IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

59
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MATERI FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Rahmat Hidayat 105 19 11013 16 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M SURAT PERNYATAAN

Transcript of IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

1

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM PADA MATERI FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH

ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN

BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar

Oleh

Rahmat Hidayat

105 19 11013 16

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1442 H/ 2020 M

SURAT PERNYATAAN

2

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rahmat Hidayat

NIM : 105 19 11013 16

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,

saya menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapapun ).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 20 November 2020

Yang membuat pernyataan

Rahmat Hidayat NIM: : 105 19 11013 16

iii

3

ABSTRAK

Rahmat Hidayat 105 19 11013 16, 2020. Implementasi Model Problem

Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada

mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Dibimbing

Oleh Nurhidaya Muchtar dan Ya`kub.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Agama Islam pada materi Fiqih melalui model pembelajaran Problem Based

Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

classroom action research yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus

yang terdiri dari empat yahap, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan,

Observasi dan Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten

Gowa yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.

Hasil dari penelitian in,i menunjukkan bahwa 1.) pada siklus I siswa yang

mencapai ketuntasan 22 orang atau 70,97 %. orang dan siswa yang tidak tuntas 9

orang atau 29,03 % orang sedangkan pada siklus II semua siswa yang mencapai

ketuntasan yaitu 31 orang atau 100 %. Implementasi Model Problem Based

Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Materi

Fiqih, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang di inginkan peneliti pada

awal peneliti sudah tercapai sehingga, peneliti ini dapat dikatakan berhasil dan

tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

Kata Kunci : Implementasi Model Problem Based Learning, Hasil

Belajar,PAI.

iv

4

Moto

Dunia bukanlah akhir dari segalanya

Melainkan hanya persinggahan dari sebuah

Perjalanan yang panjang untuk kembali

Kepada sang pencipta…..

Kupersembahkan untuk……………..

Kedua orang tuakudan saudara saudaraku yang menjadi

pendorong dalam

mencapai keberhasilanku

v

5

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

D. Manfaat .................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Implementasi Problem Based Learning .................................................. 7

B. Hasil Belajar .......................................................................................... 14

C. Tinjauan Pendidikan Agama Islam ....................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 24

B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 24

C. Faktor yang diselidiki ............................................................................ 24

D. Prosedur Penelitian................................................................................ 25

E. Instrumen Penelitian............................................................................. 27

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 28

G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 28

vi

6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 30

B. Refleksi ................................................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43

A. Kesimpulan ........................................................................................... 43

B. Saran ...................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

vii

7

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000 ............................ 29

Tabel 4.1.Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus ................. 31

Tabel 4.2 Distibusi Hasil Kemampuan Siswa Siklus I .............................. 32

Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ................................................ 33

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II ....... 34

Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Siswa siklus II ....................................... 35

Tabel 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II .............................................. 36

Tabel 4.7 Distribusi Skor Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II ........... 37

Tabel 4.8 Hasil observasi sikap siswa siklus I ............................................. 38

Tabel 4.9 Hasil observasi sikap siswa siklus II ............................................ 40

viii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan

manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air,

sehat jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya,

mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.

Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran – ukuran Islam. 1 Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam

adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama

sekaligus mengajarkan ilmu agama islam sehingga ia mampu mengamalkan

syariat islam sesuai pengetahuan yang dimiliki.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai

komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain. Masing-

masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa adalah komponen yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar,

karena yang harus mencapai tujuan penting dalam pembelajaran adalah siswa

yang belajar. Maka pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru agar

dapat menciptakan situasi yang tepat sert memberi pengaruh yang optimal bagi

siswa untuk dapat belajar dan mendaptkan hasil belajar yang maksimal. Guru

harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan

1 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Sukses Offset, 2011), h. 23.

2

mengena pada tujuan yang diharapkan. Hal penting yang harus diperhatikan

adalah menempatkan kelas sebagai ruang belajar yang mendidik, memberi

kepuasan tersendiri, dan menghasilkan praktik pendidikan yang bermutu.2

Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

telah dilaksanakan, salah satunya adalah memilih dan menentukan gaya

belajar yang sesuai dengan materi dan tidak membuat siswa bosan dalam

pembelajaran. Salah satu kendala bagi siswa saat belajar adalah kesulitan

dalam menahami, mengulang atau mengingat kembali materi yang dibaca.

Karena mereka hanya membaca dan tidak mampu mengingat kembali ketika

ditanyakan kembali materi yang telah dibacanya. Mereka membutuhkan sebuah

cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluardari

masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan

metode atau cara yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena

dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif

jika masih diterapkan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan

Kabupaten Gowa, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih yang disampaikan cederung dikuasai oleh guru dengan

metode ceramahnya yang monoton, Siswa cenderung pasif ketika proses

2 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta : GP Press Group,

2013) h. 208.

3

pembelajaran berlangsung. Siswa mengantuk dan bosan saat guru menjelaskan

materi serta hasil nilai belajar siswa yang masih dibawah kriteria ketuntasan

minimal (KKM).

Hal tersebut disebabkan karena kurang bervariasinya penggunaan

model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa.

