IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI...

158
i IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS IMPLEMENTATION MIDWIFERY SERVICE STANDARDS IN PUSKESMAS MANDAI OF REGENCY MAROS AGUS SUKOCO P0907211712 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI...

Page 1: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

i

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS

IMPLEMENTATION MIDWIFERY SERVICE STANDARDS IN

PUSKESMAS MANDAI OF REGENCY MAROS

AGUS SUKOCO

P0907211712

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

ii

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Hukum Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh :

AGUS SUKOCO

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

iii

TESIS

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS

Disusun dan diajukan oleh :

AGUS SUKOCO Nomor Pokok P0907211712

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

pada tanggal 20 Agustus 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasehat

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. Prof. Dr. Hj. A. Suriyaman Mustari Pide, S.H., M.H. Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Program PascaSarjana

Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Marthen Arie, S.H, M.H Prof. Dr. Ir. Mursalim

Page 4: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agus Sukoco

Nomor Induk mahasiswa : P0907211712

Program : S2 Hukum Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Juli 2013

Yang Menyatakan

Agus Sukoco

Page 5: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat dan bimbingan-Nya, maka Tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

memperoleh gelar Magister di bidang Ilmu Hukum pada Program Studi

Hukum Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulis sadari tesis ini belum sempurna, karena itu saran dan masukkan

dari berbagai pihak sangat diharapkan, demi kesempurnaan tesis ini.

Selama dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak

mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu,

penulis dengan tulus ikhlas menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H, Selaku Pembimbing I dan

Prof. Dr. Hj. A. Suriyaman Mustari Pide, S.H.,M.H. sebagai Pembimbing

II yang banyak membimbing, memberi petunjuk, arahan kepada

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. Marianti Ahma Manggau, dan Dr. Maasba Magassing, S.H,

M.H., serta Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H., masing-masing sebagai

komisi penguji, telah banyak memberikan masukkan, petunjuk dan

saran untuk kesempurnaan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Idrus Patrusi, Sp.PJK, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin bersama Pembantu dekan dan staf telah memberikan

Page 6: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

vi

kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan di Unhas

Makassar

4. Prof. Dr. Ir. Mursalim, selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Hasanuddin bersama staf, yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan di S2 ini.

5. Prof. Dr. Aswanto, S.H, M.Si, DFM, selaku Dekan bersama Pembantu

Dekan dan Prof. Dr. Marthen Arie, S.H.,M.H. selaku ketua Program

Magister hukum bersama seluruh staf pengajar/dosen dan pegawai di

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu,

dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menempuh pendidikan S2 hukum Unhas Makassar.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :

1. Menteri Kesehatan RI. dan Wakil Menteri bersama Dirjen dan Kepala

BPPSDMK, serta staf kementerian kesehatan RI. yang telah membantu

dalam penyediaan dana tugas belajar penulis selama menempuh

pendidikan di fakultas hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan bersama staf yang

telah membantu penulis untuk tugas belajar di fakultas hukum Unhas

Makassar.

3. Bupati Maros dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, serta

staf yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk tugas

belajar di S2 Hukum Unhas Makassar.

Page 7: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

vii

4. Orang Tua penulis yang telah mendoakan, memotivasi dan membantu

penulis dalam mencapai keberhasilan selama pendidikan ini. Demikian

pula, kakak-kakak dan adik-adik, serta saudara-saudaraku yang telah

mendukung penulis selama melanjutkan studi S2 Hukum Unhas ini.

5. Secara khusus ucapan terima kasih dan sambil mempersembahkan

Tesis ini kepada istri tercinta dan kukasihi : Muqtashidah dan Anak-

anak tersayang dan kukasihi : Asy Syifa Aulia, Fauzi Ahmad dan

Fadlan Ahmad yang penuh kesabaran, pengharapan dan kesetiaan

berdoa dan menopang penulis selama mengikuti pendidikan di S2

hukum kesehatan Unhas.

6. Teman-teman kelas Hukum Kesehatan (Reguler dan Non Reguler) dan

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu – persatu yang telah

membantu penulis baik materil maupun moril, selama penulis

menempuh pendidikan di S2 Unhas.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan llmu pengetahuan

hukum khususnya hukum kesehatan bidang keperawatan demi pelayanan

kesehatan masyarakat yang lebih baik. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa

senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada kita semua.

Makassar, 20 Agustus 2013

Penulis

Agus Sukoco

Page 8: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

viii

ABSTRAK

AGUS SUKOCO, Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros (dibimbing oleh : Abrar Saleng dan A. Suriyaman Mustari Pide).

Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui sejauh mana implementasi pelayanan kebidanan terhadap ibu hamil, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan inkonsistensi pada pelayanan kebidanan, dan (3) mengetahui sejauh mana implikasi hukum akibat ketidakmaksimalan pelayanan kebidanan.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros dengan sampel sebesar 1 orang klien yang bayinya mengalami kematian ketika bersalin dan 16 orang bidan yang diambil secara Purposive Sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum dengan analisis deskriptif, dengan tipe normatif impiris bersifat sosiolegal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kasus ini implementasi 24 Standar Pelayanan Kebidanan belum dapat dilaksanakan dengan baik terbukti dengan tidak ditaati/dilanggarnya standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum yang menyebabkan kematian pada bayi. Faktor yang menyebabkan inkonsistensi pada kebidanan pada kasus ini adalah faktor kedisiplinan ditandai dengan penundaan dalam melakukan rujukan dengan tepat. Implikasi hukum administrasi pada kasus ini yang menyebabkan kematian bayi adalah telah ditegakkannya tindakan administrasi dalam bentuk teguran lisan.

Page 9: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

ix

ABSTRACT

AGUS SUKOCO, The Implementation of Midwifery Service Standard in Mandai Health Center of Maros Regency (supervised by Abrar Saleng and A. Suriyaman Mustari Pide)

The aims of the research are to find out (1) to what extent the implementation of midwifery service on pregnant women, (2) factors affecting the inconsistency of midwifery service, and (3) to what extent legal implication of not maximum midwifery service.

The research was in Mandai Health Center of Maros Regency. The samples consisted of one client whose baby was dead when it was born and 16 midwives selected using purposive sampling method. The research was a descriptive legal research with sociolegal normative empirical type.

The results of the research indicate that the implementation of 24-Midwifery Service Standard is not done well as it is proven by disobedience of standard 24, i.e. the handing of Asphyxia Neonatorum which causes death of infants. The factors affecting inconsistency of midwifery in this case is discipline factor, i.e delay in making appropriate reference. The implication of administrative law in this case is the enforcement of administrative action in the form of oral reprimand.

Page 10: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

LEMBAR PENGAJUAN TESIS .........................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .........................iv

PRAKATA .........................................................................................v

ABSTRAK ........................................................................................viii

ABSTRACT .......................................................................................ix

DAFTAR ISI ......................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................5

C. Tujuan Penelitian .........................................................................5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Puskesmas ..........................................................7

B. Pengertian Tentang Pelayanan Kesehatan .................................12

C. Kualitas dan Jaminan Kepuasan Pasien .....................................29

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Bidan ...........................................................................................31

E. Kompetensi, Profesi dan Kewenangan ........................................37

Page 11: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

xi

F. Rekam Medis ...............................................................................40

G. Implikasi Hukum pada Pelayanan Kebidanan .............................43

H. Efektifitas, Kesadaran dan Ketaatan Hukum ...............................71

I. Penegakan Hukum dan Penerapan Sanksi Dalam

Hukum Administrasi Negara ........................................................72

J. Kerangka Pikir .............................................................................75

K. Definisi Operasional ....................................................................76

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Sifat dan Tipe Penelitian ..............................................................78

B. Lokasi Penelitian .........................................................................78

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................78

D. Jenis dan Sumber Data ...............................................................79

E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................79

F. Analisis Data ..............................................................................80

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan

Terhadap ibu Hamil .....................................................................81

B. Faktor yang Menyebabkan Inkosistensi pada

pelayanan Kebidanan ..................................................................101

C. Implikasi Hukum Adminitrasi terhadap ketidak-

maksimalan pelayanan kebidanan ..............................................103

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................112

Page 12: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

xii

B. Saran ...........................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA 115

GLOSARIUM 118

LAMPIRAN

Page 13: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Disiplin Pegawai Negeri

121

2. Model Pengembangan Standar Profesi

132

3. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Dari Kepala Puskesmas Mandai Kabupaten Maros 139

Page 14: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha

Pemurah bagi pasangan suami isteri yang telah menikah, sudah

sepantasnya dijaga agar bayi yang dilahirkan selamat. Akhir-

akhir ini ditemukan kasus dimana terjadi penolakan bagi

pelayanan kebidanan oleh beberapa rumah sakit yang

mengakibatkan si bayi meninggal dunia. Rumah sakit yang

kehilangan sifat sosialnya akan merugikan masyarakat dan

rumah sakit itu pada akhirnya.

Pelayanan kebidanan harus didasari oleh rasa sosial yang

tinggi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan, Kode Etik serta 24 Standar Pelayanan

Kebidanan. Sudah sepantasnya menjadi pegangan bidan dalam

memberi pelayanan kebidanan.

Salah satu hal yang juga sangat penting kita ketahui sebagai

pengertian-pengertian dasar hukum, adalah pengertian dan

saling hubungan antara nilai, moral/etika, kaidah dan pola

tingkah laku. (Achmad Ali, 2002).

Merupakan rahasia umum bahwa mutu pelayanan

kebidanan di Indonesia terutama yang dilakukan oleh pegawai

Page 15: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

2

pemerintah belum dapat memuaskan pasien, salah satunya

dalam bentuk pelanggaran standar.

Pelanggaran ini merupakan pengingkaran terhadap hak-hak

dasar pasien yang sangat merugikan dalam penyampaian

pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Penciptaan

pelayanan kesehatan yang bermutu dapat dirusak oleh

penyampaian yang buruk.

Pada saat ini terdapat pergeseran paradigma dalam

hubungan interpersonal di dalam hukum kesehatan, yang

sebelumnya berdasarkan pola hubungan vertikal paternalistik

menjadi pola hubungan horizontal kontaktual.( Harustiati A.

Moein, 2012 ).

Perubahan pada bidang hukum ini kemungkinan dapat

berimbas pada unsur standar pelayanannya.

Perubahan keadaan ini mungkin dapat mempengaruhi

bentuk dan keadaan pelayanan kebidanan khususnya dalam

bidang standar pelayanan. Perubahan ini menuntut bidan untuk

selalu meningkatkan eksistensinya. Penyesuaian diri harus

dilakukan untuk merespon keadaan yang menghendaki

perubahan.

Respon terhadap perubahan akan menentukan eksistensi

bidan terhadap perubahan. Respon ini biasanya dalam bentuk

Page 16: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

3

peningkatan pelayanan kebidanan dan penciptaan hubungan

baik dengan pasien.

Salah satu penentu kesuksesan dalam pelayanan kebidanan

adalah kepuasan klien. Penciptaan pelayanan kebidanan yang

lebih profesional akan meningkatkan kepuasan klien.

Untuk dapat menciptakan pelayanan kebidanan yang

profesional harus terlebih dahulu diketahui kebutuhan klien.

Faktor penentu lain adalah cara penyampaian pelayanan.

Penciptaan pelayanan kebidanan yang maksimal dapat dirusak

oleh penyampaian yang buruk. Oleh karena itu konsistenitas,

efektivitas dan efesienitas harus dilaksanakan dalam

pelaksanaannya.

Untuk dapat memberi pelayanan yang berkualitas terhadap

masyarakat seorang bidan membutuhkan standar pelayanan

sebagai standar untuk berperilaku dalam menjalankan

profesinya sekaligus melindunginya dari akibat hukum yang

mungkin akan terjadi .

24 standar pelayanan kebidanan ini merupakan produk dari

standar profesi yang telah dibakukan, menjadi pegangan bidan

dalam menjalankan profesinya.

Puskesmas Mandai adalah puskesmas di kabupaten Maros yang

merupakan puskesmas perawatan yang berkeinginan untuk menjadi

puskesmas perawatan plus.

Page 17: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

4

Salah satu bentuk pelayanan itu dalam bentuk pelayanan kebidanan

profesional dengan cara mengidentifikasi dan berusaha memenuhi

kebutuhan kliennya.

Salah satu kasus yang menonjol dan tetap menjadi perbincangan

sampai saat ini adalah tentang meninggalnya seorang bayi dari ibu S (27

tahun) yang diduga terlambat mendapat pelayanan. Kasus ini terjadi pada

tanggal 6 Desember 2010 ketika pada jam 21.00 klien ini datang dengan

keluhan sakit pada perutnya sebagai tanda akan melahirkan setelah

diperiksa dan ternyata bayi yang akan dilahirkan besar, bidan

menganjurkan agar segera dirujuk ke rumah sakit akan tetapi pasien

menolak karena merasa akan segera melahirkan dan memang ketika di

ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan

dapat keluar dengan selamat pada jam 01.00 dengan berat 4,6 kg di

tolong oleh bidan senior yang dipanggil melalui telepon seluler meleset

dari perkiraan bidan senior tersebut yaitu pada pagi hari karena terlalu

lama berada dikandungan dan ketuban sudah pecah sehingga bayi

mengalami asifiksia. Bidan segera melakukan pembersihan jalan napas

dan memberikan oksigen pada bayi akan tetapi bidan tidak segera

merujuk ke rumah sakit seperti yang seharusnya dilakukan sesuai dengan

standar 24 : Penanganan Asifiksia Neonatorum yang salah satu

petunjuknya adalah merujuk dengan tepat. Pada subuh hari menurut ibu

bayi terjadi kejadian yang janggal yaitu selang oksigen dicabut tanpa

Page 18: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

5

dipasang kembali oleh bidan jaga dengan alasan tidak bisa memasangnya

kembali.

Pada pagi hari ibu bayi sempat menggendong bayinya dengan

keadaan napas yang tersengal-sengal lalu bayi diambil lagi oleh bidan

jaga untuk ditidurkan kembali. Jam 07.00 bidan senior datang untuk ganti

bertugas dan ketika memeriksa bayi tersebut ternyata telah meninggal

tanpa diketahui walaupun begitu bidan senior ini tetap berusaha

melakukan pernapasan buatan.

Menurut bidan yang menangani persalinan, rekam medis klien hilang

saat dikembalikan oleh IBI untuk dilengkapi.

Pelayanan kebidanan profesional ini menjadi tantangan bagi penulis

untuk menelitinya dengan menggunakan 24 standar pelayanan kebidanan

yang sudah ada dalam hubungannya dengan kepuasan klien.

Namun dalam kenyataannya penerapan kualitas pelayanan kebidanan

belum dapat memuaskan klien, sehingga perlu dilakukan evaluasi atas

kualitas pelayanan yang selama ini di terapkan oleh manajemen

kebidanan di Puskesmas Mandai.

Terkait dengan masalah kualitas pelayanan kebidanan di Puskesmas

Mandai membuat penulis tertarik untuk meneliti dalam bentuk penelitian

dengan mengambil judul :

“Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan Di Puskesmas Mandai

Kabupaten Maros”

B. Rumusan Masalah

Page 19: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

6

1. Sejauh mana implementasi Standar Pelayanan Kebidanan

terhadap ibu hamil ?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi pada

pelayanan kebidanan ?

3. Sejauh mana implikasi hukum akibat ketidakmaksimalan pelayanan

kebidanan ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui implementasi Standar Pelayanan

Kebidanan di bagian kebidanan Puskesmas Mandai Kabupaten

Maros.

1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pelayanan kebidanan

terhadap ibu hamil.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan inkosistensi pada

pelayanan kebidanan.

3. Untuk mengetahui sejauh mana implikasi hukum akibat

ketidakmaksimalan pelayanan kebidanan .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisi

Mengharapkan bagian dari tulisan dan hasil penelitian ini,

menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah yang biasanya

muncul pada aspek pelayanan kebidanan.

2. Manfaat Ilmiah

Page 20: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

7

Hasil penelitian ini merupakan informasi ilmiah dan referensi

dilaksanakannya upaya pelayanan berkualitas yang dapat

memberikan kepuasan pada klien.

3. Manfaat pada Institusi Pelayanan

Hasil penelitian ini dapat merupakan bahan perbandingan

dalam upaya melakukan perbaikan bentuk pelayanan pada

semua aspek, khususnya pada pelayanan kebidanan.

4. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kebidanan

Salah satu tolak ukur bidan yang profesional adalah standar

pelayanan kebidanan, hasil penelitian ini merupakan salah satu

referensi bahwa standar pelayanan kebidanan sangat perlu

didalam mendidik calon bidan.

Page 21: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Puskesmas

Merujuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

128/Menkes/Sk/Ii/2004 tanggal 10 Februari 2004 tentang

Puskesmas yaitu :

1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

a. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit

pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan di Indonesia.

b. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal.

Page 22: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

9

c. Penanggungjawab Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya

pembangunan kesehatan diwilayah kabupaten/kota adalah

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas

bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d. Wilayah Kerja Secara nasional

Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,

tetapi apabiladi satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu

puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar

puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep

wilayah(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju

terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah

gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat

yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

Page 23: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

10

bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat

yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:

a) Lingkungan sehat

b) Perilaku sehat

c) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

d) Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus

mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas

yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuaidengan

situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan

setempat.

3. Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan

kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor

lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar memperhatikan

aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap

lingkungan dan perilaku masyarakat.

Page 24: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

11

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap

keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya

makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan

dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan

pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi

pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau olehseluruh anggota

masyarakat.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal

di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan

kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas

mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Tujuan

Page 25: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

12

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh

puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam

rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

5. Fungsi

1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas

selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau

dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap

program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2) Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan

melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

Page 26: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

13

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya

masyarakat setempat.

3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas

bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab

puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan

perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)

dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan

tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah

dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat

publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

Page 27: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

14

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

(Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

128/Menkes/Sk/Ii/2004 tanggal 10 Februari 2004)

B. Pengertian Tentang Pelayanan Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 53

(1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

(3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien

dibanding kepentingan lainnya.

Pelayanan kedokteran adalah pelayanan yang ditandai

dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri (solo

practice) atau secara bersama-sama dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan dan

sasarannya terutama perseorangan atau keluarga.(Azrul Azwar,

2003).

Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang

ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya

bersama-sama dalam satu organisasi dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

Page 28: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

15

penyakit yang sasarannya terutama untuk kelompok dan

masyarakat.( Azrul Azwar,2003 ).

Mutu pelayanan adalah pelayanan kesehatan yang menunjukan pada

tingkat kesempurnaan pelayanan yang disatu sisi dapat memberikan

kepuasan pada pasien dan pada sisi lain tatacara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah

ditetapkan.

Menurut Kepmenkes 369 tahun 2007 tentang standar profesi bidan,

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang

dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan

kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka

tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga,

dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,

penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat

dibedakan menjadi :

1) Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi

tanggung jawab bidan.

Page 29: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

16

2) Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau

sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3) Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam

rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya

yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan

dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan

oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara

horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan

kesejahteraan ibu serta bayinya.

Ikatan Bidan Indonesia menetapkan 24 standar pelayanan

kebidanan yaitu :

Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang

dikelompokan menjadi 5 bagian besar yaitu :

a. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

c. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)

d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9

standar)

Page 30: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

17

a. Dua Standar Pelayanan Umum

1) Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada

perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segalan hal

yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan

kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai

kehamilan dan menjadi calon orang tua, persalinan dan nifas).

Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang

tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan

terencana serta menjadi orang yang bertanggung jawab. Dan

hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah

masyarakat dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya

mencapai kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat

meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi

dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya

kehamilan diketahui oleh masyarakat dan ibu.

2) Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan

yang dilakukannya, yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah

kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu

hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan

rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu,

bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat

Page 31: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

18

semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir . Bidan meninjau

secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan

penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan

pelayanannya. Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan,

menggunakan dan mempelajari data untuk pelaksanaan

penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian kerja.

Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan

pencatatan dan pelaporan yang maksimal adalah sebagai

berikut :

Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat

agar semua ibu hamil dapat tercatat

Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang .

Dan memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap

pemeriksaan.

Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat

pada patograf.

Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .

Dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu

terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik. Tersedia

data untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan

Page 32: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

19

keterlibatan masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan

pelayanan kebidanan.

b. Enam Standar Pelayanan Antenatal

1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

motivasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong

ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara

teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar

ini adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk

memeriksakan kehamilannya.

Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi

ibu hamil contohnya sebagai berikut :

Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur.

Bersama kader bidan memotivasi ibu hamil.

Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk

membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.

Dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat

memahami tanda dan gejala kehamilan. Ibu, suami, anggota

masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara

dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang

memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

Page 33: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

20

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan

Antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan

ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah

perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa

mengenali kehamilan dengan risti/kelainan, khususnya anemia,

kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan

imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Tujuan yang

diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan

pelayanan Antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi

kehamilan.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan

pelayanan Antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.

Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.

Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil,

suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya

kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus

transportasi rujukan, jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

3) Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara

seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia

kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,

Page 34: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

21

bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga

panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia

kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak,

posisi dibagian bawah janin.

Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia

kehamilan, diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai

kebutuhan. Mendiagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan,

serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia, penemuan,

penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada

kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari

standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada

kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai

untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya ,

memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunnjungan

pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua

ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut. Beri

penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang

mengandung zat besi, dan lain - lain. Hasil yang diharapkan dari

pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia

Page 35: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

22

berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan

dengan anemia, penurunan jumlah bayi baru lahir dengan

anemia/BBLR.

5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia

lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat

mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada

kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun

tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa

tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat tekanan

darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah

ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang

memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan dan

kematian akibat eklamsia.

6) Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa

persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping

Page 36: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

23

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk

melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan

bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman

dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga

tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan

aman. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan

memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan

sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu.

Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan .

c. Empat Standar Pelayanan Persalinan

1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,

dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses

persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan

proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan

sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta

memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan

memilih orang yang akan mendampinginya selam proses

persalinan dan kelahiran.

Page 37: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

24

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan

pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung

pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan

pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan

persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga

kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat

partus lama.

2) Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta

yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaann

terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat.

disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan

mendampinginya saat persalinan.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan

persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.

Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung

bersih dan aman. Meningkatnya kepercayaan masyarakat

kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong

oleh bidan. Menurunnya angka sepsis puerperalis.

3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif

persalinan kala tiga. Tujuan dilaksanakannya standar ini yaitu

Page 38: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

25

membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput

ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan

pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan

retensio plasenta.

Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya

perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan

terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta,

memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan

perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala

tiga.

4) Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada

kala dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat

persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda

gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asifiksia

neonaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua

.

d. Tiga Standar Pelayanan Nifas

1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Page 39: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

26

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan, mencegah asifiksia,

menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk

sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan

membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,

hipoglikemi dan infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir

menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru

lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai

pernafasan dengan baik.

2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah

persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah

persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal

yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu

untuk memulai pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi

yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk

memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan

Page 40: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

27

sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam

waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung

terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di

puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke

rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam

setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan

tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau

rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta

memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir

, pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan

bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan

penyuluhan ASI eksklusif.

e. Sembilan Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal

1) Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada

Trimester Tiga.

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan

pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan

merujuknya.

Page 41: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

28

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan

melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada

trimester tiga.

Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam

menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan

kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan

pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada

trimester tiga dapat berkurang, dan meningkatnya pemanfaatan

bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

2) Standar 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia

Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia

mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan

pertama.

Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda

gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat

dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera

dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.

Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia

mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan

tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang

tepat. Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

Page 42: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

29

3) Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama /

macet

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus

lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan

tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman.

Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan

penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus

lama/macet.

Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda

gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat.

Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua

ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu

dan bayi akibat partus lama/macet.

4) Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor

Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan

menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam

memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan

keamanan bagi ibu dan janinnya.

Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat

persalinan dalam keadaan tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu

penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu

mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat.

Page 43: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

30

5) Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta

Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan

penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya

adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika

terjadi retensio plasenta .

Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio

plasenta. Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan

retensio plasenta meningkat.

6) Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Prime

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam

24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan

pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan

perdarahan. Tujuan nya adalah bidan mampu mengambil

tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu

yang mengambil perdarahan post partum primer/ atonia uteri.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan

kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer.

Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara

dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.

7) Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Page 44: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

31

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala

perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan

pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan/atau merujuk.

Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post

partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat

untuk menyelamatkan jiwa ibu.

Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat

pendarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang

mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum

sekunder ditemuka secara dini dan segera diberi penanganan

yang tepat.

8) Standar 23 : Penanganan Sepsis puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala

sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segera

merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala

sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat. hasil

yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis

mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penurunan

angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis.

Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.

9) Standar 24 : Penanganan Asifiksia Neonatorum

Bidan mengenali secara tepat bayi baru lahir dengan

asifiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai

Page 45: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

32

resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru

lahir dengan tepat dan memberikan perawatan lanjutan yang

tepat.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi

baru lahir dengan asifiksia, mengambil tindakan yang tepat dan

melakukan pertolongan kegawatdaruratan.(Ikatan Bidan

Indonesia).

C. Kualitas dan Jaminan Kepuasan Pasien

Jasa adalah merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak

kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. (Freddy Rangkuti,2003).

Sikap adalah merupakan hasil evaluasi yang mencerminkan rasa suka

atau tidak suka terhadap objek. (Freddy Rangkuti,2003).

Crosby (1979) menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan apa yang disyaratkan atau yang

distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan

standar kualitas yang telah ditentukan.

Feigenbaum (1986) menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan

pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk

berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada

konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas

suatu produk.

Page 46: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

33

Sedangkan kualitas menurut Garvin dan Davis (1999) adalah suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja,

proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

konsumen. kecepatan tanpa kualitas adalah sia-sia. Kualitas merupakan

suatu keharusan dalam pengukuran pelayanan.

Kualitas adalah totalitas dari wujud, ciri suatu barang/ jasa yang

didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan

kebutuhan akan penggunanya. Kualitas pelayanan sebuah Rumah Sakit

harus ditempatkan pada urutan paling depan oleh Rumah Sakit.

Pengemasan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada pasien

harus dapat diterima oleh pasien itu sendiri artinya pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan dan tersedia pada

setiap saat dibutuhkan, tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat, karena pelayanan kesehatan yang

bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan

kepercayaan masyarakat serta bersifat tidak wajar bukanlah pelayanan

yang baik. (Asrul Azwar,2003).

Kualitas jasa adalah penyampaian jasa yang melebihi tingkat

kepentingan pelanggan atau pasien. (Freddy Rangkuti,2003).

Kepuasan adalah kesenangan yang diperoleh karena hasrat hati dan

harapannya terpenuhi. (Freddy Rangkuti,2003).

Page 47: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

34

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang seseorang sebagai

hasil dari perbandingan antara persepsi yang dirasakan dan yang

diharapkan. (Freddy Rangkuti,2003).

Kepuasan adalah respon pasien terhadap evaluasi ketidak sesuaian

yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

dirasakan setelah pelayanan. (Fandy Tjiptono, 2000).

Sesungguhnya Visi dan Misi puskesmas bila disimpulkan bertujuan

untuk mencapai kepuasan klien.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Bidan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

(1) Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri

Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau

peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar

dijatuhi hukuman disiplin.

Page 48: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

35

Menurut Handoko (2010 : 209-211) dalam Jerry

Makawimbang pada umumnya ada tiga tipe pembinaan disiplin

pegawai atau disebut juga jenis disiplin, yaitu :

1. Disiplin Preventif

Kegiatan manajemen yang dilaksanakan untuk mendorong

para pegawai agar mengikuti berbagai standar atau aturan,

sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

Sasaran pokok dan disiplin diri diantara para karyawan.

Disiplin preventif adalah tindakan yang mendorong para

karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku

dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui

kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan

dan perilaku yang diinginkan dan setiap anggota organisasi

diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan

berperilaku negatif. Manajemen mempunyai tanggung jawab

untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif dimana berbagai

standar diketahui dan dipahami, sehingga jika karyawan tidak

mengetahui standar apa yang dicapai, mereka cenderung

menjadi salah arah. Disamping itu, manajemen hendaknya

menetapkan standar secara positif bukan secara negatif, seperti

jaga keamanan jangan ceroboh. Mereka biasanya juga perlu

mengetahui alasan yang melatar belakangi suatu standar

agar mereka dapat memahami.

Page 49: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

36

2. Disiplin Korektif

Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Sasaran pokok dan

kegiatan ini adalah untuk memperbaiki pelanggaran,

untuk menghalangi para pegawai lain melakukan kegiatan-

kegiatan yang serupa dan untuk menjaga berbagai standar

kelompok yang tetap konsisten dan efektif. Kegiatan disiplin

yang korektif sering berupa hukuman dan disebut

tindakan pendisiplinan. Agar tindakan pendisiplinan tersebut

akan efektif maka penerapannya harus konsisten, karena

konsisten adalah kegiatan dan keadilan. Disiplin korektif

merupakan kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk

menghindari penyimpangan lebih lanjut. Kegiatan korektif sering

berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan

pendisiplinan, misalnya tindakan pendisiplinan dapat berupa

peringatan atau skorsing, Sasaran tindakan pendisiplinan

hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan

tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat

salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki

kegiatan di waktu mendatang bukan menghukum kegiatan

dimasa lalu. Pendekatan negatif yang bersifat menghukum

Page 50: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

37

biasanya mempunyai pengaruh sampingan yang merugikan,

seperti emosional terganggu, absensi meningkat, apatis atau

kelesuan,dan takut pada penyelia yang melakukan bimbingan

dan memberikan nasihat langsung kepada bawahan. Berbagai

sasaran tindakan pendisiplinan, seperti untuk memperbaiki

pelanggar, untuk menghalangi para karyawan yang lain

melakukan kegiatan yang serupa, dan untuk menjaga berbagai

standar kelompok tetap konsisten dan efektif.

3. Disiplin progresif

Disiplin progresif berarti memberikan hukuman yang lebih

berat terhadap pelanggaran yang berulang, dengan tujuan

kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum

hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga

memungkinkan atasan langsung untuk membantu pegawai

memperbaiki kesalahan dengan memberikan teguran secara

lisan, ataupun tertulis dan lebih dari itu memberikan skorsing

dan pekerjaan mulai satu sampai tiga hari atau menurunkan

pangkatnya atau demosi dan jika tidak ada perubahan maka

dilakukan proses pemecatan. Dengan demikian tindakan

pendisiplinan selalu atas dasar tingkat berat atau kerasnya

hukuman dan untuk pelanggaran serius tertentu biasanya

dikecualikan dan disiplin progresif. Disiplin juga harus

diterapkan dengan konsisten, karena merupakan bagian penting

Page 51: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

38

keadilan, ini berarti bahwa karyawan yang melakukan kesalahan

yang sama hendaknya diberikan hukuman yang sama pula.

Kurangnya konsistensi akan menyebabkan para pegawai

merasa tidak diperlakukan secara adil. Pendisiplinan harus tidak

bersifat pribadi, sama denghan peringatan terhadap sesuatu

secara darurat yang perlu penanganan segera. Disiplin yang

efektif akan menghindarkan kegiatan pegawai yang

salah, bukan menyalahkan pegawai sebagai orang, karena ada

perbedaan antara penerapan suatu hukuman bagi pekerjaan

yang tidak dilaksanakan dan pemanggilan seorang pegawai

yang bermalas-malasan.

(http://id.scribd.com/doc/78752942/Disiplin-Pegawai-Negeri-Sipil,

diakses jam 11.17 tanggal 12-6-2013)

Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga

manusia berperilaku.

Ada beberapa teori tentang perilaku (Bimo Waigito, 2010)

antara lain :

1. Teori insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari

psikologi sosial, yang menerbitkan buku psikologi sosial yang

pertama kali, dan mulai saat itu psikologi sosial menjadi

pembicaraan yang cukup menarik (lihat. Baron dan Byrne, 1984;

Crider, 1983). Menurut McDaugall perilaku itu disebabkan

Page 52: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

39

karena insting, dan McDougall mengajukan suatu daftar insting.

Insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan,

dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

Pendapat McDougall ini mendapat tanggapan yang cukup tajam

dari F. Allport yang menerbitkan buku Psikologi Sosial pada

tahun 1924, yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu

disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang

ada di sekitarnya dengan perilakunya (Lihat. Baron dan Byrne,

1984).

