KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …
Transcript of KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM …
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSINGDALAM
MENGANALISIS ISI NASKAH DRAMA“MUSUH JADI
SAHABAT”SISWA KELAS XI SMA NEGERI 12 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi pada Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NAISYAH YUSMAH
10533769114
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
2
3
4
5
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Kalau dapat di permudah, lantas mengapa pula harus
dipersulit
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang
tidak pernah berhenti memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun
finansial. Serta sahabat dan kerabat seperjuangan yang turut membantu dan
menemani saya selama proses penyusunan skripsi ini.
viii
6
ABSTRAK
Naisyah Yusmah. 2014.Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing dalam
menganalisis Isi Naskah Drama Munafik Siswa Kelas XI SMA Negeri 12
Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Muhammad Akhir dan pembimbing II Anin Asnidar.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuansiswa dalaam
menganalisis isi drama Munafik dengan penggunaan model pembelajaran
Problem Posingpada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 12 Makassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Penelitian ini
dilakukan dengan tiga tahap yaitu pre-test, treatment dan post-test. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 12 Makassar yang
berjumlah 64 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas
meliputi tes hasil belajar,angket, dan pengamatan. Teknik analisis datanya, yakni
menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan model Problem
Posing efektif digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran menganalisis
hasil naskah drama Munafik pada siswa kelas XI SMA12 Makassar. Hal tersebut
terbukti dari meningkatnya hasil belajar siswa. Penelitian yang dilaksanakan
diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa pada kelas kontrol prestest
berada pada kategori sangat rendah dengan nilai rata-rata 59,5 berada pada
rentang nilai 00-39, pada kelas eksperimen postest berada pada kategori tinggi
dengan nilai rata-rata 88,3 berada pada rentang nilai 80-89. (3) Hasil analisis
respon siswa menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada sikap siswa
selama proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi yaitu dengan
penggunaan model Problem Posing efektif digunakan pada keterampilan
menganalisis isi drama terhadap siswa.
Kata kunci: Menganalisis drama,Problem Posing.
7
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum w. w.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas rahmat dan rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw., uswatun hazanah umat Islam yang akan memberikan
syafaatnya di yaumil akhir.
Skripsi dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Problem
Posingdalam Menganalisis Isi dan Pembahasan pada Naskah Drama
MunafikSiswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar” diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa juga penulis sampaikan
kepada Dr. Muhammad Akhir, M.Pd. dan Anin Asnidar, S.Pd., M.Pd. selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam
meemberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan semangat kepada penulis sejak
penyusunan skripsi hingga terselesainya skripsi ini.
Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih untuk
orang tua saya, teman saya Rizki Annisa, S.Pd., Rahma Ramli, S.Pd., Andi Jaya
Samudra, S.Sos, Nur Leyla, Andi Hatima yang tiada henti hentinya memberi
semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, serta terima
kasih disampaikan dengan hormat kepada
1. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, x
8
2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan,
3. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar,
4. para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik
mulai dari semester awal hingga sekarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan
serta keterbatasan kemampuan, baik dalam melaksanakan maupun dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan menambah wawasan serta pengalaman bagi
penulis..
Akhir kata penulis sangat berharap sekiranya skripsi ini akan bermanfaat
bagi pembaca dan seluruh pihak yang berkepentingan.
Wassalamu Alaikum w. w.
Makassar, September 2019
Penulis
Naisyah Yusmah
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KARTU KONTROL PEMBIMBING I ..................................................... ii
KARTU KONTROL PEMBIMBING II .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori ......................................................................................... 6
1. Penelitian Relevan ........................................................................... 6
2. Model Pembelajaran Problem Posing .............................................. 7
3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Posing ................................ 8
4. Kelebihan dan Kekurangan Problem Posing .................................... 8
5. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing ............................. 9
6. Teori Sastra ..................................................................................... 10
7. Drama ............................................................................................. 11
a. Unsur-unsur Drama .................................................................... 12
b. Klasifikasi Tokoh Drama ............................................................ 14
8. Naskah Drama ................................................................................. 18
9. Analisis Naskah Drama ................................................................... 19
10
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 21
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 24
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 27
C. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 29
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 30
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
1. Analisis statistik deskrptif ............................................................... 31
2. Analisis statistik inferensial ............................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 34
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................ 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 58
B. Saran ............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Rancangan peneltian ....................................................................... 26
Tabel 3,2 populasi .......................................................................................... 28
Tabel 3.3 Sampel ........................................................................................... 29
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol ................. 35
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol .......................... 36
Tabel 4.3 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol ........................................................................................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen
tahap pretest ................................................................................... 39
Tabel 4. 5 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada
Tahap Pretest ................................................................................. 40
Tabel 4.6 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol pada Tahap Pretest ............................................................. 42
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen
tahap posttest ................................................................................. 43
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada
Tahap Postest ................................................................................ 44
Tabel 4.9 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol pada Tahap Postest ........................................................... 46
Tabel 4.10 Hasil Analisis Statistik Uji t ............................................................ 46
Tabel 4.11 Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar
Tentang Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing
dalam Menganalisis Isi Naskah Drama ........................................... 48
Tabel 4.12 Frekuensi dan persentase Respon Siswa Kelas XI SMA
Negeri 12 Makassar Tentang Keefektifan Model
Pembelajaran Problem Posing dalam Menganalisis Isi
Naskah Drama ................................................................................ 49
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia mempunyai empat keterampilan, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling
berkaitan. Dalam pembelajaran di sekolah khususnya di SMA, keterampilan
berbahasa diajarkan secara terintegrasi.Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran Bahasa
Indonesia meliputi pembelajaran sastra dan non sastra. Pembelajaran sastra
sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu
pembelajaran humaniora yang dapat digunakan sebagai media untuk
memperdalam budi pekerti.
Pembelajaran sastra secara umum bertujuan untuk membina apresiasi sastra
siswa. Pembelajaran sastra yang sangat penting tersebut tidak diimbangi dengan
kenyataan bahwa pada praktiknya sering kali apresiasi sastra memiliki porsi yang
sangat sedikit. Padahal siswa perlu mendapat pengalaman yang menarik, perlu
dibina, diarahkan serta diberi peluang untuk mengembangkan sikap dan daya
apresiasimelalui bakat dan kreativitas di dalam melaksanakan aktivitasnya.
Model pembelajaran merupakan salah satu unsur pembelajaran yang tidak
dapat diabaikan manfaatnya dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Variasi
model pembelajaran semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut
sejalan dengan pemikiran manusia yang kian maju. Di era yang maju pesat seperti
sekarang ini, teknologi telah memasuki lapisan-lapisan masyarakat hingga yang
paling dasar. Selama proses belajar mengajar, model pembelajaran sangat
13
dibutuhkan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dan mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik. Suatu model pembelajaran bertujuan meningkatkan
proses belajar mengajar sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menuntut siswa
lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas seharusnya dilaksanakan
dengan menekankan aspek apresiasi. Pembelajaran apresiasi drama aspek kognitif
(dasar pengajaran teks teori drama), afektif (pengajaran pentas drama) dan
psikomotorik saling bersinergi dalam rangka mencapai kompetensi belajar yang
telah disyaratkan oleh kurikulum. Pembelajaran drama haruslah bersifat apresiatif.
Pengembangan materi, teknik atau metode, tujuan, dan arah pembelajaran sastra
haruslah lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang bersifat apresiatif.
Guru mengembangkan materi pokok yang telah disebutkan dalam kurikulum dan
silabus dengan memperhatikan kompetensi inti, kompetensi dasar, serta indikator.
Guru menentukan atau memilih sumber materi yang relevan dan dapat menunjang
pencapaian indikator, serta kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra di
sekolah khususnya drama.
Naskah drama merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran
drama, naskah drama adalah seni sastra yang akan berubah menjadi seni drama
kalau dimainkan. Bila akan mengadakan pertunjukan drama, yang kalian
butuhkan pertama-pertama adalah naskah drama. Naskah drama adalah salah satu
genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa
maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk
dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan
dipentaskan (Waluyo, 2003 : 2).
Penelitian ini akan berfokus pada naskah drama. Peneliti akan melakukan
penelitian tentang menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama. Setelah
melakukan observasi awal di sekolah, peneliti menemukan bahwa beberapa siswa
14
kurang mampu menganalisis sebuah drama melalui naskah drama yang
disebabkan adanya suasana yang menjenuhkan dalam kelas. Setelah mengamati
dengan jelas melalui wawancara langsung dengan salah satu siswa tersebut,
ternyatapenyebabnya terletak pada metode pembelajaran yang guru terapkan pada
para siswa itu yang di mana guru tersebut menerapkan metode konvensional tanpa
memberikan model ataupun media pemelajarn. padahal, sekolah tersebut telah
menerapkan pembelajaran K13.
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti mengambil masalah ini dalam
penelitiannya. Peneliti akan menggunakan model pembelajaran Problem Posing
untuk mengetahui keefektifan model tersebut agar meningkatkan kemampuan
siswa dalam menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama munafik.
Peneliti tetap menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran namun
peneliti menggunakan model pembelajaran problem posing agar bisa lebih efektif
dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama pada
kelas kontrol tanpa diterapkan model pembelajaran Problem Posingsiswa
kelas XI SMA Negeri 12 Makassar?
2. Bagaimanakah kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama setelah
diterapkan model pembelajaran Problem Posingdi kelas eksperimen pada
siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar?
3. Apakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan dalam menganalisis
naskah drama di kelas eksperimen dan kelas control pada siswa kelas XI
SMA Negeri 12 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
15
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan penelitian ini
bertujuan untuk.
1. Mendeskripsikan kemampuan dalam menganalisis isi naskah drama
sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Posingdi
kelas eksperimen pada siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
2. Membuktikan perbedaan yang signifikan antara kemampuan dalam
menganalisis naskah drama di kelas eksperimen dan kelas control pada
siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis
maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
memberikan kontribusi untuk menentukan arah strategi dalam pemilihan dan
pemanfaatan model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi
naskah drama khususnya untuk siswa SMA. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai pengayaan kajian keilmuan yang memberikan bukti
secara ilmiah tentang keefektifan model pembelajaran Problem Posingdalam
menganalisis isi dan pembahasan pada naskah drama.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak baik guru, siswa, sekolah dan peneliti dalam pemanfaatan
model pembelajaran dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar
dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pilihan model dalam pembelajaran menganalisis naskah drama.
16
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap
peningkatan kualitas pendidikan.
17
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penelitian Relevan
Hasil penelitian Sely Indraswari (2015) tentang “Pengembangan
Media Berbasis Adobe Flash CC dengan Metode Problem Posing Learning
untuk Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta” menjelaskan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kelayakan media pembelajaran
berbasis Adobe Flash CCdengan metode Problem Posing Learninguntuk
pembelajaran memproduksi teks ulasan film/drama pada kelas XI di SMA
Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen,
Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data pada penelitian
ini terdiri dari dua tahap yaitu, hasil uji kelayakan dari ahli media, ahli materi,
guru Bahasa Indonesia, dan siswa dicari rata-rata empirisnya, dan yang kedua
untuk mengetahui kualitas produk multimedia pembelajaran yang
dikembangkan dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui angket.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu
pada jenis penelitian dan subjek penelitian. Kedua penelitian ini memiliki
jenis yang sama, subjek penelitian yang sama yaitu naskah drama dan model
pembelajaran yang sama dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Posing. Perbedaannya penelitian ini menggunakan media Adobe Flash CC.
Hasil penelitian Wiwit Ambarwati (2012) tentang “Implementasi
Metode Problem Posing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012”
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Problem Posing dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbandingkan angket siklus 1 dan 2
6
18
menunjukkan adanya peningkatan sebesar 26,32% sehingga ada perubahan
terakhir dari tinggi ke sangat tinggi. Penelitian ini sama dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama menggunakan model
pembelajaran Problem Posing. Perbedaannya terletak pada jenis penelitian
dan subjek penelitian.
