Imunologi

24

Click here to load reader

Transcript of Imunologi

Page 1: Imunologi

BAB III

IMUNOLOGI

Di dalam ilmu kedokteran telah diketahui dan disadari bahwa kehidupan di

dunia ini penuh dengan mikroorganisme dan setiap saat pasti kita berkontak

dengan bakteri, jamur, virus dan berbagai bentuk parasit lain, baik yang

merugikan maupun yang menguntungkan. Bahkan permukaan tubuh kita, seperti

kulit, traktus gastrointestinal, traktus respiratorius, traktus genitourinarius, dll

dapat dikatakan penuh dengan berbagai macam mikroorganisme, tetapi anehnya

infeksi yang menyebabkan penyakit sebenaranya relative jarang timbul. Hal ini

disebabkan karena tubuh manusia mempunyai sistem imunologis yang mampu

melindungi diri terhadap serangan kuman penyakit tersebut.

Sistem ini, terdiri atas berbagai macam sel dan molekul protein yang saling

bekerja sama, mulai dari pengenalan antigen asing (non self antigen) hingga

bangkitnya respon imun dan terbentuknya antibodi maupun sel makrofag aktif.

Tanpa ini, maka tubuh kita akan mudah terjangkit penyakit. Daya pertahanan

tubuh ini merupakan suatu mekanisme protektif yang merupakan gabungan antara

barier anatomik dan kimiawi, sistem pengehancuran miroorganisme oleh sel – sel

fagosit dan system antibodi, yang kesemuanya ini agaknya dipengaruhi lagi oleh

faktor – faktor genetik, umur, gizi, dll.

Sistem daya pertahanan tubuh dapat bersifat lokal atau sistemik, spesifik

atau non spesifik, selain bersifat humoral atau selular, yang saling bekerja sama

dalam menjaga keutuhan tubuh. Sekali sistem imunologis tubuh telah

dibangkitkan tehadap suatu antigen asing, maka ia akan mempunyai daya ingat

(memori), serta akan senantiasa mengadakan respon spesifik yang lebih gencar

terhadap kuman penyakit atau antigen asing tersebut apabila tubuh kemasukan

antigen untuk yang keduakalinya

Page 2: Imunologi

3.1. PENGERTIAN

Imun dihasilkan sebagai respon terhadap penolakan antigenik.

Bersifat resisten terhadap pennyakit karena pembentukan antibodi humoral

atau perkembangan imunitas selular atau keduanya atau dari hasil mekanisme

lainnya, seperti aktivitas interferon apa infeksi virus. Ditandai dengan oleh

perkembangan antibody humoral atau imunitas selular atau keduanya setelah

penolakan antigenik (Kamus Kedokteran Dorlan).

Imunitas adalah keadaan menjadi imun, atau perlindungan tertentu,

tidak rentan terhadap efek invasif atau efek patogenik mikroorganisme asik

atau efek tiksik substansi entigenik (Kamus Kedokteran Dorlan)

Imunologi : ilmu yg mempelajari tentang sistem imun / kekebalan

tubuh. Pengenalan, memori, serta kespesifikan terhadap benda asing

merupakan inti imunologi Konsep dasar Respon Imun : Reaksi terhadap

sesuatu yang asing. 

Pemicunya disebut dengan Antigen, yaitu Substansi yg mampu

merangsang respon imun, berupa bahan infeksiosa biasanya berbentuk protein

atau karbohidrat, atau lemak. Antigen akan berkontak dgn sel tertentu,

memacu serangkaian kejadian yang mengakibatkan destruksi, degradasi atau

eliminasi. Apabila seseorang secara imunologis terpapar pertama kali dengan

antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka akan timbul

respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan

dan menjurus ke kerusakan individu mempunyai respon imun yang

menyimpang.

3.2. JENIS – JENIS IMUNOLOGI

3.2.1. Imunitas Humoral

Imunitas ini terdapat dalam imunoglobulin dan istilah ini

pertama kali diperkenalkan oleh Hitzig (1955). Imunoglobulin

ialah suatu golongan protein yang mempunyai daya zat anti.

Page 3: Imunologi

Golongan protein ini termasuk dalam kelas globulin -gama.

Imunoglobulin dinyatakan dengan simbol Ig.

