IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DALAM ...

143
i IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Akidah Akhlaq Di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020) SKRIPSI Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaiakan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam OLEH: SAIFUDDIN NIM: 210315345 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO MARET 2020

Transcript of IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DALAM ...

i

IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Akidah

Akhlaq Di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo

Tahun Pelajaran 2019/2020)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaiakan Program Sarjana

Pendidikan Agama Islam

OLEH:

SAIFUDDIN

NIM: 210315345

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

MARET 2020

ii

ABSTRAK

Saifuddin, 2020. Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam

Meningkatkan Motivasai dan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan

Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Akidah Akhlaq Di MTs

Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran

2019/2020). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Dr. Umi Rohmah,

M.Pd.I.

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Strategi Problem Based

Learning Penelitian ini dilatar belakangi dengan masalah proses pembelajaran yang

kurang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa merasa bosan, jenuh, dan

kurang minat atau bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini

disebabkan karena seorang guru ketika pembelajaran berlangsung hanya

menggunakan metode ceramah dan monoton. Sehingga dalam kegiatan

pembelajaran yang berlangsung masih belum maksimal dan berdampak pada hasil

belajar peserta didik yang masih dibawah KKM.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui bagaimana motivasi

belajar peserta didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq pada materi

meningkatkan keimanan kepada rosul Allah di kelas VIII MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020; 2) untuk mengetahui

bagaimana hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq pada

materi meningkatkan keimanan kepada rosul Allah di Kelas VIII MTs Sabilul

Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

terdiri dari dua siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu:

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini terdiri

dari 24 peserta didik kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo

tahun pelajaran 2019/2020.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) adanya peningkatan motivasi

belajar peserta didik dari pra siklus 58,33 %, siklus I meningkat menjadi 75,0 %,

dan pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat drastis mencapai 95,83 %;

dan 2) adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus mencapai

41,67 %, siklus I menjadi 66,67 %, dan siklus II mencapai 91,67 %. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi Problem Based Learning dapat

meningkatkan motivasi dan nilai belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah

Akhlaq kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo tahun

pelajaran 2019/2020.

iii

iv

v

vi

vii

viii

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SAIFUDDIN

NIM : 210315345

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi/Tesis : "Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII Mata

Pelajaran Akidah Akhlaq Di MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran

2019/2020)".

Menyatakan bahwa naskah skripsi / tesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen

pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut dipublikasikan oleh

perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di ethesis.iainponorogo.ac.id.

Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab

dari penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Ponorogo, 03 Juni 2020

Penulis

SAIFUDDIN

2103153435

ix

ix

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak, mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara.1

Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang

dilalui siswa dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pada

hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya

interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana siswa

menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam

berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun.2

Pada umumnya, praktik penyelenggaraan pendidikan dalam suatu

masyarakat dilatarbelakangi adanya berbagai pertimbangan subjektif

masyarakat berupa preferensi nilai serta prinsip yang dipilih. Pertimbangan

subjektif tersebut dapat dimengerti, mengingat praktik pendidikan

merupakan bagian dari bentuk aktualisasi atas keinginan masyarakat dalam

1 Lampiran UU No. 20, tahun 2003. 2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 17.

2

mewujudkan kehendak. Praktik penyelenggaraan pendidikan, baik di

sekolah maupun luar sekolah, mempunyai dua peran penting yang berbeda,

yaitu membangun tatanan sosial menuju yang lebih adil dan peran yang

melawan pantulan dari kehendak serta cita-cita sosial yang berbeda dari

suatu masyarakat.3

Di dalam proses mewujudkan sistem yang telah dicanangkan dalam

undang-undang maka keberhasilan pelaksanaan pendidikan melalui proses

pembelajaran di suatu sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan

formal maka sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: siswa,

kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta faktor

lingkungan dan juga adanya faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yakni: pertama faktor internal (faktor dari

dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa. Selanjutnya faktor

eksternal (luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Terakhir

faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajat

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.4

Dalam pendidikan Penelitian Tindakan Kelas atau biasanya dalam

bahasa Inggris dikenal dengan Classroom Action Research sudah lama

berjalan dan dikembangkan di negara-negara maju seperti halnya Inggris,

Australia dan Amerika. Para Ahli pendidikan di negara tersebut menaruh

3 Rusdiana dan Ahmad, Kebijakan Pendidikandari Filosofi ke Inplementasi

(Bandung: Pustaka Setia, 2015), 18. 4Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 144.

3

perhatian khusus terhadap Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena jenis

penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk

memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pengajar dalam proses

kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan cara melihat indikator

keberhasilan proses pembelajaran yang dijalankan. PTK sebagai bentuk

penelitian reflektik yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum sekolah, dan

pengembangan dalam proses belajar mengajar.5

Seorang guru dapat menggunakan prosedur yang melibatkan siswa

pada awal proses belajar mengajar. Pada aktivitas ini banyak unsur yang

dipersyaratkan untuk dapat ditampilkan oleh guru, yakni: (a) menarik

perhatian siswa terhadap materi pelajaran baru yang akan disampaikan, (b)

memberi motivasi kepada siswa agar tertarik mengikuti bahan yang

disampaikan oleh baru, (c) memberi acuan atau struktur materi pelajaran

baru yang akan disampaikan dengan menunjukkan tujuan instruksional yang

akan dicapai, pokok persoalan yang akan dibahas, dan rencana kerja serta

pembagian waktu, (d) mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai siswa

dengan topik pembelajaran baru, (e) membantu siswa mengingat kembali

pengalaman atau pengetahuan yang sudah diperolehnya, (f) menggunakan

motivasi belajar siswa sebagai perantara dalam melibatkan kegiatan baru,

(g) menggugah motivasi belajar baru dalam melibatkan kegiatan melalui

5 Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Jakarta: Dirjen

Dikti Depdikbut Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Bagian Pengembangan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar (BP3GSD), 1997), 19.

4

teknik mengajukan pertanyaan yang menggali pemikiran siswa, dan (h)

membantu siswa mengerti apa yang akan mereka capai dengan melibatkan

diri dalam kegiatan belajar.6

Segala bentuk faktor tersebut ketika sudah terpenuhi tentu

keberhasilan pelaksanaan pendidikan melalui proses pembelajaran di

sekolah atau madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal

sangat dipengaruhi terutama mata pelajaran Aqidah Akhlaq, yang mana

akan menunjang hasil belajar yang maksimal dan pada akhirnya akan

meningkatkan mutu pendidikan. Dan pastinya ketika proses penerapan

pembelajaran di madrasah yang backgroundnya penyelenggara pendidikan

agama, maka mata pelajaran Akidah Akhlaq menjadi prioritas keberhasilan

yang harus dicapai.

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun metode pembelajaran

yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan

kenyataaan yang ada di lingkungn sekitar. Atas dasar itulah perlu

dikembangkan salah satu model pembelajaran yang komperatif dalam

pembelajaran, semisal dengan strategi belajar Problem Based Learning

(PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pihak sekolah untuk

memperbaiki mutu pendidikan, diantaranya adalah dengan memperbaiki

mutu pembelajaran. Pembelajaran di sekolah merupakan urutan kegiatan

yang secara sadar telah terencana dan terprogram. Dengan adanya

6 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: Diva Press, 2010),

234.

5

perencanaan dan pemrograman yang baik dan terstruktur yang baik maka

akan mendukung keberhasilan pembelajaran yang diharapkan.

