PROFIL RESIKO SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN … · 2020. 6. 25. · Profil Risiko di...

37
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Jl. Soekrno – Hatta Giri Menang - Gerung, 83363 Telp. (0370) 6184148 , Fax (0370) 6184147, E-mail : [email protected] PROFIL RESIKO SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LOMBOK BARAT GERUNG MEI 2016

Transcript of PROFIL RESIKO SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN … · 2020. 6. 25. · Profil Risiko di...

  • PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Jl. Soekrno – Hatta Giri Menang - Gerung, 83363

    Telp. (0370) 6184148 , Fax (0370) 6184147, E-mail : [email protected]

    PROFIL RESIKO

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LOMBOK BARAT

    GERUNG MEI 2016

  • KATA PENGANTAR

    Profil Risiko di Lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    lombok Barat disusun sebagai upaya mengintegrasikan antar SPIP dan antar

    subunsur Penilaian Risiko. Profil ini memuat langkah-langkah konkret

    sehingga lebih memudahkan Instansi Pemerintah dalam melaksanakan

    penilaian risiko.

    Eksistensi Pelaksanaan ini diharapkan dapat mendorong Instansi

    Pemerintah untuk melakukan percepatan penyelenggaraan SPIP. Profil Risiko

    ini tentu masih jauh dari sempurna jika dikaitkan dengan beragamnya

    karakteristik dan jenis kegiatan di lingkungan Instansi Pemerintah. Oleh

    karena itu, masukan dan saran perbaikan dari para pengguna sangat

    diharapkan sebagai bahan penyempurnaan

    Gerung, Mei 2016 Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat

    BAIQ YENI SATRIANI. EKAWATI.S.SOS NIP. 19660306 198608 2 003

  • PROFIL RESIKO SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOLPP)

    KABUPATEN LOMBOK BARAT

    A. KEDUDUKAN SATPOLPP

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat dibentuk

    berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 9 tahun

    2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah mempunyai tugas-tugas

    melaksanakan penegakan Perda, penyelenggaraan ketertiban umum, dan

    ketentraman masyarakat, serta perlindungan masyarakat yang berada

    dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

    Posisi Satuan Polisi Pamong Praja sebagai satu-satunya institusi yang

    mempunyai kekhususan tugas sebagai Penegak atas pelaksanaan

    Peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah pada Pemerintah

    Kabupaten, yang pada hakekatnya melakukan kontrol atas pelaksanaan

    peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah dalam pemerintahan

    Kabupaten Lombok Barat guna peningkatan kinerja dan etos kerja aparatur

    serta ketentraman dan ketertiban yang kondusif di wilayah Kabupaten

    Lombok Barat.

    Kedepan, peran Satuan Polisi Pamong Praja kabupaten Lombok Barat

    akan lebih fokus pada pusat pelayanan penegakan atas pelaksanaan

    Peraturan daerah dan keputusan Kepala Daerah guna menciptakan

    ketentraman dan ketertiban yang sangat menunjang percepatan

    pertumbuhan ekonomi terutama investasi yang menggerakkan

    perekonomian dan sumber daya manusia. Dalam hal ini posisi Polisi

    Pamong Praja sebagai Katalisator, Dinamisator, akselerasi pertumbuhan

  • perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui tertib, tentramnya

    keadaan serta Penegakan supremasi hukum yang ada.

    Resiko yang tersaji dalam profil ini mempunyai dampak yang

    menyeluruh karena berkaitan dengan Perda dan keputusan Kepala

    Daerah yang dilaksanakan oleh seluruh SKPD di Kabupaten Lombok Barat.

  • B. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

    1. VISI

    Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

    periode perencanaan (Pasal 1 ayat (12) UU No. 25 Tahun 2004). Visi harus

    menggambarkan bagaimana wujud akhir yang diinginkan oleh suatu

    organisasi pada akhir periode perencanaan. Visi memegang peranan penting

    dalam menentukan ke mana arah yang akan dituju oleh suatu organisasi

    pada masa mendatang dan Visi merupakan suatu gambaran menantang

    tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-cita dan citra yang

    diwujudkan oleh instansi pemerintah

    Dengan ditetapkannya visi yang kuat maka suatu instansi akan menjadi

    lembaga yang mampu mengatur irama kegiatan operasional, mengatur

    pengelolaan sumber daya, mampu mengembangkan indikator kinerja dan

    cara pengukurannya.

    Visi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 -

    2019, tidak terlepas dari Visi Kabupaten Lombok Barat yang ditetapkan/

    disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 – 2019.

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat dibentuk berdasarkan

    Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang

    Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lombok

    Barat dan ditindaklajuti dengan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 33

    Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Kantor

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat.

  • Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat diarahkan

    untuk mendukung pencapaian visi dan misi Bupati Lombok Barat pada

    urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.

    Seiring dengan upaya tersebut dan berpijak pada kedudukan, tugas pokok

    dan fungsinya serta isu strategis yang dihadapi dalam urusan Kesatuan

    Bangsa dan Politik Dalam Negeri dalam kurun waktu 5 tahun yaitu 2015 –

    2019 dan sebagai acuan penyusunan RPJMD Kabupaten Lombok Barat

    Tahun 2015 – 2019, maka dalam upaya meningkatkan kinerja Satuan Polisi

    Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat menetapkan Visi sebagai berikut :

    ”TERWUJUDNYA KONDISI YANG AMAN, TENTRAM DAN TERTIB GUNA

    MENUNJANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN MENUJU MASYARAKAT

    LOMBOK BARAT YANG UNGGUL, MANDIRI, SEJAHTERA DAN

    BERMARTABAT DILANDASI NILAI PATUT PATUH PATJU“

    2. MISI

    Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi

    pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan

    baik atau upaya-upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja

    dalam rangka pencapaian visi.