Sifat fisika dan kimianya yaitu, Globulin-gama mempunyai

kecepatan bergerak pada lapangan elektroforesis sebesar 1.0x10-

5cm2 volt sekon-1, pada pH 8,6. Dengan pengukuran fisiko kimia

didapatkan bentuk hipotetis dari molekul globulin gama sebagai

elipse(elilpsesoidal spheres). Pada pemeriksaan dengan mikroskop

elektron didapatkan kesan bentuk globulin gama, ialah pie shaped

(trianguloid).

1. Imunoglobulin A (Ig A)

Merupakan kelas Ig kedua terbanyak dalam serum.

Merupakan Imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu,

saliva dan air mata serta sekresi traktus respiratorius, intestinal, dan

genital.

2. Imunoglobulin D (Ig D)

Konsentrasinya dalam serum sedikit, tapi dalam darah tali

pusat cukup tinggi. Bersifat lebih lentur karena punya bagian

engsel yang lebih panjang sehinga dapat melakukan ikatan silang

dengan antigen polivalen secara lebih efisien

mungkin inilah yang menyebabkan umur Ig D pendek. Sangat

peka terhadap enzim proteolitik. Terdapat di getah bening, darah,

dan permukaan sel B.

3. Imunoglobulin E (Ig E)

Merupakan antibodi dengan jumlah sedikit (hanya 0,0004%

dari kadar Ig total), tetapi merupakan antibodi yang berperanan

penting dalam peristiwa alergi.

Page 4: Imunologi

Sifat : kemampuannya melekat erat pada permukaan

mastosit atau basofil. Regio Fc dari Ig E terikat pada reseptor pada

permukaan sel mast dan basofil. Ig E yang terikat ini bertindak

sebagai reseptor untuk antigen yang menstimulasi produksinya

sehingga terbentuk kompleks antigen – antibodi yang memicu

terjadinya respon alergi tipe cepat anafilaksis ) melalui pelepasan

mediator. Parasit yang dilapisi Ig E lebih mudah membunuh

eosinofil. Kadar Ig E pada individu atopik lebih tinggi dibanding

individu normal.

Pada orang dengan hipersensitivitas alergi yang diperantarai

antibodi tersebut, konsentrasi Ig E meningkat dengan cepat dan Ig

E dapat terdapat pada sekresi eksternal. Ig E serum juga meningkat

secara tipikal selama infeksi cacing. Sel plasma yang memproduksi

Ig E terdapat dalam tonsil dan sinusoid dan pada jaringan limfotik

sepanjang mukosa saluran nafas dan saluran cerna.

4. Immunoglobulin G (Ig G)

Pada orang normal terdiri dari sekitar 75 % dari seluruh anti

bodi. Merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan

menyusun pertahanan yang penting melawan bakteri dan virus. Ig

G berukuran kecil, terbentuk 2 – 3 bulan setelah infeksi, dan

terdapat selama bertahun tahun.

Paling mudah berdifusi ke dalam jaringan ekstravakular dan

melakukan aktivitas antibodi di jaringan. Ig G merupakan satu –

satunya anti bodi yang dapat melintasi plasenta. Oleh karena itu

merupakan Imunoglobulin yang paling ditemukan pada bayi baru

lahir. Tiap molekul Ig G terdiri dari dua rantai H yang dihubungkan

oleh ikatan sulfida oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai

dua tempat pengikatan antigen yang identik maka disebut bivalen.

Page 5: Imunologi

Terdapat empat sub kelas yang dibedakan berdasarkan

perbedaan antigenik dan lokasi ikatan disulfida, yaitu Ig G1, Ig G2,

Ig G3, Ig G4. Ig G1 merupakan 65 % dari Ig G. Ig G2 ditujukan

untuk melawan antigen polisakarida dan mungkin berperan penting

dalam pertahan penjamu melawan bakteri berkapsul.

5. Immunoglobulin M (Ig M)

Antibodi yang berukuran paling besar. Merupakan

imunoglobulin yang diproduksi pada awal respon imunitas primer.

Ig M terdapat pada permukaan semua sel B yang belum aktif. Ig M

ini tersusun atas lima unit H2 L2 (masing – masing hampir sama Ig

G) dan satu molekul rantai J (joining). Merupakan Pentamer ( berat

molekul 900.000 ) yang mempunyai total sepuluh tempat

pengikatan antigen yang identik oleh karena itu disebut mempunyai

valensi 10.

