UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

99
UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TALANG BANJAR KOTA JAMBI SKRIPSI HABIB ZARKASIH DAULAY NIM SIP 151973 PEMBIMBING : ALHUSNI, S.Ag, M.HI JUHARMEN, S.HI, M.SI KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDIN JAMBI 2019

Transcript of UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

Page 1: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM

PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TALANG

BANJAR KOTA JAMBI

SKRIPSI

HABIB ZARKASIH DAULAY

NIM SIP 151973

PEMBIMBING :

ALHUSNI, S.Ag, M.HI

JUHARMEN, S.HI, M.SI

KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDIN JAMBI

2019

Page 2: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

i

Page 3: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

ii

Page 4: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

iii

Page 5: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

iv

MOTTO

ىن ح ل ص ه م ح ا و م و ىا إ ال رض ق وا في ال د س ف م ل ت ه يل ل ا ق ذ إ و

.......”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi”,"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan

perbaikan."

(QS.Al Baqarah 02 : 11)

Page 6: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

v

PERSEMBAHAN

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala

kasih sayang, anugerah dan kemudahan bagi saya dalam hidup dan kehidupan

saya. Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh yang baik dan memberikan

petunjuk kepada ummat manusia di dunia.

Dengan ini kupersembahkan keberhasilan ini yang utama dan yang paling utama

untuk kedua orang tua ku, Ayahanda Rustam Daulay terima kasih atas limpahan

kasih sayangmu dan Ibunda Siti Masyuroh Siregar terimakasih atas limpahan

Do’a dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik

Teman-teman dan sahabat seperjuangan yang tak mungkin saya sebutkan satu

persatu (Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan 2015), serta seluruh teman-

teman sahabat UIN STS Jambi.

Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari Dan memberikan

kemudahan dalam segala hal.

Aammiiinn...

Page 7: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

vi

ABSTRAK

Habib Zarkasih Daulay NIM: SIP.151973; Upaya Satuan Polisi Pamong Praja

dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.

Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban

Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi serta apa saja hambatan

yang di hadapi dalam menertiban PKL. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

yang menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan dengan metode

pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut:

pertama, Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan

Keamanan Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi: penyelenggaraan

sosialisasi dan penertiban sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016

dan peraturan PerWako Nomor 32 Tahun 2004 Kedua, Adapun Hambatan yang

ditemui di Lapangan dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima yaitu untuk

Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL

Pasar Talang Banjar di temui kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala

tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal Ketiga, adapun

Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Menertibkan

Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar yaitu dengan melakukan

upaya-upaya sebagai berikut: upaya peningkatan Strategi Kekuatan Peluang,

Strategi Kekuatan-Tantangan, dan Srategi Kelemahan-Peluang, yang menunjang

tercipta kekuatan dalam meningkatkan kualitas dan strategi operasi.

Kata Kunci : Satuan Polisi Pamong Praja, Pedagang Kaki Lima

\

Page 8: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Shalawat beriring salam kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW

yang telah membimbing umat-Nya kejalan Islam dan ilmu pengetahuan. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Strata Satu (S.1) Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi dengan judul “Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam

penertiban pedagang kaki lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi”.

Dalam rangka proses tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN STS

Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

STS Jambi.

3. Bapak H. Hermanto, Lc, M.HI.,Ph.D selaku wakil Dekan I Fakultas

Syariah bidang Akademik dan Kelembagaan.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI selaku akil Dekan II fakultas Syariah

bidang Administrasi Umum, Keuangan dan Perencanaan.

5. Ibu Dr. Yuliatin, M.Hi selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah

bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.

Page 9: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

viii

Page 10: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

C. Batasan Masalah .............................................................................. 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8

E. Kerangka Teori ................................................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 23

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 25

A. Pendekatan penelitian ...................................................................... 25

B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 25

C. Unit Analisis Data ........................................................................... 27

D. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 27

Page 11: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

x

E. Teknis Analisis Data......................................................................... 28

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 29

G. Jadwal Penelitian............................................................................... 31

BAB III GAMBARAN UMUM SATPOL PP ......................................... 32

A. Historis dan Geografis ..................................................................... 32

B. Visi Dan Misi ................................................................................... 36

C. Struktur Organisasi .......................................................................... 37

D. Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 53

A. Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Penertiban dan

Keamanan Pemerintah Kota Jambi............................................. ..... 53

B. Hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota Jambi

dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar

Talang Banjar Kota Jambi................................................................. 63

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79

A. Kesimpulan ...................................................................................... 79

B. Saran ................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

xi

DAFTAR SINGKATAN

SATPOL PP : Satuan Polisi Pamong Praja

PKL : Pedagang Kaki Lima

PERDA : Peraturan Daerah

DPP : Dinas Pengelolaan Pasar

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

PERWAL : Peraturam Walikota

SDM : Sumber Daya Manusia

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PPNS : Penyidik Pegawai Negeri Sipil

RENSTRA : Rencana Strategi

RENJA : Rencana Kinerja

DPA : Dokumen Pelaksana Anggaran

RKA : Rencana Kegiatan Anggaran

PADS : Pendapatan Asli Daerah Sendiiri

HAM : Hak Asasi Manusia

Page 13: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Jambi merupakan unsur

pendukung tugas Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi dalam mengamankan dan

melaksanakan kebijakan Pemkot yang bersifat khusus di bidang ketentraman dan

ketertiban umum. Adapun tugas dan fungsi dari Satpol PP Kota Jambi sebagai

penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum masyarakat Kota Jambi sangat

luas, seperti menangani masalah sampah, bangunan liar, pedagang kaki lima,

tindak kejahatan, prostitusi, dan sebagainya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) bahwa kedudukan Polisi

Pamong Praja sebagai Perangkat Daerah mempunyai tugas membantu Kepala

Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.1 Semakin meningkatnya eskalasi

kinerja Satuan Polisi Pamong Praja, maka Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2016 tentang

Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).2 Adapun Peraturan Pemerintah

No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja menjelaskan

tugas perlindungan masyarakat merupakan bagian dari fungsi penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, dengan demikian fungsi

1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148

ayat (1) dan ayat (2) 2 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Page 14: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

2

perlindungan masyarakat yang selama ini berada pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat menjadi fungsi

Satuan Polisi Pamong Praja, sesuai dengan prinsip-prinsip good gavernance dan

clean goverment.

Pengertian Pedagang Kaki Lima, Pedagang atau orang yang melakukan

kegiatan atau usaha kecil tanpa didasari atas ijin dan menempati pinggiran jalan

(trotoar) untuk menggelar dagangan. Menurut Sidharta, “Pedagang Kaki Lima

(trotoar/pedestrian) yang keberadaannya tidak boleh mengganggu fungsi publik,

baik ditinjau dari aspek sosial fisik, visual, lingkungan.

Dalam melaksanakan kewenangannya guna menegakkan peraturan daerah

serta, keputusan kepala daerah, sebagai salah satu tugas utama, dari satpol PP,

tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih melakasanakan

kewenangannya Satpol PP dibatasi oleh kewenangan represif yang sifatnya non

yustial. Karenanya aparat Satpol PP seringkali harus menghadapi berbgai kendala

ketika harus berhadapan dengan masyarakat yang memiliki kepentingan tertentu

dalam memprjuangkan kehidupan nya, yang akhirnya bermuara pada munculnya

konflik (bentrokan).

Dalam menghadapi situasi seperti ini, Satpol PP harus dapat mengambil

sikap yang tepat dan bijaksana, sesuai dengan paradigma baru Satuan Polisi

Pamong Praja yaitu mnjadi aparat yang ramah, bersahabat, dapat menciptakan

suasana batin dan nuansa kesejukan bagi masyarakat, namun tetap tegas dalam

bertindak demi tegaknya hukum yang berlaku.

Page 15: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

3

Berdagang merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh

masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Sempitnya lapangan

pekerjaan di sektor formal, mendorong masyarakat beralih ke sektor informal

yang salah satunya menjadi PKL. Masyarakat berpendapat akan sangat mudah

untuk melakukan aktivitas tersebut. Membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan

menjadi PKL dianggap sebagai solusi yang tepat, walaupun keuntungan yang\

didapat relatif rendah. Jambi menjadi salah satu Kota yang tidak bisa lepas dari

keberadaan PKL. Terdapat belasan gerobak pedagang kaki lima (PKL) di Pasar

Talang Banjar. PKL itu pun ditertibkan petugas Satpol PP Kota Jambi karena

nekat berjualan di kawasan Trotoar.3

Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan penertiban yakni

kembalinya PKL yang sudah direlokasi ke tempat semula. Hal ini

mengindikasikan bahwa lokasi tersebut mempunyai daya tarik dan potensi yang

besar untuk ditempati oleh PKL. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut,

perlu dilakukan tindakan relokasi dengan mengadopsi karakteristik PKL masing-

masing dalam menentukan lokasi baru bagi pedagang.

Dalam hal ini pedagang kaki lima (PKL) banyak yang mengeluh di

karenakan adanya beberapa permasalahan yang belum terlaksana diantaranya

masalah pengelolaan pasar yang belum baik, penataan pasar yang belum tertata,

serta fasilitas yang ada di pasar talang banjar yang belum memadai dan juga

lampu yang berada di pasar tersebut sering mati.

3 https://www.jambiupdate.co/artikel-penertiban-di-pasar-lama-talang-banjar-html di

akses pada tanggal 27 Juni 2019. jam 20.30 Wib.

Page 16: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

4

Sementara fasilitas lain seperti jalan menuju pasar talang banjar yang

masih becek, terutama yang berada dibelakang pasar, para pedagang kaki lima

(PKL) dalam berjualan tidak dalam keadan teratur, begitu pula dengan penataan

parkir yang masih semerawut.

Dari hasil wawancara informasi yang di dapatkan dari Kepala Bidang

penertiban satuan polisi pamong praja bahwa sanya sebagaimana yang telah

disampaikan terkhususnya bagi para pedagang di pasar talang banjar seharus

berdomisili asli Kota Jambi, akan tetapi sebagaimana informasi yang telah di

dapatkan para pedagang di pasar talang banjar tidak hanya pedagang yang

berdomisili Kota Jambi bahkan ada juga para pedagang yang berada di pasar

talang banjar yang berdomisili diluar dari Kota Jambi sebagaimana yang telah di

sampaikan oleh kepala bidang penertiban satuan polisi pamong praja.

Pemerintah Kota Jambi untuk melakukan penertiban PKL berusaha

mengoptimalkan peran Satpol PP. Berdasarkan pasal 25 ayat 1 Perda Nomor 9

Tahun 2011, disebutkan bahwa: Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur

pendukung tugas Wali Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang ketertiban dan ketenteraman masyarakat, penegakan Peraturan Daerah dan

perlindungan masyarakat, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan, yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris

Daerah. Satpol PP sebagaimana dimaksud di atas mempunyai tugas yakni

membantu Wali Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

ketertiban dan ketenteraman masyarakat, penegakan peraturan daerah dan

memberi perlindungan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka

Page 17: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

5

mengantisipasi pro dan kontra. Seperti halnya pembersihan pedagang kaki lima di

Pasar Talang Banjar Kota Jambi yang sedang marak akhir-akhir ini. Satu sisi

pemerintah daerah ingin menertibkan daerahnya hingga terciptanya selogan

bersih, nyaman dan aman terpenuhi termasuk Kota Beradat. Namun disisi lain,

pedagang kaki lima yang mana merupakan sektor usaha kecil ingin beroperasi

untuk mencari nafkah. Masyarakat umum disatu sisi menginginkan Kotanya

bersih dan rapi namun disis lain membutuhkan juga keberadaan pedagang kaki

lima tersebut, terutama karena kemuduhan mendapatkan barang yang diinginkn

dengan harga yang relatif terjangkau.

Keberadaan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi yang tumbuh bak

parasit menempati trotoar, emperan pertokoan bahkan bahu jalan selain

menggangu kelancaran lalu lintas juga disinyalir merugikan pedagang yang

menyewa toko. Sebagai catatan, sebenarnya pedang kaki lima inipun

mengeluarkan biaya atau iuran ke pemkot melalui aparat dilapangan. Maka dari

itu, tiap kali penggusuran pedagang kaki lima selalui diwarnai penolakan yang

tidak sedikit berujung pada kericuhan antara pedang kaki lima dan satpol PP yang

menjadi ujung tombak penertiban.

Dalam memahami lebih jauh peran dan fungsi satpol PP khususnya dalam

pembinaaan dan penegakan hukum, pertama-tama perhatian kita tertuju pada

perundang-undangan yang mengatur mengenai satpol PP yaitu peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg praja.4

4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg

praja

Page 18: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

6

Dengan keluarnya peraturan pemerintah ini, diharapkan berbagai

kesimpangsiuran organisasi, tugas dan fungsinya serta hal lain yang menjadi

atribut satpol PP yang selama ini dirancang secara berbeda-beda antara pemda

baik ditingkat Provinsi maupun kabupaten/kota dapat segera diseragamkan.

Adapaun materi yang, dimuat dalam peraturan pemerintah ini meliputi

susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang,hak, tugas dan kewajiban

satuan polisi pamong praja khusus, mengenai fungsi dan eran satpol pp diatur

dalam beberapa pasal-pasal yaitu:5

1. Pasal 3 yang menyebutkan: satuan polisi pamong praja mempunyai tugas

memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum,

menegakkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.

