IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA...

64
IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KELURAHAN BATU IX KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: KARIANTO NIM : 100565201135 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Transcript of IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA...

Page 1: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4

TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DI KELURAHAN BATU IX KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

KARIANTO

NIM : 100565201135

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

Page 2: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4

TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DI KELURAHAN BATU IX KOTA TANJUNGPINANG

KARIANTO

100565201135

ABSTRAK

Implementasi merupakan suatu kebijakan yang dibuat pemerintah dalam

membentuk suatu sistem pemerintahan yang baik, seperti pada Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Izin Mendirikan Bangunan. Fenomena yang ada

banyaknya bangunan yang tidak memiliki izin karena lemahnya pengawasan dari

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang, permasalahan demikian perlu

penanganan tegas dan cepat dengan cara meningkatkan fungsi pengawasan dan

penindakan dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang. Hal tersebut

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini.

Jenis dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk

mengetahui faktor implementasi peran Satuan Polisi Pamong Praja Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kelurahan

Batu IX Kota Tanjungpinang, Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

purposive sampling dengan informan berjumlah 10 orang terdiri dari 4 orang

masyarakat Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang dan 6 orang anggota Satuan

Polisi Pamong Praja dengan kepala Satuan Polisi Pamong Praja sebagai informan

kunci.

Pada penelitian ini konsep teori yang digunakan merupakan sebuah teori

dari Edward III bahwa variable keberhasilan implementasi yaitu : Komunikasi,

Sumber Daya, Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. Dari hasil

analisa dan temuan dalam penelitian ini yaitu kurangnya pengawasan,sosialisasi

dan penindakan yang tegas oleh Satuan Polisi Pamong Praja terhadap masyarakat

yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan, serta kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk mematuhi

aturan tersebut. Diharapkan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang dapat melaksanakan tugas nya dalam menegakkan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 dan menindak lanjuti bangunan-bangunan yang

melanggar aturan

Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja

Page 3: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4

TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DI KELURAHAN BATU IX KOTA TANJUNGPINANG

KARIANTO

100565201135

ABSTRAC

Implementation of a policy made by the government in establishing a

system of good governance, such as the Regional Regulation No. 4 of 2005 on

Building Permit. Phenomena that exist many buildings that do not have a license

because of weak supervision of the Civil Service Police Unit Tanjungpinang, such

issues need to be assertive and quick handling by improving the function of

oversight and enforcement of the Civil Service Police Unit Tanjungpinang. It

became formulation problem in this study.

Type in this research is descriptive, which aims to determine the

implementation of Regional Regulation No. 4 of 2005 on Building Permit In

village Stone IX Tanjungpinang, researchers used a technique purposive sampling with informants of 10 people consisting of 4 people Village Stone IX

Tanjungpinang and 6 members of the Civil Service Police Unit with the head of

Civil Service Police Unit as key informants.

In this study the theoretical concepts used is a theory of Edward III that

the variable success of implementation, namely: Communication, Resources,

trends and Bureaucratic Structure. From the analysis and findings in this study is

the lack of supervision, socialization and decisive action by the Civil Service

Police Unit of the society who violate Regional Regulation No. 4 of 2005 on

building permit, as well as lack of awareness of society itself to comply with these

rules. Expected member Civil Service Police Unit Tanjungpinang able to carry

out his duties in upholding the Regional Regulation No. 4 of 2005 and follow-up

buildings that violate the rules

Keywords: Implementation, Local Rules, Civil Service Police Unit

.

Page 4: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota pada hakikatnya adalah

suatu tempat yang akan berkembang

terus menerus sesuai dengan

perkembangan zaman dan potensi yang

dimilikinya. Dalam perkembangannya,

segala aspek akan ikut tumbuh dan

berkembang serta memunculkan

permasalahan yang kompleks pula.

Perkembangan dan perubahan suatu kota

terjadi pada kondisi fisik, ekonomi,

sosial dan politik. Dalam perubahan dan

perkembangan kota, para perencana kota

diharapkan mempertahankan atau

memelihara sesuatu yang baik tentang

kota dan berupaya merencanakan

pertumbuhan dan perubahannya.

Kota Tanjungpinang yang

merupakan kota yang dalam proses

pembangunan diberbagai aspek, salah

satu pembangunan di Kota

Tanjungpinang adalah pendirian

bangunan-bangunan gedung sebagai

sarana kebutuhan masyarakat dan pelaku

usaha untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi masyarakat kota

Tanjungpinang.

Pemerintah kota Tanjungpinang

sebagai daerah yang memiliki berbagai

produk hukum (peraturan daerah) tidak

hanya menjaga ketertiban dan

keamanan, namun harus mampu

mengatur berbagai aspek kehidupan

masyarakat, dari fungsi pengaturan ini

muncul beberapa instrument yuridis

untuk menghadapi sifat individualism

dari masyarakat dalam bentuk ketetapan,

atau izin. (Sutedi, 2010:179).

Adapun fungsi dari izin

mendirikan bangunan merupakan bentuk

legalisasi dari pemerintah kepada

perorangan atau badan hukum, menurut

(Sutedi, 2010 :199) terdapat dua fungsi

izin mendirikan bangunan yaitu :

1. Sebagai penertiban agar

setiap perizinan tidak

bertentangan satu sama lain,

karena pemerintah kota

Page 5: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Tanjungpinang harus

mengkoordinir setiap

kepentingan masyarakat yang

terkait, sehingga ketertiban

segi kehidupan masyarakat

dapat terwujud.

2. Sebagai pengatur, setiap izin

mendirikan bangunan harus

sesuai dengan

peruntukannya,

pembangunan harus

memperhatikan tata ruang,

lingkungan dan aspek

strategis.

Tujuan dari penerbitan izin

mendirikan bangunan, dapat dilihat dari

2 sisi yaitu, dari sisi pemerintah dan dari

sisi masyarakat. Dari sisi pemerintah

dapat melaksanakan aturan yang sudah

diterbitkan, apakah ketentuan dalam

peraturan tersebut telah sesuai dengan

kenyataannya, selain itu dengan adanya

izin mendirikan bangunan pemerintah

mendapatkan peningkatan sumber

pendapatan daerah, karena dengan

pemberian lisensi mendirikan bangunan

maka masyarakat perorangan atau badan

memiliki kewajiban untuk mengeluarkan

restribusi kepada pemerintah kota

Tanjungpinang. Dari sisi masyarakat

izin mendirikan bangunan bertujuan

agar masyarakat atau badan memiliki

kepastian hukum, kepastian hak atas

lisensinya, memudahkan masyarakat

mendapatkan fasilitas dari pemerintah.

Tujuan tersebut dapat tercapai apabila

masyarakat memiliki surat izin

mendirikan bangunan yang sah. (Sutedi,

2010: 201).

Berbagai permasalahan sering

dihadapi daerah perkotaan. Salah

satunya adalah terkait pembangunan

yang terkadang menyampingkan

kaedah-kaedah serta kententuan yang

berlaku. Dan untuk menindaklanjuti hal

tersebut Dinas Tata Kota mengharapkan

bila ada warga yang mendirikan

bangunan, hendaknya dikoordinasikan

dengan dinas tersebut, tujuannya adalah

untuk menentukan posisi terdekat

Page 6: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

dengan suatu ruas jalan yang sesuai

dengan garis sepadan bangunan (GSB).

Terkait kebijakan Pemerintah

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

Izin mendirikan bangunan, Walikota

Tanjungpinang melalui peraturan

tersebut menyatakan bahwa untuk

mendirikan bangunan harus memegang

Izin Mendirikan Bangunan dari

Walikota Tanjungpinang atau pejabat

yang ditunjuk. Karena dengan telah

ditetapkannya Undang-undang Nomor 5

Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota

Tanjungpinang, perlu dilakukan

penataan, pengaturan dan pengawasan

terhadap Pertumbuhan Berdirinya

Bangunan-bangunan yang berkembang

semakin pesat di Wilayah Kota yang

pengaturannya disesuaikan dengan

Rencana Tata Ruang Kota

Tanjungpinang.

Namun pada kenyataan nya

kebijakan tersebut masih ada yang

mengabaikannya terlihat masih banyak

bangunan-bangunan yang masih tidak

memiliki Izin mendirikan bangunan.

Menanggapi hal tersebut Pemko

Tanjungpinang melalui Satpol PP

mengamcam untuk membongkar paksa

sejumlah bangunan yang tidak

mengantongi Izin Mendirikan Bangunan

(IMB), namun hingga saat ini bangunan

yang belum memiliki izin IMB tersebut

masih berdiri dan pemiliknya bebas

melakukan aktivitas, berikut peneliti

paparkan jumlah bangunan yang

memiliki dan tidak memiliki surat IMB

di Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang.

Melihat permasalahan diatas,

maka penulis menganggap betapa

pentingnya masyarakat mempunyai izin

dalam mendirikan bangunan, namun

kenyataan dilapangan yang penulis

temui tidak demikian adanya. Hal ini

dapat diketahui melalui gejala-gejala

sebagai berikut :

1. Masih banyak bangunan-bangunan

baik itu perumahan mupun ruko

yang masih belum mengantongi izin

mendirikan bangunan.

2. Kurangnya kesadaran dari

masyarakat untuk mematuhi

peraturan daerah Nomor 4 Tahun

Page 7: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

2005 tentang Izin mendirikan

bangunan.

3. Kurangnya sosialisasi mengenai

peraturan daerah Nomor 4 tahun

2005 kepada masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang.

Berdasarkan permasalahan diatas,

maka penulis tertarik ingin mengkaji

lebih dalam melalui penelitian ini

dengan judul penelitian “Implementasi

Peran Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2005 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan di Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar

belakang diatas penulis mencoba untuk

merumuskan permasalahan sebagai

berikut: “Bagaimana Implementasi

Peran Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

Tentang Izin Mendirikan Bangunan di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang?”

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan

masalah tersebut diatas, tujuan

penelitian ini adalah untuk

mengetahui Implementasi Peran

Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2005 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan di Kelurahan Batu IX

Kota Tanjungpinang

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang

telah penulis uraikan sebelumnya

adapun manfaat dan kegunaan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemerintah Kota

Tanjungpinang, hasil

penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebuah

pandangan baru, bahwa

Page 8: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

sebagian masyarakat juga

menilai kebijakan

pemerintah Kota

tanjungpinang melalui

Satpol PP dalam

menertibkan bangunan-

bangunan yang belum

memiliki Izin Mendirikan

Bangunan. Dan tentunya

dengan adanya penelitian ini

Pemerintah Kota secara

langsung dapat menilai

apakah kebijakan yang

dibuatnya sudah terlaksana

dengan optimal atau tidak

b. Bagi Penulis, penelitian ini

merupakan sebuah ilmu

baru yang dapat

memberikan gambaran

tentang sejauh mana

pelaksanaan yang sudah

dibuat oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang Nomor 4

Tahun 2005 tentang Izin

Mendirikan Bangunan dan

sekaligus melihat

implementasi Satpol PP

dalam Penegakan Peraturan

Daerah tersebut.

c. Bagi Pihak Lain, dengan

adanya penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan dan ilmu

pengetahuan yang baru

tentang judul yang penulis

teliti. Serta dapat dijadikan

sumber informasi bagi pihak

lain yang ingin melakukan

penelitian yang sama

dengan objek penelitian

yang berbeda.

D. Konsep Operasional

Guna mencapai realitas dalam

rangka penelitian empiris, maka

sejumlah kosep yang masih abstrak

perlu dioperasionalkan agar benar-benar

menyentuh fenomena yang akan diteliti.

Konsep-konsep yang dioperasionalkan

tersebut perlu dilakukan pengukuran

Page 9: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

guna mempermudah memperoleh data

dan kesimpulan yang akan diberi skor

atas konsep-konsep dari masing-masing

indicator.

Implementasi kebijakan adalah

suatu kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah dalam hal ini pemerintah

daerah, kebijakan yang dikeluarkan

tersebut harus diimplementasikan oleh

para implementator karena ini

menunjukkan berhasil dengan

ketidakberhasilan dari kebijakan.

Adapun yang menjadi indikator

penelitian adalah faktor dalam proses

implementasi kebijakan menurut

Edward III dalam Winarno (2012:177) :

1. Komunikasi, merupakan suatu

program yang dapat

dilaksanakan dengan baik

apabila jelas bagi para

pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi,

kejelasan informasi dan

konsistensi infomasi yang

disampaikan. Dengan indikator

sebagai berikut :

a. Menyampaikan himbauan

kepada masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang untuk

mengantongi izin

mendirikan bangunan.

b. Mengadakan sosialisasi

tentang izin mendirikan

banguanan kepada

masyarakat Keluraha Batu

IX kota tanjungpinang.

2. Resouces (sumber daya), dalam

hal ini meliputi empat

komponen yaitu terpenuhinya

kualitas mutu, informasi yang

diperlukan guna pengambilan

keputusan atau kewenangan

yang cukup untuk melaksanakan

tugas sebagai tanggungjawab

dan fasilitas yang di butuhkan

dalam pelaksanaan. Dengan

indikator sebagai berikut :

Page 10: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

a. Mengadakan pelatihan

tentang cara dalam

mendapatkan izin

mendirikan bangunan guna

meningkatkann masyarakat

yang berkualitas.

b. Melakukan penertiban

berdasarkan wewenang dan

tanggungjawab sesuai

dengan peraturan yang telah

ditetapkan.