2. Model Pembelajaran Problem Posing
Model pembelajaran problem posing mempunyai beberapa arti, yaitu
pertama perumusan soal dengan bahasa yang baku/standar atau perumusan
kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar sederhana dan dapat
dikuasai, kedua, perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada
soal yang dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan satau
alternatif soal yang masih relevan, dan ketiga, perumusan soal dari suatu
situasi yang tersedia baik yang dilakukan sebelum, ketika, atau setelah
mengerjakan soal (Suryanto).
Problem Posing terdiri dari dua kata yaitu “problem” yang artinya
masalah dan “posing” berasal dari kata “pose” artinya mengajukan atau
membentuk Problem posing merupakan pembelajaran dimana siswa diminta
untuk mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi tertentu. As’ari
(2000:5), mengartikan model pembelajaran Problem posing dengan
pembentukan soal atau merumuskan soal atau menyusun soal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang
mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara
mandiri tanpa bantuan guru.
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Posing
Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran
problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
19
a. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru.
b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi
daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling
memanusiakan.
c. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti
secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada.
d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita
yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan
terhadap tantangan tersebut.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranProblem Posing
Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan
kekurangan metode pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Mendidik murid berpikir kritis
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
3. Belajar menganalisis suatu masalah
4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
b. Kekurangan
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah
3. Tidak semua murid terampil bertanya.
5. Penerapan Model Pembelajaran Problem PosingDalam Kelas
Suyitno (2004:31-32) menjelaskan penerapan model pembelajaran
problem posing adalah sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat
peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
20
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan
siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini
dapat pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan
oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
6. Sastra
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata
serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung
instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau
"ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk
kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi
sastra lebih mengacu sesuai definisinya sebagai sekadar teks. Sedang sastrawi
lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah
sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang
menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra
tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan
dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk
mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
21
Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari
perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri
karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra,
puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan
keilmuan sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya
sastra berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh
yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik.
Salah satu yang termasuk dalam kategori Sastra yaitu, drama.
7. Drama
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di
atas pentas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, drama adalah : (1)
komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan
dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan, (2)
cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus
disusun untuk pertunjukan teater. Dengan pementasan diharapkan penonton
lebih mudah dalam memahami suatu peristiwa kehidupan, watak dan lainnya.
Drama berasal dari kata “draomai”yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak atau bersaksi (Waluyo, 2002: 2). Drama naskah merupakan salah
satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas
adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis
kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan
sebagainya.
Drama dapat ditinjau dari dua segi, yaitu (1) drama sebagai naskah
dan (2) drama sebagai teater (karya pentas). Kedua aspek tersebut merupakan
satu kesatuan karena naskah disusun juga mempertimbangkan segi-segi
pementasan dan ketika di atas panggung juga bepedoman pada naskah.
22
Dengan demikian, drama adalah suatu cerita dengan tema tertentu yang
diungkapkan lewat dialog yang dipentaskan. Akan tetapi, drama sebagai
karya sastra sebenarnya bersifat sementara sebagai naskah drama tersebut
ditulis untuk dipentaskan, sehingga tujuan drama bukanlah semata-mata
untuk dibaca namun untuk dipentaskan.
Menurut Endraswara (2005: 192) dalam kaitannya dengan pendidikan
watak, drama juga dapat membantu mengembangkan nilai-nilai yang ada
dalam diri peserta didik, memperkenalkan tentang kehidupan manusia dari
kebahagiaan, keberhasilan, kepuasan, kegembiraan, cinta, ketakutan,
keputusasaan, acuh tak acuh, benci, kehancuran, dan kematian. Drama juga
dapat memberikan sumbangan pada pengembangan kepribadian yang
kompleks, misalnya ketegaran hati, imajinasi dan kreativitas.
Drama sebagai sebuah karya sastra yang imajinatif tentu saja memiliki
unsur pembangunannya. Menurut (Waluyo, 2002: 6) drama terbangun atas
struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Struktur
fisik drama yang dimaksud meliputi alur, penokohan, dialog, latar, teks,
samping (petunjuk teknis). Secara sederhana, berikut adalah penjelasan dari
sebagai unsur tersebut.
a. Alur
Menurut Waluyo (2002: 8), alur merupakan jalinan cerita atau
kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara
dua tokoh yang berlawanan. Sementara itu, Hamzah memberikan definisi
juga mengenai alur atau plot. Alur merupakan suatu keseluruhan peristiwa
di dalam skenario. Merujuk pada kedua definisi ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa alur merupakan jalinan cerita atau serangkaian
peristiwa yang terbangun dalam sebab akibat yang bergerak dari awal
hingga akhir.
23
Alur merupakan suatu unsur yang penting dalam drama karena dalam
alur akan terlihat karakter tokoh. Alur drama terdiri dari beberapa babak,.
Setiap babak terdiri dari adegan-adegan. Konflik merupakan syarat sebuah
alur cerita. Konflik akan menimbulkan pertentangan antara dua tokoh
utama. Unsur-unsur plot adalah sebagi berikut.
1. Exposition atau pelukisan awal cerita; tahap diperkenalkannya tokoh-
tokoh drama dengan watak masing-masing.
2. Komplikasi atau pertikaian awal; pengenalan terhadap para pelaku
sudah menjurus pada pertikaian, konflik sudah mulai meranjak.
3. Klimaks atau titik puncak cerita; puncak kegawatan dalam cerita atau
cerita mencapai puncak konflik.
4. Resolusi atau penyelesaian atau falling action; pada tahap ini konflik
mereda dan menemukan jalan pemecahan.
5. Catastorphe atau denoument atau keputusan; pada tahap ini konflik
berakhir atau cerita berakhir.
b. Penokohan
Penokohan adalah salah satu unsur drama yang sangat penting. Unsur
ini berkaitan erat dengan unsur lainnya, terutama alur. Menurut Waluyo
(2002: 8) kekuatan alur terletak dalam penggambaran watak (penokohan),
sebaliknya kekuatan watak pelaku hanya hidup dalam alur yang meyakinkan.
Sejalan dengan pendapat tersebut Ergi juga berpendapat bahwa
perwatakanlah yang paling utama dalam drama. Tanpa perwatakan tidak ada
nada cerita tanpa perwatakan tidak akan ada nada plot.
Penokohan erat kaitannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama
personal) adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Di dalam
susunan tokoh itu, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis
kelamin, tipe fisik, jabatan dan kejiwaan itu. Tokoh cerita adalah orang yang
24
mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa. Tokoh-tokoh itu
memiliki berbagai watak yang ada pada manusia. Watak para tokoh bukan
saja merupakan pendorong terjadinya peristiwa, tetapi juga merupakan unsur
yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah dalam peristiwa berikut.
Klasifikasi tokoh drama dibagi menjadi dua jenis yaitu berdasarkan
peranannya terhadap jalan cerita, dan peranannya dalam lakon serta
fungsinya.
1. Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh seperti
berikut.
a. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada
satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh
lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada
seseorang tokoh utama yang menetang cerita dan beberapa figur pembantu
yang ikut menentang cerita.
c. Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis,
maupun antagonis.
2. Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat
tokoh-tokoh sebagai berikut.
(a) Tokoh Sentral
Tokoh Sentral yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak
lakon. Mereka merupakan proses pertukaran lakon. Tokoh sentral adalah
adalah biang keladi pertikaian.
(b) Tokoh Utama
25
Tokoh Utama yaitu tokoh-tokoh pendukung atau penentang tokoh
sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral.
(c) Tokoh Pembantu
Tokoh pembantu yaitu tokoh-tokoh yang memegang peranan
lengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita.
c. Dialog
Hamzah menyatakan bahwa dialog berisikan kata-kata. Kata
merupakan alat komunikasi yang paling penting antara orang dengan
sesamanya. Sementara itu, menurut Harymawan dialog dilihat dari segi
estetis merupakan faktor litera (juga filosofis) yang mempengaruhi struktur
keindahan sebuah lakon. Sejalan dengan Harymawan, Waluyo (2002: 21)
juga berpendapat bahwa dialog juga harus bersifat estetis, artinya memiliki
keindahan bahasa. Kadang-kadang juga dituntut agar bersifat filosofis.
Merujuk pada ketiga pendapat tersebut, maka ketiga pendapat tersebut
dapat memberikan satu gambaran yang jelas bahwa dialog merupakan aspek
penting dalam pementasan drama. Dialog juga merupakan unsur yang
membedakan antara karya sastra drama dengan karya sastra lainnya. Ragam
bahasa dalam naskah drama pun berbeda dengan ragam bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Waluyo, bahwa
ragam bahasa dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini disebabkan karena drama
adalah potret kenyataan. Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas
pentas.
Fungsi dialog menurut Semi sebagai berikut.
1) Merupakan wadah penyampai informasi ide-ide pokok kepada penonton.
2) Menyebutkan watak dan peranan pemain.
26
3) Memberikan gambaran yang jelas mengenai struktur cerita kepada
pemain.
4) Menggambarkan tema dan gagasan pengarang.
5) Mengatur suasana dan tempo pemain.
d. Setting (Latar)
Setting sering juga disebut dengan istilah latar. Setting atau tempat
kejadian sering pula disebut latar cerita. Menurut Waluyo (2002: 23), setting
biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu; tempat, ruang dan waktu. Secara
sederhana setting atau bisa juga disebut dengan latar merupakan unsur dalam
drama yang menunjukkan kepada pembaca di mana, kapan, dan dalam konteks
bagaimana kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.
e. Teks Samping (Petunjuk Teknis)
Teks samping atau yang sering disebut dengan istilah petunjuk teknis
merupakan bagian penting dalam drama. Waluyo (2002: 29) berpendapat
bahwa teks samping memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu,
suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras
lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan
sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan yang berbeda dari
dialog (misalnya dengan huruf miring atau huruf besar semua). Merujuk pada
definisi tersebut, maka jelas sudah bagaimana teks samping atau petunjuk
teknis memberikan peranannya terhadap sebuah drama, baik dalam drama
pentas maupun drama naskah.
f. Tema
Tema merupakan pokok pikiran yang hendak diutarakan pengarang
lewat skenario. Sementara itu, menurut Waluyo (2002: 24), tema merupakan
gagasan pokok yang dikandung dalam drama yang berhubungan dengan nada
dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh
27
pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangan melalui struktur dramatik
dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan
yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog.
Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan dasar cerita yang paling penting. Tema adalah pikiran pokok yang
mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga menjadi cerita yang menarik. Jadi, seorang penulis harus menentukan
lebih dulu tema yang akan dikembangkannya. Tanpa tema, sebuah cerita
rekaan tidak ada artinya sama sekali. Secara sederhana, tema bisa diartikan
sebagai ide, gagasan, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam cerita.
g. Amanat
Amanat atau pesan pengarang akan selalu ada dalam sebuah drama,
baik itu secara sengaja atau tidak sengaja dibuat. Menurut Waluyo (2002: 28),
amanat erat kaitannya dengan dengan makna (significance) dari karya yang
dihasilkan. Amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Oleh karena itu, setiap
pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya tersebut bagi dirinya
masing-masing.
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja tidak disampaikan
secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya,
pembaca atau penonton dapat menyimpulkan pelajaran moral apa yang
diperoleh dari membaca atau menonton drama tersebut.
8. Naskah Drama
Naskah drama adalah seni sastra, yang akan berubah menjadi seni drama
kalau dimainkan. Bila akan menunjukkan pertunjukkan drama, yang kalian
butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Menurut Waluyo (2002: 2) naskah
drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi.
28
Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu
ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai
kemungkinan dipentaskan.
Ciri-ciri naskah drama yaitu :
a. Seluruh cerita berbentuk dialog, baik tokoh maupun narrator.
b. Semua ucapan ditulis dalam teks.
c. Semua dialog tidak menggunakan tanda petik. Dialog drama bukan kalimat
langsung.
d. Naskah drama dilengkapi petunjuk tertentu yang harus dilakukan oleh tokoh
pemerannya. Petunjuk itu ditulis dalam tanda kurung atau dengan
memberikan huruf yang berbeda dengan huruf dialog.
e. Naskah drama terletak di atas dialog atau di sampig kiri dialog.