Keadaan ini sangatlah tidak menguntungkan terutama bagi peserta didik dalam

pencapaian hasil belajar mereka. teruangkap juga masih banyak siswa yang

kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses penjelasan.

Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi

masalah yang tengah mereka hadapi. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru

untuk membantu siswa keluar dari masalah mereka adalah dengan menuntun

belajar membaca materi dengan model pembelajaran yang berbeda dari yang

biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa

dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.

Berdasarkan kondisi tersebut siswa membutuhkan inovasi model

pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa dalam meningkatkan

hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih. Salah satu

alternatif guru dalam proses pembelajaran di kelas dalam Penerapan Model

Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada materi Fiqih di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Cambajawaya. Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran

dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah

4

autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Implementasi Model

Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan

Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi

Fiqih dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning

pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat

ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa

Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan

Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa

5

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan

berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat SMA maupun

di madrasah Aliyah dan upaya pengembangan mutu dan hasil

pembelajaran yang semakin besar serta meningkatkan hasil belajar

siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata

pelajaran Fiqih.

b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) serta Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam

menyusun karya ilmiyah secara sistematik, serta lebih paham tentang

metode pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam

pembelajaran. Serta kedepannya dapat dipahami tentang model yang

dipergunakan dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan

suasana yang efektif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memilih model

pembelajaran yang efektif dan diharapkan dapat meningkatkan hasil

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.

6

b. Bagi Siswa

1) Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan

proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses

belajar mengajar dapat dipecahkan secara bersama melalui metode

pembelajaran yang digunakan.

2) Meningkatkan hasil, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam

interaksi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam serta

dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif dan inovatif.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Implementasi Problem Based Learning

a. Model Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi

pelajaran 3

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan

permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan

mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat

lebih tinggi.4

Jadi model problem based learning dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistematik untuk

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan

dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu

menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak

3 Nurhayati Abas. “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based

Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.2004. 4 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta : Ar – Ruzz Media,

2013) hlm 215

8

hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor

melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ini

sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.

Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan

model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu

masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih

solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut

sesuai dengan kemampuan siswa dari hasil pembelajaran dan pengalaman

yang dimiliki.

b. Karakteristik Problem Based Learning

Sebagai sebuah model pembelajaran Pembelajaran berbasis

masalah memiliki beberapa karakteristik yang membedaknnya dengan

yang lain. Menurut Wina Sanjaya terdapat tiga karakteristik dalam PBL

yaitu: 5

1) Aktivitas pembelajaran diarahkan agar siswa aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya

menyimpulkan,

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Tanpa

masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran,

5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 214-215

9

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir deduktif

dan induktif.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran

dengan model Problem Based Learning dimulai dengan dengan adanya

masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang

telah diketahui dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah

tersebut. Masalah yang dapat dijadikan fokus pembelajaran dapat

diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan

pengalaman-pengalaman belajar kepada siswa seperti kerjasama dalam

kelompok, pengalaman memecahakan masalah, dan membuat laporan.

Kerja sama dapat memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas

dan meningkatakan kesempatan untuk melakukan penyelidikan.

c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan Problem Based Learning adalah kemampuan untuk

berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative

pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka

menumbuhkan sikap ilmiah.

Sedangkan menurut pendapat lain mengemukakan tujuan model

Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:1) membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;2)

belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam

10

pengalaman nyata, dan 3) menjadikan para siswa yang otonom atau

mandiri.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti

menyimpulkan tujuan Problem Based Learning adalah membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar

berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam

pengalaman nyata, dan menjadi siswa yag otonom atau mandiri.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Dalam hal ini terdapat 7 langkah untuk mengaplikasikan problem

based learning dalam pembelajaran.

1) Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep belum jelas Masalah

yang diberikan umumnya mengandung fenomena-fenomena yang

memang belum dipelajari, barangkali hal-hal yang baru. Karena itu

perlu memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan

konsep yang dihadirkan. Memastikan bahwa setiap anggota melihat

situasi seperti apa yang ditunjukkan oleh masalah.

2) Langkah 2 : Merumuskan masalah Ingatlah ungkapan :

Merumuskan masalah dengan baik, sebenarnya sebagian dari

penyelesainnya. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut

penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena

itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara

fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas

dahulu.

11

3) Langkah 3 : Menganalisis masalah Pada tahap ini, kelompok

mencoba mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah

dimiliki anggota tentang masalah. Jangan hanya membatasi pada

pendiskusian informasi faktual yang ada saja (yang tercantum pada

problem), tetapi juga mencoba merumuskan penjelasan yang

mungkin dengan nalar anda. Cobalah sekreatif mungkin, dengan

meninjau dari berbagai sudut pandang. Di tahap ini, curah gagasan

perlu anda lakukan.

4) Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis

menganalisisnya. Apa yang dihasilkan di tahap ketiga, dianalisis

lebih dalam pada tahap ini. Bagian demi bagian di analisis, dilihat

keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling

menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis

adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian

yang membentuknya. Di tahap ini, anda bias merasakan ada

pengetahuan anda sebelumnya yang bermanfaat, dan jadi tahu ada

informasi atau pengetahuan yang belum anda miliki untuk

menyelesaikan masalah.

5) Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat

merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan pada langkah keempat. Inilah yang akan

menjadi dasar untuk penugasan-penugasan idividu disetiap

kelompok. Tentu saja kelompok harus memprioritaskan dan fokus

12

pada pembahasan tertentu, tidak semua pertanyaan harus dijawab

dengan kedalaman yang sama. Ini juga yang akan memberikan

kemungkinan materi pembahasan setiap kelompok berbeda, karena

setiap kelompok menaruh perhatian yang berbeda pada masalah

yang berbeda.

6) Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar

diskusi kelompok) Saat ini anda sudah mengeksplorasi pengetahuan

terkait yang anda miliki, anda sudah tau informasi apa yang anda

tidak punya, dan anda sudah punyatujuan pembelajaran. Kini

saatnya anda harus cari informasi tambahan itu, dan tentukan

dimana anda mencarinya.

7) Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi

barudari laporan-laporan individu atau subkelompok, yang

dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan

mendapatkan nformasi-informasi baru. Anggota yang mendengar

laporan haruslah mampu memahami tentang laporan yang disajikan.

Sekali lagi, pastikan apa yang disampaikan individu atau sub

kelompok ada relevansinya dengan tujuan pembelajaran dan

problem yang diberikan guru.6

6 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta : Kencana, 2009),

hlm. 73-79.

13

e. Keunggulan Model Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya, Problem Based Learning memiliki

beberapa keunggulan yaitu: 7

1) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup

bagus untuk lebih memahami isi pelajaran,

2) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan

siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru

bagi siswa,

3) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa,

4) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa

bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah

dalam kehidupan nyata,

5) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan,

6) Pemecahan masalah (Problem Solving) diangap lebih menyenangkan

dan disukai siswa,

7) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan

kemampuan-kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru,

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 220

14

8) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata, sertai. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat

mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar

sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui

Problem Based Learning dapat mendorong siswa untuk melakukan

aktivitas, memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang

mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritis, lebih menyenangkan dan disukai siswa sehingga

diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa

2. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan para peserta didik tentunya

akan terjadi perubahan dalam diri peserta didik, baik perilaku maupun hasil

belajar. Hasil belajar merupakan indicator terhadap kemampuan peserta didik

dalam menyerap atau memahami suatu mata pelajaran yang telah dipelajari.

Menurut Ahmadi mengatakan bahwa „‟Hasil belajar adalah hasil yang

dapat dicapai melalui usaha-usaha belajar yang berupa pengetahuan dan

keterampilan.8Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku serta peserta

didik melakukan serangkaian kegiatan belajar yang menyangkut kongnitif,

afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

8 Abu Ahmadi, Didaktif Metodik, (Toha Putra, Cetakan ke 1,1982), h.21

15

belajar dan pembelajar dari sisi pendidikan pembelajaran diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar dari sisi peserta didik hasil belajar adalah

merupakan pengalaman dan puncak hasil belajar.Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Berkaitan dengan Hasil belajar, tentunya hal ini tidak akan tercapai secara

maksimal, baik melalui pengalaman ataupun latihan tanpa disadari oleh diri

sendiri, hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT yaitu :

Al-quran surah Ar-Rad (13) Ayat 11, adalah sebagai berikut:

Terjemahnya :

“Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak

ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

selain Dia”.9

Ayat diatas menjelaskan bahwa keberhasilan belajar bisa diusahakan, atau

prestasi belajar yang baik bisa dicapai dengan usaha yang gigih dan tidak pernah

putus asa.

9Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan

Publishing House, 2011), h.251.

16

b) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana

dikemukakan oleh Nana Sudjana bahwa hasil belajar banyak faktor yang

terdapat dalam diri individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah

kemampuan yang dimiliki mminat dan perhatiannya sedangkan faktor eksternal

adalah proses pendidikan dan pengajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga

lingkungan adalah yaitu : Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.10

Berdasarkan pada pendapat di atas maka dapat dipahami yang

mempengaruhi hasil belajar itu pada dasarnya adalah faktor internal dan

eksternal.

Adapun faktor yang mempengaruhi CTL dalam mencapai hasil belajar

diantaranya adalah

1. Faktor internal yang meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)

psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan

kesiapan),

2. Faktor eksternal meliputi keluarga dan masyarakat.

Menurut Oemar Hamalik bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar atau prestasi belajar itu adalah sebagai berikut :

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri

10

Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru, 2001 ) h.6

17

Faktor yang bersumber dari diri sendiri, yaitu : faktor internal yang

sifatnya dari kondisi individu yang bersangkutan. Hal ini dapat berupa :

a) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas

b) Kurangnya minat dalam bahan pembelajaran

c) Kesehatan sering terganggu

d) Kecakapan mengikuti pelajaran yang rendah

e) Kebiasaan belajar yang buruk

f) Kurangnya penguasaan bahasa

Dengan demikian kondisi individu sangat mempengaruhi bagaimana

tingkat hasil belajar yang dicapainya.