3. Disposisi, sikap dan komitmen

dari pada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka

yang menjadi pelaksana

program, dalam hal ini aktor

pelaksana masyaraka di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang, dengan

indikator sebagai berikut :

a. Kesadaran masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang untuk

mematuhi peraturan tentang

izin mendirikan bangunan.

b. Pemberian sanksi bagi

masyarakat yang tidak

mematuhi peraturan tentang

izin mendirikan bangunan di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang.

4. Struktur birokrasi. Yaitu SOP (

Standar Operating Procedures)

yang mengatur tata aliran dalam

pelaksanaan program, seperti:

a. Mengadakan koordinasi

memilih koordinator yang

tepat dalam mengatur

masalah peraturan yang

berlaku dalam hal ini

peraturan Walikota Nomor

4 tahun 2005 Tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang.

b. Melakukan pengawasan

kepada masyarakat yang

mendirikan bangunan di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang.

Page 11: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif yaitu berupaya

menggambarkan suatu fenomena yang

diteliti secara apa adanya dilapangan.

Menurut Sugiyono (2005:87), bahwa

“penelitian deskriptif adalah penelitian

yag dilakukan untuk mengetahui nilai

variable mandiri, baik satu variable atau

lebih (indevenden) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan

antara variable satu dengan variable

lain”. Dengan menggunakan data

kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk

kata, kalimat, dan gambar.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan batasan masalah,

sasaran dan objek penelitian dan agar

lebih terarah dalam mengumpulkan

data-data penelitian maka peneliti

menetapkan lokasi penelitian ini di

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang.

Yang mana lokasi tersebut penulis

jadikan pertimbangan karena saat ini di

Kelurahan Batu IX sangat banyak sekali

didirikan bangunan-bangunan baik

berupa perumahan maupun rumah toko

(ruko).

3. Informan

Dalam penelitian kualitatif,

tidak menggunakan istilah populasi

ataupun sampel seperti dalam penelitian

kuantitatif. Populasi diartikan sebagai

kumpulan dari individu, gejala atau

fenomena dengan kualitas serta ciri-ciri

yang telah dtetapkan sedangkan sampel

adalah sebagian dari populasi itu

(sugiyono, 2008:297).

Dalam penelitian secara

keseluruhan penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling karena

peneliti akan memilih subjek yang

memiliki pengetahuan dan informasi

tentang fenomena yang tengah diteliti.

Menurut sugiyono (2006:218-219),

menjelaskan bahwa “teknik purposive

sampling” merupakan teknik

pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.

Page 12: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan objek atau situasi

sosial yang diteliti.

Oleh karena itu, peneliti akan

menggunakan informan untuk

memperoleh berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian.

Yang dimaksud dengan informan kunci

(key informan) adalah mereka yang

mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam

penelitian atau informan yang

mengetahui secara mendalam

permasalahan yang sedang diteliti.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

yang menjadi informan dalam penelitian

ini berjumlah 10 orang terdiri dari:

1. Kepala Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Pemerintahan

Kota

Tanjungpinang berjumlah satu

orang sebagai key informan.

2. Staf Penegakan Peraturan

Perundang-undangan Daerah

(PPUD) Satuan

Polisi Pamong Praja

Pemerintah Kota Tanjungpinang

Terdiri dari satu

orang.

3. Staf Operasional dan

Ketentraman Ketertiban Umum

Kota Tanjungpinang

yang berjumlah satu orang.

4. Petugas Tindak Internal Satuan

Polisi Pamong Praja yang

bertindak

dibidang pengawasan izin yang

berjumlah tiga orang.

5. Masyarakat di Kelurahan Batu

IX Kota Tanjungpinang yang

mendirikan

bangunan yang berjumlah

empat orang.

4. Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

Page 13: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Data primer adalah jenis data

yang diperoleh secara langsung

dari subyek penelitian. Data ini

merupakan data yang diperoleh

secara langsung dari populasi

melalui wawancara secara

mendalam kepada responden

terkait judul penelitian ini yaitu

peran Satpol PP dalam

pelaksanaan penegakan peraturan

daerah Nomor 4 Tahun 2005

tentang Izin Mendirikan

Bangunan di Kota Tanjungpinang.

b. Data Sekunder

data sekunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian

dari sumber-sumber yang telah

ada. Data sekunder yang

diperoleh berasal dari referensi

buku-buku perpustakaan maupun

media lain yang berhubungan

dengan topik penelitian ini

Menurut Hasan dalam Iqbal

(2004:19) :

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

Dalam penelitian ini teknik dan

alat pengumpulan data yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Semiawan (2010:112)

observasi adalah kegiatan

mengumpulkan data langsung dari

lapangan. Dalam tradisi kualitatif,

data tidak akan diperoleh dibelakang

meja, tetapi harus terjun ke

lapangan, ke tetangga, ke organisasi

dan ke komunitas. Data yang berupa

observasi dapat berupa gambaran

tentang sikap, kelakuan, perilaku,

tindakan, keseluruhan interaksi antar

manusia.

2. Wawancara

Menurut Purbayu Budi santosa dan

Muliawan Hamdani (2007:14)

wawancara merupakan proses tanya

jawab atau interaksi antara pihak

pencari data atau peneliti selaku

pewawancara dengan responden

Page 14: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

atau nara sumber yang berposisi

sebagai pihak yang diwawancarai.

Wawancara adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan

penulis untuk mendapatkan

keterangan-keterangan lisan dan

berhadapan muka dengan orang

yang dapat memberikan keterangan

pada penulis. Wawancara dapat

dipakai untuk melengkapi data yang

diperoleh melalui tes. Sebelum

wawancara peneliti juga perlu

mempersiapkan pedoman

wawancara.

3. Dokumentasi

Yaitu mempelajari/memperhatikan

informasi yang diperoleh dari data –

data,sumber seperti tulisan,tempat,

dan kertas atau orang yang ada

didalam tempat penelitian yang

berhubungan dengan judul

penelitian

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode analisis kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan kajian

yang menggunakan data-data teks,

persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain

untuk mengetahui hal-hal yang tidak

terukur dengan pasti (intangible).

Teknik analisis data merupakan proses

pengaturan urutan data,

pengorganisasian yang mengarah kepada

suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Dalam penelitian kualitatif, tidak

ada pendekatan tunggal dalam analisis

data

Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2011:337), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya jenuh.

Aktivitas dalam analisis data yang

dimaksud, yaitu: data reduction, data

display, dan conclusion

drawing/verification.

Page 15: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2011:338) Data

yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam mereduksi data, akan

dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari

penelitian kualitatif adalah pada

temuan. Oleh karena itu, sesuatu

yang dipandang asing dan tidak

memiliki pola harus dijadikan

perhatian peneliti dalam melakukan

reduksi data.

2. Data display (Penyajian Data)

Menurut Sugiyono (2011:338)

setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Melalui penyajian data

tersebut, maka data

terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan

semakin mudah dipahami.

Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart,

dan sejenisnya yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan (Verifikasi)

Menurut Sugiyono (2011:338)

Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan yang

sebelumnya belum pernah aada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang

Page 16: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.

Ketiga aktivitas dalam analisis data

tersebut memperkuat penelitian

kualitatif yang dilakukan yang

dilakukan oleh peneliti karena sifat

data dikumpulkan dalam bentuk

laporan, uraian dan proses untuk

mencari makna sehingga mudah

dipahami keadaannya baik oleh

peneliti sendiri maupun orang lain.

II LANDASAN TEORITIS

A. Pemerintahan

Pemerintahan merupakan suatu

fenomena yang awal dan

perkembangannya selalu berkaitan

dengan yang memerintah data yang

diperintah. Menurut Apter dalam

Labolo (2006:17), bahwa

pemerintah adalah: “Pemerintah itu

merupakan satuan yang paling

umum untuk melakukan tanggumng

jawab tertentu guna

mempertahankan sistem serta

melakukan monopoli praktis lewat

kekuasaan secara paksa”.

Yang mana dalam hal ini

pemerintah memiliki perangkat

aparatur Negara untuk tetap

mempertahankan sistem

pemerintahannya dalam mencapai

tujuannya untuk menciptakan

ketertiban dan ketentraman serta

kebutuhan melalui aparatur Negara

yang bertugas. Sedangkan menurut

Ndraha (2003:44), bahwa pengertian

ilmu pemerintahan adalah: “Ilmu

yang mempelajari bagaimana

pemerintah suatu unit kerja bekerja

memenuhi dan melindungi tuntutan

yaitu harapan dan kebutuhan yang

diperintah akan jasa public dan

layanan sipil dalam hubungan

pemerintah”.

Salah satu cara agar program

pemerintah berjalan dengan baik

Page 17: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

sesuai dengan konsep teori yang

mana Satuan Polisi Pamong Praja

sebagai pihak yang terlibat dalam

hal pengamanan ketertiban dalam

hubungannya dengan pemerintah.

Harus mematuhi peraturan yang

dibuat oleh pemerintah khususnya

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

B. Kebijakan Publik

1. Kebijakan Publik

Secara umum, istilah

“kebijakan” atau policy” digunakan

untuk menunjuk perilaku seseorang

aktor (misalnya seorang pejabat, suatu

kelompok, maupun suatu lembaga

pemerintahan) atau sejumlah aktor

dalam suatu bidang kegiatan tertentu

dalam hal ini pemerintahan. Menurut

Winarno (2012:19) mengemukakan

bahwa pemerintahan merupakan suatu

fenomena yang awal dan

perkembangannya selalu berkaitan

dengan hubungan yang memerintah dan

yang diperintah.

Menurut nugroho (2003:51)

kebijakan publik adalah jalan mencapai

tujuan bersama yang dicita-citakan.

Dalam hal ini tujuan yang dicita-citakan

adalah sesuai dengan tujuan bangsa

Indonesia yaitu mencapai masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan

pancasila (ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, demokrasi dan keadilan) dan

UUD 1945 (Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan hokum dan

tidak semata-mata kekuasaan), maka

kebijakan public adalah seluruh sarana

dan prasarana untuk mencapai tempat

tujuan tersebut.

Kebijakan publik merupakan

suatu aturan-aturan yang dibuat oleh

pemerintah dan merupakan bagian dari

keputusan politik untuk mengatasi

berbagai persoalan dan isu-isu yang ada

dan berkembang dimasyarakat.

Kebijakan public juga merupakan

keputusan yang dibuat oleh pemerintah

untuk melakukan pilihan tindakan

tertentu untuk tidak melakukan sesuatu

Page 18: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

maupun untuk melakukan tindakan

tertentu. Pengertian kebijakan publik

menurut Anderson (2012:21):

“Kebijakan merupakan arah

tindakan yang mempunyai maksud

yang ditetapkan oleh seoarag aktor

atau sejumlah aktor dalam

mengatasi suatu masalah atau suatu

persoalan”.

Berdasarkan pengertian diatas

bahwa kebijakan publik adalah suatu

keputusan yang dibuat oleh pemerintah

berdasarkan permasalahan yang ada

dalam kegiatan yang dilakukan oleh

instansi pemerintah dalam rangka

penyelengaraan pemerintah.

2. Jenis-jenis Kebijakan Publik

Arti kebijakan publik juga

terdapat jenis-jenis kebijikan public.

Sesuai dengan jenis-jenis kebijakan

publik menurut Nugroho (2003:54-57) :

1. Pembagian pertama dari

kebijakan publik adalah makna

dari kebijakan public, bahwa

kebijakan public adalah hal-hal

yang diputuskan pemerintah

untuk dikerjakan dalam hal-hal

yang diputuskan pemerintah

untukl tidak dikerjakan atau

dibiarkan.

2. Pembagian jenis kebijakan

public yang kedua adalah

bentuknya. Kebijakan publik

dalam arti luas dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kebijakan

dalam bentuk peraturan

pemerintah yang tertulis dalam

bentuk peraturan perundangan,

dan peraturan-peraturan yang

tidak tertulis namun disepakati,

yaitu yang disebut sebaga

konvensi-konvensi.

Dalam hal ini jenis-jenis kebijakan

public ada dua, yang pertama bahwa

kebijakan publik dilihat dari makna

kebijakan publik yaitu kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah, setiap kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah harus

dikerjakan serta dilaksanakan dan jenis

kebijakan publik yang kedua yaitu

Page 19: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

kebijakan yang dibuat pemerintah dalam

bentuk peraturan perundangan,

peraturan daerah maupun peraturan yang

berdasarkan keputusan kepala daerah.

Adapun pengertian dari kebijakan

menurut nugroho (2003:7) adalah:

“Suatu aturan yang mengatur

kehidupan bersama yang harus

ditaati dan berlaku mengikat seluruh

warganya. Setiap pelanggaran akan

diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggaran yang dilakukan dan

sanksi dijatuhkan didepan

masyarakat oleh lembaga yang

mempunyai tugas menjatuhkan

sanksi”. Sedangkan Udoji dalam

Solichin Abdul Wahab (1997:59)

dengan tegas mengatakan bahwa :

“Pelaksanaan kebijakan adalah

sesuatu yang penting, bahkan

mungkin jauh lebih penting dari

pembuatan kebijakan. Kebijakan-

kebijakan hanya akan berupa

impian atau rencana yang bagus,

yang tersimpan rapi dalam arsip

kalau tidak diimplementasikan”.