9. Analisis Naskah Drama
Naskah drama adalah khayalan pengarang tentang kehidupan manusia baik
pengalaman pribadi, ataupun pengalaman orang lain, atau bahkan pengalaman
khayalan semata. Para penonton pertunjukkan drama juga sadar bahwa yang
ditontonnya hanyalah fiktif belaka, bukan realita yang sebenarnya terjadi atau
akan terjadi dikemudian hari. Namun, kadang-kadang penonton hanyut dalam
jalinan cerita sehingga ikut meluapkan emosi seperti sedih, gembira, haru, marah,
dan berbagai perasaan lainnya sesuai dengan cerita yang disajikan oleh suatu
pementasan drama atau teater. Maka di situlah sebuah keunikan karya sastra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat naskah yaitu ;
a. Struktur cerita dalam sebuah naskah. Adegan mana yang akan disimpan di
bagian permulaan atau di awal serta adegan mana yang disimpan pada bagian
akhir dalam cerita di sebuah naskah drama. Hal ini harus dipertimbangkan
demi terwujudnya sebuah struktur dramatik yang baik dan menarik.
29
b. Karakter, yaitu perwatakan yang terdapat dalam tokoh-tokoh sebuah cerita
yang dibuat. Apakah akan menghadirkan tokoh jahat dengan perangai yang
buruk atau juga bisa sebaliknya dilakukan. Selain dari itu, berapa tokoh yang
terdapat dalam cerita atau naskah yang akan dibuat atau disajikan. Apakah
dalam naskah yang telah dibuat itu hanya ada satu tokoh, sehingga dimainkan
oleh satu orang, atau beberapa tokoh sehingga memerlukan beberapa orang
pemain dalam pementasannya nanti. Di samping hal itu, berapa babak drama
yang akan dibuat atau disusun. Apakah hanya satu babak yang terdiri atas
beberapa adegan ? atau lebih dari satu babak yang sudah tentu harus
disesuaikan dengan kemampuan kerja dari sebuah tim pementasan. Terlalu
banyak babak otomatis akan menyita waktu lebih lama serta tenaga yang lebih
banyak juga. Pertunjukan yang terlalu panjang akan membuat penonton
merasa bosan. Selain itupula, para penoton belum tentu siap untuk tetap
bertahan mengikuti jalanny pertunjukan sampai pertukan tersebut selesai.
c. Diksi atau bahasa di dalam sebuah naskah drama. Diksi yang dimaksud di sini,
adalah bahasa verbal atau kata-kata yang diucapkan oleh pemain sebagai salah
satu bahasa ungkapan dalam drama tersebut. Apakah akan membuat naskah
dengan bahasa puisi atau dengan bahasa sehari-hari dalam kehidupan seperti
yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa drama sebenarnya tidak terbatas
pada bahasa kata per katanya, tetapi dapat juga bahasa visual atau bahasa yang
dapat dilihat, bahasa gerak yang dilakukan oleh pemain, serta bahasa musik
yang dimainkan oleh pemusik atau pemain atau tokoh dari pementasan drama
itu sendiri. Adapun pertunjukan drama yang baik adalah pertunjukan yang
memiliki keseimbangan dalam menggunakan media untuk ungkapan. Dengan
demikian, pertunjukan drama terkesan lebih bervariasi dan tidak menjenuhkan
para penonton..
30
d. Ide atau gagasan. Gagasan apa yang ingin penulis atau pengarang sampaikan
kepada penonton?
e. Perlengkapan di dalam pementasan tersebut. Ada beberapa jenis
perlengkapan dalam pertunjukan drama, yaitu perlengkapan yang digunakan
oleh para pemain atau disebut juga aktor dan aktris juga perlengkapan
panggung yang biasanya disimpan di atas panggung sebagai pelengkap dalam
pertunjukan dalam drama atau biasa juga disebut properti. Perlengkapan yang
digunakan oleh pemain lazim disebut handdrop, sedangkan perlengkapan
panggung lazim disebut stageprop.
B. Kerangka Pikir
Permasalahan yang didapatkan di sekolah khususnya SMA Negeri 12
Makassar adalah ketidakmampuan siswa dalam menganalisis teks naskah drama.
Ketidakmampuan tersebut utamanya adalah mengungkapkan kelebihan dan
kekurangan dari naskah drama yang dibaca. Sebagai upaya mengentaskan siswa
dalam ketidakmampuan tersebut, penulis mengembangkan sebuah model
pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman
siswa tentang menganalisis teks naskah drama dengan baik.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada
pembelajaran drama dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi
serta kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menguasai isi
naskah drama dan memberikan penilaian setelah membaca naskah drama. Hal ini
dapat didukung dengan perubahan atau pergeseran pemahaman bagaimana siswa
belajar menganalisis naskah drama.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian, yaitu pembagian sastra, terdiri
dari, prosa, drama dan puisi. Kemudian yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah drama, peneliti mengambil 2 kelas sebagai sampel, kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Sebelum memberikan model, rancangan penelitian yang dilakukan
31
adalah pretest lalu, di kelas kontrol menerapkan model konvensional sedangkan
kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran problem posing dalam
menganalisis naskah drama. Kedua kelas kemudian melakukan postest dengan
menganalisis hingga akhirnya menemukan temuan
32
Sastra
Drama
Kelas kontrol Kelas eksperimen
pretest
Analisis Teks
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Prosa Puisi
pretest
Model Konvensional Penggunaan Model Problem
Posing dalam Menganlisis
Naskah Drama Munafik
postest
Temuan
33
C. Hipotesis Penelitian
Nasution (2008 : 38) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan
tentang suatu hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya
secara empiris.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan, dirumuskan sebagai berikut :
H0: Tidak terdapat pengaruh terhadap proses pembelajaran
H1 : terdapat pengaruh terhadap proses pembelajaran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu
(kuasi). Penelitian eksperimen ini merupakan salah satu jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan ini untuk mengetahui keefektifan dari
model pembelajaran problem posing dalam menganalisis naskah drama.
Menurut Sugiono, (2017:72) metode peneitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metodepenelitian yang digunakan untuk mencari pengruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Melalui penelitian
hasil uji coba eksperimen ini, penulis berusaha menemukan data data kuantitatif
terkait dengan keefektifan model pembelajaran dalam menganalisis naskah drama.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah
nonequivalent control group design. Menurut Sugiono (2017:77), desain
eksperimen kuasi mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak sepenuhnya bisa
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Penelitian eksperimen kuasi ini digunakan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan kelas yang diberi perlakuan dan kelas yang tidak diberi perlauan.
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentu
nonequivalent control group design. Menurut Sugiono (2017:79), dalam
penelitian ini akan terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara random.
Keduanya kemudian diberi pretest untuk mngetahui keadaan awal dan perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
1. Tes Awal (pretest)
Tes ini dilakukan sebelum memasuki tahap treatment. Pretest ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan menganalisis naskah drama yang
35
dimiliki siswa sebelum diterapkan model pembelajaran problem posing dengan
sebuah naskah yang telah disiapkan.
2. Treatment (perlakuan)
Pada tahap ini peneliti menggunakan model pembelajaran problem
posing dengan media naskah drama dan kegiatan berkelompok dalam
pembelajaran menganalisis naskah drama.
3. Tes akhir (posttest)
Setelah melewati tahap treatment, tindakan selanjutnya yang akan
dilaksanakan adalah posttest untuk mengetahui hasil penerapan model
pembelajaran problem posingdengan media naskah drama dengan kegiatan
berkelompok.
Gambaran desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Q1 X Q2
Q3 - Q4
(Sugiyono,2017:79)
Bagan 3.1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
O1 : Nilai Pre-test kelas eksperimen
Q2 : posttest kelas eksperimen
Q3 : pretest kelas kontrol
Q4 : Pretest kelas kontrol
X : Perlakuan/treatment
- : model pembelajaran yang tidak sama dengan kelas eksperimen
Dalam desain ini terdapat dua jenis variabel yang digunakan proses
penelitian yaitu:
36
1. Variabel bebas (X) : Penerapan model pembelajaran problem posing
dengan media naskah drama dan kegiatan berkelompok.
2. Variabel terikat (Y) : Hasil pembelajaran menganalisis isi dan
pembahasan dalam naskah drama.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2011: 80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik terutama yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dengan
jumlah 192 siswa
NO KELAS JUMLAH SISWA
1. XI IPA 1 36
2. XI IPA 2 35
3. XI IPA3 36
4. XI IPA 4 36
5. XI IPA 5 35
6. XI IPA 6 35
JUMLAH = 213
Tabel 3.1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dengan teknik pengambilan sampel secara acak (random
sampling). Menurut Sugiono (2001:57) random sampling adalah teknik
37
pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Jadi yang menjadi Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 6 SMA
Negeri 12 Makassar sebagai kelas uji coba dengan jumlah siswa keseluruhan
71.
KELOMPOK KELAS
SISWA
L
SISWA
P
JUMLAH
SISWA
Eksperimen XI IPA 6 16 19 35 SISWA
Kontrol XI IPA 1 16 20 36 SISWA
Tabel 3.2. Sampel
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel sesuai dengan yang dijelaskan
pada rancangan penelitian yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Berikut uraian lebih lanjut :
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas yang dimaksud di sini adalah model pembelajaran
problem posing dengan media naskah drama dalam kegiatan berkelompok.
Dalam model ini memerlukan sebuah peta atau grafik untuk siswa menemukan
setiap kata yang dibutuhkan dalam peta tersebut dengan bermain kata-kata
yang sesuai dengan apa yang akan dicari pada peta.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar menganalisis
isi naskah drama siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 6 SMA Negeri 12
Makassar.
38
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yangdigunakan adalah angket, pedoman
wawancara, pedoman analisis dokumen danpedoman pengamatan.
1. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah tes yang diberikan pada fase pretest dan postest
berupa soal atau masalah yang disiapkan oleh siswa berdasarkan
pemahamannya tentang isi dalam naskah drama yang dibahas dan ditemukan
jawabannya oleh siswa dari kelompok lain.
2. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup yang
menggunakan skala Guttman dengan dua pilihanjawaban, yaitu “Ya” atau
“tidak” dan skala ini digunakan untuk mengukur satu dimensi dari satu variabel
yang multi dimensi. Sehingga skala ini memiliki ciri undimensional.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes
yaitu hasil belajar dan nontes yaitu angket, wawancara, dan pengamatan.
1. Teknik tes hasil belajar
Tes hasil belajar akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pada saat
pretest dan postest. Hal itu dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa
tanpa diberikan perlakuan dan yang diberikan perlakuan.
2. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
caramemberi pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden.
Jenis angketyang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup terdiriatas
pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai
pilihan.Angket didistribusikan pada seluruh siswa yang masuk kategori
39
populasi dan sampel. Angket dalam penelitian inidigunakan untuk
mendapatkan data mengenai penerapan model pembelajaran problem posing
melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama, langkah penerapan
model pembelajaran problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan
media naskah drama, dan kendala penerapan penerapan model pembelajaran
problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua
yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
1. Analisis statistik deskriptif
Analisis ini menggambarkan data yang telah terkumpul, seperti
gambaran antara pengaruh variabel X dan variabel Y. Untuk menganalisis data
yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Data yang terkumpul merupakan data dari pretest dan
posstest kemudian dilakukan perbandingan. Membandingkan kedua hal
tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai
pretest dan posstest. Pengajuan ini hanya dilakukan pada rata-rata nilai kedua
saja. Dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-
test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan
model eksperimen nonequivalent control group design.
Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama
proses penelitian dan bersifat kuantitatif.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini
sebagai berikut :
a) Rata-rata (mean)
𝑥 = 𝑥𝑖𝑛
𝑖=1
𝑛
40
2. Analisis statistik Inferensial
Kata statistik berasal dari bahasa Latin, yakni status yang artinya negara
atau menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Untuk
lebih jelasnya dapat disimpulkan bahwa satistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang seluk beluk data yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penafsiran,
dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka.
Statistika inferensial mencakup semua model yang berhubungan dengan
analisis sebagaian data atau juga sering disebut dengan sampel kemudian
dilakukan penarikan kesimpulan dari keseluruhan data atau populasi.
