UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …
Transcript of UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN …
UPAYA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM
PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TALANG
BANJAR KOTA JAMBI
SKRIPSI
HABIB ZARKASIH DAULAY
NIM SIP 151973
PEMBIMBING :
ALHUSNI, S.Ag, M.HI
JUHARMEN, S.HI, M.SI
KONSENTRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDIN JAMBI
2019
i
ii
iii
iv
MOTTO
ىن ح ل ص ه م ح ا و م و ىا إ ال رض ق وا في ال د س ف م ل ت ه يل ل ا ق ذ إ و
.......”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi”,"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan."
(QS.Al Baqarah 02 : 11)
v
PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala
kasih sayang, anugerah dan kemudahan bagi saya dalam hidup dan kehidupan
saya. Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh yang baik dan memberikan
petunjuk kepada ummat manusia di dunia.
Dengan ini kupersembahkan keberhasilan ini yang utama dan yang paling utama
untuk kedua orang tua ku, Ayahanda Rustam Daulay terima kasih atas limpahan
kasih sayangmu dan Ibunda Siti Masyuroh Siregar terimakasih atas limpahan
Do’a dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik
Teman-teman dan sahabat seperjuangan yang tak mungkin saya sebutkan satu
persatu (Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan 2015), serta seluruh teman-
teman sahabat UIN STS Jambi.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari Dan memberikan
kemudahan dalam segala hal.
Aammiiinn...
vi
ABSTRAK
Habib Zarkasih Daulay NIM: SIP.151973; Upaya Satuan Polisi Pamong Praja
dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi serta apa saja hambatan
yang di hadapi dalam menertiban PKL. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan dengan metode
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut:
pertama, Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan
Keamanan Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi: penyelenggaraan
sosialisasi dan penertiban sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016
dan peraturan PerWako Nomor 32 Tahun 2004 Kedua, Adapun Hambatan yang
ditemui di Lapangan dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima yaitu untuk
Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL
Pasar Talang Banjar di temui kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala
tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal Ketiga, adapun
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Menertibkan
Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar yaitu dengan melakukan
upaya-upaya sebagai berikut: upaya peningkatan Strategi Kekuatan Peluang,
Strategi Kekuatan-Tantangan, dan Srategi Kelemahan-Peluang, yang menunjang
tercipta kekuatan dalam meningkatkan kualitas dan strategi operasi.
Kata Kunci : Satuan Polisi Pamong Praja, Pedagang Kaki Lima
\
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat beriring salam kepada junjugan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat-Nya kejalan Islam dan ilmu pengetahuan. Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S.1) Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi dengan judul “Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam
penertiban pedagang kaki lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi”.
Dalam rangka proses tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
3. Bapak H. Hermanto, Lc, M.HI.,Ph.D selaku wakil Dekan I Fakultas
Syariah bidang Akademik dan Kelembagaan.
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI selaku akil Dekan II fakultas Syariah
bidang Administrasi Umum, Keuangan dan Perencanaan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, M.Hi selaku Wakil Dekan III Fakultas Syariah
bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Batasan Masalah .............................................................................. 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8
E. Kerangka Teori ................................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 23
BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 25
A. Pendekatan penelitian ...................................................................... 25
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 25
C. Unit Analisis Data ........................................................................... 27
D. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 27
x
E. Teknis Analisis Data......................................................................... 28
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 29
G. Jadwal Penelitian............................................................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM SATPOL PP ......................................... 32
A. Historis dan Geografis ..................................................................... 32
B. Visi Dan Misi ................................................................................... 36
C. Struktur Organisasi .......................................................................... 37
D. Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 53
A. Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Penertiban dan
Keamanan Pemerintah Kota Jambi............................................. ..... 53
B. Hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota Jambi
dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar
Talang Banjar Kota Jambi................................................................. 63
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79
A. Kesimpulan ...................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xi
DAFTAR SINGKATAN
SATPOL PP : Satuan Polisi Pamong Praja
PKL : Pedagang Kaki Lima
PERDA : Peraturan Daerah
DPP : Dinas Pengelolaan Pasar
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
PERWAL : Peraturam Walikota
SDM : Sumber Daya Manusia
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PPNS : Penyidik Pegawai Negeri Sipil
RENSTRA : Rencana Strategi
RENJA : Rencana Kinerja
DPA : Dokumen Pelaksana Anggaran
RKA : Rencana Kegiatan Anggaran
PADS : Pendapatan Asli Daerah Sendiiri
HAM : Hak Asasi Manusia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Jambi merupakan unsur
pendukung tugas Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi dalam mengamankan dan
melaksanakan kebijakan Pemkot yang bersifat khusus di bidang ketentraman dan
ketertiban umum. Adapun tugas dan fungsi dari Satpol PP Kota Jambi sebagai
penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum masyarakat Kota Jambi sangat
luas, seperti menangani masalah sampah, bangunan liar, pedagang kaki lima,
tindak kejahatan, prostitusi, dan sebagainya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) bahwa kedudukan Polisi
Pamong Praja sebagai Perangkat Daerah mempunyai tugas membantu Kepala
Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.1 Semakin meningkatnya eskalasi
kinerja Satuan Polisi Pamong Praja, maka Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).2 Adapun Peraturan Pemerintah
No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja menjelaskan
tugas perlindungan masyarakat merupakan bagian dari fungsi penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, dengan demikian fungsi
1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148
ayat (1) dan ayat (2) 2 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
2
perlindungan masyarakat yang selama ini berada pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat menjadi fungsi
Satuan Polisi Pamong Praja, sesuai dengan prinsip-prinsip good gavernance dan
clean goverment.
Pengertian Pedagang Kaki Lima, Pedagang atau orang yang melakukan
kegiatan atau usaha kecil tanpa didasari atas ijin dan menempati pinggiran jalan
(trotoar) untuk menggelar dagangan. Menurut Sidharta, “Pedagang Kaki Lima
(trotoar/pedestrian) yang keberadaannya tidak boleh mengganggu fungsi publik,
baik ditinjau dari aspek sosial fisik, visual, lingkungan.
Dalam melaksanakan kewenangannya guna menegakkan peraturan daerah
serta, keputusan kepala daerah, sebagai salah satu tugas utama, dari satpol PP,
tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih melakasanakan
kewenangannya Satpol PP dibatasi oleh kewenangan represif yang sifatnya non
yustial. Karenanya aparat Satpol PP seringkali harus menghadapi berbgai kendala
ketika harus berhadapan dengan masyarakat yang memiliki kepentingan tertentu
dalam memprjuangkan kehidupan nya, yang akhirnya bermuara pada munculnya
konflik (bentrokan).
Dalam menghadapi situasi seperti ini, Satpol PP harus dapat mengambil
sikap yang tepat dan bijaksana, sesuai dengan paradigma baru Satuan Polisi
Pamong Praja yaitu mnjadi aparat yang ramah, bersahabat, dapat menciptakan
suasana batin dan nuansa kesejukan bagi masyarakat, namun tetap tegas dalam
bertindak demi tegaknya hukum yang berlaku.
3
Berdagang merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Sempitnya lapangan
pekerjaan di sektor formal, mendorong masyarakat beralih ke sektor informal
yang salah satunya menjadi PKL. Masyarakat berpendapat akan sangat mudah
untuk melakukan aktivitas tersebut. Membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan
menjadi PKL dianggap sebagai solusi yang tepat, walaupun keuntungan yang\
didapat relatif rendah. Jambi menjadi salah satu Kota yang tidak bisa lepas dari
keberadaan PKL. Terdapat belasan gerobak pedagang kaki lima (PKL) di Pasar
Talang Banjar. PKL itu pun ditertibkan petugas Satpol PP Kota Jambi karena
nekat berjualan di kawasan Trotoar.3
Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan penertiban yakni
kembalinya PKL yang sudah direlokasi ke tempat semula. Hal ini
mengindikasikan bahwa lokasi tersebut mempunyai daya tarik dan potensi yang
besar untuk ditempati oleh PKL. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut,
perlu dilakukan tindakan relokasi dengan mengadopsi karakteristik PKL masing-
masing dalam menentukan lokasi baru bagi pedagang.
Dalam hal ini pedagang kaki lima (PKL) banyak yang mengeluh di
karenakan adanya beberapa permasalahan yang belum terlaksana diantaranya
masalah pengelolaan pasar yang belum baik, penataan pasar yang belum tertata,
serta fasilitas yang ada di pasar talang banjar yang belum memadai dan juga
lampu yang berada di pasar tersebut sering mati.
3 https://www.jambiupdate.co/artikel-penertiban-di-pasar-lama-talang-banjar-html di
akses pada tanggal 27 Juni 2019. jam 20.30 Wib.
4
Sementara fasilitas lain seperti jalan menuju pasar talang banjar yang
masih becek, terutama yang berada dibelakang pasar, para pedagang kaki lima
(PKL) dalam berjualan tidak dalam keadan teratur, begitu pula dengan penataan
parkir yang masih semerawut.
Dari hasil wawancara informasi yang di dapatkan dari Kepala Bidang
penertiban satuan polisi pamong praja bahwa sanya sebagaimana yang telah
disampaikan terkhususnya bagi para pedagang di pasar talang banjar seharus
berdomisili asli Kota Jambi, akan tetapi sebagaimana informasi yang telah di
dapatkan para pedagang di pasar talang banjar tidak hanya pedagang yang
berdomisili Kota Jambi bahkan ada juga para pedagang yang berada di pasar
talang banjar yang berdomisili diluar dari Kota Jambi sebagaimana yang telah di
sampaikan oleh kepala bidang penertiban satuan polisi pamong praja.
Pemerintah Kota Jambi untuk melakukan penertiban PKL berusaha
mengoptimalkan peran Satpol PP. Berdasarkan pasal 25 ayat 1 Perda Nomor 9
Tahun 2011, disebutkan bahwa: Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur
pendukung tugas Wali Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang ketertiban dan ketenteraman masyarakat, penegakan Peraturan Daerah dan
perlindungan masyarakat, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris
Daerah. Satpol PP sebagaimana dimaksud di atas mempunyai tugas yakni
membantu Wali Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
ketertiban dan ketenteraman masyarakat, penegakan peraturan daerah dan
memberi perlindungan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka
5
mengantisipasi pro dan kontra. Seperti halnya pembersihan pedagang kaki lima di
Pasar Talang Banjar Kota Jambi yang sedang marak akhir-akhir ini. Satu sisi
pemerintah daerah ingin menertibkan daerahnya hingga terciptanya selogan
bersih, nyaman dan aman terpenuhi termasuk Kota Beradat. Namun disisi lain,
pedagang kaki lima yang mana merupakan sektor usaha kecil ingin beroperasi
untuk mencari nafkah. Masyarakat umum disatu sisi menginginkan Kotanya
bersih dan rapi namun disis lain membutuhkan juga keberadaan pedagang kaki
lima tersebut, terutama karena kemuduhan mendapatkan barang yang diinginkn
dengan harga yang relatif terjangkau.
Keberadaan PKL di Pasar Talang Banjar Kota Jambi yang tumbuh bak
parasit menempati trotoar, emperan pertokoan bahkan bahu jalan selain
menggangu kelancaran lalu lintas juga disinyalir merugikan pedagang yang
menyewa toko. Sebagai catatan, sebenarnya pedang kaki lima inipun
mengeluarkan biaya atau iuran ke pemkot melalui aparat dilapangan. Maka dari
itu, tiap kali penggusuran pedagang kaki lima selalui diwarnai penolakan yang
tidak sedikit berujung pada kericuhan antara pedang kaki lima dan satpol PP yang
menjadi ujung tombak penertiban.
Dalam memahami lebih jauh peran dan fungsi satpol PP khususnya dalam
pembinaaan dan penegakan hukum, pertama-tama perhatian kita tertuju pada
perundang-undangan yang mengatur mengenai satpol PP yaitu peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg praja.4
4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg
praja
6
Dengan keluarnya peraturan pemerintah ini, diharapkan berbagai
kesimpangsiuran organisasi, tugas dan fungsinya serta hal lain yang menjadi
atribut satpol PP yang selama ini dirancang secara berbeda-beda antara pemda
baik ditingkat Provinsi maupun kabupaten/kota dapat segera diseragamkan.
Adapaun materi yang, dimuat dalam peraturan pemerintah ini meliputi
susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang,hak, tugas dan kewajiban
satuan polisi pamong praja khusus, mengenai fungsi dan eran satpol pp diatur
dalam beberapa pasal-pasal yaitu:5
1. Pasal 3 yang menyebutkan: satuan polisi pamong praja mempunyai tugas
memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum,
menegakkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.
2. Pasal 4 menyebutkan: dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3, satpol PP menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegakan peraturan daerah dan Kabupaten kepala Daerah.
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaran ketentraman dan
ketertiban umum di daerah.
c. Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan daerah dan kabupaten kepala
daerah.
d. Pelaksanaan kordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan
ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, atau aparatur lainnya
5Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pedoman Satuan Polisi
Pamong Praja, Jakarta, Renika, Cipta, Hlm.32
7
e. Pengawasan terhadap masyarakat agar memenuhi dan menaati peraturan
Daerah dan Kabupaten Kepala Daerah.