Hal diatas dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan terhadap suatu

kebijakan merupakan unsur yang lebih

penting disbanding sekedar membuat

kebijakan saja hal tersebut hanya akan

menjadi impian atau sekedar menjadi

arsip yang tersimpan rapi jika tidak di

laksanakan. Oleh karenanya bahwa

implementasi merupakan unsur yang

sangat penting sebagai kontinuitas dari

munculnya suatu kebijakan.

Berbeda dari pendapat

sebelumnya implementasi menurut

Edward, Winarno (2012:177)

menyebutkan bahwa :

“Implementasi kebijakan adalah

salah satu tahap kebijakan publik,

antara pembentukan kebijakan dan

konsekuensi-konsekuensi kebijakan

bagi masyarakat yang

dipengaruhinya. Jika suatu

kebijakan tidak tepat atau tidak

dapat mengurangi masalah yang

merupakan sasaran dari kebijakan,

maka kebijakan itu mungkin

mengalami kegagalan sekalipun

kebijakan itu diimplementasikan

dengan sangat baik. Sementara itu,

suatu kebijakan yang telah

direncanakan dengan sangat baik,

mungkin juga akan mengalami

kegagalan, jika kebijakan tersebut

kurang diimplementasikan dengan

baik oleh para pelaksana kebijakan”.

Berdasarkan pendapat diatas

bahwa dalam tahap kebijakan publik,

Page 20: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

jika suatu kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah dalam hal ini pemerintah

daerah, kebijakan yang dikeluarkan

tersebut harus diimplementasikan oleh

para implementator karena ini

menunjukkan keberhasilan dan

ketidakberhasilan dari kebijakan

tersebut. Adapun faktor yang

mempengaruhi dari implementasi

kebijakan tersebut menurut Edward III

dalam Winarno (2012:177), menyatakan

bahwa faktor dalam proses implementasi

kebijakan yang dapat dilihat dari :

1. Komunikasi, merupakan suatu

program yang dapat

dilaksanakan dengan baik

apabila jelas bagi para

pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi,

kejelasan informasi dan

konsistensi infomasi yang

disampaikan.

2. Resouces (sumber daya), dalam

hal ini meliputi empat

komponen yaitu terpenuhinya

kualitas mutu, informasi yang

diperlukan guna pengambilan

keputusan atau kewenangan

yang cukup untuk melaksanakan

tugas sebagai tanggungjawab

dan fasilitas yang di butuhkan

dalam pelaksanaan.

3. Disposisi, sikap dan komitmen

dari pada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka

yang menjadi pelaksana

(implementasi) program dan

implementer program.

4. Struktur birokrasi.

Struktur organisasi-organisasi

yang melaksanakan kebijakan

memiliki pengaruh penting pada

implementasi. Salah satu dari aspek-

aspek struktual paling dasarnya

(Standar Operating Procedures).

Prosedur –prosedur biasa ini dalam

menenggulangi keadaan-keadaan

umum digunakan dalam organisasi-

organisasi public dan swasta.

C. Implementasi

Page 21: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Implementasi berasal dari bahasa

inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi

merupakan salah satu tahap dalam

proses kebijakan publik. Biasanya

implementasi dilaksanakan setelah

sebuah kebijakan dirumuskan dengan

tujuan yang jelas. Implementasi adalah

suatu rangkaian aktifitas dalam rangka

menghantarkan kebijakan kepada

masyarakat sehingga kebijakan tersebut

dapat membawa hasil sebagaimana yang

diharapkan. Menurut Gaffar , Afan

(2009:295), bahwa pengaertian

implementasi adalah : “Rangkaian

kegiatan tersebut mencakup persiapan

seperangkat peraturan lanjutan yang

merupakan interpretasi dari kebijakan

tersebut. Misalnya dari sebuah undang-

undang muncul sejumlah Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden,

maupun Peraturan Daerah, menyiapkan

sumber daya guna menggerakkan

implementasi termasuk di dalamnya

sarana dan prasarana, sumber daya

keuangan, dan tentu saja siapa yang

bertanggung jawab melaksanakan

kebijakan tersebut, dan bagaimana

mengantarkan kebijakan secara konkrit

ke masyarakat”.

Implementasi atau pelaksanaan

merupakan perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan

untukmencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang

efektif. Setiawan, Guntur (2004:39)

Pengertian implementasi yang

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa implementasi merupakan proses

untuk melaksanakan ide, proses atau

seperangkat aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan

melakukan penyesuaian dalam tubuh

birokrasi demi terciptanya suatu tujuan

yang bisa tercapai dengan jaringan

pelaksana yang bisa dipercaya.

Implementasi atau pelaksanaan

adalah bermuara pada aktivitas, aksi,

tindakan, atau adanya mekanisme suatu

sistem. Implementasi bukan sekedar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan

kegiatan. Usman Nurdin (2002:70)

Page 22: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Pengertian implementasi yang

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa implementasi adalah bukan

sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan

norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan. Oleh karena itu implementasi

tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi

oleh objek berikutnya.

Implementasi Kebijakan dan

Politik merupakan suatu proses untuk

melaksanakan kebijakan menjadi

tindakan kebijakan dari politik ke dalam

administrasi. Pengembangan kebijakan

dalam rangka penyempurnaan suatu

program. Harsono, Hanifah (2002:67)

Implementasi merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu atau pejabat-pejabat-pejabat

kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan. Solichin

(2001:65)

Implementasi kebijakan merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan baik

oleh individu atau pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijaksanaan. Van Meter

dan Van Horm (2008:139)

Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa implementasi

merupakan suatu proses yang dinamis,

dimana pelaksana kebijakan melakukan

suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga

akhirnya akan mendapatkan suatu hasil

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran

kebijakan itu sendiri.

Pengertian implementasi yang

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa implementasi adalah suatu

kebijakan dalam penyelesaian keputusan

demi tercapainya tujuan yang baik

dengan bergantung bagaimana

implementasi yang berjalan dengan baik

dalam melaksanakan proses

penyempurnaan akhir. Oleh karen itu

suatu implementasi baik diharapkan

dalam setiap program untuk terciptanya

tujuan yang diharapkan.

Page 23: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

D. Peraturan Daerah

1. Pengertian Peraturan Daerah

Dalam penyelenggaraan otonomi

daerah, ada dua produk hukum yang

dapat dibuat oleh suatu daerah, salah

satunya adalah Peraturan Daerah.

Kewenangan membuat peraturan daerah

(Perda), merupakan wujud nyata

pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki

oleh suatu daerah dan sebaliknya,

peraturan daerah merupakan salah satu

sarana dalam penyelenggaraan otonomi

daerah. Perda ditetapkan oleh Kepala

Daerah setelah mendapat persetujuan

bersama DPRD, untuk penyelenggaraan

otonomi yang dimiliki oleh provinsi

/kabupaten/kota, serta tugas

pembantuan. Perda pada dasarnya

merupakan penjabaran lebih lanjut dari

peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, dengan memperhatikan cirri

khas masing-masing daerah. Perda yang

dibuat oleh satu daerah tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum

dan/ atau peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi,dan baru mempunyai

kekuatan mengikat setelah diundangkan

dengan dimuat dalam lembaran daerah

Peraturan Daerah merupakan

bagian dari peraturan perundang-

undangan, pembentukan suatu perda

harus berdasarkan pada asas

pembentukan peraturan perundang-

undangan. Oleh sebab itu, perda yang

baik itu adalah yang memuat ketentuan,

antara lain:

1). Memihak kepada rakyat banyak

2). Menjunjung tinggi hak asasi

manusia

3). Berwawasan lingkungan dan

budaya

Tujuan utama dari suatu perda

adalah untuk mewujudkan kemandirian

daerah dan memberdayakan masyarakat.

Dalam proses pembuatan suatu perda,

masyarakat berhak memberikan

masukan, baik secara lisan maupun

tertulis. Keterlibatan masyarakat

sebaiknya dimulai dari proses penyiapan

sampai pada waktu pembahasan

Page 24: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

rancangan perda. Penggunaan hak

masyarakat dalam pelaksanaannya diatur

dalam peraturan tata tertib DPRD.

Rozali Abdullah (2005-133).

Kewenangan membuat peraturan

daerah adalah wujud nyata pelaksanaan

hak otonomi yang dimiliki oleh suatu

daerah dan sebaliknya, peraturan daerah

merupakan salah satu sarana dalam

penyelenggaraan otonomi daerah.

Peraturan daerah ditetapkan oleh Kepala

Daerah setelah mendapat persetujuan

dari DPRD. Pembentukan suatu

peraturan daerah harus berdasarkan pada

asas pembentukan peraturan perundang-

undangan pada umumnya yang terdiri

dari kejelasan tujuan, kelembagaan atau

organ pembentukan yang tepat,

kesesuaian antara jenis dan materi yang

muatan, kedayagunaan dan

kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan

keterbukaan. Muatan suatu peraturan

daerah yang baik harus mengandung

asas pengayoman, kemanusiaan,

kebangsaan, keadilan, kesamaan

kedudukan hukum dan pemerintahan,

ketertiban dan kepastian hukum dan

keseimbangan dalam proses

pembentukan suatu peraturan daerah,

masyarakat berhak memberikan

masukan, baik secara lisan, atau secara

tertulis. Keterlibatan masyarakat ini

dimulai dari proses penyiapan sampai

pada waktu pembahasan rencana

peraturan daerah. Proses penetapan

suatu peraturan daerah dilakukan dengan

penetapan sebagai berikut:

1). Rancangan peraturan daerah yang

telah disetujui oleh DPRD kepada

Bupati, disampaikan oleh

pimpinan DPRD kepada Bupati

untuk ditetapkan sebagai

peraturan daerah.

2). Penyampaian rancangan peraturan

daerah oleh pimpinan DPRD

kepada Bupati, dilakukan dalam

jangka waktu paling lama tujuh

hari, terhitung sejak tanggal

persetujuan bersama diberikan.

Page 25: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

3). Rancangan peraturan daerah

ditetapkan Bupati paling lambat

tigapuluh hari sejak rancangan

tersebut mendapat persetujuan

bersama.

Peraturan daerah yang sudah

ditetapkan atau dinyatakan sah

disampaikan kepada pemerintah pusat

selambat-lambatnya tujuh hari setelah

ditetapkan. Apabila peraturan daerah

tersebut ternyata bertentangan dengan

kepentingan-kepentingan umum dapat

dibatalkan oleh pemerintah pusat.

2. Mekanisme Pembentukan

Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah

(Raperda) dapat berasal dari DPRD atau

Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, atau

Walikota). Raperda yang disiapkan oleh

Kepala Daerah disampaikan kepada

DPRD. Sedangkan Raperda yang

disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh

pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah.

Pembahasan Raperda di DPRD

dilakukan oleh DPRD bersama

Gubernur atau Bupati/Walikota.

Pembahasan bersama tersebut melalui

tingkat-tingkat pembicaraan, dalam

rapat komisi, panitia, alat kelengkapan

DPRD yang khusus menangani legislasi,

dan dalam rapat paripurna. Raperda

yang telah disetujui bersama oleh DPRD

dan Gubernur atau Bupati/Walikota

disampaikan oleh Pimpinan DPRD

kepada Gubernur atau Bupati/Walikota

untuk disahkan. Sedangkan tujuan utama

dari suatu peraturan daerah adalah untuk

mewujudkan kemandirian daerah dan

memberdayakan masyarakat. Dalam

proses pembuatan suatu peraturan

daerah, masyarakat berhak memberikan

masukan, baik secara lisan maupun

secara tertulis. Keterlibatan masyarakat,

sebaiknya dimulai dari proses penyiapan

sampai pada waktu pembahasan

rancangan peraturan daerah.

Penggunaan hak masyarakat dalam

pelaksanaannya diatur dalam peraturan

tata tertib DPRD. (Rozali Abdullah

(2005-133).

Page 26: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

3. Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun

2005

Sesuai dengan ditetapkannya

Undang -undang Nomor 5 Tahun 2001

tentang Pembentukan Kota

Tanjungpinang, perlu dilakukan

penataan, pengaturan dan pengawasan

terhadap Pertumbuhan Berdirinya

Bangunan -bangunan yang berkembang

semakin pesat di Wilayah Kota yang

pengaturannya disesuaikan dengan

Rencana Tata Ruang Kota

Tanjungpinang bahwa berdasarkan

pertimbangan diatas perlu dibentuk

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

tentang Izin Mendirikan Bangunan.

Dalam ketentuan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 BAB II

Pasal 2 tentang Izin Mendirikan

Bangunan berisi:

1. Untuk mendirikan bangunan

harus ada Izin Mendirikan

Bangunan dari Walikota

Tanjungpinang atau Pejabat

yang ditunjuk.

2. Untuk memperoleh Izin

Mendirikan Bangunan yang

dimaksud dalam ayat (1)

pemohon mengajukan surat

permohonan dengan

mengisi formulir yang telah

disiapkan serta dibubuhi

materai yang ditunjuk

melalui pengawas

bangunan.

3. Pada surat permohonan

yang dimaksud ayat (2)

disertai dengan persyaratan

yang ditetapkan oleh

Walikota :

a. tanda bukti pemilikan

tanah ( sertifikat hak tanah

);

b. tanda bukti lunas Pajak

Bumi dan Bangunan ( PBB

);

c. gambar bangunan yang

terperinci ukurannya;

Page 27: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

d. uraian tentang bahan-

bahan yang akan

dipergunakan campuran

dan ukuran bahan -

bahannya;

e. kartu Tanda Penduduk (

KTP ) pemohon;

f. pas foto si pemohon

sebanyak 3 lembar

ukuran 4 x 6 cm;

g. surat keterangan tidak

terlibat perkara Perdata /

Pidana atas tanah

maupun bangunan yang

akan diperbaiki /

rombak, dari Pejabat

yang berwenang;

h. untuk jenis bangunan

tertentu ( sesuai dengan

sifat penggunaan dan

pemilikan), harus

dilengkapi pula dengan

beberapa persyaratan

yang diperlukan untuk

itu, seperti surat izin

prinsip atau

rekomendasi dari

Instansi berwenang

setempat dimana

bangunan tersebut

didirikan.