Pengambilan kesimpulan dari statistika inferensial yang hanya didasarkan pada
sebagian data saja menyebabkan sifat tak pasti sehingga memungkinkan terjadi
kesalahan dalam pengambilan keputusan sehingga dibutuhkan teori peluang
untuk mengantisipasi hal tersebut.
Dalam penggunaan statistik inferensial dalam penelitian ini
menggunakan teknik statistik t (uji t) dengan bantuan aplikasi SPSS versi 23.
SPSS adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk membuat
analisis statistika. Setelah menentukan hasil analisis melalui SPSS, selanjutnya
menentukan hasil hipotesis dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan
dengan aturan : Jika thitung > ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima,
berarti penerapan model problem posing melalui kegiatan berkelompok
dengan media naskah drama memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa
kelas XI IPA 6 SMA 12 Makassar.
b. Jika thitung ˂ ttabel maka Ho = diterima, berarti penerapan model problem
posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama tidak
memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri
41
12 Makassar. Mencari ttabel dengan menggunakan tabel distribusi t dengan
taraf signifikan ά = 0,05 dan df = N – 1.
c. Membuat kesimpulan tentang hasil penelitian apakah penerapan model
problem posing melalui kegiatan berkelompok dengan media naskah drama
berpengaruh terhadapa hasil belajar siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri 12
Makassar.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas secara rinci tentang hasil penelitian yang telah diperoleh
oleh peneliti dengan jenis penelitian eksperimen yang berdasarkan data yang diperoleh
di lapangan yang berlokasi di SMA Negeri 12 Makassar terhadap kelas XIIPA 6
sebagai kelas uji coba dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Pada penelitian ini
melalui tahap pretest yang diberikan pembelajaran konvensional tanpa perlakuan
model Problem Posingdengan menganalisis naskah drama yang bertema “munafik”
lalu tahap treatmen yang akan di terapkan perlakuan Problem Posing.
Dengan cara, siswa yang menemukan masalah pada naskah drama yang mereka
buat namun mereka pula yang menemukan solusi dari masalah itu. Seperti yang
dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pada penelitian ini diolah dengan
menggunakan teknik analisis statistik desktiptif dan teknik analisis statistik
inferensial..
1. Statistik deskriptif
Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara
statistik yang merujuk pada nilai rata-rata (M), median (Me), Modus (Mo), nilai
tertinggi dan nilai terendah dari masing-masing data tes hasil belajar siswapretest dan
postest.
a. Hasil penelitian kelas kontrol
Hasil analisis data diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa
dikelas mulai dari guru memberi salam, mengecek kehadiran siswa kemudian
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan tanpa
menggunakan model pembelajran problem posing dengan menganalisis isi naskah
drama lalu dilanjutkan dengan menyampaikan materi yang akan diajarkan.
34
43
Selanjutnya pemberian tugas kepada siswa dan terakhir guru menutup
pembelajaran.
a) Tahap Pretest
Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada kelas
kontrol tahapIpre dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol
Tahap Pretest
No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)
1. 84 10 28
2. 63 12 34
3. 40 7 19
4. 38 7 19
Jumlah n = 36 100
Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari
jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 36 siswa diperoleh gambaran,
yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai
maksimal. Nilai tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 84 dan nilai
terendah diperoleh 7 orang siswa dengan nilai 38.
Sampel dengan nilai 84 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase
28%, sampel yang memiliki nilai 63 diperoleh 12 orang siswa dengan
persentase 34%, sampel yang memiliki nilai 40 diperoleh 7 orang siswa
dengan persentase 19% dan sampel yang nilai 38 diperoleh 7 orang siswa
dengan persentase 19%..
Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
sebagai bahan pengukuran penyebaran data.
44
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol pada Tahap
Pretest.
No
responden
Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐
001 84 59,5 600,25
002 84 59,5 600,25
003 84 59,5 600,25
004 84 59,5 600,25
005 84 59,5 600,25
006 84 59,5 600,25
007 84 59,5 600,25
008 84 59,5 600,25
009 84 59,5 600,25
010 84 59,5 600,25
011 63 59,5 12,25
012 63 59,5 12,25
013 63 59,5 12,25
014 63 59,5 12,25
015 63 59,5 12,25
016 63 59,5 12,25
017 63 59,5 12,25
018 63 59,5 12,25
019 63 59,5 12,25
020 63 59,5 12,25
021 63 59,5 12,25
022 63 59,5 12,25
023 40 59,5 380,25
024 40 59,5 380,25
025 40 59,5 380,25
026 40 59,5 380,25
027 40 59,5 380,25
028 40 59,5 380,25
029 40 59,5 380,25
030 38 59,5 462,25
031 38 59,5 462,25
032 38 59,5 462,25
033 38 59,5 462,25
034 38 59,5 462,25
035 38 59,5 462,25
036 38 59,5 462,25
Jumlah 2.142 11.291
45
Nilai siswa pada tabel 4.2 disusun secara berurutan berdasarkan skor
teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih
dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan
menggunkan rumus sebagai berikut:
𝑥 = 𝑥𝑖𝑛
𝑖=1
𝑛=
2.142
36= 59.5
Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 66,23 maka selanjutnya mencari
nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :
𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐
𝑁 − 1=
11.291
36 − 1
= 322,6
= 3,03
Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus
di atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas
XI SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem
posing dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar
diperoleh interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam
menganalisis naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi,
sedang, rendah, atau sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol tahap pretest.
No Interval Tingkat Hasil Belajar
1
2
3
90 – 100
80 – 89
70 – 79
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
46
4
5
40 – 69
00 – 39
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi
naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sangat rendah. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yaitu 59,5 berada pada rentang nilai 00-39 (kategori sangat rendah).
b) Tahap postest
Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada kelas
kontrol tahapIpre dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol
Tahap Postest.
No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)
1. 84 10 28
2. 63 12 34
3. 43 7 19
4. 38 7 19
Jumlah n = 36 100
Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari
jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 36 siswa diperoleh gambaran,
yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai
maksimal. Nilai tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 84 dan nilai
terendah diperoleh 7 orang siswa dengan nilai 38.
Sampel dengan nilai 84 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase
28%, sampel yang memiliki nilai 63 diperoleh 12 orang siswa dengan
persentase 34%, sampel yang memiliki nilai 40 diperoleh 7 orang siswa
dengan persentase 19% dan sampel yang nilai 38 diperoleh 7 orang siswa
dengan persentase 19%..
47
Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
sebagai bahan pengukuran penyebaran data.
Tabel 4.5 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Kontrol pada Tahap
Postest.
No
responden
Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐
001 84 59,5 600,25
002 84 59,5 600,25
003 84 59,5 600,25
004 84 59,5 600,25
005 84 59,5 600,25
006 84 59,5 600,25
007 84 59,5 600,25
008 84 59,5 600,25
009 84 59,5 600,25
010 84 59,5 600,25
011 63 59,5 12,25
012 63 59,5 12,25
013 63 59,5 12,25
014 63 59,5 12,25
015 63 59,5 12,25
016 63 59,5 12,25
017 63 59,5 12,25
018 63 59,5 12,25
019 63 59,5 12,25
020 63 59,5 12,25
021 63 59,5 12,25
022 63 59,5 12,25
023 43 59,5 272,25
024 43 59,5 272,25
025 43 59,5 272,25
026 43 59,5 272,25
027 43 59,5 272,25
028 43 59,5 272,25
029 43 59,5 272,25
030 38 59,5 462,25
031 38 59,5 462,25
032 38 59,5 462,25
033 38 59,5 462,25
034 38 59,5 462,25
035 38 59,5 462,25
036 38 59,5 462,25
Jumlah 2.162 12.047
48
Nilai siswa pada tabel 4.2 disusun secara berurutan berdasarkan skor
teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih
dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan
menggunkan rumus sebagai berikut:
𝑥 = 𝑥𝑖𝑛
𝑖=1
𝑛=
2.162
36= 60.05
Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 66,23 maka selanjutnya mencari
nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :
𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐
𝑁 − 1=
12.047
36 − 1
= 344,2
=18,5
Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus
di atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas
XI SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem
posing dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar
diperoleh interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam
menganalisis naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi,
sedang, rendah, atau sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.6 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol tahap Postest.
No Interval Tingkat Hasil Belajar
1
2
90 – 100
80 – 89
Sangat Tinggi
Tinggi
49
3
4
5
70 – 79
40 – 69
00 – 39
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi
naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sangat rendah. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yaitu 59,5 berada pada rentang nilai 00-39 (kategori sangat rendah).
b. Hasil penelitian kelas eksperimen
Hasil analisis data diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas
siswa dikelas mulai dari guru memberi salam, mengecek kehadiran siswa
kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan
menggunakan model pembelajaran problem posing dengan menganalisis isi
naskah drama lalu dilanjutkan dengan menyampaikan materi yang akan
diajarkan. Selanjutnya pemberian tugas kepada siswa dan terakhir guru
menutup pembelajaran.
a) Tahap Pretest
Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa
pada kelas eksperimen ditahap pretest dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Eksperimen
tahap pretest
No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)
1. 88 10 28
2. 75 9 26
3. 65 6 17
4. 60 6 17
5. 58 4 12
50
Jumlah n = 35 100
Dari tabel 4.4 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari
jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diperoleh gambaran, yaitu
tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai maksimal. Nilai
tertinggi diperoleh 10 orang siswa dengan nilai 88 dan nilai terendah diperoleh 4
orang siswa dengan nilai 58.
Sampel dengan nilai 88 diperoleh 10 orang siswa dengan persentase 28%,
sampel yang memiliki nilai 75 diperoleh 9 orang siswa dengan persentase 26%,
sampel yang memiliki nilai 65 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17%,
sampel yang nilai 60 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17% dan sampel
yang memiliki nilai 58 diperoleh 4 orang siswa dengan persentase 12%
Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
sebagai bahan pengukuran penyebaran data.
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada
Tahap Pretest.
No
responden
Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐
001 88 72,6 237,16
002 88 72,6 237,16
003 88 72,6 237,16
004 88 72,6 237,16
005 88 72,6 237,16
006 88 72,6 237,16
007 88 72,6 237,16
008 88 72,6 237,16
009 88 72,6 237,16
010 88 72,6 237,16
011 75 72,6 5,76
012 75 72,6 5,76
013 75 72,6 5,76
014 75 72,6 5,76
51
015 75 72,6 5,76
016 75 72,6 5,76
017 75 72,6 5,76
018 75 72,6 5,76
019 75 72,6 5,76
020 66 72,6 43,56
021 66 72,6 43,56
022 66 72,6 43,56
023 66 72,6 43,56
024 66 72,6 43,56
025 66 72,6 43,56
026 60 72,6 158,76
027 60 72,6 158,76
028 60 72,6 158,76
029 60 72,6 158,76
030 60 72,6 158,76
031 60 72,6 158,76
032 58 72,6 213,16
033 58 72,6 213,16
034 58 72,6 213,16
035 58 72,6 213,16
Jumlah 2.543 4.490
Nilai siswa pada tabel 4.5 disusun secara berurutan berdasarkan skor
teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih
dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan menggunkan
rumus sebagai berikut:
𝑥 = 𝑥𝑖𝑛
𝑖=1
𝑛=
2.543
35= 72,6
Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 72,6 maka selanjutnya mencari nilai
standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :
𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐
𝑁 − 1=
4.490
35 − 1
= 128,2
=11,3
Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus di
atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas XI
52
SMA Negeri 12 Makassar tanpa penggunaan model pembelajaran problem posing
dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar diperoleh
interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menganalisis
naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi, sedang, rendah,
atau sangat rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.9 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol pada Tahap Pretest.