Pedagang kaki lima harus di akui adalah cermin beragamnya tingkat
ekonomi masyarakat. Daya beli, modal usaha hingga desakan pemodal besar
adalah wajah lain dari kota yang memiliki banyak pedagang kaki lima, dan itulah
yang terjadi di daerah Provinsi Jambi , karena semua pihak saling membutuhkan
sehingga diperlukan strategi-strategi yang lebih tepat dan memperhatikan dari segi
dan aspek-aspek kemanusian, pihak PKL tidak merasa di rugikan dan pihak satpol
PP juga menjalankan aturan hukum dengan tepat benar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, mendorong
peneliti untuk mengadakan kajian dengan judul penelitian "Upaya Satuan Polisi
Pamong Praja dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang
Banjar Kota Jambi"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana
Ketertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi ?
2. Apa hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota Jambi dalam
rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar talang Banjar Kota
Jambi ?
8
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar dan mengambang khususnya tentang
Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, maka untuk
mempermudah penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam penertiban
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Tujuan Dan Kegunaan
Penelitian mengacu pada PP No 12 Tahun 2016.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya, maka dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan penelitian,
yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana
Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota
Jambi dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang
Banjar Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
c. Untuk melihat proses/prosedur Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana
Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi.
d. Untuk melihat hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota
Jambi dalam rangka untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang
Banjar Kota Jambi.
9
E. KerangkaTeori
1. Satuan Polisi Pamong Praja
Keberadaan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan daerah
mempunyai arti khusus yang cukup menonjol, karena tugas-tugasnya membantu
Kepala Daerah dalam Pembinaan Ketentraman dan Penertiban serta Penegakan
Peraturan Daerah sehingga berdampak pada upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Pada hakekatnya, seorang anggota Satpol PP adalah seorang Polisi, yang
oleh karenanya dapat (dan bahkan harus) dibilangkan sebagai bagian dari aparat
penegak hukum (law enforcer). Dikatakan demikian, karena Satpol PP dibentuk
untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan peraturan Daerah (Perda).
Sebagaimana diketahui, Perda menurut Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah salah satu jenis
perundang-undangan.
Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Perda dinyatakan dalam Pasal 1
butir 8, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja. Kedua pasal tersebut pada intinya menyatakan
eksistensi Satpol PP sebagai bagian perangkat daerah dibentuk untuk membantu
kepala daerah menegakkan perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketertiban masyarakat. Pasal 3, dan 4 PP Nomor 12 Tahun 2016 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja pula menegaskan tugas Satpol PP menegakkan Perda dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
10
Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah
“Perangkat daerah yang membantu tugas kepala daerah dalam menegakkan Perda
dan penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, yang
dikepalai oleh kepala daerah” (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah) kepala daerah dalam hal ini Walikota Kota Jambi.
Selain tugas Pokok, Satpol PP mempunyai fungsi lainnya yang
disebutkan dalam Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta pasal 62 ayat (3) huruf e: “Untuk melaksanakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai fungsi: penyelenggaraan sosialisasi”
Dari pengertian di atas, Satpol PP mempunyai tugas membantu Walikota
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang ketentraman dan
ketertiban serta penegakan peraturan daerah. Sehingga peran Satpol PP sebagai
aktor implementasi adalah dalam rangka penegakan peraturan daerah dan
mewujudkan ketertiban dan ketentraman.6 Implementasi menurut Daniel A.
Mazmanian dan Paul A. Sabatier adalah pelaksanaan dasar, biasanya dalam
bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.7
Dengan tugas dan wewenang yang diberikan Satpol PP, adanya Satpol PP
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar dalam
penyelenggaraan usahanya (PKL) tidak mengganggu ketertiban umum,
6 Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang
(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam
Laporan Penelitian. hal 58 7 Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. hal 68
11
kebersihan lingkungan kota dan kelancaran lalu lintas, maka keberadaanya perlu
diatur dan dibina supaya dapat pemanfaatan tempat usaha tetap sesuai dengan
peruntukan tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam peraturan yang mengatur
mengenai PKL di Kota Jambi, yang tentunya hanya berlaku di Kota Jambi saja
yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota
Jambi. Peraturan daerah telah diakui sebagai sarana yuridis yang sepadan dengan
UU dan tidak bertentangan dengan UU diatasnya baik dilihat secara materiil
maupun formil.
Satpol PP mempunyai misi strategis dalam membantu kepala daerah
dalam hal ini Walikota untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram,
tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan Pemerintahan dapat berjalan dengan
lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatan dengan aman.
Peraturan daerah tentang ketentraman dan ketertiban yang dikeluarkan
kepala daerah kadang kalanya tidak selalu cocok dengan yang diinginkan
masyarakat, kadang masyarakat memandang itu sebagai sebuah kebijakan yang
kontroversial maka mereka cenderung menolak kebijakan itu. Tetapi seiring
berjalannya waktu, orang telah berpengalaman dengan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan kepala daerah akhirnya juga kebijakan tersebut diimplementasikan
dan dapat diterima. bahwa implementasi kebijakan adalah serangkaian tindakan
yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan
untuk memecahkan masalah tertentu.8
8 Hamidjoyo, Kunto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Implementasi Kebijakan Penataan Pemebinaan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Surakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. hal 20
12
Sedangkan proses implementasi menurut Van Meter dan Van Hom
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-
pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.9
Sehubungan dengan hal tersebut, peranan badan atau lembaga pemerintahan
sangat besar untuk secara persuasif mampu memberikan dorongan kepada
anggota-anggota masyarakat agar mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan
atau kebijakan tersebut. Maka Satpol PP selain berfungsi sebagai penyelenggara
ketentraman dan ketertiban umum, juga berfungsi sebagai penegak peraturan
daerah yang dimaksudkan untuk menegakkan supremasi hukum.
Penegakan menunjuk pada orang, pelaku, atau lembaga. Dengan
demikian, penegak peraturan daerah bisa diartikan sebagai aparat atau instansi
yang bertugas mewakili pemerintah daerah setempat untuk memelihara atau
mempertahankan pelaksanaan peraturan daerah. Dalam prakteknya, terkadang
Satpol PP melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan daerah dan keputusan kepala
daerah yang telah diberlakukan. Pelaksanaan tugas ini Satpol PP bertanggung
jawab atas kepala daerah. Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP menggunakan
dua metode yakni metode preventif (pencegahan) dan represif (penindakan), pada
metode preventif, Polisi Pamong Praja mengupayakan sosialisasi ataupun
penyuluhan kepada masyarakat tentang isi peraturanan daerah. Upaya ini
dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang diatur dalam
9 Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. hal 65
13
peraturan daerah. Metode represif lebih cenderung ke arah penindakan yang
dilakukan Satpol PP terhadap PKL yang melakukan pelanggaran terhadap Perda.
Pembekalan pengetahuan yang cukup mengenai tugas dan fungsi Satpol
PP dalam kerangka negara demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia haruslah dilakukan. Paradigma Satpol PP sebagai bagian dari
negara (yang tak punya pilihan lain kecuali menghormati hak asasi manusia)
menjadi wajib diketahui dicamkan benar oleh setiap petugas Satpol PP. Dengan
mengetahui posisi sebagai hamba masyarakat dan melayani pemegang kuasa,
maka pelanggaran HAM akan dapat direduksi seminimal mungkin.
2. Penertiban Pedagang Kaki Lima
Pengertian Pedagang Kaki Lima dalam Perda Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pengelolaan PKL Kota Jambi dalam pasal 1 ayat (8) disebutkan
“Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL adalah pedagang yang
menjalankan kegiatan usaha dagang dan jasa non formal dalam jangka waktu
tertentu dengan mempergunakan lahan fasilitas umum yang ditentukan oleh
Pemerintah Daerah sebagai tempat usahanya, baik dengan menggunakan sarana
atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dan/atau dibongkar pasang”.
Bahwa ”Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan jenis pekerjaan yang
penting dan relatif khas dalam sektor informal di daerah perkotaan”.10
Kekhususan tersebut karena kehadiran PKL ditengah melimpahnya tenaga kerja
dan sedikitnya lapangan kerja mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja
10
Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan
Imlementasinya di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. Maleong, Lexy J. 2012.
Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal 69
14
untuk memasukinya. PKL merupakan unit usaha kecil yang melakukan kegiatan
produksi atau distribusi barang dan jasa, dengan sasaran utama untuk menciptakan
lapangan kerja dan penghasilan kegiatan usaha yang dilakukan sendiri dan
memberikan penghasilan bagi dirinya sendiri.
Kebanyakan Pedagang Kaki Lima memilih berjualan di tempat
keramaian, stasiun bis dan kereta, seperti pasar atau halte-halte dan tempat wisata.
Pedagang kaki Lima menggunakan berbagai perlengkapan sebagai sarana
berjualan, seperti grobak, menggunakan pikulan, membuat lapak atupun
gendongan. Berikut macam-macam perlengkapan para Pedagang Kaki Lima
menurut Permadi :11
a. Grobak
Ada yang biasa dipakai oleh para Pedagang Kaki Lima, gerobak sepeda
dan gerobak dorong. Perbedaannya, gerobak sepeda mempunyai tiga roda,
sedangkan gerobak dorong mempunyai dua roda dan satu penahan di bagian
depan.
b. Lapak
Lapak adalah sejenis kios kecil yang bangunannya terbuat dari kayu,
triplek atau bambu. Lapak Pedagang Kaki Lima juga ada dua jenis, yang tidak
permanen dan yang semi/setengah permanen. Lapak yang tidak permanen, jika
para Pedagang Kaki Lima berjualan, dibongkar dan dibawa pulang. Sementara,
yang setengah permanen, rangka kios kayu yang dipakai jualan ditutup dengan
terpal, lalu dibuka lagi jika akan berjualan kembali esoknya.
11
Septiana, Dwi. 2011. Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan
pemerintah Kota Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES. hal 11
15
Menurut Yusriadi diakui atau tidak secara empirik PKL berdampak
positif khususnya bagi aspek sosial ekonomi. Ini disebabkan bahwa usahawan-
usahawan sektor PKL disamping tergolong ulet dan mandiri, PKL juga mampu
menekan tingkat pengangguran, meskipun juga dalam realitasnya sering
menambah beban pekerjaan pemerintah kota.12
Bagi pemerintah kota, PKL juga
banyak memberikan andil yakni mampu memberikan konstribusi bagi sumber
Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) melalui restribusi yang dikenakan. Ini
artinya PKL berperan sebagai aset potensi ekonomi pemerintah kota.
Peraturan daerah (Perda) dan peraturan walikota merupakan wujud
kebijakan yang digunakan oleh pemerintah kota untuk mengatur, menata, dan
membina pedagang kaki lima. Isi Perda yang mengatur tentang pedagang kaki
lima antara daerah satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, namun karakter
kepemimpinan dan kultur masyarakat daerah yang membedakan bagaimana
pemerintah kota mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan dengan penataan
pedagang kaki lima. Bahkan Pedagang Kaki Lima merupakan satu-satunya
alternatif bagi banyak orang agar terhindar dari kemiskinan, pelacuran atau
kriminalitas dan akibat-akibat sosial pembasmian perdagangan akan sangat
serius.13
Peraturan daerah sendiri bertujuan demi kesejahteraan Pedagang Kaki
Lima (PKL), hal ini tercermin dalam pasal 3 Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan PKL Kota Jambi yang berisi “Pengelolaan PKL bertujuan untuk
12
Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan
Imlementasinya di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. hal 69-70 13
Sriyanto. 2006. Penataan Lokasi Sektor Informal (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima)
di Kota Semarang. Dalam Forum Ilmu Sosial. No. 3: 112-121. hal 113.
16
meningkatkan kesejahteraan PKL, menjaga ketertiban umum dan kebersihan
lingkungan”. Pasal tersebut jelas disebutkan dalam penataan PKL bertujuan untuk
kesejahteraan PKL itu sendiri bukan untuk mempersulit PKL yang selama ini
cenderung dilaksanaan di banyak daerah-daerah di Indonesia. Namun selain demi
tercapainya kesejahteraan PKL, penataan juga memperhatikan ketertiban umum
dan kebersihan lingkungan. Mengingat PKL bertempat di area fasilitas umum.
Demi ketertiban dan penertiban PKL supaya tidak terjadi kesemrawutan
kota, maka pemerintah kota harus memiliki aturan yang ketat tentang pemberian
ijin penempatan PKL demi terciptanya keindahan kota sekaligus kesejahteraan
PKL, sehingga tidak kehilangan mata pencahariaannya dikarenakan PKL
merupakan penggerak ekonomi masyarakat bawah.
Terdapat banyak alasan yang melatar belakangi mengapa orang memilih
sektor informal (PKL) sebagai aktifitas pekerjaan untuk menggantungkan hidup,
yaitu:14
1) Terpaksa, tiada pekerjaaan lain;
2) Dampak pemutusan hubungan kerja;
3) Mencari rejeki halal;
4) Mandiri tak tergantung orang lain;
5) Menghidupi keluarga;
6) Pedidikan rendah, modal kecil;
7) Kesulitan kerja di desa.
14
Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang
(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam
Laporan Penelitian. hal 25-26.
17
Pendapat tersebut diperkuat oleh Mustofa tidak dapat dipungkiri bahwa
pada awalnya PKL adalah miskin, kebutuhan pangan, sandang dan papan belum
terpenuhi secara layak. Sehingga hasil usaha pedagang kaki lima pada awalnya
diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan fisik terlebih dahulu.15
Kemudian
beranjak pada kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan keaman, dalam
hal ini pengurusan ijin usaha mulai dilakukan sehingga kelangsungan dalam
bekerja dapat terjamin.
