KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

115
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSINGDALAM MENGANALISIS ISI NASKAH DRAMA“MUSUH JADI SAHABAT”SISWA KELAS XI SMA NEGERI 12 MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar Oleh : NAISYAH YUSMAH 10533769114 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSINGDALAM

MENGANALISIS ISI NASKAH DRAMA“MUSUH JADI

SAHABAT”SISWA KELAS XI SMA NEGERI 12 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi pada Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

NAISYAH YUSMAH

10533769114

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

2

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

3

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

4

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

5

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Kalau dapat di permudah, lantas mengapa pula harus

dipersulit

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang

tidak pernah berhenti memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun

finansial. Serta sahabat dan kerabat seperjuangan yang turut membantu dan

menemani saya selama proses penyusunan skripsi ini.

viii

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

6

ABSTRAK

Naisyah Yusmah. 2014.Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing dalam

menganalisis Isi Naskah Drama Munafik Siswa Kelas XI SMA Negeri 12

Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Muhammad Akhir dan pembimbing II Anin Asnidar.

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuansiswa dalaam

menganalisis isi drama Munafik dengan penggunaan model pembelajaran

Problem Posingpada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 12 Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Penelitian ini

dilakukan dengan tiga tahap yaitu pre-test, treatment dan post-test. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 12 Makassar yang

berjumlah 64 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas

meliputi tes hasil belajar,angket, dan pengamatan. Teknik analisis datanya, yakni

menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan model Problem

Posing efektif digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran menganalisis

hasil naskah drama Munafik pada siswa kelas XI SMA12 Makassar. Hal tersebut

terbukti dari meningkatnya hasil belajar siswa. Penelitian yang dilaksanakan

diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa pada kelas kontrol prestest

berada pada kategori sangat rendah dengan nilai rata-rata 59,5 berada pada

rentang nilai 00-39, pada kelas eksperimen postest berada pada kategori tinggi

dengan nilai rata-rata 88,3 berada pada rentang nilai 80-89. (3) Hasil analisis

respon siswa menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada sikap siswa

selama proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi yaitu dengan

penggunaan model Problem Posing efektif digunakan pada keterampilan

menganalisis isi drama terhadap siswa.

Kata kunci: Menganalisis drama,Problem Posing.

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

7

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum w. w.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, atas rahmat dan rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw., uswatun hazanah umat Islam yang akan memberikan

syafaatnya di yaumil akhir.

Skripsi dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Problem

Posingdalam Menganalisis Isi dan Pembahasan pada Naskah Drama

MunafikSiswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar” diajukan sebagai salah satu

persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan

kepada Dr. Muhammad Akhir, M.Pd. dan Anin Asnidar, S.Pd., M.Pd. selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam

meemberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan semangat kepada penulis sejak

penyusunan skripsi hingga terselesainya skripsi ini.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih untuk

orang tua saya, teman saya Rizki Annisa, S.Pd., Rahma Ramli, S.Pd., Andi Jaya

Samudra, S.Sos, Nur Leyla, Andi Hatima yang tiada henti hentinya memberi

semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, serta terima

kasih disampaikan dengan hormat kepada

1. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, x

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

8

2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan,

3. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar,

4. para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik

mulai dari semester awal hingga sekarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan

serta keterbatasan kemampuan, baik dalam melaksanakan maupun dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dan menambah wawasan serta pengalaman bagi

penulis..

Akhir kata penulis sangat berharap sekiranya skripsi ini akan bermanfaat

bagi pembaca dan seluruh pihak yang berkepentingan.

Wassalamu Alaikum w. w.

Makassar, September 2019

Penulis

Naisyah Yusmah

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KARTU KONTROL PEMBIMBING I ..................................................... ii

KARTU KONTROL PEMBIMBING II .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. v

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi

SURAT PERJANJIAN ............................................................................... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori ......................................................................................... 6

1. Penelitian Relevan ........................................................................... 6

2. Model Pembelajaran Problem Posing .............................................. 7

3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Posing ................................ 8

4. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing .................................... 8

5. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing ............................. 9

6. Teori Sastra ..................................................................................... 10

7. Drama ............................................................................................. 11

a. Unsur-unsur Drama .................................................................... 12

b. Klasifikasi Tokoh Drama ............................................................ 14

8. Naskah Drama ................................................................................. 18

9. Analisis Naskah Drama ................................................................... 19

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

10

B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 21

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 24

B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 27

C. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 29

D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 30

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31

1. Analisis statistik deskrptif ............................................................... 31

2. Analisis statistik inferensial ............................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 34

B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................ 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 58

B. Saran ............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63

LAMPIRAN

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Rancangan peneltian ....................................................................... 26

Tabel 3,2 populasi .......................................................................................... 28

Tabel 3.3 Sampel ........................................................................................... 29

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol ................. 35

Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol .......................... 36

Tabel 4.3 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol ........................................................................................... 38

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen

tahap pretest ................................................................................... 39

Tabel 4. 5 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada

Tahap Pretest ................................................................................. 40

Tabel 4.6 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol pada Tahap Pretest ............................................................. 42

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen

tahap posttest ................................................................................. 43

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada

Tahap Postest ................................................................................ 44

Tabel 4.9 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol pada Tahap Postest ........................................................... 46

Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Uji t ............................................................ 46

Tabel 4.11 Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar

Tentang Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing

dalam Menganalisis Isi Naskah Drama ........................................... 48

Tabel 4.12 Frekuensi dan persentase Respon Siswa Kelas XI SMA

Negeri 12 Makassar Tentang Keefektifan Model

Pembelajaran Problem Posing dalam Menganalisis Isi

Naskah Drama ................................................................................ 49

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia mempunyai empat keterampilan, yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling

berkaitan. Dalam pembelajaran di sekolah khususnya di SMA, keterampilan

berbahasa diajarkan secara terintegrasi.Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi Bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran Bahasa

Indonesia meliputi pembelajaran sastra dan non sastra. Pembelajaran sastra

sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu

pembelajaran humaniora yang dapat digunakan sebagai media untuk

memperdalam budi pekerti.

Pembelajaran sastra secara umum bertujuan untuk membina apresiasi sastra

siswa. Pembelajaran sastra yang sangat penting tersebut tidak diimbangi dengan

kenyataan bahwa pada praktiknya sering kali apresiasi sastra memiliki porsi yang

sangat sedikit. Padahal siswa perlu mendapat pengalaman yang menarik, perlu

dibina, diarahkan serta diberi peluang untuk mengembangkan sikap dan daya

apresiasimelalui bakat dan kreativitas di dalam melaksanakan aktivitasnya.

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur pembelajaran yang tidak

dapat diabaikan manfaatnya dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Variasi

model pembelajaran semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut

sejalan dengan pemikiran manusia yang kian maju. Di era yang maju pesat seperti

sekarang ini, teknologi telah memasuki lapisan-lapisan masyarakat hingga yang

paling dasar. Selama proses belajar mengajar, model pembelajaran sangat

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

13

dibutuhkan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dan mendapatkan

hasil belajar yang lebih baik. Suatu model pembelajaran bertujuan meningkatkan

proses belajar mengajar sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menuntut siswa

lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas seharusnya dilaksanakan

dengan menekankan aspek apresiasi. Pembelajaran apresiasi drama aspek kognitif

(dasar pengajaran teks teori drama), afektif (pengajaran pentas drama) dan

psikomotorik saling bersinergi dalam rangka mencapai kompetensi belajar yang

telah disyaratkan oleh kurikulum. Pembelajaran drama haruslah bersifat apresiatif.

Pengembangan materi, teknik atau metode, tujuan, dan arah pembelajaran sastra

haruslah lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang bersifat apresiatif.

Guru mengembangkan materi pokok yang telah disebutkan dalam kurikulum dan

silabus dengan memperhatikan kompetensi inti, kompetensi dasar, serta indikator.

Guru menentukan atau memilih sumber materi yang relevan dan dapat menunjang

pencapaian indikator, serta kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra di

sekolah khususnya drama.

Naskah drama merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran

drama, naskah drama adalah seni sastra yang akan berubah menjadi seni drama

kalau dimainkan. Bila akan mengadakan pertunjukan drama, yang kalian

butuhkan pertama-pertama adalah naskah drama. Naskah drama adalah salah satu

genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa

maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk

dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan

dipentaskan (Waluyo, 2003 : 2).

Penelitian ini akan berfokus pada naskah drama. Peneliti akan melakukan

penelitian tentang menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama. Setelah

melakukan observasi awal di sekolah, peneliti menemukan bahwa beberapa siswa

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

14

kurang mampu menganalisis sebuah drama melalui naskah drama yang

disebabkan adanya suasana yang menjenuhkan dalam kelas. Setelah mengamati

dengan jelas melalui wawancara langsung dengan salah satu siswa tersebut,

ternyatapenyebabnya terletak pada metode pembelajaran yang guru terapkan pada

para siswa itu yang di mana guru tersebut menerapkan metode konvensional tanpa

memberikan model ataupun media pemelajarn. padahal, sekolah tersebut telah

menerapkan pembelajaran K13.

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti mengambil masalah ini dalam

penelitiannya. Peneliti akan menggunakan model pembelajaran Problem Posing

untuk mengetahui keefektifan model tersebut agar meningkatkan kemampuan

siswa dalam menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama munafik.

Peneliti tetap menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran namun

peneliti menggunakan model pembelajaran problem posing agar bisa lebih efektif

dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama pada

kelas kontrol tanpa diterapkan model pembelajaran Problem Posingsiswa

kelas XI SMA Negeri 12 Makassar?

2. Bagaimanakah kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama setelah

diterapkan model pembelajaran Problem Posingdi kelas eksperimen pada

siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar?

3. Apakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan dalam menganalisis

naskah drama di kelas eksperimen dan kelas control pada siswa kelas XI

SMA Negeri 12 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

15

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan penelitian ini

bertujuan untuk.

1. Mendeskripsikan kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama

sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Posingdi

kelas eksperimen pada siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.

2. Membuktikan perbedaan yang signifikan antara kemampuan dalam

menganalisis naskah drama di kelas eksperimen dan kelas control pada

siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis

maupun teoretis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan kontribusi untuk menentukan arah strategi dalam pemilihan dan

pemanfaatan model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi

naskah drama khususnya untuk siswa SMA. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai pengayaan kajian keilmuan yang memberikan bukti

secara ilmiah tentang keefektifan model pembelajaran Problem Posingdalam

menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak baik guru, siswa, sekolah dan peneliti dalam pemanfaatan

model pembelajaran dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar

dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pilihan model dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

16

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap

peningkatan kualitas pendidikan.

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

17

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Penelitian Relevan

Hasil penelitian Sely Indraswari (2015) tentang “Pengembangan

Media Berbasis Adobe Flash CC dengan Metode Problem Posing Learning

untuk Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI

SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta” menjelaskan bahwa penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan media pembelajaran

berbasis Adobe Flash CCdengan metode Problem Posing Learninguntuk

pembelajaran memproduksi teks ulasan film/drama pada kelas XI di SMA

Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen,

Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data pada penelitian

ini terdiri dari dua tahap yaitu, hasil uji kelayakan dari ahli media, ahli materi,

guru Bahasa Indonesia, dan siswa dicari rata-rata empirisnya, dan yang kedua

untuk mengetahui kualitas produk multimedia pembelajaran yang

dikembangkan dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui angket.

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu

pada jenis penelitian dan subjek penelitian. Kedua penelitian ini memiliki

jenis yang sama, subjek penelitian yang sama yaitu naskah drama dan model

pembelajaran yang sama dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Posing. Perbedaannya penelitian ini menggunakan media Adobe Flash CC.

Hasil penelitian Wiwit Ambarwati (2012) tentang “Implementasi

Metode Problem Posing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi

Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012”

hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Problem Posing dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbandingkan angket siklus 1 dan 2

6

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

18

menunjukkan adanya peningkatan sebesar 26,32% sehingga ada perubahan

terakhir dari tinggi ke sangat tinggi. Penelitian ini sama dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama menggunakan model

pembelajaran Problem Posing. Perbedaannya terletak pada jenis penelitian

dan subjek penelitian.