Mengingat pula bahwa motivasi belajar siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar merupakan wujud sikap secara nyata yang merupakan

bentuk totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga

mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan tanggung jawab

terhadap pencapaian tujuan dengan tercapainya prestasi belajar yang

memuaskan. Kurangnya motivasi belajar yang terjadi pada siswa

mempengaruhi pemahaman pada materi yang disampaikan dan juga akan

mempengaruhi hasil belajar. Hal ini menjadi indikasi pembelajaran yang

dilakukan selama ini kurang efektif.7

Salah satu faktor untuk mencapai prestasi belajar yang baik adalah

adanya motivasi belajar yang timbul dari dalam diri siswa. Motivasi belajar

adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang

mendorong keadaan siswa untuk melakukan semangat dalam belajar.

Persoalan mengenai motivasi belajar adalah bagaimana mengatur agar

motivasi belajar dapat ditingkatkan, karena dalam kegiatan belajar mengajar

setiap siswa memiliki motivasi belajar dengan tingkatan yang berbeda.

Perbedaan motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat dilihat berdasarkan

tingkat kehadiran belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, keaktifan

siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi

belajar yang kuat dalam diri siswa dapat mendorong siswa untuk lebih

7 http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/download/1661/1063, diakses

pada 04 Januari 2019.

6

semangat dalam belajar, sehingga siswa dapat lebih mudah menguasai

materi pembelajaran. Untuk meningkatkan motivasi belajar dalam diri siswa

perlu dilakukan dorongan dari luar yaitu dengan cara memberikan

penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti pemberian beasiswa,

piagam, hadiah atau diadakan pemilihan siswa teladan dan berprestasi,

bentuk dukungan secara moral, dengan adanya hal-hal seperti ini maka

siswa dapat terdorong untuk belajar lebih aktif, sehingga memiliki prestasi

yang baik. Bagi siswa yang belum mendapatkan hadiah, mereka akan

berkompetisi atau bersaing dalam belajar untuk mendapatkan penghargaan

dari pihak sekolah ataupun guru. Salah satu hal yang mendasari motivasi

belajar siswa adalah dapat dilihat dari tingkat kehadiran siswa dalam

kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, dan sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai siswa.8

Dalam proses meningkatkan motivasi belajar, maka perlu adanya

strategi belajar yang mampu membuat siswa bisa memahami mata pelajaran

yang sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini mengenai strategi

yang digunakan oleh guru di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

khususnya kelas VIII, dari hasil pengamatan terdapat kendala yang dihadapi

oleh guru, diantaranya siswa merasa jenuh dalam mendengarkan penjelasan

dari guru, sebagian malas mengerjakan tugas, bergantung kepada temannya,

dan ribut dalam proses mengerjakan tugas atau LKS. Menurut pandangan

Mel Silberman bahwa pendidikan seperti ini pendidikan gaya bank, yang

8 Ibid., 23.

7

mana pendidikan yang memilik corak guru subjek, siswa objek, guru

mengajar, siswa diajar, guru bicara, siswa mendengarkan, guru aktif, siswa

pasif, guru maha tahu, siswa belum tahu, dan bentuk-bentuk hubungan

dikotomik antogonistik lain antara guru dan siswa.9 Dimana guru

memperlakukan murid seperti tong sampah kosong yang harus siap diisi

dengan berbagai ilmu pengetahuan. Melihat kurikulum yang dijalankan saat

ini adalah merujuk pada penekanan pendidikan karakter maka hal ini

merupakan masalah yang harus diatasi oleh guru dengan melakukan

tindakan pada pembelajaran yakni menggunakan model pembelajaran yang

lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan potensinya serta mengutamakan kerja sama

antara siswa satu dengan yang satunya, artinya adanya rasa keingin tahuan

masing-masing siswa dan tidak tergantung pada temannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sana, guru

cenderung kearah menggunakan metode ceramah dan penugasan serta

pemberian Lembar Kerja Soal (LKS) kepada siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran khususnya pemberian tugas,

siswa sering kali jenuh atau kurang aktif dalam proses pembelajaran dan

bergantung kepada teman-temannya untuk mengerjakan tugas terlebih

dahulu dan tidak jarang guru menemukan sebagian siswa mengerjakan tugas

pada saat jam pelajaran akan dimulai, begitupun juga dengan pemberian

9Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), 22.

8

LKS kepada siswa. Dalam proses pembelajaran ini siswa cenderung kurang

aktif, saling mengharap jawaban dari siswa yang aktif saja dan lebih menitik

beratkan kepada teman yang dianggap mampu untuk mengerjakan.10

Model-model pembelajaran belum banyak digunakan oleh guru mata

pelajaran Akidah Akhlaq di dalam kelas, dengan maksud menumbuhkan

rasa nyaman dan merasa tidak bosan dengan metode yang digunakannya

secara bergantian. Dengan belum diterapkannya model pembelajaran

Problem Based Learning, peneliti memiliki kesempatan untuk

memperkenalkan model pembelajaran tersebut kepada siswa. Dengan

harapan besar mampu meningkatkan motivasi belajar serta mendapatkan

hasil yang maksimal. Melihat hal tersebut, maka peneliti melaksanakan

penelitian tindakan kelas dengan judul:

“Implementasi Strategi Problem Based Learning dalam Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada

Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020)”.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Dari temuan di atas dapat diidentifikasi, masalahnya sebagai berikut:

1. Guru selalu menjadi orang nomor satu saat pembelajaran di kelas

sehingga kurang memberikan kesempatan siswa dalam berperan

aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar.

10 Wawancara, pada tanggal 24 November 2019, pukul 09.30 WIB.

9

2. Guru masih setia menggunakan strategi ceramah dan cara-cara

monoton, sehingga siswa merasa bosan dan kurang adanya

motivasi belajar dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Kurang fahamnya siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

4. Kurangnya motivasi belajar siswa ketika mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar.

5. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas kurang menyenangkan.

6. Masih adanya guru yang belum menerapkan strategi Problem

Based Learning (PBL) dalam proses kegiatan belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan strategi Problem Based Learning dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah

Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah

kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun

Pelajaran 2019/2020?

2. Bagaimana penerapan strategi Problem Based Learning dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq

dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah kelas VIII

MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran

2019/2020?

10

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi Problem Based

Learning (PBL) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan

kepada rasul Allah kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi Problem Based

Learning (PBL) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Aqidah Akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan

kepada rasul Allah kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

pada pengembangan keilmuan di bidang strategi Problem Based

Learning dalam meningkat motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi siswa: siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih

menyenangkan, siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar

melalui penerapan strategi Problem Based Learning. Dengan

demikian, akan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

11

karena lebih termotivasi belajar lebih giat dalam mata pelajaran

Akidah Akhlaq.

b. Bagi guru: diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam

mengajar, memberikan wacana untuk menambah viariasi mengajar,

serta mampu menghidupkan suasana kelas dengan strategi

pembelajaran yang diterapkan.

c. Bagi orang tua siswa: dapat dijadikan dasar bahwa betapa

pentingnya perhatian orang tua terhadap aktifitas dan prestasi belajar

putra-putrinya. Dengan demikian, akan menggugah hati para orang

tua siswa untuk berpartisipasi aktif memberikan dukungan dalam

rangka menyukseskan pendidikan putra-putrinya.

d. Bagi sekolah: diharapkan mampu untuk mengetahui hambatan dan

kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk

memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang

dihadapi di kelas serta menerapkan strategi pembelajaran yang

menarik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.11

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan

memberikan gambaran terhadap maksud yang terdapat dalam skripsi ini,

untuk memudahkan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi

dengan pembahasan-pembahasan yang dikemukakan secara sistematis,

sebagai berikut:

11 http://eprints.ums.ac.id/26665/2/04.BAB_I.pdf, diakses pada tanggal 04 Februari

2019.