No Interval Tingkat Hasil Belajar
1
2
3
4
5
90 – 100
80 – 89
70 – 79
40 – 69
00 – 39
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi
naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.5 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yaitu 72,6
berada pada rentang nilai 70-79 (kategori sedang).
b) Tahap postest
Hasil distribusi frekuensi dan nilai yang diperoleh tiap siswa pada
kelas eksperimen ditahap postest dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas
Eksperimen tahap postest
No. Skor Mentah (X) Frekuensi (fi) Persentase (%)
1. 95 11 31
2. 92 8 23
3. 90 6 17
53
4. 85 6 17
5. 65 4 12
Jumlah n = 35 100
Dari tabel 4.7 di atas, menunjukkan hasil analisis yang diperoleh dari
jumlah sampel kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diperoleh gambaran, yaitu
tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100 sebagai kategori nilai maksimal. Nilai
tertinggi diperoleh 11 orang siswa dengan nilai 95 dan nilai terendah diperoleh 4
orang siswa dengan nilai 65.
Sampel dengan nilai 95 diperoleh 11 orang siswa dengan persentase 31%,
sampel yang memiliki nilai 92 diperoleh 8 orang siswa dengan persentase 23%,
sampel yang memiliki nilai 90 5diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17%,
sampel yang nilai 85 diperoleh 6 orang siswa dengan persentase 17% dan sampel
yang memiliki nilai 65 diperoleh 4 orang siswa dengan persentase 12%
Tahap selanjutnya mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
sebagai bahan pengukuran penyebaran data.
Tabel 4.11 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen pada
Tahap Postest.
No
responden
Nilai (x) 𝒙 𝒙 − 𝒙 𝟐
001 95 88,3 44,89
002 95 88,3 44,89
003 95 88,3 44,89
004 95 88,3 44,89
005 95 88,3 44,89
006 95 88,3 44,89
007 95 88,3 44,89
008 95 88,3 44,89
009 95 88,3 44,89
010 95 88,3 44,89
011 92 88,3 13,69
012 92 88,3 13,69
54
013 92 88,3 13,69
014 92 88,3 13,69
015 92 88,3 13,69
016 92 88,3 13,69
017 92 88,3 13,69
018 92 88,3 13,69
019 90 88,3 2,89
020 90 88,3 2,89
021 90 88,3 2,89
022 90 88,3 2,89
023 90 88,3 2,89
024 90 88,3 2,89
025 90 88,3 2,89
026 85 88,3 10.89
027 85 88,3 10.89
028 85 88,3 10.89
029 85 88,3 10.89
030 85 88,3 10.89
031 85 88,3 10.89
032 65 88,3 542,89
033 65 88,3 542,89
034 65 88,3 542,89
035 65 88,3 542,89
Jumlah 3.091 615,25
Nilai siswa pada tabel 4.8 disusun secara berurutan berdasarkan skor
teritinggi siswa sampai terendah. Untuk menentukan standar deviasi terlebih
dahulu harus diperoleh nilai rata-rat (mean) dari skor siswa dengan
menggunkan rumus sebagai berikut:
𝑥 = 𝑥𝑖𝑛
𝑖=1
𝑛=
3.091
35= 88,3
Setelah nilai rata-rata (mean) diperoleh yaitu 88,3 maka selanjutnya mencari
nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut :
𝑆 = 𝒙 − 𝒙 𝟐
𝑁 − 1=
615,25
35 − 1
= 18,09
=4,25
55
Hasil nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus di
atas dapat didistribusikan ke dalam tabel klasifikasi kompetensi siswa kelas XI
SMA Negeri 12 Makassar penggunaan model pembelajaran problem posing
dengan menganalisis isi naskah drama yang bertema “munafik” agar diperoleh
interval nilai siswa untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menganalisis
naskah drama siswa berada pada tingkatan hasil belajar tinggi, sedang, rendah,
atau sangat rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.12 Klasifikasi Kompetensi Pembelajaran Analisis Drama Kelas
Kontrol pada Tahap Postest.
No Interval Tingkat Hasil Belajar
1
2
3
4
5
90 – 100
80 – 89
70 – 79
40 – 69
00 – 39
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, nilai rata-rata kompetensi menganalisis isi
naskah drama siswa kelas kontrol termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.8 di atas yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yaitu 88,3
berada pada rentang nilai 80-89 (kategori tinggi).
2. Statistik inferensial
Tabel 4.13 hasil analisis statistik uji t
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
56
skor
_pre
stas
i
Equal
variances
assumed
11,187 ,001 -3,580 69 ,001
-
13,1571
4
3,67491 -20,48838 -5,82591
Equal
variances not
assumed
-3,603 58,669 ,001
-
13,1571
4
3,65159 -20,46482 -5,84946
Group Statistics
kelompok_kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
skor_prestasi kontrol_pretest 36 59,5000 18,55263 3,09210
eksperimen_pretest 35 72,6571 11,49154 1,94242
Sumber: Output SPSS Versi 23
Pada bagian statistic inferensial hipotesis yang akan diuji dengan
menggunakan statistik uji t yaitu penerapan model pembelajaran problem
posingdengan menganalisis naskah drama pada siswa kelas XISMA Negeri 12
Makassar. Input nilai siswa dari lapangan menunjukan bahwa nilai kelas yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem
posingdengan menganalisis naskah drama lebih tinggi dibanding siswa yang tidak
diberikan perlakuan tersebut. Adapun hasil analisis uji t dapat dilihat pada tabel
4.10.
Penentuan kriteria signifikan digunakan aturan sebagai berikut:
Jika thitung>ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima dan jika thitung<ttabel maka Ho
= diterima dan H1 = ditolak.
Jadi berdasarkan nilai thitungyang telah diperoleh dengan uji t maka nilai
ttabeldiperoleh dengan menentukan df = N – k dengan taraf signifikan 0,05.dari
data yang diperoleh nilai df = 35 – 1 = 34 dan df = 36 – 1 = 35 sehingga nilai df
adalah 34 dan 35. Kemudian mencari nilai tabel t dengan melihat tabel distribusi t
yaitu 1,690 dan 1,689 (lampiran). Disamping itu thitung memiliki nilai 3,580 dan
3,603. Dengen demikian thitung = 3,580 > ttabel = 1,690 dan thitung = 3,603 > ttabel =
1,689 yang berarti Ho=ditolak dan H1=diterima.
57
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan H1 diterima menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
problem posing efektif untuk diterapkan dalam menganalisis naskah drama siswa
kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
Selain itu hasil kerja siswa, hal lain yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh pada siswa setelah perlakuan dilihat dari sikap siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung menunjukkan sikap lebih aktif dibandingkan pada
tahap pretest.
3. Deskripsi Respon Siswa terhadap model pembelajaran Problem Possing
Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data respon siswa
tentang pengaruh model pembelajran problem posingdalam menganalisis isi
naskah drama yaitu angket respon siswa yang diukur dengan pemberian angket
untuk mengetahui tanggapan siswa. Dengan ketentuan kriteria yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah 50% siswa yang merespon “ya” dandinyatakan dalam
tabel berikut:
58
Tabel 4.14 Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Makassar Tentang
Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posingdalam Menganalisis Isi
Naskah Drama.
No. Uraian Pertanyaan Siswa yang
Merespon Ya
Siswayang
Merespon tidak
1. Apakah kamu menyukai model
pembelajaran yang diterapkan
peneiti ?
29 6
2. Apakah pemahaman
kamumeningkat dengan
penerapan model pembelajaran
yang diterapkan peneliti ?
28 7
3. Apakah kamu merasa
bersemangat jika dalam belajar
menggunakan model
pembelajaran yang diterapkan
peneliti ?
25
10
4. Apakah dalam proses belajar guru
membantu penerapan model
pembelajaran ?
32 3
5. Apakah kamusenang jika dalam
pembelajaran bahasa Indonesia
menerapkan model pembelajaran
tersebut?
22 13
6. Apakah guru pernah menerapkan
model pembelajaran yang sama
atau hampir mirip dengan model
pembelajaran yang diterapkan
peneliti?
25
10
7. Apakah ada kesulitan belajar
pada saat pengaplikasian model
pembelajaran yang digunakan
peneliti?
21
14
8. Apakah kamulebih cepat
mengingat materi ketika
menggunakan model
pembelajaran yang diterapkan
peneliti?
28
7
9. Apakah anda lebih cepat
mengingat materi pelajaran jika
menggunakan model
pembelajaran?
26
9
10. Apakah Anda lebih memahami
pelajaran bahasa Indonesia jika
menggunakan model
pembelajaran?
29
6
Jumlah 265 85
Nilai rata-rata 7,57
59
Tabel 4.15 Frekuensi dan persentase Respon Siswa Kelas XI SMA Negeri 12
Makassar Tentang Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posingdalam
Menganalisis Isi Naskah Drama.
Skor Soal Frekuensi (F) Persentase (%)
1 265 75,7
0 85 24,2
Jumlah N= 350
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai rata-rata respon siswa tentang
pengaruh model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi naskah
drama adalah 7,57 dengan persentase nilai yang menjawab ya adalah 75,7 %.
Dengan demikian respon siswa tentang pengaruh model pembelajaran Problem
Posing dalam menganalisis isi naskah drama dapat disimpulkan cukup
berpengaruh besar karena telah memenuhi kriteria respon siswa yakni ≥ 50%.
Artinya model pembelajaran Problem Posing dalam menganalisis isi naskah
drama memberikan pengaruh yang baik.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni di SMA Negeri 12 Makassar dan
memilih kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas uji tanpa
menggunakan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis naskah
drama dan siswa kelas XI IPA 6 dengan jumlah sebanyak 35 siswa sebagai kelas
uji coba dengan menggunakan tes awal (pretest) setelah diberikan perlakuan
(treatment) kemudian dilakukan pengukuran (posttest) lagi untuk mengetahui
hasil dari perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing
dalam menganalisis isi naskah drama pada kelas XI IPA 6. Pada saat proses
pembelajaran, sebelum siswa diberikan tugas sebagai tes awal (pretest), terlebih
dahulu dijelaskan materi tentang drama, untur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
60
drama dan cara menganalisis naskah drama dengan baik, kemudian pada tahap
penugasan di tes awal (pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan
menganalisis isi naskah drama siswa. Sebelum diberikan perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran problem posing dengan menganalisis isi naskah
drama yaitu siswa diberikan tugas untuk membuat cerpen secara perkelompok
dengan tema yang telah ditentukan.
Dari hasil pretest diketahui bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif
pada proses penugasan dan memperoleh berbagai kesulitan dalam menganalisis isi
naskah pada sebuah drama, sebagian siswa juga terlihat tidak bersemangat dan
tidak tertarik pada saat belajar sehingga menyebabkan siswa tidak fokus
mengikuti proses pembelajaran.Pada pertemuan selanjutnya pada saat dilakukan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing dalam
menganalisis isi naskah drama, pada tahap ini beberapa perbedaan yang terjadi di
dalam kelas terhadap respon siswa dalam belajar misalnya pada sikap dan
keaktifan siswa sebelum penggunaan model pembelajaran problem posing dalam
menganalisis isi naskah drama dan pada saat penerapan model pembelajaran
problem posing, siswa terlihat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran
sehingga kelas yang awalnya terlihat tak hidup karena ketidakantusiasan siswa
dalam mengikuti pelajaran sekarang terlihat menyenangkan karena siswa tertarik
dan antusisas mengikuti pelajaran sebab dianggap belajar seperti permainan yang
bernilai edukatif. Setelah siswa menganlisis isi naskah pada drama yang mereka
buat, kemudian siswa kembali diberikan ksempatan untuk saling tukar hasil
analisis naskah. Hal itupun memicu pertanyaan siswa tentang hasil analisis drama
yang telah mereka kerjakan. namun dengan model pembelajaran ini, siswa
dituntut untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang mereka temukan. Tiap
kelompok kemudian berdiskusi lalu mempresentasikan sendiri jawabannya yang
merupakan pengambilan nilai individu. Kemudian, kelompok lain pun yang
61
merupakan penanya akan menerima ataupun menyanggah jawaban yang telah
ditemukan kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kemampuan
siswa pada tahap pretest dan tahap postest terdapat perbedaan yang cukup
signifikan. Hal ini dibuktikan pada hasil kerja siswa yang mendapatkan nilai
tertinggi tahap pretest 88 sebanyak 10 siswa kemudian mengalami peningkatan
pada tahap postest dengan nilai 95 sebanyak 11 siswa.