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organism itu

mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-

dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme

yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu

mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi

kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri

organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi

kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi

dari dorongan-dorongan tersebut. Karena itu teori ini menurut

Hull (lihat. Crider, 1983; Hergenhahn, 1976) juga disebut teori

drive reduction.

3. Teori Insentif (Incentive Theory)

Page 53: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

40

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku

organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan

insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

Insentif atau juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif

dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif adalah

berkaitan dengan hadiah, sedangkan reinforcement yang

negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif

akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan

reinforcement yang negatif akan dapat menghambat dalam

organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul karena

adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini

dikupas secara tajam dalam psikologi belajar.

4. Teori atribusi

Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku

orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal

(misal : motif, sikap, dan sebagainya) ataukah oleh keadaan

eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Frits Heider (lihat. Baron

dan Byrne, 1984) dan teori ini menyangkut lapangan psikologi

sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi

internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Mengenai hal ini

lebih lanjut akan dibicarakan dalam psikologi sosial.

5. Teori kognitif

Page 54: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

41

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti

dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan

memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang

sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut

sebagai model subjective expected utility (SEU) (lihat. Fishbein

dan Ajzen, 1075). Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor

berpikir berperan dalam menentukan pilihannya. Dengan

kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang

telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping

melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat

melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang

bertindak. Dalam model SEU kepentingan pribadi yang

menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku kadang-kadang

kepentingan pribadi dapat disingkirkan.

E. Kompetensi, Profesi dan Kewenangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan

Pasal 1 ayat (10) Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap

individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Menurut Winsley (1964), Profesi adalah suatu pekerjaan yang

membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang

sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan

Page 55: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

42

pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik

dengan fokus utama pada pelayanan.

(http://cia-worls.blogspot.com/2013/07/model-pengembangan-standar-

profesi.html diakses jam 20.37 tanggal 15-7-2013)

Menurut Prayudi (1986, 78) dalam Jum Anggriani ada

perbedaan antara pengertian kewenangan (Authority, gezag)

dan wewenang (Competence, bevoegheid).

Kewenangan adalah: Apa yang disebut kekuasaan formal,

yaitu kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi

oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif

administratif.

Kewenangan biasanya terdiri dari beberapa wewenang. .

Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-

orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang

pemerintahan. Contohnya: kewenangan di bidang kehakiman

atau kekuasaan mengadili yang disebut kompetensi/yurisdiksi.

Sedangkan yang dimaksud wewenang adalah: Kekuasaan

untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik. Contoh:

wewenang menandatangani/menerbitkan surat- surat izin dari

seorang pejabat atas nama menteri, sedangkan

kewenangannya tetap berada di tangan menteri (biasa disebut

delegasi wewenang). (Jum Anggriani , Hukum Administrasi

Negara, Graha Ilmu, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2012).

Page 56: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

43

Sumber wewenang dalam Jum Anggraini adalah :

1. Atribusi

Menurut Rosjidi Ranggawidjadja (1998, 18) pengertian

atribusi adalah : Pemberian kewenangan kepada

badan/lembaga /pejabat negara tertentu yang diberikan oleh

pembentuk Undang-Undang Dasar maupun penbentuk Undang-

Undang. Dalam hal ini berupa penciptaan wewenang baru untuk

dan atas nama yang diberi wewenang tersebut. Jadi atribusi

merupakan kewenangan baru yang diberikan oleh peraturan

perundang- undangan. Kewenangan atribusi biasanya diberikan

oleh Undang-Undang Dasar dalam bentuk pembagian

kekuasaan negara.

2. Delegasi (delegasi kewenangan)

Menurut Indroharto (1999, 91) adalah : pelimpahan suatu

wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan TUN yang

telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara

atributif kepada badan atau pejabat TUN lainnya. Jadi suatu

delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.

Jadi dapat kita artikan bahwa delegasi kewenangan adalah :

pelimpahan atau penyerahan kewenangan yang telah ada dari

badan/ lembaga/pejabat negara kepada

badan/lembaga/pejabat negara yang lain. Atau lebih ringkasnya,

delagasi adalah : pemindahan atau pengalihan suatu

Page 57: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

44

kewenangan dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih

rendah.

Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa : kewenangan

itu semula ada pada badan/lembaga/pejabat yang menyerahkan

atau melimpahkan wewenang tersebut (delegans). Dengan

adanya penyerahan tersebut, maka kewenangan dan

tanggungjawab beralih kepada penerima kewenangan

(delegetaris), jadi tidak diciptakan wewenang baru.

3. Sub Delegasi

Jika kewenangan yang diperoleh melalui delegasi

dilimpahkan kepada badan/lembaga/pejabat TUN yang lebih

rendah untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

atas namanya sendiri. Jadi sub delegasi adalah : pelimpahan

atau pengalihan kewenangan dan tanggungjawab kepada

badan pemerintah lain.

4. Mandat atau pemberian kuasa (mandaatsverlening)

Philipus Hadjon (1997, 130) mengatakan bahwa di dalam

mandat tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau

pengalihtangan kewenangan.

Sependapat dengan Philipus Hadjon, Indroharto (1999, 92)

juga berpendapat bahwa dalam mandat tidak ada sama sekali

suatu pemberian wewenang baru atau pelimpahan wewenang

dari badan atau pejabat TUN yang satu kepada yang lain,

Page 58: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

45

sehingga tidak terjadi perubahan mengenai distribusi

kewenangan yang telah ada. Yang ada hanya suatu hubungan

intern antara atasan dan bawahan.

Mandat merupakan bentuk pelimpahan kekuasaan, tetapi

tidak sama dengan delegasi, karena mandataris (penerima

Mandat) dalam melaksanakan kekuasaannya tidak bertindak

atas namanya sendiri, tetapi atas nama si pemberi kuasa,

karenanya yang bertanggungjawab adalah si pemberi kuasa.

F. Rekam Medis

Pada tahun 1988 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah mengeluarkan

Pernyataan IDI tentang Rekam Medis/Kesehatan (Medical Record) melalui

Lampiran SK PB IDI No. 315/PB/A.4/88 yang antara lain berisi hal-hal

sebagai berikut :

1. Rekam medis/kesehatan adalah rekam dalam bentuk tulisan atau

gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

medis/kesehatan kepada seorang pasien.

2. Rekam medis/kesehatan meliputi ; identitas lengkap pasien, catatan

tentang penyakit (diagnosis, terapi, pengamatan pejalanan penyakit),

catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,

pemeriksaan USG, dan lain-lain serta resume.

3. Rekam medis/kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi

seluruhnya paling lambat 48 jam setelah pasien pulang atau

meninggal.

Page 59: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

46

4. Dalam hal dokter memberikan perintah melalui telepon kepada

perawat, perawat senior yang berhak menerima perintah tersebut

harus membaca ulang catatan tentang perintah tersebut dan bila ada

kesalahan dokter harus melakukan koreksi. Dalam waktu paling

lambat 24 jam, dokter yang memberi perintah harus menandatangani

catatan tersebut.

5. Perubahan tehadap rekam medis harus dilakukan dalam lembar

khusus yang harus dijadikan satu dengan dokumen untuk rekam medis

lainnya.

6. Rekam medis harus ada untuk mempertahankan kualitas pelayanan

profesional yang tinggi, untuk kepentingan dokter pengganti yang

meneruskan perawatan pasien, untuk referensi masa datang, dan

untuk memenuhi hak pasien.

7. Oleh karena itu, rekam medis wajib ada baik di rumah sakit,

puskesmas atau balai kesehatan maupun praktik dokter

pribadi/perorangan atau praktik berkelompok.

8. Rekam medis hanya boleh disimpan di rumah sakit, fasilitas kesehatan

lainnya dan dokter praktik pribadi/kelompok, karena rekam medis

adalah milik sarana pelayanan kesehatan tersebut di atas.

9. Pemilik isi rekam medis adalah pasien, maka dalam hal pasien

tersebut menginginkannya dokter yang merawat harus

mengutarakannya kepada pasien baik secara lisan ataupun tertulis.

Page 60: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

47

10. Pemaparan isi kandungan rekam medis hanya boleh dilakukan oleh

dokter yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien yang

bersangkutan. Dan pemaparan tesebut hanya boleh dilakukan untuk :

Pasien yang bersangkutan;

Kepada konsumen (misalnya asuransi kesehatan);

Kepentingan pengadilan (permintaan pemaparan harus ditujukan

kepada kepala rumah sakit).

11. Lama penyimpanan berkas rekam medis adalah 5 tahun dari tanggal

terakhir pasien berobat atau dirawat dengan catatan selama lima tahun

pasien yang bersangkutan tidak pernah lagi berkunjung untuk berobat.

Dalam hal rekam medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

khusus, maka lama penyimpanan berkas dapat ditetapkan lain.

12. Setelah batas waktu 5 tahun sesuai dengan butir 11 tersebut

terlampaui, maka berkas rekam medis boleh dimusnahkan.

13. Rekam medis merupakan berkas yang perlu dirahasiakan. Oleh karena

itu, sifat kerahasiaan harus selalu dijaga oleh setiap petugas yang

menangani rekam medis.

G. Implikasi Hukum pada Pelayanan Kebidanan.

Pada kasus ini selain hukum dan perundang-undangan yang tersebut

diatas juga melibatkan hukum dan perundang-undangan dibawah ini :

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 23

Page 61: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

48

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan.

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki.

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan

wajib memiliki izin dari pemerintah.

(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 24

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus

memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna

pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

Pasal 56

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau

seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya

setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan

tersebut secara lengkap.

Page 62: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

49

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464

/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Pratik Bidan.

Pasal 3 ayat (1) Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan

kesehatan wajib memiliki SIKB.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang

Registrasi Tenaga Kesehatan

Pasal 2

(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya

wajib memiliki STR.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran

Pasal 35

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi

mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai

dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:

a) Mewawancarai pasien;

b) Memeriksa fisik dan mental pasien;

c) Menentukan pemeriksaan penunjang;

d) Menegakkan diagnosis;

e) Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;

f) Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;

g) Menulis resep obat dan alat kesehatan;

h) Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;

Page 63: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

50

i) Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan

j) Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang

praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2052/Menkes/Per/X/2011Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan

Praktik Kedokteran

Pasal 23

(1) Dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu

tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan

atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam

melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.

(2) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan di mana

terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter

atau dokter gigi di fasilitas pelayanan tersebut.

(3) Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan ketentuan:

a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan

keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;

b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah

pengawasan pemberi pelimpahan;

Page 64: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

51

c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan

yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai

dengan pelimpahan yang diberikan;

d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil

keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan

tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

290/Menkes/Per/Iii/2008

Pasal 2

(2) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien

harus mendapat persetujuan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan

dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus

mendapat persetujuan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktik Kedokteran

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik

kedokteran wajib membuat rekam medis.

Page 65: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

52

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Rekam Medis

Pasal 12

(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien.

(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam

bentuk ringkasan rekam medis.

(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dapat diberikan. dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang

diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga

pasien yang berhak untuk itu.

Pada kasus ini pelanggaran yang menyebabkan terjadinya

implikasi hukum bermula dari pelanggaran etika yang dilakukan

oleh bidan berupa tidak dilaksanakannya kewajiban bidan

terhadap hak-hak klien.

Etika berasal dari bahasa Yunani “ ethos” dalam bentuk

tunggal, atau “etha“ dalam bentuk jamak atau plural. (Soekidjo

Notoatmojo, 2010).

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara

mengenai nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia

dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat

menekankan pedekatan yang kritisl dalam melihat dan

menggumuli nilai dari norma moral tersebut serta

Page 66: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

53

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan

nilai dan norma moral itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan

rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan

mewujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik

secara pribadi maupun sebagai kelompok. (Burhannuddin

Salam, 2002).

Tugas Etika: Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai

kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat

dari segi baik dan buruknya tingkah laku tersebut. Etika

bertugas memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut

: Atas dasar hak apa orang menuntut kita untuk tunduk terhadap

norma-norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan, dan

sebagainya? Bagaimana kita bisa menilai norma-norma

tersebut? Pertanyaan seperti ini timbul karena hidup kita

seakan-akan terentang dalam suatu jaringan norma – norma.

Jaringan ini seolah-olah membelenggu kita, mencegah kita dari

bertindak sesuai keinginan kita, memaksa kita berbuat apa yang

sebenarnya kita benci. (Juhaya S Praja, 2010).

Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan

komprehensif profesi yang menuntut bidan melaksanakan pratik

kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan

keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi, dan dirinya.

Page 67: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

54

Penerapan kode etik kebidanan harus dilakukan dalam Kongres

Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Kode Etik Kebidanan Dunia

Kode etik kebidanan internasional menghargai perempuan

berdasarkan HAM, mencari keadilan bagi semua dalam

memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan, dan

didasarakan atas hubungan yang saling menguntungkan

dengan penuh hormat, saling percaya dan bermartabat bagi

seluruh anggota masyarakat. Operasionalisasi kode etik

kebidanan meliputi hubungan dengan perempuan sebagai klien,

praktik kebidanan, kewajiban profesi, peningkatan pengetahuan

dan praktik kebidanan.

1) Hubungan dengan perempuan sebagai klien :

a. Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan pada

informasi dan meningkatkan penerimaan tanggung jawab

perempuan atas hasil dan pilihannya.

b. Bidan bekerja dengan perempuan, mendukung hak mereka untuk

berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka

dan kesehatan perempuan serta keluarganya di masyarakat.

c. Bidan bekerja sama dengan perempuan, pemerintah, dan lembaga

donor untuk menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan

Page 68: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

55

kesehatan serta menjamin pengalokasian sumber daya secara adil

dengan mempertimbangkan prioritas dan ketersediaan.

d. Bidan dalam profesinya, mendukung dan saling membantu dengan

yang lain dan secara aktif menjaga diri dan martabat mereka

sendiri.

e. Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi,

dan melakukan rujukan bila perempuan memerlukan asuhan di luar

kompentensi bidan.

f. Bidan mengenal adanya saling ketergantungan dalam memberi

pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik yang ada.

g. Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia bermoral,

termasuk tugas untuk menghormati diri sendiri dan menjaga nama

baik.

2) Pratik kebidanan :

a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga yang mengasuh

anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya dan

berupaya untuk menghilangkan praktik yang berbahaya.

b. Bidan memberi harapan nyata suatu persalinan terhadap ibu di

masyarakat, dengan maksud, minimal tidak ada ibu yang menderita

akibat konsepsi atau persalinan.

c. Bidan harus menetapkan pengetahuan profesi untuk menjamin

persalinan yang aman.

Page 69: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

56

d. Bidan merespons kebutuhan psikologis, fisik, emosi, dan spiritual

ibu yang mencari pelayanan kesehatan, apa pun kondisinya.

e. Bidan bertindak sebagai role model (panutan) dalam promosi

kesehatan untuk ibu sepanjang siklus hidupnya, keluarga, dan

profesi kesehatan lain.

f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan

profesi sepanjang karir kebidanan dan memadukan peningkatan

tersebut ke dalam praktik mereka.

3) Kewajiban profesi bidan:

a. Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak

bijaksana dalam menyebarkan informasi tersebut.

b. Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka

berdasarkan hasil asuhan bagi ibu.

c. Bidan diperkenankan untuk menolak berpartisipasi dalam kegiatan

yang bertentangan dengan moral, akan tetapi, bidan perlu

menumbuhkan kesadaran individu untuk tidak mengabaikan

pelayanan kesehatan esensial bagi ibu.

d. Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etik dan hak asasi

manusia (HAM) bagi kesehatan ibu dan anak, dan menghindari

pelanggaran ini.

e. Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksanaan

kesehatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan keluarga yang

mengasuh anak.

Page 70: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

57

4) Peningkatan pengetahuan dan pratik kebidanan:

a. Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan

dilandasi oleh aktivitas yang melindungi hak wanita sebagai

manusia.

b. Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai

proses, seperti peer review dan penelitian.

c. Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa

kebidanan dan bidan.

