imunologi

8
BAB I PENDAHULUAN Lingkungan hidup kita mengandung berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup seperti bakteri, virus, jamur, parasit, maupun yang mati seperti debu dalam polusi, yang setiap saat dapat masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan kerusakan jaringan atau penyakit. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan pula oleh tubuh (Baratawidjaja, 1991). Respon yang dilakukan tubuh terhadap infeksi dari materi yang berpotensi patogen disebut sebagai respon imun (Murphy, 2012). Respon imun diperlukan tubuh untuk tiga hal yaitu pertahanan, homeostasis, dan pengawasan. Yang pertama ditujukan terhadap infeksi mikroorganisme, yang kedua terhadap eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua atau rusak, dan yang ketiga terhadap penghancuran sel-sel yang bermutasi. Dengan kata lain, sistem imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam tubuh (Baratawidjaja, 1991). Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu:

description

pendahuluan imunologi

Transcript of imunologi

BAB IPENDAHULUAN

Lingkungan hidup kita mengandung berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup seperti bakteri, virus, jamur, parasit, maupun yang mati seperti debu dalam polusi, yang setiap saat dapat masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan kerusakan jaringan atau penyakit. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan pula oleh tubuh (Baratawidjaja, 1991).Respon yang dilakukan tubuh terhadap infeksi dari materi yang berpotensi patogen disebut sebagai respon imun (Murphy, 2012). Respon imun diperlukan tubuh untuk tiga hal yaitu pertahanan, homeostasis, dan pengawasan. Yang pertama ditujukan terhadap infeksi mikroorganisme, yang kedua terhadap eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua atau rusak, dan yang ketiga terhadap penghancuran sel-sel yang bermutasi. Dengan kata lain, sistem imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam tubuh (Baratawidjaja, 1991). Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu: 1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata. 2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.3. Imunitas bawaan/ non spesifik.4. Imunitas spesifik yang didapat (Munasir, 2001).Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya tiga fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama (Munasir, 2001). Fungsi memori atau memori imunologis dihasilkan oleh respon imun spesifik, dimana tubuh memproduksi antibodi sebagai reaksi terhadap materi patogen tertentu atau produk dari materi tersebut, sehingga respon tersebut disebut juga respon adaptif (Murphy, 2012). Memori imunologis memberikan perlindungan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi berulang dari materi patogen yang sama. Kemampuan ini salah satu yang membedakan antara respon imun adaptif dan respon imun bawaan, yang selalu cepat tersedia untuk melawan berbagai macam materi patogen tetapi tidak menghasilkan imunitas seumur hidup da tidak bereaksi spesifik terhadap materi patogen tertentu (Muprhy, 2012).Seorang imunologis Rusia bernama Elie Metchnikoff meneliti mengenai imunitas bawaan. Ia menemukan bahwa banyak mikroorganisme yang dapat dicerna oleh sel fagosit, yang ia sebut sebagai makrofag. Sel-sel ini selalu muncul dan siap bereaksi, berada di garis depan pertahanan tubuh bawaan. Sebaliknya, respon imun adaptif memerlukan waktu yang lebih lama dalam membentuk reaksi dan bersifat sangat spesifik; sebagai contoh, antibodi yang bekerja melawan virus influenza tidak akan beraksi melawan virus polio. Dari contoh ini tampak bahwa antibodi dapat diinduksi oleh berbagai macam substansi. Di antara berbagai substansi disebut sebagai antigen karena dapat menstimulasi generasi antibodi. Lebih lanjut, ditemukan bahwa produksi antibodi bukan satu-satunya fungsi dari respon imun adaptif, dan saat ini istilah antigen digunakan untuk menggambarkan semua subtansi yang merespon sistem imun adaptif (Murphy, 2012).

BAB IIAAAAAA

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai material atau organisme dalam lingkungan hidup (Bratawidjaja, 1991). Pertahanan tersebut terdiri atas sistem imun nonspesifik (natural/innate/bawaan) dan spesifik (adaptif/ acquired/dapatan).As. lambungLisozimBiokimia Laktoferin As. neuraminik dan lain-lainKulitSelaput lendirSiliaBatuk bersin komplemenHumoral interferon CRPFagositNatural killer cell

Gambar 2.1. Sistem Imun (Bratawidjaja, 1991).