12

BAB I : Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global

permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari: Latar

belakang masalah, identifikasi dan pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Telaah dan Hasil Penelitian Terdahulu, yang berisi

landasan teori, kerangka berfikir, dan pengajuan

hipotesis tindakan.

BAB III : Metode Penelitian, terdiri dari: objek penelitian, setting

penelitian, variabel penelitian, dan prosedur penelitian

(perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi,

jadwal pelaksanaan penelitian).

BAB IV : Hasil Penelitian, meliputi: gambaran singkat setting

lokasi penelitian, penjelasan data per-siklus, proses

analisis data per-siklus, dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

13

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,

KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa hasil penelitian yang mempunyai keterkaitan

tentang motivasi belajar maupun strategi pembelajaran Problem Based

Learning yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti diantaranya yaitu:

1. Lilis Satriani dalam skripsinya berjudul: "Peningkatan Hasil Belajar

Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII di MTs Negeri Ma'rang

Pangkep". Berikut hasil penelitiannya:

Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

pada setiap siklus, bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I

dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh rata-rata

mencapai 62,08, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa

meningkat menjadi 76,92.12

Persamaan penelitian Lilis Satriani dengan penelitian ini adalah

sama-sama membahas tentang strategi atau metode Problem Based

Learning atau pembelajaran berbasis masalah. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh Lilis Satriani dengan penelitian ini adalah

12 Lilis Satriani, " Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII di MTs Negeri

Ma'rang Pangkep". Diakses pada tanggal 24 Desember 2018 dari

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8181/1/LILIS%20SATRIANI.pdf, diakses pada

04 Januari 2019.

14

terfokus pada hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq,

sedangkan peneliti saat ini membahas tentang motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran Akidah Akhlaq, dan lokasi penelitian di MTs

Negeri Ma'rang Pangkep sedangkan penelitian ini di MTs Sabilul

Huda Karangjoho Badegan.

2. Dicky Mardiansyah mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo tahun

2011/2012, dengan skripsi yang berjudul "Peningkatan Partisipasi

Siswa Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran

PKN Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakan HAM di

Indonesia pada Siswa Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun Pelajaran

2011/2012.

Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

pada setiap siklus, bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada prasiklus

siklus I dan siklus II. Pada prasiklus hasilnya adalah 47,9 siklus I hasil

belajar siswa memperoleh rata-rata mencapai 70,83 dan pada siklus II

rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 83,33.13

Persamaan penelitian Dicky Mardiansyah dengan penelitian ini

adalah sama-sama membahas tentang penggunaan strategi atau

metode Problem Based Learning (PBL). Sedangkan perbedaan

13Dicky Mardiansyah, Peningkatan Partisipasi Peserta didik Melalui Metode

Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran PKN Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya

Penegakan HAM di Indonesia pada Peserta didik Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun

Pelajaran 2011/2012, skripsi jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012.

15

penelitian Dicky Mardiansyah dengan penelitian ini adalah membahas

tentang peningkatan partisipasi dan mata pelajaran yang diambil

adalah PKN, sedangkan peneliti saat ini membahas tentang motivasi

belajar siswa mata pelajaran Akidah Akhlaq, dan juga lokasi

penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Badegan sedangkan yang

sekarang di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan.

3. Ratna Mayangsari dalam skripsinya berjudul: "Peningkatan Motivasi

Belajar Dan Prestasi Belajar Memilih Bahan Baku Busana dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament)

Di SMK N 6 Yogyakarta". Berikut hasil penelitiannya:

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi

belajar pada setiap siklus, dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada

siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh

rata-rata mencapai 73,3 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa

meningkat menjadi 82,2. Peningkatan motivasi belajat siswa dengan

frekuensi hasil angket , diperoleh skor dengan rata-rata 57,8.14

Persamaan penelitian Ratna Mayangsari dengan penelitian ini

adalah sama-sama membahas terkait meningkatkan motivasi belajar

pada siswa. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament),

14 Ratna Mayangsari, "Peningkatan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Memilih Bahan

Baku Busana dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game

Tournament) Di SMK N 6 Yogyakarta". Diakses pada tanggal 23 Desember 2018

dari https://eprints.uny.ac.id/32804/1/Ratna%20Mayangsari%2007513241014.pdf,

diakses pada 24 Januari 2019.

16

sedangkan perbedaan penelitian ini menggunakan strategi Problem

Based Learning, dan juga lokasi penelitian bertempat di SMK N 6

Yogyakarta, sedangkan penelitian ini di MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo.

B. Landasan Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang mana dapat diartikan

sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan.15

Dalam melakukan sesuatu hal sebagai daya upaya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melaksanakan

sesuatu hal atau kegiatan tertentu itulah yang biasa disebut

dengan motif.

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku.16 Menurut Sumadi Suryabrata,

seperti yang dikutip oleh Djali, motivasi diartikan sebagai

keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya

15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2001), 71. 16 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Cet. Ke-7, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011), 1.

17

untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu

tujuan.17

Motivasi menurut Sudarwan dapat diartikan sebagai

kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau

mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau

sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai

dengan apa yang dikehendakinya.18

Dari pengertian motivasi di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan,

kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi

adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu, memberikan

arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau

dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Untuk

memahami motif manusia perlu kiranya ada penilaian terhadap

keinginan dasar yang ada pada semua manusia yang normal.

Sebagai bantuan terhadap proses perkembangan sejak lahir

dan seterusnya, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh

sekumpulan keinginan dan cita- cita yang potensial yang bekerja

sebagai daya pendorong dan penggerak dalam kegiatan-

kegiatan hidupnya. Menurut Mc. Donald yang dikutip

17 Djali, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 101. 18http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/115,

diakses pada 06 Februari 2019.

18

Oemar Hamalik mengatakan bahwa: Motivation is an energy

change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reaction.19

Pendapat di atas menunjukkan bahwa motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang tumbuh dalam diri

seseorang untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan

yang diinginkan. Artinya motivasi belajar adalah perubahan

energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar ada tiga unsur yang berkaitan, yaitu

sebagai berikut:

1) Motivasi belajar dimulai dari adanya perubahan energi

dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi

timbul dari perubahan- perubahan tertentu di dalam

sistem neuropisiologis dalam organisme manusia,

misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem

pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga

perubahan energi yang tidak diketahui.

2) Motivasi belajar ditandai dengan timbulnya perasaan

(affective arousal). Mula-mula merupakan ketegangan

psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi

ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini

19 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2-8),

.106.

19

mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat

melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu

diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang

akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-

katanya dengan lancar dan cepat keluar.

3) Motivasi belajar ditandai dengan reaksi-reaksi untuk

mencapai tujuan. Pribadi yang termotivasi mengadakan

respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan.

Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan

yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.

Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai

tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan

belajar, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes. Oleh

sebab itulah mengapa setiap manusia membutuhkan

motivasi khususnya dalam kehidupan.20

Menurut James O.Whittaker, motivasi adalah kondisi yang

mengaktifkan bertingkah laku mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut, sedangkan belajar sebagai

proses dimana tingkah laku diubah melalui latihan atau

pengalaman. Menurut Slameto, pengertian belajar yaitu suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam interaksi

20 Ibid., 159.

20

dalam lingkungan. Menurut Lylee Bairae, belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap diakibatkan oleh

pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut Mustofa Fahmi,

belajar yaitu ungkapan yang menunjukkan aktifitas untuk

menghasilkan perubahan tingkah laku atau pengalaman.21

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan.22

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku.23 Menurut Sumadi Suryabrata,

seperti yang dikutip oleh H. Djaali, motivasi diartikan

sebagai keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna

pencapaian suatu tujuan.24

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang tumbuh dalam diri

seseorang untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan

yang diinginkan.