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

Faktor dari lingkungan sekolah dapat terjadi dimana lingkungan sekolah

yang kurang terkordinir dengan baik mengakibatkan kondisi keberhasilan

peserta didik dalam belajar juga terlambat. Hambatlah yang dating dari sekolah

khusus guru diantaranya.

a) Cara guru memberikan pelajaran

b) Kurangnya bahan bacaan

c) Kurangnya alat dalam pelaksanan pembelajaran (tulis, peraga)

d) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik

e) Penyelenggara pelajaran yang padat

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Keluarga adalah tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama kali

sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keluarga

18

sangat berpengaruh terhadap perkembangan, sehingga pendidikan yang pertama

dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua menyadari dan mengetahui bahwa

tujuan akhir pendidikan yaitu dapat berdiri dengan hasil yang baik.

d. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Pendidikan dimasyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung

secara tidak sadar baik oleh masyarakat maupun anak didik itu sendiri. Lembaga

masyarakat turut membentuk anak dalam mendidik sebagai usaha untuk

membentuk sikap sosial, kegunaan serta menambah ilmu pengetahuan.11

3. Tinjauan Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

menyingimani ajaran agama islam dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antara umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah

Suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa

dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati

tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan

Islam sebagai pandangan hidup.12

Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa Pendidikan Agama

Islam yang dimaksud dalam kajian ini adalah :

Usaha Sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

11

Oemar Hamalik, Metode Belajar dan kesulitan-kesulitan Dalam Belajar, ( Bandung, Tarsito,1981,) h.117 12

Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Angkasa. 1992)

19

menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat

beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional. 13

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, penulis

menyimpulkan bahwa pendidkan Agama Islam adalah suatu usaha untuk

menyiapkan siswa untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam sehingga menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT dan

berakhlak dalam kehidupannya.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

“Tujuan pendidikan agama islam terciptanya manusia yang berakhlak

mulia. Itulah tujuan dasar dan utama pendidikan mesti diselenggarakan.

Adapun tujuan-tujuan lainnya hanya bersifat sekunder alias bukan pokok.

Dengan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), sangat dimungkinkan

seseorang melakukan perubahan revolusioner, tidak hanya pada dirinya

sendiri, tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga terhadap

lingkungannya”.14

Dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agam Islam (PAI) ini terdapat

beberapa versi yang merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai

berikut :

a) Tujuan umum Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum yaitu

bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan

pengalaman peserta didik tentang agama islam, sebab iman yang teguh

akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan

firman Allah dalam Q.S. Ad-dzariyat: 56 yang berbunyi:

13

Ahmad Tafsir, Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al-Qur`an , (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). H. 75

14Zainal Abidin Bagir, et al., Integrasi Ilmu dan Agama: Interprestasi dan Aksi

(Bandung: Mizan,2005), h.76.

20

Terjemahan:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.15

Sehingga diharapkan dengan adanya Pendidikan Agama Islam (PAI) bisa

menjadikan muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

“Menurut Ali Asyraf mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

(PAI) bertujuan untuk menyeimbangkan kepribadian total manusia

melalui spiritual, intelektual, rasional, perasaan dan kepekaan tubuh

manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi

pertumbuhan manusia dalam segala aspek untuk mencapai

kesempurnaan”.16

Dari definisi perumusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di atas bahwa

tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah berusaha mewujudkan

manusia ideal menurut citra islam, yakni realisasi sikap penyerahan diri

sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perseorangan, masyarakat maupun

sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam firman

Allah dalam Q.S. Al-an‟am: 162

15

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, op.cit. h. 523. 16

Ali Asyraf, Horison Baru Pndidikan Islam,terj. Sori Siregar (Bandung: Pustaka Firdaus, 1996),h. 2

21

Terjemahan:

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.17

“Pada dasarnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh

unsur pokok yaitu: al-qur-an, syari‟ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan

tarikh (sejarah islam) yang menekankan pada perkembangna politik.

Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi 5 unsur pokok yaitu: al-

qur‟an hadits, keimanan, fiqih, dan bimbingan ibadah, akhlak, serta

tarikh atau sejarah islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.18

c. Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Landasan atau dasar yang menjadi acuan Pendidikan Agama Islam

harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat

mengantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan, nilai yang terkandung harus

mencerminkan nilai yang universal yang dapat diasumsikan untuk

keseluruhan aspek kehidupan manusia, serta meruapakan standar nilai yang

dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini telahberlangsung.

Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi menjadi Tiga kategori

yaitu:

a) Al-qur‟an

Pada dasarnya Al-qur‟an adalah perbendaharaan yang besar untuk

kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Pada umumnya

17

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit, h. 150 18

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 79

22

merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril dan spiritual.

Seorang muslim dibekali kitab Al-qur‟an sebagai kitab suci yang mana

ada misi tersirat di dalamnya agar mereka menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran, sesuai dengan firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-baqarah ayat

31 yang berbunyi:

Terjemahan:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda- benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

mamang benar orang- orang yang benar!".19

b) Hadits

“Hadits adalah (pembicaraan, periwayatan, pernyataan) secara khusu

merupakan penuturan yang didasarkan pada perbuatan dan perkataan Nabi

Muhammad sebagaimana yang dituturkan kembali oleh para

sahabatnya”.20

Nabi Muhammad sebagai suri teladan, telah memberikan contoh pada

umatnya dalam segala aspek kehidupan, begitu juga dalam hal pendidikan

danpembelajaran.