4). Izin Mendirikan Bangunan

dapat diberikan apabila

sudah melunasi Retribusi

Izin Mendirikan Bangunan.

1. Keputusan tentang

penolakan harus

diberikan oleh Walikota

atau Pejabat yang

ditunjuk, kepada

pemohon dengan

menyebutkan alasan -

alasan penolakannya

dalam tenggang waktu 1

( satu ) bulan sejak

permohonan diterima.

2. Apabila dari pihak

pemohon keberatan atas

penolakan, yang

dimaksud dalam ayat

Page 28: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

(1) dan (2), maka

Walikota atau Pejabat

yang ditunjuk

membentuk suatu

Panitia yang terdiri dari

3 ( tiga ) orang yang

masing -masing satu

orang ahli bidang

bangunan, satu orang

Pengawas Bangunan

dan satu orang lagi oleh

pemohon.

3. Panitia yang dimaksud

pada ayat (3), wajib

melakukan penilaian

dan menyampaikan

pendapatnya selambat-

lambatnya dalam tempo

waktu 8 ( delapan ) hari

kerja kepada Walikota

atau Pejabat yang

ditunjuk untuk diambil

suatu Keputusan.

4. Biaya untuk keperluan

Panitia tersebut diatas

dibeban kan kepada

pemohon.

Dalam BAB II Pasal 4 berbunyi

Tanpa Izin Mendirikan Bangunan

pekerjaan -pekerjaan boleh dilakukan :

1. perbaikan ringan-ringan,

mengecat / mengapur dan

memplaster / menutup retak –

retak pada dinding bata dengan

campuran semen;

2. memperbaharui lantai / langit-

langit dan atap selama tidak

merubah tinggi ruangan;

3. memperbaharui bagian-bagian

yang bergerak pada pintu dan

jendela asal tidak

4. merubah bentuk yang lama;

5. membuat sekatan kamar yang

dapat dipindahkan;

6. membuat emperan yang tidak

bertiang dengan penonjolann ya

tidak lebih tinggi dari 1, 5 ( satu

koma lima ) meter;

Page 29: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

7. memperbaharui pagar yang

terbuat dari bata, besi dan kayu

dengan petunjuk teknis

8. membuat pagar yang tidak

permanen, dimana batas waktu

dan penggunaannya harus

dilaporkan kepada Walikota

atau pejabat yang berwenang

untuk mendapat persetujuan

Dalam BAB II Pasal 6 Izin

Mendirikan Bangunan yang telah

diberikan dapat dibatalkan apabila :

1. dalam waktu 6 ( enam ) bulan

setelah Izin Mendirikan

Bangunan diberik an pemegang

izin belum mulai bekerja;

2. pemegang Izin Mendirikan

Bangunan tidak lagi sebagai

orang yang berkepentingan atas

bangunan itu;

3. Walikota atau Pejabat yang

ditunjuk mengetahui bahwa

keterangan -keterangan yang

diberikan tidak benar, sehingga

Izin Men dirikan Bangunan

telah diberikan dengan tidak

semestinya;

4. pekerjaan Bangunan tidak

dilaksanakan menurut ketentuan

-ketentuan Peraturan Daerah ini

atau menyimpang dari

perjanjian yang ditentukan

dalam surat Izin Mendirikan

Bangunan.

Dalam Bab IV Pasal 9 tentang

Pemutihan Bangunan berbunyi sebagai

berikut:

1. Bangunan yang telah

didirikan tetapi tidak

memiliki Izin

Mendirikan Bangunan

dikenakan Pemutihan.

2. Pemilik Bangunan

wajib melaksanakan

Pemutihan Izin

Mendirikan

Bangunannya.

Dalam Bab IV Pasal 10 tentang

Pemutihan Bangunan berbunyi sebagai

berikut:

Page 30: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

1. Bangunan yang sudah

didirikan tanpa Izin

Mendirikan Bangunan

dan tidak dapat

dikenakan Pemutihan,

diberikan dispensasi

untuk pemanfaatannya

dengan Surat Izin

Sementara.

2. Izin Sementara

sebagaimana dimak sud

ayat (1), tatacara dan

persyaratannya diatur

lebih lanjut oleh

Walikota.

3. Ketentuan dan syarat-

syarat bangunan yang

tidak dapat dikenakan

pemutihan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1),

diatur dengan

Keputusan Walikota.

4. Pemilik Bangunan yang

dimaksud pada ayat (1)

setiap 3 (tiga) tahun

sekali, diwajibkan

mengajukan

permohonan untuk

memperpanjang Surat

Izin Sementara kepada

Walikota atau Pejabat

yang ditunjuk.

5. Surat Izin Sementara

baru dapat diberikan

apabila sudah diadakan

pemeriksaan bangunan

dan biaya Izin

Mendirikan Bangunan

sudah dilunasi oleh

pemohon.

6. Bangunan-bangunan

yang dimaksud ayat (1)

harus dibongkar tanpa

mendapat ganti.

Adapun Peraturan Daerah yang

mengatur tentang Izin Mendirikan

Bangunan terdapat juga pada peraturan

daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang

bangunan gedung pasal 9 memuat

Page 31: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

berbagai ketentuan yang terkait dengan

Izin Mendirikan Bangunan yaitu:

1. Setiap perorangan/badan yang

mendirikan bangunan gedung

wajib memiliki IMB dari

pemerintah kota, kecuali

bangunan gedung fungsi khusus.

2. IMB adalah surat bukti dari

pemerintah kota bahwa pemilik

bangunan gedung dapat

mendirikan bangunan sesuai

dengan rencana teknis bangunan

gedung yang telah disetujui oleh

Pemerintah Kota.

3. Walikota menerbitkan izin

mendirikan bangunan gedung

untuk kegiatan:pembangunan

bangunan gedung baru, dan

prasarana bangunan gedung

rehabilitasi/renovasi bangunan

geduna dan/atau prasaranan

bangunan gedung, meliputi

perbaikan/perawatan,perubahan,

perluasan/pengurangan

pelestarian/pemugaran.

E. Satuan Polisi pamong Praja

1. Definisi Satuan polisi Pamong

Praja

Satuan polisi Pamong Praja

merupakan perangkat aparat pelaksana

layanan perlindungan dan penegak

hukum dalam konteks institusi

ketenteraman dan ketertiban (tramtib) di

lingkungan dimana ditugaskan. Kinerja

Satpol PP mengacu pada tugas pokok

dan fungsinya sebagai pembina

ketenteraman ketertiban masyarakat

(tramtibmas), pemberi layanan

perlindungan, pemberi peringatan dini

dan penanggulangan pemeliharaan

tramtibmas, dan penegak peraturan

daerah (perda). Secara keseluruhan

ruang geraknya dijiwai untuk

kepentingan terbaik bagi masyarakat,

dan sesuai dengan tatanan nilai yang

berlaku dalam masyarakat secara umum.

Page 32: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Tuntutan tugas aparat Satpol PP yang

bagitu luas ini tentu merupakan suatu

beban kerja tersendiri. Kuantitas beban

kerja yang demikian berat tentunya

merupakan permasalahan kinerja yan

spesifik bagi aparat satpol PP.

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 6 tahun 2010 tentang

satuan polisi pamong praja, dalam Bab I

(1) mengenai ketentuan umum

disebutkan Satuan Polisi Pamong Praja,

yang selanjutnya disingkat Satpol PP,

adalah bagian perangkat daerah dalam

penegakan Peraturan daerah (Perda) dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat. Polisi

Pamong Praja adalah anggota Satpol PP

sebagai aparat pemerintah daerah dalam

penegakan Perda dan penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat.

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2003

tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Tanjungpinang berbunyi bahwa

untuk melaksanakan ketentuan pasal 11

dan pasal 68 ayat (1) Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, maka dipandang

perlu dibentuk Organisasi Perangkat

Daerah. bahwa salah satu Organisasi

Perangkat Daerah adalah Satuan Polisi

Pamong Praja yang keberadaannya

diperlukan bagi penyelenggaraan tugas

Pemerintah Daerah dalam memelihara

ket enteraman dan ketertiban serta

menegakkan Peraturan Daerah. bahwa

berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud huruf a dan b di atas perlu

ditetapkan Pembentukan Organisasi

danTata Kerja Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Tanjungpinang dengan

Peraturan Daerah.

2. Tugas dan Kewajiban Satpol

PP

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 6 tahun 2010 tentang

satuan polisi pamong praja, dalam Bab

Page 33: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

II (5) mennyatakan, tugas satuan polisi

pamong praja (Satpol PP) adalah :

1). Menyusun program dan

melaksanaan penegakan Perda,

menyelenggaraan ketertiban

umum dan ketenteraman

masyarakat serta perlindungan

masyarakat

2). Melaksanaan kebijakan

penegakan Perda dan peraturan

kepala daerah

3). Melaksanaan kebijakan

penyelenggaraan ketertiban umum

dan ketenteraman masyarakat di

daerah

4). Melaksanaan kebijakan

perlindungan masyarakat.

5). Melaksanaan koordinasi

penegakan Perda dan peraturan

kepala daerah, menyelenggaraan

ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat dengan

Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Penyidik Pegawai

Negeri Sipil daerah, dan/atau

aparatur lainnya.

6). Melakukan pengawasan terhadap

masyarakat, aparatur, atau badan

hukum agar mematuhi dan

menaati Perda dan peraturan

kepala daerah.

7). Melaksanaan tugas lainnya yang

diberikan oleh kepala daerah

Selanjutnya dalam Bab III (8) PP

Nomor 6/2010 disebutkan mengenai

kewajiban satpol PP dalam

melaksanakan tugasnya, yakni:

1). Menjunjung tinggi norma hukum,

norma agama, hak asasi manusia,

dan norma sosial lainnya yang

hidup dan berkembang di

masyarakat

2). Menaati disiplin pegawai negeri

sipil dan kode etik Polisi Pamong

Praja

3). Membantu menyelesaikan

perselisihan masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban

Page 34: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

umum dan ketenteraman

masyarakat

4). Melaporkan kepada Kepolisian

Negara Republik Indonesia atas

ditemukannya atau patut diduga

adanya tindak pidana

5). Menyerahkan kepada Penyidik

Pegawai Negeri Sipil daerah atas

ditemukannya atau patut diduga

adanya pelanggaran terhadap

Perda dan/atau peraturan kepala

daerah.

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2003

Pasal 4 SATPOL PP mempunyai tugas

membantu Walikota dalam

penyelenggaraan Pemerintah Daerah di

bidang Ketentraman dan Ketertiban

umum serta menegakkan Peraturan

Daerah. Sedangkan pasal 5, dalam

menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud pada Pasal 4, SATPOL PP

mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan

penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban di Daerah;

b. Pelaksanaan penegakan kebijakan

Peraturan Daerah dan Keputusan

serta Kebijaksanaan Walikota;

c. Penyusunan program dan

pelaksanaan ketentraman dan

ketertiban, penegakkan Peraturan

Daerah dan Keputusan Walikota;

d. Koordinasi penegakkan Peraturan

Daerah, Keputu san Walikota dan

Peraturan Perundang-undangan

lainnya dengan aparat Kepolisian

Negara, Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS) atau aparatur

lainnya.

3. Kewenangan Satuan Polisi

Pamong Praja

Adapun wewenang Satpol PP

No. 6 Th 2010 tentang Satuan Polisi

Pamong Praja bab III Pasal 6, Polisi

Pamong Praja berwenang :

Page 35: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

1. Melakukan tindakan penertiban

nonyustisial terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan

hukum yang melakukan

pelanggaran atas Perda dan/atau

peraturan kepala daerah.

2. Menindak warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum

yang mengganggu ketertiiban

umum dan ketenteraman

masyarakat.

3. Fasilitas dan pemberdayaan

kapasitas penyelenggaraan

perlindungan masyarakat.

4. Melakukan tindakan

penyelidikan terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan

hukum yang diduga melakukan

pelanggaran atas perda dan/atau

peraturan kepala daerah.

5. Melakukan tindakan

administratif terhadap warga

masyarakat, aparatur, atau badan

hukum yang melakukan

pelanggaran atas perda dan/atau

aparatur lainnya.

III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Satuan Polisi

Pamong Praja Kota

Tanjungpinang

Satuan Polisi Pamong Praja

adalah perangkat pemerintah daerah

dalam memelihara ketentraman dan

keteertiban umum serta menegakan

Peraturan Daerah. Satuan Polisi Pamong

Praja merupakan perangkat daerah yang

dapat berbentuk Dinas Daerah atau

Lembaga Teknis Daerah. Satuan Polisi

Pamong Praja dapat berkedudukan di

daerah provinsi dan daerah Kabupaten

atau Kota.Di daerah Provinsi, Satuan

Polisi Pamong Praja dipimpin oleh

kepala yang berada di bawahdan

bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah.Di daerah

Kabupaten atau Kota,Satuan Polisi

Pamong Prajadipimpin oleh kepala yang

berada di bawah dan bertanggung jawab

Page 36: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

kepada Bupati atau Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

Organisasi dan tata kerja Satuan

Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan

Peraturan Daerah (Perda), sehingga

antar daerah bisa saja memiliki

nama,organisasi,dan tata kerja yang

berbeda-beda. Polisi Pamong Praja

didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3

Maret 1950 moto PRAJA WIBAWA,

untuk mewadahi sebagian ketugasan

pemerintah daerah. Sebenarnya

ketugasan ini telah dilaksanakan

pemerintah sejak zaman kolonial.

Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong

Praja setelah proklamasi kemerdekaan,

dimana diawali dengan kondisi yang

tidak stabildan mengancam Negara

Kesatuan Republik Indonesia

dibentuklah Detasemen Polisi sebagai

penjaga Keamanan Kapanewon di

Yogyakarta sesuai dengan Surat

Perintah Jawatan Praja di Daerah

Istimewa Yogyakarta untuk menjaga

ketentraman dan ketertiban masyrakat.

Pada tanggal 10 November

1948, lembaga ini berubah menjadi

Detasemen Polisi Pamong Praja.Di Jawa

ddan Madura, Satuan Polisi Pamong

Praja dibentuk pada tanggal 5 Maret

1950.Inilah awal mula terbentuknya

Satuan Polisi Pamong Prajadan oleh

sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetap

sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong

Praja dan diperingati setiap tahun. Pada

tahun 1960, dimulai Pembentukan

Kesatuan Polisi Pamong Prajadi luar

Jawa dan Madura dengan dukungan para

petinggi Militer/Angkatan Perang.

Tahun 1962 namanya berubah menjadi

Kesatuan Pagar Baya untuk

membedakan dariKorps Kepolisian

Negara seperti seperti dimaksud dalam

UU No.13/1961 tentang Pokok-pokok

Kepolisian. Tahun 1963 berubah lagi

menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah

Satuan Pamong Praja mulai terkenal

sejak pemberlakuan UU No. 5/1974

tentang Pokok-pokok di pemerintah di

Daerah.Pada Pasal 86 (1) disebutkan,

Page 37: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan

perangkat wilayah yang melakssanakan

tugas dekonsentrasi. Saat ini UU No.

5/1974 tidak berlaku lagi,digantikan

dengan UU No. 22/1999 dan direvisi

menjadi UU No. 32/2004 tentang

Pemerintah Daerah. Dalam Pasal 148

UU No/2004 disebutkan, Polisi Pamong

Praja adalah perangkat pemerintahan

daerah dengn tugas pkok menegakan

peraturan daerah, menyelenggarakan

ketertiban umum dan ketentraman

masyrakat sebagai pelaksanaan tugas

desentralisasi.

1. Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Tanjung Pinang

A. Visi dan Misi

1. Visi

“Terwujudnya pemeliharaan

ketentraman dan ketertiban

umum,penegakan Peraturan

Daerah (PERDA) dan Peraturan

Kepala Daerah”

2. Misi

a. Memelihara ketentraman

dan ketertiban umum

penegakan Peraturan Daerah

dan Keputusan Kepala

Daerah serta Peraturan

pelaksanaan lainnya;

b. Memberdayakan

masyarakat menuju

terwujudnya kententraman

dan ketertiban umum;

c. Memberdayakan Polisi

Pamong Praja dan PPNS

menuju profesionalisme

dalam pelaksanaan tugas;

d. Menjalin kerja sama dan

kemitraan dengan Polisi

Pamong Praja di wilayah

Kabupatendalam

memelihara ketentraman

dan ketertiban umumserta

penegakan Peraturan Daerah

danKeputusan Kepala

Daerah serta peraturan

pelaksanaan lainya.

Page 38: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

2. Struktur Organisasi Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang

Struktur yang ada pada setiap

organisasi pada dasarnya merupakan

pembagian tugas,wewenang dan

tanggungjawab dari orang-orang yang

melaksanakan pekerjaan,sehingga

dengan jelas akan terlihat pembagian

tugas dari masing-masing bagian disertai

dengan perincian tugasnya masing-

masing.

Struktur organisasi Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang,

terdiri dari:

1. Kepala Satuan

2. Sekretaris

3. Kepala Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian

4. Kepala Sub Bagian Program

5. Kepala Sub Bagian Keuangan

6. Kepala Bidang Penegakan Perundang-

undangan

7. Kepala Bidang Ketertiban Umum dan

Ketentraman Masyrakat

8. Kepala Bidang Sumber Daya

Aparatur

9. Kepala Bidang Perlindungan

Masyrakat

10. Kepala Seksi Penyidik

11. Kepala Seksi

Pembinaan,Pengawasan dan Penyuluhan

12. Kepala Seksi Kerjasama

13. Kepala Seksi Operasi dan

Pengendalian

14. Kepala Seksi Teknis Fungsional

15. Kepala Seksi Bina Linmas

16. Unit Pelaksana Satpol PP

Kecamatan

IV IMPLEMENTASI PERAN

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DALAM PENEGAKAN

PERATURAN DAERAH

TANJUNGPINANG NOMOR 4

TAHUN 2005 TENTANG IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN DI

KELURAHAN BATU IX KOTA

TANJUNGPINANG

Implementasi atau pelaksanaan

kebijakan adalah suatu kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini

pemerintah daerah yang kemudian harus

menujukkan keberhasilan dan

Page 39: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

ketidakberhasilan dari kebijakan

tersebut, salah satu kebijakan tersebut

ialah berbentuk peraturan tertulis pada

peraturan EWali Kota Tanjungpinang

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan di kelurahan batu

IX Kota Tanjungpinang.

Implementasi Peraturan Walikota

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2005

tentang izin mendirikan bangunan di

Kelurahan batu 9 Kota Tanjungpinang

belum terlaksana dengan baik hal ini

dikarenakan masih banyak bangunan

yang berupa ruko dan pewrumahan yang

belum mengantongi izin mendirikan

bangunan, hal tersebut diperkuat dengan

perbandingan data pada tahun 2014 yang

mana pelanggaran lebih besar dari tahun

2015, hal ini dapat dilihat dari data

bangunan yang ada atau belum

mengantongi izin. Adapun hal tersebut

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Dalam penelitian ini, penulis

menetapkan beberapa dimensi beserta

indikator yang mempengaruhi dalam

implementasi peraturan daerah Nomor 4

Tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan Kota Tanjungpinang, menurut

teori dari Edward III dalam Winarno

(2012:177). Adapun dimensi atau

indikator yang dimaksud sebagai berikut

:

A. Komunikasi

Komunikasi, merupakan suatu

program yang dapat dilaksanakan

dengan baik apabila jelas bagi para

pelaksana. Hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan

informasi dan konsistensi infomasi yang

disampaikan melalui peraturan tersebut.

Beberapa bentuk implementasi

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

yang dilaksanakan oleh Satauan Polisi

Pamong Praja melalui media

komunikasi antara lain :

Page 40: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

1. Menyebarkan Himbauan Kepada

Masyarakat Dilingkungan

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang

Imlementasi Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang yang diambil

berdasarkan kasus yang terjadi di

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang

sebagian besar masyarakat sudah

mengetahui mengenai Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tersebur.

Tidak semua tahu bahwa peraturan

dibuat untuk diberlakukan untuk

menegaskan perilaku masyarakat agar

tetap mematuhi perintah suatu peraturan

daerah yang telah dibuat. Namun tidak

sedikit dari masyarakat sadar akan

keberadaan dan berlakunya peraturan

tersebut, oleh sebab itu harus ada

pelaksanaan yang jelas dari peraturan

tersebut. Lalu bagai mana peraturan

tersebut dilaksanakan, tentu hal yang

pertama kali dilakukan adalah

mengiformasikan peraturan itu dengan

jelas kepada seluruh stakeholder yang

terlibat dalam peraturan tersebut.

Salah satunya dengan cara

memberitahukan mengenai keberadaan

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

yang membahas mengenai masalah izin

mendirikan bangunan serta

menyebarkan kepada masyarakat di

Kelurahan Batu 9 Kota Tanjungpinang.

Pernyataan tersebut sesuai dengan

yang diungkapkan oleh informan Yudi

Kurniawan sebagai salah satu Staf

Penegakan Perundang-undangan Daerah

(PPUD) di Satuan Polisi Pamong Praja

Pemerintah Kota Tanjungpinang yang

mengatakan :

“bahwa ia mengetahui adanya

peraturan daerah tersebut dan

pelaksanaannya setiap masyarakat

harus mengantongi izin dalam

mendirikan bangunan, untuk

penyebarannya sendiri juga pernah

dilakukan dengan cara menyebarkan

surat edaran Peraturan Daerah Nomor

4 Tahun 2005”. (Wawancara tanggal 1

juni 2015)

Page 41: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Sesuai dengan pernyataan informan

diatas yang mengetahui adanya

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

tentang izin mendirikan bangunan Kota

Tanjunghpinang dibuktikan dengan

adanya kewajiban bagi masyarakat

untuk mengantongi izin mendirikan

bangunan. Adapun mengenai

komunikasi yang dilakukan dengan cara

menyebarkan himbauan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tersebut

sudah pernah dilakukan dengan cara

menyebarkan surat edaran Peraturan

Dearah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan kepada

masyarakat.

Hal senada juga diungkapkan oleh

informan Dian Asmara Siregar S.sos

sebagai Petugas Tindak Internal di

Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang

mengungkapkan:

“ bahwa ia mengatakan mengetahui

namun implementasi peraturan nomor 4

tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan masih kurang afektif, karena

masih banyak kita dapati dilapangan

bangunan-bangunan yang belum

memilki izin, walaupun ada yang sudah

memilki izin tapi masih banyak juga

ditemui bangunan fisik nya menyalahi

izin.”(Wawancara tanggal 5 juni 2015)

Pernyataan Petugas Tindak Internal

diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa

petugas tindak internal mengetahui

tentang IMB namun banyak sekali

masyarakat yang bangunan nya tidak

memiliki IMB, hanya sebagian kecil saja

masyarakat yang telah mengantongi

IMB.

Berbeda dengan pengetahuan

masyarakat akan adanya IMB hal ini

diungkapkan oleh bambang masyarakat

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang

yang menyatakan bahwa:

“saya tidak mengetahui tentang

IMB, karena saya membeli bangunan

yang berupa warung pada teman saya,

dan teman saya tidak memberi tahu

tentang IMB”.(Wawancara tanggal 9

juni 2015)

Page 42: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Kurangnya informasi tentang aturan

IMB kepada pemilik bangunan dari

pemerintah Kota Tanjungpinang

menjadikan masyarakat mendirikan

bangunan tidak mengikuti aturan,

padahal aturan sudah dibuat sejak tahun

2005, namun masyarakat tidak paham

dengan aturan tersebut.

Adapun menurut informan Yusri

Sabarudin sebagai Staf Operasional

dan Ketentaraman Ketertiban Umum

yang menyatakan:

“ia mengatakan kalau masalah

mengetahui adanya IMB, ya jelas

mengetahui namun berjalan atau

tidaknya IMB tersebut itu yang saya

kurang mengetahui”.(Wawancara

Tanggal 15 juni 2015)

Aturan IMB memang diketahui oleh

pihak Staf Ketertiban Umum dan

Ketentraman Masyarakat selanjutnya

berjalan atau tidak nya IMB tersebut

pihak Staf Ketertiban Umum dan

Ketentraman Masyarakat kurang

mengetahuinya karena kurangnya

koordinasi dengan pihak-pihak lainnya

yang terkait dengan IMB.

Pendapat di atas diperkuat dengan

pernyataan oleh Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Pemerintah Kota

Tanjungpinang yang merupakan

Informan kunci mengenai Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan dilingkungan

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang

yang menyatakan:

“Bahwa ia mengatakan sangat jelas

mengetahui dan pelaksanaan peraturan

tersebut, dilakukan dari BP2T dan

instansi terkait, kaitannya dengan

Satuan Polisi Pamong Praja adala

sebagai penegak peraturan daerah,

pengawasan dan penindakan”.

(Wawancara tanggal 21 juni 2015)

Berdasarkan pendapat informan

kunci diatas bahwa ia sangat mengetahui

tentang peraturan perda nomor 4 tahun

2005 tentang izin mendirikan bangunan

dan pengawasan nya pun telah dilakukan

oleh anggota Satuan Polisi Pamong

Praja namun seharusnya pengawasan

dan penyebaran himbauan lebih baik

Page 43: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

dilakukan dengan melibatkan seluruh

instansi-instansi terkait .

2. Mengadakan sosialisasi mengenai

izin mendirikan bangunan

dilingkungan Kelurahan Batu IX

Kota Tanjungpinang

Adapun didalam komunikasi juga

dilakukan sosialisasi dengan tujuan

untuk memperjelas serta menjaga

konsistensi informasi terhadap

pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2005 izin mendirikan bangunan

di Kelurahan Batu IX itu sendiri.

Sosialisasi sangat penting dilakukan

dalam mengimplementsikan suatu

peraturan atau kebijakan, hal ini karena

sosialisasi tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia yang berorganisasi

atau berkelompok.