1. Kondisi siswa tahap pretest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi
naskah drama
Kemampuan siswa menganalisis naskah drama dengan menggunakan
metode konvensional dalam menganalisis isi naskah drama,siswa diminta
memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan. Kemudian
setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu guru
menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan
kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah
memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama
menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi
tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing
masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.
Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal
menjawab dan kurang baik dalam menjawab.
Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada
aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori
menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah
memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain
itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan
paragraf. kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang
belum dipenuhi dengan baik.
62
2. Kondisi siswa tahap postest pada kelas kontrol dalammenganalisis isi
naskah drama
Pada tahap ini, siswa kembali diajarkan dengan menggunakan model yang
sama yaitu konvensional. Namun, untuk siswa yang awal pemahamannya kurang,
setelah di lakukan uji kembali menggunakan model lain yang sama dengan naskah
yang sama, hasilnya tak jauh beda dengan tahap pretest. Padahal pada tahap ini,
siswa telah bekerja sama dengan teman temannya untuk memecahkan soal.
Namun mereka hanya mendapat nilai dibwah standar.
Hal itu dikarenakan siswa yang kurang aktif, model yang guru terapkan
hanya berpusat pada guru saja dan tidak berkembang pada siswa.
3. Kondisi siswa pada tahap pretest dengan kemampuan menganalisis isi
naskah drama kelas eksperimen
Kemampuan siswa dalam menganalisis naskah drama sebelum menggunakan
model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, siswa
diminta memperhatikan sebuah drama pada buku cetak yang telah dibagikan.
Kemudian setelah mendengar penjelasan guru tentang drama yang dimana saat itu
guru menjelaskan berbagai hal tentang drama diantaranya; penokohan, alur, dan
kebahasaan. Kemudian siswa hanya memperhatikan guru di depan. Setelah
memperhatikan drama pada buku, kemudian siswa dan guru sama sama
menganalisis dan menjawab langsung naskah tersebut. Kemudian siswa diberi
tugas untuk menganlisis naskah lain lalu menjawabnya sendiri.di buku masing
masing.siswa yang telah menjawab kemudian mengumpulkan buku tugasnya.
Dari jawaban yang mereka kumpulkan, terdapat beberapa siswa yang hanya asal
menjawab dan kurang baik dalam menjawab.
Dari hasil observasi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada
aspek berbahasa khususnya keterampilan menulis dan menyimak dalam kategori
menganalisis naskah drama masih kurang. Sebagian siswa masih susah
63
memfokuskan fikirannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Selain
itu, siswa juga sukar memilih kata yang sesuai untuk disusun menjadi kalimat dan
paragraf.
4. Kondisi siswa pada tahap postest dengan kemampuan menganalisis isi
naskah dramakelas eksperimen.
Kriteria penilaian yaitu unsur kebahasaan dan non kebahasaan yang belum
dipenuhi dengan baik.Kondisi siswa pada tahap postest mengalami sedikit
perubahan pada hasil kerja siswa, hal itu dipengaruhi karena siswa tidak lagi
merasa bosan di dalam kelas selama pelajaran karena seluruh siswa dituntut aktif
dalam mengerjakan tugas. pada pengaplikasian model pembelajaran problem
posingdalam menganalisis isi naskah drama, Siswa terlihat senang mengikuti
pelajaran dan aktif dalam proses pengaplikasian model pembelajaran problem
posing dalam menganalisis isi naskah drama,
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa model pembelajaran
problem posingdalam menganalisis isi naskah dramamemberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
drama. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata tahap postestyang
diberikan perlakuan model pembelajaran problem posingdalam menganalisis isi
naskah drama memperoleh nilai lebih tinggi yaitu 88,3 dibanding pada tahap
pretest yang tidak mendapatkan perlakuan model pembelajara problem posing
dalam menganalisis isi naskah drama yaitu 72,6
Hal itu juga dibuktikan dengan pengujian hipotesis dengan menggunaan
analisis uji t. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama memberikan
pengaruh terhadap pembelajaran menganalisis isi naskah drama siswa Kelas XI
IPA 6 SMA Negeri 12 Makassar dengan hasil perbandingan nilai rata-rata siswa
kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan statistik uji t. Diketahui bahwa nilai
64
thitung yang diperoleh dengan analisis uji t yaitu 2,775 dan nilai t tabel yaitu 1,724
yang diperoleh dengan memperhatikan tabel distribusi t denagn taraf signifikan ά
= 0,05 dan df = N – 1 . Hasil ini menunjukkan bahwa Ho = ditolak dan H1 =
diterima. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini yaitu “jika menerapkan model
problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia maka hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar
akan mengalami peningkatan” diterima.
Selain menggunakan analisis hasil belajar tes, peneliti juga
menyimpulkan bahwa kondisi belajar mengajar di kelas lebih aktif pada tahap
postest dibanding pretestpadakelas eksperimen. Selain itu, siswa lebih aktif pada
saat proses pembelajaran ketika diterapkan model problem posing dalam
menganalisis isi naskah drama karena siswa menikmati proses belajar mengajar
dengan betul betul. Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan angket kuesioner
menunjukan bahwa tingkat minat dan keaktifan siswa meningkat dari pretest ke
posttest setelahdiberi treatment (perlakuan).
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah terletak pada penggunaan model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran di kelas.
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan agar peningkatan hasil
belajar siswa dapat tercapai yaitu model pembelajaran problem posing dalam
menganalisis isi naskah drama.
Peningkatan hasil belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran
problem posing dalam menganalisis isi naskah drama ini diangggap berhasil
dilihat dari hasil aktivitas siswa dalam belajar bisa dibuktikan dari pengambilan
data dengan menggunakan angket (terlampir) yang menunjukkan bahwa minat
siswa dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem posing
dalam menganalisis isi naskah drama berpengaruh dan meningkatkan minat
65
belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan
menganalisis naskah
Hal itu membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran problem
posing dapat membuka pikiran siswa untuk lebih berpikir luas menemukan hal-hal
baru yang berkaitan dengan sesuatu di sekitarnya misalnya, pada pengaplikasian
dalam pembelajaran menganalisis isi naskah drama, hal tersebut menumbuhkan
rasa penasaran siswa terhadap isi naskah sebelum menganalisisnya. Hal itu juga di
karenakan naskah drama yang menarik perhatian siswa sehingga menciptakan
kerja sama yang baik dengan siswa lainnya. Dengan model pembelajaran problem
posing ini yang di dukung dengan naskah drama yang sangat popular dikalangan
masyarakat, Oleh karena itu siswa dapat menikmati pembelajaran dengan model
yang diterpakan dan menghasilkan nilai belajar yang cukup baik dan memberikan
peningkatan dari pembelajaran sebelumnya yang tidak diberikan perlakuan.
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada hasil penelitian ini adalah model
pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah drama, efektif
digunakan pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan rata-rata kelas yang mendapatkan
perlakuan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi naskah
drama yaitu 88,33 dan kelas yang tanpa menggunakan model pembelajaran
problem posing dengan permainan pancasila lima dasar yaitu 59,9
Selain itu juga dapat dilihat pada uji hipotesis yang menunjukkkan hasil tes
nilai t hitung memiliki jumlah lebih besar yaitu 3,580 dan 3,603 dibandingkan
dengan nilai t tabel yaitu 1,609 dan 1,689. thitung = 3,580 > ttabel = 1,690 dan thitung
= 3,603 > ttabel = 1,689 dan mengkuti aturan pengambilan keputusan atau kriteria
yang signifikan yaitu jika thitung> ttabel maka Ho = ditolak dan H1 = diterima yang
berarti penerapan model pembelajaran problem posing dalam menganalisis isi
naskah drama siswa kelas XI SMA Negeri 12 Makassar.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada :
a. Siswa
Siswa hendaknya mampu memotivasi diri dalam belajar untuk
meningkatkan menganalisi naskah drama.
b. Pendidik
1. Pendidik mampu menerapkan model pembelajaran problem posing dalam
menganalisis isi naskah drama
61
67
2. Pendidk mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran
sehingga minat dan hasil belajar siswa akan baik dan meningkat.
c. Calon peneliti
1. Mampu meneliti penerapan model pembelajaran problem posing di berbagai
sub pembelajaran.
2. Kiranya mampu memodifikasi model pembelajaran problem posing dengan
permainan anak-anak lainnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2014.Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: sinar baru
algensindo
Ambarwati, Wiwit. 2012. Implementasi Metode Problem Posing dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.SKRIPSI.
Annisa, Rizki. 2018. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Drama melalui
Metode Kontekstual Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7 Makassar.
SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah
As’ari, A.R. 2005. Problem Posing Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru
Matematika. Jurnal Matematika: Tahun V, Nomor 1, April 2000.
B, Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. 2011. Panduan Penelitian. Jakarta: Pustaka
Publisher.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Emzir. 2015. Metodologi penelitian pendidikan: kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta:Rajawali Persada
Endraswara, Suardi. 2005. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta : Bumi Aksara.
Indraswari, Sely. 2015. Pengembangan Media Berbasis Adobe Flash CC Dengan
Metode Problem Posing Learning Untuk Pembelajaran Memproduksi Teks
Ulasan Film/Drama di Keas XI SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta.SKRIPSI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di
kkbi.kemdikbud.go.id/entri/religious. Diakses 7 desember 2018
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Nasutian. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Ramli, Rahma. 2018. Pengaruh Model Mind Mapping dengan Permainan
Pancasila Lima Dasar Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas
X SMK Baznas Makassar. SKRIPSI. Univeraitas Muhammadiyah
Rusman.2014. Model-model pembelajaranmengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: FMIPA UNNES.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Afabeta
Syamsuri, Andi Sukri. 2014. Bahasa Indonesia Mata kuliah dasar umum.
Makassar: Pustaka Lontara.
63
69
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Waluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yokyakarta:
Hanandita.
Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasarin Press.
70
LAMPIRAN
71
Rencana kegiatan pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 12MAKASSAR
Mata pelajaran : Bahasa indonesia
Materi pokok : Drama
Alokasi waktu : 6 x 45menit ( 3 JP)
A. Kompetensi Inti
KI- 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut
KI- 2 Memahami dan menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedur berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humainora dengan wawasan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI- 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
72
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI- 4 Mengolah, menalarn dan menyajikan dalam rana konkret dan rana
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
3.18. mengidentifikasi alur cerita, babak
demi babak, dan konflik dalam
drama yang dibaca atau ditonton
Mendata alur, konfliks,
penokohan, dan hal yang menarik
dalam drama yang dipentaskan.
4.18. mempertunjukkan salah satu tokoh
dalam drama yang dibaca.
.Memberi tangggapan serta
memperbaiki hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.19. Menganalisis isi dan kebahasaan
drama yang dibaca
Mengidentifikasi isi dan
kebahasaan drama yang dibaca.
C. Tujuan pembelajaran
Setelah melalui proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat
1. Mampu mengetahui unsur-unsur dalam drama (alur, babak, konflik, dan
penokohan)
73
2. Mampu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama
3. Mampu merancang pementasan drama
4. Mampu memberikan tanggapan pada sebuah pementasan drama.
D. Materi pembelajaran
Drama
Alur dalam drama
Babak dalam drama
Konflik dalam drama
Penokohan dalam drama
Isi Dan kebahasaan drama
Persiapan pementasan drama
Pementasan drama
E. Metode pembelajaran
Model pembelajaran : Konvensional
Metode : penugasan, tanya jawab, eksplorasi
F. Media/alat, bahan pembelajaran
Media : naskah drama
G. Sumber belajar
buku bahasa indonesia kelas XI
Buku referensi yang relevan
Internet
74
H. Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan pertama
2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi
sebelumnya.
Guru menyampaikantujuanpembelajaran
10 menit
Inti Guru menyampaiakan sub materi pembelajaran
Guru membahas materi yang akan di ajarkan
tentang pengertian,drama dan unsur unsurnya.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya terkait materi yang di
pelajarai hari ini,
Setelah semua peserta didik memahami materi
yang telah disampaiakan, guru menugaskan
70 menit
75
mengidentifikasi drama yang telah dibaca.
Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.
Guru menejlaskan tata cara pengerjaan tugas
kelompok sekaligus individu dan cara
penilaiannya.