Merupakan imunoglobulin yang paling efisien dalam proses

aglutinasi dan fiksasi komplemen dan reaksi antigen – antibodi

lainnya serta penting juga dalam pertahanan melawan bakteri dan

virus. Imunoglobulin ini dapat diproduksi oleh fetus yang

terinfeksi. Menunjukkan afinitas rendah terhadap antigen dengan

determinan tunggal (hapten). Karena molekul Ig M multivalen,

maka Ig M dapat berinteraksi dengan antigen dengan melibatkan

semua tempat pengikatan (epitope) antigen tersebut, sehingga

memiliki aviditas tinggi.

3.2.2. Imunitas Selular

Imunitas ini terdiri dari

1. Fagositosis oleh sel retikulendotelial.

2. Kemampuan manifestasi delayed hipersensensitifity misalnya

reaksi tuberkuin, yan telah berkemnnbang sejak masa janin dan

Page 6: Imunologi

telah sempurna saat bayi lahir.

3. Alergi kulit terhadap sisi waktu benda asing; reaksi kulit dapat

menghindarkan kerusakan buruk.

4. Daya- mengenal (Recognition) terhadap antigen yang telah

dialami terlebih dahulu secara cepat, kemudian bereaksi juga

secara cepat, tepat uuntuk menghindarkan akibat buruk.

Fungsi imunologi didalam tubuh diperankan oleh sel

limfoid yang terdiri dari jaringan limfoid primer (Sel T dan sel B)

dan jaringan liomfoid sekunder (Imunokompeten) disamping sel

pembantu yang terdiri dari beberapa sel sistim hematopoetik.

Penilain imunitas selular ialah dengan melakukan

pemerikasaan in vivo yaitu dengan melakukan pemmeriksaan

antigen intradermal dan pememriksaan in vitro yaitu denga

melakukan pemneriksaan transformasi sel limfosit didalm kultur

darah tepi terhadap nitrogen yang spesifik maupun yang spesifik.

1. LIMFOSIT T (SEL T)

Sel ini dibuat di sum – sum tulang dan matang di kelenjar Thymus.

a. Sel T helper/T pembantu

Fungsi :

1) Membantu/mengontrol system imun spesifik.

2) Menstimulasi sel B untuk membelah dan meproduksi

antibody.

3) Mengaktivasi dua jenis sel T lainnya.

4) Mengaktivasi makrofag untuk bersiap memfagositosis .

Page 7: Imunologi

b. Sel T Killer/T pembunuh/T sitotoksik

Fungsi : menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel pathogen

yang relative besar secara langsung.

c. Sel T suppressor/T penekan

2. LOMFOSIT B (SEL B)

Sel ini dibuat di sum-sum tulang. Jumlah sel B adalah 25% dari

limfosit tubuh.

a. Sel B plasma

Fungsi : menghasilkan antibody yang sifatnya spesifik dengan

sangat cepat. Hidup selama 4-5 hari.

b. Sel B memori

Fungsi : untuk mengingat suatu antigen yang spesifik sel B

memori bereaksi cepa jika ada infeksi, sel B memori cepat

bereaksi jika ada infeksi.

c. Sel B pembelah

3.3. FUNGSI DARI IMUNOGLOBULIN

1. Imunoglobulin G(IgG)

Komponen fungsionilnya ialah zat anti yang terutama terbentuk pada

respon umum sekunder dan merupakan anti bakteri,anti virus,anti jamur

dan anti H.

2. Imunoglobulin M(IgM)

Komponen fungsionilnya terbentuk pada respon imun primer,biasanya

berhubungan dengan reaksi aglutinasai dan fiksasi komplemen..Zat anti

Page 8: Imunologi

yang dibentuk ialah anti-O,isohemaglitinin dan zat anti Forssman dan

merupakmn zat anti yang dibentuk terhadap polisakarida dan

lipopolisakarida.

3. Imunoglobulin A(IgA)

Ig A adalah garis depan terhadap bakteri. Imunoglobulin ini melindungi

membran mukosa dari serangan bakteri dan virus. Kehadirannya dalam

kolostrum dapat membantu sistem imun bayi baru lahir. Membatasi

absorbsi antigen yang berasal dari makanan.

Terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir dan berperanan dalam

kekebalan terhadap infeksi saluran pernafasan,pencernaan,dan

urogenetalis. Dari berbagai penyelidikan dapat dibedakan dua macam

cairan non vakuler yang mengandung zat anti spesifik,yaitu:

1. Sekresi internal,yang mengandung Imunoglobulin yang sama

proporsinya dengan cairan vaskuler (serum) Contoh dari sekresi

interna ialah:caitran aquoaus humor,cairan

serebrospinal,pleural,peritoneal dan gineval.

2. Sekresi Eksternal,yaitu sekresi yang membasahi mukosa yang

berhungan dengan dunia luar.Cairan sekresi eksternal ini mengadung

imunoglobulin terutam dari kelas IgA;proporsinya berbeda dengan

yang terdapat didalm serum dam pembentukan zat anti tidak

terpengaruh oleh pembentukan zat anti dalam serum.Contoh dari

sekresi ekstenal ialah : cairan

saliva,lakrimal,nasal,trakeobronkial,sekresi usus urine,empedu dan air

susu ibu.

4. Imunoglobulin D(IgD)

Merangsang pembentukan antibody oleh sel plasma, membantu sel T

menangkap antigen. Bertindak sebagai reseptor antigen ketika terdapat

pada permukaan limfosit B tertentu dan berperan mengawali respon imun.

Page 9: Imunologi

5. Imunoglobulin E(IgE)

Berfungsi sebagai zat anti reaginin atopik yang terbentuk pada keadaan

alergi.Pada pemberian vaksin Pertussis juga dibentuk IgE.

3.4. PEMBENTUKAN IMMUNOGLOBULIN

Pembentukannya tidak tetap. Pada trimester pertama kehamilan

pembentukan imunoglobulin hampir tidak ada. Enam bulamn berikutnya

janin akan mempunyai daya membentuk sel plasma yang dapat membuat

imunoglobin spesifik,yaitu biasanya IgM dan IgA.

Imunoglobulin M(IgM) disintesis mulai minggu ke 14 kehamilan.

Infeksi intrauterin akan menyebabkan kadar IgM meningkat. Pada waktu lahir

kadar IgM ialah 11 ± 5mg%. Kadar IgM meningkat sangat cepat

dibandingkan dengan IgG dan IgA, sehingga kadar dewasa sudah dicapai

pada usia satu-dua tahun. Disamping Infeksi intrauterin,kadar IgM dapat pula

meningkat bila terdapat perdarahan ibu kedalam peredaran darah janin. Pada

keadaan yang terakhir ini kadar IgM dalam darah tali pusat cepat menurun

sedang pada infeksi intra uterin kadarnya akan tetzp tinggi .

Imunoglobulin IgG mulai kehamilan bulan ketiga diperoleh dari ibu

melalui plaseenta. Pada minggu kedua puluh kehamilan, janin mulai dapat

membentuk IgG dalam jumlah kecil. IgG merupakan fraksi terbesar didalm

serum(70-80%). Pada waktu lahir kadar IgG bayi samadengan kadar pada

ibunya pembentukan IgG bayi mulai menjadi nyata pada usia 4 bulan yaitu

kadarnya akan mencapai kira – kira 350 mg% selanjutnya kadar IgG akan

meningkat terus secara progresif dan pada usia 8 tahun akan dicapi kadar

orang dewasa, bahkan pada masa akil baligh kadar IgG dapat lebih tinggi

dari orang dewasa.

Imunoglobulin A IgA, seperti halnya IgM, janin telah dapat

membentuk IgA dalam jumlah kecil. Pada waktu lahir tidak ditemukan IgA

Page 10: Imunologi

dalam darah tali pusatjumlah IgA normal didalam serum ialah 15% dari

jumlah total imunoglobulin. Fungsi IgA sekresi agakanya lebih cepat menjadi

matang. Kadar IgA sekresi dewasa tercapai pad usia satu tahun, sedangkan

kadar IgA serum dewasa baru tercapai pada usia 12 tahun.

Pengukuran Kadar Imunoglobulin.