19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit.h. 6

20Abd. Wahid, Pengantar Ulumul Hadits , (banda Aceh: PeNa BandaAceh,2017),

h.5.

23

Konsepsi dasar pendidikan dicetuskan dan dicontohkan nabi

Muhammad SAW pada umatnya memiliki corak sebagai berikut:

1) Disampaikan sebagai rahmatan lil‟alamin (rahmat bagi seluruh semesta

alam).

2) Disampaikan secara universal.

3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran secaramutlak.

4) Perilaku nabi tercermin sebagai uswatun hasanah.

5) Masalah teknik praktek dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan

penuh padaumatnya.

Dalam konteks ini merupakan fakta bahwa Islam sangat mementingkan

pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan dengan beberapa konsep diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan agama islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan

kegiatan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan kecakapannya oleh

pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur dan

berkepribadian yang utuh, yang mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertaqwa dan berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam

kehidupan sehahari-hari dan juga akan mengarahkan manusia dalam kehidupan

yang lebih baik, yang akhirnya dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

24

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

reseach) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih melalui Problem Based Learning. Penelitian tindakan

kelas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap

yaiyu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang selanjutnya

tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan.21

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Peneliti mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Adapun Objek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13

laki-laki dan 18 perempuan.

C. Faktor yang diselidiki

Untuk mampu menjawab permasalahan ini, ada beberapa faktor yang

diselidiki, yaitu :

1) Faktor siswa yaitu melihat persentase kehadiran siswa, siswa yang bertanya

materi pelajaran, siswa yang menyelesaikan tugas dan siswa yang melakukan

kegiatan lain saat proses belajar mengajar berlangsung.

21

Arikunto S, Suharjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta. 2006

25

2) Faktor proses yaitu melihat keaktifan siswa, interaksi siswa dengan guru

maupun interaksi siswa dengan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar

3) Faktor hasil yaitu melihat hasil belajar dengan menggunakan metode Problem

Based Learning.

D. Prosedur Penelitian

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum

2) Mengidentifikasi satu pokok bahasan yang sesuai dengan pokok bahasan

pada saat itu dan selanjutnya membuat rencana pembelajaran

3) Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu dilaksanakan tes awal untuk

mengukur hasil belajar siswa

4) Membuat pedoman observasi

5) Membuat tes hasil belajar untuk melihat kemampuan pemahaman siswa

terhadap materi yang disajikan

b. Pelaksanaan tindakan

1) Memulai proses belajar mengajar dengan menjelaskan kepada siswa

berdasarkan materi yang diajarkan

2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran

yang telah disusun

3) Menjelaskan materi

26

4) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum

dimengerti

5) Memberikan ulangan harian 1 pada siklus pertama

c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk melihat hasil belajar

siswa selama pelaksanaan siklus I, kegiatan ini dilaksanakan pada saat

kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi

oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya

yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan

tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus II

Langkah yang dilakukan pada siklus II pada umumnya sama seperti

kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan beberapa

perbaikan seperti, mengamati siswa lebih tegas dan memberikan teguran

bagi siswa yang kurang disiplin, untuk siswa yang hasil belajarnya rendah

dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal diberikan bimbingan

khusus dikelas dan diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan agar

siswa dapat lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran Fiqih. Hasil

yang diperoleh dari Siklus II ini diharapkan agar lebih baik dari siklus I.

27

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data dari kegiatan penelitiannya.Instrumen penelitian ini dapat

menguji atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan karena data yang

diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan”.22

Adapun yang

menjadi instrumen penelitian ini yaitu:

1) Observasi atau Pengamatan

Alat yang digunakan dalam observasi adalah pedoman observasi.Pedoman

observasi adalah catatan yang berisi petunjuk dalam membuat sebuah

pengamatan, khususnya pengamatan proses pembelajaran Fiqih dengan

menggunakan metode Problem Based Learning.

2) Tes

“Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,harus

ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.tes

digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai

pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan

keterampilan”.23

3) PreTes

PreTest dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa serta hasil

belajar pada media yang digunakan oleh Peneliti sebelum penerapan

Metode Pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.

22

M. Subhana, dkk, Statistika Pendidikan (Bandung: Putaka Setia, 2000), h. 30. 23

Asep jihad dan Abdul haris Evaluasi Pembelajaran ( cet 1;Yogyakarta;Multi Pressindo,2012) h.67

28

4) Post Test

Post Test. Tes penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

diberikan kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penelitian

dalam mengumpulkan data penelitianya. Adapun teknik yang digunakan untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1) Teknik Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data yang dapat Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih dengan penggunaan metode Problem Based Learning.

2) Teknik Evaluasi tertulis digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa

besar hasil belajar siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran

yang dilakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang

telah disampaikan.

3) Interview, dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dengan cara interview atau wawancara terpimpin atau interview dengan

menggunakan pedoman wawancara

G. Teknik Analisis Data

Data tentang hasil observasi secara kualitatif, sedangkan data tes hasil

belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan

29

statistic deskriptif. Untuk keperluan analisis statistic deskriptif, maka digunakan

table distribusi rata-rata.

Tabel 3.1

Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000.