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pembelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
10 menit
Pertemuan kedua
2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
5 menit
76
materi sebelumnya.
Inti Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis
naskah drama “munafik“ yang telah di bagikan
oleh guru lalu para ketua kelompok menukar
naskah mereka ke kelompok yang lain..
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
Pertemua ketiga
2 x 45 menit
kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetntang materi
sebelumnya.
5 menit
77
Inti Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
mereka
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Kompetensi keagamaan dan sosial
Teknik penilaian : observasi/pengamatan
Bentuk : catatan hasil observasi
b. Kompetensi pengetahuan
Teknik penilaian : tes
Bentuk penilaian : penugasan kelompok
lembar kerja siswa
c. Kompetensi keterampilan
Teknik penilaian : penugasan
Bentuk : tugas tertulis
78
Lampiran Materi
A. Pengertian drama
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya
sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh
aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga
dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan
sebuah naskah.
Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta
drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk
tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau
dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti
sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di
atas panggung.
Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta
watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.
B. Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam
bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan
penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah
drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8
jenis, antara lain:
Tragedi: drama yang bercerita tentang kekecewaan.
1. Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan
kelucuan.
2. Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.
79
3. Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi musik.
4. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi musik.
5. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya drama
tersebut dagelan.
6. Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya tidak
mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai gerakan.
7. Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.
C. Unsur-Unsur Drama
Berikut unsur-unsur drama :
1. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita
drama.
2. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak
pertama sampai babak terakhir.
3. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama
disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan
figuran.
4. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut.
Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis adalah
berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang jahat.
5. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah
drama yang berlangsung.
6. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang cerita
drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan dengan
melalui peran para tokoh drama tersebut.
80
D. Isi dan kebahasaan drama
1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya
seni yang hendak diulas.
Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas
pada objek ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang
sejenis. Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat)
seperti : menarik/tidak menarik, mengharukan, memilukan, bernilai,
memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain sebagainya.
Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Kata sifat atau kata
keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat
suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua
dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat…,
….sekali, sangat…..
2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif
Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film
ini sungguh menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur,
drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita teladani,
dan lain-lain.
3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal
a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua
argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.
Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;
Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;
Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak
hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya…, melainkan juga…;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena,
apabila, bilamana, jikalau.
81
b.) Konjungsi eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua
peristiwa/deskripsi hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.
Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori
makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu,
selain itu;
Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula,
lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;
Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di
sisi lain, namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan
sebagainya ;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi,
sebagai akibat, maka.
3. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)
Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan,
seperti, seperti halnya, serupa dengan, dan sebagainya.
4. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional
Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses.
Misalnya : makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan,
mendengarkan, menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata
kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat
nominal (kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat
(kata kerja bantu).
Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut,
jadi/menjadi, meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.
82
Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib,
jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada,
dan sebagainya.
83
Rencana kegiatan pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 12MAKASSAR
Mata pelajaran : Bahasa indonesia
Materi pokok : Drama
Alokasi waktu : 6 x 45menit ( 3 JP)
J. Kompetensi Inti
KI- 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut
KI- 2 Memahami dan menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedur berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humainora dengan wawasan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI- 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
84
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI- 4 Mengolah, menalarn dan menyajikan dalam rana konkret dan rana
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
K. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
3.18. mengidentifikasi alur cerita, babak
demi babak, dan konflik dalam
drama yang dibaca atau ditonton
Mendata alur, konfliks,
penokohan, dan hal yang menarik
dalam drama yang dipentaskan.
4.18. mempertunjukkan salah satu tokoh
dalam drama yang dibaca.
.Memberi tangggapan serta
memperbaiki hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.19. Menganalisis isi dan kebahasaan
drama yang dibaca
Mengidentifikasi isi dan
kebahasaan drama yang dibaca.
L. Tujuan pembelajaran
Setelah melalui proses pembelajaran peserta didik di harapkan dapat
5. Mampu mengetahui unsur-unsur dalam drama (alur, babak, konflik, dan
penokohan)
85
6. Mampu mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama
7. Mampu merancang pementasan drama
8. Mampu memberikan tanggapan pada sebuah pementasan drama.
M. Materi pembelajaran
Drama
Alur dalam drama
Babak dalam drama
Konflik dalam drama
Penokohan dalam drama
Isi Dan kebahasaan drama
Persiapan pementasan drama
Pementasan drama
N. Metode pembelajaran
Model pembelajaran : Problem Posing
Metode : penugasan, tanya jawab, eksplorasi
O. Media/alat, bahan pembelajaran
Media : naskah drama
P. Sumber belajar
buku bahasa indonesia kelas XI
Buku referensi yang relevan
Internet
86
Q. Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan pertama
2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi
sebelumnya.
Guru menyampaikantujuanpembelajaran
10 menit
Inti Guru menyampaiakan sub materi pembelajaran
Guru membahas materi yang akan di ajarkan
tentang pengertian,drama dan unsur unsurnya.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya terkait materi yang di
pelajarai hari ini,
Setelah semua peserta didik memahami materi
yang telah disampaiakan, guru menugaskan
70 menit
87
mengidentifikasi drama yang telah dibaca.
Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.
Guru menejlaskan tata cara pengerjaan tugas
kelompok sekaligus individu dan cara
penilaiannya.
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pembelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
10 menit
Pertemuan kedua
2 × 𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
Pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
5 menit
88
materi sebelumnya.
Inti Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis
naskah drama “munafik” yang telah di bagikan
oleh guru lalu para ketua kelompok menukar
naskah mereka ke kelompok yang lain..
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
Pertemua ketiga
2 x 45 menit
kegiatan Deskripsi Alokasi waktu
pendahuluan Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
Guru mengecek kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
Guru melakukan apersepsi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetntang materi
sebelumnya.
5 menit
89
Inti Tiap kelompok/peserta didik menganalisis isi
naskah drama kelompok/peserta didik lainnya.
Kemudian menyiapkan pertanyaan berdasarkan
hasil analisis masing masing.
Kemudian para kelompok yang memiliki naskah,
berdiskusi untuk pertanyaan yang diberikan
kepada mereka.
Kemudian, kelompok yang menganalisis naskah
drama kelompok lain memberikan point tiap unsur
yang dianalisis
80 menit
Penutup Peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi pemebelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral
Guru menutup pembelajaran
5 menit
R. Penilaian
2. Teknik penilaian
d. Kompetensi keagamaan dan sosial
Teknik penilaian : observasi/pengamatan
Bentuk : catatan hasil observasi
90
e. Kompetensi pengetahuan
Teknik penilaian : tes
Bentuk penilaian : penugasan individu dan kelompok
Instrumen penilaian:lembar kerja siswa
f. Kompetensi keterampilan
Teknik penilaian : penugasan
Bentuk : tugas tertulis
91
Lampiran Materi
E. Pengertian drama
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya
sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh
aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga
dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan
sebuah naskah.
Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta
drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk
tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau
dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti
sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di
atas panggung.
Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta
watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.
F. Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam
bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan
penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah
drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8
jenis, antara lain:
Tragedi: drama yang bercerita tentang kekecewaan.
8. Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan
kelucuan.
9. Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.
92
10. Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi
musik.
11. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi
musik.
12. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya
drama tersebut dagelan.
13. Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya
tidak mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai
gerakan.
14. Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.
G. Unsur-Unsur Drama
Berikut unsur-unsur drama :
7. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita
drama.
8. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak
pertama sampai babak terakhir.
9. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama
disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan
figuran.
10. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama
tersebut. Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis
adalah berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang
jahat.
11. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam
kisah drama yang berlangsung.
93
12. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang
cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan
dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.
H. Isi dan kebahasaan drama
1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya
seni yang hendak diulas.
Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas
pada objek ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang
sejenis. Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat)
seperti : menarik/tidak menarik, mengharukan, memilukan, bernilai,
memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain sebagainya.
Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Kata sifat atau kata
keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat
suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua
dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat…,
….sekali, sangat…..
2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif
Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film
ini sungguh menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur,
drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita teladani,
dan lain-lain.
3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal
a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua
argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.
Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;
Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;
94
Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak
hanya, tetapi juga, bukan saja/hanya…, melainkan juga…;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena,
apabila, bilamana, jikalau.
b.) Konjungsi eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua
peristiwa/deskripsi hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.
Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori
makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu,
selain itu;
Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula,
lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;
Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di
sisi lain, namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan
sebagainya ;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi,
sebagai akibat, maka.
3. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)
Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan,
seperti, seperti halnya, serupa dengan, dan sebagainya.
4. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional
Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses.
Misalnya : makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan,
mendengarkan, menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya. Kata
kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat
nominal (kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat
(kata kerja bantu).
95
Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut,
jadi/menjadi, meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.
Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib,
jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada,
dan sebagainya.
96
DARI MUSUH JADI SAHABAT
Narator : alkisah terdapat 5 orang sahabat, mereka adalah
cinta,rendi,bryan,bunga,dan gigi, mereka sudah lama bersahabat
sejak mereka kelas 1 sd, masalahpun muncul ketika ada
izam,ramos,Bianca,dan Elisha, pengen tahu kelanjutan ceritanya?,
langsung saja kita saksikan ( keluar )
(suatu pagi di kelas)
Rendi : cin,bry,bu,gi katanya ada anak baru loh
Cinta : hah? Siapa?cowok atau cewek, terus dimana?
Rendi : cewek ada, cowok ada, di kelas kita
Bryan : kalau ceweknya cantik – cantik aku bakal pacarin semua ah
Bunga : ampun dah , bryan pikirin tuh nilai kamu yang selalu kecil
terus, gimana kamu bisa naik kelas?
Gigi : iya bryan, kita aja semuanya jombkamu
Rendi : ngapain lagi pacar – pacaran masih kecil , sekarang tuh
fokusin belajar
97
Bryan : ah kalian ini!, aku kan juga manusia setiap manusia pasti
pernah jatuh cinta
Rendi : ia, tapi jatuh cintanya ga sekarang bryan, nanti kalau udah
bisa cari uang sendiri
Narrator : datanglah murid baru itu yang sedang mereka bicarakan (
keluar )
Gigi : hi, kalian murid baru ya?, kenalin aku gigi
Bianca : dih, siapa juga yang mau kenalan sama kamu ih ga level
Rendi : (melihat ke arah izam)
Izam : apa kamu lihat – lihat aku!
Rendi : ye… siapa juga yang lihatin kamu gr amat dah
Elisha : um hi nama aku Elisha
Bianca : eh el ngapain sih kamu kenalin nama kamu ke mereka!
Elisha : ya aku kan Cuma mau kenalan doang emang ga boleh ya?
Ramos : ya ga boleh lh, kita itu beda dia anak kampung dan kita itu
anak orang kaya
Bunga : kan bokap nyokap kamu yang kaya bukan kamu yang kaya
hahaha!
Rendi : kita itu sama ga ada bedanya kok, kalian lahir dari seorang
ibu dan kita belajar dengan pelajaran yang sama
98
Bianca : dih kamu itu orang miskin dan kita itu memang beda
Bryan : miskin atau kayanya itu ga bakal di ambil di akhirat, yang di
ambil itu amal kita
Izam : haha pak uztad ceramah, woi ceramah bukan disini di
masjid sono
Bunga : emang apasih yang kamu punya?
Ramos : kita punya segalanya, semua bisa kita beli pake uang
Elisha : hah? Emang kita mau beli apa pake uang?
Bianca : Elisha, kalau kamu ga ngerti mending kamu diem!
Elisha : gitu aja marah
Gigi : ada yang ga bisa kalian beli pake uang!
Izam : what?
Gigi : urusan kamu masuk surga atau neraka!
Ramos : alah kiamat masih lama woi pake ngomongin surga atau
neraka
Bryan : emang kamu tuhan yang tahu kapan kiamat? kita manusia ga
ada satu pun yang tau kapan itu terjadi
Izam : wah songon kamu ya!