2. Model Pembelajaran Problem Posing

Model pembelajaran problem posing mempunyai beberapa arti, yaitu

pertama perumusan soal dengan bahasa yang baku/standar atau perumusan

kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar sederhana dan dapat

dikuasai, kedua, perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada

soal yang dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan satau

alternatif soal yang masih relevan, dan ketiga, perumusan soal dari suatu

situasi yang tersedia baik yang dilakukan sebelum, ketika, atau setelah

mengerjakan soal (Suryanto).

Problem Posing terdiri dari dua kata yaitu “problem” yang artinya

masalah dan “posing” berasal dari kata “pose” artinya mengajukan atau

membentuk Problem posing merupakan pembelajaran dimana siswa diminta

untuk mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi tertentu. As’ari

(2000:5), mengartikan model pembelajaran Problem posing dengan

pembentukan soal atau merumuskan soal atau menyusun soal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang

mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara

mandiri tanpa bantuan guru.

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Posing

Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran

problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

19

a. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru.

b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi

daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling

memanusiakan.

c. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti

secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada.

d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita

yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan

terhadap tantangan tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranProblem Posing

Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya.

Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan

kekurangan metode pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan

1. Mendidik murid berpikir kritis

2. Siswa aktif dalam pembelajaran

3. Belajar menganalisis suatu masalah

4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.

b. Kekurangan

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah

3. Tidak semua murid terampil bertanya.

5. Penerapan Model Pembelajaran Problem PosingDalam Kelas

Suyitno (2004:31-32) menjelaskan penerapan model pembelajaran

problem posing adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat

peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

20

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan

siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini

dapat pula dilakukan secara kelompok.

d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk

menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat

menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan

oleh siswa.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

6. Sastra

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata

serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung

instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau

"ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk

kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau

keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi

sastra lebih mengacu sesuai definisinya sebagai sekadar teks. Sedang sastrawi

lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah

sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang

menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra

tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan

dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk

mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

21

Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari

perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri

karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra,

puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-

peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan

keilmuan sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya

sastra berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh

yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik.

Salah satu yang termasuk dalam kategori Sastra yaitu, drama.

7. Drama

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di

atas pentas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, drama adalah : (1)

komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan

dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan, (2)

cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus

disusun untuk pertunjukan teater. Dengan pementasan diharapkan penonton

lebih mudah dalam memahami suatu peristiwa kehidupan, watak dan lainnya.

Drama berasal dari kata “draomai”yang berarti berbuat, berlaku,

bertindak atau bersaksi (Waluyo, 2002: 2). Drama naskah merupakan salah

satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas

adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis

kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan

sebagainya.

Drama dapat ditinjau dari dua segi, yaitu (1) drama sebagai naskah

dan (2) drama sebagai teater (karya pentas). Kedua aspek tersebut merupakan

satu kesatuan karena naskah disusun juga mempertimbangkan segi-segi

pementasan dan ketika di atas panggung juga bepedoman pada naskah.

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

22

Dengan demikian, drama adalah suatu cerita dengan tema tertentu yang

diungkapkan lewat dialog yang dipentaskan. Akan tetapi, drama sebagai

karya sastra sebenarnya bersifat sementara sebagai naskah drama tersebut

ditulis untuk dipentaskan, sehingga tujuan drama bukanlah semata-mata

untuk dibaca namun untuk dipentaskan.

Menurut Endraswara (2005: 192) dalam kaitannya dengan pendidikan

watak, drama juga dapat membantu mengembangkan nilai-nilai yang ada

dalam diri peserta didik, memperkenalkan tentang kehidupan manusia dari

kebahagiaan, keberhasilan, kepuasan, kegembiraan, cinta, ketakutan,

keputusasaan, acuh tak acuh, benci, kehancuran, dan kematian. Drama juga

dapat memberikan sumbangan pada pengembangan kepribadian yang

kompleks, misalnya ketegaran hati, imajinasi dan kreativitas.

Drama sebagai sebuah karya sastra yang imajinatif tentu saja memiliki

unsur pembangunannya. Menurut (Waluyo, 2002: 6) drama terbangun atas

struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Struktur

fisik drama yang dimaksud meliputi alur, penokohan, dialog, latar, teks,

samping (petunjuk teknis). Secara sederhana, berikut adalah penjelasan dari

sebagai unsur tersebut.

a. Alur

Menurut Waluyo (2002: 8), alur merupakan jalinan cerita atau

kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara

dua tokoh yang berlawanan. Sementara itu, Hamzah memberikan definisi

juga mengenai alur atau plot. Alur merupakan suatu keseluruhan peristiwa

di dalam skenario. Merujuk pada kedua definisi ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa alur merupakan jalinan cerita atau serangkaian

peristiwa yang terbangun dalam sebab akibat yang bergerak dari awal

hingga akhir.

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

23

Alur merupakan suatu unsur yang penting dalam drama karena dalam

alur akan terlihat karakter tokoh. Alur drama terdiri dari beberapa babak,.

Setiap babak terdiri dari adegan-adegan. Konflik merupakan syarat sebuah

alur cerita. Konflik akan menimbulkan pertentangan antara dua tokoh

utama. Unsur-unsur plot adalah sebagi berikut.

1. Exposition atau pelukisan awal cerita; tahap diperkenalkannya tokoh-

tokoh drama dengan watak masing-masing.

2. Komplikasi atau pertikaian awal; pengenalan terhadap para pelaku

sudah menjurus pada pertikaian, konflik sudah mulai meranjak.

3. Klimaks atau titik puncak cerita; puncak kegawatan dalam cerita atau

cerita mencapai puncak konflik.

4. Resolusi atau penyelesaian atau falling action; pada tahap ini konflik

mereda dan menemukan jalan pemecahan.

5. Catastorphe atau denoument atau keputusan; pada tahap ini konflik

berakhir atau cerita berakhir.

b. Penokohan

Penokohan adalah salah satu unsur drama yang sangat penting. Unsur

ini berkaitan erat dengan unsur lainnya, terutama alur. Menurut Waluyo

(2002: 8) kekuatan alur terletak dalam penggambaran watak (penokohan),

sebaliknya kekuatan watak pelaku hanya hidup dalam alur yang meyakinkan.

Sejalan dengan pendapat tersebut Ergi juga berpendapat bahwa

perwatakanlah yang paling utama dalam drama. Tanpa perwatakan tidak ada

nada cerita tanpa perwatakan tidak akan ada nada plot.

Penokohan erat kaitannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama

personal) adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Di dalam

susunan tokoh itu, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis

kelamin, tipe fisik, jabatan dan kejiwaan itu. Tokoh cerita adalah orang yang

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

24

mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa. Tokoh-tokoh itu

memiliki berbagai watak yang ada pada manusia. Watak para tokoh bukan

saja merupakan pendorong terjadinya peristiwa, tetapi juga merupakan unsur

yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah dalam peristiwa berikut.

Klasifikasi tokoh drama dibagi menjadi dua jenis yaitu berdasarkan

peranannya terhadap jalan cerita, dan peranannya dalam lakon serta

fungsinya.

1. Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh seperti

berikut.

a. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada

satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh

lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.

b. Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada

seseorang tokoh utama yang menetang cerita dan beberapa figur pembantu

yang ikut menentang cerita.

c. Tokoh Tritagonis

Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis,

maupun antagonis.

2. Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat

tokoh-tokoh sebagai berikut.

(a) Tokoh Sentral

Tokoh Sentral yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak

lakon. Mereka merupakan proses pertukaran lakon. Tokoh sentral adalah

adalah biang keladi pertikaian.

(b) Tokoh Utama

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

25

Tokoh Utama yaitu tokoh-tokoh pendukung atau penentang tokoh

sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral.

(c) Tokoh Pembantu

Tokoh pembantu yaitu tokoh-tokoh yang memegang peranan

lengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.

c. Dialog

Hamzah menyatakan bahwa dialog berisikan kata-kata. Kata

merupakan alat komunikasi yang paling penting antara orang dengan

sesamanya. Sementara itu, menurut Harymawan dialog dilihat dari segi

estetis merupakan faktor litera (juga filosofis) yang mempengaruhi struktur

keindahan sebuah lakon. Sejalan dengan Harymawan, Waluyo (2002: 21)

juga berpendapat bahwa dialog juga harus bersifat estetis, artinya memiliki

keindahan bahasa. Kadang-kadang juga dituntut agar bersifat filosofis.

Merujuk pada ketiga pendapat tersebut, maka ketiga pendapat tersebut

dapat memberikan satu gambaran yang jelas bahwa dialog merupakan aspek

penting dalam pementasan drama. Dialog juga merupakan unsur yang

membedakan antara karya sastra drama dengan karya sastra lainnya. Ragam

bahasa dalam naskah drama pun berbeda dengan ragam bahasa dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Waluyo, bahwa

ragam bahasa dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang

komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini disebabkan karena drama

adalah potret kenyataan. Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas

pentas.

Fungsi dialog menurut Semi sebagai berikut.

1) Merupakan wadah penyampai informasi ide-ide pokok kepada penonton.

2) Menyebutkan watak dan peranan pemain.

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

26

3) Memberikan gambaran yang jelas mengenai struktur cerita kepada

pemain.

4) Menggambarkan tema dan gagasan pengarang.

5) Mengatur suasana dan tempo pemain.

d. Setting (Latar)

Setting sering juga disebut dengan istilah latar. Setting atau tempat

kejadian sering pula disebut latar cerita. Menurut Waluyo (2002: 23), setting

biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu; tempat, ruang dan waktu. Secara

sederhana setting atau bisa juga disebut dengan latar merupakan unsur dalam

drama yang menunjukkan kepada pembaca di mana, kapan, dan dalam konteks

bagaimana kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.

e. Teks Samping (Petunjuk Teknis)

Teks samping atau yang sering disebut dengan istilah petunjuk teknis

merupakan bagian penting dalam drama. Waluyo (2002: 29) berpendapat

bahwa teks samping memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu,

suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras

lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan

sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan yang berbeda dari

dialog (misalnya dengan huruf miring atau huruf besar semua). Merujuk pada

definisi tersebut, maka jelas sudah bagaimana teks samping atau petunjuk

teknis memberikan peranannya terhadap sebuah drama, baik dalam drama

pentas maupun drama naskah.

f. Tema

Tema merupakan pokok pikiran yang hendak diutarakan pengarang

lewat skenario. Sementara itu, menurut Waluyo (2002: 24), tema merupakan

gagasan pokok yang dikandung dalam drama yang berhubungan dengan nada

dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

27

pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangan melalui struktur dramatik

dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan

yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog.

Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tema

merupakan dasar cerita yang paling penting. Tema adalah pikiran pokok yang

mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa,

sehingga menjadi cerita yang menarik. Jadi, seorang penulis harus menentukan

lebih dulu tema yang akan dikembangkannya. Tanpa tema, sebuah cerita

rekaan tidak ada artinya sama sekali. Secara sederhana, tema bisa diartikan

sebagai ide, gagasan, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam cerita.

g. Amanat

Amanat atau pesan pengarang akan selalu ada dalam sebuah drama,

baik itu secara sengaja atau tidak sengaja dibuat. Menurut Waluyo (2002: 28),

amanat erat kaitannya dengan dengan makna (significance) dari karya yang

dihasilkan. Amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Oleh karena itu, setiap

pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya tersebut bagi dirinya

masing-masing.

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja tidak disampaikan

secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya,

pembaca atau penonton dapat menyimpulkan pelajaran moral apa yang

diperoleh dari membaca atau menonton drama tersebut.

8. Naskah Drama

Naskah drama adalah seni sastra, yang akan berubah menjadi seni drama

kalau dimainkan. Bila akan menunjukkan pertunjukkan drama, yang kalian

butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Menurut Waluyo (2002: 2) naskah

drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi.

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

28

Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu

ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai

kemungkinan dipentaskan.