Adanya Perda tersebut diharapkan PKL di Kota Surakarta dapat diatur
dan ditata sesuai kebijakan pemerintah kota. Sehingga diharapkan tidak terjadi
kesemrawutan tata kota, dalam hal ini para PKL yang berjualan disembarang
tempat yang mengganggu keindahan, kenyamanan, kerapian, kebersihan bahkan
keselamatan masyarakat maupun para pedagang kaki lima itu sendiri.
3. Satpol PP dan Penertiban Pedagang Kaki Lima
Satpol PP adalah perangkat daerah yang membantu tugas kepala daerah
dalam rangka menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat (pasal 148 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah).
Dari pengertian di atas Satpol PP memiliki landasan hukum yang kuat
baik dari sisi pembentukan maupun fungsinya, untuk menegakkan peraturan
perundang-undangan yakni peraturan daerah. Fungsi strategis sebagai penegak
hukum ini tak dapat begitu saja dinegasikan, karena sebaik apapun produk
legislasi, ia tak akan berdaya guna efektif (yakni menciptakan cita tertib dan adil
15
Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:
Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal
154
18
itu) jika tak didukung institusi yang menjamin penegakannya. Hukum tanpa
penegakan hanyalah teks-teks mati yang keberlakuannya tak dapat diharapkan
dengan semata mengandalkan itikad baik subjek hukum. Perda Nomor 3 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Pasal 13 ayat (2) Penertiban atas
pelaksanaan Peraturan Daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja
selaku Penegak Peraturan Daerah. Adanya tugas dan wewenang yang diberikan
Satpol PP oleh perundang-undangan yang berlaku. Satpol PP bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat agar dalam penyelenggaraan usaha, dalam
hal ini PKL tidak mengganggu ketertiban umum, kebersihan lingkungan kota dan
kelancaran lalu lintas, maka keberadaanya perlu diatur dan dibina supaya dapat
pemanfaatan tempat usaha tetap sesuai dengan peruntukan tata ruang yang telah
ditetapkan. Demi ketertiban, kebersihan, dan kelancaran lalu lintas dan lain
sebagainya maka PKL perlu dilakukan Penataan. Permendagri Nomor 41 Tahun
2012 tentang Pedomana Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Pasal
1 ayat (2) disebutkan bahwa penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan,
pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan
kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban,
kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dilakukan penertiban dikarenakan struktur ekonomi formal pada
kenyataannya tidak mampu memberikan biaya ekonomi dan sosial yang cukup
bagi subjeknya sehingga memaksa mereka terkait juga dengan gaya hidup kota
melalu sektor informal. Di sini sektor informal mengambil peran interaktif
19
pensubsidi bagi sektor formal dalam posisi yang mutualistik peran yang signifikan
terhadap perubahan masyarakat PKL (society group) maupun keseluruhan
masyarakat perkotaan.
Disatu sisi upaya pemerintah dalam melakukan penataan itu menciptakan
lingkungan kota yang bersih, sehat, dan rapi, disisi lain keberadaan PKL itu juga
menyangkut tentang nafkah hidup seseorang yang kemudian tidak bisa begitu saja
berhenti. Kepentingan daerah di satu sisi dan kepentingan kelompok PKL disisi
lain menjadikan mereka selalu berada pada potensial konflik yang terus menerus.
Ini berarti ketegangan atau strains yang kontributif terhadap situasi transformatif
sektor informal menurut teoritisi konflik bisa muncul menjadi konflik yang
membawa perubahan, baik ditingkat persepsi maupun perilaku yang selanjutnya
membawa kepada pendefinisian kembali peran-peran yang di ambil (chosen)
secara otonom oleh pelaku serta peran-peran yang dilekatkan (given) oleh
masyarakat.16
Pemerintah daerah diberi wewenang untuk menata PKL di lingkup
daerahnya untuk pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan diatur dalam
Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedomana Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Pasal 8, Bupati/Walikota melakukan
penataan PKL dengan cara:
a. pendataan PKL;
b. pendaftaran PKL;
c. penetapan lokasi PKL;
16
Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:
Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal
130-131
20
d. pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan
e. peremajaan lokasi PKL.
PKL perkotaan merupakan jenis usaha sektor informal yang banyak
disentuh oleh kebijakan pemerintah (dalam hal ini pemerintah daerah).17
Jenis
usaha ini paling berpengaruh, karena kehadirannya dalam jumlah yang cukup
besar memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah
kebawah. Jumlah PKL yang cukup besar tersebut diperlukan suatu penertiban
yang terintegrasi. Kebanyakan yang bekerja pada sektor informal (PKL) adalah
golongan menegah kebawah, sehingga diperlukan penataan yang lebih manusiawi
oleh Satpol PP. Tujuan penataan dan pemberdayaan PKL di sebutkan dalam
Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedomana Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima :
Pasal 5
1) memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi
sesuai dengan peruntukannya;
2) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi
usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan
3) untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana
dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan.
Dari aspek-aspek diatas, pemerintah tidak akan membubarkan PKL
karena di khawatirkan akan terajadi pengangguran baru sehingga diatur ketentuan
ijin penempatan dan syarat-syarat permohonan ijin penempatan PKL dalam
17
Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal:
Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire. hal 9
21
peraturan pemerintah daerah daitur dalam pasal 6 dan 7 Perda Nomor 3 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima.
Pasal 6
1) Setiap orang yang melakukan usaha PKL pada fasilitas umum yang
ditetapkan dan dikuasai oleh pemerintah daerah wajib memiliki ijin
penempatan yang dikeluarkan oleh walikota:
2) Untuk memperoleh ijin penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
walikota:
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilampiri:
a) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Surakarta yang masih berlaku;
b) Rekomendasi dari camat yang wilayah kerjanya dipergunakan sebagai
lokasi PKL;
c) Surat persetujuan dari pemilik lahan dan/atau bangunan yang
berbatasan langsung dengan rencana lokasi usaha PKL;
d) Sarana dan prasarana PKL yang akan dipergunakan;
e) Surat pernyataan yang berisi;
1. tidak akan memperdagangkan barang ilegal;
2. tidak akan membuat bangunan permanen/semi permanen di lokasi
tempat usaha;
3. belum memiliki tempat usaha di tempat lain;
f) mengosongkan/mengembalikan/menyerahkan lokasi usaha PKL
kepada pemerintah daerah apsabila lokasi dimaksud sewaktu-waktu
22
dibutuhkan oleh pemerintah daerah, tanpa ganti rugi dalam bentuk
apapun.
g) Jangka waktu berlakunya ijin penempatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang:
h) Persyaratan dan tata cara permohonan dan pemberian ijin penempatan
ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota.
Pasal 7
Dalam memberikan ijin penempatan PKL, pemerintah daerah tidak
memungut biaya. Semua syarat tersebut harus dipatuhi dan dijalankan dengan
sebaik-baiknya oleh PKL. Sehingga ketika semua syarat terpenuhi dan ditaati,
maka dalam menjalankan usaha PKL akan tenang dikarenakan secara formil
keberadaannya diakui oleh pemerintah setempat dan tidak akan digusur oleh
Satpol PP selaku aparat yang diberi wewenang oleh Perda untuk menangani
ketertiban PKL.
Apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan tertentu untuk
mengosongkan tempat usaha PKL, maka PKL harus mengosngkan tempat
tersebut tanpa ganti rugi. Perda Nomor 3 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Pedagang Kaki Lima Pasal 9 huruf (d) disebutkan “Untuk menjalankan kegiatan
usahanya, pemegang ijin penempatan PKL diwajibkan mengosongkan tempat
usaha apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan lain atas lokasi tempat
usaha tanpa meminta ganti rugi”.
23
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menjelaskan tentang Penertiban Pedagang Kaki Lima di
Provinsi Jambi Sebelumnya terdapat penelitian terlebih yang berkaitan dengan
penelitian ini, berdasarkan penelusuran keperpustakaan dan internet, terdapat
penelitian yang membahas mengenai Kayu Manis, diantaranya sebagai berikut :
Danar Wahyu Purbo Prasetyo, dalam penelitiannya yang berjudul
“implementasi kebijkan penertiban pedagang kaki lima di pasar johar kota
semarang telah dilakukan dengan baik beberapa pedagang kaki lima berhasil
ditertibkan”. Dari hasil penelitian tersebut lebih kepada pendekatan dalam menertibkan
PKL di Pasar Johar.
Made Sarmita, penelitian yang berjudul “studi tentang pedagang kaki lima
(PKL) dikawasan nusa dua bali” akan tetapi kesimpulan skripsi yang di tulis oleh
saudara made sarmita terpokus terhadap penertiban pedagang kaki lima berjalan
dengan tidak baik sehingga menimbulkan beberapa masalah bagi provinsi jambi
tersebut.
Yulius Sitanggang, Yang Berjudul “pengaruh pedagang kaki lima terhadap
kenyamanan pejalan kaki memanfaatkan trotoar (studi kasus jalan jenderal urip
Pontianak)studi tentang pedagang kaki lima (PKL) dikawasan nusa dua bali
penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi pamong praja dalam
merencanakan program, mengkordinasikan, menggerakkan dan mengawasi
program penertiban terhadap pedagang kaki lim, mendiskripsikan penghambat
dalam meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfaatan trotoar,
24
penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian adalah pengaruh pedagang kaki lima terhadap kenyamanan
pejalan kaki dalam memanfaatkan trotoar, hasil dari penelitian ini menunjukkan
polisi pamomng praja sebagai seorang yang berperan merencanakan program
dengan merinci penertiban terhadap pedagang kaki lima, merencanakan kebijakan
penambahan anggota polisi pamong praja.
25
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode
yang menekankan pada aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu
masalah dari pada melihat sebuah permasalahan.
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian riset yang sifatnya
deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses
maknanya. sementara metode deskriftif adalah sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.1718
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Data
Data yang disajikan diperoleh dari sumber-sumber data yang terdiri dari
data primer dan data sekunder
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tanpa ada
perantara atau data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh yang
17
Amaruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Parama Ilmu, 2016), hlm 98
26
melakukan penelitian.1819
Data primer disini adalah suatu data yang diperoleh oleh
penulis dari hasil Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban Pedagang
Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, wawancara, dan dokumentasi.
Dalam hal ini sebagai sumber data primernya sebagai berikut :
1) Satpol PP Kota Jambi
2) Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak lagsung atau
melalui perantara.1920
Dalam hal ini penulis memperoleh data-data dari sumber
internet berupa data skripsi, jurnal, laporan, tesis,disertasi dan peraturan
perundang-undangan yang memiliki hubungan terhadap subjek dan dokumen
yang berkaitan dengan penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.
Sumber data dapat diperoleh pada tindakan, pengamatan, ataupun data-data yang
didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data penelitian ini dari :
a. Kepala Satpol PP
b. Kepala Operasi dan Pengendalian
c. PKL Pasar Talang Banjar
d. Artikel, buku, jurnal, dokumen dan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian.
18
Sayuti Una,Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi : Syariah Press, 2011),
hlm 178. 19
ibid. hlm 34
27
C. Unit Analisis Data
Dengan penggunaan unit analisis, maka penulis menentukan yang
menjadi subjek penelitiannya berupa informan-informan yang berasal dari Satuan
Polisi Pamong Praja, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jambi, Kepala
Operasi dan Pengendalian, PKL Pasar Talang Banjar.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian dengan teliti, serta pencatatan secara
seistematis. Menurut Kartono pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya, tujuan observasi
adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interelasinya elemen-elemen
tinkah laku manusia pada penomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kultur
tertentu.2021
Pengamatan yang dilakukan harus tetap sesuai dengan judul dan
tujuan dari penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi
nonpartispan, yakni penulis tidak terlibat dalam kegiatan atau fenomena yang
diteliti.
20
Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, (Jakarta : P.T.Bumi
Aksara, 2013), hlm 143
28
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua ornag untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab,2122
sehingga dapat dikontribusikan maka dalam suatu
topic tertentu peneliti langsung turun ke lapangan, dengan cara menanyakan
terhadap informan mengenai Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, adapun teknik
wawancara yang dilakukan kepada Satuan Polisi Pamong Praja, Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Jambi, Kepala Operasi dan Pengendalian, PKL Pasar
Talang Banjar.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data melaui dokumentasi ini diperlukan alat instrument
yang memandu untuk mengambil data-data dokumen. Dokumen adalah catatan
tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu.2223
Metode
dokumentasi merupakan sumber yang bermanfaat karena telah tersedia sehingga
relative mudah memperolehnya, dan merupakan sumber yang stabil dan akurat
sebagai cerita dari situasi dan kondisi yang sebenarnya dan dapat dianalisis secara
berulang-ulang tanpa melalui perubahan. Untuk mencari data dari dokumen resmi
dengan berpegangan pada pedoman dokumentasi yang hanya memuat garis besar
atau kategori informasi yang akan dicari datanya seperti laporan hasil penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah
analisis data. Pada data dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh
21
Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d, (bandung: alfabeta,
2008), hlm.145 22
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007), hlm 123.