Narrator : izam ingin menghajar bryan yang selalu ceramah di depan
izam tetapi bell masuk berbunyi
Narrator : di percepat bell istirahat telah berbunyi semua siswa keluar
berhamburan ada yang ke toilet, jungkir balik, ke kantin, lari – larian, dan
99
masih banyak variasinya, rendi dan sahabatnya ke kantin, dan Bianca dan
sahabatnya ke kantin juga , apa yang terjadi? (keluar)
Bryan : mau pesen apa?
Rendi : udah ah air putih aja deh males makan
Bunga : sama aku juga males
Gigi : aku juga, gara – gara ada anak baru
Rendi : ouh iya, cinta mana ya?
Bryan : lh gatau tuh
Gigi : mungkin dia ga mau jajan
Bunga : ya udah sana bryan pesenin ya
Bryan : ya
Narrator : bryan sudah membelikan minum untuk sahabat –
sahabatnya, tetapi minuman itu di tumpahkan oleh Bianca dan sahabatnya
(keluar)
Bryan : duh kalian ini !!
Izam : apa kamu mau marah?!
Narrator : datanglah sahabat bryan yang lain (keluar)
Bunga : eh apaannih?
Bryan : ini nih, anak baru ini tumpahin minum kita
Rendi : ganti ga!
100
Bianca : mau kita ganti?, ya kalau soal ganti ini doang mah kecil, tapi
kamu harus tunduk sama kita dan anggap kita ini bos kamu!
Elisha : emang kita kerja ya harus ada bosnya?
Ramos : aduh Elisha kapan sih otak kamu bener!?
Elisha : kapan – kapan (sambil menyengir)
Gigi : dih ogah banget , haha katanya kamu orang kaya Cuma ganti
kyk gini doang kamu ga bisa?, kaya apa tuh kaya monyet hah?
Bianca : jaga ya mulut kamu!
Narrator : Bianca dan sahabatnya menyerang rendi dan sahabatnya
kecuali cinta , karena eh karena cintanya ga ke kantin
Narrator : datanglah cinta ke kantin (keluar)
Cinta : eh eh eh ngapain sih kamu gangguin sahabat aku udah sana
pergi!
Elisha : eh um, pergi ya pergi kemana?
Bianca : diem deh Elisha, eh kamu siapa pake ngatur-ngatur kita,
emang kamu lebih kaya ya dari pada kita?
Izam : setau aku sih Cuma kita aja deh yang kaya disini
Cinta : lah kalau kalian kaya ngapain sekolah disini kenapa ga
sekolah di tempat yang lain hah?
Elisha : ya kita pindah kesini karena kita nakal
Bianca : aduh elishaaaaaaa, diem deh!
101
Bunga : ouh , aku tau sekarang ga ada lagi sekolah yang mau nerima
kalian kan, ya mungkin Cuma sekolah ini yang mau nerima kalian
Ramos : eh diem kamu ya , kalau ga
Bryan : woi kamu berani sama cewek ya? Hah?
Rendi : udah – udah bryan kita pergi aja deh dari sini dari pada
memperbanyak masalah sama mereka
Narrator : rendi dan sahabatnya pergi dari Bianca dan sahabatnya
(keluar)
Ramos : haha bilang aja takut, pake ngehindar segala!
Bianca : haha dasar losser
Izam : emm, guys guys kan kata mereka, mereka itu sahabatkan,
sama kyk kita kan?, mereka kompak banget , nah gimana kalau kita…
Elisha : kalau kita kenapa?
Izam : kalau kita, hancurin persahabatan mereka
Ramos : aku setuju
Bianca : aku setuju
Elisha : aku ikutan saja deh
Ramos : tapi zam, caranya gimana?
Izam : oh gambang ketik ngehancurin persahabat spasi nomor aku
kirim ke bapakmu, di jamin pasti kenamarah
Bianca : serius woi
102
Izam : gini caranya , kamu dateng kerumah rendi
,cinta,bunga,gigi,bryan, terus kita bikin surat yang buat mereka sakit hati
dan buar mereka pasti ga sahabatan lagi
Ramos : bagus juga ide kamu
Bianca : tapi kita belum ada yang tahu rumah mereka di mana
Izam : di buku tulis mereka kan ada alamat rumahnya
Ramos : ohh iya ya
Elisha : kapan nih misinya di mulai ?, hari ini juga?
Izam : ga tunggu air laut rasanya manis, ya hari ini lah!
Narrator : duh mundar – mandir mundar – mandir cabe deh kaki akyu,
oke dan setelah Bianca dan sahabatnya menyusun rencana mereka akan
melakukan rencana mereka itu sepulang sekolah
Narrator : bell masuk pun berbunyi, di percepat bell pulang pun
berbunyi (keluar)
Rendi : aku pulang ya sampai jumpa besok
Bunga : iya aku juga
Cinta : iya aku juga
Gigi : iya aku juga
Bryan : iya kita semua juga, udah udah pulang lupain masalah hari ini
Rendi : iya
Narrator : rendi dan sahabatnya pun pulang kerumah masing – masing
ya iyalah masak kerumah sama – sama ,
103
Narrator : setelah rendi dan sahabatnya pulang misi Bianca dan
sahabatnya pun mulai berjalan Bianca kerumah gigi dan bunga, izam
kerumah rendi, Elisha kerumah cinta , dan ramos kerumah bryan, di mulai
dari rumah gigi(keluar)
Bianca : permisi?
Gigi : (membuka pintu) eh kamu ngapain kerumah aku?, dan kamu
tau dari mana?
Bianca : aku tau dari bunga ouh ya ini ada surat dari bunga kamu
Gigi : (membaca surat) hah, jadi selama ini di nusuk aku dari
belakang I hate you bunga, emm bilangin ya sama bunga aku ga mau
sahabatan lagi sama orang yang munafik kyk dia
Bianca : ya ya udah ya aku pulang
Gigi : iya
Narrator : berlanjut kerumah bunga (keluar)
Bianca : permisi
Bunga : ( membuka pintu ), eh eh ngapain kamu kerumah aku?, ada
yang penting, tau dari mana juga rumah aku disini?
Bianca : emm aku tau rumah kamu dari gigi, dan ini ada surat dari gigi
buat kamu
Bunga : ( membaca isi surat ), ga nyangka ya selama ini dia mau
nyaingin ke pinteran aku, dan mau cari – cari kesalahan aku di kelas ,
bilangin ya sama gigi itu ga osah dateng kesini lagi, dan anggap kita udah
ga sahabatan lagi!
Bianca : iya ya udah ya aku pulang dulu
104
Bunga : iya
Narrator : selanjutnya dari rumah rendi
Izam : assalammualaikum
Rendi : waalaikum salam, eh eh ada apa ya?, kok kamu tau rumah
aku?
Izam : jadi gini ini ada surat dari bryan buat kamu dia titip ini ke
aku pas kalian tadi bubar buat pulang, dan aku juga tau dari dia kalau ini
rumah kamu
Rendi : (membaca surat) hah, tega banget sih bryan Cuma gara –
gara hal itu doang, em zam tolong ya bilangin sama orang itu aku ga mau
sahabatan lagi sama dia
Izam : oke ya udah ya aku pulang assalammualikum
Renda : ya waalaikumsallam
Narrator : selanjutnya di rumah cinta
Elisha : ini bukan ya rumahnya , em kyk nya iya deh, permisi
Cinta : iya sebentar (membuka pintu) eh kamu ngapain kesini?
Elisha : emm ini ada surat dari rendi buat kamu
Cinta : kok bisa di kamu?
Elisha :eeeeeeeee, tadi dia titip sama aku
Cinta : oke, (membaca surat) haha selama ini dia Cuma manfaatin
aku aja , Elisha bilangin ya ke rendi itu , aku ga mau jadi sahabat dia lagi
105
Elisha : i…i…ya ya udah ya aku pulang
Cinta : ya udah
Narrator : terakhir di rumah bryan
Ramos : permisi!
Bryan : iya iya bentar (sambil membuka pintu) lh kamu ngapain
kesini ? kamu tau dari mana rumah aku, ya kalau ga ada yang penting
mending kamu pulang
Ramos : aku tau dari cinta rumah kamu, nih dia nitip surat buat kamu
Bryan : apaan nih
Ramos : kamu baca aja sendiri
Bryan : (membaca surat) haha ga suka ya sama aku haha, bilangin ya
sama tuh cewek, jangan ke gr’ran deh aku suka sama dia, dan bilang aku
ogah jadi sahabat dia lagi, udah pulang sana
Ramos : ye ini aja udah mau pulang
Narrator : setelah mereka memberika surat itu , mereka kumpul di
sebuah tempat (keluar)
Bianca : gimana berhasil ga?
Izam : kalau aku mah berhasil
Elisha : aku juga
Ramos : aku juga dong
Bianca : kita lihat aja nanti besok kyk gimana
106
Narrator : keesokan harinya disekolah
Bunga : haha dasar ya orang ga tau diri
Gigi : eh kamu tuh yang munafik
Bryan : dasar cewek ke gr’an
Cinta : dih siapa yang ke gr’an, haha dasar cowok gesrek
Rendi : apa kamu ngatain aku
Narrator : bunga,cinta,rendi,gigi,dan bryan mereka saling bermusuhan
sekarang sedangkan dengan Bianca dan sahabatnya
Bianca : yes lihat tuh mereka ga kompak lagi kan
Izam : haha iya
Elisha : tapi dosa tau bikin orang musuhan
Ramos : udah ga apa-apa kali
Narrator : pembicaraan Bianca dan sahabatnya di dengar oleh rendi
dan sahabatnya
Bunga : jahat banget sih kalian
Gigi : bayangin ya kalau kalian di posisi kita gimana?
Rendi : pasti kalian sedih dan marahkan
Bryan : emang ya kalian itu ga ada hati
Izam : jujur ini semua ide aku kok, aku ngaku aku sebel sama kalian
kenapa kalian itu selalu bersama ga pernah ga bersama, aku minta maaf
107
Bianca : iya aku juga minta maaf udah ngatain kalian
Elisha : aku juga minta maaf kalau aku ada salah sama kalian ya
kalau ga ada ga osah di manfaafin
Ramos : iya aku juga minta maafya, boleh ga kita jadi sahabat kalian?
Rendi : boleh kok
Bunga : iya boleh
Cinta : boleh
Gigi : boleh sekali
Bryan : boleh asal jangan kyk kemarin ya
(narrator masuk)
Narrator : akhirnya Bianca dan sahabatnya menjadi sahabat rendi dan
sahabatnya, demikianlah cerita dari musuh jadi sahabat, mohon maaf
kalau ada kata – kata yang kurang di mengerti
108
ASPEK PENILAIAN ANALISIS NASKAH DRAMA
ASPEK KRITERIA SKOR
Unsur Intrinsik
1. Penokohan
2. tema
3. alur/plot
4. setting/latar
5. dialog
6. amanat
7. konflik
semua unsur intrinsik terpenuhi 30-50
hanya 5 unsur intrinsik yang terpenuhi
20-29
hanya 3 unsur intrinsik yang terpenuhi
15-28
Nilai-nilai 1. nilai sosial
2. nilai moral
semua nilai terpenuhi 30-50
hanya 1 nilai terpenuhi 25-30
tidak ada nilai yang sesuai 10-15
109
Dokumentasi Kelas Eksperimen
110
111
112
Dokumentasi Kelas Kontrol
113
114
115
RIWAYAT HIDUP
Naisyah Yusmah lahir di Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) tepatnya
pada tanggal 29 April 1996. Merupakan anak keenam dari delapan
bersaudara dari pasangan alm. Muh. Ahdal dan Andi Nuhaida. Mulai
memasuki pendidikan formal di SD Inp. 6/75 Manurunge lalu pindah
ke SD Inp. Prumnas Antang II Makassar pada tahun 2010 dan lulus
pada tahun 2008.
Kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 4 Watampone dan lulus pada tahun 2011,
setelah itu dilanjutkan ke SMAN 12 Makassar dan lulus pada tahun 2014 serta pada tahun
2014 penulis melanjutkan studinya ke perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah
Makassar (Unismuh) dengan memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Kemudian di tahun 2018 penulis menyusun skripsi
ini dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing dalam Menganalisis Isi
Naskah Drama Musuh Jadi Sahabat Siswa Kelas XI SMA NEGERI 12 Makassar”