Adapun kode etik bidan Indonesia adalah sebagai berikut :

Isi Kode Etik Bidan Indonesia

Mukaddimah

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh

keinginan luhur demi tercapainya:

a. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945,

b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi warga negara Indonesia

Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi

kesehatan yang menjadi wadah persatuan dan kesatuan para

bidan di Indonesia menciptakan kode etik Bidan Indonesia yang

disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas

kepentingan lainnya. Terwujudnya kode etik ini merupakan

bentuk kesadaran dan kesungguhan hati setiap bidan untuk

Page 71: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

58

memberi pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai

anggota tim kesehatan secara professional, demi tercapainya

cita-cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada

umumnya, KIA/KB,dan Kesehatan Keluarga pada khususnya.

Selain itu, tugas sentral para bidan adalah mengupayakan

segala sesuatunya agar kaumnya, pada detik-detik yang sangat

menentukan menyambut kelahiran insan generasi secara

selamat, aman dan nyaman. Dengan menelusuri tuntutan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terus

meningkat sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai

sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat, sudah

sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan Pancasila dan

UUD1945 sebagai landasan ideal dan Garis-Garis Besar Haluan

Negara sebagai landasan operasional.

Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan

yang berlaku bagi bidan, kode etik ini merupakan pedoman

dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan

profesional.

Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan

kesehatan yang komprehensif terhadap remaja putri, wanita pra

nikah, wanita pra hamil, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui

bayi, dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh

berkembang menjadi insan Indonesia yang sehat jasmani dan

Page 72: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

59

rohani dengan tetap memerhatikan kebutuhan pemeliharaan

kesehatan bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Bab I

Kewajiban Terhadap Klien Dan Masyarakat

1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas

pengabdiannya.

2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi

harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra

bidan.

3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman

pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan

klien, keluarga dan masyarakat.

4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien,menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku

di masyarakat.

5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan

kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang

sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

Page 73: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

60

Bab II

Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya

1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap

klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi

yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai

kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk

keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

3) Setiap bidan harus menjamin kerahasian keterangan yang dapat dan

atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan

atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.

Bab III

Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Dan Tenaga Kesehatan

Lainnya

1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya

untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati

baik terhadap teman sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Bab IV

Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya

Page 74: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

61

2) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan

memberikan pelayan yang bermutu kepada masyarakat.

3) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

4) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra

profesinya.

Bab V

Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri

1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat

melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

2) Setiap bidan harus berusaha secara terus-menerus untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bab VI

Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah Nusa, Bangsa Dan Tanah

Air

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya

dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Page 75: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

62

2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga.

Penutup

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari

senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan

Indonesia.

Penjelasan Kode Etik Kebidanan

Bab I : Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat

1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas

pengabdiannya.

a. Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan

fungsi bidan yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu

dan kebijakan yang berlaku dengan penuh kesungguhan dan

tanggung jawab.

b. Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi

pelayanan yang optimal kepada siapa saja, dengan tidak

membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan agama.

c. Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, tidak akan menceritakan

kepada orang lain dan merahasiakan segala yang berhubungan

dengan tugasnya.

Page 76: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

63

d. Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien/kliennya apabila

diminta untuk keperluan kesaksian pengadilan.

2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi

harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra

bidan.

a. Bahwa pada hakikatnya mnusia termasuk klien membutuhkan

penghargaan dan pengakuan hakiki baik dari golongan masyarakat

intelektual, menengah maupun kelompok masyarakat kurang

mampu. Oleh karena itu, bidan harus menunjukkan sikap yang

manusiawi (sabar, lemah lembut dan ikhlas) dalam memberi

pelayanan.

b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan

harus memberi pelayanan profesional yang memadai kepada setiap

kliennya.

c. Profesional, artinya memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu

yang dimiliki dan manusiawi secara penuh, tanpa mementingkan

kepentingan diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan klien

serta menghargai klien sebagaimana bidab menghargai dirinya

sendiri.

d. Bidan dalam memberi pelayanan, harus menjaga citra bidan,

artinya bidan sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang

sangat esensial, yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada kliennya

adalah suatu kebajikan social, karena masyarakat akan merasa

Page 77: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

64

sangat dirugikan atas ketidakhadiran bidan. Pengabdian dan

pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak

mendahulukan balas jasa.

3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman

pada peran, tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan

klien, keluarga dan masyarakat.

a. Bidan dalam melaksanakan pelayanannya, harus sesuai dengan

tugas dan kewajiban yang telah digariskan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan No. 1464 / Menkes /Per /X /2010.

Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS, puskesmas,

RB, posyandu, rumah praktik bidan dan masyarakat.

Melaksanakan bimbingan pada tenaga kesehatan yang lebih

rendah termasuk pembinaan dukun-dukun bersalin.

Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan,

pertolongan persalinan normal, termasuk persalinan letak

sungsang multipara, melakukan episiotomy, penjahitan luka

perineum tingkat I dan tingkat II.

Perawatan nifas dan menyusui termasuk pemberian uterotonika.

Memberi pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan

kebijaksanaan pemerintah / program pemerintah yang sedang

dilaksanakan.

b. Melayani bayi dan anak prasekolah termasuk pengawasan

pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak, pemberian

Page 78: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

65

vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan

memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk

cara menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan

sesuai dengan usia anak.

c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam

kasus-kasus yang tidak dapat diatasi sendiri.

Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital pada

kasus digital.

Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan pertolongan

cunam atau ekstraktorvakum pada kepala di dasar panggul.

Pertolongan masa nifas dengan pemberian antibiotik pada

infeksi baik secara oral maupun suntikan.

Memberi pertolongan kedaruratan melalui pemberian infus guna

mencegah syok dan mengatasi pendarahan pascapersalinan

termasuk pengeluaran uri dengan manual.

Mengatasi kedaruratan eklamsi dan mengatasi infeksi bayi baru

lahir.

e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat.

Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan

menggali dan membangkitkan peran aktif masyarakat.

Page 79: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

66

Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi masyarakat

untuk berubah dan berkembang kea rah per akal, per rasa dan

perilaku yang tidak tahu menjadi tahu. lebih baik.

Berperan sebagai pendidik, yang mampu mengubah

masyarakat dari

Berperan sebagi inovator atau pembaru yang membawa hal-hal

baru yang dapat mengubah keadaan kearah lebih baik. Oleh

karena itu, bidan harus selalu siap menerima pembaruan.

4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien, menghormati hak klien, dan menghormati nilai-nilai yang berlaku

di masyarakat.

a. Kepentingan klien berada di atas kepentingan sendiri maupun

kelompok, artinya bidan harus mampu menilai situasi saat ia

menghadapi kliennya. Utamakan pelayanan yang dibutuhkan klien

dan mereka tidak boleh ditinggalkan begitu saja.

b. Bidan harus menghormati hak klien antara lain :

Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai.

Klien berhak memperoleh perawatan dan pengobatan.

Klien berhak untuk dirujuk pada institusi atau bidang ilmu yang

lain sesuai dengan permasalahannya.

Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan

tenang.

c. Bidan menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat. Artinya:

Page 80: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

67

Bidan harus mampu menganalisis nilai-nilai yang ada di

masyarakat tempat ia bertugas.

Bidan mampu menghargai nilai-nilai masyarakat setempat.

Bidan mampu beradaptasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat

tempat ia berada.

5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan

kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang

sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

a. Ketika bidan sudah siap berangkat ke suatu pertemuan, mendadak

dating klien untuk berkonsultasi atau partus, tentu saja kepentingan

klien yang diutamakan sekalipun pertemuan tersebut sangat

penting dengan catatan, usahakan agar mengutus orang lain

kepertemuan tersebut untuk member kabar.

b. Ketika bidan sudah siap ke kantor/puskesmas/bekerja, mendadak

ada seorang anggota keluarga meminta bantuan untuk menolong

seorang bayi yang kejang. Tentu saja kita mengutamakan

permintaan untuk melihat anak yang kejang tersebut terlebih

dahulu.

c. Bidan sudah merencanakan cuti keluar kota, namun sebelum

berangkat, pamong meminta untuk memberi ceramah mengenai

ASI kepada masyarakat, tentu hal ini akan didahulukan.

Page 81: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

68

6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk

memberi penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau

membentuk posyandu/PKMD atau kepada ibu yang mempunyai

balita/ibu hamil, untuk memeriksakan diri di posyandu.

b. Bidan dimana saja berada, baik di kantor, puskesmas atau rumah,

di tempat praktik BPS, maupun di tengah-tengah masyarakat

lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi untuk

senantiasa hidup sehat.

Bab II : Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya

1) Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang

dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

a. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan

Antenatal (ANC), memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan

kebutuhan.

b. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan

wewenang bidan (contoh, memberi suntikan ergometrin,

sintocynon, infuse dan lain-lain).

Page 82: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

69

c. Memberi pelayanan yang bersifat promotif/peningkatan kesehatan,

seperti memberi roboransia.

d. Memberi pelayanan yang bersifat rehabilitative (contoh, senam

nifas, penghayatan gizi, bimbingan mental).

2) Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai

kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk

keputusan mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.

a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, di rumah sakit,

dan partus luar.

b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi, dan KB

sesuai dengan wewenangnya.

c. Merujuk pasien yang tidak dapat ditolong ke RS yang memiliki

fasilitas lebih lengkap.

3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan

/atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan

atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

a. Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala

sesuatu yang diketahuinya kepada siapa pun termasuk

keluarganya (contoh, bila menemukan pasien dengan sakit sifilis

atau gonore). Kadang-kadang pasien menceritakan keadaan rumah

tangganya kepada bidan dan bidan tidak boleh menceritakannya

kepada suami, keluarga atau orang lain.

Page 83: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

70

Bab III : Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat dan Tenaga

Kesehatan Lainnya

1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya

untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non

pemerintah, jika ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat

saling menggantikan sehingga tugas pelayanan tetap berjalan.

b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan

mengadakan arisan, piknik bersama, mengunjungi teman yang

sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga, khitanan.

2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati

baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

a. Klien A memeriksakan kehamilan pada bidan B, namun pada waktu

mau bersalin klien dating kepada bidan C. sikap bidan C harus

menjelaskan kepada klien bahwa riwayat kehamilan berada pada

bidab B, sehingga sebaiknya persalinan ditolong oleh bidan B.

Akan tetapi, jika klien tidak menginginkannya, bidan C harus

menolong persalinannya, dengan memberi tahu bidan B dan

sekaligus menanyakan riwayat ANC-nya. Kecuali jika pasien

segera melahirkan dan tidak sempat berkomunikasi lagi dengan

bidan B, bidan C harus menolongnya setelah itu memberi tahu

bidan B.

Page 84: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

71

b. Dalam menetapkan lokasi BPS, perlu diperhatikan jarak dengan

BPS yang sudah ada.

c. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan

mengonsultasikan kesulitan kepada sejawat.

d. Dalam kerjasama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongan

mendadak hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan

kesepakatan bersama.

Bab IV : Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya

1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi

pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

a. Menjadi panutan dalam hidupnya.

b. Berpenampilan yang baik.

c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.

d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang

telah ditentukan.

e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari

keuntungan pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk.

f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam

waktu dinas.

Page 85: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

72

2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.

b. Mengikuti pendidikan formal.

c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar,

lokakarya, simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain secara

pribadi.

3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra

profesinya.

a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.

b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.

c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.

d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.

e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.

f. Melaksanakan penelitian mandiri.

g. Mengolah hasil penelitian.

h. Membuat laporan penelitian.

Bab V : Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri

1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat

melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

a. Memerhatikan kesehatan perorangan.

Page 86: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

73

b. Memerhatikan kesehatan lingkungan.

c. Memeriksakan diri secara berkala setiap tahun sekali.

d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera

memeriksakan diri ke dokter.

2) Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

a. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan

pada umumnya bahkan pengetahuan umum.

b. Menyempatkan membaca koran.

c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.

d. Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang

kesehatan umumnya, kebidanan khususnya.

e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi

untuk tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan

IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah atau pusat.

f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada

kesempatan pertemuan rutin, misalnya bulanan.

g. Mengisi rubrik bulletin.

h. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit–

rumah sakit yang lebih maju dan ke daerah-daerah terpencil.

i. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian yang disajikan

dalam kesempatan pertemuan rutin.

Page 87: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

74

Bab VI : Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan

Tanah Air

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya

dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga serta masyarakat.

a. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di

Indonesia dengan cara :

Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang

dipelajari kepada anggota.

Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.

b. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan

kesehatan di Indonesia

c. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga

kesehatan umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya.

2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan

pelayan kesehatan, terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga.

a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI

tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas

bidan di daerah, termasuk faktor penunjang maupun penghambat

pelaksanaan tugas itu.

Page 88: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

75

b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi

di masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan,

misalnya penelitian mengenai :

Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah.

Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap

fasilitas KIA/KB yang telah disediakan oleh pemerintah.(Ikatan

Bidan Indonesia).

Pengaturan sanksi hukum pada bidan yang berhubungan

dengan standar pelayanan kebidanan dari Ikatan Bidan

Indonesia kabupaten di puskesmas belum diatur sanksi hanya

berupa teguran dalam bentuk lisan maupun tertulis dalam

rangka pembinaan.

Pada tingkat pemerintahan Ikatan Bidan Indonesia

kabupaten maupun kepala puskesmas diwilayah tempat yang

bersangkutan menjalankan pratiknya serta dinas kesehatan

kabupaten berkordinasi dalam rangka melaksanakan

pengawasan seperti diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1464 /Menkes/Per/X/2010 tentang

Izin dan Penyelenggaraan Pratik Bidan Pasal 23 yaitu :

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota dapat memberikan tindakan administratif

Page 89: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

76

kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pencabutan SIKB/SIPB untuk sementara paling lama1(satu) tahun;

atau

d. Pencabutan SIKB/SIPB selamanya.

H. Efektivitas, Kesadaran dan Ketaatan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah dalam Achmad

Ruslan faktor-faktor yang menjadikan peraturan itu efektif atau

tidak, dapat dikembalikan kepada 4 (empat) faktor efektivitas,

yaitu :

a. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri;

b. Petugas yang menegakkannya;

c. Fasilitas yang diharapkan akan mendukung pelaksanaan kaidah

hukum ; dan

d. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut.

Menurut Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP)

Teori Hukum (501B013) Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin 2011. Kesadaran Hukum adalah kesadaran tentang

keberadaan dan berlakunya norma hukum tertentu.

Page 90: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

77

Kesadaran hukum positif : kesedaran hukum yang

digunakan dengan maksud baik. Sedangkan kesadaran hukum

yang negatif : kesadaran hukum yang digunakan dengan

maksud buruk.

Ketaatan Hukum adalah Pola pikir dan perilaku yang sejalan

dengan kehendak hukum (tunduk pada hukum) terlepas apakah

setuju atau tidak dengan kehendak hukum tersebut.

Derajat ketaatan menurut H.C Kelman, 1966 maupun L.

Pospisil, 1971:

a. Compliance (takut akan sanksi)

b. Identification (takut terhadap relasi/hubungan sesama)

c. Internalization (kehendak hukum sama dengan nilai intrinsik

warga masyarakat).

I. Penegakan Hukum dan Penerapan Sanksi Dalam Hukum

Administrasi Negara

Menurut P. Nikolai dan kawan-kawan dalam HR Ridwan

sarana penegakan Hukum Administrasi Negara berisi :

(1) Pengawasan bahwa organ pemerintah dapat melaksanakan ketaatan

pada atau berdasarkan undang-undang yang ditetapkan secara tertulis

dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban

terhadap individu.

(2) Penerapan kewenangan sanksi pemerintah.

Page 91: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

78

Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan

kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah

represif untuk memaksakan kepatuhan. (Ten Berge dikutip oleh

Philipus M. Hadjon dalam Ridwan HR).

Menurut Paulus E. Lotulung dalam Ridwan HR

mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam Hukum

Administrasi Negara, yaitu bahwa ditinjau dari segi kedudukan

dari badan/organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap

badan/organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan antara jenis

kontrol intern dan kontrol ekstern.

Kontrol intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh

badan yang secara organisatoris/struktural masih termasuk

dalam lingkungan pemerintah sendiri.

Kontrol ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh

organ atau lembaga-lembaga yang secara

organisatoris/struktural berada di luar pemerintah.

Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan

perundang-undangan, bahkan J.B.J.M. ten Berge menyebutkan

bahwa sanksi merupakan inti dari penegakan Hukum

Administrasi Negara (Ridwan HR, 2011).