Ciri-ciri naskah drama yaitu :

a. Seluruh cerita berbentuk dialog, baik tokoh maupun narrator.

b. Semua ucapan ditulis dalam teks.

c. Semua dialog tidak menggunakan tanda petik. Dialog drama bukan kalimat

langsung.

d. Naskah drama dilengkapi petunjuk tertentu yang harus dilakukan oleh tokoh

pemerannya. Petunjuk itu ditulis dalam tanda kurung atau dengan

memberikan huruf yang berbeda dengan huruf dialog.

e. Naskah drama terletak di atas dialog atau di sampig kiri dialog.

9. Analisis Naskah Drama

Naskah drama adalah khayalan pengarang tentang kehidupan manusia baik

pengalaman pribadi, ataupun pengalaman orang lain, atau bahkan pengalaman

khayalan semata. Para penonton pertunjukkan drama juga sadar bahwa yang

ditontonnya hanyalah fiktif belaka, bukan realita yang sebenarnya terjadi atau

akan terjadi dikemudian hari. Namun, kadang-kadang penonton hanyut dalam

jalinan cerita sehingga ikut meluapkan emosi seperti sedih, gembira, haru, marah,

dan berbagai perasaan lainnya sesuai dengan cerita yang disajikan oleh suatu

pementasan drama atau teater. Maka di situlah sebuah keunikan karya sastra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat naskah yaitu ;

a. Struktur cerita dalam sebuah naskah. Adegan mana yang akan disimpan di

bagian permulaan atau di awal serta adegan mana yang disimpan pada bagian

akhir dalam cerita di sebuah naskah drama. Hal ini harus dipertimbangkan

demi terwujudnya sebuah struktur dramatik yang baik dan menarik.

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

29

b. Karakter, yaitu perwatakan yang terdapat dalam tokoh-tokoh sebuah cerita

yang dibuat. Apakah akan menghadirkan tokoh jahat dengan perangai yang

buruk atau juga bisa sebaliknya dilakukan. Selain dari itu, berapa tokoh yang

terdapat dalam cerita atau naskah yang akan dibuat atau disajikan. Apakah

dalam naskah yang telah dibuat itu hanya ada satu tokoh, sehingga dimainkan

oleh satu orang, atau beberapa tokoh sehingga memerlukan beberapa orang

pemain dalam pementasannya nanti. Di samping hal itu, berapa babak drama

yang akan dibuat atau disusun. Apakah hanya satu babak yang terdiri atas

beberapa adegan ? atau lebih dari satu babak yang sudah tentu harus

disesuaikan dengan kemampuan kerja dari sebuah tim pementasan. Terlalu

banyak babak otomatis akan menyita waktu lebih lama serta tenaga yang lebih

banyak juga. Pertunjukan yang terlalu panjang akan membuat penonton

merasa bosan. Selain itupula, para penoton belum tentu siap untuk tetap

bertahan mengikuti jalanny pertunjukan sampai pertukan tersebut selesai.

c. Diksi atau bahasa di dalam sebuah naskah drama. Diksi yang dimaksud di sini,

adalah bahasa verbal atau kata-kata yang diucapkan oleh pemain sebagai salah

satu bahasa ungkapan dalam drama tersebut. Apakah akan membuat naskah

dengan bahasa puisi atau dengan bahasa sehari-hari dalam kehidupan seperti

yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa drama sebenarnya tidak terbatas

pada bahasa kata per katanya, tetapi dapat juga bahasa visual atau bahasa yang

dapat dilihat, bahasa gerak yang dilakukan oleh pemain, serta bahasa musik

yang dimainkan oleh pemusik atau pemain atau tokoh dari pementasan drama

itu sendiri. Adapun pertunjukan drama yang baik adalah pertunjukan yang

memiliki keseimbangan dalam menggunakan media untuk ungkapan. Dengan

demikian, pertunjukan drama terkesan lebih bervariasi dan tidak menjenuhkan

para penonton..

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

30

d. Ide atau gagasan. Gagasan apa yang ingin penulis atau pengarang sampaikan

kepada penonton?

e. Perlengkapan di dalam pementasan tersebut. Ada beberapa jenis

perlengkapan dalam pertunjukan drama, yaitu perlengkapan yang digunakan

oleh para pemain atau disebut juga aktor dan aktris juga perlengkapan

panggung yang biasanya disimpan di atas panggung sebagai pelengkap dalam

pertunjukan dalam drama atau biasa juga disebut properti. Perlengkapan yang

digunakan oleh pemain lazim disebut handdrop, sedangkan perlengkapan

panggung lazim disebut stageprop.

B. Kerangka Pikir

Permasalahan yang didapatkan di sekolah khususnya SMA Negeri 12

Makassar adalah ketidakmampuan siswa dalam menganalisis teks naskah drama.

Ketidakmampuan tersebut utamanya adalah mengungkapkan kelebihan dan

kekurangan dari naskah drama yang dibaca. Sebagai upaya mengentaskan siswa

dalam ketidakmampuan tersebut, penulis mengembangkan sebuah model

pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman

siswa tentang menganalisis teks naskah drama dengan baik.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada

pembelajaran drama dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi

serta kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menguasai isi

naskah drama dan memberikan penilaian setelah membaca naskah drama. Hal ini

dapat didukung dengan perubahan atau pergeseran pemahaman bagaimana siswa

belajar menganalisis naskah drama.

Adapun kerangka pikir dalam penelitian, yaitu pembagian sastra, terdiri

dari, prosa, drama dan puisi. Kemudian yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah drama, peneliti mengambil 2 kelas sebagai sampel, kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Sebelum memberikan model, rancangan penelitian yang dilakukan

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

31

adalah pretest lalu, di kelas kontrol menerapkan model konvensional sedangkan

kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran problem posing dalam

menganalisis naskah drama. Kedua kelas kemudian melakukan postest dengan

menganalisis hingga akhirnya menemukan temuan

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

32

Sastra

Drama

Kelas kontrol Kelas eksperimen

pretest

Analisis Teks

Bagan 2.1 Kerangka Pikir

Prosa Puisi

pretest

Model Konvensional Penggunaan Model Problem

Posing dalam Menganlisis

Naskah Drama Munafik

postest

Temuan

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

33

C. Hipotesis Penelitian

Nasution (2008 : 38) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan

tentang suatu hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya

secara empiris.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian

yang diajukan, dirumuskan sebagai berikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh terhadap proses pembelajaran

H1 : terdapat pengaruh terhadap proses pembelajaran

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu

(kuasi). Penelitian eksperimen ini merupakan salah satu jenis penelitian

kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan ini untuk mengetahui keefektifan dari

model pembelajaran problem posing dalam menganalisis naskah drama.

Menurut Sugiono, (2017:72) metode peneitian eksperimen dapat diartikan

sebagai metodepenelitian yang digunakan untuk mencari pengruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Melalui penelitian

hasil uji coba eksperimen ini, penulis berusaha menemukan data data kuantitatif

terkait dengan keefektifan model pembelajaran dalam menganalisis naskah drama.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah

nonequivalent control group design. Menurut Sugiono (2017:77), desain

eksperimen kuasi mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak sepenuhnya bisa

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Penelitian eksperimen kuasi ini digunakan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan kelas yang diberi perlakuan dan kelas yang tidak diberi perlauan.

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentu

nonequivalent control group design. Menurut Sugiono (2017:79), dalam

penelitian ini akan terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara random.

Keduanya kemudian diberi pretest untuk mngetahui keadaan awal dan perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1. Tes Awal (pretest)

Tes ini dilakukan sebelum memasuki tahap treatment. Pretest ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan menganalisis naskah drama yang

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

35

dimiliki siswa sebelum diterapkan model pembelajaran problem posing dengan

sebuah naskah yang telah disiapkan.

2. Treatment (perlakuan)

Pada tahap ini peneliti menggunakan model pembelajaran problem

posing dengan media naskah drama dan kegiatan berkelompok dalam

pembelajaran menganalisis naskah drama.

3. Tes akhir (posttest)

Setelah melewati tahap treatment, tindakan selanjutnya yang akan

dilaksanakan adalah posttest untuk mengetahui hasil penerapan model

pembelajaran problem posingdengan media naskah drama dengan kegiatan

berkelompok.

Gambaran desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Q1 X Q2

Q3 - Q4

(Sugiyono,2017:79)

Bagan 3.1. Rancangan Penelitian

Keterangan:

O1 : Nilai Pre-test kelas eksperimen

Q2 : posttest kelas eksperimen

Q3 : pretest kelas kontrol

Q4 : Pretest kelas kontrol

X : Perlakuan/treatment

- : model pembelajaran yang tidak sama dengan kelas eksperimen

Dalam desain ini terdapat dua jenis variabel yang digunakan proses

penelitian yaitu:

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

36

1. Variabel bebas (X) : Penerapan model pembelajaran problem posing

dengan media naskah drama dan kegiatan berkelompok.

2. Variabel terikat (Y) : Hasil pembelajaran menganalisis isi dan

pembahasan dalam naskah drama.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2011: 80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik terutama yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dengan

jumlah 192 siswa

NO KELAS JUMLAH SISWA

1. XI IPA 1 36

2. XI IPA 2 35

3. XI IPA3 36

4. XI IPA 4 36

5. XI IPA 5 35

6. XI IPA 6 35

JUMLAH = 213

Tabel 3.1. Populasi

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dengan teknik pengambilan sampel secara acak (random

sampling). Menurut Sugiono (2001:57) random sampling adalah teknik

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

37

pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Jadi yang menjadi Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 6 SMA

Negeri 12 Makassar sebagai kelas uji coba dengan jumlah siswa keseluruhan

71.

KELOMPOK KELAS

SISWA

L

SISWA

P

JUMLAH

SISWA

Eksperimen XI IPA 6 16 19 35 SISWA

Kontrol XI IPA 1 16 20 36 SISWA

Tabel 3.2. Sampel

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel sesuai dengan yang dijelaskan

pada rancangan penelitian yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Berikut uraian lebih lanjut :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas yang dimaksud di sini adalah model pembelajaran

problem posing dengan media naskah drama dalam kegiatan berkelompok.

Dalam model ini memerlukan sebuah peta atau grafik untuk siswa menemukan

setiap kata yang dibutuhkan dalam peta tersebut dengan bermain kata-kata

yang sesuai dengan apa yang akan dicari pada peta.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar menganalisis

isi naskah drama siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 6 SMA Negeri 12

Makassar.

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

38

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yangdigunakan adalah angket, pedoman

wawancara, pedoman analisis dokumen danpedoman pengamatan.

1. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar adalah tes yang diberikan pada fase pretest dan postest

berupa soal atau masalah yang disiapkan oleh siswa berdasarkan

pemahamannya tentang isi dalam naskah drama yang dibahas dan ditemukan

jawabannya oleh siswa dari kelompok lain.

2. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup yang

menggunakan skala Guttman dengan dua pilihanjawaban, yaitu “Ya” atau

“tidak” dan skala ini digunakan untuk mengukur satu dimensi dari satu variabel

yang multi dimensi. Sehingga skala ini memiliki ciri undimensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes

yaitu hasil belajar dan nontes yaitu angket, wawancara, dan pengamatan.

1. Teknik tes hasil belajar

Tes hasil belajar akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pada saat

pretest dan postest. Hal itu dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa

tanpa diberikan perlakuan dan yang diberikan perlakuan.

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

caramemberi pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden.

Jenis angketyang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup terdiriatas

pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai

pilihan.Angket didistribusikan pada seluruh siswa yang masuk kategori

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

39

populasi dan sampel. Angket dalam penelitian inidigunakan untuk

mendapatkan data mengenai penerapan model pembelajaran problem posing

melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama, langkah penerapan

model pembelajaran problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan

media naskah drama, dan kendala penerapan penerapan model pembelajaran

problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua

yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

1. Analisis statistik deskriptif

Analisis ini menggambarkan data yang telah terkumpul, seperti

gambaran antara pengaruh variabel X dan variabel Y. Untuk menganalisis data

yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif

dan statistik inferensial. Data yang terkumpul merupakan data dari pretest dan

posstest kemudian dilakukan perbandingan. Membandingkan kedua hal

tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai

pretest dan posstest. Pengajuan ini hanya dilakukan pada rata-rata nilai kedua

saja. Dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-

test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan

model eksperimen nonequivalent control group design.

Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama

proses penelitian dan bersifat kuantitatif.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini

sebagai berikut :

a) Rata-rata (mean)

𝑥 = 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

40

2. Analisis statistik Inferensial

Kata statistik berasal dari bahasa Latin, yakni status yang artinya negara

atau menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Untuk

lebih jelasnya dapat disimpulkan bahwa satistik adalah ilmu yang mempelajari

tentang seluk beluk data yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penafsiran,

dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka.

Statistika inferensial mencakup semua model yang berhubungan dengan

analisis sebagaian data atau juga sering disebut dengan sampel kemudian

dilakukan penarikan kesimpulan dari keseluruhan data atau populasi.

Pengambilan kesimpulan dari statistika inferensial yang hanya didasarkan pada

sebagian data saja menyebabkan sifat tak pasti sehingga memungkinkan terjadi

kesalahan dalam pengambilan keputusan sehingga dibutuhkan teori peluang

untuk mengantisipasi hal tersebut.

Dalam penggunaan statistik inferensial dalam penelitian ini

menggunakan teknik statistik t (uji t) dengan bantuan aplikasi SPSS versi 23.

SPSS adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk membuat

analisis statistika. Setelah menentukan hasil analisis melalui SPSS, selanjutnya

menentukan hasil hipotesis dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan

dengan aturan : Jika thitung > ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima,

berarti penerapan model problem posing melalui kegiatan berkelompok

dengan media naskah drama memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa

kelas XI IPA 6 SMA 12 Makassar.

b. Jika thitung ˂ ttabel maka Ho = diterima, berarti penerapan model problem

posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama tidak

memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

41

12 Makassar. Mencari ttabel dengan menggunakan tabel distribusi t dengan

taraf signifikan ά = 0,05 dan df = N – 1.

c. Membuat kesimpulan tentang hasil penelitian apakah penerapan model

problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama

berpengaruh terhadapa hasil belajar siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 12

Makassar.

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas secara rinci tentang hasil penelitian yang telah diperoleh

oleh peneliti dengan jenis penelitian eksperimen yang berdasarkan data yang diperoleh

di lapangan yang berlokasi di SMA Negeri 12 Makassar terhadap kelas XIIPA 6

sebagai kelas uji coba dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Pada penelitian ini

melalui tahap pretest yang diberikan pembelajaran konvensional tanpa perlakuan

model Problem Posingdengan menganalisis naskah drama yang bertema “munafik”

lalu tahap treatmen yang akan di terapkan perlakuan Problem Posing.

Dengan cara, siswa yang menemukan masalah pada naskah drama yang mereka

buat namun mereka pula yang menemukan solusi dari masalah itu. Seperti yang

dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pada penelitian ini diolah dengan

menggunakan teknik analisis statistik desktiptif dan teknik analisis statistik

inferensial..

1. Statistik deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara

statistik yang merujuk pada nilai rata-rata (M), median (Me), Modus (Mo), nilai

tertinggi dan nilai terendah dari masing-masing data tes hasil belajar siswapretest dan

postest.

a. Hasil penelitian kelas kontrol

Hasil analisis data diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa

dikelas mulai dari guru memberi salam, mengecek kehadiran siswa kemudian

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan tanpa

menggunakan model pembelajran problem posing dengan menganalisis isi naskah

drama lalu dilanjutkan dengan menyampaikan materi yang akan diajarkan.

34

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

43

Selanjutnya pemberian tugas kepada siswa dan terakhir guru menutup

pembelajaran.

a) Tahap Pretest

Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada kelas

kontrol tahapIpre dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol

Tahap Pretest

No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)

1. 84 10 28

2. 63 12 34

3. 40 7 19

4. 38 7 19

Jumlah n = 36 100

Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari

jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 36 siswa diperoleh gambaran,

yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai

maksimal. Nilai tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 84 dan nilai

terendah diperoleh 7 orang siswa dengan nilai 38.

Sampel dengan nilai 84 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase

28%, sampel yang memiliki nilai 63 diperoleh 12 orang siswa dengan

persentase 34%, sampel yang memiliki nilai 40 diperoleh 7 orang siswa

dengan persentase 19% dan sampel yang nilai 38 diperoleh 7 orang siswa

dengan persentase 19%..

Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi

sebagai bahan pengukuran penyebaran data.

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

44

Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol pada Tahap

Pretest.

No

responden

Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐

001 84 59,5 600,25

002 84 59,5 600,25

003 84 59,5 600,25

004 84 59,5 600,25

005 84 59,5 600,25

006 84 59,5 600,25

007 84 59,5 600,25

008 84 59,5 600,25

009 84 59,5 600,25

010 84 59,5 600,25

011 63 59,5 12,25

012 63 59,5 12,25

013 63 59,5 12,25

014 63 59,5 12,25

015 63 59,5 12,25

016 63 59,5 12,25

017 63 59,5 12,25

018 63 59,5 12,25

019 63 59,5 12,25

020 63 59,5 12,25

021 63 59,5 12,25

022 63 59,5 12,25

023 40 59,5 380,25

024 40 59,5 380,25

025 40 59,5 380,25

026 40 59,5 380,25

027 40 59,5 380,25

028 40 59,5 380,25

029 40 59,5 380,25

030 38 59,5 462,25

031 38 59,5 462,25

032 38 59,5 462,25

033 38 59,5 462,25

034 38 59,5 462,25

035 38 59,5 462,25

036 38 59,5 462,25

Jumlah 2.142 11.291

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

45

Nilai siswa pada tabel 4.2 disusun secara berurutan berdasarkan skor

teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih

dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan

menggunkan rumus sebagai berikut:

𝑥 = 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

2.142

36= 59.5

Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 66,23 maka selanjutnya mencari

nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :

𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐

𝑁 − 1=

11.291

36 − 1

= 322,6

= 3,03

Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus

di atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas

XI SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem

posing dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar

diperoleh interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam

menganalisis naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi,

sedang, rendah, atau sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol tahap pretest.

No Interval Tingkat Hasil Belajar

1

2

3

90 – 100

80 – 89

70 – 79

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

46

4

5

40 – 69

00 – 39

Rendah

Sangat Rendah

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi

naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sangat rendah. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata

siswa yaitu 59,5 berada pada rentang nilai 00-39 (kategori sangat rendah).

b) Tahap postest

Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada kelas

kontrol tahapIpre dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol

Tahap Postest.

No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)

1. 84 10 28

2. 63 12 34

3. 43 7 19

4. 38 7 19

Jumlah n = 36 100

Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari

jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 36 siswa diperoleh gambaran,

yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai

maksimal. Nilai tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 84 dan nilai

terendah diperoleh 7 orang siswa dengan nilai 38.

Sampel dengan nilai 84 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase

28%, sampel yang memiliki nilai 63 diperoleh 12 orang siswa dengan

persentase 34%, sampel yang memiliki nilai 40 diperoleh 7 orang siswa

dengan persentase 19% dan sampel yang nilai 38 diperoleh 7 orang siswa

dengan persentase 19%..

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

47

Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi

sebagai bahan pengukuran penyebaran data.

Tabel 4.5 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol pada Tahap

Postest.

No

responden

Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐

001 84 59,5 600,25

002 84 59,5 600,25

003 84 59,5 600,25

004 84 59,5 600,25

005 84 59,5 600,25

006 84 59,5 600,25

007 84 59,5 600,25

008 84 59,5 600,25

009 84 59,5 600,25

010 84 59,5 600,25

011 63 59,5 12,25

012 63 59,5 12,25

013 63 59,5 12,25

014 63 59,5 12,25

015 63 59,5 12,25

016 63 59,5 12,25

017 63 59,5 12,25

018 63 59,5 12,25

019 63 59,5 12,25

020 63 59,5 12,25

021 63 59,5 12,25

022 63 59,5 12,25

023 43 59,5 272,25

024 43 59,5 272,25

025 43 59,5 272,25

026 43 59,5 272,25

027 43 59,5 272,25

028 43 59,5 272,25

029 43 59,5 272,25

030 38 59,5 462,25

031 38 59,5 462,25

032 38 59,5 462,25

033 38 59,5 462,25

034 38 59,5 462,25

035 38 59,5 462,25

036 38 59,5 462,25

Jumlah 2.162 12.047

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

48

Nilai siswa pada tabel 4.2 disusun secara berurutan berdasarkan skor

teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih

dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan

menggunkan rumus sebagai berikut:

𝑥 = 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

2.162

36= 60.05

Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 66,23 maka selanjutnya mencari

nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :

𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐

𝑁 − 1=

12.047

36 − 1

= 344,2

=18,5

Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus

di atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas

XI SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem

posing dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar

diperoleh interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam

menganalisis naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi,

sedang, rendah, atau sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.6 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol tahap Postest.

No Interval Tingkat Hasil Belajar

1

2

90 – 100

80 – 89

Sangat Tinggi

Tinggi

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

49

3

4

5

70 – 79

40 – 69

00 – 39

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi

naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sangat rendah. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata

siswa yaitu 59,5 berada pada rentang nilai 00-39 (kategori sangat rendah).

b. Hasil penelitian kelas eksperimen

Hasil analisis data diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas

siswa dikelas mulai dari guru memberi salam, mengecek kehadiran siswa

kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan

menggunakan model pembelajaran problem posing dengan menganalisis isi

naskah drama lalu dilanjutkan dengan menyampaikan materi yang akan

diajarkan. Selanjutnya pemberian tugas kepada siswa dan terakhir guru

menutup pembelajaran.

a) Tahap Pretest

Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa

pada kelas eksperimen ditahap pretest dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen

tahap pretest

No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)

1. 88 10 28

2. 75 9 26

3. 65 6 17

4. 60 6 17

5. 58 4 12

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

50

Jumlah n = 35 100

Dari tabel 4.4 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari

jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diperoleh gambaran, yaitu

tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai maksimal. Nilai

tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 88 dan nilai terendah diperoleh 4

orang siswa dengan nilai 58.

Sampel dengan nilai 88 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase 28%,

sampel yang memiliki nilai 75 diperoleh 9 orang siswa dengan persentase 26%,

sampel yang memiliki nilai 65 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17%,

sampel yang nilai 60 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17% dan sampel

yang memiliki nilai 58 diperoleh 4 orang siswa dengan persentase 12%

Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi

sebagai bahan pengukuran penyebaran data.

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada

Tahap Pretest.

No

responden

Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐

001 88 72,6 237,16

002 88 72,6 237,16

003 88 72,6 237,16

004 88 72,6 237,16

005 88 72,6 237,16

006 88 72,6 237,16

007 88 72,6 237,16

008 88 72,6 237,16

009 88 72,6 237,16

010 88 72,6 237,16

011 75 72,6 5,76

012 75 72,6 5,76

013 75 72,6 5,76

014 75 72,6 5,76

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

51

015 75 72,6 5,76

016 75 72,6 5,76

017 75 72,6 5,76

018 75 72,6 5,76

019 75 72,6 5,76

020 66 72,6 43,56

021 66 72,6 43,56

022 66 72,6 43,56

023 66 72,6 43,56

024 66 72,6 43,56

025 66 72,6 43,56

026 60 72,6 158,76

027 60 72,6 158,76

028 60 72,6 158,76

029 60 72,6 158,76

030 60 72,6 158,76

031 60 72,6 158,76

032 58 72,6 213,16

033 58 72,6 213,16

034 58 72,6 213,16

035 58 72,6 213,16

Jumlah 2.543 4.490

Nilai siswa pada tabel 4.5 disusun secara berurutan berdasarkan skor

teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih

dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan menggunkan

rumus sebagai berikut:

𝑥 = 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

2.543

35= 72,6

Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 72,6 maka selanjutnya mencari nilai

standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :

𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐

𝑁 − 1=

4.490

35 − 1

= 128,2

=11,3

Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus di

atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas XI

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

52

SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem posing

dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar diperoleh

interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menganalisis

naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi, sedang, rendah,

atau sangat rendah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.9 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol pada Tahap Pretest.