2.1. Sistem Imun Mengenali Infeksi dan Menginduksi Respon ProtektifAgar dapat melindungi individu dari penyakit secara efektif, sistem imun harus memenuhi empat tugas utama. Yang pertama adalah mengenali secara imunologis, yaitu kemampuan untuk mendeteksi adanya infeksi. Tugas ini dilakukan oleh sel darah putih dari sistem imun bawaan, yang menyediakan respon cepat, serta oleh limfosit dari sistem imun adaptif. Tugas kedua adalah untuk mengumpulkan infeksi dan mengeliminasinya hingga tuntas, dalam tugas ini yang berperan adalah efektor seperti sistem komplemen protein darah, antibodi yang diproduksi oleh beberapa limfosit, dan kemampuan mendestruksi dari limfosit dan sel darah putih lainnya. Pada saat yang bersamaan, respon imun menjalankan tugas ketiga, yaitu menjaga semua proses tetap dalam kendali sehingga tidak sampai merusak sel tubuh sendiri. Jika regulasi imun tidak berjalan baik, dapat berkontribusi terhadap terjadinya alergi atau penyakit autoimun. Tugas yang keempat adalah untuk melindungi individu dari kekambuhan penyakit akibat material patogen yang sama. Peran ini dilakukan oleh memori imunologis yang telah disebutkan dalam pendahuluan (Murphy, 2012).Ketika seseorang pertama kali terkena agen infeksi, pertahanan tubuh yang pertama kali menghadapi serangan infeksi tersebut adalah pertahanan fisik dan kimiawi, misalnya protein antimikroba yang disekresi di permukaan mukosa, yang menghalangi masuknya mikroba (Murphy, 2012). Pertahanan fisik dan kimiawi termasuk ke dalam sistem imun non spsesifik/innate/bawaan. Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam mengahadi serangan berbagai mikroorganisme, karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenali atigen terlebih dahulu (Bratawidjaja, 1991). Sistem imun non spesifik, disebut demikian karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, melainkan telah ada dan siap berfungsi sejak lahir, berupa permukaan tubuh dan berbagai komponen dalam tubuh. Komponen-komponen sistem imun nonspesifik dapat dibagi sebagai berikut :a. Pertahanan fisik dan mekanikb. Pertahanan biokimiawi (bahan larut)c. Pertahanan humoral (bahan larut)d. Pertahanan selular (Bratawidjaja, 1991).

Pertahanan tubuh fisik dan mekanikAwal dari sistem pertahanan tubuh pada mahluk hidup adalah integumen atau penutup tubuh. Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, mukosa, silia saluran pernapasan, batuk dan bersin akan mencegah masuknya berbagai material patogen ke dalam tubuh. Pada kulit mengeluarkan minyak dan keringat yang mengandung asam dan garam dengan pH berkisar antara 3 -5 kondisi ini dapat membunuh bakteri atau setidaknya mencegah banyaknya kolonisasi mikroorganisme di permukaan kulit.Pada permukaan saluran pernafasan, usus, saluran pernafasan , system ekskresi, system reproduksi terdapat lapisan lendir (mucus). Membran mukosa juga mensekresikan mucus sehingga mampu membunuh mikrorganisme yang membahayakan tubuh. Pada mulut terdapat saliva yang mengandung protein lisozim sebagai protein anti mikroba.Pada usus besar terdapat bakteri E. Coli yang menjadi pesing nutrisi bagi mikroorganisme pendatang baru. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar, atau selaput lendir yang rusak oleh asap rokok, dapat meningkatkan resiko infeksi. Pertahanan humoral, dan selular akan berperan jika pertahanan fisik dan biokimiawi diawal respon berhasil ditembus oleh mikroorganisme atau bekerja tidak optimal (Bratawidjaja, 1991). Sistem komplemen akan segera mengenali dan merusak organisme asing, dan fagosit sel darah putih seperti makrofag dan neutrofil dalam sistem imun bawaan akan mencerna dan membunuh mikroba dengan memproduksi racun kimiawi dan enzim degeneratif (Murphy, 2012).