J.J. Oostrenbrink dalam HR Ridwan mengatakan bahwa

sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan

antara pemerintah-warga negara dan yang dilaksanakan tanpa

Page 92: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

79

perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan

peradilan, tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh

administrasi sendiri.

A.D. Belinfante dalam Ridwan HR mengatakan ketika warga

negara melalaikan kewajiban yang timbul dalam hubungan

hukum administrasi, maka pihak lawan (yaitu pemerintah) dapat

mengenakan sanksi tanpa perantara hakim.

H.D. van Wijk/Konijnenbelt dalam Ridwan HR mengatakan

alat kekuasaan yang bersifat hukum publik yang dapat

digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan

terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma Hukum

Administrasi Negara.

P. de Haan dalam HR. Ridwan mengatakan dalam Hukum

Administrasi Negara, penggunaan sanksi administrasi

merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, dimana

kewenangan ini berasal dari aturan Hukum Administrasi Negara

tertulis dan tidak tertulis.

Jum Anggriani mengatakan sanksi merupakan bagian

penutup yang penting dalam peraturan hukum administrasi

negara. Sanksi digunakan atau di maksudkan agar kewajiban-

kewajiban dan larangan-larangan bagi masyarakat yang

dituangkan dalam peraturan hukum administrasi dapat di patuhi

oleh masyarakat. Fungsi dari sanksi administrasi adalah

Page 93: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

80

sebagai alat pemaksa agar larangan-larangan dan kewajiban-

kewajiban yang telah ditentukan dalam peraturan-peraturan itu

ditaati oleh warga masyarakat.

Page 94: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

81

J. Kerangka Pikir

Implementasi Standar Pelayanan

Kebidanan di Puskesmas

Mandai Kabupaten Maros

Standar Pelayanan Kebidanan

Implementasi

Standar Pelayanan

Kebidanan

24 Standar Pelayanan Kebidanan

Faktor yang

Menyebabkan

Inkosistensi

Kedisplinan

Pendapatan/gaji

Implikasi Hukum

Administrasi

Terjadinya Kematian

Kekecewaan Klien

Rekam medis

Pelayanan

Berkualitas Oleh

Bidan di Puskesmas

Page 95: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

82

K. Definisi Operasional

1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan

yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

3. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis

yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang

diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi.

4. Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis

yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan

untuk bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.

5. Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti

tertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi

persyaratan untuk menjalankan praktik bidan mandiri.

6. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk

dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar

profesi, dan standar operasional prosedur.

7. 24 standar pelayanan kebidanan adalah standar pelayanan kebidanan

yang digunakan untuk menentukan mutu pelayanan kebidanan.

Page 96: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

83

8. Rekam medis/kesehatan adalah rekam dalam bentuk tulisan atau

gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

medis/kesehatan kepada seorang pasien

9. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

10. Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib

dan sebagainya).

11. Mati adalah sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi.

12. Teguran adalah celaan; kritik; ajaran (sentilan, jeweran) peringatan.

13. Lisan adalah berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan.

14. Tertulis adalah ditulis; tersurat; termaktub.

Page 97: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

84

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sifat dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum dengan analisis

deskriptif, dengan tipe normative empiris bersifat sosiolegal,

penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

pelaksanaan standar pelayanan kebidanan di Puskesmas

Mandai kabupaten Maros.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros

dengan dasar pertimbangan sebagai sumbangan pemikiran kepada

tempat dimana penulis mengabdi.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi adalah seluruh klien yang mendapat pelayanan kebidanan di

Puskesmas Mandai Kabupaten Maros.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri yang sama

atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan

informasi akan diproses dan tidak semua populasi akan diteliti, maka

cukup dengan sampel yang mewakilinya yakni klien kebidanan yang

bayinya mengalami kematian ketika bersalin di Puskesmas Mandai

Kabupaten Maros sebesar 1 orang klien dan 16 orang bidan.

3. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yaitu sampel

ditentukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan memenuhi

Page 98: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

85

pertimbangan informasi yang akan diperoleh dalam setiap variabel

penelitian.

4. Besar sampel ditentukan dengan mengambil satu kasus sebesar 1

orang klien yang bayinya mengalami kematian ketika bersalin dan 16

orang bidan.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah

yaitu data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka-

angka yang bersumber dari :

1).Data primer, yaitu data yang diperoleh penulis secara langsung melalui

teknik observasi dan wawancara dengan para responden, berkaitan

dengan penulisan tesis ini.

5) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku partus pelayanan

kebidanan puskesmas Mandai kabupaten Maros.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya

jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak yang terkait

dengan tesis ini.

2. Dokumentasi

Page 99: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

86

Yaitu teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari

buku partus pelayanan kebidanan puskesmas Mandai

kabupaten Maros.

F. Analisis Data

Sejak pertama kali menguraikan latar belakang setiap data

yang diperoleh langsung dianalisis secara kualitatif dan intensif

dengan cara memformulasikan bentuk kalimat-kalimat sesuai

dengan pokok permasalahannya.

Page 100: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

87

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan

Ikatan Bidan Indonesia menetapkan 24 standar pelayanan kebidanan

yaitu :

Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokan

menjadi 5 bagian besar yaitu :

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

3. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)

4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9

standar)

a. Dua Standar Pelayanan Umum

1) Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,

keluarga dan masyarakat terhadap segalan hal yang berkaitan dengan

kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan

dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang tua,

persalinan dan nifas). Tujuannya adalah memberikan penyuluhan

kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat

dan terencana serta menjadi orang yang bertanggungjawab. Dan hasil

yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan

Page 101: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

88

perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang

sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya

tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia

muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui oleh masyarakat dan

ibu.

2) Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan yang

dilakukannya, yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian

pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi

baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader

untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir . Bidan meninjau secara

teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana

kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya. Tujuan dari standar 2 ini

yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari data untuk

pelaksanaan penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian

kerja.

Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan

pencatatan dan pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut :

Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat

agar semua ibu hamil dapat tercatat

Page 102: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

89

Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang,

dan memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap

pemeriksaan.

Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat

pada patograf.

Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .

Dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu

terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik. Tersedia data

untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan

masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan

kebidanan.

b. Enam Standar Pelayanan Antenatal

1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

motivasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah

mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya.

Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu

hamil contohnya sebagai berikut :

Page 103: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

90

Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara

teratur

Bersama kader bidan memotivasi ibu hamil

Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk

membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.

Dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami

tanda dan gejala kehamilan. Ibu, suami, anggota masyarakat

menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan

teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri

sebelum kehamilan 16 minggu.

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan

Antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan

janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan

dengan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,

PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan

penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan

mampu memberikan pelayanan Antenatal berkualitas dan deteksi dini

komplikasi kehamilan.

Page 104: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

91

Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan

pelayanan Antenatal minimal 4 kali selama kehamilan. Meningkatnya

pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan

penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan

masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang

harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan, jika sewaktu-waktu

dibutuhkan.

3) Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama

dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila

umur kehamilan bertambah , memeriksa posisi, bagian terendah,

masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan dan untuk merujuk tepat waktu. Tujuan dari dilakukannya

standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan

pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.

Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan,

diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan.

Mendiagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk

sesuai dengan kebutuhan.

4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia, penemuan,

penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari standar ini adalah

Page 105: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

92

bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini,

melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia

sebelum persalinan berlangsung.

Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan

kadar Hb semua ibu hamil pada kunnjungan pertama dan minggu ke

28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet

selama 90 hari berturut-turut. Beri penyuluhan gizi dan pentingnya

konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dan lain - lain. Hasil

yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil

dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu

melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan

anemia/BBLR.

5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya. Tujuan dari

dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan

secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang

diperlukan. Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin

memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat tekanan

darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu

hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai

Page 106: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

93

dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat

eklamsia.

6) Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau

keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan

bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan

dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk

merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil

untuk hal ini. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk

memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang

aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga

tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.

Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan

pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi

untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah

dipersiapkan bila diperkirakan .

c. Empat Standar Pelayanan Persalinan

1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai ,

dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan

Page 107: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

94

berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan

dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan

penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi

setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan

mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan

pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan

persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan

pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan

persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan.

Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.

2) Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang

bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaann terhadap

hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat . disamping itu

ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat

persalinan.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan

yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.

Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih

dan aman. Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan.

Page 108: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

95

Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan.

Menurunnya angka sepsis puerperalis.

3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan

kala tiga. Tujuan dilaksanakannya standar ini yaitu membantu secara

aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk

mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga,

mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya

perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan

terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta,

memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan

perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.

4) Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala

dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk

mmemperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan

dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada

saat kepala janin meregangkan perineum.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asifiksia

neonatorum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua .

Page 109: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

96

d. Tiga Standar Pelayanan Nifas

1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah asifiksia, menemukan kelainan , dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus

mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan

infeksi.

Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu

dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan

infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan

perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan

perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.

2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah

persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta

melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan

memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya

kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang

bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan

kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang

Page 110: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

97

bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah

persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan

bayinya.

3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas

dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-

tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan

dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi

baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi

sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI

eksklusif.

e. Sembilan Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan

Neonatal

1) Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada

Trimester Tiga.

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada

kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Page 111: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

98

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan

melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester

tiga.

Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan

standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester

tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin

akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang , dan

meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

2) Standar 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia

Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam,

serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama.

Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala

preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan

memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam

penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia. Ibu

hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan tanda-tanda

preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat. Penurunan

kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

Page 112: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

99

3) Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama /

macet

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta

melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk

untuk persalinan yang aman.

Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang

tepat keadaan daruratpada partus lama/macet.

Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala

partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf

secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan.

Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.

4) Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor

Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan

ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan

pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan

janinnya.

Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan

dalam keadaan tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan

kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan

penanganan darurat obstetric yang cepat.

5) Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta

Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan

Page 113: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

100

perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya adalah mengenali

dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta .

Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta.

Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat

dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.

6) Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Prime

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24

jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan

pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuan

nya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat

daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post

partum primer/ atonia uteri.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu

akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan

pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami

perdarahan post partum primer.

7) Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan

post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk

penyelamatan jiwa ibu, dan/atau merujuk. Tujuan nya adalah

mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta

melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

Page 114: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

101

Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat

perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai

resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka secara

dini dan segera diberi penanganan yang tepat.

8) Standar 23 : Penanganan Sepsis puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis

puerperalis, melakukan perawatan dengan segera merujuknya.

Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan

mengambil tindakan yang tepat . hasil yang diharapkan yaitu ibu

dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan

tepat. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis

puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.

9) Standar 24 : Penanganan Asifiksia Neonatorum

Bidan mengenali secara tepat bayi baru lahir dengan asifiksia, serta

melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan

bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberikan

perawatan lanjutan yang tepat.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru

lahir dengan asifiksia, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan

pertolongan kegawatdaruratan.(Ikatan Bidan Indonesia).

Page 115: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

102

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pelaksanaan

Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan di Puskesmas

Mandai Kabupaten Maros belum sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

Dengan menggunakan kuisioner penelitian ini disahkan

untuk mengevaluasi Implementasi Standar Pelayanan

Kebidanan di Puskesmas Mandai Kabupaten Maros dengan

menggunakan 3 variabel yaitu : Implementasi Standar

Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil, Faktor-Faktor yang

Menyebabkan Inkonsistensi pada Pelayanan Kebidanan dan

Implikasi Hukum Adminitrasi terhadap ketidakmaksimalan

pelayanan kebidanan.

Untuk lebih jelasnya hasil yang diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Menurut Tingkat Pengetahuan Bidan Mengenai Kode Etik Bidan Indonesia dan 24 Standar Pelayanan

Kebidanan Pengetahuan Jumlah

Bidan Persentase

Tahu Tidak Tahu

16 0

100% 0 %

Jumlah 16 100 % Sumber : Data primer

Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh bidan mengetahui

mengenai Kode Etik Bidan Indonesia dan Standar Pelayanan

Kebidanan sebanyak 16 orang (100 %) ini menunjukkan tingkat

Page 116: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

103

pengetahuan bidan sangat baik. Hanya saja tidak dapat

menghafalnya secara berurutan sesuai ketentuan yang ada.

Dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan Pasal 24 ayat (1),(2) yaitu :

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus

memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna

pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

Telah dapat diketahui dengan sangat baik. Oleh karena itu

timbul pertanyaan mengapa terjadi kasus kematian bayi yang

disebabkan oleh pelanggaran Kode Etik Bidan Indonesia BAB I

Kewajiban Terhadap Klien dan Masyarakat pada nomor (4)

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan

kepentingan klien,menghormati hak klien dan menghormati nilai-

nilai yang berlaku di masyarakat dan standar 24 pada 24

Standar Pelayanan Kebidanan mengenai merujuk bayi dengan

tanda-tanda asifiksia neonaturum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penundaan dalam merujuk

menjadi penyebabnya ini memperkuat teori bahwa ketentuan hukum yang

baik tidak ada manfaatnya apabila tidak dilaksanakan dalam pratiknya

dimasyarakat. Aspek kemanfaatannya secara sosiologis hilang sama

Page 117: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

104

sekali ditandai dengan kematian seorang bayi dengan asfiksia

neonaturum yang gagal dirujuk.

Di sini penyebabnya adalah faktor moral yang tidak baik

pada saat itu yaitu meninggalkan kewajiban yang

mengakibatkan pelanggaran hak pasien untuk dirujuk.

Tabel 2

Distribusi Menurut Tingkat Pemberian Informasi dan Persetujuan Klien Oleh Bidan Kepada Klien Mengenai Tindakan

Pertolongan Yang Akan Diberikan Informasi/ Persetujuan

Jumlah Bidan Persentasi

Diberikan Tidak Diberikan

0 16

0 % 100 %

Jumlah 16 100 % Sumber : Data primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh bidan tidak

memberikan informasi dan persetujuan klien ketika akan

melakukan tindakan pertolongan sebesar 16 orang (100 %). Ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 56

1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh

tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut

secara lengkap.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan Tindakan

Kedokteran Pasal 2

Page 118: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

105

(1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap

pasien harus mendapat persetujuan.

Tidak dilaksanakan mungkin karena pengaruh pola

hubungan vertikal paternalistik masih sangat kuat dan belum

bergeser menjadi pola hubungan horizontal kontaktual. Dari sisi

perundang-undangan ini merupakan suatu pelanggaran

ketentuan yang ada dan tidak dapat dipidanakan karena

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

1996 Tentang Tenaga Kesehatan Pasal 35

Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan, barang siapa dengan sengaja :

d). tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

ayat (1) ; dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah).

Telah dinyatakan tidak berlaku dan belum ada ketentuan

sebagai penggantinya sehingga pelanggaran dari ketentuan ini

tidak dapat dipidanakan berdasarkan keputusan pengadilan

sehingga mengorbankan aspek ketertiban dari hukum ini sangat

disayangkan.

Tidak diberikanya informasi ini diperkuat oleh klien ketika

penulis mewawancarainya.

Page 119: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

106

Tabel 3

Distribusi Menurut Pembuatan Rekam Medis Oleh Bidan

Rekam Medis Jumlah bidan Persentasi Dibuat

Tidak Dibuat 16 0

100 % 0 %

Jumlah 16 100 % Sumber : Data primer

Tabel 3 menunjukkan bahwa rekam medis dibuat oleh bidan

yaitu sebanyak 16 orang (100 %) menunjukkan kesadaran dan

ketaatan bidan untuk membuat rekam medis sangat tinggi

berdasarkan Pernyataan IDI tentang Rekam Medis/Kesehatan

(Medical Record) melalui Lampiran SK PB IDI No.

315/PB/A.4/88 yang antara lain berisi hal-hal sebagai berikut :

3. Rekam medis/kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi

seluruhnya paling lambat 48 jam setelah pasien pulang atau

meninggal.

Kesadaran dan ketaatan bidan untuk membuat rekam medis

ini ternyata tidak diikuti oleh kesadaran dan ketaatan untuk

memeliharanya terbukti dengan hilang rekam medis ketika

dipinjamkan ke IBI yang tidak melibatkan klien sama sekali dan

ini merupakan pelanggaran Peraturan Menteri Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Rekam Medis

Pasal 12

(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien.

Page 120: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

107

(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam

bentuk ringkasan rekam medis.

