hubungan antara pembangunan ekonomi dan Angka HarapanHidup erat dan positif. Bila pembangunan sosial ekonomi semakin baik, maka

    Angka Harapan Hidup juga semakin tinggi atau sebaliknya.

    Angka Harapan Hidup Kepulauan Sangihe cenderung semakin

    tinggi. Pada tahun 2006 Angka Harapan Hidup Kabupaten Kepulauan

    Sangihe adalah 72,0 dan meningkat menjadi 75,60 pada tahun 2007,

    kemudian naik 0,1 psersen point tahun 2008.

    Besaran Angka Harapan Hidup Kabupaten Kepulauan Sangihe

    antara tahun 2006 sampai tahun 2007 dan 2008 selalu diatas AHH rata-rata

    propinsi Sulawesi Utara.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    71/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 63

    Tingkat Pendidikan

    Komponen tingkat pendidikan diukur dari dua indikator, yaitu angka

    melek huruf (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah

    (dengan bobot sepertiga). Angka melek huruf adalah persentase dari

    penduduk usia tahun keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin

    atau huruf lainnya, terhadap umlah penduduk usia 15 tahun atau lebih.

    Indikator ini beri bobot dua per tiga. Bobot sepertiga sisanya diberikan pada

    indikator rata-rata lamanya sekolah (MYS/Mean Year Schooling), yaitu rata-

    rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke

    atas diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini

    dihitung dari variabel pendidikan yang sedang diduduki. Sumber data yang

    digunakan penghitungan indikator pendidikan adalah Susenas Kor.

    Standar Hidup Layak (Purchasing Power Parity/PPP)

    Standar hidup layak merupakan komponen ketiga selain dua

    komponen diatas yang juga diakui secara luas sebagai unsur dasar

    pembangunan manusia.

    Berbeda dengan UNDP yang menggunakan GDP riil yang

    disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak.

    BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-

    rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    72/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 64

    C(l) = C(i) jika C(i) < Z

    = Z + 2(C(I)-Z)1/2 jika Z < C(I) < 2Z

    = Z + 2(Z)1/2+3(C(I)-2Z)1/3 jika 2Z < C(I) < 3Z

    dstdimana:

    C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita

    Z = batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp.

    547.500,- per kapita setahun atau Rp. 1.500,- per kapita per hari.

    Sumber data yang digunakan untuk menghitung formula diatas

    adalah hasil Susenas.

    Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitungindeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan

    terbaik). Kemudian, untukmempermudah penafsiran, indeks tersebut

    dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100).

    Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti

    rumus sebagai berikut:

    ( )( )iiiii X Min X Maks

    X Min X I ..

    .

    =

    =

    =3

    131

    ii I IPM

  • 8/9/2019 Indicator Makro Sangihe 2009

    73/129

    Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe 2009 65

    Dimana :

    Ii = Indeks komponen IPM ke-I; i= 1,2,3.

    Xi = Nilai komponen IPM ke-i

    Maks.Xi = Nilai maksimum komponen IPM ke-i

    Min.Xi = Nilai minimum komponen IPM ke-i

    IPM = Indeks Pembangunan Manusia

    Berdasarkan nilai IPM yang diperoleh untuk masing-masing

    kabupaten/kota, kita dapat melakukan analisis lebih lanjut, diantaranya

    tingkatan status pembangunan manusia dan tingkatan pertumbuhan IPM.

    Batas minimum dan maksimum mengikuti standar yang telah

    ditetapkan, yaitu sebagai berikut: :

    Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi status pembagunan

    manusia di kabupaten/kota ke dalam empat kategori dengan kriteria sebagai

    berikut:

    Komponen IPM Maksimal Minimum Keterangan

    (1) (2) (3) (4)

    1. Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP2. Angka Melek Huruf