    Dengan pernyataan Misi oleh Satuan Polisi Pamong Praja kabupaten

    Lombok Barat diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan

    dapat mengenal , mengetahui peran dan program-program serta hasil yang

    akan diperoleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat

    dimasa yang akan datang.

  • Adapun misi-misi tersebut adalah ;

    1. Meningkatkan pelaksanaan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala

    Daerah dan aturan lainnya.

    2. Meningkatkan Eksistensi dan Profesionalisme Anggota Polisi Pamong

    Praja

    3. Meningkatkan Peran Perlindungan Masyarakat

    4. Meningkatkan keterpaduan dan kebersamaan dengan instansi

    terkait dalam pelaksanaan tugas keamanan, ketentraman dan

    ketertiban.

    3. TUJUAN DAN SASARAN

    Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi

    suatu organisasi, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan

    dalam jangka waktu suatu perencanaan. Sedangkan Sasaran merupakan

    penjabaran dari tujuan organisasi, yaitu hasil yang akan dicapai secara

    nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat

    dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.

    Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai oleh Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lombok Barat 2015 – 2019 berdasarkan rumusan Misi adalah

    sebagai berikut:

    1. Misi 1: Meningkatkan pelaksanaan Peraturan Daerah, Keputusan

    Kepala Daerah dan aturan lainnya, dalam pelaksanaan

    tugas pokok dan fungsi tujuan untuk Meningkatkan Kinerja

    atas Pelaksanaan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala

    Daerah dan aturan lainya yang dilaksanakan oleh SKPD

    sedangkan sasarannya adalah:

  • a. Meningkatnya Sistim Manajemen informasi dengan

    penyamaan struktur data / data base antar instansi

    terkait.

    b. Meningkatnya / adanya standar pelayanan yang

    optimal atas setiap pelaksanaan Peraturan dan

    Keputusan sebagai parameter penegakan.

    c. Meningkatnya Kinerja atas Pelaksanaan peraturan dan

    keputusan

    2. Misi 2: Meningkatkan Eksistensi dan Profesionalisme Anggota Polisi

    Pamong Praja dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

    tujuan Meningkatkan Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja

    sedangkan sasarannya adalah :

    a. Meningkatnya Peran aktif dalam melakukan pembinaan

    / operasi pelanggaran atas peraturan dan keputusan.

    b. Meningkatnya pelayanan atas laporan dari masyarakat

    c. Meningkatnya profesionalisme dalam sistim penegakan

    hukum

    3. Misi 3: Meningkatkan Peran Perlindungan Masyarakat dalam

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tujuan Meningkatkan

    Peran Masyarakat dalam menjaga Ketentraman dan

    Ketertiban di desa sedangkan sasaran adalah :

    a. Pembinaan Kelompok-kelompok Pendukung Trantibmas

    di desa-desa.

    b. Pembangunan / Revitalisasi Pos-pos Ronda

  • 4. Misi 4: Meningkatkan keterpaduan dan kebersamaan dengan

    instansi terkait dalam pelaksanaan tugas keamanan,

    ketentraman dan ketertiban dalam pelaksanaan tugas pokok

    dan fungsi tujuan Meningkatkan KerjasamaTeknik dan

    Informasi yang berkelanjutan sedangkan sasarannya :

    a. Meningkatnya Sistem dan Keamanan, Ketentraman dan

    ketertiban itu sendiri dilingkungan masyarakat.

    b. Meningkatnya kerjasama antar leading sektor dalam

    meningkatkan kinerja

    c. Meningkatnya Sistim Penegakan hukum dalamrangka

    penegakan /kepastian hukum

    4. STRATEGI

    Strategi pada dasarnya lebih bersifat grand design (agenda), sebagai suatu

    cara atau pola yang dirancang untuk merespon isu strategis yang dihadapi

    dan/atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran Satuan Kerja

    Perangkat Daerah.

    Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan maka diperlukan strategi

    sebagai suatu cara atau pola untuk mewujudkan tujuan atas misi yang

    ditetapkan.

    Strategi yang perlu dilaksanakan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

    Lombok Barat 2015 – 2019 diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Strategi dalam rangka mewujudkan MisiMeningkatkan pelaksanaan

    Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan aturan lainnya

    adalah

  • 1.1 Membangun suatu sistim manajemen informasi yang

    terintegrasi dengan penyamaan struktur data atas

    implementasi Peraturan dan Keputusan.

    1.2 Adannya Standar pelayanan atas setiap pelayanan sebagai

    parameter pelaksanaan dan penegakan.

    2. Meningkatkan Eksistensi dan Profesionalisme Anggota Polisi Pamong

    Praja , adalah

    2.1 Membuat prosedur – prosedur tetap operasional Pembinaan

    /penegakan.

    2.2 Melakukan Pembinaan / Operasi yang profesional guna

    Penegakan supremasi Hukum.

    2.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia

    3. Meningkatkan Peran Perlindungan Masyarakat

    3.1 Pembinaan Kelompok Pendukung Kantrantibmas di desa

    3.2 Pembangunan / Penyediaan Sarana Pendukung Pos-pos

    Ronda/ Keamanan

    4. Meningkatkan keterpaduan dan kebersamaan dengan instansi

    terkait dalam pelaksanaan tugas keamanan, ketentraman dan

    ketertiban adalah :

    - Membangun kerjasama-kerjasama dalam teknis maupun

    informasi antar instansi terkait.

  • 5. KEBIJAKAN

    Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang

    ditetapkan oleh suatu organisasi untuk dijadikan pedoman, pegangan atau

    petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/indikasi

    kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan

    strategi, sasaran, tujuan, serta misi dan visi.

    Arah Kebijakan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat

    2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

    1. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam menunjang Program dan

    kegiatan.