21 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar..., 20. 22 Ibid., 73. 23 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran ..., 1. 24 Djali, Psikologi Pendidikan …, 101.

21

Sedangkan belajar, menurut Sardiman dimaknai sebagai

usaha penguasaan materi pengetahuan yang merupakan sebagian

kegiatan menuju keterbentukannya kepribadian seutuhnya

dengan penambahan pengetahuan.25 Penggabungan kedua

kata di antara motivasi dan belajar akan mempunyai

pengertian bahwa motivasi belajar adalah daya upaya dalam diri

siswa yang mendorongnya untuk menguasai pengetahuan demi

keberhasilan yang dicita-citakannya.

Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan salah

satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi peserta

didik yang kurang menonjol dan berprestasi bukan disebabkan

oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan

kurang adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha

untuk mengarahkan segala kemampuannya. Dalam proses

pembelajaran tradisional yang menggunakan pendekatan

ekspositori kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh guru.

Guru seakan-akan memaksakan siswa menerima materi yang

disampaikannya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena

siswa tidak dapat belajar secara optimal yang tentunya

pencapaian hasil belajar juga tidak optimal. Pandangan moderen

tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai

25Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 26.

22

salah satu aspek penting dalam membangkitkan motivasi belajar

siswa.26

Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar atau dorongan untuk seseorang

melakukan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.27

Menurut Mc. Donald "feeling" dan diawali dengan tanggapan

terhadap adaya tujuan".28 Sedangkan menurut Skinner

berpandangan bahwa belajar adalah perubahan suatu perilaku.

Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.29

Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat

pada diri seseorang secara individu dimana ada suatu dorongan

untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Menurut Mc Donald motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan

adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat

disadari atau tidak.30 Menurut Woodwort Wina Sanjaya bahwa

26 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Kurikulum KTSP

(Jakarta: Kencana, 2010), 249. 27 Ibid., 239 28 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 73. 29 Ibid., 9. 30 Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa (Bandung: PT Rosda

Karya, 2016), 229.

23

suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat individu

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang mana dapat

menimbulkan perilaku atau sikap tertentu yang terarah kepada

pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang

ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu

sangat tergantung dari motif yang dimilikinya. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Arden bahwa kuat

lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan

seseorang untuk mencapai tujuan akan ditentukan oleh kuat

lemahnya motive yang dimiliki orang tersebut.31

Guru dituntut untuk berupaya sungguh-sungguh mencari

cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan

memelihara motivasi belajar siwa dan berupaya supaya siswa

memiliki motivasi sendiri (self motivation) yang baik, sehingga

keberhasilan belajar akan tercapai.

Jadi apabila digabungkan kedua kata di antara motivasi

dan belajar akan mempunyai pengertian bahwa motivasi belajar

adalah daya upaya dalam diri siswa yang mendorongnya untuk

menguasai pengetahuan demi keberhasilan yang dicita-

citakannya.

31 Ibid., 250.

24

b. Ciri-ciri motivasi belajar dalam diri seseorang

Adapun beberapa ciri-ciri untuk mengetahui motivasi

belajar dalam diri seseorang sebagaimana dijelaskan oleh

Sardiman, yaitu:

1. Tekun menghadapi tugas, tak berhenti sebelum selesai.

2. Ulet menghadapi kesulitan, tak putus asa.

3. Lebih senang belajar sendiri.

4. Cepat bosan pada tugas rutin (berulang-ulang begitu saja).

5. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin

akan sesuatu.

6. Senang memecahkan masalah atau soal.32

Apabila siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas, maka

siswa tersebut memiliki motivasi yang kuat dalam belajarnya.

Motivasi belajar yang kuat mutlak dimiliki oleh siswa yang

menginginkan kesuksesan belajar. Di sini guru dituntut untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara

dengan inovasi yang menarik minat siswa untuk belajar.

c. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat timbul karena adanya dua macam

factor yang mempengaruhinya, yaitu :

32 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, 83.

25

1) Motivasi Intrinsik, yakni berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita.

2) Motivasi ekstrinsik adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar

yang menarik.33

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan dari internal dan

eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung sebuah

motivasi. Hal itu mempunyai peranan sangat besar dalam

keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator dari motivasi

belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4)

adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yang

kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar

dengan baik.34

Kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi intrinstik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar

dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat

33 Hamzah, B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran ..., 23. 34 Ibid., 23.

26

mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan

kegiatan belajar.

Perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan

motivasi adalah bermacam-macam. tetapi untuk motivasi

ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa

kurang sesuai, hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan

dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.

Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru

tidak menguntungkan belajar siswa.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang

mempengaruhi motivasi, baik motivasi instrinsik maupun

motivasi ekstrinsik diantaranya:

1) Tingkat kesadaran siswa akan kebutuhan yang mendorong

tingkah laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan

belajar yang hendak dicapai.

2) Sikap guru terhadap kondisi kelas, guru yang bersikap bijak

dan selalu merangsang siswa untuk berbuat ke arah suatu

tujuan yang jelas dan bermakna bagi kondisi kelas.

3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu

kuat maka motivasinya lebih cenderung ke sifat ekstrinsik.

27

4) Suasana kelas juga berbengaruh terhadap muncul sifat

tertentu pada motivasi belajar siswa.35

Belajar suatu tugas yang sangat erat dengan pelajar namun

belum tentu hasil yang diperoleh pelajar setingkat dengan hasil

yang sama. Hal ini menunjukkan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi pelajar diantaranya menurut Sumadi Suryobroto

adalah:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:

a) Faktor-faktor non sosial

Kelompok faktor ini antara lain misalnya: keadaan

udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat

yang dipakai untuk belajar.

b) Faktor-faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama

manusia), baik manusia itu hadir maupun

kehadirannya itu dapat disimpulkan jadi

kehadirannya tidak langsung.

2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu:

a) Faktor-faktor fisiologis

Kelompok faktor ini antara lain misalnya: Jasmani

pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis

tertentu.

35 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran …, 121.

28

b) Faktor-faktor psikologis

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang

mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang

lebih luas.

2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan

berkeinginan untuk selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang

tua, guru, dan teman-teman.

4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman

menguasai pelajaran.36

Menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar adalah:

1) Faktor anak atau individu belajar.

2) Faktor lingkungan.

3) Faktor bahan / materi yang dipelajari.

Faktor-faktor tersebut di atas diperhatikan guna

memperoleh hasil yang sebaik-sebaiknya. Untuk lebih jelasnya

penulis jelaskan faktor-faktor menurut Bimo Walgito tersebut

yaitu:

1) Faktor anak / individu belajar, yang termasuk dalam faktor

ini adalah, kecerdasan, kesehatan dan kemampuan untuk

36 Ibid., 221.

29

belajar, hal ini dapat mempengaruhi dalam proses belajar

mengajar.

2) Faktor lingkungan besar pengaruhnya terhadap proses

belajar mengajar, seperti alat belajar, letak geografis,

lingkungan, dan keadaan keluarga dan sebagainya. Untuk

itu harus termasuk dalam perhitungan masalah lingkungan.

Lingkungan harus diciptakan dalam tujuan pendidikan.