Maksud dan tujuan dari komunikasi

dengan jalan komunikasi untuk

memudahkan interaksi yang terjadi pada

kehidupan manusia sebagai makhluk

sosial. Untuk itu, implementasi

Peraturan Daerah tersebut bertujuan

mengawasi jalannya peraturan tersebut

dengan komunikasi yang ada. Dalam hal

ini masyarakat Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang mengetahui adanya

sosialisasi pelaksanaan Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang namun sosialisasi

mengenai peraturan daerah Nomor 4

Tahun 2005 tersebut jarang dilakukan

sehingga masyarakat tidak mengetahui

sepenuhnya isi dari peraturan Nomor 4

Tahun 2005 dan proses pelaksanaan

pernyataan tersebut di ungkapkan oleh

informan Mulyanto sebagai salah satu

anggota Petugas Tindak Internal yang

mengatakan:

“ Bahwa sosialisasi pernah diadakan

namun penyampaiannya sama dengan

saat menyeberkan himbauan yaitu setiap

masyarakat harus memilki izin setiap

mendirikan bangunan yang berupa ruko

atau perumahan, sosialisasi tersebut

memang pernah dilakukan namun

sangat jarang sehingga sebagian kecil

saja masyarakat yang tahu mengenai isi

dari peraturan daerah tersebut”.

(Wawancara tanggal 6 juni 2015)

Page 44: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Sesuai dengan pernyataan informan

diatas bahwa sosialisasi mengenai

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

tentang izin mendirikan bangunan di

Kota Tanjungpinang pernah dilakukan

proses penyampaiannya sama dengan

saat menyebarkan himbauan kepada

masyarakat. Namun sosialisasi sangat

jarang di laksanakan sehingga masyrakat

tidak mengetahui isi dari Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan di Kota

Tanjungpinang.

Hal tersebut diperkuat dengan

pernyataan informan Yudi Kurniawan

Staf Penegakan PPUD Satuan Polisi

Pamong Praja

“ bahwa ia mengatakan menyebarkan

himbauan sudah sering dilakukan

namun masyarakat cenderung apatis

harus ditegur dulu bahwa bangunan

harus memilki izin, karena tidak semua

masyarakat dengan mudah menerima

dan memahami tentang peraturan

tersebut”. (Wawancara tanggal 1 juni

2015)

Adapun menurut informan Yusri

Sabarudin sebagai Staf Operasional

dan Ketentaraman Ketertiban Umum

yang menyatakan:

“Kalau sosialisasi sudah pernah

dilakukan tapi memang sudah lama,

namun secara tidak langsung dimedia-

media massa sudah di

sosialisasikan”.(Wawancara tanggal 15

juni 2015)

Berdasarkan keterangan informan

Yusri Sabarudin diatas dapat ditarik

keasimpulan bahwa sosialisasi tentang

Izin Mendirikan Bangunan sudah

dilakukan namun sudah cukup lama,

sosialisasi IMB dilakukan melalui media

massa.

Berbeda dengan yang diungkapkan

oleh informan Toni sebagai masyarakat

yang mempunyai ruko di Kelurahan

Batu IX Kota Tanjungpinang yang

mengungkapkan:

“Bahwa selama ia memiliki bangunan

ini tidak pernah sekalipun diadakan

sosialisasi”. (Wawancara pada tanggal

10 juni 2015)

Hal diatas diperkuat dengan

pernyataan Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Pememerintag Kota

Page 45: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Tanjungpinang sebagai informan kunci

yang menyatakan:

“ Sosialisasi telah dilakukan oleh SKPD

namun tidak menyeluruh hanya ke pihak

pemuka masyarakat, RT dan RW.

Namun Satuan Polisi Pamong Praja

telah diarah kan melakukan himbauan

ke tingkat bawah selain melakukan

pengawasan Satuan Polisi Pamong

Praja juga harus mensosialisasikan

kepada masyarakat secara perorang-

orangan”.(Wawancara pada tanggal 21

juni 2015)

Sesuai dengan yang dinyatakan oleh

informan diatas bahwa sosialisasi

mengenai Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan di Kota Tanjungpinang

pernah dilakukan, namun hanya ke

sebagian masyarakat saja yaitu tokoh

masyarakat setempat.

Dalam penentuan suatu

keberhasilan sosialisasi kepada

masyarakat sangat diperlukan partipasi

dari keseluruhan instansi yang terlibat

dengan masalah izin mendirikan

bangunan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

B. Resources (Sumber Daya)

Resouces (sumber daya)

merupakan sebuah komponen yaitu

terpenuhinya kualitas mutu, informasi

yang diperlukan guna pengambilan

keputusan atau kewenangan yang cukup

untuk melaksanakan tugas sebagai

tanggungjawab dan fasilitas yang di

butuhkan dalam pelaksanaan.

Berdasarkan pengertian diatas

dapat dijelaskan bahwa hal yang penting

dalam implementasi kebijakan adalah

dengan mengadakan pendidikan dan

pelatihan bagi para pelaksana yaitu

masyarakat, karena para pelaksana harus

memiliki kualitas yang diperlukan untuk

melaksanakan suatu kebijakan yang

telah ditetapkan oleh peraturan daerah.

Hal ini mengenai sumber daya

yaitu informasi, informasi juga

merupakan hal yang penting didalam

implementasi kebijakan. Informasi

mempunyai dua bentuk: pertama,

informasi mengenai bagaimana

Page 46: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

melaksanakan suatu kebijakan.

Pelaksana-pelaksana (masyrakat) perlu

mengetahui apa yang dilakukan dan

bagaimana mereka harus melakukannya.

Bentuk kedua dari informasi adalah

ketaatan masyarakat terhadap peraturan

– peraturan pemerintah dalam hal ini

kewajiban masyarakat dalam

mengantongi izin mendirikan bangunan.

Dalam melaksanakan kebijakan

implementasi diperlukan wewenang

yang efektif dibutuhkan adanya

kerjasama dengana pelaksana lainnya

jikan ingin program yang dilaksanakan

berhasil.

Adanya bentuk implementasi

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang yang dilaksanakan

dikantor Satuan Polisi Pamong Praja

melalui sumber daya antara lain:

1. Mengadakan pelatihan aparatur

penegak perda yaitu Satuan Polisi

Pamong Praja Kota

Tanjungpinang guna

meningkatkan kualitas anggota

yang memadai

Salah satu bentuk implementasi

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan, dalam kualitas

para masyarakat dapat dilakukan dengan

mengadakan pelatihan bagi masyarakat

dengan tujuan meningkatkan sumber

daya khususnya bagi masyarakat.

Pelatihan sangat dibutuhkan

masyarakat karena dengan diadakannya

pelatihan dapat meningkatkan kesadaran

diri untuk mematuhi dan mentaati setiap

peraturan yang ada. Hal ini dibuktikan

bahwa anggota Satuan Polisi Pamong

Praja Perintah Kota Tanjungpinang

dalam mengimplementasikan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan memerlukan

sumber daya yang berkualitas.

Pernyataan tersebut di perkuat

dengan yang diungkapkan informan

Dian Asmara Siregar S.sos Putugas

Page 47: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Tindak Internal (PTI) Satuan Polisi

Pamong Praja Pemerintah Kota

Tanjungpinang:

“ia mengatakan bahwa perlu dilakukan

pelatihan bagi Satuan Polisi Pamong

Praja karena pelatihan berperan

sebagai kemampuan dan pemahaman

anggota Satuan Polisi Pamong Praja

terhadap peraturan perda tersebut, oleh

karena itu pelatihan pada intinya harus

disosialisasikan karena tanpa sosialisasi

mustahil tujuan dari peraturan daerah

dapat tercapai. Setiap aturan baik

internal maupun eksternal itu

disampaikan melalui pelatihan-

pelatihan, jadi setiap aturan yang ada

itu harus disosialisasikan baik langsung

maupun tidak langsung melalui

tahapan-tahapan formal atau informal.

Dan setiap pelatihan dalam suatu

kegiatan yang sifatnya formal dilakukan

didalam ruangan dan melibatkan

berbagai pihak”. (Wawancara pada

tanggal 5 juni 2015)

Sesuai dengan yang diungkapkan

informan diatas bahwa perlu dilakukan

pelatihan bagi anggota Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang

karena komunikasi yang efektif apabila

komunikator yang berperan dalam

sosialisasi dalam hal ini kemapuan dan

pemahaman terhadap Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan dilingkungan Kota

Tanjungpinang dapat dilakukan melalui

pelatihan, pemantapan dan sebagainya,

yang pada intinya setiap aturan harus

disosialisasikan karena tanpa sosialisasi

tujuan dari peraturan daerah yang

dimaksud tidak akan tercapai.

Adapun menurut informan Yusri

Sabarudin sebagai Staf Operasional dan

Ketentraman Ketertiban Umum yang

menyatakan:

“Bahwa untuk sampai saat pelatihan

sangat jarang dilakukan dengan

permasalahan yang ada sehingga tidak

dapat berjalan sebagaimana yang

seharusnya dijalankan”.(Wawancara

pada tanggal 15 juni 2015)

Berdasarkan pernyataan diatas

dapat disimpulkan bahwa pelatihan

untuk satuan polisi pamong praja sangat

jarang dilakukan karena dengan

permasalahan yang ada dilingkungan

satuan polisi pamong praja.

Adapun menurut informan Yudi

Kurniawan Staf Penegakan PPUD

Page 48: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Satuan Polisi Pamong Praja yang

menyatakan :

“ Memang perlu dilakukan pelatihan,

karena tidak semua staf punya

pengetahuan tentang IMB, tapi kalau

untuk kabit dan kasi sudah melakukan

pelatihan,kemaren mereka berangkat

kejakarta untuk pelatihan,namun untuk

anggota masih sangat jarang sekali

melakukan pelatihan”.(Wawancara

tanggal 1 juni 2015)

\

Pelatihan-pelatiahan yang

diselenggarakan pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat kepada Satuan

Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang hanya pada tingkat

pimpinan saja yang sering dilakukan

pelatihan tentang IMB, Sehingga segala

tindakan dan arahan dalam pengawasan

harus melalui keputusan pimpinan

terlebih dahulu.

Pernyataan diatas dipertegas

oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Pemerintah Kota Tanjungpinang sebagai

key informan yang menyatakan:

“Bahwa dalam mengadakan pelatihan

perlu dilakukan bagi aparatur

penegakan peraturan daerah di satuan

polisi pamong praja agar lebih paham

serta bisa menyampaikan kepada

masyarakat tentang peraturan izin

mendirikan bangunan dengan baik dan

dapat dipahami oleh masyarakat”.

(Hasil wawancara pada tanggal 21 juni

2015)

Sesuai yang diungkapkan oleh

informan kunci yaitu Kepala Satuan

Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang bahwa mengadakan

pelatihan sangat perlu dilakukan agar

terciptanya aparatur-aparatur penegakan

peraturan yang berkualitas.

1. Melakukan penertiban

berdasarkan wewenang dan tanggung

jawab sesuai dengan informasi yang

diterima

Dalam sumber daya selain

mengadakan pelatihan juga diperlukan

informasi guna untuk pengambilan

keputusan berdasarkan tugas dan

wewenang yang cukup dengan tujuan

untuk melaksanakan tanggung jawab

dalam mengimlementasikan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan di Kota

Page 49: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Tanjungpinang hal ini harus didukung

dengan fasilitas yang memadai, guna

meningkatkan kualitas kerja Satuan

Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota

Tanjungpinang terhadap usaha dalam

penertiban yang akan dilakukan.

Sesuai dengan pernyataan diatas

diperkuat oleh informan Yusri

Basaruddin Staf Operasional dan

Ketentraman Ketertiban Umum Kota

Tanjungpinang , yang mengungkapkan :

“Bahwa untuk proses pelaksanaan

penertiban merupakan kewenangan

bidang penegakan Perundang-undangan

yang pelaksanaannya pada unit petugas

tindak internal dalam hal ini yang

mempunyai bidang khusus yang berada

dilingkungan Satuan Polisi Pamong

Praja Pemerintah Kota

Tanjungpinang”. (hasil wawancara

pada tanggal 15 juni 2015)

Sesuai dengan yang diungkapkan

oleh informan diatas bahwa yang

mempunyai tugas dan wewenang dalam

pelaksanaan penertiban terhadap

penegakan perundang-undangan Satuan

Polisi Pamong Praja yang

pelaksanaannya pada unit petugas tindak

internal. Hal yang serupa juga

diungkapkan oleh Staf Penegakan

Peraturan Perundang-Undangan Daerah

(PPUD) Satuan Polisi Pamong Praja

Kota tanjungpinang yang menyatakan :

“Untuk proses penertiban berdasarkan

tugas dan wewenangnya di Satuan

Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang bidang yang mempunyai

tugas dan wewenangnya yaitu bidang

Petugas Tindak Internal Satuan Polisi

Pamuong Praja dan Penegakan

Perundang-undangan Satuan Polisi

Pamong Praja”.(Wawancara tanggal 1

juni 2015)

Berbeda dengan pernyataan dari

informan bambang sebagai masyarakat

kelurahan Batu IX Kota Tanjung Pinang

yang mengungkapkan:

“Saya tidak tahu siapa yang

melakukan wewenang untuk menindak

masyarakat yang tidak mempunyai IMB,

karena saya belum pernah didatangi

oleh petugas Satuan Polisi Pamong

Praja dari pihak

manapun”.(Wawancara 9 juni 2015)

Sebagian besar masyarakat pemilik

bangunan dikelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang tidak memahami tentang

adanya aturan IMB pada Nomor 4

Tahun 2005 sehingga masyarakat sama

sekali tidak berkeinginan mengetahui

Page 50: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

petugas yang berwenag menindak IMB

di Satuan Polisi Pamong Praja.