29
kebenaran-kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan yang akan diajukan
dalam penelitian, setelah jenis data yang dikumpulkan maka analisis data
penelitian ini bersifat kualitatif.
Ada tiga tahap yang harus dikerjakan dalam menganalisis penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah sajian analisis suatu bentuk analisis memepertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
2. Penyajian Data
Sajian Data adalah suatu rakitan organisasi informal yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian
data, penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan pekerjaan
suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proporsi.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai isi skripsi ini, maka penulis susun sebagai berikut :
30
Bab I. Pendahuluan : Merupakan bab pendahuluan, yang berisiskan
tetang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori, dan Tinjauan pustaka.
Bab II. : Metode penelitian : Dalam bab ini dibahas tentang pendekatan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisi data.
Bab III. : Gambaran umum lokasi penelitian yang penulis lakukan yaitu :
Membahas historis dan geografis, Visi Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Jambi dan struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jambi.
Bab IV. : Pembahasan : Dalam sub bab ini berisi mengenai Bagaimana
peran Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan Keamanan
Pemerintah Kota Jambi, Apa hambatan dan upaya yang dilakukan pihak Satpol PP
Kota Jambi dalam rangka untuk menertibkan pedagang kaki lima Di Kota Jambi
Bab V. : Penutup : Dalam sub bab ini berisi tentang kesimpulan, dan
hasil penelitian. Serta saran-saran terkait tentang “Upaya Satuan Polisi Pamong
Praja dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi”.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan
pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar
proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis
mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang
berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum
diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan
31
perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi. Adapun jadwal kegiatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Jadwal penelitian
NO KEGIATAN
2018/2019
April November Februari April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 mengajukan judul skripsi
x
2 pembuatan proposal
X x
3 perbaikan hasil seminar
x x X
4 verifikasi dan analisis data
x X
5 konsultasi pembimbing
X x x
6 Perbaikan
x x
7 penggandaan laporan
32
BAB III
GAMBARAN UMUM SATPOL PP
A. Historis dan Geografis
1. Historis
Satuan Polisi Pamong Praja Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai
pada era Kolonial sejak VOC menduduki Batavia di bawah pimpinan Gubernur
Jenderal Pieter Both, bahwa kebutuhan memelihara ketentraman dan ketertiban
penduduk sangat diperlukan. Karena pada waktu itu Kota Batavia sedang
mendapat serangan secara sporadis baik dari penduduk lokal maupun tentara
Inggris sehingga terjadi peningkatan terhadap gangguan ketenteraman dan
keamanan.untuk menyikapi hal tersebut maka dibentuklah Bailluw, semacam
Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang bertugas menangani perselisihan
hukum yang terjadi antara VOC dengan warga, serta menjaga ketertiban dan
ketenteraman warga. Kemudian pada masa kepemimpinan Raaffles,
dikembangkanlah Bailluw dengan dibentuk satuan lainnya yang disebut Besturss
Politieatau Polisi Pamong Praja yang bertugas membantu Pemerintah di Tingkat
Kawedanan, yang bertugas menjaga ketertiban dan ketenteraman serta keamanan
warga.2424
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Jambi merupakan unsur
pendukung tugas Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi dalam mengamankan dan
melaksanakan kebijakan Pemkot yang bersifat khusus di bidang ketentraman dan
24
https://docplayer.info/41133343-Iv-gambaran-umum-lokasi-penelitian.html di akses
pada tanggal 03 Agustus 2019 Jam 15:04 Wib
33
ketertiban umum. Adapun tugas dan fungsi dari Satpol PP Kota Jambi sebagai
penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum masyarakat Kota Jambi sangat
luas, seperti menangani masalah sampah, bangunan liar, pedagang kaki lima,
tindak kejahatan, prostitusi, dan sebagainya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) bahwa kedudukan Polisi
Pamong Praja sebagai Perangkat Daerah mempunyai tugas membantu Kepala
Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.2525
Tanggal penetapan Kota Jambi sebagai Kota Praja yang mempunyai
Pemerintahan sendiri sebagai Pemerintah Kota dengan ketetapan Gubernur
Sumatera No. 103 Tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dipilih dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 16 Tahun 1985 dan disahkan dengan
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi No. 156 Tahun 1986,
tanggal 17 Mei 1946 itu sebagai Hari Jadi Pemerintah Kota Jambi.2626
Maka berdirilah pasar rakyat salah satunya pasar Talang Banjar yang
berlokasi di Talang Banjar yang di naungi payung Hukum Daerah Kota Jambi
sehingga peran SATPOL PP dalam mengawasi dan menertibkan serta
menegagkan keadilan hukum maka peran SATPOL PP sangat di butuhkan.
25
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148
ayat (1) dan ayat (2) 26
https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/ di akses pada tanggal 03 Agustus
2019 jam 14:19 Wib
34
2. Geografis
Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6
tahun 1986), terletak pada kordinat :
01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang Selatan
103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23" Bujur Timur
Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di
tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di
bagian Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan
Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur. Letak kantor Satpol
PP Kota Jambi tepat berhadapan dengan Kantor Wali Kota Jambi dengan Alamat
Jl. Jenderal Basuki Rachmat No. 01, Kel. Paal Lima, Kec. Kota Baru, Paal Lima,
Jambi, Kota Jambi
Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60
m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota,
sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang
merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan
lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju
Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih
kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian
disisi utara dan selatannya.
35
Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata–rata minimum berkisar
antara 22,1-23,3°C dan suhu maksimum antara 30,8-32,6°C (data tahun 2005).
Kelembaban udara berkisar antara 82-87%. Hujan terjadi sepanjang tahun dengan
musim penghujan terjadi antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari
hujan/bulan, sedangkan musin kemarau terjadi antara April-September dengan
rata-rata 16 hari hujan/bulan. Curah hujan sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata
191,34 mm/bulan). Kecepatan angin tertinggi yang tercatat, berkisar antara 7-9
knot (1 knot = 1,8 km/jam). Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab.
Muaro Jambi, Propinsi Jambi.
Kota Jambi memiliki 8 kecamatan dengan 62 kelurahan. Jarak Kota
Jambi ke beberapa Kota Kabupaten :
1. Kota Jambi - Sengeti (ibukota Kab. Muaro Jambi) : 27 km
2. Kota Jambi - Muaro Bulian (ibukota Kab. Batanghari) : 60 km
3. Kota Jambi - Muaro Sabak (ibukota Kab. Tanjabtim) : 129 km
4. Kota Jambi - Kuala Tungkal (ibukota Kab. Tanjabbar) : 131 km
5. Kota Jambi - Sarolangun (ibukota Kab. Sarolangun) : 179 km
6. Kota Jambi - Muaro Tebo (ibukota Kab. Tebo) : 206 km
7. Kota Jambi - Muaro Bungo (ibukota Kab. Bungo) : 252 km
8. Kota Jambi - Bangko (ibukota Kab. Merangin) : 255 km
36
9. Kota Jambi - Sungai Penuh (ibukota Kab. Kerinci) : 419 km
B. Visi Dan Misi
1. Visi
“Terwujudnya Polisi Pamong Praja yang Profesional dan Berwibawa dalam
pelaksanaan tugas, menjadi pengayom dan pelayan masyarakat Kota Jambi, serta
Penegak Perda yang tangguh dan mumpuni.”
2. Misi
1. Meningkatkan profesionalisme sebagai aparat Pemerintah daerah agar
semakin menumbuhkan kepercayaan masyarakat
2. Menegakkan supremasi hukum demi terciptanya kebenaran dan keadilan
3. Menciptakan kondisi wilayah Kota Jambi yang kondusif, guna mendukung
lancarnya pembangunan daerah
4. Pembinaan penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman,
Perlindungan Masyarakat
5. Membangun jiwa kepamongprajaan, agar dapat menjadi abdi masyarakat
yang berwibawa, bertanggung jawab dan disiplin dalam melaksanakan tugas,
pengayom dan pelindung masyarakat
6. Meningkatkan ketaatan / kesadaran warga Masyarakat, aparatur atau badan
hukum terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan Kepala Daerah
37
7. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka terwujudnya
keberhasilan pelaksanaan tugas.
8. Fasilitas dan Pemberdayaan Kapasitas penyelenggaraan Perlindungan
Masyarakat.
C. Struktur Organisasi
Struktur Adalah suatu susunan personil yang tergabung dalam suatu
organisasi. Melalui stuktur organisasi inilah maka dapat dilihat tugas, wewenang
dan bidang kerja yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya struktur
organisasi akan memudahkan mengadakan pengawasan, mengkoordinasi dan
pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam organisasi.
Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi
itu harus disisun sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tugasnya masing-
masing baik tujuan umum maupun tujuan khusus menurut jenis dan
tingkatnyamasing-masing. Untuk lebih jelasnya ada baiknya dilihat struktur
organisasi Satpol PP Kota Jambi yaitu sebagai berikut:
38
STRUKTUR ORGANISASI
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA JAMBI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA SATUAN
Drs. H. YAN ISMAR, MH
SUB BAGIAN UMUM
Hj. ERMAWATI, SE
SUB BAGIAN KEUANGAN
ALWIR, SE
SUB BAGIAN PROGRAM
SAGAP ALI SOLIHIN, SE
SEKRETARIS
KAMAL FIRDAUS, S. Sos, M.Si
BIDANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT
MUKHTAR, S.IP
SEKSI PENYAKIT MASYARAKAT
JUNAIDI,SE
SEKSI SATUAN LINMAS
TONI SABHARA, S.IP
SEKSI BINA POTENSI MASYARAKAT
RISMAWATI, S.Ag
BIDANG PENINGKATAN KAPASITAS
FENGKY ANANDA, S.STP, ME
SEKSI PEMBINAAN
SEKSI PENGEMBANGAN PERSONIL
ADRIANSYAH, SE
SEKSI HUB ANTAR LEMBAGA
TEUKU KHAIRULLAH, SE
BIDANG KETERTIBAN UMUM DAN
KETENTRAMAN MASYARAKAT
M. PAJRI, SE, ME
SEKSI OPERASIONAL DAN
PENGEMBANGAN
SEKSI KETERTIBAN UMUM
M. ADRYAN SYAFITRA, S.STP, MH
SEKSI PENGAMANAN DAN
PENGAWALAN
FAHMI
SEKSI PENINDAKAN
DONA FAHRUZI AMRI, SH
SEKSI INTELIJEN DAN
KEWASPADAAN DINI
RASTA TRI JAYA, SE
SEKSI PENEGAKAN
MARDIYANA, SP.d
BIDANG PENEGAKAN PERATURAN
DAERAH
SAID FAIZAL, SH
39
D. Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja
1. KEPALA SATUAN
a. Tugas Pokok
Merumuskan, menyelenggarakan, membina, mengevaluasi Ketentraman,
Ketertiban dan Penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, Keputusan
Walikota serta melaksanakan urusan Ketatausahaan
b. Fungsi
1) Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
Peraturan Daerah;
2) Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum di Daerah;
3) Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota
dan Keputusan Walikota;
4) Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman
dan Ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Peraturan
Walikota dan Keputusan Walikota dengan aparat Kepolisian Negara,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya;
5) Pengawasan terhadap masyarakat mematuhi dan menaati Peraturan
Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota;
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
40
c. Uraian Tugas
1) Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja;
2) Merumuskan bahan kebijakan teknis ketentraman dan ketertiban serta
penegakan peraturan daerah;
3) Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja
(RENJA) kantor;
4) Merumuskan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan lainnya
sesuai lingkup tugasnya;
5) Mengendalikan administrasi keuangan dan aset daerah di lingkup tugasnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6) Membina dan mengendalikan Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Ketentraman
dan Ketertiban, Seksi Pengendalian Operasional dan Seksi Penegakan
Peraturan Daerah;
7) Merumuskan program dan kegiatan Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Ketentraman dan Ketertiban, Seksi Pengendalian Operasional dan Seksi
Penegakan Peraturan Daerah;
8) Melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintah atau pemerintah provinsi
sesuai dengan bidang tugasnya;
9) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di
lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
41
10) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas;
11) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada Walikota;
12) Melaksanakan koordinasi dengan sekretaris daerah dan instansi terkait
lainnya sesuai dengan lingkup tugasnya;
13) Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja
bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
14) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah;
15) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
2. KASUBAG T.U
a. Tugas Pokok
Merencanakan kegiatan, melaksanakan, membagi tugas dan mengontrol
urusan program dan pelaporan, keuangan, umum, ketatausahaan, kepegawaian
dan pengelolaan aset.