    2. Mengembangkan Sistim Manajemen Informasi yang terpadu atas

    implimentasi Peraturan maupun Keputusan.

    3. Membuat / melakukan kerjasama Prosedur pembinaan /operasional

    4. Meningkatkan Pembinaan Perlindungan Masyarakat Desa

    5. Mengembangkan Kerja sama teknis sistim penegakan hukum dan

    informasi yang berkelanjutan

    Berikut adalah keterkaitan Misi, Strategi dan Kebijakan Kantor Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat 2015 – 2019 dapat dilihat

    pada tabel di bawah ini :

  • TABEL STRATEGI DAN KEBIJAKAN

    SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

    KABUPATEN LOMBOK BARAT 2015 – 2019

    No Misi Strategi Kebijakan

    1 Meningkatkan pelaksanaan

    Peraturan

    Daerah,

    Keputusan Kepala

    Daerah dan

    aturan lainnya

    - Membangun suatu sistim manajemen informasi yang

    terintegrasi dengan

    penyamaan struktur data atas

    implementasi Peraturan dan

    Keputusan.

    - Adannya Standar pelayanan

    atas setiap pelayanan

    sebagai parameter

    pelaksanaan dan penegakan.

    - Meningkatkan sarana dan prasarana dalam

    menunjang Program dan

    kegiatan.

    - Mengembangkan Sistim

    Manajemen Informasi

    yang terpadu atas

    implimentasi Peraturan

    maupun Keputusan.

    2 Meningkatkan Eksistensi dan

    Profesionalisme

    Anggota Polisi

    Pamong Praja

    - Membuat prosedur –

    prosedur tetap operasional

    Pembinaan /penegakan.

    - Melakukan Pembinaan /

    Operasi yang profesional

    guna Penegakan supremasi

    Hukum.

    - Membuat / melakukan

    kerjasama Prosedur

    pembinaan /operasional

    3 Meningkatkan Peran

    Perlindungan

    Masyarakat

    - Pembinaan Kelompok Pendukung Kantrantibmas di

    desa

    - Pembangunan / Penyediaan

    Sarana Pendukung Pos-pos

    Ronda/ Keamanan

    - Meningkatkan Pembinaan Perlindungan Masyarakat

    di desa

    4 Meningkatkan keterpaduan dan

    kebersamaan

    dengan instansi

    terkait dalam

    pelaksanaan

    tugas keamanan,

    ketentraman dan

    ketertiban.

    - Membangun kerjasama –

    kerjasama teknis dan

    informasi

    - Mengembangkan Kerja

    sama teknis sistim

    penegakan hukum dan

    informasi yang

    berkelanjutan

  • C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

    Berdasarkan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 46 Tahun 2011

    tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong

    Praja Kabupaten Lombok Barat, Satuan Polisi Pamong Praja merupakan

    unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh Kepala Satuan

    yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

    melalui Sekretaris Daerah.

    Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas melaksanakan penegakan

    perda, menyelenggarakan ketertiban umum, dan ketenteraman

    masyarakat, serta perlindungan masyarakat.

    Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi :

    1. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan perda dan

    peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum, dan

    ketenteraman masyarakat, serta perlindungan masyarakat;

    2. Pelaksanaan kebijakan penegakan perda dan peraturan kepala

    daerah;

    3. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan

    ketenteraman masyarakat di daerah;

    4. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat di daerah;

    5. Pelaksanaan koordinasi penegakan perda dan peraturan kepala

    daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

    masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik

    Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya;

  • 6. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum

    agar mematuhi dan menaati penegakan perda dan peraturan kepala

    daerah; dan

    7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    Berikut ini adalah uraian tentang tugas dan fungsi Unit Kerja Satuan

    Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat :

    1. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja.

    a. Tugas Pokok

    Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala Satuan.

    Kepala Satuan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

    kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.mempunyai tugas

    pokok melaksanakan wewenang untuk memimpin,

    merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan,

    membina, mengendalikan dan mengawasi semua kegiatan

    Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat.

    b. Fungsi

    Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kepala Satuan

    mempunyai fungsi :

    1. Membantu Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.

    2. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan,

    mengkoordinasikan, membina, mengendalikan dan

    mengawasi semua kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja

    Kabupaten Lombok Barat.

    3. Mengadakan hubungan dengan Instansi lainnya untuk

    kelancaran pelaksanaan tugas.

    4. Melakukan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

  • 2. Sub Bagian Tata Usaha

    Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

    yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

    Kepala Satuan.

    a. Tugas Pokok

    Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan

    dan menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi

    kepada seluruh unit organisasi di lingkungan satuan

    b. Fungsi

    Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada

    Pasal 4, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

    1. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Sub Bagian;

    2. penyelenggaraan administrasi umum, rumah tangga, dan

    perlengkapan;

    3. penyelenggaraan administrasi keuangan dan kepegawaian;

    4. pelaksanaan pembinaan pelaksanaan administrasi umum,

    keuangan, dan kepegawaian;

    5. penyelenggaraan pembinaan kelembagaan dan

    ketatalaksanaan;

    6. penyiapan bahan rancangan dan pendokumentasian

    perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, dan

    hubungan masyarakat;

    7. pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan

    8. penyusunan laporan hasil kegiatan sub bagian.

  • 3. Seksi Penegakan Peraturan Perundang-undangan

    Seksi Penegakan Peraturan Perundang-undangan dipimpin oleh

    Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

    kepada Kepala Satuan.

    a. Tugas Pokok

    Seksi Penegakan Peraturan Perundang-undangan mempunyai

    tugas melaksanakan penegakan peraturan perundang-

    undangan di daerah.

    b. Fungsi

    Seksi Penegakan Peraturan Perundang-undangan mempunyai

    fungsi :

    1. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Seksi;

    2. penyiapan bahan pelaksanaan penegakan peraturan

    perundang-undangan di daerah;

    3. penyusunan Standar Operasional Prosedur penegakan

    peraturan perundang-undangan di daerah;

    4. koordinasi pelaksanaan penegakan peraturan perundang-

    undangan di daerah dengan instansi terkait;

    5. pelaksanaan penegakan peraturan perundang-undangan di

    daerah; dan

    6. evaluasi dan pelaporan kegiatan penegakan peraturan

    perundang-undangan di daerah.