2. Pasal 4 menyebutkan: dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam pasal 3, satpol PP menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,

penegakan peraturan daerah dan Kabupaten kepala Daerah.

b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaran ketentraman dan

ketertiban umum di daerah.

c. Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan daerah dan kabupaten kepala

daerah.

d. Pelaksanaan kordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan

ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, atau aparatur lainnya

5Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pedoman Satuan Polisi

Pamong Praja, Jakarta, Renika, Cipta, Hlm.32

Page 19: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

7

e. Pengawasan terhadap masyarakat agar memenuhi dan menaati peraturan

Daerah dan Kabupaten Kepala Daerah.

Pedagang kaki lima harus di akui adalah cermin beragamnya tingkat

ekonomi masyarakat. Daya beli, modal usaha hingga desakan pemodal besar

adalah wajah lain dari kota yang memiliki banyak pedagang kaki lima, dan itulah

yang terjadi di daerah Provinsi Jambi , karena semua pihak saling membutuhkan

sehingga diperlukan strategi-strategi yang lebih tepat dan memperhatikan dari segi

dan aspek-aspek kemanusian, pihak PKL tidak merasa di rugikan dan pihak satpol

PP juga menjalankan aturan hukum dengan tepat benar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, mendorong

peneliti untuk mengadakan kajian dengan judul penelitian "Upaya Satuan Polisi

Pamong Praja dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang

Banjar Kota Jambi"

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana

Ketertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi ?

2. Apa hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota Jambi dalam

rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar talang Banjar Kota

Jambi ?

Page 20: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

8

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar dan mengambang khususnya tentang

Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, maka untuk

mempermudah penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam penertiban

Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Tujuan Dan Kegunaan

Penelitian mengacu pada PP No 12 Tahun 2016.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan penelitian,

yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana

Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi.

b. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota

Jambi dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang

Banjar Kota Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

c. Untuk melihat proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana

Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi.

d. Untuk melihat hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota

Jambi dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang

Banjar Kota Jambi.

Page 21: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

9

E. KerangkaTeori

1. Satuan Polisi Pamong Praja

Keberadaan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan daerah

mempunyai arti khusus yang cukup menonjol, karena tugas-tugasnya membantu

Kepala Daerah dalam Pembinaan Ketentraman dan Penertiban serta Penegakan

Peraturan Daerah sehingga berdampak pada upaya peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Pada hakekatnya, seorang anggota Satpol PP adalah seorang Polisi, yang

oleh karenanya dapat (dan bahkan harus) dibilangkan sebagai bagian dari aparat

penegak hukum (law enforcer). Dikatakan demikian, karena Satpol PP dibentuk

untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan peraturan Daerah (Perda).

Sebagaimana diketahui, Perda menurut Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun

2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah salah satu jenis

perundang-undangan.

Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Perda dinyatakan dalam Pasal 1

butir 8, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2016 tentang

Satuan Polisi Pamong Praja. Kedua pasal tersebut pada intinya menyatakan

eksistensi Satpol PP sebagai bagian perangkat daerah dibentuk untuk membantu

kepala daerah menegakkan perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan

ketertiban masyarakat. Pasal 3, dan 4 PP Nomor 12 Tahun 2016 tentang Satuan

Polisi Pamong Praja pula menegaskan tugas Satpol PP menegakkan Perda dan

menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Page 22: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

10

Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah

“Perangkat daerah yang membantu tugas kepala daerah dalam menegakkan Perda

dan penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, yang

dikepalai oleh kepala daerah” (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah) kepala daerah dalam hal ini Walikota Kota Jambi.

Selain tugas Pokok, Satpol PP mempunyai fungsi lainnya yang

disebutkan dalam Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kota Surakarta pasal 62 ayat (3) huruf e: “Untuk melaksanakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja

mempunyai fungsi: penyelenggaraan sosialisasi”

Dari pengertian di atas, Satpol PP mempunyai tugas membantu Walikota

dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang ketentraman dan

ketertiban serta penegakan peraturan daerah. Sehingga peran Satpol PP sebagai

aktor implementasi adalah dalam rangka penegakan peraturan daerah dan

mewujudkan ketertiban dan ketentraman.6 Implementasi menurut Daniel A.

Mazmanian dan Paul A. Sabatier adalah pelaksanaan dasar, biasanya dalam

bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.7

Dengan tugas dan wewenang yang diberikan Satpol PP, adanya Satpol PP

bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar dalam

penyelenggaraan usahanya (PKL) tidak mengganggu ketertiban umum,

6 Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang

(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam

Laporan Penelitian. hal 58 7 Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. hal 68

Page 23: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

11

kebersihan lingkungan kota dan kelancaran lalu lintas, maka keberadaanya perlu

diatur dan dibina supaya dapat pemanfaatan tempat usaha tetap sesuai dengan

peruntukan tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam peraturan yang mengatur

mengenai PKL di Kota Jambi, yang tentunya hanya berlaku di Kota Jambi saja

yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota

Jambi. Peraturan daerah telah diakui sebagai sarana yuridis yang sepadan dengan

UU dan tidak bertentangan dengan UU diatasnya baik dilihat secara materiil

maupun formil.

Satpol PP mempunyai misi strategis dalam membantu kepala daerah

dalam hal ini Walikota untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram,

tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan Pemerintahan dapat berjalan dengan

lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatan dengan aman.

Peraturan daerah tentang ketentraman dan ketertiban yang dikeluarkan

kepala daerah kadang kalanya tidak selalu cocok dengan yang diinginkan

masyarakat, kadang masyarakat memandang itu sebagai sebuah kebijakan yang

kontroversial maka mereka cenderung menolak kebijakan itu. Tetapi seiring

berjalannya waktu, orang telah berpengalaman dengan kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan kepala daerah akhirnya juga kebijakan tersebut diimplementasikan

dan dapat diterima. bahwa implementasi kebijakan adalah serangkaian tindakan

yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan

untuk memecahkan masalah tertentu.8

8 Hamidjoyo, Kunto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Implementasi Kebijakan Penataan Pemebinaan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Surakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. hal 20

Page 24: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

12

Sedangkan proses implementasi menurut Van Meter dan Van Hom

adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-

pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.9

Sehubungan dengan hal tersebut, peranan badan atau lembaga pemerintahan

sangat besar untuk secara persuasif mampu memberikan dorongan kepada

anggota-anggota masyarakat agar mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan

atau kebijakan tersebut. Maka Satpol PP selain berfungsi sebagai penyelenggara

ketentraman dan ketertiban umum, juga berfungsi sebagai penegak peraturan

daerah yang dimaksudkan untuk menegakkan supremasi hukum.

Penegakan menunjuk pada orang, pelaku, atau lembaga. Dengan

demikian, penegak peraturan daerah bisa diartikan sebagai aparat atau instansi

yang bertugas mewakili pemerintah daerah setempat untuk memelihara atau

mempertahankan pelaksanaan peraturan daerah. Dalam prakteknya, terkadang

Satpol PP melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang telah

melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan daerah dan keputusan kepala

daerah yang telah diberlakukan. Pelaksanaan tugas ini Satpol PP bertanggung

jawab atas kepala daerah. Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP menggunakan

dua metode yakni metode preventif (pencegahan) dan represif (penindakan), pada

metode preventif, Polisi Pamong Praja mengupayakan sosialisasi ataupun

penyuluhan kepada masyarakat tentang isi peraturanan daerah. Upaya ini

dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang diatur dalam

9 Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. hal 65

Page 25: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

13

peraturan daerah. Metode represif lebih cenderung ke arah penindakan yang

dilakukan Satpol PP terhadap PKL yang melakukan pelanggaran terhadap Perda.

Pembekalan pengetahuan yang cukup mengenai tugas dan fungsi Satpol

PP dalam kerangka negara demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi hak

asasi manusia haruslah dilakukan. Paradigma Satpol PP sebagai bagian dari

negara (yang tak punya pilihan lain kecuali menghormati hak asasi manusia)

menjadi wajib diketahui dicamkan benar oleh setiap petugas Satpol PP. Dengan

mengetahui posisi sebagai hamba masyarakat dan melayani pemegang kuasa,

maka pelanggaran HAM akan dapat direduksi seminimal mungkin.

2. Penertiban Pedagang Kaki Lima

Pengertian Pedagang Kaki Lima dalam Perda Nomor 3 Tahun 2008

tentang Pengelolaan PKL Kota Jambi dalam pasal 1 ayat (8) disebutkan

“Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL adalah pedagang yang

menjalankan kegiatan usaha dagang dan jasa non formal dalam jangka waktu

tertentu dengan mempergunakan lahan fasilitas umum yang ditentukan oleh

Pemerintah Daerah sebagai tempat usahanya, baik dengan menggunakan sarana

atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dan/atau dibongkar pasang”.

Bahwa ”Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan jenis pekerjaan yang

penting dan relatif khas dalam sektor informal di daerah perkotaan”.10

Kekhususan tersebut karena kehadiran PKL ditengah melimpahnya tenaga kerja

dan sedikitnya lapangan kerja mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja

10

Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan

Imlementasinya di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. Maleong, Lexy J. 2012.

Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 69

Page 26: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

14

untuk memasukinya. PKL merupakan unit usaha kecil yang melakukan kegiatan

produksi atau distribusi barang dan jasa, dengan sasaran utama untuk menciptakan

lapangan kerja dan penghasilan kegiatan usaha yang dilakukan sendiri dan

memberikan penghasilan bagi dirinya sendiri.

Kebanyakan Pedagang Kaki Lima memilih berjualan di tempat

keramaian, stasiun bis dan kereta, seperti pasar atau halte-halte dan tempat wisata.

Pedagang kaki Lima menggunakan berbagai perlengkapan sebagai sarana

berjualan, seperti grobak, menggunakan pikulan, membuat lapak atupun

gendongan. Berikut macam-macam perlengkapan para Pedagang Kaki Lima

menurut Permadi :11

a. Grobak

Ada yang biasa dipakai oleh para Pedagang Kaki Lima, gerobak sepeda

dan gerobak dorong. Perbedaannya, gerobak sepeda mempunyai tiga roda,

sedangkan gerobak dorong mempunyai dua roda dan satu penahan di bagian

depan.

b. Lapak

Lapak adalah sejenis kios kecil yang bangunannya terbuat dari kayu,

triplek atau bambu. Lapak Pedagang Kaki Lima juga ada dua jenis, yang tidak

permanen dan yang semi/setengah permanen. Lapak yang tidak permanen, jika

para Pedagang Kaki Lima berjualan, dibongkar dan dibawa pulang. Sementara,

yang setengah permanen, rangka kios kayu yang dipakai jualan ditutup dengan

terpal, lalu dibuka lagi jika akan berjualan kembali esoknya.

11

Septiana, Dwi. 2011. Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan

pemerintah Kota Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES. hal 11

Page 27: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

15

Menurut Yusriadi diakui atau tidak secara empirik PKL berdampak

positif khususnya bagi aspek sosial ekonomi. Ini disebabkan bahwa usahawan-

usahawan sektor PKL disamping tergolong ulet dan mandiri, PKL juga mampu

menekan tingkat pengangguran, meskipun juga dalam realitasnya sering

menambah beban pekerjaan pemerintah kota.12

Bagi pemerintah kota, PKL juga

banyak memberikan andil yakni mampu memberikan konstribusi bagi sumber

Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) melalui restribusi yang dikenakan. Ini

artinya PKL berperan sebagai aset potensi ekonomi pemerintah kota.

Peraturan daerah (Perda) dan peraturan walikota merupakan wujud

kebijakan yang digunakan oleh pemerintah kota untuk mengatur, menata, dan

membina pedagang kaki lima. Isi Perda yang mengatur tentang pedagang kaki

lima antara daerah satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, namun karakter

kepemimpinan dan kultur masyarakat daerah yang membedakan bagaimana

pemerintah kota mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan dengan penataan

pedagang kaki lima. Bahkan Pedagang Kaki Lima merupakan satu-satunya

alternatif bagi banyak orang agar terhindar dari kemiskinan, pelacuran atau

kriminalitas dan akibat-akibat sosial pembasmian perdagangan akan sangat

serius.13

Peraturan daerah sendiri bertujuan demi kesejahteraan Pedagang Kaki

Lima (PKL), hal ini tercermin dalam pasal 3 Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan PKL Kota Jambi yang berisi “Pengelolaan PKL bertujuan untuk

12

Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan

Imlementasinya di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. hal 69-70 13

Sriyanto. 2006. Penataan Lokasi Sektor Informal (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima)

di Kota Semarang. Dalam Forum Ilmu Sosial. No. 3: 112-121. hal 113.

Page 28: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

16

meningkatkan kesejahteraan PKL, menjaga ketertiban umum dan kebersihan

lingkungan”. Pasal tersebut jelas disebutkan dalam penataan PKL bertujuan untuk

kesejahteraan PKL itu sendiri bukan untuk mempersulit PKL yang selama ini

cenderung dilaksanaan di banyak daerah-daerah di Indonesia. Namun selain demi

tercapainya kesejahteraan PKL, penataan juga memperhatikan ketertiban umum

dan kebersihan lingkungan. Mengingat PKL bertempat di area fasilitas umum.

Demi ketertiban dan penertiban PKL supaya tidak terjadi kesemrawutan

kota, maka pemerintah kota harus memiliki aturan yang ketat tentang pemberian

ijin penempatan PKL demi terciptanya keindahan kota sekaligus kesejahteraan

PKL, sehingga tidak kehilangan mata pencahariaannya dikarenakan PKL

merupakan penggerak ekonomi masyarakat bawah.

Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi mengapa orang memilih

sektor informal (PKL) sebagai aktifitas pekerjaan untuk menggantungkan hidup,

yaitu:14

1) Terpaksa, tiada pekerjaaan lain;

2) Dampak pemutusan hubungan kerja;

3) Mencari rejeki halal;

4) Mandiri tak tergantung orang lain;

5) Menghidupi keluarga;

6) Pedidikan rendah, modal kecil;

7) Kesulitan kerja di desa.

14

Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang

(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam

Laporan Penelitian. hal 25-26.

Page 29: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

17

Pendapat tersebut diperkuat oleh Mustofa tidak dapat dipungkiri bahwa

pada awalnya PKL adalah miskin, kebutuhan pangan, sandang dan papan belum

terpenuhi secara layak. Sehingga hasil usaha pedagang kaki lima pada awalnya

diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan fisik terlebih dahulu.15

Kemudian

beranjak pada kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan keaman, dalam

hal ini pengurusan ijin usaha mulai dilakukan sehingga kelangsungan dalam

bekerja dapat terjamin.

Adanya Perda tersebut diharapkan PKL di Kota Surakarta dapat diatur

dan ditata sesuai kebijakan pemerintah kota. Sehingga diharapkan tidak terjadi

kesemrawutan tata kota, dalam hal ini para PKL yang berjualan disembarang

tempat yang mengganggu keindahan, kenyamanan, kerapian, kebersihan bahkan

keselamatan masyarakat maupun para pedagang kaki lima itu sendiri.

3. Satpol PP dan Penertiban Pedagang Kaki Lima

Satpol PP adalah perangkat daerah yang membantu tugas kepala daerah

dalam rangka menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah).

Dari pengertian di atas Satpol PP memiliki landasan hukum yang kuat

baik dari sisi pembentukan maupun fungsinya, untuk menegakkan peraturan

perundang-undangan yakni peraturan daerah. Fungsi strategis sebagai penegak

hukum ini tak dapat begitu saja dinegasikan, karena sebaik apapun produk

legislasi, ia tak akan berdaya guna efektif (yakni menciptakan cita tertib dan adil

15

Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:

Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal

154

Page 30: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

18

itu) jika tak didukung institusi yang menjamin penegakannya. Hukum tanpa

penegakan hanyalah teks-teks mati yang keberlakuannya tak dapat diharapkan

dengan semata mengandalkan itikad baik subjek hukum. Perda Nomor 3 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Pasal 13 ayat (2) Penertiban atas

pelaksanaan Peraturan Daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja

selaku Penegak Peraturan Daerah. Adanya tugas dan wewenang yang diberikan

Satpol PP oleh perundang-undangan yang berlaku. Satpol PP bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat agar dalam penyelenggaraan usaha, dalam

hal ini PKL tidak mengganggu ketertiban umum, kebersihan lingkungan kota dan

kelancaran lalu lintas, maka keberadaanya perlu diatur dan dibina supaya dapat

pemanfaatan tempat usaha tetap sesuai dengan peruntukan tata ruang yang telah

ditetapkan. Demi ketertiban, kebersihan, dan kelancaran lalu lintas dan lain

sebagainya maka PKL perlu dilakukan Penataan. Permendagri Nomor 41 Tahun

2012 tentang Pedomana Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Pasal

1 ayat (2) disebutkan bahwa penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh

pemerintah daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan,

pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan

kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban,

kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dilakukan penertiban dikarenakan struktur ekonomi formal pada

kenyataannya tidak mampu memberikan biaya ekonomi dan sosial yang cukup

bagi subjeknya sehingga memaksa mereka terkait juga dengan gaya hidup kota

melalu sektor informal. Di sini sektor informal mengambil peran interaktif

Page 31: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

19

pensubsidi bagi sektor formal dalam posisi yang mutualistik peran yang signifikan

terhadap perubahan masyarakat PKL (society group) maupun keseluruhan

masyarakat perkotaan.

Disatu sisi upaya pemerintah dalam melakukan penataan itu menciptakan

lingkungan kota yang bersih, sehat, dan rapi, disisi lain keberadaan PKL itu juga

menyangkut tentang nafkah hidup seseorang yang kemudian tidak bisa begitu saja

berhenti. Kepentingan daerah di satu sisi dan kepentingan kelompok PKL disisi

lain menjadikan mereka selalu berada pada potensial konflik yang terus menerus.

Ini berarti ketegangan atau strains yang kontributif terhadap situasi transformatif

sektor informal menurut teoritisi konflik bisa muncul menjadi konflik yang

membawa perubahan, baik ditingkat persepsi maupun perilaku yang selanjutnya

membawa kepada pendefinisian kembali peran-peran yang di ambil (chosen)

secara otonom oleh pelaku serta peran-peran yang dilekatkan (given) oleh

masyarakat.16

Pemerintah daerah diberi wewenang untuk menata PKL di lingkup

daerahnya untuk pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan diatur dalam

Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedomana Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Pasal 8, Bupati/Walikota melakukan

penataan PKL dengan cara:

a. pendataan PKL;

b. pendaftaran PKL;

c. penetapan lokasi PKL;

16

Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:

Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal

130-131

Page 32: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

20

d. pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan

e. peremajaan lokasi PKL.

PKL perkotaan merupakan jenis usaha sektor informal yang banyak

disentuh oleh kebijakan pemerintah (dalam hal ini pemerintah daerah).17

Jenis

usaha ini paling berpengaruh, karena kehadirannya dalam jumlah yang cukup

besar memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah

kebawah. Jumlah PKL yang cukup besar tersebut diperlukan suatu penertiban

yang terintegrasi. Kebanyakan yang bekerja pada sektor informal (PKL) adalah

golongan menegah kebawah, sehingga diperlukan penataan yang lebih manusiawi

oleh Satpol PP. Tujuan penataan dan pemberdayaan PKL di sebutkan dalam

Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedomana Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima :

Pasal 5

1) memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi

sesuai dengan peruntukannya;

2) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi

usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan

3) untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana

dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan.

Dari aspek-aspek diatas, pemerintah tidak akan membubarkan PKL

karena di khawatirkan akan terajadi pengangguran baru sehingga diatur ketentuan

ijin penempatan dan syarat-syarat permohonan ijin penempatan PKL dalam

17

Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:

Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal 9

Page 33: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

21

peraturan pemerintah daerah daitur dalam pasal 6 dan 7 Perda Nomor 3 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima.

Pasal 6

1) Setiap orang yang melakukan usaha PKL pada fasilitas umum yang

ditetapkan dan dikuasai oleh pemerintah daerah wajib memiliki ijin

penempatan yang dikeluarkan oleh walikota:

2) Untuk memperoleh ijin penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada

walikota:

3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilampiri:

a) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Surakarta yang masih berlaku;

b) Rekomendasi dari camat yang wilayah kerjanya dipergunakan sebagai

lokasi PKL;

c) Surat persetujuan dari pemilik lahan dan/atau bangunan yang

berbatasan langsung dengan rencana lokasi usaha PKL;

d) Sarana dan prasarana PKL yang akan dipergunakan;

e) Surat pernyataan yang berisi;

1. tidak akan memperdagangkan barang ilegal;

2. tidak akan membuat bangunan permanen/semi permanen di lokasi

tempat usaha;

3. belum memiliki tempat usaha di tempat lain;

f) mengosongkan/mengembalikan/menyerahkan lokasi usaha PKL

kepada pemerintah daerah apsabila lokasi dimaksud sewaktu-waktu

Page 34: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

22

dibutuhkan oleh pemerintah daerah, tanpa ganti rugi dalam bentuk

apapun.

g) Jangka waktu berlakunya ijin penempatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang:

h) Persyaratan dan tata cara permohonan dan pemberian ijin penempatan

ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota.

Pasal 7

Dalam memberikan ijin penempatan PKL, pemerintah daerah tidak

memungut biaya. Semua syarat tersebut harus dipatuhi dan dijalankan dengan

sebaik-baiknya oleh PKL. Sehingga ketika semua syarat terpenuhi dan ditaati,

maka dalam menjalankan usaha PKL akan tenang dikarenakan secara formil

keberadaannya diakui oleh pemerintah setempat dan tidak akan digusur oleh

Satpol PP selaku aparat yang diberi wewenang oleh Perda untuk menangani

ketertiban PKL.

Apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan tertentu untuk

mengosongkan tempat usaha PKL, maka PKL harus mengosngkan tempat

tersebut tanpa ganti rugi. Perda Nomor 3 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Pedagang Kaki Lima Pasal 9 huruf (d) disebutkan “Untuk menjalankan kegiatan

usahanya, pemegang ijin penempatan PKL diwajibkan mengosongkan tempat

usaha apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan lain atas lokasi tempat

usaha tanpa meminta ganti rugi”.

Page 35: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

23

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang menjelaskan tentang Penertiban Pedagang Kaki Lima di

Provinsi Jambi Sebelumnya terdapat penelitian terlebih yang berkaitan dengan

penelitian ini, berdasarkan penelusuran keperpustakaan dan internet, terdapat

penelitian yang membahas mengenai Kayu Manis, diantaranya sebagai berikut :

Danar Wahyu Purbo Prasetyo, dalam penelitiannya yang berjudul

“implementasi kebijkan penertiban pedagang kaki lima di pasar johar kota

semarang telah dilakukan dengan baik beberapa pedagang kaki lima berhasil

ditertibkan”. Dari hasil penelitian tersebut lebih kepada pendekatan dalam menertibkan

PKL di Pasar Johar.

Made Sarmita, penelitian yang berjudul “studi tentang pedagang kaki lima

(PKL) dikawasan nusa dua bali” akan tetapi kesimpulan skripsi yang di tulis oleh

saudara made sarmita terpokus terhadap penertiban pedagang kaki lima berjalan

dengan tidak baik sehingga menimbulkan beberapa masalah bagi provinsi jambi

tersebut.

Yulius Sitanggang, Yang Berjudul “pengaruh pedagang kaki lima terhadap

kenyamanan pejalan kaki memanfaatkan trotoar (studi kasus jalan jenderal urip

Pontianak)studi tentang pedagang kaki lima (PKL) dikawasan nusa dua bali

penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi pamong praja dalam

merencanakan program, mengkordinasikan, menggerakkan dan mengawasi

program penertiban terhadap pedagang kaki lim, mendiskripsikan penghambat

dalam meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfaatan trotoar,

Page 36: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

24

penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Subjek penelitian adalah pengaruh pedagang kaki lima terhadap kenyamanan

pejalan kaki dalam memanfaatkan trotoar, hasil dari penelitian ini menunjukkan

polisi pamomng praja sebagai seorang yang berperan merencanakan program

dengan merinci penertiban terhadap pedagang kaki lima, merencanakan kebijakan

penambahan anggota polisi pamong praja.

Page 37: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

25

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode

yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu

masalah dari pada melihat sebuah permasalahan.

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian riset yang sifatnya

deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses

maknanya. sementara metode deskriftif adalah sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.1718

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Data

Data yang disajikan diperoleh dari sumber-sumber data yang terdiri dari

data primer dan data sekunder

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tanpa ada

perantara atau data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh yang

17

Amaruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Parama Ilmu, 2016), hlm 98

Page 38: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

26

melakukan penelitian.1819

Data primer disini adalah suatu data yang diperoleh oleh

penulis dari hasil Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban Pedagang

Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam hal ini sebagai sumber data primernya sebagai berikut :

1) Satpol PP Kota Jambi

2) Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak lagsung atau

melalui perantara.1920

Dalam hal ini penulis memperoleh data-data dari sumber

internet berupa data skripsi, jurnal, laporan, tesis,disertasi dan peraturan

perundang-undangan yang memiliki hubungan terhadap subjek dan dokumen

yang berkaitan dengan penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.

Sumber data dapat diperoleh pada tindakan, pengamatan, ataupun data-data yang

didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data penelitian ini dari :

a. Kepala Satpol PP

b. Kepala Operasi dan Pengendalian

c. PKL Pasar Talang Banjar

d. Artikel, buku, jurnal, dokumen dan sumber data yang berkaitan dengan

penelitian.

18

Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi : Syariah Press, 2011),

hlm 178. 19

ibid. hlm 34

Page 39: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

27

C. Unit Analisis Data

Dengan penggunaan unit analisis, maka penulis menentukan yang

menjadi subjek penelitiannya berupa informan-informan yang berasal dari Satuan

Polisi Pamong Praja, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jambi, Kepala

Operasi dan Pengendalian, PKL Pasar Talang Banjar.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian dengan teliti, serta pencatatan secara

seistematis. Menurut Kartono pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala sosial dan gejala-gejala

psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya, tujuan observasi

adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interelasinya elemen-elemen

tinkah laku manusia pada penomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kultur

tertentu.2021

Pengamatan yang dilakukan harus tetap sesuai dengan judul dan

tujuan dari penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi

nonpartispan, yakni penulis tidak terlibat dalam kegiatan atau fenomena yang

diteliti.