3) Bahan atau materi pelajaran akan menentukan cara atau

metode mempelajari antara bidang studi dengan demikian

dibutuhkan metode yang berbeda, dengan pertimbangan

antara minat, kesungguhan, semangat dan percaya diri.

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sabab dari ketiga

faktor tersebut menurut hemat penulis tidak bisa dipisah-

pisahkan, bila salah satu belum terpenuhi, maka proses belajar

mengajar tidak akan berjalan dengan baik.

e. Cara menumbuhkan motivasi belajar

Menurut Handoko untuk mengetahui kekuatan motivasi

belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai

berikut :

a. Kuatnya kemauan untuk berbuat.

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.

c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.

30

d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.37

Sedangkan menurut Sardiman motivasi belajar memiliki

indikator sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

orang dewasa.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas rutin.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

Dengan mengetahui kekuatan motivasi belajar pada siswa,

lebih mudah untuk menentukan cara atau strategi yang perlu

dilakukan pengajar dalam proses pembelajaran. 38

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.39

1) Memberikan angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil

pekerjaannya, yakni berupa angka yang telah diberikan

oleh guru. Siswa yang memperoleh nilai baik, akan

mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar,

37http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/115,

diakses pada 04 Januari 2019. 38 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar..., 81. 39 Abin Syamsudin Makmum, Psikologi Kependidiakan (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), 164.

31

sebaliknya siswa yang mendapat nilai (angka) kurang,

mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi

pendorong agar belajar lebih baik.

2) Memberi hadiah.

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-

batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir

tahun kepada para siswa yang dapat atau menunjukkan

hasil belajar yang baik, memberi hadiah para pemenang

sayembara atau pertandingan olah raga. Kuat dalam

perbuatan belajar.

3) Saingan / kompetisi

Baik kerja kelompok maupun persaingan

memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja

persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang

tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan,

perkelahian, persaingan antar kelompok belajar.

4) Ego - involvement

5) Memberi ulangan

Penilaian ataupun ulangan secara kontinu akan

mendorong para siswa belajar.

6) Mengetahui hasil

7) Pujian

32

Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang

telah dilakukan dengan berhasil besar manfatnya sebagai

pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan

senang.

8) Hukum/sanksi

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar.

Sehubungan dengan motivasi, ada tiga hal yang perlu

diperhatikan untuk meningkatkan proses belajar:

1) Motivasi jangka panjang

Seorangmu rid yang belajar secara tekun guna

menghadapi ulangan umum atau ujian akhir, mempunyai

motivasi jangka panjang. Setiap kali ia selalu memaksa

diri untuk dapat mengerti hal yang dijelaskan oleh

pengajarnya. Motivasi seperti ini mempunyai arti sama

pentingnya dengan inteligensi yang baik.40

2) Motivasi jangka pendek

Motivasi jenis ini merupakan minat saat itu, yang

dibutuhkan agar para pendengar mengerti

penjelasan pengajar. Motivasi ini sangat

40 Rooejakers, Mengajar dengan Sukses (Jakarta: PT Gramedia, 2006), 1.

33

dipengaruhi oleh motivasi jangka panjang. Dan sebaliknya

motivasi jangka panjang memperoleh isi dari jangka

pendek.

3) Kadar surut ingatan (regresi)

Yang dimaksud dengan kadar surut ingatan atau

regresi adalah proses melemahnya ingatan seseorang

akan sesuatu hal. Siswa dengan kadar surut ingat-

ingatan yang tinggi mudah lupakan masalah yang

dijelaskan oleh pengajar. Seorang dapat memperkecilkan

regresi siswa-siswanya dengan jalan menanamkan

motivasi kepada mereka, baik motivasi jangka panjang

ataupun motivasi jangka pendek. Tetapi regresi juga dapat

berkurang apabila seorang siswa mempunyai banyak

kepentingan dengan hal yang diajarkan karena

kepentingan dapat memperkuat motivasi seorang.41

Tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai keberhasilan

dengan prestasi yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar

yang optimal dituntut kreativitas guru dalam membangkitkan

motivasi belajar siswa. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar

siswa, sebagaimana berikut:

41 Ibid., 1.

34

1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas

dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Semakin

jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat

motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu guru perlu

menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai

sebelum proses pembelajaran dimulai.

2) Membangkitkan motivasi siswa. Siswa akan terdorong

untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk

belajar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa diantaranya:

a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan

dengan kebutuhan siswa.

b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat

pengalaman dan kemampuan siswa.

c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran

secara bervariasi.

3) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan

siswa.

5) Berikan penilaian

6) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

7) Ciptakan persaingan dan kerjasama.

35

Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses

pembelajaran berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam

melakukan tugas pembelajaran.

f. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa

Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori

motivasi tentang perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada

yang berupa hewan dan ada yang berupa manusia. Peneliti yang

menggunakan hewan adalah tergolong peneliti biologis dan

behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah

peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk

bidang industri, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting

militer, konsultasi, dan pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa

motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum,

insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan

bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa.

Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku

dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja

merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi

tersebut perlu dimiliki oleh siswa. Sedangkan tugas seorang

guru dituntut memperkuat motivasi siswa.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa

pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1)

36

menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil

akhir; contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab

buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga

membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka

ia terdorong membaca lagi, (2) menginformasikan tentang

kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman

sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang

siswa belum memadai, (3) mengarahkan kegiatan belajar,

sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar

secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia

akan mengubah perilaku belajarnya, (4) membesarkan semangat

belajar, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar

dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha

agar cepat lulus, dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan

belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah istirahat

atau bermain) yang berkesinambungan individu dilatih untuk

menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat

berhasil.42

Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk

belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain

dengan teman sebaya, apa yang dilakukan diharapkan dapat

berhasil memuaskan. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa

42 Rooejakers, Mengajar dengan Sukses…, 162.

37

pentingnya motivasi tersebut di sadari oleh pelakunya sendiri.

Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan,

dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

g. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam

memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk

perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan

penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara

lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat

belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c)

menentukan ketekunan belajar.

1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar

apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu

masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat

dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak

akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu

sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

manfaatnya bagi anak.

38

3) Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar

sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan

tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi belajar

menyebabkan seorang tekun belajar.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas

yang dimiliki seseorang. Senada dengan hal tersebut Syah,

mengungkapkan bahwa hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa.43

Menurut Nawawi, ia menyatakan bahwa hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajarn di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan

hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

43 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajamen Kelas (Classroom

Management) (Bandung: Alfabeta, 2015), 214.

39

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, biasanya guru mentapkan tujuan belajar. Anak

yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intsruksional.44

b. Macam-macam hasil belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi

pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek

psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih

jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan

yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom adalah

seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan

memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta

mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau

yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi

langsung yang ia lakukan.45

44 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta:

Kencana, 2013), 5.