b. Fungsi
1) Perencanaan program kegiatan urusan program dan pelaporan, keuangan,
umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi
Pamong Praja;
42
2) Pelaksanaan urusan program dan pelaporan, keuangan, umum,
ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi Pamong
Praja;
3) Pembagian pelaksanaan tugas urusan program dan pelaporan, keuangan,
umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset Satuan Polisi
Pamong Praja;
4) Pembuatan laporan dan evaluasi program urusan program dan pelaporan,
keuangan, umum, ketatausahaan, kepegawaian dan pengelolaan aset
Satuan Polisi Pamong Praja;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
c. Uraian Tugas
1) Menghimpun dan menyusun bahan Rencana Strategi (RENSTRA) dan
Rencana Kerja (RENJA) kantor;
2) Menghimpun bahan dan menyusun LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala
bentuk pelaporan lainnya lingkup kantor;
3) Menghimpun, memaduserasikan dan menyusun bahan program, kegiatan
serta anggaran dari masing-masing seksi;
4) Menghimpun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) dari setiap seksi serta menyusun RKA dan
DPA lingkup kantor;
5) Mengoordinasikan pelaksanaan urusan umum dan kepegawaian lingkup
kantor;
43
6) Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian di lingkup kantor yang
meliputi layanan administrasi kenaikan pangkat, Kenaikan Gaji Berkala
(KGB), Daftar Urut Kepangkatan (DUK), data pegawai, Kartu Pegawai
(Karpeg), Karis/Karsu, tunjangan anak/keluarga, askes, taspen, taperum,
pensiun, membuat usulan formasi pegawai, membuat usulan izin belajar,
membuat usulan diklat, kesejahteraan pegawai, penyesuaian ijazah, usulan
memberi penghargaan dan tanda kehormatan, memberikan layanan
Penilaian Angka Kredit (PAK) Jabatan Fungsional, pembinaan/teguran
disiplin pegawai, membuat konsep usulan cuti pegawai sesuai aturan yang
berlaku, membuat konsep memberi izin nikah dan cerai, membuat usulan
pemberhentian dan pengangkatan dari dan dalam jabatan, membuat dan
atau mengusulkan perpindahan / mutasi pegawai sesuai dengan peraturan
yang berlaku, melaksanakan pengelolaan daftar penilaian pekerjaan
pegawai (DP-3);
7) Melaksanakan administrasi aset daerah di lingkup tugasnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
8) Menyusun segala bentuk pelaporan keuangan lingkup kantor sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
9) Melaksanakan pengelolaan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil dan
pegawai tidak tetap di lingkup kantor;
10) Melaksanakan kegiatan administrasi dan akuntansi keuangan di lingkup
kantor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
44
11) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di
lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
12) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas;
13) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
14) Membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja
bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
15) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
16) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
3. KASI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
a. Tugas Pokok
Merencanakan, melaksanakan, membina, memelihara dan mengawasi
ketentraman dan ketertiban.
b. Fungsi
1) Perencanaan program kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi
Pamong Praja;
2) Pelaksanaan program kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan Polisi
Pamong Praja;
3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan ketentraman dan ketertiban Satuan
Polisi Pamong Praja;
45
4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan ketentraman dan
ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
c. Uraian Tugas
1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja
(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;
2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan
lainnya sesuai lingkup tugasnya;
3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai
lingkup tugasnya;
4) Melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat terutama
tentang kesadaran menaati peraturan daerah;
5) Menyosialisasikan peraturan daerah Kota Jambi, Provinsi Jawa Barat dan
Undang-Undang yang bersangsi hukum kepada masyarakat;
6) Menempatkan Satuan Tugas Khusus pembinaan wilayah di kecamatan dan
kelurahan;
7) Memberikan penerangan dan penjelasan kepada masyarakat tentang
tramtibum dan peraturan daerah;
8) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
9) Menginventarisasi potensi gangguan tramtibum dan pelanggaran peraturan
daerah;
46
10) Mendeteksi dan melakukan pencegahan dini gangguan tramtibum dan
pelanggaran peraturan daerah;
11) Mengawasi tempat-tempat usaha yang mempunyai dampak negatif;
12) Melakukan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat yang bersifat
masal;
13) Menindaklanjuti setiap informasi yang masuk atau berkembang di
masyarakat;
14) Melakukan antisipasi setiap gejolak yang diperkirakan akan terjadi di
masyarakat;
15) Mengelola database yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban
umum diwilayah Kota Jambi;
16) Mengkaji kelayakan giat operasional yang berkaitan dengan penindakan
terhadap suatu pelanggaran peraturan daerah dan/atau gangguan
kententraman dan ketertiban umum;
17) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di
lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
18) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas;
19) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
20) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan
mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
47
21) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
22) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
4. KASI PENGENDALIAN OPERASIONAL
a. Tugas Pokok
Merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas urusan pengendalian operasional penertiban dan
pengamanan.
b. Fungsi
1) Perencanaan program kegiatan pengendalian operasional Satuan Polisi
Pamong Praja;
2) Pelaksanaan program kegiatan pengendalian operasional Satuan Polisi
Pamong Praja;
3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan pengendalian operasional Satuan
Polisi Pamong Praja;
4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan pengendalian
operasional Satuan Polisi Pamong Praja;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya
c. Uraian Tugas
1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja
(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;
48
2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan
lainnya sesuai lingkup tugasnya;
3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
sesuai lingkup tugasnya;
4) Menertibkan aktivitas pelanggaran peraturan daerah;
5) Menertibkan sumber-sumber penyakit masyarakat;
6) Melakukan patroli wilayah secara rutin;
7) Melakukan tindakan ditempat terhadap pelanggar perda yang tertangkap
tangan;
8) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
9) Menyusun jadwal pengamanan dalam Komplek Pemkot Jambi, rumah
dinas dan objek vital lainnya yang perlu dijaga;
10) Melakukan pemeriksaan dilingkungan Komplek Pemkot Jambi;
11) Mengawasi dan mengenali identitas tamu yang berkunjung;
12) Menjaga dan menertibkan para pedagang atau sejenisnya dan para
pencari sumbangan di lingkungan Komplek Pemkot Jambi;
13) Memeriksa laporan hasil pelaksanaan pengamanan dalam Komplek
Pemkot Jambi;
14) Mengawasi dan memeriksa pelaksanaan tugas anggota satuan;
15) Menindak dan memeriksa anggota satuan yang melanggar disiplin;
16) Membuat berita acara dan laporan pemeriksaan pelanggaran disiplin;
17) Melakukan pengamatan, pemeriksaan dan analisa pendahuluan terhadap
lokasi kunjungan pejabat daerah;
49
18) Melakukan pengawalan secara fisik terhadap pejabat daerah;
19) Mengawasi dan mencermati kejadian-kejadian yang menonjol disekitar
objek pengawalan ;
20) Mengamankan segala bentuk aksi unjuk rasa ;
21) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di
lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
22) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas;
23) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
24) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan
mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
25) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
26) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
5. KASI PENEGAKAN PERATURAN DAERAH
a. Tugas Pokok
Merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas urusan penegakan peraturan daerah, peraturan
walikota dan keputusan walikota.
50
b. Fungsi
1) Perencanaan program kegiatan penegakan peraturan daerah Satuan Polisi
Pamong Praja;
2) Pelaksanaan program kegiatan penegakan peraturan daerah Satuan Polisi
Pamong Praja;
3) Pembagian pelaksanaan tugas kegiatan penegakan peraturan daerah
Satuan Polisi Pamong Praja;
4) Pembuatan laporan dan evaluasi program kegiatan penegakan peraturan
daerah Satuan Polisi Pamong Praja;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya
c. Uraian Tugas
1) Menyusun bahan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kinerja
(RENJA) sesuai lingkup tugasnya;
2) Menyusun bahan LPPD, LKPJ, LAKIP dan segala bentuk pelaporan
lainnya sesuai lingkup tugasnya;
3) Merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan
sesuai lingkup tugasnya;
4) Mengumpulkan dan mengklasifikasi data dan informasi tentang peraturan
daerah dan keputusan/peraturan kepala daerah sesuai dengan jenisnya;
5) Menyelenggarakan pembinaan kepada PPNS daerah secara berkala;
51
6) Memfasilitasi peningkatan kemampuan PPNS sesuai dengan peraturan
daerah yang dikuasai;
7) Menganalisis kebutuhan PPNS daerah sesuai dengan kebutuhan yang
disesuaikan dengan perkembangan peraturan daerah;
8) Memfasilitasi PNS untuk dididik menjadi PPNS, setelah melalui tahapan
analisis kebutuhan;
9) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
10) Melakukan koordinasi dengan Pengadilan, Kejaksaan dan Kepolisian;
11) Menerima laporan kejadian pelanggar perda dari setiap SKPD;
12) Melakukan pendataan pelanggar perda;
13) Melakukan penyelidikan ke tempat kejadian dan membuat laporannya;
14) Menganalisis jenis dan tingkat pelanggaran;
15) Membuat surat panggilan bagi para pelanggar perda;
16) Memberikan pembinaan kepada pelanggar perda sebelum diajukan ke
pengadilan;
17) Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggar peraturan daerah;
18) Mengajukan pelanggar perda ke pengadilan dan melaporkan hasil
pengadilan;
19) Berkoordinasi dengan Seksi Pengendalian Opersional dalam rangka
eksekusi keputusan pengadilan;
20) Mengumpulkan data dan informasi tentang peraturan daerah dan
keputusan/peraturan kepala daerah;
52
21) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan di
lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
22) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas;
23) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
24) Membagi tugas kepada bawahan, memberi petunjuk, menilai dan
mengevaluasi hasil kerja agar dapat berjalan lancar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
25) Menyampaikan laporan melaksanakan tugas dan/atau kegiatan kepada
atasan;
26) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
53
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses/Prosedur SATPOL PP di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Sebagai
Pelaksana Penertiban dan Keamanan Pemerintah Kota Jambi
Pengawasan dan Penertiban PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi dalam
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Pasal 13:
a. Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah dilakukan oleh Walikota;
b. Penertiban atas pelaksanaan Peraturan Daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja selaku Penegak Peraturan Daerah;
c. Dalam menjalankan penegakan Peraturan Daerah Satuan Polisi Pamong Praja
berkoordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);
d. Ketentuan pengawasan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut oleh Walikota”.
Selain Perda di atas, peran SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang Banjar
juga diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penjabaran Tugas
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja pasal 3 ayat (6) “Untuk
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai fungsi: penyelenggaraan sosialisasi”.
54
Berdasarkan Perda dan Perwali di atas, peranan SATPOL PP dalam penertiban PKL
Pasar Talang Banjar di Kota Jambi adalah:
a. Penertiban
Pelaksanaan penertiban PKL yang dilakukan oleh SATPOL PP terhadap PKL Pasar
Talang Banjar tidak hanya dilakukan kedua subjek yang bersangkutan tersebut melainkan
banyak pihak yang terlibat, mulai dari masyarakat, RT, kelurahan, Camat dan bahkan
Walikota, dinas.
“Pihak-pihak yang terlibat dalam penegakan Perda tentang itu tidak hanya SATPOL
PP dengan PKL Pasar Talang Banjar saja Mas, tapi juga DPP (Dinas Pengelolaan
Pasar) terutama DPP bidang Pkl Pasar Talang Banjar, SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah), kelurahan, camat dll”.2727
DPP akan berperan dalam menawarakan tempat untuk para PKL Pasar Talang
Banjar yang akan direlokasi, SKPD berperan ketika ada SKPD tertentu yang mempunyai
lahan kosong yang akan digunakan sebagai tempat relokasi. Hal ini berarti pihak-pihak yang
terlibat dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar tidak hanya SATPOL PP dengan PKL
Pasar Talang Banjar saja, tetapi dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar memerlukan
kerjasama dengan berbagai instansi yang terkait, seperti: (1) DPP (Dinas Pengelolaan Pasar),
(2) SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), (3) Kelurahan, dan (4) Kecamatan. DPP
berperan dalam menawarakan tempat-tempat baru yang ditujukan kepada PKL Pasar Talang
Banjar yang akan direlokasi, sedangkan SKPD berperan apabila lahan yang digunakan untuk
relokasi merupakan lahan yang berada dalam wewenang SKPD tersebut.
27
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
55
Hal tersebut juga diperkuat oleh Bapak Drs. Sutarja, MM., selaku Kepala SATPOL
PP Kota Jambi, beliau mengatakan:
“Tidak hanya SATPOL PP dan PKL Pasar Talang Banjar saja yang terlibat, tetapi
banyak instansi maupun masyarakat yang terlibat. Namun dalam penataan PKL
Pasar Talang Banjar kita selalu mengedepankan prioritas kepentingan yang bisanya
diajukan oleh masyarakat yang ingin membangun tempat dimana tanah yang akan
dibangun terdapat PKL Pasar Talang Banjar. Selain masyarakat banyak juga instansi
pemerintah yang meminta PKL Pasar Talang Banjar untuk direlokasi ketika PKL
Pasar Talang Banjar tersebut berada di tanah milik Negara yang akan dipergunakan
untuk kepentingan pemerintah, maupun dianggap mengganggu dengan adanya PKL
Pasar Talang Banjar di instansi tertentu. Sekali lagi saya tekankan dalam penataan
PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi tergantung kepentingan”2828
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui SATPOL PP Kota Jambi dalam
penertiban PKL Pasar Talang Banjar selalu memprioritaskan kepentingan, kepentingan yang
dimaksud adalah apabila adanya permohonan dari masyarakat maupun instansi pemerintah
untuk merelokasi PKL Pasar Talang Banjar yang di inginkan dikarenakan untuk kepentingan
tertentu.
Apabila Semua PKL Pasar Talang Banjar mau menerima apa yang diusulkan
Pemerintah Kota melalui DPP dengan tempat-tempat relokasi yang baru misalnya selter atau
relokasi ke pasar, maka tugas SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL di Kota Jambi
tidak diperlukan, tetapi apabila PKL Pasar Talang Banjar tidak mau tempat-tempat yang
ditawarkan DPP maka disini Proses/Prosedur SATPOL PP Kota Jambi diperlukan dalam
mengurus tempat baru yang diinginkan PKL Pasar Talang Banjar.