No Nilai

Kategorisasi

1 0-34 Sangat Rendah

2 35-54 Rendah

3 55-64 Sedang

4 65-84 Tinggi

5 85-100 Sangat tinggi

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua jenis,

yaitu indikator hasil belajar dan indikator proses belajar. Berdasarkan indikator

hasil belajar peneliti dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa

setelah diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning pada mata

pelajaran Fiqih. Apabila terdapat 75% siswa yang mendapat nilai minimal 75

sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang digunakan oleh Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya, maka kelas dianggap tuntas secara

klasikal. Sementara itu untuk indikator proses pembelajaran meningkat apabila

munculnya rasa ingin tahu siswa untuk bertanya, mendorong siswa secara aktif

dan kreatif, mencari informasi, data dan mencari jawaban atas pertanyaan.

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai

Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil

Belajar Pendidikan Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo

Selatan Kabupaten Gowa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan

analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data

tentang hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan

persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.

1. Analisis Kuantitatif

a. Analisis Deskriptif Siklus I

Pada Siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan

harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun analisis

deskriptif skor perolehan nilai Siswa melalui dapat dilihat pada tabel 1

berikut: Model Problem Based Learning Siswa Kelas X Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo

Selatan Kabupaten Gowa

31

Tabel 4.1.

Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus I

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek

Skor Ideal

Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rentang Skor

Skor Rata-Rata

31

100

85

50

85-50

70,96

Tabel 4.1 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada

akhir siklus I adalah dari skor ideal 100 Skor tertinggi 85 dan skor

terendah adalah 50 dengan skor rata-rata mencapai 70,96 dengan standar

deviasi 13,32 dan dengan rentang skor 85-50 yang berarti hasil belajar

Pendidikan Agama Islam pada Materi Fiqih yang dicapai siswa Kelas X

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya tersebar dari skor

terendah 50 sampai 85 .

Apabila skor kemampuan siswa pada siklus I dikelompokkan ke dalam

lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan

pada tabel 2 berikut ini.

32

Tabel 4.2

Distibusi Frekuensi dan Persentase Hasil Kemampuan Siswa Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31 siswa Kelas

X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo

Selatan Kabupaten Gowa pada kategori sangat rendah tidak ada atau 0% siswa,

pada kategori rendah ada 3 siswa atau sekitar 9,68%, kemudian pada kategori

sedang terdapat 9 siswa atau sekitar 29,03, pada kategori tinggi terdapat 12 siswa

atau sekitar 38,71 %, dan pada kategori sangat tinggi 7 siswa atau sekitar 22,58

%.

No

Interval

Skor

Kategori Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34

35 - 54

55 - 64

65 - 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

0

3

9

12

7

0

9,68

29,03

38,71

22,58

Jumlah 31 100

33

Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus I dianalisis, maka

persentase ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus I dapat dilihat

pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Skor Frekuensi Persentase Kategori

0– 69 9 29,03 % Tidak tuntas

70 – 100 22 70,97 % Tuntas

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar

siswa pada siklus I yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 9 orang atau

29,03 % sedangkan pada kategori tuntas mencapai 22 orang atau 70,97 %.

b. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II

Hasil analisis deskriptif terhadap skor hasil belajar Pendidikan Agama

Islam pada materi Fiqih setelah diterapkan Model Problem Based

Learning selama berlangsungnya siklus II terdapat pada Tabel 3 berikut:

34

Tabel 4.4

Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II

STATISTIK NILAI STATISTIK

Subyek

Skor Ideal

Skor Tertinggi

Skor Terendah

Rentang Skor

Skor Rata-rata

31

100

100

75

100-75

84,51

Tabel 4.4 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar PAI Materi

Fiqih siswa pada akhir siklus II adalah 84,51 dari skor ideal 100. Skor

tertinggi 100 dan skor terendah adalah 75 dan rentang skor 75-100 yang

berarti hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas Model Problem Based

Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tersebar dari skor 75

sampai 100.

Jika skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori,

maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4

berikut ini:

35

Tabel 4.5.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa siklus

II

No

Interval

Skor

Kategori Frekuensi

Persentase

(%)

1

2

3

4

5

0 – 34

35 - 54

55 - 64

65 - 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

0

0

0

18

13

0

0

0

58,06

41,94

JUMLAH 31 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31

siswa hasil belajar PAI yang dicapai melalui Model Problem Based

Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tidak terdapat kategori

sangat rendah dan pada kategori rendah tidak ada atau 0% siswa dan

kategori sedang juga tidak ada atau 0%. kemudian pada pada kategori

tinggi terdapat 18 siswa atau sekitar 58,06 %, dan pada kategori sangat

tinggi 13 siswa atau sekitar 41,94 %.

Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus II dianalisis, maka persentase

ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6.

36

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Skor Frekuensi Persentase Kategori

0– 69 0 0 % Tidak tuntas

70 – 100 31 100 % Tuntas

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar siswa

pada siklus II yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 0 orang atau 100

% sedangkan pada kategori tuntas mencapai 31 orang atau 100 %. ini

artinya terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus

II dan semakin menguatkan bahwa penerapan Model Problem Based

Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dapat meningkatkan

hasil belajar PAI materi Fiqih. Selanjutnya Tabel 4.7. memperlihatkan

peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakan Model Problem Based

Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya

Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dalam proses belajar

mengajar pada Tes Siklus I, dan Siklus II.