20

Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, (Jakarta : P.T.Bumi

Aksara, 2013), hlm 143

Page 40: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

28

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua ornag untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab,2122

sehingga dapat dikontribusikan maka dalam suatu

topic tertentu peneliti langsung turun ke lapangan, dengan cara menanyakan

terhadap informan mengenai Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban

Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, adapun teknik

wawancara yang dilakukan kepada Satuan Polisi Pamong Praja, Kepala Satuan

Polisi Pamong Praja Kota Jambi, Kepala Operasi dan Pengendalian, PKL Pasar

Talang Banjar.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melaui dokumentasi ini diperlukan alat instrument

yang memandu untuk mengambil data-data dokumen. Dokumen adalah catatan

tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu.2223

Metode

dokumentasi merupakan sumber yang bermanfaat karena telah tersedia sehingga

relative mudah memperolehnya, dan merupakan sumber yang stabil dan akurat

sebagai cerita dari situasi dan kondisi yang sebenarnya dan dapat dianalisis secara

berulang-ulang tanpa melalui perubahan. Untuk mencari data dari dokumen resmi

dengan berpegangan pada pedoman dokumentasi yang hanya memuat garis besar

atau kategori informasi yang akan dicari datanya seperti laporan hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah

analisis data. Pada data dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh

21

Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d, (bandung: alfabeta,

2008), hlm.145 22

W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007), hlm 123.

Page 41: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

29

kebenaran-kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan yang akan diajukan

dalam penelitian, setelah jenis data yang dikumpulkan maka analisis data

penelitian ini bersifat kualitatif.

Ada tiga tahap yang harus dikerjakan dalam menganalisis penelitian

kualitatif, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah sajian analisis suatu bentuk analisis memepertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.

2. Penyajian Data

Sajian Data adalah suatu rakitan organisasi informal yang

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian

data, penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan pekerjaan

suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan

proporsi.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, untuk mendapatkan gambaran yang jelas

mengenai isi skripsi ini, maka penulis susun sebagai berikut :

Page 42: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

30

Bab I. Pendahuluan : Merupakan bab pendahuluan, yang berisiskan

tetang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teori, dan Tinjauan pustaka.

Bab II. : Metode penelitian : Dalam bab ini dibahas tentang pendekatan

penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisi data.

Bab III. : Gambaran umum lokasi penelitian yang penulis lakukan yaitu :

Membahas historis dan geografis, Visi Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Jambi dan struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jambi.

Bab IV. : Pembahasan : Dalam sub bab ini berisi mengenai Bagaimana

peran Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan Keamanan

Pemerintah Kota Jambi, Apa hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP

Kota Jambi dalam rangka untuk menertibkan pedagang kaki lima Di Kota Jambi

Bab V. : Penutup : Dalam sub bab ini berisi tentang kesimpulan, dan

hasil penelitian. Serta saran-saran terkait tentang “Upaya Satuan Polisi Pamong

Praja dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi”.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan

pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar

proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis

mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang

berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum

diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan

Page 43: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

31

perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jadwal penelitian

NO KEGIATAN

2018/2019

April November Februari April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 mengajukan judul skripsi

x

2 pembuatan proposal

X x

3 perbaikan hasil seminar

x x X

4 verifikasi dan analisis data

x X

5 konsultasi pembimbing

X x x

6 Perbaikan

x x

7 penggandaan laporan

Page 44: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

32

BAB III

GAMBARAN UMUM SATPOL PP

A. Historis dan Geografis

1. Historis

Satuan Polisi Pamong Praja Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai

pada era Kolonial sejak VOC menduduki Batavia di bawah pimpinan Gubernur

Jenderal Pieter Both, bahwa kebutuhan memelihara ketentraman dan ketertiban

penduduk sangat diperlukan. Karena pada waktu itu Kota Batavia sedang

mendapat serangan secara sporadis baik dari penduduk lokal maupun tentara

Inggris sehingga terjadi peningkatan terhadap gangguan ketenteraman dan

keamanan.untuk menyikapi hal tersebut maka dibentuklah Bailluw, semacam

Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang bertugas menangani perselisihan

hukum yang terjadi antara VOC dengan warga, serta menjaga ketertiban dan

ketenteraman warga. Kemudian pada masa kepemimpinan Raaffles,

dikembangkanlah Bailluw dengan dibentuk satuan lainnya yang disebut Besturss

Politieatau Polisi Pamong Praja yang bertugas membantu Pemerintah di Tingkat

Kawedanan, yang bertugas menjaga ketertiban dan ketenteraman serta keamanan

warga.2424

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Jambi merupakan unsur

pendukung tugas Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi dalam mengamankan dan

melaksanakan kebijakan Pemkot yang bersifat khusus di bidang ketentraman dan

24

https://docplayer.info/41133343-Iv-gambaran-umum-lokasi-penelitian.html di akses

pada tanggal 03 Agustus 2019 Jam 15:04 Wib

Page 45: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

33

ketertiban umum. Adapun tugas dan fungsi dari Satpol PP Kota Jambi sebagai

penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum masyarakat Kota Jambi sangat

luas, seperti menangani masalah sampah, bangunan liar, pedagang kaki lima,

tindak kejahatan, prostitusi, dan sebagainya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) bahwa kedudukan Polisi

Pamong Praja sebagai Perangkat Daerah mempunyai tugas membantu Kepala

Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.2525

Tanggal penetapan Kota Jambi sebagai Kota Praja yang mempunyai

Pemerintahan sendiri sebagai Pemerintah Kota dengan ketetapan Gubernur

Sumatera No. 103 Tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dipilih dan ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 16 Tahun 1985 dan disahkan dengan

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi No. 156 Tahun 1986,

tanggal 17 Mei 1946 itu sebagai Hari Jadi Pemerintah Kota Jambi.2626

Maka berdirilah pasar rakyat salah satunya pasar Talang Banjar yang

berlokasi di Talang Banjar yang di naungi payung Hukum Daerah Kota Jambi

sehingga peran SATPOL PP dalam mengawasi dan menertibkan serta

menegagkan keadilan hukum maka peran SATPOL PP sangat di butuhkan.

25

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148

ayat (1) dan ayat (2) 26

https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/ di akses pada tanggal 03 Agustus

2019 jam 14:19 Wib

Page 46: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

34

2. Geografis

Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6

tahun 1986), terletak pada kordinat :

01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang Selatan

103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23" Bujur Timur

Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di

tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di

bagian Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan

Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur. Letak kantor Satpol

PP Kota Jambi tepat berhadapan dengan Kantor Wali Kota Jambi dengan Alamat

Jl. Jenderal Basuki Rachmat No. 01, Kel. Paal Lima, Kec. Kota Baru, Paal Lima,

Jambi, Kota Jambi

Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60

m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota,

sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang

merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan

lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju

Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih

kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian

disisi utara dan selatannya.

Page 47: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

35

Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata–rata minimum berkisar

antara 22,1-23,3°C dan suhu maksimum antara 30,8-32,6°C (data tahun 2005).

Kelembaban udara berkisar antara 82-87%. Hujan terjadi sepanjang tahun dengan

musim penghujan terjadi antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari

hujan/bulan, sedangkan musin kemarau terjadi antara April-September dengan

rata-rata 16 hari hujan/bulan. Curah hujan sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata

191,34 mm/bulan). Kecepatan angin tertinggi yang tercatat, berkisar antara 7-9

knot (1 knot = 1,8 km/jam). Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab.

Muaro Jambi, Propinsi Jambi.

Kota Jambi memiliki 8 kecamatan dengan 62 kelurahan. Jarak Kota

Jambi ke beberapa Kota Kabupaten :

1. Kota Jambi - Sengeti (ibukota Kab. Muaro Jambi) : 27 km

2. Kota Jambi - Muaro Bulian (ibukota Kab. Batanghari) : 60 km

3. Kota Jambi - Muaro Sabak (ibukota Kab. Tanjabtim) : 129 km

4. Kota Jambi - Kuala Tungkal (ibukota Kab. Tanjabbar) : 131 km

5. Kota Jambi - Sarolangun (ibukota Kab. Sarolangun) : 179 km

6. Kota Jambi - Muaro Tebo (ibukota Kab. Tebo) : 206 km

7. Kota Jambi - Muaro Bungo (ibukota Kab. Bungo) : 252 km

8. Kota Jambi - Bangko (ibukota Kab. Merangin) : 255 km

Page 48: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

36

9. Kota Jambi - Sungai Penuh (ibukota Kab. Kerinci) : 419 km

B. Visi Dan Misi

1. Visi

“Terwujudnya Polisi Pamong Praja yang Profesional dan Berwibawa dalam

pelaksanaan tugas, menjadi pengayom dan pelayan masyarakat Kota Jambi, serta

Penegak Perda yang tangguh dan mumpuni.”

2. Misi

1. Meningkatkan profesionalisme sebagai aparat Pemerintah daerah agar

semakin menumbuhkan kepercayaan masyarakat

2. Menegakkan supremasi hukum demi terciptanya kebenaran dan keadilan

3. Menciptakan kondisi wilayah Kota Jambi yang kondusif, guna mendukung

lancarnya pembangunan daerah

4. Pembinaan penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman,

Perlindungan Masyarakat

5. Membangun jiwa kepamongprajaan, agar dapat menjadi abdi masyarakat

yang berwibawa, bertanggung jawab dan disiplin dalam melaksanakan tugas,

pengayom dan pelindung masyarakat

6. Meningkatkan ketaatan / kesadaran warga Masyarakat, aparatur atau badan

hukum terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan Kepala Daerah

Page 49: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

37

7. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka terwujudnya

keberhasilan pelaksanaan tugas.

8. Fasilitas dan Pemberdayaan Kapasitas penyelenggaraan Perlindungan

Masyarakat.

C. Struktur Organisasi

Struktur Adalah suatu susunan personil yang tergabung dalam suatu

organisasi. Melalui stuktur organisasi inilah maka dapat dilihat tugas, wewenang

dan bidang kerja yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya struktur

organisasi akan memudahkan mengadakan pengawasan, mengkoordinasi dan

pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam organisasi.

Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi

itu harus disisun sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tugasnya masing-

masing baik tujuan umum maupun tujuan khusus menurut jenis dan

tingkatnyamasing-masing. Untuk lebih jelasnya ada baiknya dilihat struktur

organisasi Satpol PP Kota Jambi yaitu sebagai berikut:

Page 50: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

38

STRUKTUR ORGANISASI

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA JAMBI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

KEPALA SATUAN

Drs. H. YAN ISMAR, MH

SUB BAGIAN UMUM

Hj. ERMAWATI, SE

SUB BAGIAN KEUANGAN

ALWIR, SE

SUB BAGIAN PROGRAM

SAGAP ALI SOLIHIN, SE

SEKRETARIS

KAMAL FIRDAUS, S. Sos, M.Si

BIDANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT

MUKHTAR, S.IP

SEKSI PENYAKIT MASYARAKAT

JUNAIDI,SE

SEKSI SATUAN LINMAS

TONI SABHARA, S.IP

SEKSI BINA POTENSI MASYARAKAT

RISMAWATI, S.Ag

BIDANG PENINGKATAN KAPASITAS

FENGKY ANANDA, S.STP, ME

SEKSI PEMBINAAN

SEKSI PENGEMBANGAN PERSONIL

ADRIANSYAH, SE

SEKSI HUB ANTAR LEMBAGA

TEUKU KHAIRULLAH, SE

BIDANG KETERTIBAN UMUM DAN

KETENTRAMAN MASYARAKAT

M. PAJRI, SE, ME

SEKSI OPERASIONAL DAN

PENGEMBANGAN

SEKSI KETERTIBAN UMUM

M. ADRYAN SYAFITRA, S.STP, MH

SEKSI PENGAMANAN DAN

PENGAWALAN

FAHMI

SEKSI PENINDAKAN

DONA FAHRUZI AMRI, SH

SEKSI INTELIJEN DAN

KEWASPADAAN DINI

RASTA TRI JAYA, SE

SEKSI PENEGAKAN

MARDIYANA, SP.d

BIDANG PENEGAKAN PERATURAN

DAERAH

SAID FAIZAL, SH

Page 51: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

39

D. Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja

1. KEPALA SATUAN

a. Tugas Pokok

Merumuskan, menyelenggarakan, membina, mengevaluasi Ketentraman,

Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, Keputusan

Walikota serta melaksanakan urusan Ketatausahaan

b. Fungsi

1) Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,

Peraturan Daerah;

2) Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman

dan ketertiban umum di Daerah;

3) Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota

dan Keputusan Walikota;

4) Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman

dan Ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Peraturan

Walikota dan Keputusan Walikota dengan aparat Kepolisian Negara,

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya;

5) Pengawasan terhadap masyarakat mematuhi dan menaati Peraturan

Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota;

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Page 52: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

40

c. Uraian Tugas

1) Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja;

2) Merumuskan bahan kebijakan teknis ketentraman dan ketertiban serta

penegakan peraturan daerah;

3) Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja

(RENJA) kantor;

4) Merumuskan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan lainnya

sesuai lingkup tugasnya;

5) Mengendalikan administrasi keuangan dan aset daerah di lingkup tugasnya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

6) Membina dan mengendalikan Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Ketentraman

dan Ketertiban, Seksi Pengendalian Operasional dan Seksi Penegakan

Peraturan Daerah;

7) Merumuskan program dan kegiatan Sub Bagian Tata Usaha, Seksi

Ketentraman dan Ketertiban, Seksi Pengendalian Operasional dan Seksi

Penegakan Peraturan Daerah;

8) Melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintah atau pemerintah provinsi

sesuai dengan bidang tugasnya;

9) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di

lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

Page 53: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

41

10) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman

dalam pelaksanaan tugas;

11) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada Walikota;

12) Melaksanakan koordinasi dengan sekretaris daerah dan instansi terkait

lainnya sesuai dengan lingkup tugasnya;

13) Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja

bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

14) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah;

15) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

2. KASUBAG T.U

a. Tugas Pokok

Merencanakan kegiatan, melaksanakan, membagi tugas dan mengontrol

urusan program dan pelaporan, keuangan, umum, ketatausahaan, kepegawaian

dan pengelolaan aset.

b. Fungsi

1) Perencanaan program kegiatan urusan program dan pelaporan, keuangan,

umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi

Pamong Praja;

Page 54: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

42

2) Pelaksanaan urusan program dan pelaporan, keuangan, umum,

ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi Pamong

Praja;

3) Pembagian pelaksanaan tugas urusan program dan pelaporan, keuangan,

umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi

Pamong Praja;

4) Pembuatan laporan dan evaluasi program urusan program dan pelaporan,

keuangan, umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset

Satuan Polisi Pamong Praja;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

c. Uraian Tugas

1) Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Strategi (RENSTRA) dan

Rencana Kerja (RENJA) kantor;

2) Menghimpun bahan dan menyusun LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala

bentuk pelaporan lainnya lingkup kantor;

3) Menghimpun, memaduserasikan dan menyusun bahan program, kegiatan

serta anggaran dari masing-masing seksi;

4) Menghimpun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) dari setiap seksi serta menyusun RKA dan

DPA lingkup kantor;

5) Mengoordinasikan pelaksanaan urusan umum dan kepegawaian lingkup

kantor;

Page 55: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

43

6) Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian di lingkup kantor yang

meliputi layanan administrasi kenaikan pangkat, Kenaikan Gaji Berkala

(KGB), Daftar Urut Kepangkatan (DUK), data pegawai, Kartu Pegawai

(Karpeg), Karis/Karsu, tunjangan anak/keluarga, askes, taspen, taperum,

pensiun, membuat usulan formasi pegawai, membuat usulan izin belajar,

membuat usulan diklat, kesejahteraan pegawai, penyesuaian ijazah, usulan

memberi penghargaan dan tanda kehormatan, memberikan layanan

Penilaian Angka Kredit (PAK) Jabatan Fungsional, pembinaan/teguran

disiplin pegawai, membuat konsep usulan cuti pegawai sesuai aturan yang

berlaku, membuat konsep memberi izin nikah dan cerai, membuat usulan

pemberhentian dan pengangkatan dari dan dalam jabatan, membuat dan

atau mengusulkan perpindahan / mutasi pegawai sesuai dengan peraturan

yang berlaku, melaksanakan pengelolaan daftar penilaian pekerjaan

pegawai (DP-3);

7) Melaksanakan administrasi aset daerah di lingkup tugasnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

8) Menyusun segala bentuk pelaporan keuangan lingkup kantor sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

9) Melaksanakan pengelolaan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil dan

pegawai tidak tetap di lingkup kantor;

10) Melaksanakan kegiatan administrasi dan akuntansi keuangan di lingkup

kantor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Page 56: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

44

11) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di

lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

12) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman

dalam pelaksanaan tugas;

13) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;

14) Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja

bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

15) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada

atasan;

16) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

3. KASI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN

a. Tugas Pokok

Merencanakan, melaksanakan, membina, memelihara dan mengawasi

ketentraman dan ketertiban.

b. Fungsi

1) Perencanaan program kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi

Pamong Praja;

2) Pelaksanaan program kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi

Pamong Praja;

3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan

Polisi Pamong Praja;

Page 57: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

45

4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan ketentraman dan

ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

c. Uraian Tugas

1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja

(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;

2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan

lainnya sesuai lingkup tugasnya;

3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai

lingkup tugasnya;

4) Melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat terutama

tentang kesadaran menaati peraturan daerah;

5) Menyosialisasikan peraturan daerah Kota Jambi, Provinsi Jawa Barat dan

Undang-Undang yang bersangsi hukum kepada masyarakat;

6) Menempatkan Satuan Tugas Khusus pembinaan wilayah di kecamatan dan

kelurahan;

7) Memberikan penerangan dan penjelasan kepada masyarakat tentang

tramtibum dan peraturan daerah;

8) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;

9) Menginventarisasi potensi gangguan tramtibum dan pelanggaran peraturan

daerah;

Page 58: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

46

10) Mendeteksi dan melakukan pencegahan dini gangguan tramtibum dan

pelanggaran peraturan daerah;

11) Mengawasi tempat-tempat usaha yang mempunyai dampak negatif;

12) Melakukan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat yang bersifat

masal;

13) Menindaklanjuti setiap informasi yang masuk atau berkembang di

masyarakat;

14) Melakukan antisipasi setiap gejolak yang diperkirakan akan terjadi di

masyarakat;

15) Mengelola database yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban

umum diwilayah Kota Jambi;

16) Mengkaji kelayakan giat operasional yang berkaitan dengan penindakan

terhadap suatu pelanggaran peraturan daerah dan/atau gangguan

kententraman dan ketertiban umum;

17) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di

lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

18) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman

dalam melaksanakan tugas;

19) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;

20) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan

mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

Page 59: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

47

21) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada

atasan;

22) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

4. KASI PENGENDALIAN OPERASIONAL

a. Tugas Pokok

Merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan tugas urusan pengendalian operasional penertiban dan

pengamanan.

b. Fungsi

1) Perencanaan program kegiatan pengendalian operasional Satuan Polisi

Pamong Praja;

2) Pelaksanaan program kegiatan pengendalian operasional Satuan Polisi

Pamong Praja;

3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan pengendalian operasional Satuan

Polisi Pamong Praja;

4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan pengendalian

operasional Satuan Polisi Pamong Praja;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya

c. Uraian Tugas

1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja

(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;

Page 60: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

48

2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan

lainnya sesuai lingkup tugasnya;

3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan

sesuai lingkup tugasnya;

4) Menertibkan aktivitas pelanggaran peraturan daerah;

5) Menertibkan sumber-sumber penyakit masyarakat;

6) Melakukan patroli wilayah secara rutin;

7) Melakukan tindakan ditempat terhadap pelanggar perda yang tertangkap

tangan;

8) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;

9) Menyusun jadwal pengamanan dalam Komplek Pemkot Jambi, rumah

dinas dan objek vital lainnya yang perlu dijaga;

10) Melakukan pemeriksaan dilingkungan Komplek Pemkot Jambi;

11) Mengawasi dan mengenali identitas tamu yang berkunjung;

12) Menjaga dan menertibkan para pedagang atau sejenisnya dan para

pencari sumbangan di lingkungan Komplek Pemkot Jambi;

13) Memeriksa laporan hasil pelaksanaan pengamanan dalam Komplek

Pemkot Jambi;

14) Mengawasi dan memeriksa pelaksanaan tugas anggota satuan;

15) Menindak dan memeriksa anggota satuan yang melanggar disiplin;

16) Membuat berita acara dan laporan pemeriksaan pelanggaran disiplin;

17) Melakukan pengamatan, pemeriksaan dan analisa pendahuluan terhadap

lokasi kunjungan pejabat daerah;

Page 61: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

49

18) Melakukan pengawalan secara fisik terhadap pejabat daerah;

19) Mengawasi dan mencermati kejadian-kejadian yang menonjol disekitar

objek pengawalan ;

20) Mengamankan segala bentuk aksi unjuk rasa ;

21) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di

lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

22) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman

dalam melaksanakan tugas;

23) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;

24) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan

mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

25) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada

atasan;

26) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

5. KASI PENEGAKAN PERATURAN DAERAH

a. Tugas Pokok

Merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan tugas urusan penegakan peraturan daerah, peraturan

walikota dan keputusan walikota.

Page 62: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

50

b. Fungsi

1) Perencanaan program kegiatan penegakan peraturan daerah Satuan Polisi

Pamong Praja;

2) Pelaksanaan program kegiatan penegakan peraturan daerah Satuan Polisi

Pamong Praja;

3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan penegakan peraturan daerah

Satuan Polisi Pamong Praja;

4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan penegakan peraturan

daerah Satuan Polisi Pamong Praja;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya

c. Uraian Tugas

1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja

(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;

2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan

lainnya sesuai lingkup tugasnya;

3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan

sesuai lingkup tugasnya;

4) Mengumpulkan dan mengklasifikasi data dan informasi tentang peraturan

daerah dan keputusan/peraturan kepala daerah sesuai dengan jenisnya;

5) Menyelenggarakan pembinaan kepada PPNS daerah secara berkala;

Page 63: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

51

6) Memfasilitasi peningkatan kemampuan PPNS sesuai dengan peraturan

daerah yang dikuasai;

7) Menganalisis kebutuhan PPNS daerah sesuai dengan kebutuhan yang

disesuaikan dengan perkembangan peraturan daerah;

8) Memfasilitasi PNS untuk dididik menjadi PPNS, setelah melalui tahapan

analisis kebutuhan;

9) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;

10) Melakukan koordinasi dengan Pengadilan, Kejaksaan dan Kepolisian;

11) Menerima laporan kejadian pelanggar perda dari setiap SKPD;

12) Melakukan pendataan pelanggar perda;

13) Melakukan penyelidikan ke tempat kejadian dan membuat laporannya;

14) Menganalisis jenis dan tingkat pelanggaran;

15) Membuat surat panggilan bagi para pelanggar perda;

16) Memberikan pembinaan kepada pelanggar perda sebelum diajukan ke

pengadilan;

17) Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggar peraturan daerah;

18) Mengajukan pelanggar perda ke pengadilan dan melaporkan hasil

pengadilan;

19) Berkoordinasi dengan Seksi Pengendalian Opersional dalam rangka

eksekusi keputusan pengadilan;

20) Mengumpulkan data dan informasi tentang peraturan daerah dan

keputusan/peraturan kepala daerah;

Page 64: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

52

21) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di

lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;

22) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman

dalam melaksanakan tugas;

23) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;

24) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan

mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

25) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada

atasan;

26) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

Page 65: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

53

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses/Prosedur SATPOL PP di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Sebagai

Pelaksana Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi

Pengawasan dan Penertiban PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi dalam

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Pasal 13:

a. Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah dilakukan oleh Walikota;

b. Penertiban atas pelaksanaan Peraturan Daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi

Pamong Praja selaku Penegak Peraturan Daerah;

c. Dalam menjalankan penegakan Peraturan Daerah Satuan Polisi Pamong Praja

berkoordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);

d. Ketentuan pengawasan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) diatur lebih lanjut oleh Walikota”.

Selain Perda di atas, peran SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang Banjar

juga diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penjabaran Tugas

Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja pasal 3 ayat (6) “Untuk

melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja

mempunyai fungsi: penyelenggaraan sosialisasi”.

Page 66: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

54

Berdasarkan Perda dan Perwali di atas, peranan SATPOL PP dalam penertiban PKL

Pasar Talang Banjar di Kota Jambi adalah:

a. Penertiban

Pelaksanaan penertiban PKL yang dilakukan oleh SATPOL PP terhadap PKL Pasar

Talang Banjar tidak hanya dilakukan kedua subjek yang bersangkutan tersebut melainkan

banyak pihak yang terlibat, mulai dari masyarakat, RT, kelurahan, Camat dan bahkan

Walikota, dinas.

“Pihak-pihak yang terlibat dalam penegakan Perda tentang itu tidak hanya SATPOL

PP dengan PKL Pasar Talang Banjar saja Mas, tapi juga DPP (Dinas Pengelolaan

Pasar) terutama DPP bidang Pkl Pasar Talang Banjar, SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah), kelurahan, camat dll”.2727

DPP akan berperan dalam menawarakan tempat untuk para PKL Pasar Talang

Banjar yang akan direlokasi, SKPD berperan ketika ada SKPD tertentu yang mempunyai

lahan kosong yang akan digunakan sebagai tempat relokasi. Hal ini berarti pihak-pihak yang

terlibat dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar tidak hanya SATPOL PP dengan PKL

Pasar Talang Banjar saja, tetapi dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar memerlukan

kerjasama dengan berbagai instansi yang terkait, seperti: (1) DPP (Dinas Pengelolaan Pasar),

(2) SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), (3) Kelurahan, dan (4) Kecamatan. DPP

berperan dalam menawarakan tempat-tempat baru yang ditujukan kepada PKL Pasar Talang

Banjar yang akan direlokasi, sedangkan SKPD berperan apabila lahan yang digunakan untuk

relokasi merupakan lahan yang berada dalam wewenang SKPD tersebut.

27

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 67: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

55

Hal tersebut juga diperkuat oleh Bapak Drs. Sutarja, MM., selaku Kepala SATPOL

PP Kota Jambi, beliau mengatakan:

“Tidak hanya SATPOL PP dan PKL Pasar Talang Banjar saja yang terlibat, tetapi

banyak instansi maupun masyarakat yang terlibat. Namun dalam penataan PKL

Pasar Talang Banjar kita selalu mengedepankan prioritas kepentingan yang bisanya

diajukan oleh masyarakat yang ingin membangun tempat dimana tanah yang akan

dibangun terdapat PKL Pasar Talang Banjar. Selain masyarakat banyak juga instansi

pemerintah yang meminta PKL Pasar Talang Banjar untuk direlokasi ketika PKL

Pasar Talang Banjar tersebut berada di tanah milik Negara yang akan dipergunakan

untuk kepentingan pemerintah, maupun dianggap mengganggu dengan adanya PKL

Pasar Talang Banjar di instansi tertentu. Sekali lagi saya tekankan dalam penataan

PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi tergantung kepentingan”2828

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui SATPOL PP Kota Jambi dalam

penertiban PKL Pasar Talang Banjar selalu memprioritaskan kepentingan, kepentingan yang

dimaksud adalah apabila adanya permohonan dari masyarakat maupun instansi pemerintah

untuk merelokasi PKL Pasar Talang Banjar yang di inginkan dikarenakan untuk kepentingan

tertentu.