(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dapat diberikan. dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang

diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga

pasien yang berhak untuk itu.

Seharusnya ketika IBI ingin mengetahui rekam medis klien

mengikuti ketentuan diatas sehingga tindakan yang tidak sesuai

peraturan dapat dihindari.

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Inkosistensi pada pelayanan

kebidanan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

(1) Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri

Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman

disiplin.

Pada kasus ini selain pelanggaran seperti yang tersebut diatas juga

terjadi ketidaktaatan/pelanggaran menyangkut Disiplin Pegawai Negeri

Page 121: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

108

Sipil yang dilakukan oleh bidan maupun pengurus IBI menyangkut rekam

medis karena tidak melibatkan klien sebagai pemilik rekam medis.

Pada kasus ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara tingkat

kedisiplinan dengan kepuasan klien serta tambahan penghasilan ini

didukung oleh teori Disiplin Korektif Kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk

menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Sasaran pokok dan

kegiatan ini adalah untuk memperbaiki pelanggaran, untuk menghalangi

para pegawai lain melakukan kegiatan-kegiatan yang serupa dan untuk

menjaga berbagai standar kelompok yang tetap konsisten dan efektif.

Kegiatan disiplin yang korektif sering berupa hukuman dan disebut

tindakan pendisiplinan. Agar tindakan pendisiplinan tersebut akan efektif

maka penerapannya harus konsisten, karena konsisten adalah kegiatan

dan keadilan. Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari

penyimpangan lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk

hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan, misalnya tindakan

pendisiplinan dapat berupa peringatan atau skorsing, Sasaran tindakan

pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan

tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud

pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan di waktu mendatang

bukan menghukum kegiatan dimasa lalu. Pendekatan negatif yang

bersifat menghukum biasanya mempunyai pengaruh sampingan yang

Page 122: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

109

merugikan, seperti emosional terganggu, absensi meningkat, apatis atau

kelesuan,dan takut pada penyelia yang melakukan bimbingan dan

memberikan nasihat langsung kepada bawahan. Berbagai sasaran

tindakan pendisiplinan, seperti untuk memperbaiki pelanggar, untuk

menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan yang serupa,

dan untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif.

(Jerry Makawimbang , 2013).

Sedangkan hubungan dengan pendapatan dapat dijelaskan dengan

Teori Insentif (Incentive Theory). Teori ini bertitik tolak pada pendapat

bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif.

Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

Insentif atau juga disebut sebagai reinforcement ada yang positif dan ada

yang negatif. Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah,

sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman.

Reinforcement yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat,

sedangkan reinforcement yang negatif akan dapat menghambat dalam

organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul karena adanya

insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini dikupas secara tajam

dalam psikologi belajar. (Bimo Waigito, 2010).

Faktor-faktor selain gaji/pendapatan mungkin juga kemalasan dan juga

ketidakcocokan dengan pimpinan.

Page 123: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

110

C. Implikasi Hukum Adminitrasi terhadap ketidakmaksimalan

pelayanan kebidanan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464

/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Pasal 23 yaitu :

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota dapat memberikan tindakan administratif

kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

penyelenggaraan praktik dalam Peraturan ini.

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pencabutan SIKB/SIPB untuk sementara paling lama1(satu) tahun;

atau

d. Pencabutan SIKB/SIPB selamanya.

Pada kasus ini dilakukan tindakan administratif berupa

teguran lisan, dengan dipanggilnya bidan jaga yang lebih senior

didampingi oleh kordinator bidan ke dinas kabupaten, dimana

dinas kabupaten yang didampingi IBI kabupaten memberikan

pembinaan dalam bentuk teguran lisan.

Page 124: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

111

Hal ini menimbulkan kekecewaan dari klien karena

menganggap terlalu ringan.

Penegakan Hukum Penerapan Sanksi dalam Hukum Administrasi

Negara sangat perlu untuk melindungi Standar Pelayanan Kebidanan

yang sudah ada sehingga pelayanan kebidanan yang berkualitas dapat

dilaksanakan.

Menurut P. Nikolai dan kawan-kawan dalam Ridwan HR sarana

penegakan Hukum Administarasi Negara berisi :

(1) Pengawasan bahwa organ pemerintah dapat melaksanakan

ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang ditetapkan

secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang

meletakkan kewajiban terhadap individu.

(2) Penerapan kewenangan sanksi pemerintah.

Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan

kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif

untuk memaksakan kepatuhan. (Ten Berge dikutip oleh Philipus M.

Hadjon dalam Ridwan HR).

Menurut Paulus E. Lotulung dalam Ridwan HR mengemukakan

beberapa macam pengawasan dalam Hukum Administrasi Negara, yaitu

bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan

kontrol itu terhadap badan/organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan

antara jenis kontrol intern dan kontrol ekstern.

Page 125: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

112

Kontrol intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh badan

yang secara organisatoris/struktural masih termasuk dalam lingkungan

pemerintah sendiri.

Kontrol ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ atau

lembaga-lembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar

pemerintah.

Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-

undangan, bahkan J.B.J.M. ten Berge menyebutkan bahwa sanksi

merupakan inti dari penegakan Hukum Administrasi Negara (Ridwan HR,

2011).

J.J. Oostrenbrink dalam Ridwan HR mengatakan bahwa sanksi

administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara

pemerintah-warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak

ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan peradilan, tetapi dapat secara

langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

A.D. Belinfante dalam Ridwan HR mengatakan ketika warga negara

melalaikan kewajiban yang timbul dalam hubungan hukum administrasi,

maka pihak lawan (yaitu pemerintah) dapat mengenakan sanksi tanpa

perantara hakim.

H.D. van Wijk/Konijnenbelt dalam Ridwan HR mengatakan alat

kekuasaan yang bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh

pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang

terdapat dalam norma Hukum Administrasi Negara.

Page 126: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

113

P. de Haan dalam Ridwan HR mengatakan dalam Hukum Administrasi

Negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan

kewenangan pemerintahan, dimana kewenangan ini berasal dari aturan

Hukum Administrasi Negara tertulis dan tidak tertulis.

Jum Anggriani mengatakan sanksi merupakan bagian penutup yang

penting dalam peraturan hukum administrasi negara. Sanksi digunakan

atau di maksudkan agar kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan bagi

masyarakat yang dituangkan dalam peraturan hukum administrasi dapat di

patuhi oleh masyarakat. Fungsi dari sanksi administrasi adalah sebagai

alat pemaksa agar larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban yang telah

ditentukan dalam peraturan-peraturan itu ditaati oleh warga masyarakat.

Ditegaknya hukum administrasi dalam kasus ini akan melindungi

Standar Pelayanan Kebidanan sebagai Standar Operasional Prosedur

pada tingkat Ikatan Bidan Indonesia akan tetapi klien kecewa akibat

sanksi yang terlampau ringan ditandai dengan tidak mau berkomentar dan

memilih BPS untuk persalinan berikutnya.

Mengenai rekam medis dalam Hukum Acara Perdata dan Hukum

Acara Pidana Hariyani (2005: 73) dalam Anny Isfandyarie, 2011

menjelaskan mengenai Pembuktian menurut hukum perdata sebagai

berikut :

Bila seorang dokter dituntut pasien karena melakukan malpraktek

medik, maka biasanya dasar tuntutan yang diajukan pasien kepada dokter

antara lain :

Page 127: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

114

a. Dokter dituduh melakukan wanprestasi (ingkar janji), dituntut

berdasakan Pasal 1239 KUHPerdata;

b. Dokter dituduh melakukan perbuatan melawan hukum, dituntut

berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata;

c. Dokter dituduh melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan

kerugian, dituntut berdasarkan Pasal 1366 KUHPerdata; dan

d. Dokter dituduh melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab,

dituntut berdasarkan Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata.

Dalam menghadapi tuntutan atau gugatan dari pasien tersebut, pasien

harus membuktikan dasar tuntutan atau gugatannya yang diatur di dalam

Pasal 1865 KUHPerdata yang berbunyi : Setiap orang yang mendalilkan

bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri

ataupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu

peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

Dari Pasal 1865 KUHPerdata tentang pembuktian diatas, dapat, diartikan

bahwa bila pasien menggugat atau menuntut dokter, maka ia harus dapat

membuktikan kesalahan maupun kelalaian dokter yang dituntut tersebut.

Dokter yang dituntut, tentunya akan melakukan pembelaan diri dengan

alat bukti yang bisa mendukung terhadap pembenaran tindakan yang

dilakukan. Menurut Pasal 164 HIR (Tresna, 1994; 141), maka yang

disebut bukti ialah :

a. Bukti surat;

b. Bukti saksi;

Page 128: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

115

c. Sangka;

d. Pengakuaan; dan

e. Sumpah.

Dalam penjelasan Pasal 46 UU Praktik Kedokteran tentang pengertian

rekam medis, disebutkan bahwa Rekam Medis adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Dari penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa rekam medis

yang berbentuk tertulis ini dapat disamakan dengan surat yang dapat

dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan untuk membantah gugatan

pasien tersebut. (Isfandyarie, Anny, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi

bagi Dokter, 2011).

Anny Isfandyarie mengatakan Hukum Acara Pidana pun menyebutkan

bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali

apabila sekurang-kurangnya didapatkan 2 (dua) alat bukti yang sah yang

berdasarkan alat bukti tersebut hakim dapat memperoleh keyakinan

bahwa terdakwa telah benar-benar melakukan tindak pidana

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 183 KUHAP, Selanjutnya Pasal

184 KUHAP menyebutkan tentang alat bukti yang sah sebagai berikut :

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Surat;

d. Petunjuk;

Page 129: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

116

e. Keterangan terdakwa.

Dalam Hukum Acara Pidana, rekam medis dapat dijadikan alat bukti

surat di pengadilan berdasarkan Pasal 187 ayat (4) huruf b KUHAP : Surat

yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat

yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana

yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi

pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

Rekam medis merupakan surat yang dibuat menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan yaitu UU Praktik Kedokteran Pasal 46

ayat (1) sampai (3) dan Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989

tentang Rekam Medis atau Medical Record yang menurut Pasal 81 UU

Praktik Kedokteran masih berlaku. Surat ini dibuat oleh pejabat (dokter)

yang termasuk dalam tata laksana tanggung jawabnya dan yang

diperuntukan bagi sesuatu hal atau sesuatu keadaan tentang pasien.

Kriteria ini memenuhi Pasal 187 ayat (4) huruf b KUHAP sehingga rekam

medis dapat dijadikan alat bukti surat di pengadilan.

Tentang petunjuk sebagaimana disebutkan dalam Pasal 184 huruf d

diatas, dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 188 ayat (2) dan (3) bahwa

petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan

terdakwa, yang akan diperiksa oleh hakim secara arif dan bijaksana

dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya

sehingga memberikan keyakinan kepada hakim atas kekuatan

Page 130: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

117

pembuktian petunjuk tersebut. Pemberian nilai atas petunjuk diserahkan

kepada kebijaksanaan hakim.

Dari isi Pasal 188 di atas, dapat diartikan bahwa bila seorang dokter

dituduh melakukan tindak pidana dan diajukan ke pengadilan sebagai

terdakwa, keterangan dokter dan surat serta keterangan saksi (perawat

yang ikut merawat pasien) dapat memberikan petunjuk kepada hakim

untuk membuktikan dokter bersalah atau tidak. Surat yang dapat dipakai

sebagai alat bukti yang mungkin bisa meringankan dokter, tidak lain

adalah rekam medis.

Rekam medis dapat pula digunakan sebagai alat bukti dalam tuntutan

berdasakan Pasal 79 huruf c dimana dokter dianggap tidak memenuhi

kewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan medis

pasien. Karena dari rekam medis akan dapat dilakukan audit medis untuk

membuktikan bahwa dokter telah menyelenggarakan kendali mutu dan

kendali biaya sebagaimana kewajiban yang tercantum dalam Pasal 49 UU

Praktik Kedokteran. (Isfandyarie, Anny, Tanggung Jawab Hukum dan

Sanksi bagi Dokter, 2011).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pasal 7 ayat (4) Jenis

hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu

c. pembebasan dari jabatan; merupakan hukuman yang lebih pantas

mengingat pelanggaran yang dilakukan bidan berakibat fatal yaitu

berupa kematian bayi.

Page 131: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

118

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan belum berhasil

dilaksanakan sebagaimana mestinya ditandai dengan dilanggarnya

standar 24 : Penanganan Asifiksia Neonatorum yang menyebabkan

kematian pada bayi. Mulai dari pelanggaran Kode Etik Bidan

Indonesia seperti yang tersebut diatas, beberapa regulasi : Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 56 ayat (1),

Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Rekam Medis Pasal 12 ayat

(1), (4), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Pasal 2 ayat (1).

Dengan demikian pelayanan kebidanan yang berkualitas belum dapat

tercapai.

2. Dalam pelaksanaannya Standar Pelayanan Kebidanan sebagai

standar agar dapat mencapai pelayanan kebidanan yang berkualitas

dilaksanakan tidak optimal karena adanya faktor-faktor penghambat

antara lain : kedisiplinan dan pendapatan/gaji bidan yang dirasakan

masih kurang ditandai dengan tidak fokusnya dalam bekerja,

mempunyai lebih dari satu pekerjaan yang dikerjakan dalam satu

kesempatan sehingga melanggar ketentuan yang ada terutama

Page 132: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

119

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pasal 1ayat (1).

3. Penegakan hukum pada kasus ini yang menyebabkan kematian bayi

adalah telah ditegakan ditandai dengan tindakan administrasi dalam

bentuk teguran lisan dalam rangka pembinaan merujuk pada

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464

/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Pratik Bidan

Pasal 23 ayat (1) dan (2), akan tetapi dirasakan masih kurang oleh

klien dan hilangnya rekam medis membuat kasus ini tidak optimal

untuk diteliti hanya saja dari sisi Hukum Acara Perdata dan Hukum

Acara Pidana tidak dilakukan karena tidak adanya tuntutan dari klien

walau hal ini sangat memungkinkan.

D. Saran

1. Praktisi Kebidanan melalui organisasi profesinya IBI pada semua

tatanan secara berkala dan kontinyu agar melakukan pembinaan

masalah Standar Pelayanan Kebidanan dalam bekerja sebagai unsur

penting agar Pelayanan Berkualitas Oleh Bidan di Puskesmas dapat

tercapai.

2. Dengan adanya hasil penelitian ini, kiranya para bidan di Puskesmas

Mandai kabupaten Maros dapat lebih memahami pentingnya disiplin

dalam pelayanan kebidanan.

Page 133: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

120

3. Penegakan Hukum Administrasi harus menjadi bagian dari Standar

Pelayanan Kebidanan agar semua bidan memiliki kedisiplinan dalam

memberi pelayanan kebidanan kepada masyarakat.

Page 134: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

121

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Jakarta : PT Toko Gunung Agung Tbk.

Achmad Ali, 2010. Menguak Teori Hukum (Legal Theory ) dan Teori

Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interpretasi Undang–Undang (Legisprudence). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Achmad Ali, Musakkir, Arfin Hamid, Irwansyah. 2011. Garis Besar

Rancangan Pembelajaran (GBRP) Teori Hukum (501B013), Semester Awal (Ganjil) 2011/2012. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Ahcmad Ruslan. 2011. Teori dan Panduan Praktik Pembentukan

Peraturan Perundang – Undangan di Indonesia. Yogyakarta : Rangkang Education

Ahmad Ramali, Pamoentjak K. St. 1995. Kamus Kedokteran. cetakan

kedua puluh.

Alimin Maidin. 1999. Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Anak Agung Gede Maningjaya. 2004. Manajemen Kesehatan, Kedokteran

ECG.

Anny Isfandyarie. 2011. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter

(Buku 1). Prestasi Pustaka, Cetakan Keenam.

Azrul Azwar. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga,

Binarupa Aksara publisher.

Azrul Azwar. 2003. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara

publisher.

Page 135: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

122

Bimo Waigito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : ANDI.

Burhannuddin Salam. 2002. Etika Sosial Asas moral dalam Kehidupan

Manusia. Jakarta : P.T , Rineka Cipta, Cet.I April.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Pusat Bahasa.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi – Selatan. 2006. Profil Kesehatan

tahun 2006, Bagian Perencanaan Dinkes Provinsi Sulawesi –

Selatan.