No Interval Tingkat Hasil Belajar

1

2

3

4

5

90 – 100

80 – 89

70 – 79

40 – 69

00 – 39

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi

naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 4.5 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yaitu 72,6

berada pada rentang nilai 70-79 (kategori sedang).

b) Tahap postest

Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada

kelas eksperimen ditahap postest dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas

Eksperimen tahap postest

No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)

1. 95 11 31

2. 92 8 23

3. 90 6 17

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

53

4. 85 6 17

5. 65 4 12

Jumlah n = 35 100

Dari tabel 4.7 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari

jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diperoleh gambaran, yaitu

tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai maksimal. Nilai

tertinggi diperoleh 11 orang siswa dengan nilai 95 dan nilai terendah diperoleh 4

orang siswa dengan nilai 65.

Sampel dengan nilai 95 diperoleh 11 orang siswa dengan persentase 31%,

sampel yang memiliki nilai 92 diperoleh 8 orang siswa dengan persentase 23%,

sampel yang memiliki nilai 90 5diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17%,

sampel yang nilai 85 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17% dan sampel

yang memiliki nilai 65 diperoleh 4 orang siswa dengan persentase 12%

Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi

sebagai bahan pengukuran penyebaran data.

Tabel 4.11 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada

Tahap Postest.

No

responden

Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐

001 95 88,3 44,89

002 95 88,3 44,89

003 95 88,3 44,89

004 95 88,3 44,89

005 95 88,3 44,89

006 95 88,3 44,89

007 95 88,3 44,89

008 95 88,3 44,89

009 95 88,3 44,89

010 95 88,3 44,89

011 92 88,3 13,69

012 92 88,3 13,69

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

54

013 92 88,3 13,69

014 92 88,3 13,69

015 92 88,3 13,69

016 92 88,3 13,69

017 92 88,3 13,69

018 92 88,3 13,69

019 90 88,3 2,89

020 90 88,3 2,89

021 90 88,3 2,89

022 90 88,3 2,89

023 90 88,3 2,89

024 90 88,3 2,89

025 90 88,3 2,89

026 85 88,3 10.89

027 85 88,3 10.89

028 85 88,3 10.89

029 85 88,3 10.89

030 85 88,3 10.89

031 85 88,3 10.89

032 65 88,3 542,89

033 65 88,3 542,89

034 65 88,3 542,89

035 65 88,3 542,89

Jumlah 3.091 615,25

Nilai siswa pada tabel 4.8 disusun secara berurutan berdasarkan skor

teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih

dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan

menggunkan rumus sebagai berikut:

𝑥 = 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

3.091

35= 88,3

Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 88,3 maka selanjutnya mencari

nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :

𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐

𝑁 − 1=

615,25

35 − 1

= 18,09

=4,25

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

55

Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus di

atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas XI

SMA Negeri 12 Makassar penggunaan model pembelajaran problem posing

dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar diperoleh

interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menganalisis

naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi, sedang, rendah,

atau sangat rendah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.12 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas

Kontrol pada Tahap Postest.

No Interval Tingkat Hasil Belajar

1

2

3

4

5

90 – 100

80 – 89

70 – 79

40 – 69

00 – 39

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi

naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 4.8 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yaitu 88,3

berada pada rentang nilai 80-89 (kategori tinggi).

2. Statistik inferensial

Tabel 4.13 hasil analisis statistik uji t

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

56

skor

_pre

stas

i

Equal

variances

assumed

11,187 ,001 -3,580 69 ,001

-

13,1571

4

3,67491 -20,48838 -5,82591

Equal

variances not

assumed

-3,603 58,669 ,001

-

13,1571

4

3,65159 -20,46482 -5,84946

Group Statistics

kelompok_kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

skor_prestasi kontrol_pretest 36 59,5000 18,55263 3,09210

eksperimen_pretest 35 72,6571 11,49154 1,94242

Sumber: Output SPSS Versi 23

Pada bagian statistic inferensial hipotesis yang akan diuji dengan

menggunakan statistik uji t yaitu penerapan model pembelajaran problem

posingdengan menganalisis naskah drama pada siswa kelas XISMA Negeri 12

Makassar. Input nilai siswa dari lapangan menunjukan bahwa nilai kelas yang

diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem

posingdengan menganalisis naskah drama lebih tinggi dibanding siswa yang tidak

diberikan perlakuan tersebut. Adapun hasil analisis uji t dapat dilihat pada tabel

4.10.

Penentuan kriteria signifikan digunakan aturan sebagai berikut:

Jika thitung>ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima dan jika thitung<ttabel maka Ho

= diterima dan H1 = ditolak.

Jadi berdasarkan nilai thitungyang telah diperoleh dengan uji t maka nilai

ttabeldiperoleh dengan menentukan df = N – k dengan taraf signifikan 0,05.dari

data yang diperoleh nilai df = 35 – 1 = 34 dan df = 36 – 1 = 35 sehingga nilai df

adalah 34 dan 35. Kemudian mencari nilai tabel t dengan melihat tabel distribusi t

yaitu 1,690 dan 1,689 (lampiran). Disamping itu thitung memiliki nilai 3,580 dan

3,603. Dengen demikian thitung = 3,580 > ttabel = 1,690 dan thitung = 3,603 > ttabel =

1,689 yang berarti Ho=ditolak dan H1=diterima.

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

57

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan H1 diterima menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

problem posing efektif untuk diterapkan dalam menganalisis naskah drama siswa

kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.

Selain itu hasil kerja siswa, hal lain yang menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh pada siswa setelah perlakuan dilihat dari sikap siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung menunjukkan sikap lebih aktif dibandingkan pada

tahap pretest.

3. Deskripsi Respon Siswa terhadap model pembelajaran Problem Possing

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data respon siswa

tentang pengaruh model pembelajran problem posingdalam menganalisis isi

naskah drama yaitu angket respon siswa yang diukur dengan pemberian angket

untuk mengetahui tanggapan siswa. Dengan ketentuan kriteria yang ditetapkan

dalam penelitian ini adalah 50% siswa yang merespon “ya” dandinyatakan dalam

tabel berikut:

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

58

Tabel 4.14 Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar Tentang

Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posingdalam Menganalisis Isi

Naskah Drama.

No. Uraian Pertanyaan Siswa yang

Merespon Ya

Siswayang

Merespon tidak

1. Apakah kamu menyukai model

pembelajaran yang diterapkan

peneiti ?

29 6

2. Apakah pemahaman

kamumeningkat dengan

penerapan model pembelajaran

yang diterapkan peneliti ?

28 7

3. Apakah kamu merasa

bersemangat jika dalam belajar

menggunakan model

pembelajaran yang diterapkan

peneliti ?

25

10

4. Apakah dalam proses belajar guru

membantu penerapan model

pembelajaran ?

32 3

5. Apakah kamusenang jika dalam

pembelajaran bahasa Indonesia

menerapkan model pembelajaran

tersebut?

22 13

6. Apakah guru pernah menerapkan

model pembelajaran yang sama

atau hampir mirip dengan model

pembelajaran yang diterapkan

peneliti?

25

10

7. Apakah ada kesulitan belajar

pada saat pengaplikasian model

pembelajaran yang digunakan

peneliti?

21

14

8. Apakah kamulebih cepat

mengingat materi ketika

menggunakan model

pembelajaran yang diterapkan

peneliti?

28

7

9. Apakah anda lebih cepat

mengingat materi pelajaran jika

menggunakan model

pembelajaran?

26

9

10. Apakah Anda lebih memahami

pelajaran bahasa Indonesia jika

menggunakan model

pembelajaran?

29

6

Jumlah 265 85

Nilai rata-rata 7,57

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

59

Tabel 4.15 Frekuensi dan persentase Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12

Makassar Tentang Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posingdalam

Menganalisis Isi Naskah Drama.

Skor Soal Frekuensi (F) Persentase (%)

1 265 75,7

0 85 24,2

Jumlah N= 350

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai rata-rata respon siswa tentang

pengaruh model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi naskah

drama adalah 7,57 dengan persentase nilai yang menjawab ya adalah 75,7 %.

Dengan demikian respon siswa tentang pengaruh model pembelajaran Problem

Posing dalam menganalisis isi naskah drama dapat disimpulkan cukup

berpengaruh besar karena telah memenuhi kriteria respon siswa yakni ≥ 50%.

Artinya model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi naskah

drama memberikan pengaruh yang baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni di SMA Negeri 12 Makassar dan

memilih kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas uji tanpa

menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis naskah

drama dan siswa kelas XI IPA 6 dengan jumlah sebanyak 35 siswa sebagai kelas

uji coba dengan menggunakan tes awal (pretest) setelah diberikan perlakuan

(treatment) kemudian dilakukan pengukuran (posttest) lagi untuk mengetahui

hasil dari perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing

dalam menganalisis isi naskah drama pada kelas XI IPA 6. Pada saat proses

pembelajaran, sebelum siswa diberikan tugas sebagai tes awal (pretest), terlebih

dahulu dijelaskan materi tentang drama, untur-unsur intrinsik dan ekstrinsik

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

60

drama dan cara menganalisis naskah drama dengan baik, kemudian pada tahap

penugasan di tes awal (pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan

menganalisis isi naskah drama siswa. Sebelum diberikan perlakuan berupa

penerapan model pembelajaran problem posing dengan menganalisis isi naskah

drama yaitu siswa diberikan tugas untuk membuat cerpen secara perkelompok

dengan tema yang telah ditentukan.

Dari hasil pretest diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif

pada proses penugasan dan memperoleh berbagai kesulitan dalam menganalisis isi

naskah pada sebuah drama, sebagian siswa juga terlihat tidak bersemangat dan

tidak tertarik pada saat belajar sehingga menyebabkan siswa tidak fokus

mengikuti proses pembelajaran.Pada pertemuan selanjutnya pada saat dilakukan

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam

menganalisis isi naskah drama, pada tahap ini beberapa perbedaan yang terjadi di

dalam kelas terhadap respon siswa dalam belajar misalnya pada sikap dan

keaktifan siswa sebelum penggunaan model pembelajaran problem posing dalam

menganalisis isi naskah drama dan pada saat penerapan model pembelajaran

problem posing, siswa terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran

sehingga kelas yang awalnya terlihat tak hidup karena ketidakantusiasan siswa

dalam mengikuti pelajaran sekarang terlihat menyenangkan karena siswa tertarik

dan antusisas mengikuti pelajaran sebab dianggap belajar seperti permainan yang

bernilai edukatif. Setelah siswa menganlisis isi naskah pada drama yang mereka

buat, kemudian siswa kembali diberikan ksempatan untuk saling tukar hasil

analisis naskah. Hal itupun memicu pertanyaan siswa tentang hasil analisis drama

yang telah mereka kerjakan. namun dengan model pembelajaran ini, siswa

dituntut untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang mereka temukan. Tiap

kelompok kemudian berdiskusi lalu mempresentasikan sendiri jawabannya yang

merupakan pengambilan nilai individu. Kemudian, kelompok lain pun yang

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

61

merupakan penanya akan menerima ataupun menyanggah jawaban yang telah

ditemukan kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kemampuan

siswa pada tahap pretest dan tahap postest terdapat perbedaan yang cukup

signifikan. Hal ini dibuktikan pada hasil kerja siswa yang mendapatkan nilai

tertinggi tahap pretest 88 sebanyak 10 siswa kemudian mengalami peningkatan

pada tahap postest dengan nilai 95 sebanyak 11 siswa.

1. Kondisi siswa tahap pretest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi

naskah drama

Kemampuan siswa menganalisis naskah drama dengan menggunakan

metode konvensional dalam menganalisis isi naskah drama,siswa diminta

memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan. Kemudian

setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu guru

menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan

kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah

memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama

menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi

tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing

masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.

Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal

menjawab dan kurang baik dalam menjawab.

Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada

aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori

menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah

memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain

itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan

paragraf. kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang

belum dipenuhi dengan baik.

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

62

2. Kondisi siswa tahap postest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi

naskah drama

Pada tahap ini, siswa kembali diajarkan dengan menggunakan model yang

sama yaitu konvensional. Namun, untuk siswa yang awal pemahamannya kurang,

setelah di lakukan uji kembali menggunakan model lain yang sama dengan naskah

yang sama, hasilnya tak jauh beda dengan tahap pretest. Padahal pada tahap ini,

siswa telah bekerja sama dengan teman temannya untuk memecahkan soal.

Namun mereka hanya mendapat nilai dibwah standar.

Hal itu dikarenakan siswa yang kurang aktif, model yang guru terapkan

hanya berpusat pada guru saja dan tidak berkembang pada siswa.

3. Kondisi siswa pada tahap pretest dengan kemampuan menganalisis isi

naskah drama kelas eksperimen

Kemampuan siswa dalam menganalisis naskah drama sebelum menggunakan

model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, siswa

diminta memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan.

Kemudian setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu

guru menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan

kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah

memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama

menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi

tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing

masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.

Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal

menjawab dan kurang baik dalam menjawab.

Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada

aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori

menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

63

memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain

itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan

paragraf.

4. Kondisi siswa pada tahap postest dengan kemampuan menganalisis isi

naskah dramakelas eksperimen.

Kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang belum

dipenuhi dengan baik.Kondisi siswa pada tahap postest mengalami sedikit

perubahan pada hasil kerja siswa, hal itu dipengaruhi karena siswa tidak lagi

merasa bosan di dalam kelas selama pelajaran karena seluruh siswa dituntut aktif

dalam mengerjakan tugas. pada pengaplikasian model pembelajaran problem

posingdalam menganalisis isi naskah drama, Siswa terlihat senang mengikuti

pelajaran dan aktif dalam proses pengaplikasian model pembelajaran problem

posing dalam menganalisis isi naskah drama,

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa model pembelajaran

problem posingdalam menganalisis isi naskah dramamemberikan pengaruh

terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

drama. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata tahap postestyang

diberikan perlakuan model pembelajaran problem posingdalam menganalisis isi

naskah drama memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 88,3 dibanding pada tahap

pretest yang tidak mendapatkan perlakuan model pembelajara problem posing

dalam menganalisis isi naskah drama yaitu 72,6

Hal itu juga dibuktikan dengan pengujian hipotesis dengan menggunaan

analisis uji t. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama memberikan

pengaruh terhadap pembelajaran menganalisis isi naskah drama siswa Kelas XI

IPA 6 SMA Negeri 12 Makassar dengan hasil perbandingan nilai rata-rata siswa

kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan statistik uji t. Diketahui bahwa nilai

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

64

thitung yang diperoleh dengan analisis uji t yaitu 2,775 dan nilai t tabel yaitu 1,724

yang diperoleh dengan memperhatikan tabel distribusi t denagn taraf signifikan ά

= 0,05 dan df = N – 1 . Hasil ini menunjukkan bahwa Ho = ditolak dan H1 =

diterima. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini yaitu “jika menerapkan model

problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia maka hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar

akan mengalami peningkatan” diterima.

Selain menggunakan analisis hasil belajar tes, peneliti juga

menyimpulkan bahwa kondisi belajar mengajar di kelas lebih aktif pada tahap

postest dibanding pretestpadakelas eksperimen. Selain itu, siswa lebih aktif pada

saat proses pembelajaran ketika diterapkan model problem posing dalam

menganalisis isi naskah drama karena siswa menikmati proses belajar mengajar

dengan betul betul. Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan angket kuesioner

menunjukan bahwa tingkat minat dan keaktifan siswa meningkat dari pretest ke

posttest setelahdiberi treatment (perlakuan).

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah terletak pada penggunaan model

pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran di kelas.

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan agar peningkatan hasil

belajar siswa dapat tercapai yaitu model pembelajaran problem posing dalam

menganalisis isi naskah drama.

Peningkatan hasil belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran

problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini diangggap berhasil

dilihat dari hasil aktivitas siswa dalam belajar bisa dibuktikan dari pengambilan

data dengan menggunakan angket (terlampir) yang menunjukkan bahwa minat

siswa dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem posing

dalam menganalisis isi naskah drama berpengaruh dan meningkatkan minat

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

65

belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan

menganalisis naskah

Hal itu membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran problem

posing dapat membuka pikiran siswa untuk lebih berpikir luas menemukan hal-hal

baru yang berkaitan dengan sesuatu di sekitarnya misalnya, pada pengaplikasian

dalam pembelajaran menganalisis isi naskah drama, hal tersebut menumbuhkan

rasa penasaran siswa terhadap isi naskah sebelum menganalisisnya. Hal itu juga di

karenakan naskah drama yang menarik perhatian siswa sehingga menciptakan

kerja sama yang baik dengan siswa lainnya. Dengan model pembelajaran problem

posing ini yang di dukung dengan naskah drama yang sangat popular dikalangan

masyarakat, Oleh karena itu siswa dapat menikmati pembelajaran dengan model

yang diterpakan dan menghasilkan nilai belajar yang cukup baik dan memberikan

peningkatan dari pembelajaran sebelumnya yang tidak diberikan perlakuan.

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

66

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada hasil penelitian ini adalah model

pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, efektif

digunakan pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.

Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan rata-rata kelas yang mendapatkan

perlakuan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah

drama yaitu 88,33 dan kelas yang tanpa menggunakan model pembelajaran

problem posing dengan permainan pancasila lima dasar yaitu 59,9

Selain itu juga dapat dilihat pada uji hipotesis yang menunjukkkan hasil tes

nilai t hitung memiliki jumlah lebih besar yaitu 3,580 dan 3,603 dibandingkan

dengan nilai t tabel yaitu 1,609 dan 1,689. thitung = 3,580 > ttabel = 1,690 dan thitung

= 3,603 > ttabel = 1,689 dan mengkuti aturan pengambilan keputusan atau kriteria

yang signifikan yaitu jika thitung> ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima yang

berarti penerapan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi

naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.

B. Saran

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada :

a. Siswa

Siswa hendaknya mampu memotivasi diri dalam belajar untuk

meningkatkan menganalisi naskah drama.

b. Pendidik

1. Pendidik mampu menerapkan model pembelajaran problem posing dalam

menganalisis isi naskah drama

61

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

67

2. Pendidk mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran

sehingga minat dan hasil belajar siswa akan baik dan meningkat.

c. Calon peneliti

1. Mampu meneliti penerapan model pembelajaran problem posing di berbagai

sub pembelajaran.

2. Kiranya mampu memodifikasi model pembelajaran problem posing dengan

permainan anak-anak lainnya.

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

68

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2014.Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: sinar baru

algensindo

Ambarwati, Wiwit. 2012. Implementasi Metode Problem Posing dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Siswa Kelas XI SMA Negeri

1 Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.SKRIPSI.

Annisa, Rizki. 2018. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Drama melalui

Metode Kontekstual Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7 Makassar.

SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah

As’ari, A.R. 2005. Problem Posing Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru

Matematika. Jurnal Matematika: Tahun V, Nomor 1, April 2000.

B, Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. 2011. Panduan Penelitian. Jakarta: Pustaka

Publisher.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Emzir. 2015. Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif.

Jakarta:Rajawali Persada

Endraswara, Suardi. 2005. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Indraswari, Sely. 2015. Pengembangan Media Berbasis Adobe Flash CC Dengan

Metode Problem Posing Learning Untuk Pembelajaran Memproduksi Teks

Ulasan Film/Drama di Keas XI SMA Muhammadiyah 2

Yogyakarta.SKRIPSI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di

kkbi.kemdikbud.go.id/entri/religious. Diakses 7 desember 2018

Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Nasutian. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara

Ramli, Rahma. 2018. Pengaruh Model Mind Mapping dengan Permainan

Pancasila Lima Dasar Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas

X SMK Baznas Makassar. SKRIPSI. Univeraitas Muhammadiyah

Rusman.2014. Model-model pembelajaranmengembangkan profesionalisme guru.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.

Semarang: FMIPA UNNES.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Afabeta

Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata kuliah dasar umum.

Makassar: Pustaka Lontara.

63

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

69

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2012. Belajar dan Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Waluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yokyakarta:

Hanandita.

Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasarin Press.

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

70

LAMPIRAN

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

71

Rencana kegiatan pembelajaran

(RPP)

Sekolah : SMA NEGERI 12MAKASSAR

Mata pelajaran : Bahasa indonesia

Materi pokok : Drama

Alokasi waktu : 6 x 45menit ( 3 JP)

A. Kompetensi Inti

KI- 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut

KI- 2 Memahami dan menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedur berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humainora dengan wawasan

kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI- 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

72

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI- 4 Mengolah, menalarn dan menyajikan dalam rana konkret dan rana

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran

3.18. mengidentifikasi alur cerita, babak

demi babak, dan konflik dalam

drama yang dibaca atau ditonton

Mendata alur, konfliks,

penokohan, dan hal yang menarik

dalam drama yang dipentaskan.

4.18. mempertunjukkan salah satu tokoh

dalam drama yang dibaca.

.Memberi tangggapan serta

memperbaiki hasil kerja dalam

diskusi kelas.

3.19. Menganalisis isi dan kebahasaan

drama yang dibaca

Mengidentifikasi isi dan

kebahasaan drama yang dibaca.

C. Tujuan pembelajaran

Setelah melalui proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat

1. Mampu mengetahui unsur-unsur dalam drama (alur, babak, konflik, dan

penokohan)

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

73

2. Mampu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama

3. Mampu merancang pementasan drama

4. Mampu memberikan tanggapan pada sebuah pementasan drama.

D. Materi pembelajaran

Drama

Alur dalam drama

Babak dalam drama

Konflik dalam drama

Penokohan dalam drama

Isi Dan kebahasaan drama

Persiapan pementasan drama

Pementasan drama

E. Metode pembelajaran

Model pembelajaran : Konvensional

Metode : penugasan, tanya jawab, eksplorasi

F. Media/alat, bahan pembelajaran

Media : naskah drama

G. Sumber belajar

buku bahasa indonesia kelas XI

Buku referensi yang relevan

Internet

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

74

H. Langkah-langkah pembelajaran

Pertemuan pertama

2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi

sebelumnya.

Guru menyampaikantujuanpembelajaran

10 menit

Inti Guru menyampaiakan sub materi pembelajaran

Guru membahas materi yang akan di ajarkan

tentang pengertian,drama dan unsur unsurnya.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk bertanya terkait materi yang di

pelajarai hari ini,

Setelah semua peserta didik memahami materi

yang telah disampaiakan, guru menugaskan

70 menit

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

75

mengidentifikasi drama yang telah dibaca.

Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.

Guru menejlaskan tata cara pengerjaan tugas

kelompok sekaligus individu dan cara

penilaiannya.

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pembelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

10 menit

Pertemuan kedua

2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

5 menit

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

76

materi sebelumnya.

Inti Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis

naskah drama “munafik“ yang telah di bagikan

oleh guru lalu para ketua kelompok menukar

naskah mereka ke kelompok yang lain..

80 menit

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pemebelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

5 menit

Pertemua ketiga

2 x 45 menit

kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetntang materi

sebelumnya.

5 menit

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

77

Inti Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

mereka

80 menit

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pemebelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

5 menit

I. Penilaian

1. Teknik penilaian

a. Kompetensi keagamaan dan sosial

Teknik penilaian : observasi/pengamatan

Bentuk : catatan hasil observasi

b. Kompetensi pengetahuan

Teknik penilaian : tes

Bentuk penilaian : penugasan kelompok

lembar kerja siswa

c. Kompetensi keterampilan

Teknik penilaian : penugasan

Bentuk : tugas tertulis

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

78

Lampiran Materi

A. Pengertian drama

Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti

berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu

perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya

sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh

aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga

dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan

sebuah naskah.

Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta

drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk

tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau

dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti

sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di

atas panggung.

Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta

watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.