  • 4. Seksi Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat

    Seksi Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat dipimpin oleh

    Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab

    langsung kepada Kepala Satuan.

    a. Tugas Pokok

    Kepala Seksi Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat

    mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan, koordinasi, pembinaan, bimbingan, pengendalian,

    serta penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman

    Masyarakat

    b. Fungsi

    Seksi Pembinaan Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat

    mempunyai fungsi :

    1. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Seksi;

    2. Penyusunan perencanaan pelaksanaan pembinaan

    terhadap anggota masyarakat, lembaga/badan usaha

    masyarakat dalam rangka ketenteraman dan ketertiban

    masyarakat;

    3. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan ketenteraman

    dan ketertiban masyarakat;

    4. Penyusunan Standar Operasional Prosedur pembinaan

    ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

    5. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ketenteraman dan

    ketertiban masyarakat; dan

    6. Evaluasi dan pelaporan kegiatan pembinaan ketenteraman

    dan ketertiban masyarakat di daerah.

  • 5. Seksi Pengembangan Kapasitas

    Seksi Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh Kepala Seksi yang

    berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

    Satuan.

    a. Tugas Pokok

    Seksi Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas

    meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur satuan

    b. Fungsi

    Seksi Pengembangan Kapasitas mempunyai fungsi :

    1. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Seksi;

    2. penyiapan bahan dan pedoman pelaksanaan pembinaan

    personil satuan;

    3. pengembangan metode pendidikan dan latihan,

    keterampilan khusus dalam hal-hal peningkatan kualitas

    Polisi Pamong Praja, dan pembinaan personil untuk

    kelancaran tugas-tugas operasional;

    4. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan peningkatan

    kapasitas satuan;

    5. kerjasama pengembangan kapasitas sumber daya personil

    satuan dengan daerah lain; dan

    6. evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan kapasitas

    personil satuan.

    6. Seksi Sarana dan Prasarana

    Seksi Sarana dan Prasarana dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada

    di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Satuan.

  • a. Tugas Pokok

    Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas memberikan

    dukungan sarana dan prasarana pelaksanaan tugas dan fungsi

    satuan

    b. Fungsi

    Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi :

    1. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Seksi;

    2. penyiapan dukungan sarana dan prasarana dalam

    pelaksanaan tugas operasional satuan;

    3. pengadaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas

    operasional satuan;

    4. pemeliharaan sarana dan prasana satuan; dan

    5. evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan seksi

    7. Seksi Perlindungan Masyarakat

    Seksi Perlindungan Masyarakat Kepala Seksi yang berada di bawah

    dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Satuan.

    a. Tugas Pokok

    Seksi Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas

    melaksanakan kegiatan perlindungan masyarakat di daerah

    b. Fungsi

    Seksi Perlindungan masyarakat mempunyai fungsi :

    1. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Program

    Kerja Seksi;

    2. penyusunan dan perumusan kebijakan perlindungan

    masyarakat di daerah;

  • 3. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis perlindungan

    masyarakat di daerah;

    4. koordinasi pelaksanaan kegiatan perlindungan masyarakat

    di daerah dengan instansi terkait;

    5. pelaksanaan kegiatan perlindungan masyarakat di daerah;

    dan

    6. evaluasi dan pelaporan kegiatan perlindungan masyarakat.

    D. PROGRAM DAN KEGIATAN

    Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan

    yang dilaksanakan oleh suatu organisasi sebagai upaya untuk

    mengimplementasikan strategi dan kebijakan serta dalam rangka

    mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi.

    Program/kegiatan yang sumber dana dari APBD

    1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan Kegiatan :

    • Penyediaan jasa Surat Menyurat

    • Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik

    • Penyediaan jasa Pemeliharaan dan Perijinan Kendaraan

    Dinas/Operasional

    • Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan

    • Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

    • Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja

    • Penyediaan Alat Tulis Kantor

    • Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

    • Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan

    Kantor

  • • Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan kantor

    • Penyediaan Bahan Bacaan dan peraturan perundang-undangan

    • Penyediaan Makanan dan Minuman

    • Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar daerah

    • Penyediaan jasa Tenaga kerja Administrasi Perkantoran

    2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dengan

    kegiatan

    • Pembangunan Gedung Kantor

    • Pengadaan Kendaraaan Dinas

    • Pengadaan Peralatan Gedung kantor

    • Pengadaan Mebeleur

    • PemeliharaanRutin/Berkala gedung Kantor

    • Pemeliharaan Rutin/ Berkala Kendaraan Dinas/Operasional

    • Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebeleur

    • Rehabilitasi Sedang/Berat Kendaraan Dinas/ Operasional

    3. Program Penngkatan Disiplin Aparatur dengan Kegiatan :

    • Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya

    4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dengan

    kegiatan :

    • Pendidikan dan Pelatihan Formal

    5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian

    Kinerja dan Keuangan dengan Kegiatan :