Apabila Semua PKL Pasar Talang Banjar mau menerima apa yang diusulkan

Pemerintah Kota melalui DPP dengan tempat-tempat relokasi yang baru misalnya selter atau

relokasi ke pasar, maka tugas SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL di Kota Jambi

tidak diperlukan, tetapi apabila PKL Pasar Talang Banjar tidak mau tempat-tempat yang

ditawarkan DPP maka disini Proses/Prosedur SATPOL PP Kota Jambi diperlukan dalam

mengurus tempat baru yang diinginkan PKL Pasar Talang Banjar.

Salama ini dalam penertiban PKL di Kota Jambi Khususnya Pasar Talang Banjar

memang tidak pernah menggusur, melainkan menata dengan memindahkan PKL Pasar

288

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 68: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

56

Talang Banjar ketempat-tempat yang baru. Menata dengan menggusur itu berbeda, menata

PKL Pasar Talang Banjar.

“Menata adalah menciptakan ketertiban umum, jadi PKL Pasar Talang Banjar itu

tidak boleh berfikir tentang dirinya sendiri tetapi juga memikirkan lingkungannya.

Kita selalu menata PKL Pasar Talang Banjar tidak pernah menggusur, penataan itu

untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan warga dan PKL Pasar Talang Banjar

itu sendiri, hal ini sesuai dengan Visi Misi Kota Jambi Sedangkan menggusur itu

meyuruh PKL Pasar Talang Banjar pergi dari tempat awal dan kelanjutan nasib PKL

Pasar Talang Banjar tersebut pemerintah tidak mau tahu”.2929

Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP dalam menertiban PKL Pasar

Talang Banjar tidak dengan cara menggusur, melainkan menata. Menata PKL Pasar Talang

Banjar ini bertujuan untuk mewujudkan ketertiban kota, kenyamanan masyarakat, dan

kebaikan PKL Pasar Talang Banjar itu sendiri. Ini dikarnakan, PKL Pasar Talang Banjar di

Kota Jambi selalu di sediakan tempat baru oleh pemerintah kota ketika direlokasi. Penertiban

PKL Pasar Talang Banjar dengan cara penataan dilakukan karena ingin menjadi lebih indah

dan tertib. Sedangkan menggusur adalah mengharuskan PKL Pasar Talang Banjar tidak

berjualan ditempat yang tidak diperbolehkan pemerintah, kelanjutan nasib PKL Pasar Talang

Banjar tersebut SATPOL PP tidak mau tahu.

Dalam melakukan penertiban SATPOL PP selalu menggunakan metode penataan

dengan selalu berusaha berdialog dengan PKL Pasar Talang Banjar untuk menemuka solusi

yang terbaik antara SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar sehingga mencapai

kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama dilakukan supaya tidak terjadi penolakan disaat

dilakukan penertiban yang bisa mengakibatkan bentrok antara SATPOL PP dengan PKL

Pasar Talang Banjar yang bisa berakibat sama-sama rugi, dimana pemerintah kota tidak bisa

29

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 69: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

57

melakukan kebijakan terhadap lokasi yang ditempati PKL Pasar Talang Banjar, di sisi lain

penertiban tanpa solusi bagi PKL Pasar Talang Banjar bisa mematikan usaha PKL Pasar

Talang Banjar hal ini juga berakibat menurunkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui

restribusi.

SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL Kota Jambi diperlukan langkah

yang tepat, sehingga dalam penertiban tidak terjadi bentrok antara SATPOL PP dengan PKL

Pasar Talang Banjar, hal ini sekaligus dapat menciptakan ketertiban dan keindahan kota.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang

Banjar di Kota Jambi adalah: (1) tindakan preventif, (2) penindakan, (3) tindakan represif,

dan (4) tindakan setelah direlokasi.

1) Tindakan Preventif

Tindakan Preventif merupakan upaya pencegahan terjadinya bentrok antara

SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar ketika dilakukannya relokasi, sehingga dalam

tahap ini diperlukan pendekatan yang baik oleh SATPOL PP kepada PKL Pasar Talang

Banjar sehingga tercapainya kesepakan bersama. Berdasarkan arsip rapat tanggal 20 Maret

2018 SATPOL PP, setelah tempat-tempat untuk relokasi PKL Pasar Talang Banjar

didapatkan, langkah selanjutnya pada tanggal 18 Maret 2018 mengundang PKL Pasar Talang

Banjar ke kantor SATPOL PP pada tanggal 20 Maret 2018 untuk proses sosialisasi relokasi

PKL Pasar Talang Banjar.3030

Setelah adanya permintaan tempat dari PKL Pasar Talang Banjar, SATPOL PP Kota

Jambi tidak menolak permintaan yang diajukan PKL Pasar Talang Banjar, melainkan

dipertimbangkan usulan dari PKL Pasar Talang Banjar dan keputusan ditentukan pertemuan

mendatang.

30

Doc arsip rapat tanggal 20 Maret 2017 SATPOL PP

Page 70: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

58

“Dalam kasus PKL Pasar Talang Banjar, DPP menawarkan tempat-tempat baru

untuk PKL Pasar Talang Banjar, seperti selter dan pasar secara gratis. Namun PKL

Pasar Talang Banjar tidak mau menerima tawaran dari DPP, dan PKL Pasar Talang

Banjar meminta tempat disini Setelah permohonan itu, SATPOL PP meninjau

lokasi dan apabila dirasa tidak apa-apa maka SATPOL PP mengajukan ke walikota,

oleh walikota di serahkan SKPD dan aset (karena tanah milik Negara), setelah itu ke

DKP karena tanah ini tanah kuburan, oleh DKP disetujui maka akan dilimpahkan ke

walikota, oleh walikota disetujui dan setelah itu SATPOL PP memberitahukan

kepada PKL Pasar Talang Banjar bahwa permohonan PKL Pasar Talang Banjar

dikabulkan”.3131

Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP mengadakan rapat lanjutan yang

diadakan pada tanggal 2 April 2018 di Ruang Rapat SATPOL PP Kota Jambi yang

mengagendakan tindak lanjut Penataan PKL Pasar Talang Banjar. Rapat kedua ini berisi

permohonan tempat yang diajukan PKL Pasar Talang Banjar pada rapat tanggal 20 Maret

2018 telah disetujui dan diperbolehkan untuk membangun tempat PKL Pasar Talang Banjar

di Area masuk Pasar, belakang tempat pembuangan sampah (TPS). Sedangkan masalah

bantuan dana untuk pendirian bangunan, masih belum disetujui hal ini dikarenakan dari pihak

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi selaku yang mempunyai kepentingan untuk

membangun gedung UPTD Metrologi Kota Jambi tidak menganggarkan adanya dana

kompensasi, tetapi akan mengusahakan adanya dana kompensasi.

2) Penindakan

Penertiban PKL Pasar Talang Banjar pada intinya adalah untuk menciptakan

ketertiban umum di satu sisi, di sisi lain tidak boleh mematikan usaha rakyat kecil. Oleh

sebab itu dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi

tidak boleh mematikan usaha rakyat kecil bahkan diharapkan PKL Pasar Talang Banjar yang

sudah ditata tersebut menjadi lebih meningkat derajat hidupnya. Sehingga penataan PKL

31

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 71: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

59

Pasar Talang Banjar dalam penindakan dan penegakan Perda No. 12 tahun 2016 tentang

Pengelolaan PKL Pasar Talang Banjar perlu langkah-langkah yang tepat sehingga tidak

merugikan baik pemerintah kota maupun PKL Pasar Talang Banjar.

Berikut yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi dalam penindakan dan penegakan

Perda No. 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan PKL Pasar Talang Banjar dalam penataan

PKL Pasar Talang Banjar:

a) Penentuan Kaveling Tempat di Tempat Relokasi

b) Pembangunan Tempat Relokasi

c) Tindakan Represif

d) Tindakan Setelah PKL Pasar Talang Banjar Direlokasi

Setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi SATPOL PP tetap melakukan

pengawasan melalui patroli rutin. Patroli yang dilakukan SATPOL PP memang tidak kenal

waktu, dimulai Pukul 09.00 – 21.00 WIB bahkan kalau ada acara-acara tertentu bisa sampai

24 Jam. Patroli ini dilakukan oleh anggota SATPOL PP Bidang Operasi dan Pengendalian

dengan 2 shift, yaitu shift pagi dan shift malam.

“Setelah satu bulan direlokasi SATPOL PP bidang Operasi dan Pengendalian

memantau tempat relokasi dan lokasi awal selama satu bulan, setelah satu bulan

pemantauan akan dilakukan pemantauan bisa 2/3/4 minggu sekali di lokasi relokasi

dan lokasi awal PKL Pasar Talang Banjar. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar

baru yang menempati tempat yang sudah direlokasi akan dilakukan tahap seperti

pemindahan PKL Pasar Talang Banjar”.3132

Setelah satu bulan PKL Pasar Talang Banjar direlokasi, SATPOL PP bidang Operasi

dan Pengendalian memantau tempat relokasi dan lokasi awal sebelum direlokasi selama satu

bulan, setelah satu bulan pemantauan akan dilakukan pemantauan 2 (dua) atau 3 (tiga) atau 4

32

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 72: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

60

(empat) kali seminggu di lokasi tersebut. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar baru yang

menempati tempat yang sudah direlokasi akan dilakukan tahan seperti pemindahan PKL

Pasar Talang Banjar.

“Yang dilakukan setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi seperti biasa

melakukan pengawasan, patroli, dan dialog, misalnya ada pemangkiran (PKL Pasar

Talang Banjar tidak pindah) kita dialog kepada PKL Pasar Talang Banjar kenapa

tidak pindah? Temen-temen PKL Pasar Talang Banjar yang lain pindah”.3333

Berdasarkan hasil wawancara di atas, setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi ke

tempat yang baru SATPOL PP Kota Jambi melakukan pengawasan, patroli, dan dialog

dengan PKL Pasar Talang Banjar. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar yang tidak pindah

SATPOL PP melakukan dialog kepada PKL Pasar Talang Banjar dengan ditanya, kenapa

tidak pindah? Sedangkan teman-teman PKL Pasar Talang Banjar yang lain sudah pindah.

Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 12 September 2019, adanya kegiatan-

kegiatan yang dilakukan SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang Banjar di atas,

yang selalu menampung aspirasi PKL Pasar Talang Banjar sampai terjadinya kesepakatan

bersama antara SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar, hal ini menyebabkan dalam

penertiban PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi tidak terjadi sampai pada tahap

penyidikan karena pelanggaran Perda yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

selaku pejabat yang diberi wewenang penyidikan, apalagi sampai pada tahap pemidanaan

PKL Pasar Talang Banjar.

b. Sosialisasi

Sosialisasi deperlukan supaya PKL Pasar Talang Banjar paham terhadap isi dari

Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar. Pemahaman tersebut akan berguna dalam penataan

33

Wawancara Dengan Suhardi, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi ,

Tanggal

12 September 2019

Page 73: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

61

apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan terhadap lokasi PKL Pasar Talang Banjar

tertentu, sehingga ketika SATPOL PP diberi perintah oleh Walikota untuk menertibkan PKL

Pasar Talang Banjar, diharapkan PKL Pasar Talang Banjar dengan sendirinya akan sadar dan

mau ditertibkan SATPOL PP.

“Selama ini, kami tidak melakukan sosialisai Perda secara khusus, hal ini

dikarenakan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar merupakan tugas

dari DPP bidang PKL Pasar Talang Banjar. Sosialisasi yang kami lakukan hanya

sebatas menegur PKL Pasar Talang Banjar yang dirasa mengganggu ketertiban

umum, untuk merapikan dagangannya supaya tidak mengganggu orang lain serta

memberi penjelasan tentang larangan Perda PKL Pasar Talang Banjar di saat

patroli”.3434

Berdasarkan wawancara di atas, SATPOL PP tidak mengagendakan waktu secara

khusus untuk melakukan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar, hal ini

dikarenakan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar merupaka tugas dari DPP

khusnya bidang PKL Pasar Talang Banjar. Sosialisasi yang dilakukan SATPOL PP adalah

ketika sedang patroli rutin menemui PKL Pasar Talang Banjar yang tidak semestinya

ditempatnya yang mengakibatkan terganggunya masyarakat atau kepetingan umum, maka

SATPOL PP menegur PKL Pasar Talang Banjar supaya barang dagangannya dirapikan

dengan memberikan penjelasan tentang larangan-larangan PKL Pasar Talang Banjar di dalam

Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota Jambi.

B. Hambatan dan Upaya Yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam

Rangka Untuk Penertibkan Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota

Jambi

34

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 74: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

62

1. Hambatan yang ditemui di Lapangan dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima

Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL

Pasar Talang Banjar tidak begitu saja selesai dengan mudah, dalam penataan di temui

kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan

(2) faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara (4 september 2019 sampai dengan 30

september 2019), faktor-faktor internal yang menjadi kendala SATPOL PP dalam

mengimplementasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi, meliputi:

1) Kekurangan Personil

Personil SATPOL PP Kota Jambi bisa terbilang cukup, tetapi ketika ada acara

tertentu pada waktu yang bersamaan, maka biasanya terjadi kekurangan personil. Sedangkan

Perda Kota Jambi juga terbilang cukup banyak berjumlah kurang lebih 21 perda.