Adapun menurut informan

Mulyanto sebagai salah satu anggota

Petugas Tindak Internal di Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang,

menyatakan :

“bahwa pelaksanaan tugas berdasarkan

wewenangnya di Satuan Polisi Pamong

Praja sendiri ada petugas tindak

internal yang mempunyai tugas untuk

menindak dan membina anggota Polisi

Pamong Praja yang tidak mematuhi

peraturan tentang mengawasi

masyarakat yang tidak mengantongi izin

mendirikan bangunan”. (Hasil

wawancara pada tanggal 5 juni 20015)

Berdasarkan pendapat informan

diatas, untuk pelaksanaan tugas dan

wewenang dilingkungan Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang

adanya petugas tindak internal yang

mempunyai tugas untuk membina

anggota Satuan Polisi Pamong Praja

dalam melakukan penertiban Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin menirikan bangunan. Selanjutnya

informan kunci Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja menyatakan bahwa:

“ Bahwa proses pelaksanaan penertiban

terhadap Satuan Polisi Pamong Praja

berdasarkan tugas dan wewenangnya di

Satuan Polisi Pamong Praja ada

Petugas Tindak Internal (PTI) itu yang

membedakan dengan Satuan Kerja

Perangkat Daerah lain atau yang dulu

disebut Provost dialah yang

menegakkan disiplin dan juga ada

pengawasan melekat baik melalui

komandan regunya, komandan

platonnya, kepala seksi, kepala bidang

dan secara berjenjang kepada kepala

Satuan Polisi Pamong

Praja”.(Wawancara tanggal 21 juni

2015)

Berdasarkan keterangan dari

informan kunci diatas dapat diambil

kesimpulan untuk proses pelaksanaan

petertiban yang mempunyai tugs dan

wewenang dilingkungan Satuan Polisi

Pamong Praja adanya unit Petugas

Tindak Internal yang membedakan

dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah

lain atau yang dulu disebut Provost

dialah yang menegakkan disiplin dan

juga ada pengawasan melekat baik

melalui komandan regunya, komandan

platonnya, kepala seksi, kepala bidang

Page 51: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

dan secara berjenjang kepada kepala

Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah

Kota Tanjungpinang karena tingkatan

yang lebih tinggi.

C. Disposisi

Dalam proses keberhasilan

imlementasi adanya disposisi yaitu

sikap, komitmen dari para pelaksana,

khusuusnya darimereka yang menjadi

pelaksana program dalam hal ini actor

pelaksananya masyarakat dan Satuan

Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

Kecenderungan dari para

pelaksana kebijakan merupakan faktor

ketiga yang mempunyai konsekuensi-

konsekuensi penting bagi imlementasi

kebijakan yang efektif. Jika para

pelaksana bersikap baik terhadap suatu

kebijakan tertentu, dan hal ini berarti

adanya dukungan, kemungkinan besar

mereka melaksanakan kebijakan sebagai

mana yang diinginkan oleh para

pembuat keputusan.

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa tindakan atau sikap

yang diambil oleh pelaksana cenderung

karena ingin melaksanakan kebijakan

berdasarkan adanya perintah. Dampak

dari kecenderungan sikap tersebut

adalah jika pelaksana merasa kebijakan

tersebut bertentangan dengan pandangan

maupun kepentingan pribadi maka

dalam hal ini cenderung menghambat

imlementasi terhadap kebijakan yang

dibuat, olehh karena itu kesadaran untuk

mengimlementasikan kebijakan dan

pemberian sangsi terhadap pelanggar

kebijakan sangat diperlukan dan menjadi

faktor penting dalam menimalisir

terjadinya kesalah pahaman terhadap isi

dari kebijakan tersebut. Adapun

indikatornya sebagai berikut :

1. Kesadaran masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang untuk mematuhi

peraturan tentang izin

mendirikan bangunan

Sikap dan komitmen masyarakat

dalam mematuhi Peraturan Daerah

Page 52: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan di Kota

Tanjungpinang secara pribadi sudah

mematuhi Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2005 dan ada masih banyak yang

tidak mematuhi, karena untuk mematuhi

peraturan tersebut perlu adanya

kesadaran dari setiap individu itu

sendiri. Menurut informan Yusri

Sabarudin Staf Operasional dan

Ketentraman Ketertiban Umum Kota

Tanjungpinang , yang mengungkapkan :

“Masyarakat banyak yang tidak mau tau

tentang izin mendirikan bangunan

karena masyarakat beranggapan rumah

yang dibeli dari developer sudah diurus

oleh develofer dan masyrakat terima

bersih”.(Wawancara pada tanggal 15

juni 2015)

Hal tersebut diperkuat dengan

yang diungkapkan oleh informan Dian

Asmara Siregar sebagai petugas tindak

internal di Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Tanjungpinang :

“ Secara pribadi masyarakat sudah ada

yang mematuhi peraturan daerah

tersebut akan tetapi masih banyak yang

melanggar aturan dari peraturan

tersebut disebabkan pengaruh ekonomi,

alasan pribadi seperti pembangunan

ruko yang mahal jadi terhambat dengan

anggaran untuk mengurus surat

izinnya”.(Wawancara pada tanggal 5

juni 2015)

Berdasarkan keterangan

informan diatas bahwa dalam

mengimplementasikan Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan di Kota

Tanjungpinang secara keseluruhan

belum mematuhi Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tersebut karenakan

adanya pengaruh ekonomi.

Adapun pernyataan dari

informan dewi selaku masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang

mengatakan bahwa :

“ Belum, karena masyarakat banyak

yang tidak mengetahui Peraturan

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan”.(Wawancara

pada tanggal 10 juni 2015)

Berdasarkan pendapat diatas

dapat peneliti simpulkan bahwa

peraturan tersebut sudah terlaksana

namun belum bisa dikatakan optimal

jika kurang adanya kesadaran dari

pelaksanaan peraturan tersebut untuk

Page 53: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

mengikuti dan mematuhi ketentuan yang

berlaku didalamnya.

Selanjutnya Menurut informan

Staf Penegakan Peraturan Perundang-

Undangan Daerah Kota Tanjungpinang

mengatakan Bahwa:

“Memang tidak semua masyarakat yang

telah mematuhi Izin Mendirikan

Bangunan, karena dengan beberapa

alasan pengurusan nya yang lama dan

memakan biaya yang cukup besar”.

(Wawancara tanggal 1 juni 2015)

Berdasarkan wawancara dengan Staf

Penegakan Peraturan Perundang-

Undangan Daerah Kota Tanjungpinang

dapat disimpulkan bahwa masyarakat

sebagian besar masyarakat belum

mematuhi IMB karena prosesnya yang

rumit,lama dan butuh biaya yang besar.

Hal tersebut diperkuat oleh

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Pemerintah Kota Tanjungpinang sebagai

informan kunci yang menyatakan :

“Masih banyak sekali masyarakat yang

belum mematuhi Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan, mungkin yang

mempunyai surat izin mendirikan

bangunan hanya mereka yang

mempunyai usaha sedangkan

masyarakat yang bagunan nya untuk

tempat tinggal banyak sekali yang tidak

memiliki izin mendirikan bangunan.

(Hail wawancara pada tanggal 21 juni

2015).

2. Pemberian sanksi atau hukuman

bagi mayarakat yang tidak

mematuhi peraturan tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang

Setiap kebijakan yang berlaku

mempunyai peraturan yang harus

dipatuhi didalamnya berdasarkan

undang-undang serta adanya sanksi-

sanksi yang melekat pada setiap

peraturan yang dikeluarkan baik dalam

peraturan yang berdasarkan keputusan

peraturan daerah. Sanksi tersebut

diberikan agar peraturan tersebut

terlaksana dengan baik oleh para

pelaksana peraturan dalam hal ini

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005

tentang izin mendirikan bangunan

akaotatanjungpinang.

Berdasarkan pernyatan yang telah

diuraikan di atas tersebut diperkuat

Page 54: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

dengan pendapat dari informan (PPUD)

yang menyatakan bahwa :

“Suatu aturan yang mengatur

kehidupan bersama yang harus ditaati

dan berlaku mengikat seluruh

warganya. Setiap pelanggaran akan

diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggaran yang dilakukan dan sanksi

yang dijatuhkan didepan masyarakat

oleh lembaga yang mempunyai tugas

menjatuhkan sanksi”. (Wawancara

tanggal 1 juni 2015)

Berdasarkan pendapat diatas

berbeda dengan pernyataan dari Toni

masyarakat Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang:

“Ia mengatakan selama 3 tahun

memiliki ruko yang ditempati sekarang

ini, belum pernah ada Petugas Satuan

Polisi Pamong Praja yang datang untuk

memeriksa IMB yang dimilikinya

apalagi untuk memberikan sanksi”.

(Wawancara tanggal 10 juni 2015)

Adapun Menurut Informan Yusri

Sabarudin Staf Operasional dan

ketentraman ketertiban Umum Kota

Tanjungpinang menyatakan bahwa :

“Pemberian sanksi dilakukan, pertama

petugas memberikan teguran kepada

masyarakat yang tidak memiliki IMB,

kemudian memberikan surat peringatan,

memasang plang peringatan terakhir

bangunan tersebut dibongkar”.

(Wawancara tanggal 15 juni 2015)

Dari pernyataan diatas dapat

disimpulkan bahwa Satuan Polisi

Pamong Praja melakukan pemberian

sanksi dengan beberapa tahapan-

tahapan, pertama petugas memberikan

teguran kepada masyarakat yang tidak

memiliki IMB, kemudian memberikan

surat peringatan, memasang plang

peringatan terakhir bangunan tersebut

dibongkar.

Pendapat diatas berbeda dengan

pernyataan informan Yudi Kurniawan

yang bertugas dibidang Regu Petugas

Tindak Internal Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Tanjungpinang mengatakan :

“ Bahwa pemberian sanksi atas

peraturan daerah nomor 4 tahun 2005

ada dan diberlakukan, yang mana

sanksi tersebut diberikan berbentuk

surat peringatan dan surat teguran dari

pimpinan langsung. Apapun yang

berkaitan dengan pelanggaran itu ada

sanksinya dan faktor yang paling

berpengaruh yaitu adanya kesadaran

dan paksaan agar peraturan tersebut

berjalan sebagaimana mestinya”. (

Page 55: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Hasil wawancara pada tanggal 6 juni

2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh

informan kunci Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja dengan mengatakan:

“Ada. sanksi pertama dilakukan dengan

teguran tertulis, teguran lisan, apabila

kita temukan dilapangan ada

masyarakat yang membangun bangunan

tampa izin kita hentikan sementara

aktifitas dalam hal membangun tersebut,

setelah itu memberi sanksi dan terakhir

dibongkar paksa”.(Hasil wawancara

pada tanggal 21 juni 2015)

Pernyataan informan diatas

dapat disimpulkan adanya pemberian

sanksi atas peraturan daerah nomo 4

tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan Kota Tanjungpinang. Sanksi

tersebut berupa surat peringatan dan

surat teguran langsung dari pimpinan

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang, kemudian menghentikan

sementara aktifitas dalam hal

membangun tersebut, terakhir dibongkar

paksa.

D. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi-organisasi yang

melaksanakan kebijakan memiliki

pengaruh penting pada implementasi.

Salah satu dari aspek-aspek struktual

paling dasarnya ( Standar Operating

Procedures). Prosedur –prosedur biasa

ini dalam menenggulangi keadaan-

keadaan umum digunakan dalam

organisasi-organisasi publik dan swasta.

Adapun hal tersebut diukur melalui sub

indicator sebagai berikut :

1. Mengadakan koordinasi memilih

koordinator yang tepat dalam

mengatur peraturan yang berlaku

dalam hal ini Peraturan Daerah

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun

2005 tentang izin mendirikan

bangunan.

Setiap peraturan-peraturan yang

telah dikeluarkan baik kebijakan

berdasarkan peraturan daerah, peraturan

daerah maupun undang-undang agar

telaksananya peraturan yang dikeluarkan

tersebut adanya kebijakan dalam

memilih koordinator yang tepat dalam

hal ini Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2005 tentang izin mendirikan

Page 56: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

bangunan Kota Tanjungpinang.

Koordinator tersebut dibentuk untuk

mengawasi para pelaksana kebijakan.

Hal yang hampir sama juga disampaikan

oleh informan Yusri Sabarudin Staf

Operasional dan ketentraman ketertiban

Umum Kota Tanjungpinang menyatakan

bahwa :

“Ya perlu, kami telah bekoordinasi dan

bekerja sama dengan instansi lain

seperti BP2T dan BLH kerja sama ini

sesuai dengan tupoksi masing-masing

instansi, walaupun memang belum ada

penugasan yang sah dari Wali Kota

Tanjungpinang,namun kerja sama ini

dilakukan merupakan respon cepat bagi

kami untuk meminimalisir bangunan

yang tidak ada IMB di Kota

Tanjungpinang, bentuk kerja sama ini

kami lakukan dengan turun kelapangan

baik melakukan pengawasan maupun

penindakan yang dilakukan secara

bersama-sama dan sealing

membantu”.(Wawancara tanggal 15

juni 2015)

Berdasarkan pernyataan informan

diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

melakukan pengawasan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) di Kota Tanjungpinang

oleh Satuan Polisi Pamong Praja telah

melakukan kerjasama dengan instansi

lain. Adapun pernyataan dari informan

Dian Asmara Siregar S.sos sebagai

Petugas Tindak Internal menegaskan

bahwa:

“Sangat perlu dilakukan Koordinasi

dengan dinas terkait yaitu dengan tata

kota, BP2T dan pihak kelurahan yang

memiliki wewenang diwilayah tersebut

karena sebelum anggota satuan polisi

pamong praja melakukan penindakan

terlebih dahulu satuan polisi pamong

praja mendapatkan laporan dari

instansi perizinan”.(Wawancara tanggal

5 juni 2015)

Berdasarkan pernyataan

informan diatas bahwa anggota Satuan

Polisi Pamong Praja Kota

Tanjungpinang perlu berkoordinasi

dengan instansi-instansi terkait dalam

hal ini BP2T, Dinas Tata Kota dan

kelurahan. karena jika tidak ada laporan

dari instansi tersebut anggota Satuan

Polisi Pamong Praja tidak memgetahui

mana bangunan yang sudah memiliki

izin dan yang tidak memilki izin dan

yang harus di lakukan penindakan.