37

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil pada Siklus I dan

Siklus II

No

Interval

Skor

Kategori

FREKUENSI PERSENTASE

(%)

Siklus I Siklus

II

Siklus

I

Siklus

II

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34

35 - 54

55 - 64

65 - 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

0

3

9

12

7

0

0

0

18

13

0

9,68

29,03

38,71

22,58

0

0

0

58,06

41,94

Jumlah 31 31 100 100

Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil

belajar siswa pada Tes Akhir Siklus I adalah 70,96 dan mengalami

peningkatan pada Tes Akhir Siklus II, yaitu 84,51. Hal ini berarti terjadi

peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi Fiqih setelah

diterapkan model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan

Kabupaten Gowa

2. Analisis Kualitatif

Data kualitatif merupakan data sikap siswa yakni diperoleh melalui

lembar observasi dan tanggapan siswa. Lembar observasi pelaksanaan

38

pembelajaran dengan model hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas

Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan

Kabupaten Gowa terdiri atas dua, yaitu lembar observasi siklus I dan

lembar observasi siklus II. Lembar observasi siklus I, merupakan

gambaran sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tiap

pertemuan pada siklus I. Sedangkan lembar obsevasi siklus II merupakan

gambaran sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tiap

pertemuan pada siklus II.

Berikut ini analisis tanggapan siswa dan sikap siswa selama mengikuti

proses pembelajaran siklus I dan II.

a. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I

Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi

Fiqih diperoleh melalui lembar observasi.

Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama mengikuti proses

pembelajaran pada siklus I ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8

Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I

No Komponen yang diamati

Pertemuan

I II III Persentase

1 Jumlah siswa yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran 27 28 28 89,24

39

2 Siswa yang memperhatikan pada

saat proses pembelajaran 25 24 26 80,64

3

Siswa yang melakukan aktifitas

negatif selama proses

pembelajaran (main-main, ribut,

dll)

6 4 5 16,12

4

4

Siswa yang bertanya tentang

materi pelajaran yang belum

dimengerti.

5 5 6 16,12

5

Siswa yang masih perlu

bimbingan dalam mengerjakan

tugas

10 8 5 24,73

6

Siswa yang memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat

pada saat pembelajaran

24 25 27 81.72

Pada Tabel 4.8, diperoleh bahwa pada siklus I dari 31 yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa memperhatikan pada

saat proses pembelajaran sebanyak 80,64%; Siswa yang melakukan

aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)

mencapai 16,12%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang

belum dimengerti adalah 16,12%, Siswa yang masih perlu bimbingan

dalam mengerjakan tugas sebanyak 24,73%; Siswa yang memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 81,72%

40

b. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II

Data tentang sikap siswa selama mengikuti pelajaran PAI materi Fiqih

pada siklus II ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.9

Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II

No Komponen yang diamati

Pertemuan

I II III Persentase

1 Jumlah siswa yang hadir pada

saat kegiatan pembelajaran 28 30 30 94,62

2 Siswa yang memperhatikan

pada saat proses pembelajaran 26 28 29 89,24

3

Siswa yang melakukan aktifitas

negatif selama proses

pembelajaran (main-main,

ribut, dll)

3 2 2 7,52

4

4

Siswa yang bertanya tentang

materi pelajaran yang belum

dimengerti.

6 4 5 16,12

5

Siswa yang masih perlu

bimbingan dalam mengerjakan

tugas

5 6 5 17,20

6

Siswa yang memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat

pada saat pembelajaran

28 28 30 92,47

41

Pada Tabel 4.9, diperoleh bahwa pada siklus II dari 31 siswa, siswa

yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa yang

memperhatikan pada saat proses pembelajaran 89,24 % Siswa yang

melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut,

dll) mencapai 7,52%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang

belum dimengerti adalah 16,12%; Siswa yang masih perlu bimbingan

dalam mengerjakan tugas sebanyak 17,20%; Siswa yang memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 92,47%.

B. Refleksi

Dari hasil analisis terhadap refleksi atau tanggapan siswa, dapat

disimpulkan ke dalam kategori sebagai berikut:

a. Pendapat siswa tentang pelajaran PAI

Pada umumnya siswa menganggap bahwa mata pelajaran PAI sebagai

mata pelajaran yang menyenangkan. Ada beberapa alasan yang

dikemukakan oleh siswa, diantaranya adalah PAI bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari..

b. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning

Secara umum tanggapan yang diberikan siswa terhadap penerapan

model problem based Instruction maka pelajaran PAI akan mudah

dipahami karena dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri, ketika siswa diperhadapkan

dengan suatu masalah maka siswa akan mampu menyelesaikan atau

42

menyikapi masalah itu sendiri. Dengan model pembelajaran ini mampu

memberikan motivasi balajar siswa, baik dalam kehidupan keluarga

maupun di sekolah.

c. Saran siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI sehingga menjadi

lebih baik

Sebagian siswa mengusulkan sebaiknya dalam pembelajaran PAI

diberikan beberapa contoh nyata yang bervariasi dalam kehidupan sosial

agar mereka dapat lebih mengerti. Di samping itu, metode mengajar yang

diberikan oleh guru sangat menunjang dalam memotifasi siswa untuk

belajar lebih giat lagi, salah satunya dengan penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning yang disertai dengan umpan balik.