“Ketika kita ada perjanjian dengan PKL Pasar Talang Banjar untuk membantu

membongkar tapi ternyata saat waktu pembongkaran pada waktu yang bersamaan

tiba-tiba ada tugas-tugas lain, misalnya: terjadi kesepakatan dengan PKL Pasar

Talang Banjar hari Kamis tanggal 6 Januari pembongkaran bersama PKL Pasar

Talang Banjar, tapi ternyata tiba-tiba ada tamu penting yang perlu penjagaan maka

kita kekurangan personil”.3535

Bardasarkan hasil wawancara di atas, kendala dalam menata PKL Pasar Talang

Banjar adalah kekurangan pesonil, apalagi jika sudah mengadakan perjanjian dengan PKL

Pasar Talang Banjar, tetapi pada waktu yang bersamaan ada tamu penting yang perlu

penjagaan dari SATPOL PP. Sehingga SATPOL PP tidak bisa ikut dalam pembongkaran

lapak bersama PKL Pasar Talang Banjar yang sudah dijanjikan.

35

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 75: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

63

Untuk mengatasi kekurangan personil tersebut langkah yang sudah dilakukan

SATPOL PP adalah mengajukan ke Walikota Jambi untuk penambahan jumlah personil,

tetapi hampir semua SKPD Kota Jambi kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium

(pembatasan jumlah) PNS dari pemerintah pusat. Dahulu SATPOL PP personilnya cukup,

yakni 125 (seratus duapuluh lima) namun dimutasi ke SKPD lain menjadi 82 (delapanpuluh

dua) orang sedangkan dengan mutasi tersebut SATPOL PP tidak dapat penggantinya hal ini

mengakibatkan kekurangan personil.

“Dalam melaksanakan Perda yang jumlahnya sekitar 21 Perda dengan jumlah

personil 82 anggota saya rasa kurang. Kita sudah mengajukan ke walikota untuk

personil dan sarana prasarana lainnya, hasil dari pengajuan kita dijelaskan bahwa

hampir semua SKPD Kota Jambi kekurangan personil., dahulu pernah berjumlah

125 (seratus duapuluh lima) orang dimutasi tapi belum ada penggantinya sehingga

sekarang menjadi 80 (delapanpuluh) an”.3736

2) Kekurangan Armada

Untuk mengamankan Perda yang tidak hanya Perda PKL Pasar Talang Banjar saja

dengan berjumlah kurang lebih 21 Perda dan wilayah Kota Jambi yang bisa dikatakan

sebagai pusat perekonomian bagi daerah-daerah disekitarnya meliputi Kabupaten Sukoharjo,

Boyolali, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten maupun dari daerah lainnya. Sebagai

pusat perkonomian ini menyebabkan banyak permasalahan yang terjadi, mulai dari semakin

banyaknya PKL Pasar Talang Banjar, bangunan liar, orang gila dan gelandangan, dan masih

banyak lagi yang diatur dalam Perda yang harus dilaksanakan oleh SATPOL PP. Banyaknya

permasalahan tersebut dibutuhkan armada yang memadai supaya bisa maksimal dalam patroli

ke seluruh Kota Jambi.

37

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 76: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

64

“Kendala faktor internal SATPOL PP Kota Jambi sarana dan prasarana yang masih

kurang dimana kendaraan roda 4 (empat) yang hanya berjumlah 9 (Sembilan), dan

roda 2 (dua) yang berjumlah 5 (lima)”.3837

Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP kota Jambi kekurangan sarana

dan prasarana, hal ini dikarenakan kendaraan roda 4 (empat) yang hanya berjumlah 9

(Sembilan) buah dan roda 2 (dua) yang berjumlah 5 (lima) buah.

“Saya sudah mengupayakan penambahan personil, namun Pemkot mengatakan

hampir semua SKPD kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium PNS.

Sedangkan untuk armada sejauh ini sudah ada penambahan secara bertahap,

dikarenakan dana yang terbatas dari pemerintah kota”.3938

Berdasarkan hasil wawancara di atas, langkah yang sudah dilakukan SATPOL PP

dalam mengurangi faktor kekurangan armada dengan mengajukan proposal penambahan

armada dan personil yang ditujukan kepada Walikota Surakata, tetapi dikarenakan

keterbatasan dana pemerintah kota, maka penambahan dilakukan secara bertahap. Untuk

penambahan personil masih belum bisa ditambahkan oleh Pemkot, hal ini dikarenakan adara

moratorium PNS dari pemerintah pusat.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang menjadi kendala SATPOL PP dalam

mengimplementasi Perda tentang PKL di Kota Jambi, banyak PKL Pasar Talang Banjar yang

belum memahami Perda tentang PKL.

38

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

39 Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 77: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

65

“Banyak masyarakat dalam hal ini PKL Pasar Talang Banjar yang belum memahami

Perda, walaupun demikian masyarakat Jambi mendukung apa yang diprogramkan

pemerintah, misalnya penataan PKL Pasar Talang Banjar”.4039

Berdasarakan hasil wawancara di atas, masyarakat dalam hal ini PKL Pasar Talang

Banjar kota Jambi masih banyak yang belum memahami Perda tentang PKL Pasar Talang

Banjar, akan tetapi masyarakat Kota Jambi mendukung apa yang diprogramkan pemerintah

dengan sejumlah kompensasi tertentu.

Kurangnya pemahaman terhadap Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar hal ini

disebabkan kurangnya sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar dari Dinas

Pengelolaan Pasar (DPP) bidang PKL Pasar Talang Banjar. Walaupun tugas utama sosialisasi

Perda adalah kewajiban DPP, tetapi SATPOL PP tetap berupaya mensosialisasikan Perda

tentang PKL Pasar Talang Banjar disela-sela waktu Patroli.

“Kurangnya sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar kepada masyarakat

adalah tugas pokok dari DPP bidang PKL Pasar Talang Banjar. Tetapi SATPOL PP

juga tidak bosan-bosan memberi pencerahan Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar

disela-sela Patroli rutin”.4140

Sedangkan untuk mengatasi permintaan-permintaan PKL Pasar Talang Banjar ketika

mau direlokasi, maka SATPOL PP selalu mengedepankan komunikasi setiap saat baik dalam

keadaan berdinas maupun tidak, baik hari kerja maupun hari libur. Komunikasi tersebut

dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai kesepakatan yang terbaik dan sisi baiknya

adalah masyarakat Kota Jambi mendukung kebijakan pemerintah.

1) Kurangnya Personil SATPOL PP

40

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

41 Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 78: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

66

Kekurangan jumlah personil juga di akui Kepala SATPOL PP Kota Jambi, saat ini

SATPOL PP hanya memiliki 110 personil. Sebagian mereka bertugas menjaga rumah dinas

penjabat daerah jika ditinjau dari luas daerah dan permaslahan penertiban jumlah ini masih

sangat kurang untuk membantu penataan kota.

"Saya berharap ada tambahan tenaga baru terutama yang baru lulus SMA. Sehingga

secara fisik, masih bisa sangat diandalkan bila ada tambahan tenaga baru, maka

tenaga yang senior akan di tugaskan di kecamatan, sehingga bila ada kegiatan

penertiban di tingkat kecamatan sudah bisa sejalan".4241

"Dengan minimalnya anggota Satpol PP Kota Jambi ini, maka kendala dalam

pelaksanaan tugas di lapangan, karena dari jumlah yang ada pada saat ini, telah

disetujui di sesuai dengan permintaan, sehingga untuk jumlah khusus bantuan yang

siap siaga di kantor bila ada demo mendadak, razia dan lain sebagainya harus

mencari dan menunggu petugas lain, jadi ganti gerak".4342

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat di di tegaskan bahwa,

kurangnya personil menjadi salah satu hambatan SATPOL PP dalam melaksanakan tugas dan

pengamanan di lapangan.

2) Terbatasnya sarana kendaraan

Tentang kendaraan dinas, dinilai Karno, sudah sanga uzur. Tiga truk dapat dan

motor satu rusak total milik SATPOL PP sudah jarang digunakan karena tidak layak, Jika

digunakan, perlu diatur agar bergantian agar kalau rusak tidak bersanaan.

Sebagai penegak hukum perda, lembaganya selalu berhadapan dengan segala macam

kelas masyarakat. Bahkan, 70 persen dari jumlah kecil, sisanya pengusaha "Jika berhadapan

dengan pengusaha, mereka masih nurut tambahnya.

42

Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019 43

Wawancara, Dengan Zulkipliy, SE, KOMANDAN KOMPI SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 79: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

67

"Kendaraan operasional sangat sedikit, sehingga dalam operasi operasi di lapangan

sesuai dengan alat pengangkut Anggota (kendaraan), ini menjadi sarana terpenting

bagi Satpol PP dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan ".4443

Kemudian hal senada dikemukakan dengan Kliwon personil lapangan yang

mengatakan bahwa:

"Hambatan operasional dilapangan salah satunya adalah kurangnya sarana

kendaraan, hal ini sangat menjadi hambatan bagi pihak SATPOL PP untuk bergerak

cepat, karena kendaraan sangat terbatas, sehingga banyak hambatan yang terjadi

dilapangan. Untuk itu kedepannya kendaraan operasional SATPOL PP haruslah di

tambah".4544

Perlunya perhatian pemerintah terkait dalam memperhatikan sarana operasional

SATPOL PP demi menegagkan PERDA serta menjaga keamanan dan mengawasi PKL yang

sulit di atur.

3) Terbatasnya Anggaran

Segala kegiatan operasional tentunya akan sangat membutuhkan dana, tanpa dana

dan uang tentunya segala kegiatan akan terhambat dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.

"Anggaran pada SATPOL PP Kota Jambi masih sangat minim sekali sehingga

anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan program-program

SATPOL PP terutama masalah pembinaan terhadap personil, penambahan sarana

dan prasarana serta biaya operasional di lapangan memang sangat terbatas sekali,

sehingga ini akan menjadi hambtan kedepan".4645

Berdasarkan wawancara tersebut di atas, maka dapat ditegaskan disini bahwa

persoalan anggaran merupakan permasalahan yang sangat penting dalam sebuah organisasi

karena tanpa anggaran dan dana maka suatu organisasi sulit untuk bergerak.

44

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019 45

Wawancara, Dengan Zulkipliy, SE, KOMANDAN KOMPI SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019 46

Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12

September 2019

Page 80: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

68

4) Menolak Relokasi

Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk menata keberadaan PKL adalah

dengan melakukan "Relokasi". Relokasi artinya pemindahan terhadap PKL ketempat yang

layak dan tidak mengganggu ketertiban umum dan ini merupakan salah satu bentuk upaya

pemerintah dalam menertibkan para PKL. Relokasi tersebut ternyata tidak mendapatkan

tanggapan yang positif dari para PKL karena tidak semua PKL yang bersedia untuk

menempati area relokasi tersebut. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya PKL di Pasar

Talang Banjar yang berjualan di area terlarang dan nekad berhadapan dengan para petugas.

Alasan penolakan karena tidak jarang relokasi yang dilakukan cenderung kurang

menguntungkan bagi para pedagang karena terkesan menjauhkan pedagang dengan pembeli.

Di samping itu relokasi bukan untuk memecahkan masalah tetapi cenderung memunculkan

masalah baru bagi PKL karena sebagai pihak yang lemah dan terkesan selalu tertelikung oleh

kebijakan-kebijakan yang ada. Relokasi notanene bertujuan untuk menertibkan PKL tetapi

justru malah membebani PKL dengan permasalahan modal dan mahalnya harga sewa tanah.

"saya gak mau kalau harus berjualan ditempat yang direlokasikan itu karena harga

sewa tanah disana mahal-mahal belum tentu hasil dari penjualan saya dpat menutupi

ditambah jauhnya pembeli dari lokasi penjualan".4746

Demikian juga dengan PKL yang menjual mi mengungkapkan hal senada.

"kalau di tempat-tempat tertentu pengunjung tidak terlalu ramai. Kalau disana hanya

kadang-kadang saja pengunjungnya banyak apalagi yang berjualan disana juga

banyak".4847

Dari hasil penelitian di temukan beberapa alasan mengapa para PKL di Pasar Talang Banjar

menolak dan keberatan dengan adanya relokasi. 1) Faktor tempat yang disediakan kurang

47

Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal

14 September 2019 48

Wawancara, Dengan iin wira, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal 14

September 2019

Page 81: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

69

strategis, 2) Faktor sewa lahan atau tempat yang mahal, 3) Faktor pengunjung dan keterkaitan

pelanggang minim, 4) Jenis barang dagangan yang di perjual belikan. Ada beberapa jenis

barang dagangan menurut PKL tidak memungkinkan untuk di jual di tempat relokasi seperti:

mainan, jagung bakar, minuman dan makanan kering. 5) faktor teknik penjualan masih

banyak PKL yang tidak berdiam diri saja seperti berkeliling ketempat yang ramai.

Para PKL menolak relokasi dan alasan-alasan yang melatarbelakangi tersebut

berkaitan erat dengan pilihan secara rasional fenomena ini didukung teori rasionalitas yang di

kemukakan oleh Weber. Rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama karena

rational tersebut mampu menggerakkan banyak perubahan sosial dan perikaku kehidupan

orang-orang.