Adapun menurut informan Staf

Penegakan Peraturan Perundang-

Page 57: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Undangan Daerah Kota Tanjungpinang

mengatakan Bahwa:

“ Perlu koordinasi dengan instansi lain,

adapun bentuk kerja sama dengan

instansi lain yaitu sesuai dengan tupoksi

masing-masing, seperti BLH mengkaji

untuk dampak lingkungan, BP2T

mengkaji dibagian administrasi,

SATPOL PP sebagai penegak

perda.”(Wawancara pada tanggal 1 juni

2015)

Berdasarkan pernyataan diatas

dapat disimpulkan bahwa koordinasi

memang sangat perlu namun setiap

instansi mengetahui tugas masing-

masing seperti BLH mengkaji untuk

dampak lingkungan, BP2T mengkaji

dibagian administrasi, SATPOL PP

sebagai penegak perda.

Berdasarkan yang diungkapkan oleh

informan Bambang sebagai masyarakat

yang mendirikan perumahan di

Kelurahan Batu IX Kota Tanjungpinang

yang menyatakan:

“Memang perlu pengadaan koordinasi

atau kerjasama antara anggota Satuan

Polisi Pamong Praja dengan

masyarakat agar tujuan yang

diharapkan dapat berjalan dengan

lancar”. ( Wawancara tanggal 9 juni

2015)

Untuk mempertegas pernyataan

dan pendapat informan diatas berikut

pernyataan dari key informan yang

memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Bahwa ia mengatakan sangat perlu

melakukan koordinasi dengan instansi

terkait untuk mendapatkan data yang

akurat tentang bangunan yang belum

memiliki izin dan yang sudah memilki

izin, karena dalam suatu perizinan ada

instansi-instansi terkait jadi harus

berkoordinasi terlebih dahulu dengan

instansi tersebut”. (Wawancara tanggal

21 juni 2015)

Berdasarkan wawancara dengan

key informan diatas dapat disimpulkan

bahwa koordinasi sangat diperlukan

karena masalah perizinan ini bukan lah

sepenuh nya wewenang dari satuan

polisi pamong praja, ada instansi terkait

yang juga memiliki wewenang dalam

perizinan yaitu izin mendirikan

bangunan.

Page 58: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

2. Melakukan pengawasan terhadap

izin mendirikan bangunan di Kota

Tanjungpinang

Setiap kebijakan atau peraturan

yang telah dikeluarkan dibutuhkan

pengawasan terhadap para pelaksana

kebijakan agar peraturan tersebut

berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dalam hal ini Peraturan Daerah

Nomo 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang karena didalam sebuah

organisasi untuk mengontrol berjalannya

sebuah kebijakan yang telah dikeluarkan

mesti dilakukan pengawasan agar

tercapainya maksud dan tujuan dari

peraturan tersebut.

Pernyataan diatas sesuai dengan

yang diungkapkan oleh informan Yusri

Sabarudin Staf Operasional dan

ketentraman ketertiban Umum Kota

Tanjungpinang menyatakan bahwa :

“iya, pasti pengawasan tersebut

diperlukan serta pengawasan tersebut

harus dilakukan secara terus menerus

karena untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat agar mentaati Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang

izin mendirikan bangunan Kota

Tanjungpinang” (Wawancara pada

tanggal 15 juni 2015).

Berdasarkan pernyataan tersebut

diatas dapat peneliti simpulkan bahwa

mengenai izin mendirikan bangunan

sangat memerlukan pengawasan dari

petugas tindak internal Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Tanjungpinang.

Pendapat yang hampir sama juga

dinyatakan oleh informan Staf

Penegakan Peraturan Perundang-

undangan Daerah yang menyatakan

bahwa:

“Pengawasan telah dilakukan dengan

mendatangi lokasi bangunan

dikelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang dan melakukan

pengecekan terhadap surat-surat yang

menyangkut dengan IMB”. (Wawancara

tanggal 23 mei 2015)

Berdasarkan pernyataan Staf

Penegakan Peraturan Perundang-

undangan Daerah diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa Pengawasan telah

dilakukan dengan mendatangi lokasi

Page 59: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

bangunan dan melakukan pengecekan

terhadap surat-surat yang menyangkut

IMB.

Hal tersebut diperkuat dengan

pernyataan Yudi Kurniawan Petugas

Tindak Internal Satuan Polisi Pamong

Praja Kota Tanjungpinang yang

menyatakan :

“Untuk pengawasan dilakukan secara

rutin dengan patroli dan sebelum

bangunan didirikan disosialisasikan

dulu untuk mengurus izinnya, apabila

dalam jangka waktu tidak mengurus izin

ada tahapan-tahapan yang dilakukan ,

jika ditemukan dilapangan ada suatu

bangunan atau usaha yang tidak

mimiliki izin mendirikan banguna

dihentikan sementara aktifitas dan

berkoordinasi dengan kelurahan

setempat, memberi surat teguran

memberi sanksi, dan membongkar

secara paksa”. (Hasil wawancara

tanggal 6 juni 2015)

Berdasarkan keterangan

informan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengawasan sudah dilakukan

oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan

telah disosialisasikan namun pemberian

sanksi jarang dilakukan jadi masyarakat

tidak merasa takut jika tidak memeliki

izin karena teguran dari satuan polisi

pamong praja pun hanya berupa

pemberitahuan saja dan tidak ada sanksi.

Seharusnya anggota satuan polisi

pamong praja dan dinas terkait harus

berlaku tegas harus sampai ke

persidangan agar masyarakat dan

pengusaha mendapat efek jera.

Berdasarkan pernyataan informan

Nova sebagai masyarakat dikelurahan

Batu IX Kota Tanjungpinang:

“Ia mengatakan, pernah dilakukan

pengawasan dan mendapat teguran dari

Satuan Polisi Pamong Praja, namun

setelah itu tidak ada penindakan lagi,

hanya sebatas itu saja”. (Wawancara

pada tanggal 11 juni 2015)

Pernyataan dan pendapat

informan diatas dipertegas oleh key

informan Kepala Satuan Polisi Pamong

Praja yang menyatakan:

“Perlu dilakukan pengawasan, agar

masyarakat mentaati peraturan daerah

nomor 4 tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan, mengenai

pelaksanaan yang dilakukan oleh

anggota Satuan Polisi Pamong Praja

dalam hal ini belum terlaksana dengan

Page 60: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

baik karena terkendala oleh berbagai

faktor. Yaitu faktor fasilitas sarana dan

prasarana serta keterbatasan

anggaran”. (Hasil wawancara pada

tanggal 21 juni 2015)

Sesuai dengan yang

diungkapkan informan diatas dapat

disimpulkan bahwa pengawasan

terhadap masyarakat perlu dilakukan

agar mentaati Peraturan Daerah Nomor

4 Tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan Kota Tanjungpinang. Dalam

hal ini yang mempunyai tugas dan

wewenang yaitu petugas tindak internal

Satuan Polisi Pamong Praja sebagai

penegak peraturan daerah namaun

pelaksanaan pengawasannya belum

terlaksana dengan baik karena

keterbatasan fasilitas sarana dan

prasarana serta anggaran.

V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data

penelitian yang peneliti lakukan bahwa

implementasi Peraturan Daerah Nomaor

4 Tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan di Kelurahan Batu 9 Kota

Tanjungpinang belum sepenuhnya

terlaksana karena tidak semua

masyarakat mengimplementasikan dan

mentaati Peraturan Daeran Nomor 4

Tahun 2005, hal ini dilihat dari hasil

temuan penelitian pada beberapa

indikator yang mempengaruhi

implementasi peraturan daerah tersebut :

1. Dilihat dari segi komunikasi,

menunjukkan bahwa Satuan Polisi

Pamong Praja jarang sekali

menyebarkan himbauan dan

bersosialisasi kepada masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang sehingga masyarakat

kurang mengetahui adanya

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2005 karena kurangnya sosialisasi.

Page 61: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

2. Bardasarkan sumber daya, anggota

Satuan Polisi Pamong Praja tidak

pernah mengadakan pelatihan guna

meningkatkan kualitas anggota

dalam penegakan peraturan daerah

karena keterbatasan anggaran.

Sedangkan dalam melakukan

penertiban berdasarkan wewenang

dan tanggung jawab sesuai

informasi yang diterima, tidak

berjalan maksimal karena

keterbatasan informasi serta tidak

dilaksanakan sesuai dengan

penentuan penertiban yang berlaku

dalam peraturan daerah tersebut.

3. Indikator Disposisi atau sikap dan

komitmen dari pelaksanaan terhadap

program dalam hal ini masyarakat di

Kelurahan Batu IX Kota

Tanjungpinang tidak melaksanakan

peraturan daerah tersebut secara

sadar karena alasan yang merupakan

kepentingan pribadi, sementara itu

pemberian sanksi dan hukuman

kurang terlaksana sesuai dengan

Peraturan Daeran Nomor 4 Tahun

2005 tentang izin mendirikan

bangunan Kota Tanjungpinang.

4. Indikator struktur birokrasi dalam

pelaksanaan implementasi

memerlukan pengadaan koordiasi

atau kerja sama dalam memilih

koordinator dalam

mengimplementasikan Peraturan

Daeran Nomor 4 Tahun 2005

tentang izin mendirikan bangunan

Kota Tanjungpinang. Hal ini

dilakukan dengan cara pemilihan

koordinator yang tepat dalam

peraturan tersebut, sedangkan

mengenai pengawasan terhadap

masyarakat di Kelurahan Batu IX

Kota Tanjungpinang belum berjalan

dengan efektif hal ini disebabkan

karena tidak efisiennya pengawasan

yang berdasarkan wewenang

dilingkungan Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

B. Saran

Page 62: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

Berdasarkan hasil temuan mengenai

implementasi Peraturan Daerah Nomor

4 Tahun 2005 tentang izin mendirikan

bangunan di Kota Tanjungpinang di

Kelurahan Batu 9, maka saran yang

dapat disampaikan adalah sebagai

berikut :

1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

seharusnya mempunyai sikap tegas

kepada anggota Satuan Polisi

Pamong Praja agar menjalankan

penegakan peraturan daerah dengan

sebaik-baiknya dengan penuh rasa

tanggung jawab.

2. Kepada masyarakat di Kelurahan

Batu 9 Kota Tanjungpinang

mempunyai tingkat kesadaran tinggi

dalam mematuhi Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2005 tentang izin

mendirikan bangunan.

3. Kepada Petugas Tindak Internal

Satuan Polisi Pamong Praja

diharapkan dalam melakukan

pengawasan harusnya dilakukan

seefesien mungkin dalam

mengimplementasikan peraturan

daerah dan secara tegas memberikan

sanksi kepada masyarakat yang

tidak mematuhi perturan daerah

tersebut. Seharusnya penyampaian

informasi mengenai peraturan

daerah dapat diinformasikan dengan

jelas serta dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku didalamnya.

4. Kepada Staf Penegakan Perundang-

undangan Daerah diharapkan

membuat peraturan perundangan-

undangan dengan jelas dan tidak

berubah-ubah.

5. Kepada Staf Operasional dan

Ketentraman Ketertiban Umum di

harapkan bersikap tegas dalam

melakukan penertiban agar

terciptanya pembangunan yang

sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan.

Page 63: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...

VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan

Otonomi Luas dengan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung.

Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Gaffar, Affan. 2009. Otonomi Daerah

Dalam Negara Kesatuan. Cetakan

I, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Harsono, Hanifah. 2002. Implementasi

Kebijakan dan Politik. Bandung:

PT. Mutiara Sumber Widya.

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data

Penelitian dengan Statistik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Husaini Usman, dan Purnomo Setiady

Akbar. 2009. Metodologi

Penelitian Sosial. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Rumengan, Jemmy. 2010. Metodologi

Penelitian dengan SPSS. Cetakan

Pertama, Batam: Uniba Press.

Satori, D dan Komariah, A. 2012.

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi

dalam Birokrasi Pembangunan.

Bandung: Remaja Rodakarya

Offset.

Solichin, Wahab.A. 2001. Analisis

Kebijakan: Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan

Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Cetakan ke 12.

Bandung: Alfabeta.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks

Implementasi Berbasis

Kurikulum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Peraturan Perundang-Undangan:

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Nomor 4 Tahun 2005 tentang Izin

Mendirikan Bangunan.

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Nomor 6 Tahun 2003 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Tanjungpinang.

Page 64: IMPLEMENTASI PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ... Kecenderungan-kecenderungan dan Struktur Birokrasi. ...