Salama ini dalam penertiban PKL di Kota Jambi Khususnya Pasar Talang Banjar
memang tidak pernah menggusur, melainkan menata dengan memindahkan PKL Pasar
288
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
56
Talang Banjar ketempat-tempat yang baru. Menata dengan menggusur itu berbeda, menata
PKL Pasar Talang Banjar.
“Menata adalah menciptakan ketertiban umum, jadi PKL Pasar Talang Banjar itu
tidak boleh berfikir tentang dirinya sendiri tetapi juga memikirkan lingkungannya.
Kita selalu menata PKL Pasar Talang Banjar tidak pernah menggusur, penataan itu
untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan warga dan PKL Pasar Talang Banjar
itu sendiri, hal ini sesuai dengan Visi Misi Kota Jambi Sedangkan menggusur itu
meyuruh PKL Pasar Talang Banjar pergi dari tempat awal dan kelanjutan nasib PKL
Pasar Talang Banjar tersebut pemerintah tidak mau tahu”.2929
Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP dalam menertiban PKL Pasar
Talang Banjar tidak dengan cara menggusur, melainkan menata. Menata PKL Pasar Talang
Banjar ini bertujuan untuk mewujudkan ketertiban kota, kenyamanan masyarakat, dan
kebaikan PKL Pasar Talang Banjar itu sendiri. Ini dikarnakan, PKL Pasar Talang Banjar di
Kota Jambi selalu di sediakan tempat baru oleh pemerintah kota ketika direlokasi. Penertiban
PKL Pasar Talang Banjar dengan cara penataan dilakukan karena ingin menjadi lebih indah
dan tertib. Sedangkan menggusur adalah mengharuskan PKL Pasar Talang Banjar tidak
berjualan ditempat yang tidak diperbolehkan pemerintah, kelanjutan nasib PKL Pasar Talang
Banjar tersebut SATPOL PP tidak mau tahu.
Dalam melakukan penertiban SATPOL PP selalu menggunakan metode penataan
dengan selalu berusaha berdialog dengan PKL Pasar Talang Banjar untuk menemuka solusi
yang terbaik antara SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar sehingga mencapai
kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama dilakukan supaya tidak terjadi penolakan disaat
dilakukan penertiban yang bisa mengakibatkan bentrok antara SATPOL PP dengan PKL
Pasar Talang Banjar yang bisa berakibat sama-sama rugi, dimana pemerintah kota tidak bisa
29
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
57
melakukan kebijakan terhadap lokasi yang ditempati PKL Pasar Talang Banjar, di sisi lain
penertiban tanpa solusi bagi PKL Pasar Talang Banjar bisa mematikan usaha PKL Pasar
Talang Banjar hal ini juga berakibat menurunkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
restribusi.
SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL Kota Jambi diperlukan langkah
yang tepat, sehingga dalam penertiban tidak terjadi bentrok antara SATPOL PP dengan PKL
Pasar Talang Banjar, hal ini sekaligus dapat menciptakan ketertiban dan keindahan kota.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang
Banjar di Kota Jambi adalah: (1) tindakan preventif, (2) penindakan, (3) tindakan represif,
dan (4) tindakan setelah direlokasi.
1) Tindakan Preventif
Tindakan Preventif merupakan upaya pencegahan terjadinya bentrok antara
SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar ketika dilakukannya relokasi, sehingga dalam
tahap ini diperlukan pendekatan yang baik oleh SATPOL PP kepada PKL Pasar Talang
Banjar sehingga tercapainya kesepakan bersama. Berdasarkan arsip rapat tanggal 20 Maret
2018 SATPOL PP, setelah tempat-tempat untuk relokasi PKL Pasar Talang Banjar
didapatkan, langkah selanjutnya pada tanggal 18 Maret 2018 mengundang PKL Pasar Talang
Banjar ke kantor SATPOL PP pada tanggal 20 Maret 2018 untuk proses sosialisasi relokasi
PKL Pasar Talang Banjar.3030
Setelah adanya permintaan tempat dari PKL Pasar Talang Banjar, SATPOL PP Kota
Jambi tidak menolak permintaan yang diajukan PKL Pasar Talang Banjar, melainkan
dipertimbangkan usulan dari PKL Pasar Talang Banjar dan keputusan ditentukan pertemuan
mendatang.
30
Doc arsip rapat tanggal 20 Maret 2017 SATPOL PP
58
“Dalam kasus PKL Pasar Talang Banjar, DPP menawarkan tempat-tempat baru
untuk PKL Pasar Talang Banjar, seperti selter dan pasar secara gratis. Namun PKL
Pasar Talang Banjar tidak mau menerima tawaran dari DPP, dan PKL Pasar Talang
Banjar meminta tempat disini Setelah permohonan itu, SATPOL PP meninjau
lokasi dan apabila dirasa tidak apa-apa maka SATPOL PP mengajukan ke walikota,
oleh walikota di serahkan SKPD dan aset (karena tanah milik Negara), setelah itu ke
DKP karena tanah ini tanah kuburan, oleh DKP disetujui maka akan dilimpahkan ke
walikota, oleh walikota disetujui dan setelah itu SATPOL PP memberitahukan
kepada PKL Pasar Talang Banjar bahwa permohonan PKL Pasar Talang Banjar
dikabulkan”.3131
Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP mengadakan rapat lanjutan yang
diadakan pada tanggal 2 April 2018 di Ruang Rapat SATPOL PP Kota Jambi yang
mengagendakan tindak lanjut Penataan PKL Pasar Talang Banjar. Rapat kedua ini berisi
permohonan tempat yang diajukan PKL Pasar Talang Banjar pada rapat tanggal 20 Maret
2018 telah disetujui dan diperbolehkan untuk membangun tempat PKL Pasar Talang Banjar
di Area masuk Pasar, belakang tempat pembuangan sampah (TPS). Sedangkan masalah
bantuan dana untuk pendirian bangunan, masih belum disetujui hal ini dikarenakan dari pihak
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi selaku yang mempunyai kepentingan untuk
membangun gedung UPTD Metrologi Kota Jambi tidak menganggarkan adanya dana
kompensasi, tetapi akan mengusahakan adanya dana kompensasi.
2) Penindakan
Penertiban PKL Pasar Talang Banjar pada intinya adalah untuk menciptakan
ketertiban umum di satu sisi, di sisi lain tidak boleh mematikan usaha rakyat kecil. Oleh
sebab itu dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi
tidak boleh mematikan usaha rakyat kecil bahkan diharapkan PKL Pasar Talang Banjar yang
sudah ditata tersebut menjadi lebih meningkat derajat hidupnya. Sehingga penataan PKL
31
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
59
Pasar Talang Banjar dalam penindakan dan penegakan Perda No. 12 tahun 2016 tentang
Pengelolaan PKL Pasar Talang Banjar perlu langkah-langkah yang tepat sehingga tidak
merugikan baik pemerintah kota maupun PKL Pasar Talang Banjar.
Berikut yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi dalam penindakan dan penegakan
Perda No. 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan PKL Pasar Talang Banjar dalam penataan
PKL Pasar Talang Banjar:
a) Penentuan Kaveling Tempat di Tempat Relokasi
b) Pembangunan Tempat Relokasi
c) Tindakan Represif
d) Tindakan Setelah PKL Pasar Talang Banjar Direlokasi
Setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi SATPOL PP tetap melakukan
pengawasan melalui patroli rutin. Patroli yang dilakukan SATPOL PP memang tidak kenal
waktu, dimulai Pukul 09.00 – 21.00 WIB bahkan kalau ada acara-acara tertentu bisa sampai
24 Jam. Patroli ini dilakukan oleh anggota SATPOL PP Bidang Operasi dan Pengendalian
dengan 2 shift, yaitu shift pagi dan shift malam.
“Setelah satu bulan direlokasi SATPOL PP bidang Operasi dan Pengendalian
memantau tempat relokasi dan lokasi awal selama satu bulan, setelah satu bulan
pemantauan akan dilakukan pemantauan bisa 2/3/4 minggu sekali di lokasi relokasi
dan lokasi awal PKL Pasar Talang Banjar. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar
baru yang menempati tempat yang sudah direlokasi akan dilakukan tahap seperti
pemindahan PKL Pasar Talang Banjar”.3132
Setelah satu bulan PKL Pasar Talang Banjar direlokasi, SATPOL PP bidang Operasi
dan Pengendalian memantau tempat relokasi dan lokasi awal sebelum direlokasi selama satu
bulan, setelah satu bulan pemantauan akan dilakukan pemantauan 2 (dua) atau 3 (tiga) atau 4
32
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
60
(empat) kali seminggu di lokasi tersebut. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar baru yang
menempati tempat yang sudah direlokasi akan dilakukan tahan seperti pemindahan PKL
Pasar Talang Banjar.
“Yang dilakukan setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi seperti biasa
melakukan pengawasan, patroli, dan dialog, misalnya ada pemangkiran (PKL Pasar
Talang Banjar tidak pindah) kita dialog kepada PKL Pasar Talang Banjar kenapa
tidak pindah? Temen-temen PKL Pasar Talang Banjar yang lain pindah”.3333
Berdasarkan hasil wawancara di atas, setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi ke
tempat yang baru SATPOL PP Kota Jambi melakukan pengawasan, patroli, dan dialog
dengan PKL Pasar Talang Banjar. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar yang tidak pindah
SATPOL PP melakukan dialog kepada PKL Pasar Talang Banjar dengan ditanya, kenapa
tidak pindah? Sedangkan teman-teman PKL Pasar Talang Banjar yang lain sudah pindah.
Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 12 September 2019, adanya kegiatan-
kegiatan yang dilakukan SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar Talang Banjar di atas,
yang selalu menampung aspirasi PKL Pasar Talang Banjar sampai terjadinya kesepakatan
bersama antara SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar, hal ini menyebabkan dalam
penertiban PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi tidak terjadi sampai pada tahap
penyidikan karena pelanggaran Perda yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
selaku pejabat yang diberi wewenang penyidikan, apalagi sampai pada tahap pemidanaan
PKL Pasar Talang Banjar.
b. Sosialisasi
Sosialisasi deperlukan supaya PKL Pasar Talang Banjar paham terhadap isi dari
Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar. Pemahaman tersebut akan berguna dalam penataan
33
Wawancara Dengan Suhardi, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi ,
Tanggal
12 September 2019
61
apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan terhadap lokasi PKL Pasar Talang Banjar
tertentu, sehingga ketika SATPOL PP diberi perintah oleh Walikota untuk menertibkan PKL
Pasar Talang Banjar, diharapkan PKL Pasar Talang Banjar dengan sendirinya akan sadar dan
mau ditertibkan SATPOL PP.
“Selama ini, kami tidak melakukan sosialisai Perda secara khusus, hal ini
dikarenakan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar merupakan tugas
dari DPP bidang PKL Pasar Talang Banjar. Sosialisasi yang kami lakukan hanya
sebatas menegur PKL Pasar Talang Banjar yang dirasa mengganggu ketertiban
umum, untuk merapikan dagangannya supaya tidak mengganggu orang lain serta
memberi penjelasan tentang larangan Perda PKL Pasar Talang Banjar di saat
patroli”.3434
Berdasarkan wawancara di atas, SATPOL PP tidak mengagendakan waktu secara
khusus untuk melakukan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar, hal ini
dikarenakan sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar merupaka tugas dari DPP
khusnya bidang PKL Pasar Talang Banjar. Sosialisasi yang dilakukan SATPOL PP adalah
ketika sedang patroli rutin menemui PKL Pasar Talang Banjar yang tidak semestinya
ditempatnya yang mengakibatkan terganggunya masyarakat atau kepetingan umum, maka
SATPOL PP menegur PKL Pasar Talang Banjar supaya barang dagangannya dirapikan
dengan memberikan penjelasan tentang larangan-larangan PKL Pasar Talang Banjar di dalam
Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima Kota Jambi.
B. Hambatan dan Upaya Yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam
Rangka Untuk Penertibkan Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota
Jambi
34
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
62
1. Hambatan yang ditemui di Lapangan dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima
Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL
Pasar Talang Banjar tidak begitu saja selesai dengan mudah, dalam penataan di temui
kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan
(2) faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara (4 september 2019 sampai dengan 30
september 2019), faktor-faktor internal yang menjadi kendala SATPOL PP dalam
mengimplementasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi, meliputi:
1) Kekurangan Personil
Personil SATPOL PP Kota Jambi bisa terbilang cukup, tetapi ketika ada acara
tertentu pada waktu yang bersamaan, maka biasanya terjadi kekurangan personil. Sedangkan
Perda Kota Jambi juga terbilang cukup banyak berjumlah kurang lebih 21 perda.