    • Penyusunan laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi

    Kinerja SKPD

    6. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

    • Pembangunan Pos Jaga/Ronda

    • Pengendalian kebisingan, dan Ganguan dari Kegiatan

    Masyarakat

  • • Pengendalian keamanan Lingkungan

    7. Program Pemeliharaan kantrantibmas dan Pencegahan tindak

    kriminal

    • Pengawasan pengendalian dan Evaluasi Kegiatan Pol PP

    • Peningkatan Kerjasama dengan Aparat Keamanan Dalam teknik

    Pencegahan Kejahatan

    • Kerjasama Pengembangan Kemampuan Aparat POLPP dengan

    TNI/POLRI danKejaksaan

    • Peningkatan Kapasitas Aparat Dalam Rangka Pelaksanaan

    Siskamswakarsa

    8. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan

    Keamanan

    • Pembentukan Satuan Keamanan Lingkungan di Masyarakat

    9. Program Peningkatan Pembrantasan Penyakit Masyarakat

    • Penyuluhan Pencegahan Peredaran/Penggunaan Minuman

    Keras dan Narkoba

    • Penyuluhan Pencegahan Berkembangnya Praktek Prostitusi

    • Penyuluhan Pencegahan danPenertiban AksiPremanisme

    • Penyuluhan pencegahan peredaran uang palsu

    • Penyuluhan pencegahan dan penetiban tindak penyelundupan

    • Penyuluhan pencegahan praktek perjudian

    • Penyuluhan pencegahan eksploitasi anak dibawah umur

    • Monitoring, evaluasi dan pelaporan

  • E. DAFTAR RESIKO

    Identifikasi Resiko pada Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten Lombok

    Barat dilakukan oleh kepala tata Usaha dan seluruh kepala seksi. Adapun

    hasil identifikasi resiko lebih rinci dituangkan pada tabel. 1 berikut :

    Tabel. 1 daftar resiko dan faktor penyebabnya

    No Resiko Teridentifikasi Faktor Penyebab

    1. Resiko managemen data / informasi

    implementasi Perda dan Keputusan

    Kepala Daerah

    Kurangnya struktur data dan

    sistem manajemen informasi

    yang terintegrasi

    2. Resiko penegakan Perda yang

    kurang efektif

    Kurangnya sistem penegakan

    yang terpadu

    3. Resiko standar / parameter

    pelayanan atas pelaksanaan Perda

    Standar / parameter pelaksanaan

    terkadang tidak bisa dijabarkan

    secara matematis

    4. Resiko munculnya ego sektoral Adanya ego leading sektor

    pelaksanaan Perda

    5. Resiko ketaatan masyarakat atas

    Perda

    Kurangnya sosialisasi atas Perda

    kepada masyarakat

    6. Resiko kurangnya tenaga PPNS Kurangnya pelatihan PPNS yang

    diselenggarakan oleh instansi

    yang berwenang

    7. Resiko kurangnya fasilitas

    keamanan pada pos penjagaan

    Tidak adanya anggaran

    pengadaan pos penjagaan,

    kalaupun ada pos penjagaan

    pemanfaatannya kurang

    difungsikan oleh masyarakat,

    karena kurangnya sosialisasi

    keberadaan pos keamanan

  • 8. Resiko kurangnya kegiatan

    pembinaan dan operasi

    Terbatasnya anggaran yang ada

    F. AKIBAT-AKIBAT YANG DITIMBULKAN

    Setelah resiko dapat diidentifikasi, selanjutnya dilakukan penilaian akibat

    dari resiko tersebut bagaimana akibatnya bila risiko itu tidak segera

    ditangani. Akibat dari risiko yang telah diidentifikasi pada SatPolPP

    Kabupaten Lombok Barat dituangkan dalam tabel. 2 berikut :

    Tabel. 2 Daftar risiko dan akibat yang ditimbulkan :

    No Resiko teridentifikas Akibatnya

    1. Resiko managemen data / informasi

    implementasi Perda dan Keputusan

    Kepala Daerah

    Efektifitas atas pelaksanaan

    Perda dan Keputusan Kepala

    Daerah tidak dapat dilaksanakan

    secara efesien dan evaluasi

    secara cepat dan tepat

    2. Resiko penegakan Perda yang

    kurang efektif

    Tidak adanya kepastian hukum

    atas penegakan Perda

    3. Resiko standar / parameter

    pelayanan atas pelaksanaan Perda

    Standar pelayanan sulit untuk

    dikembangkan / dijabarkan lebih

    luas

    4. Resiko munculnya ego sektoral Adanya kesalah pahaman atas

    penindakan pelanggar aturan

    5. Resiko ketaatan masyarakat atas

    Perda

    Adanya kegiatan-kegiatan yang

    tidak memiliki ijin

    6. Resiko kurangnya tenaga PPNS Penyidikan para pelanggar aturan

    tidak dapat diselesaikan dengan

    cepat

  • 7. Resiko kurangnya fasilitas

    keamanan pada pos penjagaan

    Ancaman keamanan pos

    penjagaan menjadi lebih tinggi

    Resiko kurangnya kegiatan

    pembinaan dan operasi

    Pembinaan dan operasi terhadap

    masyarakat menjadi terbatas

    G. MENGUKUR KEMUNGKINAN (PROBABILITY)

    Langkah berikutnya adalah mengukur kemungkinan terjadinya resiko, cara

    pengukuran dilakukan dengan menggunakan form sesuai dengan tabel 3.

    Data yang tertuang dalam tabel 3, merupakan data dari 10 responden

    pegawai SatPolPP, namun hanya ditampilkan 5 responden karena

    keterbatasan penyajian.

    Kemungkinan terjadinya atas resiko yang telah diidentifikasi pada

    SatPolPP Kabupaten Lombok Barat dituangkan pada tabel. 3

    Tabel .3 Kemungkinan Terjadinya Resiko.