45 Ibid., 6.

40

Menurut Carin dan Sund bahwa pemahaman dapat

dkategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-

kriteria sebagai berikut:

a) Pemahaman merupakan kemampuan untuk

menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu; ini

berarti bahwa seseorang yang telah memahami

sesuatu telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang

telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah

memahami tersebut, maka ia mampu memberikan

interpretasi atau menafsirkan secara luas sesuai

dengan keadaan yang ada di sekitarnya, ia mampu

menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini

dan yang akan datang.

b) Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang

biasanya hanya sebatas mengingat kembali

pengalaman dan memproduksi apa yang pernah

dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham

ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan

penjelasan yang lebih luas dan memadai.

c) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena

pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis;

dengan memahami ia akan mampu memberikan

41

uraian gambaran dalam satu contoh saja tetapi

mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan

baru sesuai dengan kondisi saat ini.

d) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang

masing-masing tahap mempunyai kemampuan

tersendiri, seperti menerjemahkan,

menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.46

2) Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati, mengemukakan bahwa

keterampilan proses merupakan keterampilan yang

mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik,

dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan

yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan

berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan

perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.47

Indrawati merumuskan bahwa keterampilan proses

merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah

(baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip

atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada

46 Ibid., 7-8.

47 Ibid., 9.

42

sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap

suatu penemuan. Dengan kata lain, keterampilan ini

digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan

konsep, prinsip, dan teori.48

Selanjutnya, Indrawati menyebutkan ada enam

aspek keterampilan proses, yang meliputi: observasi,

klasifikasi, pengukuran, mengomunikasikan, memberikan,

memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu

pengamatan, dan melakukan eksperimen. Kemudian,

Indrawati membagi keterampilan proses menjadi dua

tingkatan, yaitu: keterampilan proses tingkat dasar

(meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran,

prediksi, dan inference), dan keterampilan proses terpadu

(meliputi: menentukan, variabel, menyusun tabel data,

menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses

data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,

menentukan variabel secara operasional, merencanakan

peneyelidikan, dan melakukan eksperimen).49

3) Sikap

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilian

tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan

penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, menjadikan

48 Ibid., 9.

49 Ibid., 9-10.

43

terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.

Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun

demikian, siswa dapat menerima, menolak, dan

mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sebagai

ilustrasi, seorang siswa yang tidak lulus ujian matematika

menolak ikut ujian ulang di kelas lain. Sikap menerima,

menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar

merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan,

penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut

kan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh

karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masa-

masa akibat sikap terhadap belajar.50

Azwar menyatakan bahwa sikap tidak hanya

merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup

pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada

kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika

mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara

jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya. Selanjutnya,

Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas

tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen

kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif

merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

50 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),

239.

44

pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang

menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan

aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki seseorang.51

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa adalah:

1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

diri siswa. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua yakni

faktor fisiologis dan faktor psikologis.52 Adapun yang

termasuk dalam faktor fisiologis adalah kondisi fisik dan

kesehatan dan faktor psikologis adalah kecerdasan, minat

dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar.53 Muhibbinsyah yang menyebutkan

faktor psikologis lebih pada esensial pada tingkat

kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa,

minat siswa, dan motivasi siswa.54

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

siswa. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yakni

faktor yang berasal dari lingkungan dan faktor yang

51 Ibid., 10. 52 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2017), 107. 53 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran …, 12. 54 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2016), 131.

45

berasal dari instrumental. Faktor yang berasal dari

lingkungan meliputi lingkungan Alami (yaitu tempat

tinggal anak didik hidup dan berusaha didalamnya, tidak

boleh ada pencemaran lingkungan), dan lingkungan

sosial budaya (hubungan dengan manusia sebagai

makhluk sosial). Sedangkan faktor instrumental yaitu

seperangkat kelengkapan dalam beragai bentuk untuk

mencapai tujuan, yang meliputi: kurikulum, program,

sarana dan fasilitas, dan guru.55

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa salah satu faktor

eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar

siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang

peranan yag sangat penting.56

Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya, terdapat sejumlah

aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran

dilihat dari faktor guru, yaitu:

a) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin

serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar

belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek

ini di antaranya tempat asal kelahiran guru termasuk

suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.

55 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2012), 195-198.

56 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran …, 13.

46

b) Teacher training experience, meliputi pengalaman-

pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar

belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan

profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.

c) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya

sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap

siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan

kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan

pembelajaran termasuk didalamnya kemampuan dalam

merencanakan dan evaluasi materi.57

3. Strategi Pembelajaran

Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.58

Menurut Hamzah B. Uno strategi pembelajaran adalah cara-cara

yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan kegiatan

belajar tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan

kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang

dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jadi,

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dikemas oleh seorang

57 Ibid., 14. 58 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran…, 43.

47

guru dalam pembelajaran dengan mempersiapkan segala sesuatu yang

dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran dengan efektif

dan efisien.59

Dalam buku Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran

adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi

(guru sebagai fasilitator) siswa agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai60, jadi strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih

guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dalam

lingkungan pembelajaran tertentu.

Dari berbagai definisi atau pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa strategi pembelajaran adalah langkah-langkah yang ditempuh

guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada, guna mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.61

Implementasi kurikulum 2013, mengisyaratkan bahwa strategi

pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian

kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar

setiap indivdu mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,

dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk

mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan

kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara

lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan,

59Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014), 41. 60Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran…, 45.

61Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan …, 13-14.

48

empati, toleransi dan kecakpan hidup siswa guna membentuk watak

serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.62

Untuk mencapai kualitas yang dirancang dalam dokumen

kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:

(1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan kreativitas siswa, (3)

menciptakan kondisi menyengkan dan menantang, (4) bermuatan

nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan

pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi

dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,

efisien, dan bermakna.63

Di dalam pembelajaran, siswa didorong untuk menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan

melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang

sesuai dengan lingkungan dan zaman tempat dan waktu ia hidup.64

Hal yang dapat mendukung pembelajaran terlaksana secara baik

adalah pengaturan tujuan pembelajaran yang efektif, pengaturan

kegiatan pembelajaran dengan baik, pemilihan materi dan sumber

belajar dengan tepat, penentuan media yang sesuai dan penentan

62 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif…, 41.

63 Ibid., 41.

64 Ibid., 41.

49

teknik penilaian yang tepat sehingga tujaun yang telah dicanangkan

dengan baik akan tercapai.65

4. Strategi Problem Based Learning

a. Pengertian strategi pembelajaran Problem Based Learning

Pada dasarnya, Problem Based Learning dikembangkan

untuk membantu siswa guna memproses informasi yang sudah

jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri

tentang dunia sosial dan sekitarnya. Problem Based Learning

yang kemudian disebut PBL adalah salah satu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara

menghadapkan para siswa tersebut dengan berbagai masalah

yang dihadapi dalam kehidupannya.66

Model pembelajaran ini sebagai cara penyajian bahan

pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak

pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari

pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Pemasalahan itu dapat

diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama

guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dijadikan

pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan

belajar siswa.67

65 Ibid., 42. 66 Amir, M. Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning ( Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2010), 83.

67 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta:

Kencana, 2009), 243.

50

Strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam

kurikulumnya, dirancang masalah yang menuntut siswa

mendapatkan pengetahuan yang penting, membuta mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi

belajar sendiri serta memilik kecakapan berpartisipasi dalam

tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang

sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi

tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan

sehari-hari. 68

Problem Based Learning (PBL) suatu pendekatan

pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu

masalah, tetapi untuk menyelesaikan suatu masalah itu siswa

memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.69

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

suatu kontek bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis

dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau

pelajaran.70

68 Amir, Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning..., 21. 69 Ibid., 245. 70 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar..., 52.

51

Howard Barrow dan Kelson berpendapat Problem Based

Learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang di dalam

kurikulum, dirancang masaslah-masalah yang menuntut siswa

mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi

belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisifasi dalam

tim.71

Problem Based Learning (PBL) adalah instruksional yang

menantang siswa agar “belajar dan belajar”, mewujudkan

kerjasama yang baik dalam kelompok untuk mencari solusi

masalah yang nyata. Masalah ini digunakan agar rasa ingin tahu

serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi

pelajaran bisa terpancing dan terpacu.72

Jadi, model pembelajaran PBL atau Problem Based

Learning dapat kita katakan sebagai model pembelajaran yang

mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta

mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai

guna menghadapi suatu problem yang ada.