B. Jenis-Jenis Drama

Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam

bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan

penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah

drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8

jenis, antara lain:

Tragedi: drama yang bercerita tentang kekecewaan.

1. Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan

kelucuan.

2. Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

79

3. Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi musik.

4. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi musik.

5. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya drama

tersebut dagelan.

6. Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya tidak

mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai gerakan.

7. Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.

C. Unsur-Unsur Drama

Berikut unsur-unsur drama :

1. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita

drama.

2. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak

pertama sampai babak terakhir.

3. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama

disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan

figuran.

4. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut.

Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis adalah

berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang jahat.

5. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah

drama yang berlangsung.

6. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang cerita

drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan dengan

melalui peran para tokoh drama tersebut.

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

80

D. Isi dan kebahasaan drama

1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya

seni yang hendak diulas.

Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas

pada objek ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang

sejenis. Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat)

seperti : menarik/tidak menarik, mengharukan, memilukan, bernilai,

memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain sebagainya.

Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Kata sifat atau kata

keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat

suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua

dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat…,

….sekali, sangat…..

2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif

Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film

ini sungguh menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur,

drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita teladani,

dan lain-lain.

3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal

a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua

argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.

Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;

Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;

Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak

hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya…, melainkan juga…;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena,

apabila, bilamana, jikalau.

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

81

b.) Konjungsi eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua

peristiwa/deskripsi hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.

Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori

makna hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu,

selain itu;

Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula,

lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;

Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di

sisi lain, namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan

sebagainya ;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi,

sebagai akibat, maka.

3. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)

Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan,

seperti, seperti halnya, serupa dengan, dan sebagainya.

4. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional

Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses.

Misalnya : makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan,

mendengarkan, menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata

kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat

nominal (kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat

(kata kerja bantu).

Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut,

jadi/menjadi, meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

82

Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib,

jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada,

dan sebagainya.

Page 83: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

83

Rencana kegiatan pembelajaran

(RPP)

Sekolah : SMA NEGERI 12MAKASSAR

Mata pelajaran : Bahasa indonesia

Materi pokok : Drama

Alokasi waktu : 6 x 45menit ( 3 JP)

J. Kompetensi Inti

KI- 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut

KI- 2 Memahami dan menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedur berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humainora dengan wawasan

kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI- 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

Page 84: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

84

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI- 4 Mengolah, menalarn dan menyajikan dalam rana konkret dan rana

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

K. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran

3.18. mengidentifikasi alur cerita, babak

demi babak, dan konflik dalam

drama yang dibaca atau ditonton

Mendata alur, konfliks,

penokohan, dan hal yang menarik

dalam drama yang dipentaskan.

4.18. mempertunjukkan salah satu tokoh

dalam drama yang dibaca.

.Memberi tangggapan serta

memperbaiki hasil kerja dalam

diskusi kelas.

3.19. Menganalisis isi dan kebahasaan

drama yang dibaca

Mengidentifikasi isi dan

kebahasaan drama yang dibaca.

L. Tujuan pembelajaran

Setelah melalui proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat

5. Mampu mengetahui unsur-unsur dalam drama (alur, babak, konflik, dan

penokohan)

Page 85: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

85

6. Mampu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama

7. Mampu merancang pementasan drama

8. Mampu memberikan tanggapan pada sebuah pementasan drama.

M. Materi pembelajaran

Drama

Alur dalam drama

Babak dalam drama

Konflik dalam drama

Penokohan dalam drama

Isi Dan kebahasaan drama

Persiapan pementasan drama

Pementasan drama

N. Metode pembelajaran

Model pembelajaran : Problem Posing

Metode : penugasan, tanya jawab, eksplorasi

O. Media/alat, bahan pembelajaran

Media : naskah drama

P. Sumber belajar

buku bahasa indonesia kelas XI

Buku referensi yang relevan

Internet

Page 86: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

86

Q. Langkah-langkah pembelajaran

Pertemuan pertama

2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi

sebelumnya.

Guru menyampaikantujuanpembelajaran

10 menit

Inti Guru menyampaiakan sub materi pembelajaran

Guru membahas materi yang akan di ajarkan

tentang pengertian,drama dan unsur unsurnya.

Guru memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk bertanya terkait materi yang di

pelajarai hari ini,

Setelah semua peserta didik memahami materi

yang telah disampaiakan, guru menugaskan

70 menit

Page 87: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

87

mengidentifikasi drama yang telah dibaca.

Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.

Guru menejlaskan tata cara pengerjaan tugas

kelompok sekaligus individu dan cara

penilaiannya.

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pembelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

10 menit

Pertemuan kedua

2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

5 menit

Page 88: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

88

materi sebelumnya.

Inti Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis

naskah drama “munafik” yang telah di bagikan

oleh guru lalu para ketua kelompok menukar

naskah mereka ke kelompok yang lain..

80 menit

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pemebelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

5 menit

Pertemua ketiga

2 x 45 menit

kegiatan Deskripsi Alokasi waktu

pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai

pembelajaran.

Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai

sikap disiplin.

Guru melakukan apersepsi dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetntang materi

sebelumnya.

5 menit

Page 89: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

89

Inti Tiap kelompok/peserta didik menganalisis isi

naskah drama kelompok/peserta didik lainnya.

Kemudian menyiapkan pertanyaan berdasarkan

hasil analisis masing masing.

Kemudian para kelompok yang memiliki naskah,

berdiskusi untuk pertanyaan yang diberikan

kepada mereka.

Kemudian, kelompok yang menganalisis naskah

drama kelompok lain memberikan point tiap unsur

yang dianalisis

80 menit

Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pemebelajaran.

Guru menyampaikan pesan moral

Guru menutup pembelajaran

5 menit

R. Penilaian

2. Teknik penilaian

d. Kompetensi keagamaan dan sosial

Teknik penilaian : observasi/pengamatan

Bentuk : catatan hasil observasi

Page 90: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

90

e. Kompetensi pengetahuan

Teknik penilaian : tes

Bentuk penilaian : penugasan individu dan kelompok

Instrumen penilaian:lembar kerja siswa

f. Kompetensi keterampilan

Teknik penilaian : penugasan

Bentuk : tugas tertulis

Page 91: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

91

Lampiran Materi

E. Pengertian drama

Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti

berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu

perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya

sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh

aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga

dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan

sebuah naskah.

Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta

drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk

tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau

dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti

sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di

atas panggung.

Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta

watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.

F. Jenis-Jenis Drama

Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam

bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan

penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah

drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8

jenis, antara lain:

Tragedi: drama yang bercerita tentang kekecewaan.

8. Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan

kelucuan.

9. Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.

Page 92: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

92

10. Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi

musik.

11. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi

musik.

12. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya

drama tersebut dagelan.

13. Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya

tidak mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai

gerakan.

14. Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.

G. Unsur-Unsur Drama

Berikut unsur-unsur drama :

7. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita

drama.

8. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak

pertama sampai babak terakhir.

9. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama

disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan

figuran.

10. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama

tersebut. Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis

adalah berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang

jahat.

11. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam

kisah drama yang berlangsung.

Page 93: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

93

12. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang

cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan

dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.

H. Isi dan kebahasaan drama

1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya

seni yang hendak diulas.

Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas

pada objek ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang

sejenis. Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat)

seperti : menarik/tidak menarik, mengharukan, memilukan, bernilai,

memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain sebagainya.

Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Kata sifat atau kata

keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat

suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua

dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat…,

….sekali, sangat…..

2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif

Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film

ini sungguh menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur,

drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita teladani,

dan lain-lain.

3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal

a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua

argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.

Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;

Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;

Page 94: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

94

Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak

hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya…, melainkan juga…;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena,

apabila, bilamana, jikalau.

b.) Konjungsi eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua

peristiwa/deskripsi hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.

Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori

makna hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu,

selain itu;

Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula,

lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;

Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di

sisi lain, namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan

sebagainya ;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi,

sebagai akibat, maka.

3. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)

Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan,

seperti, seperti halnya, serupa dengan, dan sebagainya.

4. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional

Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses.

Misalnya : makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan,

mendengarkan, menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata

kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat

nominal (kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat

(kata kerja bantu).

Page 95: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

95

Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut,

jadi/menjadi, meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.

Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib,

jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada,

dan sebagainya.

Page 96: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

96

DARI MUSUH JADI SAHABAT

Narator : alkisah terdapat 5 orang sahabat, mereka adalah

cinta,rendi,bryan,bunga,dan gigi, mereka sudah lama bersahabat

sejak mereka kelas 1 sd, masalahpun muncul ketika ada

izam,ramos,Bianca,dan Elisha, pengen tahu kelanjutan ceritanya?,

langsung saja kita saksikan ( keluar )

(suatu pagi di kelas)

Rendi : cin,bry,bu,gi katanya ada anak baru loh

Cinta : hah? Siapa?cowok atau cewek, terus dimana?

Rendi : cewek ada, cowok ada, di kelas kita

Bryan : kalau ceweknya cantik – cantik aku bakal pacarin semua ah

Bunga : ampun dah , bryan pikirin tuh nilai kamu yang selalu kecil

terus, gimana kamu bisa naik kelas?

Gigi : iya bryan, kita aja semuanya jombkamu

Rendi : ngapain lagi pacar – pacaran masih kecil , sekarang tuh

fokusin belajar

Page 97: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

97

Bryan : ah kalian ini!, aku kan juga manusia setiap manusia pasti

pernah jatuh cinta

Rendi : ia, tapi jatuh cintanya ga sekarang bryan, nanti kalau udah

bisa cari uang sendiri

Narrator : datanglah murid baru itu yang sedang mereka bicarakan (

keluar )

Gigi : hi, kalian murid baru ya?, kenalin aku gigi

Bianca : dih, siapa juga yang mau kenalan sama kamu ih ga level

Rendi : (melihat ke arah izam)

Izam : apa kamu lihat – lihat aku!

Rendi : ye… siapa juga yang lihatin kamu gr amat dah

Elisha : um hi nama aku Elisha

Bianca : eh el ngapain sih kamu kenalin nama kamu ke mereka!

Elisha : ya aku kan Cuma mau kenalan doang emang ga boleh ya?

Ramos : ya ga boleh lh, kita itu beda dia anak kampung dan kita itu

anak orang kaya

Bunga : kan bokap nyokap kamu yang kaya bukan kamu yang kaya

hahaha!

Rendi : kita itu sama ga ada bedanya kok, kalian lahir dari seorang

ibu dan kita belajar dengan pelajaran yang sama

Page 98: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

98

Bianca : dih kamu itu orang miskin dan kita itu memang beda

Bryan : miskin atau kayanya itu ga bakal di ambil di akhirat, yang di

ambil itu amal kita

Izam : haha pak uztad ceramah, woi ceramah bukan disini di

masjid sono

Bunga : emang apasih yang kamu punya?

Ramos : kita punya segalanya, semua bisa kita beli pake uang

Elisha : hah? Emang kita mau beli apa pake uang?

Bianca : Elisha, kalau kamu ga ngerti mending kamu diem!

Elisha : gitu aja marah

Gigi : ada yang ga bisa kalian beli pake uang!

Izam : what?

Gigi : urusan kamu masuk surga atau neraka!

Ramos : alah kiamat masih lama woi pake ngomongin surga atau

neraka

Bryan : emang kamu tuhan yang tahu kapan kiamat? kita manusia ga

ada satu pun yang tau kapan itu terjadi

Izam : wah songon kamu ya!

Narrator : izam ingin menghajar bryan yang selalu ceramah di depan

izam tetapi bell masuk berbunyi

Narrator : di percepat bell istirahat telah berbunyi semua siswa keluar

berhamburan ada yang ke toilet, jungkir balik, ke kantin, lari – larian, dan

Page 99: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

99

masih banyak variasinya, rendi dan sahabatnya ke kantin, dan Bianca dan

sahabatnya ke kantin juga , apa yang terjadi? (keluar)

Bryan : mau pesen apa?