    UNSUR RESIKO KEMINGKINAN (PROBABILITY )

    Nama Resiko Kode Resiko

    Pendapat Responden Rata-rata

    A B C D E

    Resiko managemen data / informasi implementasi Perda dan Keputusan Kepala Daerah

    #1 5 2 5 3 5 4

    Resiko penegakan Perda yang kurang efektif

    #2 4 2 3 5 3 3,4

    Resiko standar / parameter pelayanan atas pelaksanaan

    Perda

    #3 4 4 3 4 4 3,8

    Resiko munculnya ego

    sektoral

    #4 2 3 4 3 4 3,2

    Resiko ketaatan masyarakat

    atas Perda

    #5 4 3 4 4 3 3,6

  • Resiko kurangnya tenaga

    PPNS

    #6 4 3 3 3 3 3,2

    Resiko kurangnya fasilitas keamanan pada pos

    penjagaan

    #7 4 3 4 5 4 4

    Resiko kurangnya kegiatan

    pembinaan dan operasi

    #8 4 2 4 4 4 3,6

    Tabel berikut digunakan untuk mengukur kemungkinan terjadinya resiko.

    1 – Hampir tidak pernah terjadi

    2 – Jarang terjadi

    3 – Mungkin terjadi

    4 – Sering terjadi

    5 – Hampir pasti terjadi

  • H. MENETAPKAN DAMPAK RISIKO

    Menetapkan dampak dari seluruh risiko yang telah diidentifikasi adalah

    langkah selanjutnya. Diberikan 5 kriteria dampak dari risiko yang

    teridentifikasi yaitu dari 1- yang artinya dampak yang ditimbulkan tidak

    berarti, begitu selanjutnya sampai skor 5 – yang artinya dampaknya luar

    biasa/bencana. Rincian skor dari 1 – 5 sesuai dengan tabel 4 berikut.

    Tabel 4. Kriteria Skor Dampak dari risiko yang teridentifikasi.

    Skor Definisi/Kriteria

    1 1 - Tidak berarti Agak mengganggu pelakasanaan kegiatan

    Tidak menimbulkan keterlamabatan pencapaian sasaran

    Kerugian kurang dari Rp. 5.000.000,-

    Tidak berdampak pada pencapaian tujuan secara umum

    2 - Kecil Cukup mengganggu pelaksanaan kegiatan

    Menimbulkan keterlambatan pencapaian tujuan organisasi

    Terjadi penambahan biaya yang tidak dianggarkan

    Berdampak pada pandangan negative terhadap institusi dalam skala nasional

    3 – Sedang Mengganggu pelaksanaan kegiatan secara signifikan

    Adanya ancaman dan menimbulkan kegagalan pelaksanaan kegiatan

    Terjadi penambahan biaya yang tidak dianggarkan

    Mengganggu pencapaian organisasi secara signifikan

    4 – Besar Terganggunya pelaksanaan kegiatan lebih dari 1 minggu

    Adanya ancaman dan menimbulkan kegagalan pelaksanaan kegiatan dan membutuhkan perubahan

    Terjadi penambahan biaya yang tidak dianggarkan

    Sebagaian target sasaran organisasi gagal tercapai

    5 – Luar Biasa/Bencana Terganggunya pelaksanaan kegiatan lebih dari 1 bulan

    Adanya ancaman dan menimbulkan kegagalan pelaksanaan kegiatan

    Terjadi KKN yang diproses secara hukum

    Sebagaian besar target sasaran organisasi gagal tercapai

    I. PETA RISIKO

    Dengan menggunakan 5 kriteria dampak risiko maka selanjutnya dilakukan

    pengisian dari responden pegawai Bappeda atas dampak yang ditimbulkan

    dengan menggunakan form seperti pada tabel 5.

    Pengisian format dampak akan risiko diisi oleh 10 orang, namun

    keterbatasan penyajian maka hanya 5 responden yang disajikan.

    Lebih lanjut hasil penilaian terhadap dampak risiko dituangkan

    pada tabel 5 berikut.

  • Tabel 5. Risiko dan dampak risiko

    UNSUR RESIKO KEMINGKINAN (PROBABILITY )

    Nama Resiko Kode Resiko

    Pendapat Responden Rata-rata

    A B C D E

    Resiko managemen data / informasi implementasi Perda

    dan Keputusan Kepala Daerah

    #1 5 2 5 3 5 4

    Resiko penegakan Perda yang kurang efektif

    #2 4 2 3 5 3 3,4

    Resiko standar / parameter pelayanan atas pelaksanaan

    Perda

    #3 4 4 3 4 4 3,8

    Resiko munculnya ego

    sektoral

    #4 2 3 4 3 4 3,2

    Resiko ketaatan masyarakat

    atas Perda

    #5 4 3 4 4 3 3,6

    Resiko kurangnya tenaga

    PPNS

    #6 4 3 3 3 3 3,2

    Resiko kurangnya fasilitas

    keamanan pada pos penjagaan

    #7 4 3 4 5 4 4

    Resiko kurangnya kegiatan

    pembinaan dan operasi

    #8 4 2 4 4 4 3,6

    J. PENILAIAN RISIKO

    Kriteria penilaian Risiko

    Penilaian risiko dilakukan dengan memadukan atau mengalikan unsure konsekuensi dari risiko yang timbul dengan kemungkinan terjadinya

    (likelihood).

    Konsekuensinya dibagi dalam 5 kriteria dari yang tidak signifikan sampai Katastropik (bencana), sedangkan intensitas kemungkinan terjadinya juga

    dibagi dalam 5 kriteria dari kemungkinan terjadinya sangat jarang sampai hampir pasti terjadi.

  • Penilaian risiko dilakukan dengan mempedomani criteria seperti yang telah dituangkan pada tabel 6.

    Tabel 6. Kriteria penilaian risiko kemungkinan terjadinya vs konsekuensinya.