5) Resistensi Terselubung

Kalau resistensi terbuka bersifat adanya kontak langsung (adu fisik) dengan para petugas

tetapi dalam taraf resistensi terselubung hal tersebut justru dihindari. Pada tahap malah

cenderung untuk menghindari petugas. Ada berbagai cara yang mereka lakukan untuk

melakukan perlawanan kepada petugas, minsalnya dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengomel, menggerutu, dan membicarai petugas

Menurut pengamatan peneliti selama di lokasi penelitian, media ini di anggap

yang paling aman untuk mencetuskan rasa kesal PKL pada petugas adalah omelan

sambil mengerutu. Media ini karena disamping tidak terdengar oleh petugas juga

tidak terjadi adu fisik secara langsung.

2) Membawa lari barang dagangan dan meninggalkan pembeli yang sedang makan.

Salah satu cara mengngelabuihi petugas dengan cara membawa kabur barang

dagangannya serta meninggalkan pembelinya yang kebetulan sedang menikmati

Page 82: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

70

makanan yang dijajakan. Petugas sedang patroli para PKL segera mengemasi barang

dagangan dan berlari meninggalkan area tempat jualan dan bersembunyi atau pergi

dari area yang dilarang tersebut. Cara ini dirasa cukup efektif bagi pedagang.

"kalau saya sudah lihat mobil petugas datang saya segera menyelamatkan barang

dagangan saya dmenjau dari petugas yang ingin menggusur paksa barang dagangan

kami".4948

Meninggalkan pembeli walaupun tidak jarangpembeli tersebut belum membayar

makanan yang dibelinya adalah cara yang efektif, mereka lebih mengorbankan hal tersebut

karena ini adalah sebagai bentuk upaya penyelamatan barang dagangan mereka yang dinilai

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

3) Menyembunyikan Barang Dagangan

Ada berbagai cara yang dilakukan para PKL untuk mengelabui petugas supaya

barang-barang dagangannya tidak diketahui oleh petugas terkait dengan cara

menyelamatkannya minsalnya di sembunyikan di semak-semak, di bawah-bawah

pohon yang cukup rindang membeli barang dagangan di sepeda motor sambil ditutup,

dan menyimpan barang-barang dagangan di saluran-saluran air yang ada di sckitar

lapangan atau di tempat-tempat tersembunyi yang tidak terlihat oleh petugas. Dan

ada juga pedagang yang sengaja mengambil sendiri dan menitipkan barang dagangan

di kawasan relokasi tempat berjualan yang tidak jauh.

Dari tindakan tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa PKL melakukan

tindakan-tindakan penyelamatan barang dagangannya tersebut sebagai pola adaptasi

yang mereka lakukan. Daya adaptif tersebut tidak terlepaskan juga darinya dorongan

49

Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal

14 September 2019

Page 83: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

71

naluri manusia untuk mempertahankan kehidupannya jadi bisa tetap eksis dan

bertahan hidup dalam kehidupan selan berikutnya.

4) Pura-pura sebagai Pengunjung Biasa

Saat Petugas Datang Pola lain diterapkan oleh para PKL ketika harus

menghadapi petugas sedang berpatroli dengan cara menyamar sebagai pengunjung

lapangan biasa sambil jalan-jalan. PKL sangat peka dengan kehadiran para petugas,

jadi begitu ada tanda-tanda jika petugas datang, mereka segera menyimpan barang-

barang dagangan di semak-semak atau di tempat-tempat yang lebih aman lalu segera

berjalan berkeliling seperti biasa. Mereka segera pergi ke tempat yang lebih aman

yang lebih banyak pengunjungnya sehingga mereka terkesan seperti pengunjung pada

umunya.

"Jika tiba-tiba petugas trantib datang, kadang-kadang saya belum lari keluar, saya

cepat-cepat mendapatkan barang dagangan di pohon-pohon, setelah itu saya segera

lari ke tempat yang lebih banyak orangnya, biar, kami pengunjung yang datang. Jika

begitu, kan, tidak akan kelihatan oleh petugas dan aku bisa selamat ".5049

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat ditegaskan bahwa, dengan cara-cara

tersebut para pedagang kaki lima menyelamatkan barang dagangannya, maka para petugas

menjadi kesulitan untuk melakukan penyitaan maupun pengamatan di lapangan.

5) Bersembunyi/kucing-kucingan dengan petugas

Pedagang kaki lima umumnya sudah sangat hafal dengan jam-jam saat

petugas trantib datang (jadwal kedatangan petugas) sehingga penertiban dan upaya

bersosialisasi yang di lakukan petugas pantau sulit terdeteksi di tambah PKL sudah

sangat hafal sekali jam-jam patroli yang di lakukan oleh tim pantau lapangan,

50

Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal

14 September 2019

Page 84: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

72

berbagai upaya yang di lakukan PKL untuk menghindari pertugas dengan cara

mengupat dan menyembunyikan dagangannya agar tidak di ketahui petugas.

6) Memberi uang suap kepada petugas

Salah satu perilaku ini di tunjukkan ketika pedagang sudah tertangkap basah

oleh petugas. Tidak jarang mereka terpaksa memberi uang sogog atau menyuap

petugas dengan memberikan sesuatu kepada petugas agar barang dagangan mereka

tidak disita karena kalau barang dagangan ini di sita maka hal ini akan sangat

berpengaruh pada kehidupan mereka selanjutnya.

"pernah saya ketangkap ketika saya sedang berjualan di dalam area terlarang.

Waktu itu saya tidak tahu ada petugas yang datang tiba-tiba sudah di depan saya

karena tidak ada pilihan lain satu-satunya jalan adalah damai di tempat saya juga

bilang "saya jualan ini untuk makan saya juga pak" saya kasih 50 ribu dan

sebungkus rokok, untung petugasnya mau dan melepaskan saya, dari pada barang-

barang saya di ambil semua mau makan apa saya nanti".5150

Berdasarkan hasil wawancara di atas adakalanya pedagang menyuap para petugas di

lapangan, sehingga hal ini jmenjadi hambatan untuk melakukan penertiban dan pengamanan

daerah terlarang bagi PKL Pasar Talang Banjar.

2. Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Menertibkan

Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar

Uapaya-upaya yang dilakukan pihak SATPOL PP dalam penertiban dan

pengamanan para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar, yaitu dengan melakukan

upaya-upaya sebagai berikut:

a. Strategi Kekuatan Peluang

51

Wawancara, Dengan ibu nawar, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal

14 September 2019

Page 85: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

73

1) Meningkatkan Profesionalitas Aparat Polisi Pamong Praja guna mendukung tugas-

tugas teknis administrasi , teknis yuridis dan teknis operasional.

2) Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana.

3) Meningkatkan koordinasi dengan sesama lembaga pemerintah dan lembaga non-

pemerintah, sampai ke tingkat yang bawah.

4) Mendata dan mengevaluasi seluruh Peraturan Daerah khususnya yang menyangkut

masalah perizinan.

5) Meningkatkan keikut sertaan masyarakat, aparat tingkat Kecamatan dan

Desa/Kelurahan dalam menciptakan suasana tertib, tentram, damai, dan tegagnya

supermasi Perda.

6) Melakukan konsultasi secara lebih intens dengan unsur Pimpinan dalam

mengoperasionalkan kegiatan.

7) Melakukan konsultasi secara lebih inters dengan unsur Legislatif dalam

mengoperasikan kegiatan.

8) Meningkatkan pengelolaan sistem keamanan terpadu.

9) Mengembangkan Program Kerja sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

10) Meningkatkan Anggaran Biaya, Pengadaan Sarana dan Prasarana untuk pelaksanaan

Program Kerja.

b. Strategi Kekuatan-Tantangan

1) Menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat

2) Memberi pemahaman terhadap warga masyarakat dan pengawasan pada aparat

penegag perda

3) Meningkatkan kualitas SDM aparat penegakan perda melalui diklat

Page 86: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

74

4) Meningkatkan sosialisasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

aparat penegak perda

5) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan, menyangkut berbagai

perda tentang perijinan, dan kewajiban masyarakat

6) Meningkatkan pelaksanaan operasional untuk mengembalikan fungsi tanah negara,

kawasan hutan, bantaran sungai, bantaran setu dan bantaran bahu jalan

7) Meningkatkan operasi dan membantu mencarikan solusi untuk para Pedagang Kaki

Lima

8) Meningkatkan operasi Warung remang-remang, PSK, Minuman Keras, Gelandangan,

Pengemis dan anak Jalanan

c. Strategi Kelemahan-Peluang

1) Meningkatkan koordinasi dengan lembaga dan instansi pemerintah dan non

pemerintah.

2) Peningkatan propesionalitas aparat Polisi Pamong Praja melalui pendidikan dan

pelatihan.

3) Mengusulkan penambahan personil agar terciptanya kerja yang maksimal

4) Menguslkan tambahan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan operasional

5) Mengusulkan anggaran operasional.

Dalam hal ini banyak nya hambatan yang di terima oleh satpol pp yang mana dalam

hal ini terjadi nya unjuk rasa atau pun demo yang dilakukan oleh pedagang kaki lima

dikarenakan satuan polisi pamong praja tidak ada kelanjutan kebijakan yang dilakukan

hanya dalam waktu yang tidak cukup lama dalam operasi penertiban yang dilakukan oleh

satuan polisi pamong praja.

Page 87: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

75

Dalam bidang relokasi sebagian pedagang kaki lima yang berada di pasar talang

banjar mendukung pengerelokasian yang dilakukan oleh pemerintah Kota Jambi, akan

tetapi masih ada pedagang kaki lima yang melanggar kebijakan pemerintah Kota Jambi,

dalam hal ini masih adanya yang berdagang di ruas jalan pasar tersebut.

Sebagian Pedagang kaki lima dalam hal ini enggan atau tidak mengindahkan apa yang

telah di tetapkan oleh pemerintah Kota Jambi, ataupun bisa dikatakan para sebagian

pedagang tidak mentaati peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah Kota Jambi.

Page 88: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan Keamanan

Pemerintah Kota Jambi sesuai dengan peraturan pemerintah Daerah Nomor 12 tahun 2016

peraan SATPOL PP Kota Jambi dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima dan Peraturan

Pemerintah Kota Jambi Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan

Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja pasal 3 ayat (6) “Untuk melaksanakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi:

penyelenggaraan sosialisasi dan penertiban”.

Hambatan yang ditemui di Lapangan dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima yaitu

untuk Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL

Pasar Talang Banjar tidak begitu saja selesai dengan mudah, dalam penataan di temui

kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan

(2) faktor eksternal

Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Penertiban

Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar yaitu dengan melakukan upaya-upaya

sebagai berikut: upaya peningkatan Strategi Kekuatan Peluang, Strategi Kekuatan-Tantangan,

dan Strategi Kelemahan-Peluang, yang menunjang tercipta kekuatan dalam meningkatkan

kualitas dan strategi operasi.

Page 89: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

77

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis menyarankan

sebagai berikut:

1. Diharapkan pihak SATPOL PP terus meningkatkan kinerjanya, kedisplinan,

meningkatkan kemampuan profesionalisme, sehingga dalam melaksanakan tugas

pengamanan tidak menimbukan permasalahan yang ada di lapangan baik kepada

masyarakat maupun kepada penertiban PKL yang ada di Kota Jambi.

2. Kepada SATPOL PP juga diharapkan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

melalui program kerja yang sesuai dengan peraturan yang ada serta hendakla melakukan

pengamanan dengan penuh cinta kasih, sehingga tidak terjadinya konflik antara dua

belah pihak.

Page 90: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

78

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Amaruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Parama Ilmu, 2016),

Hamidjoyo, Kunto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Implementasi Kebijakan Penataan Pemebinaan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL)

di Surakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, (Jakarta : P.T.Bumi

Aksara, 2013),

Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan Imlementasinya

di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. hal 69-70

Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan Imlementasinya

di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. Maleong, Lexy J. 2012. Metode

Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: Mengukuhkan

Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire.

Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: Mengukuhkan

Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire.\

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong

Praja, Jakarta, Renika, Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat

(1) dan ayat (2)

Page 91: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

79

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat

(1) dan ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg

praja

Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang

(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam

Laporan Penelitian.

Septiana, Dwi. 2011. Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan pemerintah

Kota Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES.

Sriyanto. 2006. Penataan Lokasi Sektor Informal (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima) di

Kota Semarang. Dalam Forum Ilmu Sosial. No. 3: 112-121.

Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d, (bandung: alfabeta, 2008),.

W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007),.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

2. Lain-lain

https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/ di akses pada tanggal 03 Agustus 2019

jam 14:19 Wib

Page 92: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

80

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Page 93: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

81

Page 94: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

82

Page 95: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

83

Page 96: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

84

Page 97: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

85

Page 98: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

86

Page 99: UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …

87

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : HABIB ZARKASIH DAULAY

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat / TanggalLahir : SIBORIS DOLOK, 08 April 1997

NIM : SIP.151973

Alamat : Jalan Besar BINANGA – GUNUNGTUA Kab.

PADANG LAWAS

No.Telp/ HP : 082275374464

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan Jurusan/Fakultas : Ilmu Pemerintahan / Syari’ah

Nama Ayah : RUSTAM DAULAY

Nama Ibu : SITI MASYUROH SIREGAR

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SDN No. 0208 BINANGA

Tahun Lulus : 2003 – 2009

b. SMP N 1 BARUMUN TENGAH

Tahun Lulus : 2009 – 2012

c. MAN BARUMUN TENGAH

Tahun Lulus : 2012 – 2015