1. Penentuan kuantiitatif

Sebagai dasar ialah tebentuknya suatu imunopresipitasi, yna pada

hakekatnya merupakan suatu reaksi kimia bila terjadi reaksi antigen

antibodi. Reaksi imunoprestipitasi yan gdilaksanakan didalam sebuah

tabung reaksi akan memberikan kekeruhan apabila terjadi reaksi suatu

larutan antigen dengan larutan zat anti.

a. Single one- dimentonal ( linear ) immunodiffiusional method.

Imunopresipitasi sebagai reaksi antigen dengan zat anti dalam media

agar, setelah kjedalamnya +dimasukkan larutan antigen yang akan

dinilai. Pada suhu yan gtetap denga logaritma kadar antigen pada

kadar zat anti yang tetap. Dengan suatu kertas semilogaritma

hubungan ioni akan merupakan suatu garis lurus.

b. Single radial- diffusion method. Prinsipnya sama hanya disini

digunakna plat agar antiserum, sehingga presipitasi yan terbentuk

akan merupakan suatu lingkaran., bila lingkaran tidak bertambah besar

lagi maka akan didapatkan suatu hubungan antara luas presioitasi dan

konsentrasi antigen yang akan dinilai. Plat agar antiserum yang

digunkan diantaranya ialah Behringwerke.

2. Penetuan kualitatif

a. Double diffusion method. Gel agar dituang rata kedalam plat agar

petri dan dibarkan menjadi padat. Didalam gel agar tersebut dibuat

lubang berturut - turut disisi denga larutan antigen dan zat anti.

Keduanya akna berdifusi dan membentuk imunopresipitasi yan

Page 11: Imunologi

gbiasanya berbantuk kurva.

b. Immmunoelectrophoresis. Merupakan gabungan teknis fisikokimia

dan imunokimia Imunoelektroforesis terdiri dari dua fase :

Elektroforesis, pergerakan molekul disebabkan oleh aliran listrik.

Immuno-double- diffision dimana fraksi protein yan gtelah terpisah

akan mengadakan difusi dan bereaksi dengan antisera masing -

masing protein

3.5. RESPON ANTIBODY

Dilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua

macam respons imun, yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.

Respons imun primer

Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan

pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons

imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah

dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya.

Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi (lag phase)

lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder  

Respons imun sekunder  

Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk kebanyakan adalah

IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek

dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang

terbentuk pada respons imun primer akan cepat mengalami transformasi

blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan

antibodi. Demikian pula dengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih

cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif

sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.  Pada

Page 12: Imunologi

imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi

respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk

mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif,

sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi

berulang beberapa kali.

Selain itu, mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme

pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Mekanisme

pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau

imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya

untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas

alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen

non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen

adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan

khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap

antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah

bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih

dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan

tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen. 

1. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik

disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme

pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya,

lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya

seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag,

monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen

mekanisme pertahanan non spesifik.

Permukaan tubuh, mukosa dan kulit

Page 13: Imunologi

Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi

mikroorganisme. Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka

mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan pelbagai elemen lain

dari sistem imunitas alamiah.

Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit

Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula

silia pada mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel

mikroorganisme.

Komplemen dan makrofag

Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri

secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau

fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan

zat kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor untuk komponen

komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat kemotaktik akan

memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke tempat mikroorganisme

dan memfagositnya.

Protein fase akut

Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya

kerusakan jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase

akut. C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut.

Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal karena

sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini

juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis

antigen.

Sel ‘natural killer’ (NK) dan interferon

Sel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh sel yang dihuni virus

atau sel tumor. Interferon adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan

sel yang terinfeksi virus, yang bersifat dapat menghambat replikasi virus di

dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.

 

2. Mekanisme Pertahanan Spesifik

Page 14: Imunologi

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi

mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme

pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh

sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya

seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka

mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.

Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu

antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik

juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host

terpajan lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas

didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik

terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen.

Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang

mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag)

sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-

masing berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit

T akan meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen.

Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi

antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan

lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang

mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell

mediated cytotoxicy (ADCC).

3.6. SISTEM IMUNOLOGI PADA JANIN

Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi

terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi

pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20. Respon janin

dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif

yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.

Page 15: Imunologi

Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah

1. Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik

2. Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat

dari “Bone Marrow”]

3. Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM

– IgA – IgD dan IgE

Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM.

Pembentukan IgG semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan.

Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada

tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar

maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari

antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari janin

sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.