    Konsekuensi

    Likelihood

    1 2 3 4 5

    Sangat jarang

    Jarang Moderat Sering Hampir pasti

    1 – Tidak Signifikan 1 2 3 4 5

    2 – Minor 2 4 6 8 10

    3 – Moderat 3 6 9 12 15

    4 – Major 4 8 12 16 20

    5 – Katastropik 5 10 15 20 25

    Kriteria Penerimaan (Acceptence Risiko)

    Tidak semua risiko yang telah teridentifikasi dapat diterima oleh semua

    pihak, untuk mengukur penerimaan akan risiko telah dilakukan penilaian

    terhadap 10 responden dengan menggunakan criteria pada tabel 7. Berikut

    Tabel 7. Kriteria penerimaan risiko dan pejabat yang bertanggungjawab

    Level Risiko Kriteria untuk manajemen Risiko Yang

    bertanggungjawab

    1 – 3 Dapat diterima Dengan pengendalian yang cukup

    Kepala Satuan dan semua Kepala Seksi

    4 – 6 Dipantau Dengan pengendalian yang cukup

    Kepala Seksi

    6 – 9 Diperlukan Pengendalian manajemen

    Dengan pengendalian yang cukup

    Kepala Seksi

    10 – 14 Harus menjadi perhatian manajemen

    Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang baik (excellent)

    Kepala tata Usaha dan Kepala Seksi

    15 – 25 Tak dapat diterima ( unacceptable)

    Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent)

    Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

  • Penilaian Kriteria penerimaan terhadap Risiko dan dampak yang ditimbulkan,

    telah dilakukan dengan cara mengisi Form pada tabel 8. Data yang disajikan pada tabel

    8, merupakan data hasil dari 10 responden, maka didapat rata-rata tingkat penerimaan

    dan dampak yang mungkin ditimbulkan, selengkapnya disajikan pada tabel 9 berikut.

    Tabel .8 Tingkat penerimaan risiko dan dampak yang mungkin ditimbulkan

    UNSUR RESIKO KEMINGKINAN (PROBABILITY )

    Nama Resiko Kode Resiko

    Pendapat Responden Rata-rata

    A B C D E

    Resiko managemen data / informasi implementasi Perda

    dan Keputusan Kepala Daerah

    #1 5 2 5 3 5 4

    Resiko penegakan Perda yang kurang efektif

    #2 4 2 3 5 3 3,4

    Resiko standar / parameter pelayanan atas pelaksanaan

    Perda

    #3 4 4 3 4 4 3,8

    Resiko munculnya ego

    sektoral

    #4 2 3 4 3 4 3,2

    Resiko ketaatan masyarakat

    atas Perda

    #5 4 3 4 4 3 3,6

    Resiko kurangnya tenaga

    PPNS

    #6 4 3 3 3 3 3,2

    Resiko kurangnya fasilitas keamanan pada pos

    penjagaan

    #7 4 3 4 5 4 4

    Resiko kurangnya kegiatan

    pembinaan dan operasi

    #8 4 2 4 4 4 3,6

  • K. PEMETAAN RISIKO

    Sebagai hasil akhir dari penilaian risiko adalah pemetaan risiko. Hasil

    pemetaan risiko digunakan untuk menetapkan langkah-langkah

    pengendalian risiko dalam kegiatan pengendalian yang merupakan

    unsur ke-3 dalam SPIP

    Hasil dari kemungkinan terjadinya risiko (probability) dengan dampak

    yang terjadi (impact), maka keduanya digabung dalam satu lembar kerja

    penetapan status risiko. Penetapan risiko pada SatpolPP Kabupaten

    Lombok Barat, dituangkan dalam Dokumen “STATUS RISIKO

    SATPOLPP KABUPATEN LOMBOK BARAT”.

  • STATUS RISIKO

    SKPD : SATPOLPP KABUPATEN LOMBOK BARAT

    VISI : “TERWUJUDNYA KONDISI YANG AMAN, TENTRAM DAN TERTIB GUNA MENUNJANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN MENUJU MASYARAKAT LOMBOK

    BARAT YANG UNGGUL, MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERMARTABAT DILANDASI NILAI PATUT PATUH

    PATJU”. MISI : 1. Meningkatkan pelaksanaan Peraturan Daerah,

    Keputusan Kepala Daerah dan aturan lainnya.

    2. Meningkatkan Eksistensi dan Profesionalisme

    Anggota Polisi Pamong Praja

    3. Meningkatkan Peran Perlindungan Masyarakat

    4. Meningkatkan keterpaduan dan kebersamaan

    dengan instansi terkait dalam pelaksanaan tugas

    keamanan, ketentraman dan ketertiban.

    TUJUAN :

    1. Meningkatkan pelaksanaan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah

    dan aturan lainnya, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tujuan

    untuk Meningkatkan Kinerja atas Pelaksanaan Peraturan Daerah,

    Keputusan Kepala Daerah dan aturan lainya yang dilaksanakan oleh SKPD

    2. Meningkatkan Eksistensi dan Profesionalisme Anggota Polisi Pamong Praja

    dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tujuan Meningkatkan Kinerja

    Satuan Polisi Pamong Praja

    3. Meningkatkan Peran Perlindungan Masyarakat dalam pelaksanaan tugas

    pokok dan fungsi tujuan Meningkatkan Peran Masyarakat dalam menjaga

    Ketentraman dan Ketertiban di desa

  • 4. Meningkatkan keterpaduan dan kebersamaan dengan instansi terkait dalam

    pelaksanaan tugas keamanan, ketentraman dan ketertiban dalam

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tujuan Meningkatkan KerjasamaTeknik

    dan Informasi yang berkelanjutan

  • HASIL PENILAIAN RESIKO

    Setelah dilakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya dan dampak yang

    ditimbulkan oleh masing-masing resiko, selanjutnya dilakukan mapping antara

    kemungkinan terjadinya dengan dampak yang ditimbulkan dan penerimaan terhadap

    resiko tersebut. Dalam hal ini berarti sejauh mana resiko yang ada dapat ditolerir,

    sehingga dapat ditentukan langkah-langkah manajemen dalam pengendaliannya.