Dudi Zulvadi. 2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta :

Cahaya Ilmu.

Fandi Tjiptono. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta : ANDI Offset, edisi

kedua, cetakan ketiga.

Freddy Rangkuti. 2003. Measuring Customer Satisfaction gaining

Customer Relation Strategy, Gramedia Pustaka Utama.

H. Indar. 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Lembaga Penerbitan

Universitas Hasanuddin (Lephas), Makassar.

Harustiati A. Moein. 2012. Bahan Kuliah Hukum Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin,

Page 136: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

123

Johanes Supranto. 2004. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk

Menaikan Pangsa Pasar, Rineka Cipta.

Juhaya S Praja. 2010. Aliran – Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta : Kencana

Ed. 1 Cet 4.

Jum Anggriani. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta : Graha Ilmu, Cetakan Pertama.

Ridwan HR. 2010. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Saifuddin Aswar. 2002. Metode penelitian, Pustaka Pelajar.

Slamet Sampurno Soewondo, Dokter Asing dan Pelayanan Kesehatan Di

Indonesia: Suatu Tinjauan Yuridis. Makassar : Pukap.

Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta, Cet :I Agustus.

Adit. 2013. Model Pengembangan Standar Profesi. (http://cia-worls.blogspot.com/2013/07/model-pengembangan-standar-profesi.html diakses jam 20.37 15-7-2013)

Jerry Makawimbang. 2013. Disiplin Pegawai Negeri sipil. (http://id.scribd.com/doc/78752942/Disiplin-Pegawai-Negeri-Sipil jam 11.17 tanggal 12-6-2013.)

Page 137: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

124

GLOSARIUM

Abdominal : Mengenai perut.

Anemia :Berkurangnya jumlah sel darah merah atau kadar

hemoglobin.

Antenatal : Masa sebelum melahirkan.

Asifiksia : Keadaan yang timbul karena kekurangan oksigen dalam

udara pernapasan, sehingga tampak tanda-tanda permulaan

terhentinya atau terhentinya kehidupan.

Atonia : Tidak adanya tegangan atau kekuatan otot.

Eklamsia :Keadaan yang ditandai dengan kejang-kejang dan

penurunan kesadaran pada wanita hamil atau pada masa

nifas karena keracunan kehamilan.

Episiotomi : Penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah

kelahiran bayi.

Hipertensi : Tekanan darah yang abnormal tinggi.

Hipoglikemi : Keadaan kadar glukosa darah yang rendah.

Hipotermi : Keadaan suhu badan yang abnormal rendah.

Infeksi : Kena hama, masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh,

khususnya mikroba, juga ketularan penyakit yang belum

diketahui penyebabnya.

Neonatal :Berhubungan dengan bayi baru lahir sampai usia empat

minggu.

Nifas : Masa setelah melahirkan.

Page 138: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

125

Obstetri : Ilmu mengenai kelahiran dan gangguan-gangguannya.

Palpasi : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan meraba.

Partus : Persalinan, kelahiran.

Perineum : Kerampang, daerah bawah batang badan antara dubur dan

alat-alat kelamin luar.

Plasenta : Jaringan yang keluar dari rahim mengikuti janin yang baru

lahir.

Post : Awalan yang berarti sesudah , kemudian dari pada.

Puerperalis : Berhubungan dengan masa nifas.

Resusitasi :1. Pemulihan menjadi hidup atau sadar kembali setelah

jelas kelihatan mati, 2. Khusus : Pemulihan pernapasan

setelah fungsi ini berhenti, sama dengan tenggelam, atau

pemulihan denyut jantung setelah terjadi asistole.

Retensio :Hal tertahannya sesuatu dalam badan.

Sepsis :Reaksi umum disertai deman karena kegiatan bakteri, zat-

zat yang dihasilkan bakteri atau kedua-duanya.

Uterus :Rahim, kandungan ibu.

Vakum :Hampa udara, yaitu keadaan suatu ruang yang di dalamnya

sama sekali tidak ada udara.

Page 139: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

1

LAMPIRAN

Page 140: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

2

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari suatu kemajuan

ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini

dimana teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber

Daya Manusia yang kompeten yang memiliki semangat dan kedisiplinan

yang tinggi dalam menjalankan peran dan fungsinya baik untuk

individual maupun tujuan organisasial. Sumber Daya Manusia yang

disebut disini salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil, yaitu Warga

Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu

jabatan negeri atau diserahi tugas lainnya, digaji berdasarkan

peraturan perundang ± undangan yang berlaku dan juga merupakan

unsur pelaksana pemerintah, perekat, pemersatu bangsa dan

negara.Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan yang sangat penting

dan menentukan, dikarenakan Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur

Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta pelaksana pemerintah

dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai

usaha mewujudkan tujuan nasional. Kelancaran penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan nasional tergantung dari kesempurnaan

Aparatur Negara dan kesempurnaan Pegawai Negeri Sipil.Dalam rangka

usaha mencapai tujuan nasional tersebut diperlukan pembinaan untuk

mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang penuh kesetiaan dan ketaatan

pada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintahan

yang bersatu padu, bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung

jawabnya. Pegawai Negeri Sipil harus dikelola dan diurus dengan baik

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok - Pokok Kepegawaian :

Page 141: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

3

1. Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara

berdaya guna dan berhasil guna;

2. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan

pembangunans ebagaimana dimaksud ayat (1) diperlukan Pegawai

Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil

melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem karir

dan sistem prestasi kerja yang dititik beratkan pada sistem prestasi

kerja.

Usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi

struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja

hingga keseluruhan Aparatur Negara baik di tingkat Pusat maupun di

tingkat Daerah, benar - benar merupakan Aparatur Negara yang ampuh,

berwibawa, kuat, berdayaguna, berhasil guna, bersih, penuh kesetiaan.

Pada era otonomi daerah sekarang ini, peran dan keberadaan Pegawai

Negeri Sipil menjadi sorotan masyarakat, masyarakat semakin peka dan

kritis terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah. Begitu

pula sosok Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat menjadi tauladan dan

contoh yang baik di dalam pergaulan masyarakat sehingga Pegawai

Negeri Sipil selain menyelesaikan tugas-tugas kedinasan juga dituntut

mempunyai kepribadian yang baik di tengah- tengah masyarakat.

Pimpinan SKPD yang melakukan pengawasan atas ditaatinya disiplin di

dalam lingkungan yang dipimpinnya mengenai segala sesuatu yang terjadi

dengan stafnya, belum maksimal. Pegawai Negeri Sipil ditekankan betul-

betul mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan

penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. Setiap Pegawai

Negeri Sipil baik atasan maupun bawahan harus menegakkan

kehormatan Pegawai Negeri Sipil danselalu menghindari perbuatan atau

ucapan-ucapan yang dapat menodai/merusak nama baik Pegawai Negeri

Sipil baik di lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerjanya. Harus

Page 142: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

4

disadari pula bahwa untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang penuh

kedisiplinan ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah karena hal ini

berhubungan dengan karakteristik, profesionalisme, integritas moral

seseorang, tingkah laku, mentalitas dan produktivitas dari Pegawai Negeri

Sipil.kedisiplinan menjadi salah satu masalah mendasar dan harus segera

diatasi dengan serius. Disiplin pegawai merupakan salah satu gambaran

sikap dan perilaku seorang pegawai terhadap pekerjaanya, akan tetapi

dalam kenyataanya masih terjadi tindakan pegawai yang tidak disiplin

seperti : sering datang terlambat atau sering pulang lebih awal, banyak

waktu kerja tidak efektif, sering bolos, bersikap tidak sopan terhadap

pimpinan, menunjukan ketidakpatuhan atau ketidaktaatan terhadap

peraturan kerja yang berlaku di kantor. Hal ini dipertegas oleh pernyataan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menneg PAN) Taufiq

Effendi, seperti yang dikutip dari http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0701/12/ekonomi/3234696.htm, bahwa 55% dari total pegawai

negeri sipil yang mencapai sekitar 3,6 juta orang produktivitas kerjanya

buruk dan disiplinnya yang rendah. Jika masalah tersebut tidak ditangani

dengan serius maka akan membuat image dari instansi pemerintah

semakin buruk dimata publik. Temuan di lapangan membuktikan secara

jelas bahwa banyak dijumpai Pegawai Negeri Sipil yang melakukan

pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah- kaidah disiplin yang tertuang

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil, yang di dalamnya mengatur tentang kewajiban dan

larangan yang harus ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil.

B. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan ini disusun dengan tujuan :

1. Memahami konsep disiplin

2. Memahami betapa pentingnya disiplin bagi seorang PNS

3. Mengetahui Disiplin dan pengaruhnya terhadap seorang

karyawan/PNS

C. Manfaat Penulisan Makalah

Page 143: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

5

Penulisan makalah in diharapkan akan memberi manfaat secara teoritis

dan praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penulisan ini dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan

manajemensumber daya manusia khususnya yang mengkaji

tentang disiplin kerja PNS

b. Hasil penelitian dapat dijadikan informasi ilmiah oleh mereka yang

menelitimasalah disiplin pegawai pemerintahan.

c. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk

menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan

wawasan mahasiswa serta pembaca pada umumnya tentang

disiplin kerja.

2. Manfaat praktis

Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada mahasiswa yang umumnya

merupakan PNS agar untuk lebih meningkatkan disiplin dalam kerja dan

dalam diri.

Page 144: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian disiplin

Persoalan yang dihadapi dalam memanfaatkan sumber daya manusia

(Kepala Sekolah) pada umumnya berkisar pada bagaimana

mengupayakan kepala sekolah bertindak dan bersikap sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini baik dikalangan pegawai negeri,

swasta maupun masyarakat umumnya mengenal istilah yang sangat

populer, yaitu disiplin.

1. Pengertian disiplin menurut beberapa pendapat

Para ahli memiliki pemahaman dan pendapat yang berbeda ± beda

mengenaiarti disiplin, berikut pendapat mereka :

a. Disiplin yang dikutip Menurut Handoko (2010 : 208) secara singkat

disiplin berarti menjalankan standar-standar organisasional. Dari

pengertian ini nampak bahwa disiplin pegawai pada umumnya

mempunyai makna yang luas yaitu tidak hanya untuk hormat, taat

dan patuh terhadap setiap aturan, standar atau norma yang

berlaku, akan tetapi juga mempunyai makna sebagai suatu

kesanggupan untuk menjalankan aturan tersebut dengan sungguh

– sungguh serta kesediaan menerima sangsi-sangsi bila

melanggar. Oleh karena itu dalam setiap peraturan mengenai

disiplin kerja akan selalu terdapat tiga komponen yaitu: kewajiban

yang harus ditaati, dipatuhi atau dijalankan,larangan-larangan yang

tidak boleh dilanggar dan tindakan pendisiplinan yaitu jenis dan

tindakan hukuman disiplin.

b. Disiplin yang dikutip menurut Sinungan (2005: 145 - 147) Disiplin

adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah

laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan

atau ketaatan ( Obidence ) terhadap peraturan dan ketentuan yang

ditetapkan baik oleh pemerintah atauetik, norma dan kaidah yang

berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Disiplin yang

Page 145: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

7

dikutip menurut Sinungan juga adalah pengendalian diri agar tidak

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan

moral pancasila.

c. Disiplin yang dikutip Menurut Siswanto (2009 : 145) bahwa

ketaatan itu mengandung pengertian ketaatan terhadap ketentuan

atau peraturan yang berlaku, mentaati perintah, serta kesanggupan

untuk tidak melanggar larangan yang ditetapkan. Dalam organisasi,

istilah disiplin selalu dihubungkan dengan sikap dan perilaku

seseorang karyawan dalam menghadapi atau melaksanakan

pekerjaan atau melakukan tugas dan kewajiban, sehingga dikenal

istilahdisiplin kerja ( work discipline). Disiplin pegawai yang dikutip

Menurut Siswanto (2009 : 156) dapat didefinisikan sebagai suatu

sikap atau perilaku pegawai menghormati, menghargai dan taat

terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis, serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk

menerima sangsi-sangsinya bila melanggar tugas dan wewenang

yang dibebankan kepadanya. Disiplin pegawai yang tinggi sangat

diperlukan oleh organisasi atau kantor dalam mencapai tujuannya,

karena itu pembinaan disiplin kerja karyawan perlu dilakukan

secara terus-menerus.

d. Disiplin yang dikutip menurut Widjaja (1995 : 28) menyatakan

bahwa disiplin merupakan unsur ± unsur penting yang

mempengaruhi prestasi kerja seorang pegawai dalam suatu

organisasi.

e. Disiplin mempunyai pengertian yang berbeda dan dari berbagai

pengertian,dapat kemukakan beberapa hal seperti yang dikutip

menurut Sedarmayanti (2009 : 223), yaitu :

1) Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata latin : disciplina

yang berarti pengajaran dan pelatihan (berawal dari kata

discipulus yaitu seorang yang belajar). Sehingga secara

etimologis ada hubungan pengertian antara discipline

Page 146: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

8

dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang

setia,ajaran atau aliran.

2) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau

ketertiban dan efisiensi.

3) Kepatuhan atau ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan

pemerintah atauetik, norma dan kaidah yang berlaku dalam

masyarakat.

4) Penghukuman yang dilakukan melalui koreksi dan latihan

untuk mencapai perilaku yang dikendalikan.

2. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan

Pemerintah

Peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai

negerisipil pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa disiplin pegawai negeri sipil

adalah kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memberikan pendapat

bahwa Disiplin dapat diartikan sebagai sikap menghargai, patuh, taat

terhadap peraturandan tata tertib yang berlaku di tempat kerja yang

dilakukan secara rela dengan penuh tanggung jawab dan siap untuk

menerima sangsi jika melanggar tugas dan wewenang.

B. Jenis Disiplin

Menurut Handoko (2010 : 209-211) pada umumnya ada tiga tipe

pembinaandisiplin pegawai atau disebut juga jenis disiplin, yaitu :

1. Disiplin Preventif

Kegiatan manajemen yang dilaksanakan untuk mendorong para

pegawai agar mengikuti berbagai standar atau aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokok dan

disiplin diri diantara para karyawan. Disiplin preventif adalah tindakan

yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan

Page 147: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

9

yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya

melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan

dan perilaku yang diinginkan dan setiap anggota organisasi diusahakan

pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.

Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu

iklim disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami,

sehingga jika karyawan tidak mengetahui standar apa yang dicapai,

mereka cenderung menjadi salah arah. Disamping itu, manajemen

hendaknya menetapkan standar secara positif bukan secara negatif,

seperti jaga keamanan jangan ceroboh. Mereka biasanya juga perlu

mengetahui alasan yang melatar belakangi suatu standar agar mereka

dapat memahami.

2. Disiplin Korektif

Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap

arturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran

lebih lanjut. Sasaran pokok dan kegiatan ini adalah untuk memperbaiki

pelanggaran, untuk menghalangi para pegawai lain melakukan megiatan-

kegiatan yang serupa dan untuk menjaga berbagai standar kelompok

yang tetap konsisten dan efektif. Kegiatan disiplin yang korektif sering

berupa hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Agar tindakan

pendisiplinan tersebut akan efektif maka penerapannya harus konsisten,

karena konsisten adalah kegiatan dan keadilan.

Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari

penyimpangan lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk

hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan, misalnya tindakan

pendisiplinan dapat berupa peringatan atau skorsing, Sasaran tindakan

pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan

tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud

pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan diwaktu mendatang

bukan menghukum kegiatan dimasa lalu. Pendekatan negatif yang

Page 148: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

10

bersifat menghukum biasanya mempunyai pengaruh sampingan yang

merugikan, seperti emosional terganggu, absensi meningkat, apatis atau

kelesuan, dan takut pada penyelia yang melakukan bimbingan dan

memberikan nasihat langsung kepada bawahan. Berbagai sasaran

tindakan pendisiplinan, seperti untuk memperbaiki pelanggar, untuk

menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan yang serupa,

dan untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif.

