Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik FIX.docx
description
Transcript of Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik FIX.docx
Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik
A. Pengertian Implementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
kebijakan yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang
Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka
implementasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat
tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai
dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan
hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat
karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah
sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi kebijakan
juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam
kebijakannya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat,
permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau
menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara
rancangan dengan implementasi. Rancangan kebijakan dan implementasi
kebijakan adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam
hubungannya (konsep linearitas) dalam arti implementasi mencerminkan
rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman aktor lapangan yang terlibat
dalam proses sebagai inti kebijakan untuk memahami perancangan kebijakan
dengan baik dan benar.
B. Pedoman Umum Implementasi
1. Perlunya Pedoman Implementasi Pancasila
Setelah hakikat Pancasila dapat dipahami secara tepat, benar dan
mendalam terutama mengenai konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di
dalamnya, maka Pancasila diyakini memiliki kapasitas yang handal untuk
mengarahkan perjuangan mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia.
Di depan telah diuraikan bahwa kebenaran dan ketangguhan Pancasila
tidak perlu diragukan lagi. Namun tanpa pemahaman oleh masyarakat luas secara
mendalam terhadap konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya,
disertai dengan sikap, kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan serta
mengantisipasi perkembangan zaman, Pancasila akan memudar dan tidak dapat
bertahan. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan melalui implementasi
Pancasila perlu dilaksanakan secara tepat dan benar, sehingga masyarakat dapat
bersikap dan bertindak secara tepat dalam memperkokoh dan mempertahankan
Pancasila. Untuk itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat dipergunakan oleh
masyarakat, sebagai pegangan mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan
benar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Sistem, Struktur dan Strategi Implementasi Pancasila.
Setiap upaya untuk mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, pertama-tama perlu didasari oleh
pemahaman terhadap maksud dan tujuannya, selanjutnya apa dan bagaimana
implementasi tersebut diselenggarakan, siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan
bagaimana cara yang sebaiknya diterapkan, serta bentuk kelembagaan yang
diperlukan. Hal ini perlu dicantumkan dalam Pedoman Umum agar semua pihak
faham mengenai siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana.
a. Maksud dan Tujuan Implementasi Pancasila
Maksud Implementasi Pancasila :
1) Mengembangkan pola fikir dan pola tindak berdasar pada konsep, prinsip,
dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2) Mengembangkan sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan menjaga
kelestarian Pembukaan UUD 1945.
3) Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan demokrasi dan
HAM berdasarkan Pancasila.
4) Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan yang sejalan dan tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai
dasar negara.
5) Mengembangkan pola pikir Bhinneka Tunggal Ika yang berwujud sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.
6) Mengembangkan pemikiran baru dalam menghadapi perkembangan
zaman tentang Pancasila tanpa meninggalkan jatidirinya.
Tujuan implementasi Pancasila :
1) Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan
kebenaran Pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan hidup bangsa,
dan dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan dan kemampuan
mengimplementasi-kan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.
b. Sasaran Implementasi
Berdasarkan kesepakatan bangsa, Pancasila adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka konsekuensinya setiap warganegara harus
memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila. Pada dasarnya setiap warga negara telah memiliki pemahaman terhadap
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, dengan latar belakang pengalaman
dan pendidikan masing-masing. Demi efektivitas dan efisiensi, perlu dipilih
kelompok sasaran yang strategis yang mempunyai dampak ganda (multiplier
effect)yang tinggi, antara lain :
elit politik;
insan pers;
anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif pusat dan daerah;
tokoh agama, pemuda, adat
pengusaha;
dengan harapan agar mereka menjadi teladan dalam mengimplementasikan
Pancasila. Sasaran berikutnya baru masyarakat secara luas.
C. Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara di Bidang
Politik
1. Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
A. Badan imigrasi memiliki kebijakan tentang pembuatan visa yaitu jika
warga negara Indonesia yang ingin membuat visa untuk bepergian ke
luar negeri dan warga negara Indonesia itu mempunyai nama yang
berbau islami seperti Muhammad, Khumaeroh, dipersulit dalam
pembuatannya. Karena, nama – nama islam itu telah dicap sebagai
teroris.
B. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan beragama. Kebijakan
pemerintah tersebut diatur dalam undang – undang dasar pasal 28 E ayat
(1) yang berbunyi “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. “ maksud
pengaturan disini adalah pemerintah membebaskan beragama akan tetapi
pemerintah tetap mengawasi agama – agama tersebut supaya tidak keluar
dari jalurnya dan tidak ada agama – agama yang tidak diakui.
2. Sila ke-2 : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pemerintah mengirim kontingen Garuda sebanyak 27 kontingen ke berbagai
negara. Seperti, Kongo, Vietnam, Lebanon, untuk menyelesaikan konflik disana.
Salah satu kontingen terbaru yang dikirim adalah Kontingen Garuda Indonesia
XXVII.
Kontingen Garuda XXVII - 1 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur
bertugas sejak tanggal 21 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 21 Agustus 2009
dalam satgas Milobs dipimpin oleh Mayor Pnb Destianto Nugroho.
Kontingen Garuda XXVII - 2 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur
bertugas sejak tanggal 8 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2011
dalam satgas Milobs dipimpin oleh Letkol CHK Tiarsen, yang didukung oleh 2
personil.
Kontingen Garuda XXVII - 3 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur
bertugas sejak tanggal 14 Februari 2011 sampai dengan tanggal 14 Februari 2012
dalam Satgas Military Observer dengan beranggotakan Mayor Arh Irwan
Setiawan, Mayor Kal Bambang Witono dan Kapten Laut (P) Dian Wahyudi serta
Satgas Military Staff atas nama Mayor Kal R.Akhmad Wahyuniawan yang
bertugas sebagai Staff Officer Air Operation UNAMID Headquarter - El Fasher.
3. Sila ke-3 : Persatuan Indonesia
Pemerintah melakukan mediasi Tanah Adat Bulukumba. Pemerintah turun
tangan untuk melakukan mediasi karena ada sengketa lahan pertambangan antara
PT London Sumatera (Lonsum) dengan warga Halmahera Barat (Maluku Utara)
di kawasan pertambangan PT Nusa Halmahera Mineral (NHM). Akan tetapi
mediasi tersebut belum berhasil karena adanya pelanggaran HAM saat rakyat
bulukumba melakukan reclaiming terhadap tanah ulayat mereka yang dikuasai
Lonsum, sedikitnya empat warga Bulukumba tewas tertembak dan belasan
lainnya hilang. Walaupun proses mediasi tersebut belum berhasil, akan tetapi
sudah ada upaya pemerintah untuk mempersatukan sekelompok orang yang
berselisih.
4. Sila ke-4 : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Kebebasan mengeluarkan pendapat diatur pemerintah dalam pasal 28 E ayat
(3), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat”. implementasi dari pasal ini adalah banyak
munculnya LSM dan demo – demo.
Kebijakan pemerintah saat ini dapat lebih memberikan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat dibandingkan pada saat Orde Baru. Contohnya pada saat
Orde Baru kebebasan pers sangat dibatasi, pengkritikan dinilai melanggar hukum.
Berkebalikan dengan saat ini dimana kita justru didorong untuk menyalurkan
aspirasi terhadap pemerintah.
5. Sila ke-5 : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
A. Dalam rangka mengefisienkan sumber daya energi dalam bentuk bahan
bakar minyak bersubsidi (premium), pemerintah mengeluarkan kebijakan
pembatasan penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan – kendaraan
instansi pemerintah (plat merah) dan BUMN.
B. Pemerintah mengeluarkan Askes bagi rakyat yang kurang mampu agar
kesehatannya terjamin.
C. Pemerintah memberikan pinjaman untuk masyarakan menengah kebawah
untuk membuat suatu usaha (UKM) dalam rangka perbaikan
kesejahteraan rakyat.