    Seluruh hasil terhadap penilaian resiko tertuang pada Tabel. 9 dibawah ini.

    Tabel 9. Status Risiko Bappeda Kabupaten Lombok Barat.

    No. Risiko

    Kemungkinan Dampak

    Status Rata-

    rata

    Kategori Rata-

    rata

    Kategori

    1. Resiko managemen

    data / informasi

    implementasi Perda

    dan Keputusan Kepala

    Daerah

    4,25 Hampir pasti

    terjadi 2,66 Sedang Urgen (harus

    menjadi perhatian

    manajemen

    2. Resiko penegakan

    Perda yang kurang

    efektif

    3,58 Sering terjadi 2,91 Sedang Urgen (harus

    menjadi perhatian

    manajemen

    3. Resiko standar /

    parameter pelayanan

    atas pelaksanaan

    Perda

    3,25 Sering terjadi 2,83 Sedang Diperlukan

    pengendalian

    manajemen

    4. Resiko munculnya ego

    sektoral

    3,33 Sering terjadi 3,58 Besar Urgen (harus

    menjadi perhatian

    manajemen

    5. Resiko ketaatan

    masyarakat atas Perda

    3,41 Sering terjadi 3,08 Besar Urgen (harus

    menjadi perhatian

    manajemen

    6. Resiko kurangnya

    tenaga PPNS

    3,25 Sering Terjadi 3,58 Besar Urgen (harus

    menjadi perhatian

    manajemen

  • 7. Resiko kurangnya

    fasilitas keamanan

    pada pos penjagaan

    2,83 Mungkin

    terjadi 2,66 Sedang Diperlukan

    pengendalian

    manajemen

    8. Resiko kurangnya

    kegiatan pembinaan

    dan operasi

    3,33 Sering terjadi 2,66 Sedang Diperlukan

    pengendalian

    manajemen

    Untuk memudahkan memberikan gambaran hasil perhitungan status resiko

    biasanya diberikan warna yang mencolok seperti warna Merah untuk yang status

    resikonya tinggi, kuning untuk yang menengah dan seterusnya, seperti yang tertera

    pada Tabel. Berikut

    DAMPAK

    K

    E

    M

    U

    N

    G

    K

    I

    N

    A

    N

    1 – Tidak

    berarti

    2 - Kecil 3 - Sedang 4 - Besar 5 – Luar

    Biasa

    5 – Hampir pasti

    terjadi 5 10 15 20 25

    4 – Sering terjadi 4 8 12 16 20

    3 – Mungkin terjadi 3 6 9 12 15

    2 – Jarang terjadi 2 4 6 8 10

    1 – Hampir tdk

    terjadi 1 2 3 4 5

  • TERHADAP RESIKO

    Respon terhadap resiko terdiri dari beberapa pilihan, yaitu :

    1. Menghindarkan resiko (avoid) dengan cara tidak memulai atau

    melanjutnkan kegiatan yang meningkatkan resiko. Penghindaran resiko

    dapat menjadi tidak tepat jika individu atau organisasi bersifat menolak

    risiko (risk averse). Penghindaran risiko secara tidak tepat justru dapat

    meningkatkan signifikansi risiko lainnya atau mengakibatkan hilangnya

    peluang memperoleh manfaat.

    2. Mengubah kemungkinan munculnya risiko (abate), agar mengurangi

    kemungkinan hasil yang negative.

    3. Mengubah konsekuensinya (mitigate), agar mengurangi tingkat ketidak

    sesuaian hasil perencanaan. Hal ini meliputi ukuran-ukuran pra kejadian

    seperti pengurangan alokasi anggaran, perubahan anggaran terlalu

    sering dengan volume yang tinggi.

    4. Berbagi risiko (share), Hal ini melibatkan pihak lain dalam menanggung

    atau berbagi sebagaian risiko, terutama dengan consensus.

    Mekanismenya meliputi kerjasama dengan akademisi, pakar dan staf ahli,

    kemitraan dan lainnya. Umumnya terdapat biaya financial atau manfaat

    terkait dengan pembagian risiko dengan organisasi lain.

    5. Mempertahankan risiko (retain). Maksudnya adalah risiko tersisa yang

    tidak dapat ditangani atau dampak dari risiko tersebut tidak terlalu

    merugikan organisasi, maka aka nada risiko yang tersisa yang dikatakan

    risiko yang dipertahankan.

  • PENUTUP

    Penilaian Risiko yang diawali dari identifikasi risiko dan diakhiri dengan

    penetapan Status Risiko, disamping merupakan suatu kewajiban pimpinan dalam

    penerapan SPIP digunakan juga sebagai alat dalam mengantisipasi segala

    kemungkinan yang akan terjadi yang dapat menhambat pencapaian tujuan

    organisasi.

    Penilaian risiko pada Bappeda kabupaten Lombok Barat, kami rasa

    masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati kami

    harapkan dari para pengguna, pembaca Dokumen penilaian risiko ini dapat

    memberikan masukan, saran untuk perbaikan, sehingga kedepan dokumen

    penilaian risiko dapat lebih baik dalam kualitas penulisan, materi yang disajikan,

    mudah dimengerti dan tepat sasaran.

    Semoga apa yang telah ditulis dan dicontohkan dalam tahapan penilaian

    risiko, dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan, dan segala

    yang kita perbuat mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa, dicatat sebagai

    amal ibadah kita semua serta bermanfaat bagi orang banyak, amin.

    Gerung, Mei 2016

    Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok Barat

    BAIQ YENI SATRIANI. EKAWATI.S.SOS

    NIP. 19660306 198608 2 003