Problem Based Learning telah banyak diterapkan

dipembelajaran dan dapat digunakan pada eksperimen sebagai

alat untuk memecahkan masalah. Mengunakan kerangka kerja

71Amir, Inovasi Pendidikan ..., 21. 72https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciri-ciri-kelebihan-

kekurangan-langkah/, diakses pada 07 Februari 2019.

52

yang menekankan bagaimana siswa merencanakan eksperimen

untuk menjawab sederet pertanyaan. Model pembelajaran ini

melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan

masalah auntetik dari kehidupan actual siswa,untuk merangsang

kemampuan berfikir tingkat tinggi .kondisi yang tetap harus

dipelihara adalah suasana nyaman dan menyenangkan agar

siswa dapat berfikir optimal.

b. Karakteristik model pembelajaran problem based learning

Sedikitnya terdapat empat ciri utama dari metode problem

based learning yang dijabarkan oleh Ali Murtadlo dan Zainal

Aqib, meliputi:

1) Metode pembelajaran Problem Based learning merupakan

rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya melalui metode

ini siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal

materi pelajaran, tetapi siswa diharapkan dapat

berkomunikasi, mencari dan mengolah data yang akhirnya

dapat menyimpulkan atau mendapatkan penyelesaian

(solusi) dari sebuah permasalahan.

2) Aktivitas belajar diarahkan untuk memecahkan masalah.

Artinya metode Problem Based Learning tidak dapat

diterapkan tanpa adanya masalah.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan

pendekatan berfikir secara ilmiah. Proses berpikir ini

53

dilakukan secara sistematis dan empiris. Selain itu metode

ini juga dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, yakni tidak

ada yang harus dirahasiakan. Ada proses demokrasi

dimana siswa ataupun guru saling berinteraksi dalam

mencari penyelesaiannya.

4) Adanya peranan siswa yang aktif, artinya dalam proses

kegiatan belajar mengajar siswa tidak dijadikan objek

melainkan sebagai subjek. Siswa bekerja secara individual

atau dalam kelompok kecil, tugas atau masalah yang

diselesaikan adalah persoalan realistis (nyata) untuk

dipecahkan.73

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu

menjelaskan karakteristik dari problem based learning sebagai

berikut:

1) Learning is Student-Centered

Proses pembelajaran lebih menitikberatkan kepada

siswa. Oleh karena itu harus didukung oleh teori

konstruktivisme, dimana siswa didorong untuk dapat

mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2) Authentic Problem from the Organizing Focus for

Learning

73 Zainal Aqib dan Ali Murtadho, Kumpulan Metode Pembelajaran Aktif dan

Inovatif (Bandung: Satu Nusa, 2006), 147-148.

54

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah

masalah yang otentik. Sehingga siswa mampu dengan

mudah memahami masalah tersebut, serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya.

3) New Information is Acquired Trough Self-Directed

Learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja

siswa belum mengetahui dan memahami semua

pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk

mencari sendiri melalui sumbernya. Baik melalui buku

atau informasi lainnya.

4) Learning Occurs in Small Group

Proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh

siswa agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran

dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif,

serta dilaksanakan dalam kelompok kecil yang dibuat

menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan

tujuan yang jelas.

5) Teachers Act as Fasilitators

Guru hanya berperan sebagai fasilitator, meskipun

begitu guru harus selalu memantau perkembangan

55

aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai

target yang hendak dicapai.74

c. Langkah-langkah dalam penerapan Strategi Problem Based

Learning adalah:

Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pelaksanaan

Strategi Problem Based Learning, diantaranya:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

2) Merumuskan masalah

3) Menganalisis Masalah

4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya

dengan dalam.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar

diskusi kelompok).

7) Mensintesa (menggabung) dan menguji informasi baru, dan

membuat laporan.75

David Johnson dan Johnson mengemukakan ada 5 langkah

Problem Based Learning melalui kegiatan kelompok,

diantaranya: mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah,

74 Aris Shoim, 68 Model Pebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2014), 130. 75 Ibid., 25.

56

merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan

strategi, dan melakukan evaluasi.76

a) Mendefinisikan Masalah; yaitu merumuskan masalah dari

peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga

siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.

b) Mendiagnosis Masalah; yaitu menentukan sebab-sebab

terjadinya masalah, serta menganalisis baerbagai faktor,

baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang

dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.

c) Merumuskan Alternatif Strategi; yaitu menguji setiap

tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.

Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir

mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang

kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

d) Menentukan dan Menerapkan Strategi Pilihan; yaitu

pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat

dilakukan.

e) Melakukan Evaluasi; baik evaluasi proses atau evaluasi

hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh

kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil

76 Ibid., 114.

57

adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi

yang telah diterapkan.

Menurut John Dewey, ada enam desain yang harus di

laksanakan oleh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

Problem Based Learning, meliputi:

a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan

masalah yang akan dipecahkan.

b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau

masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan

berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau

merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan

penolakan hipotesis yang diajukan.

f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu

langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat

58

dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan

rumusan kesimpulan.77

Selain itu seorang pengajar juga harus memperhatikan

berikut dalam proses pelaksanaan Problem Based Learnin,

diantaranya:

a) Mendefisinikan, merangcang dan mempresentasikan

masalah di hadapan seluruh siswa.

b) Membantu siswa memahami masalah serta menentukan

bersama siswa bagaimana seharusnya masalah semacam

itu diamati dan dicermati.

c) Membantu siswa memaknai masalah, cara-cara mereka

dalam memecahkan masalah dan membantu menentukan

argumen apa yang melandasi pemecahan masalah tersebut.

d) Bersama para siswa menyepakati bentuk-bentuk

pengorganisasian laporan.

e) Mengakomodasikan kegiatan presentasi oleh siswa.

f) Melakukan penilaian proses (penilaian otentik) maupun

penilaian terhadap produk laporan.78

d. Kelebihan dan kelemahan strategi Problem Based Learning

Kelebihan strategi Problem Based Learning dalam proses

pembelajaran diantaranya:

77 Muhammad Fathur Rahman, Model-model Pembelajaran Inovatif (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2015), 115. 78 Hariyanto dan Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2014), 150.

59

1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya

dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah

yang sesungguhnya di masyarakat.

3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses

pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses

mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai

aspek. 79:

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga

memiliki beberapa kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan

yang sepertinya nampak dalam penerapan model pembelajaran

berbasis proyek.

1) Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak

memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa

masalah tersebut bisa dipecahkan.

2) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar

model pembelajaran ini cukup lama.

Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat

kenapa mereka harus berupaya untuk memecahkan masalah

79Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.…, 250.

60

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang mereka ingin pelajari.80

5. Mata Pelajaran Akidah Akhlaq

Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari

pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan

Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa

agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.

Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.81

Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqada-

ya’qidu-aqdan”, berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh.82

Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau

gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah

iman atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-

dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang

bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim

sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah

kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat

diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati

80 Ibid., 46. 81 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),130. 82 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesiam (Jakarta: PT. Hidakarya Agung ,1972),

274.

61

manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan

keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa

itu benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan

adanya Sang Pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya,

keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya dan

menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab

(dalam bahasa Indonesia ditulis Akidah).83

Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan manusia, pentingnya

aqidah akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai

pribadi, tetapi juga berarti bagi kehidupan keluarga dan masyarakat

bahkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhlak adalah

mutiara hidup yang membedakan manusia dengan hewan.