“Ketika kita ada perjanjian dengan PKL Pasar Talang Banjar untuk membantu
membongkar tapi ternyata saat waktu pembongkaran pada waktu yang bersamaan
tiba-tiba ada tugas-tugas lain, misalnya: terjadi kesepakatan dengan PKL Pasar
Talang Banjar hari Kamis tanggal 6 Januari pembongkaran bersama PKL Pasar
Talang Banjar, tapi ternyata tiba-tiba ada tamu penting yang perlu penjagaan maka
kita kekurangan personil”.3535
Bardasarkan hasil wawancara di atas, kendala dalam menata PKL Pasar Talang
Banjar adalah kekurangan pesonil, apalagi jika sudah mengadakan perjanjian dengan PKL
Pasar Talang Banjar, tetapi pada waktu yang bersamaan ada tamu penting yang perlu
penjagaan dari SATPOL PP. Sehingga SATPOL PP tidak bisa ikut dalam pembongkaran
lapak bersama PKL Pasar Talang Banjar yang sudah dijanjikan.
35
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
63
Untuk mengatasi kekurangan personil tersebut langkah yang sudah dilakukan
SATPOL PP adalah mengajukan ke Walikota Jambi untuk penambahan jumlah personil,
tetapi hampir semua SKPD Kota Jambi kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium
(pembatasan jumlah) PNS dari pemerintah pusat. Dahulu SATPOL PP personilnya cukup,
yakni 125 (seratus duapuluh lima) namun dimutasi ke SKPD lain menjadi 82 (delapanpuluh
dua) orang sedangkan dengan mutasi tersebut SATPOL PP tidak dapat penggantinya hal ini
mengakibatkan kekurangan personil.
“Dalam melaksanakan Perda yang jumlahnya sekitar 21 Perda dengan jumlah
personil 82 anggota saya rasa kurang. Kita sudah mengajukan ke walikota untuk
personil dan sarana prasarana lainnya, hasil dari pengajuan kita dijelaskan bahwa
hampir semua SKPD Kota Jambi kekurangan personil., dahulu pernah berjumlah
125 (seratus duapuluh lima) orang dimutasi tapi belum ada penggantinya sehingga
sekarang menjadi 80 (delapanpuluh) an”.3736
2) Kekurangan Armada
Untuk mengamankan Perda yang tidak hanya Perda PKL Pasar Talang Banjar saja
dengan berjumlah kurang lebih 21 Perda dan wilayah Kota Jambi yang bisa dikatakan
sebagai pusat perekonomian bagi daerah-daerah disekitarnya meliputi Kabupaten Sukoharjo,
Boyolali, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten maupun dari daerah lainnya. Sebagai
pusat perkonomian ini menyebabkan banyak permasalahan yang terjadi, mulai dari semakin
banyaknya PKL Pasar Talang Banjar, bangunan liar, orang gila dan gelandangan, dan masih
banyak lagi yang diatur dalam Perda yang harus dilaksanakan oleh SATPOL PP. Banyaknya
permasalahan tersebut dibutuhkan armada yang memadai supaya bisa maksimal dalam patroli
ke seluruh Kota Jambi.
37
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
64
“Kendala faktor internal SATPOL PP Kota Jambi sarana dan prasarana yang masih
kurang dimana kendaraan roda 4 (empat) yang hanya berjumlah 9 (Sembilan), dan
roda 2 (dua) yang berjumlah 5 (lima)”.3837
Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP kota Jambi kekurangan sarana
dan prasarana, hal ini dikarenakan kendaraan roda 4 (empat) yang hanya berjumlah 9
(Sembilan) buah dan roda 2 (dua) yang berjumlah 5 (lima) buah.
“Saya sudah mengupayakan penambahan personil, namun Pemkot mengatakan
hampir semua SKPD kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium PNS.
Sedangkan untuk armada sejauh ini sudah ada penambahan secara bertahap,
dikarenakan dana yang terbatas dari pemerintah kota”.3938
Berdasarkan hasil wawancara di atas, langkah yang sudah dilakukan SATPOL PP
dalam mengurangi faktor kekurangan armada dengan mengajukan proposal penambahan
armada dan personil yang ditujukan kepada Walikota Surakata, tetapi dikarenakan
keterbatasan dana pemerintah kota, maka penambahan dilakukan secara bertahap. Untuk
penambahan personil masih belum bisa ditambahkan oleh Pemkot, hal ini dikarenakan adara
moratorium PNS dari pemerintah pusat.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang menjadi kendala SATPOL PP dalam
mengimplementasi Perda tentang PKL di Kota Jambi, banyak PKL Pasar Talang Banjar yang
belum memahami Perda tentang PKL.
38
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
39 Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
65
“Banyak masyarakat dalam hal ini PKL Pasar Talang Banjar yang belum memahami
Perda, walaupun demikian masyarakat Jambi mendukung apa yang diprogramkan
pemerintah, misalnya penataan PKL Pasar Talang Banjar”.4039
Berdasarakan hasil wawancara di atas, masyarakat dalam hal ini PKL Pasar Talang
Banjar kota Jambi masih banyak yang belum memahami Perda tentang PKL Pasar Talang
Banjar, akan tetapi masyarakat Kota Jambi mendukung apa yang diprogramkan pemerintah
dengan sejumlah kompensasi tertentu.
Kurangnya pemahaman terhadap Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar hal ini
disebabkan kurangnya sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar dari Dinas
Pengelolaan Pasar (DPP) bidang PKL Pasar Talang Banjar. Walaupun tugas utama sosialisasi
Perda adalah kewajiban DPP, tetapi SATPOL PP tetap berupaya mensosialisasikan Perda
tentang PKL Pasar Talang Banjar disela-sela waktu Patroli.
“Kurangnya sosialisasi Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar kepada masyarakat
adalah tugas pokok dari DPP bidang PKL Pasar Talang Banjar. Tetapi SATPOL PP
juga tidak bosan-bosan memberi pencerahan Perda tentang PKL Pasar Talang Banjar
disela-sela Patroli rutin”.4140
Sedangkan untuk mengatasi permintaan-permintaan PKL Pasar Talang Banjar ketika
mau direlokasi, maka SATPOL PP selalu mengedepankan komunikasi setiap saat baik dalam
keadaan berdinas maupun tidak, baik hari kerja maupun hari libur. Komunikasi tersebut
dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai kesepakatan yang terbaik dan sisi baiknya
adalah masyarakat Kota Jambi mendukung kebijakan pemerintah.
1) Kurangnya Personil SATPOL PP
40
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
41 Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
66
Kekurangan jumlah personil juga di akui Kepala SATPOL PP Kota Jambi, saat ini
SATPOL PP hanya memiliki 110 personil. Sebagian mereka bertugas menjaga rumah dinas
penjabat daerah jika ditinjau dari luas daerah dan permaslahan penertiban jumlah ini masih
sangat kurang untuk membantu penataan kota.
"Saya berharap ada tambahan tenaga baru terutama yang baru lulus SMA. Sehingga
secara fisik, masih bisa sangat diandalkan bila ada tambahan tenaga baru, maka
tenaga yang senior akan di tugaskan di kecamatan, sehingga bila ada kegiatan
penertiban di tingkat kecamatan sudah bisa sejalan".4241
"Dengan minimalnya anggota Satpol PP Kota Jambi ini, maka kendala dalam
pelaksanaan tugas di lapangan, karena dari jumlah yang ada pada saat ini, telah
disetujui di sesuai dengan permintaan, sehingga untuk jumlah khusus bantuan yang
siap siaga di kantor bila ada demo mendadak, razia dan lain sebagainya harus
mencari dan menunggu petugas lain, jadi ganti gerak".4342
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, maka dapat di di tegaskan bahwa,
kurangnya personil menjadi salah satu hambatan SATPOL PP dalam melaksanakan tugas dan
pengamanan di lapangan.
2) Terbatasnya sarana kendaraan
Tentang kendaraan dinas, dinilai Karno, sudah sanga uzur. Tiga truk dapat dan
motor satu rusak total milik SATPOL PP sudah jarang digunakan karena tidak layak, Jika
digunakan, perlu diatur agar bergantian agar kalau rusak tidak bersanaan.
Sebagai penegak hukum perda, lembaganya selalu berhadapan dengan segala macam
kelas masyarakat. Bahkan, 70 persen dari jumlah kecil, sisanya pengusaha "Jika berhadapan
dengan pengusaha, mereka masih nurut tambahnya.
42
Wawancara, Dengan Agus Pribadi, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019 43
Wawancara, Dengan Zulkipliy, SE, KOMANDAN KOMPI SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
67
"Kendaraan operasional sangat sedikit, sehingga dalam operasi operasi di lapangan
sesuai dengan alat pengangkut Anggota (kendaraan), ini menjadi sarana terpenting
bagi Satpol PP dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan ".4443
Kemudian hal senada dikemukakan dengan Kliwon personil lapangan yang
mengatakan bahwa:
"Hambatan operasional dilapangan salah satunya adalah kurangnya sarana
kendaraan, hal ini sangat menjadi hambatan bagi pihak SATPOL PP untuk bergerak
cepat, karena kendaraan sangat terbatas, sehingga banyak hambatan yang terjadi
dilapangan. Untuk itu kedepannya kendaraan operasional SATPOL PP haruslah di
tambah".4544
Perlunya perhatian pemerintah terkait dalam memperhatikan sarana operasional
SATPOL PP demi menegagkan PERDA serta menjaga keamanan dan mengawasi PKL yang
sulit di atur.
3) Terbatasnya Anggaran
Segala kegiatan operasional tentunya akan sangat membutuhkan dana, tanpa dana
dan uang tentunya segala kegiatan akan terhambat dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
"Anggaran pada SATPOL PP Kota Jambi masih sangat minim sekali sehingga
anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan program-program
SATPOL PP terutama masalah pembinaan terhadap personil, penambahan sarana
dan prasarana serta biaya operasional di lapangan memang sangat terbatas sekali,
sehingga ini akan menjadi hambtan kedepan".4645
Berdasarkan wawancara tersebut di atas, maka dapat ditegaskan disini bahwa
persoalan anggaran merupakan permasalahan yang sangat penting dalam sebuah organisasi
karena tanpa anggaran dan dana maka suatu organisasi sulit untuk bergerak.
44
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019 45
Wawancara, Dengan Zulkipliy, SE, KOMANDAN KOMPI SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019 46
Wawancara, Dengan M. Fajri, SE, ME., Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi, Tanggal 12
September 2019
68
4) Menolak Relokasi
Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk menata keberadaan PKL adalah
dengan melakukan "Relokasi". Relokasi artinya pemindahan terhadap PKL ketempat yang
layak dan tidak mengganggu ketertiban umum dan ini merupakan salah satu bentuk upaya
pemerintah dalam menertibkan para PKL. Relokasi tersebut ternyata tidak mendapatkan
tanggapan yang positif dari para PKL karena tidak semua PKL yang bersedia untuk
menempati area relokasi tersebut. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya PKL di Pasar
Talang Banjar yang berjualan di area terlarang dan nekad berhadapan dengan para petugas.
Alasan penolakan karena tidak jarang relokasi yang dilakukan cenderung kurang
menguntungkan bagi para pedagang karena terkesan menjauhkan pedagang dengan pembeli.
Di samping itu relokasi bukan untuk memecahkan masalah tetapi cenderung memunculkan
masalah baru bagi PKL karena sebagai pihak yang lemah dan terkesan selalu tertelikung oleh
kebijakan-kebijakan yang ada. Relokasi notanene bertujuan untuk menertibkan PKL tetapi
justru malah membebani PKL dengan permasalahan modal dan mahalnya harga sewa tanah.
"saya gak mau kalau harus berjualan ditempat yang direlokasikan itu karena harga
sewa tanah disana mahal-mahal belum tentu hasil dari penjualan saya dpat menutupi
ditambah jauhnya pembeli dari lokasi penjualan".4746
Demikian juga dengan PKL yang menjual mi mengungkapkan hal senada.
"kalau di tempat-tempat tertentu pengunjung tidak terlalu ramai. Kalau disana hanya
kadang-kadang saja pengunjungnya banyak apalagi yang berjualan disana juga
banyak".4847
Dari hasil penelitian di temukan beberapa alasan mengapa para PKL di Pasar Talang Banjar
menolak dan keberatan dengan adanya relokasi. 1) Faktor tempat yang disediakan kurang
47
Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal
14 September 2019 48
Wawancara, Dengan iin wira, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal 14
September 2019
69
strategis, 2) Faktor sewa lahan atau tempat yang mahal, 3) Faktor pengunjung dan keterkaitan
pelanggang minim, 4) Jenis barang dagangan yang di perjual belikan. Ada beberapa jenis
barang dagangan menurut PKL tidak memungkinkan untuk di jual di tempat relokasi seperti:
mainan, jagung bakar, minuman dan makanan kering. 5) faktor teknik penjualan masih
banyak PKL yang tidak berdiam diri saja seperti berkeliling ketempat yang ramai.
Para PKL menolak relokasi dan alasan-alasan yang melatarbelakangi tersebut
berkaitan erat dengan pilihan secara rasional fenomena ini didukung teori rasionalitas yang di
kemukakan oleh Weber. Rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama karena
rational tersebut mampu menggerakkan banyak perubahan sosial dan perikaku kehidupan
orang-orang.
5) Resistensi Terselubung
Kalau resistensi terbuka bersifat adanya kontak langsung (adu fisik) dengan para petugas
tetapi dalam taraf resistensi terselubung hal tersebut justru dihindari. Pada tahap malah
cenderung untuk menghindari petugas. Ada berbagai cara yang mereka lakukan untuk
melakukan perlawanan kepada petugas, minsalnya dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengomel, menggerutu, dan membicarai petugas
Menurut pengamatan peneliti selama di lokasi penelitian, media ini di anggap
yang paling aman untuk mencetuskan rasa kesal PKL pada petugas adalah omelan
sambil mengerutu. Media ini karena disamping tidak terdengar oleh petugas juga
tidak terjadi adu fisik secara langsung.