Pada umumnya siswa menanggapinya dengan positif. Termasuk guru yang

mengajar harus bijaksana dan tidak terlalu serius agar siswa dapat

menerima pelajaran dengan baik. Data tentang tanggapan siswa diperoleh

melalui pertanyaan untuk refleksi siswa yang diberikan pada akhir

pertemuan

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat

disimpulkan bahwa:

Penerapan model pembelajaran Model Problem Based Learning dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi Fiqih Pada siswa

Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan

Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, yang indikatornya berupa

peningkatan skor rata-rata dari siklus I sebesar 70,94 ke siklus II sebesar

84,51

Semangat dan motivasi siswa meningkat terlihat ketika siswa berebutan

menjawab pertanyaan dan tugas, ini membuktikan ada peningkatan dalam

proses belajar mengajar yang dilakukan mulai dari siklus I kemudian

dilanjutkan siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dan

aplikasinya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka beberapa hal

yang disarankan antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning sangat

mendukung untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa.

44

2. Sebagai tindak lanjut penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning pada saat proses pembelajaran diharapkan kepada guru untuk

lebih memberikan keleluasaan siswa untuk berekspresi dan berkreasi

untuk dapat menemukan sendiri dan menyimpulkan hubungan antar

konsep dan realitas dalam pelajaran PAI

3. Melihat hasil penelitian yang diperoleh melalui penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran sangatlah

bagus, maka diharapkan kepada guru PAI agar dapat menerapkan

model ini dalam proses pembelajaran.

45

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur`an dan Terjemahan

Abas, Nurhayati. 2004.“Penerapan Model Pembelajaran berdasarkan Masalah

(Problem Based Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Angkasa.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Tafsir Ahmad. 1992. Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al- Qur`an.

Jakarta : Rineka Cipta

M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:

Kencana.

Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hariyanto, dan Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen.

Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta:

Rineka Cipta.

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 1998. Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Kementerian Pendidikan Nasional.2011. PUSAT KURIKULUM PERBUKUAN.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2009.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

46

Muliawan,Jasa Ungguh. 2014. Penelitian Tindakan Kelas: Classroom Action

Reseach.Yogyakarta: Gava Media.

N Aditama,Nurdyansyah. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia

Learning

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi

Pengajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto,Ngalim. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung:Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2009.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rahman, Nazarudin. 2013. Manajemen Pembelajaran (Implementasi

Konsep,Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Umum.Yogyakarta: Pustaka Felicha.

Rusmono.2014.Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu

Perluuntuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sabri, Alisuf. 2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

ProsesPendidikan.Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2006.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

RemajaRosdakarya.

Sudjana, Nana. 2016.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan

Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

47

Lampiran

Hasil Belajar Siswa Siklus I

NO NAMA SISWA Daftar Nilai

Siklus I

1 Nur Hakiki 85

2 Yusni Mustafa 80

3 Asran 50

4 Ilham Rusdi 80

5 Islamuddin 80

6 Muflihuddin 80

7 Muh Nur ihsan 80

8 Muh Yusuf 75

9 Riswandi 75

10 Ryan Fajar 75

11 Syaiful Alam 85

12 Syarif Hidayatullah 85

13 Zulkifli 55

14 Agussalim 60

15 Ansar 60

16 Hijrah 85

17 Irham 60

18 Komaruddin 60

19 Mirnasari 85

20 Mirnawati 55

48

21 Muh Yasir 60

22 MuhSyahrir 60

23 Muh Syarif 80

24 Nasruddin 75

25 Nurfitrianti 77

26 Rahmat Haidir 85

27 Riskayanti 85

28 Sriwahyuni 75

29 Syahdar 50

30 Syarifuddin 50

31 Akmal Idayat 75

JUMLAH 2200

RATA-RATA 70,96

”.

49

Hasil Belajar Siswa Siklus II

NO NAMA SISWA Daftar Nilai

Siklus II

1 Nur Hakiki 100

2 Yusni Mustafa 90

3 Asran 75

4 Ilham Rusdi 90

5 Islamuddin 95

6 Muflihuddin 90

7 Muh Nur ihsan 80

8 Muh Yusuf 80

9 Riswandi 80

10 Ryan Fajar 100

11 Syaiful Alam 95

12 Syarif Hidayatullah 75

13 Zulkifli 75

14 Agussalim 75

15 Ansar 75

16 Hijrah 90

17 Irham 80

18 Komaruddin 80

19 Mirnasari 90

20 Mirnawati 75

21 Muh Yasir 75

50

22 MuhSyahrir 75

23 Muh Syarif 100

24 Nasruddin 80

25 Nurfitrianti 80

26 Rahmat Haidir 100

27 Riskayanti 75

28 Sriwahyuni 75

29 Syahdar 95

30 Syarifuddin 80

31 Akmal Idayat 80

JUMLAH 2620

RATA-RATA 84,51

51

DOKUMENTASI