Rendi : udah ah air putih aja deh males makan

Bunga : sama aku juga males

Gigi : aku juga, gara – gara ada anak baru

Rendi : ouh iya, cinta mana ya?

Bryan : lh gatau tuh

Gigi : mungkin dia ga mau jajan

Bunga : ya udah sana bryan pesenin ya

Bryan : ya

Narrator : bryan sudah membelikan minum untuk sahabat –

sahabatnya, tetapi minuman itu di tumpahkan oleh Bianca dan sahabatnya

(keluar)

Bryan : duh kalian ini !!

Izam : apa kamu mau marah?!

Narrator : datanglah sahabat bryan yang lain (keluar)

Bunga : eh apaannih?

Bryan : ini nih, anak baru ini tumpahin minum kita

Rendi : ganti ga!

Page 100: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

100

Bianca : mau kita ganti?, ya kalau soal ganti ini doang mah kecil, tapi

kamu harus tunduk sama kita dan anggap kita ini bos kamu!

Elisha : emang kita kerja ya harus ada bosnya?

Ramos : aduh Elisha kapan sih otak kamu bener!?

Elisha : kapan – kapan (sambil menyengir)

Gigi : dih ogah banget , haha katanya kamu orang kaya Cuma ganti

kyk gini doang kamu ga bisa?, kaya apa tuh kaya monyet hah?

Bianca : jaga ya mulut kamu!

Narrator : Bianca dan sahabatnya menyerang rendi dan sahabatnya

kecuali cinta , karena eh karena cintanya ga ke kantin

Narrator : datanglah cinta ke kantin (keluar)

Cinta : eh eh eh ngapain sih kamu gangguin sahabat aku udah sana

pergi!

Elisha : eh um, pergi ya pergi kemana?

Bianca : diem deh Elisha, eh kamu siapa pake ngatur-ngatur kita,

emang kamu lebih kaya ya dari pada kita?

Izam : setau aku sih Cuma kita aja deh yang kaya disini

Cinta : lah kalau kalian kaya ngapain sekolah disini kenapa ga

sekolah di tempat yang lain hah?

Elisha : ya kita pindah kesini karena kita nakal

Bianca : aduh elishaaaaaaa, diem deh!

Page 101: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

101

Bunga : ouh , aku tau sekarang ga ada lagi sekolah yang mau nerima

kalian kan, ya mungkin Cuma sekolah ini yang mau nerima kalian

Ramos : eh diem kamu ya , kalau ga

Bryan : woi kamu berani sama cewek ya? Hah?

Rendi : udah – udah bryan kita pergi aja deh dari sini dari pada

memperbanyak masalah sama mereka

Narrator : rendi dan sahabatnya pergi dari Bianca dan sahabatnya

(keluar)

Ramos : haha bilang aja takut, pake ngehindar segala!

Bianca : haha dasar losser

Izam : emm, guys guys kan kata mereka, mereka itu sahabatkan,

sama kyk kita kan?, mereka kompak banget , nah gimana kalau kita…

Elisha : kalau kita kenapa?

Izam : kalau kita, hancurin persahabatan mereka

Ramos : aku setuju

Bianca : aku setuju

Elisha : aku ikutan saja deh

Ramos : tapi zam, caranya gimana?

Izam : oh gambang ketik ngehancurin persahabat spasi nomor aku

kirim ke bapakmu, di jamin pasti kenamarah

Bianca : serius woi

Page 102: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

102

Izam : gini caranya , kamu dateng kerumah rendi

,cinta,bunga,gigi,bryan, terus kita bikin surat yang buat mereka sakit hati

dan buar mereka pasti ga sahabatan lagi

Ramos : bagus juga ide kamu

Bianca : tapi kita belum ada yang tahu rumah mereka di mana

Izam : di buku tulis mereka kan ada alamat rumahnya

Ramos : ohh iya ya

Elisha : kapan nih misinya di mulai ?, hari ini juga?

Izam : ga tunggu air laut rasanya manis, ya hari ini lah!

Narrator : duh mundar – mandir mundar – mandir cabe deh kaki akyu,

oke dan setelah Bianca dan sahabatnya menyusun rencana mereka akan

melakukan rencana mereka itu sepulang sekolah

Narrator : bell masuk pun berbunyi, di percepat bell pulang pun

berbunyi (keluar)

Rendi : aku pulang ya sampai jumpa besok

Bunga : iya aku juga

Cinta : iya aku juga

Gigi : iya aku juga

Bryan : iya kita semua juga, udah udah pulang lupain masalah hari ini

Rendi : iya

Narrator : rendi dan sahabatnya pun pulang kerumah masing – masing

ya iyalah masak kerumah sama – sama ,

Page 103: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

103

Narrator : setelah rendi dan sahabatnya pulang misi Bianca dan

sahabatnya pun mulai berjalan Bianca kerumah gigi dan bunga, izam

kerumah rendi, Elisha kerumah cinta , dan ramos kerumah bryan, di mulai

dari rumah gigi(keluar)

Bianca : permisi?

Gigi : (membuka pintu) eh kamu ngapain kerumah aku?, dan kamu

tau dari mana?

Bianca : aku tau dari bunga ouh ya ini ada surat dari bunga kamu

Gigi : (membaca surat) hah, jadi selama ini di nusuk aku dari

belakang I hate you bunga, emm bilangin ya sama bunga aku ga mau

sahabatan lagi sama orang yang munafik kyk dia

Bianca : ya ya udah ya aku pulang

Gigi : iya

Narrator : berlanjut kerumah bunga (keluar)

Bianca : permisi

Bunga : ( membuka pintu ), eh eh ngapain kamu kerumah aku?, ada

yang penting, tau dari mana juga rumah aku disini?

Bianca : emm aku tau rumah kamu dari gigi, dan ini ada surat dari gigi

buat kamu

Bunga : ( membaca isi surat ), ga nyangka ya selama ini dia mau

nyaingin ke pinteran aku, dan mau cari – cari kesalahan aku di kelas ,

bilangin ya sama gigi itu ga osah dateng kesini lagi, dan anggap kita udah

ga sahabatan lagi!

Bianca : iya ya udah ya aku pulang dulu

Page 104: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

104

Bunga : iya

Narrator : selanjutnya dari rumah rendi

Izam : assalammualaikum

Rendi : waalaikum salam, eh eh ada apa ya?, kok kamu tau rumah

aku?

Izam : jadi gini ini ada surat dari bryan buat kamu dia titip ini ke

aku pas kalian tadi bubar buat pulang, dan aku juga tau dari dia kalau ini

rumah kamu

Rendi : (membaca surat) hah, tega banget sih bryan Cuma gara –

gara hal itu doang, em zam tolong ya bilangin sama orang itu aku ga mau

sahabatan lagi sama dia

Izam : oke ya udah ya aku pulang assalammualikum

Renda : ya waalaikumsallam

Narrator : selanjutnya di rumah cinta

Elisha : ini bukan ya rumahnya , em kyk nya iya deh, permisi

Cinta : iya sebentar (membuka pintu) eh kamu ngapain kesini?

Elisha : emm ini ada surat dari rendi buat kamu

Cinta : kok bisa di kamu?

Elisha :eeeeeeeee, tadi dia titip sama aku

Cinta : oke, (membaca surat) haha selama ini dia Cuma manfaatin

aku aja , Elisha bilangin ya ke rendi itu , aku ga mau jadi sahabat dia lagi

Page 105: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

105

Elisha : i…i…ya ya udah ya aku pulang

Cinta : ya udah

Narrator : terakhir di rumah bryan

Ramos : permisi!

Bryan : iya iya bentar (sambil membuka pintu) lh kamu ngapain

kesini ? kamu tau dari mana rumah aku, ya kalau ga ada yang penting

mending kamu pulang

Ramos : aku tau dari cinta rumah kamu, nih dia nitip surat buat kamu

Bryan : apaan nih

Ramos : kamu baca aja sendiri

Bryan : (membaca surat) haha ga suka ya sama aku haha, bilangin ya

sama tuh cewek, jangan ke gr’ran deh aku suka sama dia, dan bilang aku

ogah jadi sahabat dia lagi, udah pulang sana

Ramos : ye ini aja udah mau pulang

Narrator : setelah mereka memberika surat itu , mereka kumpul di

sebuah tempat (keluar)

Bianca : gimana berhasil ga?

Izam : kalau aku mah berhasil

Elisha : aku juga

Ramos : aku juga dong

Bianca : kita lihat aja nanti besok kyk gimana

Page 106: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

106

Narrator : keesokan harinya disekolah

Bunga : haha dasar ya orang ga tau diri

Gigi : eh kamu tuh yang munafik

Bryan : dasar cewek ke gr’an

Cinta : dih siapa yang ke gr’an, haha dasar cowok gesrek

Rendi : apa kamu ngatain aku

Narrator : bunga,cinta,rendi,gigi,dan bryan mereka saling bermusuhan

sekarang sedangkan dengan Bianca dan sahabatnya

Bianca : yes lihat tuh mereka ga kompak lagi kan

Izam : haha iya

Elisha : tapi dosa tau bikin orang musuhan

Ramos : udah ga apa-apa kali

Narrator : pembicaraan Bianca dan sahabatnya di dengar oleh rendi

dan sahabatnya

Bunga : jahat banget sih kalian

Gigi : bayangin ya kalau kalian di posisi kita gimana?

Rendi : pasti kalian sedih dan marahkan

Bryan : emang ya kalian itu ga ada hati

Izam : jujur ini semua ide aku kok, aku ngaku aku sebel sama kalian

kenapa kalian itu selalu bersama ga pernah ga bersama, aku minta maaf

Page 107: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

107

Bianca : iya aku juga minta maaf udah ngatain kalian

Elisha : aku juga minta maaf kalau aku ada salah sama kalian ya

kalau ga ada ga osah di manfaafin

Ramos : iya aku juga minta maafya, boleh ga kita jadi sahabat kalian?

Rendi : boleh kok

Bunga : iya boleh

Cinta : boleh

Gigi : boleh sekali

Bryan : boleh asal jangan kyk kemarin ya

(narrator masuk)

Narrator : akhirnya Bianca dan sahabatnya menjadi sahabat rendi dan

sahabatnya, demikianlah cerita dari musuh jadi sahabat, mohon maaf

kalau ada kata – kata yang kurang di mengerti

Page 108: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

108

ASPEK PENILAIAN ANALISIS NASKAH DRAMA

ASPEK KRITERIA SKOR

Unsur Intrinsik

1. Penokohan

2. tema

3. alur/plot

4. setting/latar

5. dialog

6. amanat

7. konflik

semua unsur intrinsik terpenuhi 30-50

hanya 5 unsur intrinsik yang terpenuhi

20-29

hanya 3 unsur intrinsik yang terpenuhi

15-28

Nilai-nilai 1. nilai sosial

2. nilai moral

semua nilai terpenuhi 30-50

hanya 1 nilai terpenuhi 25-30

tidak ada nilai yang sesuai 10-15

Page 109: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

109

Dokumentasi Kelas Eksperimen

Page 110: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

110

Page 111: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

111

Page 112: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

112

Dokumentasi Kelas Kontrol

Page 113: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

113

Page 114: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

114

Page 115: KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …

115

RIWAYAT HIDUP

Naisyah Yusmah lahir di Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) tepatnya

pada tanggal 29 April 1996. Merupakan anak keenam dari delapan

bersaudara dari pasangan alm. Muh. Ahdal dan Andi Nuhaida. Mulai

memasuki pendidikan formal di SD Inp. 6/75 Manurunge lalu pindah

ke SD Inp. Prumnas Antang II Makassar pada tahun 2010 dan lulus

pada tahun 2008.

Kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 4 Watampone dan lulus pada tahun 2011,

setelah itu dilanjutkan ke SMAN 12 Makassar dan lulus pada tahun 2014 serta pada tahun

2014 penulis melanjutkan studinya ke perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah

Makassar (Unismuh) dengan memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Kemudian di tahun 2018 penulis menyusun skripsi

ini dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing dalam Menganalisis Isi

Naskah Drama Musuh Jadi Sahabat Siswa Kelas XI SMA NEGERI 12 Makassar”