2) Membawa lari barang dagangan dan meninggalkan pembeli yang sedang makan.
Salah satu cara mengngelabuihi petugas dengan cara membawa kabur barang
dagangannya serta meninggalkan pembelinya yang kebetulan sedang menikmati
70
makanan yang dijajakan. Petugas sedang patroli para PKL segera mengemasi barang
dagangan dan berlari meninggalkan area tempat jualan dan bersembunyi atau pergi
dari area yang dilarang tersebut. Cara ini dirasa cukup efektif bagi pedagang.
"kalau saya sudah lihat mobil petugas datang saya segera menyelamatkan barang
dagangan saya dmenjau dari petugas yang ingin menggusur paksa barang dagangan
kami".4948
Meninggalkan pembeli walaupun tidak jarangpembeli tersebut belum membayar
makanan yang dibelinya adalah cara yang efektif, mereka lebih mengorbankan hal tersebut
karena ini adalah sebagai bentuk upaya penyelamatan barang dagangan mereka yang dinilai
memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
3) Menyembunyikan Barang Dagangan
Ada berbagai cara yang dilakukan para PKL untuk mengelabui petugas supaya
barang-barang dagangannya tidak diketahui oleh petugas terkait dengan cara
menyelamatkannya minsalnya di sembunyikan di semak-semak, di bawah-bawah
pohon yang cukup rindang membeli barang dagangan di sepeda motor sambil ditutup,
dan menyimpan barang-barang dagangan di saluran-saluran air yang ada di sckitar
lapangan atau di tempat-tempat tersembunyi yang tidak terlihat oleh petugas. Dan
ada juga pedagang yang sengaja mengambil sendiri dan menitipkan barang dagangan
di kawasan relokasi tempat berjualan yang tidak jauh.
Dari tindakan tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa PKL melakukan
tindakan-tindakan penyelamatan barang dagangannya tersebut sebagai pola adaptasi
yang mereka lakukan. Daya adaptif tersebut tidak terlepaskan juga darinya dorongan
49
Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal
14 September 2019
71
naluri manusia untuk mempertahankan kehidupannya jadi bisa tetap eksis dan
bertahan hidup dalam kehidupan selan berikutnya.
4) Pura-pura sebagai Pengunjung Biasa
Saat Petugas Datang Pola lain diterapkan oleh para PKL ketika harus
menghadapi petugas sedang berpatroli dengan cara menyamar sebagai pengunjung
lapangan biasa sambil jalan-jalan. PKL sangat peka dengan kehadiran para petugas,
jadi begitu ada tanda-tanda jika petugas datang, mereka segera menyimpan barang-
barang dagangan di semak-semak atau di tempat-tempat yang lebih aman lalu segera
berjalan berkeliling seperti biasa. Mereka segera pergi ke tempat yang lebih aman
yang lebih banyak pengunjungnya sehingga mereka terkesan seperti pengunjung pada
umunya.
"Jika tiba-tiba petugas trantib datang, kadang-kadang saya belum lari keluar, saya
cepat-cepat mendapatkan barang dagangan di pohon-pohon, setelah itu saya segera
lari ke tempat yang lebih banyak orangnya, biar, kami pengunjung yang datang. Jika
begitu, kan, tidak akan kelihatan oleh petugas dan aku bisa selamat ".5049
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat ditegaskan bahwa, dengan cara-cara
tersebut para pedagang kaki lima menyelamatkan barang dagangannya, maka para petugas
menjadi kesulitan untuk melakukan penyitaan maupun pengamatan di lapangan.
5) Bersembunyi/kucing-kucingan dengan petugas
Pedagang kaki lima umumnya sudah sangat hafal dengan jam-jam saat
petugas trantib datang (jadwal kedatangan petugas) sehingga penertiban dan upaya
bersosialisasi yang di lakukan petugas pantau sulit terdeteksi di tambah PKL sudah
sangat hafal sekali jam-jam patroli yang di lakukan oleh tim pantau lapangan,
50
Wawancara, Dengan sadirman, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal
14 September 2019
72
berbagai upaya yang di lakukan PKL untuk menghindari pertugas dengan cara
mengupat dan menyembunyikan dagangannya agar tidak di ketahui petugas.
6) Memberi uang suap kepada petugas
Salah satu perilaku ini di tunjukkan ketika pedagang sudah tertangkap basah
oleh petugas. Tidak jarang mereka terpaksa memberi uang sogog atau menyuap
petugas dengan memberikan sesuatu kepada petugas agar barang dagangan mereka
tidak disita karena kalau barang dagangan ini di sita maka hal ini akan sangat
berpengaruh pada kehidupan mereka selanjutnya.
"pernah saya ketangkap ketika saya sedang berjualan di dalam area terlarang.
Waktu itu saya tidak tahu ada petugas yang datang tiba-tiba sudah di depan saya
karena tidak ada pilihan lain satu-satunya jalan adalah damai di tempat saya juga
bilang "saya jualan ini untuk makan saya juga pak" saya kasih 50 ribu dan
sebungkus rokok, untung petugasnya mau dan melepaskan saya, dari pada barang-
barang saya di ambil semua mau makan apa saya nanti".5150
Berdasarkan hasil wawancara di atas adakalanya pedagang menyuap para petugas di
lapangan, sehingga hal ini jmenjadi hambatan untuk melakukan penertiban dan pengamanan
daerah terlarang bagi PKL Pasar Talang Banjar.
2. Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Menertibkan
Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar
Uapaya-upaya yang dilakukan pihak SATPOL PP dalam penertiban dan
pengamanan para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar, yaitu dengan melakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
a. Strategi Kekuatan Peluang
51
Wawancara, Dengan ibu nawar, Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Tanggal
14 September 2019
73
1) Meningkatkan Profesionalitas Aparat Polisi Pamong Praja guna mendukung tugas-
tugas teknis administrasi , teknis yuridis dan teknis operasional.
2) Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana.
3) Meningkatkan koordinasi dengan sesama lembaga pemerintah dan lembaga non-
pemerintah, sampai ke tingkat yang bawah.
4) Mendata dan mengevaluasi seluruh Peraturan Daerah khususnya yang menyangkut
masalah perizinan.
5) Meningkatkan keikut sertaan masyarakat, aparat tingkat Kecamatan dan
Desa/Kelurahan dalam menciptakan suasana tertib, tentram, damai, dan tegagnya
supermasi Perda.
6) Melakukan konsultasi secara lebih intens dengan unsur Pimpinan dalam
mengoperasionalkan kegiatan.
7) Melakukan konsultasi secara lebih inters dengan unsur Legislatif dalam
mengoperasikan kegiatan.
8) Meningkatkan pengelolaan sistem keamanan terpadu.
9) Mengembangkan Program Kerja sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
10) Meningkatkan Anggaran Biaya, Pengadaan Sarana dan Prasarana untuk pelaksanaan
Program Kerja.
b. Strategi Kekuatan-Tantangan
1) Menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat
2) Memberi pemahaman terhadap warga masyarakat dan pengawasan pada aparat
penegag perda
3) Meningkatkan kualitas SDM aparat penegakan perda melalui diklat
74
4) Meningkatkan sosialisasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
aparat penegak perda
5) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan, menyangkut berbagai
perda tentang perijinan, dan kewajiban masyarakat
6) Meningkatkan pelaksanaan operasional untuk mengembalikan fungsi tanah negara,
kawasan hutan, bantaran sungai, bantaran setu dan bantaran bahu jalan
7) Meningkatkan operasi dan membantu mencarikan solusi untuk para Pedagang Kaki
Lima
8) Meningkatkan operasi Warung remang-remang, PSK, Minuman Keras, Gelandangan,
Pengemis dan anak Jalanan
c. Strategi Kelemahan-Peluang
1) Meningkatkan koordinasi dengan lembaga dan instansi pemerintah dan non
pemerintah.
2) Peningkatan propesionalitas aparat Polisi Pamong Praja melalui pendidikan dan
pelatihan.
3) Mengusulkan penambahan personil agar terciptanya kerja yang maksimal
4) Menguslkan tambahan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan operasional
5) Mengusulkan anggaran operasional.
Dalam hal ini banyak nya hambatan yang di terima oleh satpol pp yang mana dalam
hal ini terjadi nya unjuk rasa atau pun demo yang dilakukan oleh pedagang kaki lima
dikarenakan satuan polisi pamong praja tidak ada kelanjutan kebijakan yang dilakukan
hanya dalam waktu yang tidak cukup lama dalam operasi penertiban yang dilakukan oleh
satuan polisi pamong praja.
75
Dalam bidang relokasi sebagian pedagang kaki lima yang berada di pasar talang
banjar mendukung pengerelokasian yang dilakukan oleh pemerintah Kota Jambi, akan
tetapi masih ada pedagang kaki lima yang melanggar kebijakan pemerintah Kota Jambi,
dalam hal ini masih adanya yang berdagang di ruas jalan pasar tersebut.
Sebagian Pedagang kaki lima dalam hal ini enggan atau tidak mengindahkan apa yang
telah di tetapkan oleh pemerintah Kota Jambi, ataupun bisa dikatakan para sebagian
pedagang tidak mentaati peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah Kota Jambi.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Peran SATPOL PP Kota Jambi sebagai pelaksana Ketertiban dan Keamanan
Pemerintah Kota Jambi sesuai dengan peraturan pemerintah Daerah Nomor 12 tahun 2016
peraan SATPOL PP Kota Jambi dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima dan Peraturan
Pemerintah Kota Jambi Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan
Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja pasal 3 ayat (6) “Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi:
penyelenggaraan sosialisasi dan penertiban”.
Hambatan yang ditemui di Lapangan dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima yaitu
untuk Melaksanakan penertiban yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi terhadap PKL
Pasar Talang Banjar tidak begitu saja selesai dengan mudah, dalam penataan di temui
kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala tersebut berasal dari: (1) faktor internal dan
(2) faktor eksternal
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak SATPOL PP Kota Jambi Dalam Penertiban
Para Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar yaitu dengan melakukan upaya-upaya
sebagai berikut: upaya peningkatan Strategi Kekuatan Peluang, Strategi Kekuatan-Tantangan,
dan Strategi Kelemahan-Peluang, yang menunjang tercipta kekuatan dalam meningkatkan
kualitas dan strategi operasi.
77
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis menyarankan
sebagai berikut:
1. Diharapkan pihak SATPOL PP terus meningkatkan kinerjanya, kedisplinan,
meningkatkan kemampuan profesionalisme, sehingga dalam melaksanakan tugas
pengamanan tidak menimbukan permasalahan yang ada di lapangan baik kepada
masyarakat maupun kepada penertiban PKL yang ada di Kota Jambi.
2. Kepada SATPOL PP juga diharapkan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
melalui program kerja yang sesuai dengan peraturan yang ada serta hendakla melakukan
pengamanan dengan penuh cinta kasih, sehingga tidak terjadinya konflik antara dua
belah pihak.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Literatur
Amaruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Parama Ilmu, 2016),
Hamidjoyo, Kunto. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Implementasi Kebijakan Penataan Pemebinaan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL)
di Surakarta. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik, (Jakarta : P.T.Bumi
Aksara, 2013),
Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan Imlementasinya
di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. hal 69-70
Kamal, Ubaidilah. 2008. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima dan Imlementasinya
di Kota Semarang. Dalam Integralistik. No. 7: 68-80. Maleong, Lexy J. 2012. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: Mengukuhkan
Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire.
Mustofa, Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: Mengukuhkan
Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas. Malang: Inspire.\
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong
Praja, Jakarta, Renika, Cipta.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 dirubah menjadi Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat
(1) dan ayat (2)
79
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satpol PP Pasal 148 ayat
(1) dan ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang pedoman satuan polisi pamomg
praja
Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal di Kota Semarang
(Studi Kasus Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kecamatan Gajah Mungkur). Dalam
Laporan Penelitian.
Septiana, Dwi. 2011. Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan pemerintah
Kota Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES.
Sriyanto. 2006. Penataan Lokasi Sektor Informal (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima) di
Kota Semarang. Dalam Forum Ilmu Sosial. No. 3: 112-121.
Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d, (bandung: alfabeta, 2008),.
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007),.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
2. Lain-lain
https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/ di akses pada tanggal 03 Agustus 2019
jam 14:19 Wib
80
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
81
82
83
84
85
86
87
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : HABIB ZARKASIH DAULAY
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat / TanggalLahir : SIBORIS DOLOK, 08 April 1997
NIM : SIP.151973
Alamat : Jalan Besar BINANGA – GUNUNGTUA Kab.
PADANG LAWAS
No.Telp/ HP : 082275374464
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan Jurusan/Fakultas : Ilmu Pemerintahan / Syari’ah
Nama Ayah : RUSTAM DAULAY
Nama Ibu : SITI MASYUROH SIREGAR
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN No. 0208 BINANGA
Tahun Lulus : 2003 – 2009
b. SMP N 1 BARUMUN TENGAH
Tahun Lulus : 2009 – 2012
c. MAN BARUMUN TENGAH
Tahun Lulus : 2012 – 2015