3. Disiplin progresif

Disiplin progresif berarti memberikan hukuman yang lebih berat

terhadap pelanggaran yang berulang, dengan tujuan kepada pegawai

untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman yang lebih serius

dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan atasan langsung

untuk membantu pegawai memperbaiki kesalahan dengan memberikan

teguran secara lisan, ataupun tertulis dan lebih dari itu memberikan

skorsing dan pekerjaan mulai satu sampai tiga hari atau menurunkan

pangkatnya atau demosi dan jika tidak ada perubahan maka dilakukan

proses pemecatan. Dengan demikian tindakan pendisiplinan selalu atas

dasar tingkat berat atau kerasnya hukuman dan untuk pelanggaran serius

tertentu biasanya dikecualikan dan disiplin progresif. Disiplin juga harus

diterapkan dengan konsisten, karena merupakan bagian penting keadilan,

ini berarti bahwa karyawan yang melakukan kesalahan yang sama

hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Kurangnya konsistensi

akan menyebabkan para pegawai merasa tidak diperlakukan secara adil.

Pendisiplinan harus tidak bersifat pribadi, sama denghan peringatan

terhadap sesuatu secara darurat yang perlu penanganan segera.

Disiplin yang efektif akan menghindarkan kegiatan pegawai yang

salah, bukan menyalahkan pegawai sebagai orang, karena ada

perbedaan antara penerapan suatu hukuman bagi pekerjaan yang tidak

dilaksanakan dan pemanggilan seorang pegawai yang bermalas-malasan.

Page 149: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

11

C. Hubungan antara disiplin dengan produktivitas kerja

1. Disiplin sebagai peran sentral manusia produktif

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau

tingkah laku perorangan, kelompok, atau masyarakat berupa ketaatan

terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah

untuk tujuantertentu.Dari pengertian tersebut adanya suatu pandangan

bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri yaitu :

a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa

yang sudahmenjadi norma, kaidah yang berlaku dalam

masyarakat.

b. Adanya perilaku yang dikendalikan untuk pencapaian tujuan.

c. Adanya ketaatan terhadap pemerintah

2. Disiplin merupakan sarana untuk mencapai produktivitas kerja PNS

Dari berbagai pengertian disiplin dan produktivitas kerja dapat

diberi pendapat bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin

merupakan sarana penting untuk mencapai produktivitas kerja.

Masalah pokok sekarang, apakah masalah disiplin sudah

diintegrasikankepada setiap warga negara untuk menimbulkan dan

mengembangkan inisiatif-inisiatif dalam diri warga negara guna

menciptakan manusia yang produktif ?

3. Pentingnya disiplin dalam meningkatkan produktivitas kerja PNS

Pembaharuan yang ada dalam pribadi tenaga kerja khususnya sikap

mental untuk ketaatan terhadap disiplin sangatlah diperlukan untuk

peningkatan produktivitas kerja, kesadaran terhadap pentingnya disiplin

dari masyarakat akan membawa pengaruh positif bagi pembangunan dan

pengembangan disiplin nasional.

Page 150: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Disiplin merupakan cara hidup atau menjadi bagian penting seorang

PNS

2. Disiplin memberikan banyak pengaruh terhadap prestasi kerja,

produktivitaskerja dan peningkatan mutu seorang PNS

3. PP no 53 2010 sangat jelas mengatur tentang pentingnya Disiplin

seorangPNS dalam segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

B. Saran

1. Perhatian dan pengawasan yang kurang dari atasan meminimalkan

disiplinyang ada dalam lingkungan kerja, karena hal itu dapat membuat

para pegawaimerasa bebas melakukan apa saja tanpa takut ada

teguran maupun sanksi dariatasan, disarankan pihak yang

bersangkutan lebih mengoptimalkan pengawasan agar disiplin kerja

tetap terjaga.

2. Dilihat dari segi kemajuan Teknologi, disarankan segera ganti dari

absensimanual/tulis menjadi absensi menggunakan mesin yang lebih

canggih. Karenaabsensi manual data begitu mudahnya untuk

dimanipulasi. Dalam kasus inidisiplin dapat semakin berkurang karena

nakalnya pegawai tidak diketahuioleh atasan, hal ini pula yang

menjadikan pegawai seenaknya saja datang dan pergi.

3. Disiplin perlu lebih banyak dikaji akan pengaruhnya terhadap berbagai

faktor.

Page 151: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

13

Model Pengembangan Standar Profesi

Posted by CIA at 03.17

Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah

para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung

bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat

mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.

Menurut Winsley (1964), Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori

yang sistematis guna mengahadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayan.

Pembentukan Standar Profesi Teknologi Informasi di Indonesia

Dalam memformulasikan standard untuk Indonesia, suatu workshop

sebaiknya diselenggarakan oleh IPKIN. Partisipan workshop tersebut

adalah orang-orang dari industri, pendidikan, dan pemerintah. Workshop

ini diharapkan bisa memformulasikan deskripsi pekerjaan dari klasifikasi

pekerjaan yang belum dicakup oleh model SRIG-PS, misalnya operator.

Terlebih lagi, workshop tersebut akan menyesuaikan model SRIG-PS

dengan kondisi Indonesia dan menghasilkan model standard untuk

Indonesia. Klasifikasi pekerjaan dan deskripsi pekerjaan ini harus

diperluas dan menjadi standard kompetensi untuk profesioanal dalam

Teknologi Informasi.

Persetujuan dan pengakuan dari pemerintah adalah hal penting dalam

pengimplementasian standard di Indonesia. Dengan demikian, setelah

standard kompetensi diformulasikan, standard tersebut dapat diajukan

kepada kepada Pemerintah melalui Menteri Tenaga Kerja. Selain itu

standard tersebut juga sebaiknya harus diajukan kepada Menteri

Pendidikan dengan tujuan membantu pembentukan kurikulum Pendidikan

Teknologi Informasi di Indonesia dan untuk menciptakan pemahaman

dalam pengembangan model sertifikasi.

Page 152: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

14

Untuk melengkapi standardisasi, IPKIN sudah perlu menetapkan Kode

Etik untuk Profesi Teknologi Informasi. Kode Etik IPKIN akan

dikembangkan dengan mengacu pada Kode Etik SEARCC dan

menambahkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan kondisi

di Indonesia.

Selanjutnya, mekanisme sertifikasi harus dikembangkan untuk

mengimplementasikan standard kompetensi ini. Beberapa cara

pendekatan dari negara lain harus dipertimbangkan. Dengan demikian,

adalah penting untuk mengumpulkan mekanisme standard dari negara-

negara lain sebelum mengembangkan mekanisme sertifikasi di Indonesia.

Standar Profesi di Indonesia dan Regional

Berdasarkan perkembangan Teknologi Informasi secara umum, serta

kebutuhan di Indonesia serta dalam upaya mempersiapkan diri untuk era

perdagangan global. Beberapa usulan dituangkan dalam bab ini. Usulan-

usulan tersebut disejajarkan dengan kegiatan SRIG-PS (SEARCC), dan

IPKIN selaku perhimpunan masyarakat komputer dan informatika di

Indonesia. Juga tak terlepas dari agenda pemerinta melalui Departemen

terkait. Hal ini terlihat dari gambar Implementasi Standardisasi Profesi

bidang TI di Indonesia seperti di bawah ini :

Langkah-langkah yang diusulan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

Penyusunan kode etik profesional Teknologi Informasi

Penyusunan Klasifikasi Pekerjaan (Job) Teknologi Informasi di

Indonesia

Penerapanan mekanisme sertifikasi untuk profesional TI

Penerapan sistem akreditasi untuk Pusat Pelatihan dalam upaya

Pengembangan Profesi

Penerapan mekanisme re-sertifikasi

Promosi Standard Profesi Teknologi Informasi

Page 153: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

15

Beberapa rencana kegiatan SRIG-PS pada masa mendatang dalam

upaya memasyarakatkan model standardisasi profesi dalam dunia TI

adalah :

Distribusi dari manual SRIG-PS di SEARCC"96 di Bangkok.pada bulan

Juli 1996

Promosi secara ekstensif oleh para anggota dari 1996-1997

Presentasi tiap negara yang telah benar-benar mengimplementasikan

standard yang berdasarkan model SRIG-PS, pada SEARCC'97 di New

Delhi. Ini merupakan penutupan phase 2 dari SRIG-PS.

Rencana strategis dan operasional untuk mempromosikan

implementasi dari rekomendasi SRIG-PS di negara-negara anggota

SEARCC. Hal ini terlihat pada gambar Promosi model SRIG-PS dibawah

ini :

Publikasi dari Standard Profesional Regional diterbitkan di seluruh

negara anggota

Presentasi secara formal di tiap negara anggota

Membantu implementasi standard di negara-negara anggota

Memonitor pelaksanaan standard melalui Himpunan/Ikatan nasional

Melakukan evaluasi dan pengujian

Melakukan perbaikan secara terus menerus

Penggunaan INTERNET untuk menyebarkan informasi mengenai

standard ini

Untuk mengimplementasi promosi di Phase 2, SRIG-PS memperoleh

dana bantuan yang akan digunakan untuk :

Biaya publikasi : disain, percetakan dan distribusiPresentasi formal di

negara anggota

Membantu implementasi standar di negara anggota

Pertemuan untuk mengkonsolidasi, memonitor, dan bertukar

pengalaman

Model dan standar profesi di Eropa (Inggris, Jerman dan Perancis)

Page 154: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

16

Standar Praktek yang dikembangkan oleh COTEC adalah kode

sukarela yang dirancang untuk membantu Asosiasi Nasional untuk

membangun dan mengembangkan kode nasional sesuai dengan standar

Eropa praktek untuk terapis okupasi. Hal ini dimaksudkan untuk

penerapan umum namun dapat dimodifikasi untuk daerah spesialis

misalnya pediatri praktek, kepedulian masyarakat, dan lain-lain.

Standar praktek COTEC adalah pernyataan kebijakan yang membantu

untuk mengatur dan menjaga standar praktek profesional yang baik.

Dalam kasus dimana keputusan harus dibuat tentang perilaku tidak

profesional dari seorang ahli terapi kerja, kode dapat digunakan sebagai

panduan standar perilaku profesional yang benar. Wakil untuk COTEC

diminta untuk memastikan bahwa penutur aslinya yang menterjemahkan

kode kedalam bahasa Eropa lainnya karena terdapat frase dan istilah

yang sulit diterjemahkan. Terdapat dua bagian utama dalam dokumen ini,

yaitu :

Kode Etik Federasi Dunia Kerja Therapist

Standar Praktek COTEC yang dirancang tahun 1991 dan diperbaharui

tahun 1996

1. Pribadi Atribut

Pekerjaan therapist memiliki integritas pribadi, kehandalan,

keterbukaan pikiran dan loyalitas yang berkaitan dengan konsumen dan

bidang professional dan keseluruhan. Pekerjaan terapis merupakan

pendekatan terhadap semua konsumen yaitu menghormati dan

memperhatikan situasi masing-masing konsumen. Pekerjaan ini juga tidak

bertindak diskriminasi terhadap para konsumen.

2. Perilaku dalam tim terapi pekerjaan dan dalam tim multi disiplin

Pekerjaan terapis bekerja sama dan menerima tanggung jawab dalam

satu tim yang mendukung tujuan medis dan psikososial yang telah

ditetapkan. Pekerjaan terapis adalah menyediakan laporan tentang

kemajuan intervensi mereka dan memberikan anggota lain dari tim

dengan informasi yang relevan.

Page 155: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

17

3. Promosi profesi

Pekerjaan terapis mempunyai komitmen untuk memperbaiki dan

mengembangkan profesi pada umumnya. Mereka juga prihatin terhadap

promosi terapi okupasi yang lain, masyarakat organisasi professional dan

pengaturan badan-badan nasional seta internasional tingkat regional.

4. Standar praktek konsumen

Untuk tujuan standar COTEC Praktek Konsumen, istilah yang

digunakan untuk menjelaskan pasien, klien dan atau wali. Hal ini juga

termasuk mereka yang merupakan tanggung jawab terapis kerja.

Model dan Standar Profesi Amerika dan Eropa

Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah

para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung

bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat

mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.

Semakin luasnya penerapan Teknologi Informasi di berbagai bidang,

telah membuka peluang yang besar bagi para tenaga profesional Tl untuk

bekerja di perusahaan, instansi pemerintah atau dunia pendidikan di era

globalisasi ini.

Secara global, baik di negara maju maupun negara berkembang, telah

terjadi kekurangan tenaga professionalTl. Menurut hasil studi yang

diluncurkan pada April 2001 oleh ITAA (Information Technology

Association of America) dan European Information Technology

Observatory, di Amerika pada tahun 2001 terbuka kesempatan 900.000

pekerjaan di bidang Tl.

Model dan Standar Profesi di USA vs EROPA

Pustakawan dan Konsep Negara Modern

Satu hal penting mengapa profesi pustakawan dihargai di Amerika

adalah bahwa dari sejarahnya, perkembangan profesi pustakawan di

Amerika Serikat sejalan dengan sejarah pembentukan Amerika Serikat

sebagai negara modern dan juga perkembangan dunia akademik. Pada

masa kolonial, tradisi kepustakawanan di dunia akademik merupakan

Page 156: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

18

bagian dari konsep negara modern, utamanya berkaitan dengan fungsi

negara untuk menyediakan dan menyimpan informasi. Oleh karena itu,

profesi purstakawan (bibliographist) dan ahli pengarsipan (archieving

specialist) mulai berkembang pada masa itu. Sejalan dengan itu, posisi

pustakawan mengakar kuat di universitas-universitas dan tuntutan

profesionalitas pustakawan pun meningkat. Untuk menjadi seorang

pustakawan,

Seseorang harus mendapatkan gelar pada jenjang S1 pada area

tertentu terlebih dahulu untuk bisa melanjutkan ke jenjang S2 di bidang

perpustakaan. Khusus untuk pustakawan hukum, beberapa sekolah

perpustakaan memiliki jurusan khusus pustakawan hukum. Umumnya

gelarnya berupa MLS atau MLIS (Master of Library and Information

Science). Pendidikan jenjang S2 ini ditempuh selama dua tahun. Sistem

pendidikan yang seperti ini sangat kondusif untuk menciptakan

spesialisasi dalam profesi pustakawan itu sendiri, yang tidak hanya

mampu membuat dan menyusun katalog namun juga memiliki

pengetahuan khusus di bidang tertentu, misalnya pustakawan yang juga

memiliki pengetahuan di bidang hukum. Untuk memastikan hal ini,

dibentuklah panduan profesi pustakawan yang memastikan seorang

pustakawan harus memiliki gelar profesional pustakawan. Selain harus

memiliki sertifikat, para pustakawan profesional ini pun juga terus

mengembangkan pendidikan profesinya dengan mengikuti pelatihan-

pelatihan di area tertentu yang berkaitan dengan pengolahandokumen.Hal

ini penting untuk menghadapi perkembangan dunia elektronik yang juga

berpengaruh terhadap kebutuhan pengguna dan proses pengolahan.

resources by :

http://oktaprimadona.blogspot.com/2012/11/model-pengembangan-

standar-profesi-usa.html

http://iqbalhabibie.staff.gunadarma.ac.id

Page 157: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

19

http://ceritanya-dindaa.blogspot.com/2012/12/model-pengembangan-

standard-profesi.html

http://chronika.wordpress.com/2011/03/02/model-pengembangan-

standar-profesi/

Page 158: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...ruang bersalin ternyata kepala bayi sudah keluar dari pintu kelahiran dan dapat

20

SURAT KETERANGAN Nomor :081/PKM-MD/TU/VII/2013

Kepala Puskesmas Mandai Kabupaten Maros, dengan ini menerangkan :

Nama : Agus Sukoco

Nomor Pokok : P0907211712

Jurusan : Ilmu Hukum/Hukum Kesehatan

Program Studi : S2

Judul Tesis : Implementasi Standar Pelayanan Kebidanan Di Puskesmas

Mandai Kabupaten Maros

Bahwa benar yang bersangkutan berdasarkan Surat Dekan Fakultas

Hukum Program Pascasarjana pada Universitas Hasanuddin Nomor :

4120 UN4.6.1/PL.02/2013 Tanggal 20 Mei 2013 Perihal : Permohonan Izin

Penelitian, telah melaksanakan penelitian di Puskesmas Mandai. Sejak

bulan Mei s/d Juni 2013.

Demikian surat keterangan selesai melakukan penelitian ini dibuat dengan

benar, untuk dipergunakan sesuai perlunya.

Dikeluarkan Di : Mandai

Pada Tanggal : 23 Juli 2013

Kepala Puskesmas Mandai

Hj. Hasnah Abbas. SKM., M.Kes NIP : 19590121 198206 2 003