Untuk mengembangkan aqidah akhlak bagi siswa atau remaja

diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya

dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya

disesuaikan dengan karakteristik siswa tersebut, yang termasuk unsur

moral adalah; (1) penaralan moral, (2) prasaan, (3) prilaku moral serta,

dan (4) kepercayaan eksistensial/iman.84

Peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai

landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan

masyarakat harus ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam

83 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), 199. 84 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), 10.

62

(yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih, Sejarah

Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan landasan

pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan

masyarakat akan lebih baik.85

Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam

mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai

salah satu pedoman kehidupan.

C. Kerangka Berfikir

Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlaq yang

dilakukan dengan strategi atau metode ceramah, tanya jawab, dan

penugasan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran yang

seperti ini bersifat membosankan, tidak menarik, dan menyebabkan siswa

mengantuk, tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa

cenderung malas bertanya, malas mengerjakan tugas, dan malas

mendengarkan penjelasan dari guru. Penugasan untuk dikerjakan di rumah

juga banyak yang tidak diselesaikan sendiri, melainkan masih

mengandalkan dari siswa yang cenderung aktif dan faham dalam proses

pembelajaran. Selama proses pembelajaran yang dilakukan siswa lebih

banyak pasif. Kondisi tersebut menunjukkan siswa kurangnya motivasi

belajar dalam mengikuti pembelajaran Akidah Akhlaq.

85http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-budi-

pekerti.html, diakses pada 08 Januari 2019.

63

Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk

lebih meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengurangi keengganan

siswa dalam belajar Akidah Akhlaq. Pembelajaran Akidah Akhlaq dapat

dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem Based

Learning. Proses ini lebih menyenangkan dan lebih menarik motivasi

belajar siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran,

saling kerja sama dalam memecahkan masalah, mengeluarkan gagassan

yang ia miliki. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih

banyak berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mendiskusikan materi

dengan kelompoknya, berlatih mengerjakan permasalahan, dan membuat

laporan untuk dipesentasikan. Pada akhirnya, jika penerapan strategi

Problem Based Learning berjalan dengan baik maka terjadi meningkatnya

motivasi dan hasil belajar pada siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlaq.

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berfikir sebagaimana yang telah

diuraiakan di atas, maka dapat dijadikan hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut:

1. Melalui penggunaan strategi Problem Based Learning (PBL)

diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada

rasul Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020.

64

2. Melalui penggunaan strategi Problem Based Learning (PBL)

diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada

rasul Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020.

65

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan Kelas

Objek yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran mata

pelajaran akidah akhlaq dalam materi meningkatkan keimanan kepada rasul

Allah kelas VIII di MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo tahun

pelajaran 2019/2020.

B. Setting Subjek Penelitian Tindakan Kelas

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII,

dengan jumlah 24 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8

perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda,

berada di Jl. Brawijaya No. 39 Brawijaya Mitir Karangjoho Badegan

Kabupaten Ponorogo. Salah satu alasan yang mendasar dilakukannya

penelitian disini adalah ditemukan permasalahan-permasalahan yang

ditemukan dalam proses pembelajaran seperti yang telah dipaparkan

pada latar belakang.

66

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran

2019/2020.

C. Variabel yang Diamati

Pada penelitian tindakan kelas ini, ada beberapa variabel yang

dijadikan sebuah pengamatan yang mendalam, variabel-variabel ini adalah:

1. Variabel Proses

Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan strategi

Problem Based Leraning pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam

materi meningkatkan keimanan kepada rasul Allah kelas VIII MTs

Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo Tahun Pelajaran

2019/2020

2. Variabel Hasil

Variabel hasil dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil

belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran

Akidah Akhlaq pada materi meningkatkan keimanan pada rasul Allah

SWT kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo

semester genap tahun pelajaran 2019/2020.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Per-Siklus

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka

penelitiannya sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang

dilakukan suatu proses bersiklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan

67

yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah

praktis pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di atas dapat dijabarkan

secara jelas dan mudah dipahami. Kegiatan tersebut disebut dengan siklus

kegiatan pemecahan masalah.86 Secara keseluruhan, Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ada empat tahapan dalam bentuk spiral. Siklus-siklus tersebut

saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada

hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama dan seterusnya.87

Tahapan siklus PTK dapat dilihat pada gambar 3.1 dengan model

siklus Kemmis dan Taggart.88

Gambar 3.1 Model Siklus Kemmis & Taggart

86 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,

2017), 210.

87 Basuki As’adi, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Ponorogo: STAIN

Ponorogo Press, 2000), 122.

88 Ibid., 42.

Perencanaan

Siklus ke-I

Siklus ke-II

Perencanaan

Pengamatan

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Refleksi Pelaksanaan

?

68

Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), seorang

guru/peneliti harus melalui tujuh langkah berikut, yaitu:

1. Menemukan Masalah

Pada tahap awal ini peneliti/guru menemukan banyak fenomena

yang terjadi pada obyek yang akan diteliti, tetapi fenomena-fenomena

itu nampaknya ada penyimpangan dari teori yang ada. Fenomena-

fenomena tersebut perlu ditunjukkan dengan bukti yang valid sebagai

langkah untuk mengatasi permaslahan yang ada.

2. Melakukan Identifikasi Masalah

Apabila peristiwa-peristiwa yang terjadi pada obyek yang akan

diteliti (kelas yang diajar) jumlahnya banyak, peneliti harus

melakukan identifikasi masalah. Dalam bagian ini, semua

masalah/peristiwa yang diteliti maupun yang tidak diteliti.89

3. Memusatkan Batasan Masalah

Dalam bagian ini, peneliti harus menjelaskan bahwa karena

keterbatasan waktu, tenaga, dan lainnya, maka penelitian sebaiknya

dibatasi. Dengan demikian, batasan penelitian adalah variabel-variabel

dependen yang akan diteliti. Keterbatasan diperlukan agar pembaca

dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada.

Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak

bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi

menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian

89 Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis PTK …, 26.

69

dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun

karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala

yang bersumber dari adat tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak

memungkinkan bagi peneliti untuk mencari yang diinginkan.90

4. Menganalisis Masalah dengan Menentukan Faktor-faktor yang diduga

sebagai Penyebab Utama terjadinya Masalah

Dalam bagian ini, setelah peneliti melakukan identifikasi

masalah, peneliti menentukan/mencari tahu mengapa masalah telah

dibatasi itu terjadi. Data-data terkait dengan faktor-faktor yang

ditemukan dan diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah

yang telah dibatasi, harus didukung dengan bukti yang valid, misalnya

wawancara, observasi , dokumentasi dan menggunakan tes.

5. Menentukan Gagasan-Gagasan Pemecahan Masalah dengan

Merumuskan Hipotesis-Hipotesis-Hipotesis Tindakan sebagai

Pemecahan

Dalam bagian ini peneliti harus mengajukan beberapa hipotesis

tindakan sebagai solusi masalah. Hipotesis-hipotesis tindakan harus

didukung dengan referensi yang valid.91

6. Menentukan Pilihan Hipotesis Tindakan Pemecahan Masalah

Dalam bagian ini, setelah mengajukan beberapa hipotesis

tindakan, peneliti harus menentukan satu pilihan tindakan sebagai

solusi masalah yang didukung oleh referensi yang valid.

90 Ibid., 26.

91 Ibid., 27.

70

7. Merumuskan Judul PTK

Judul PTK harus secara tegas tertulis, masalah apa yang akan

dicari solusinya. Setelah itu tindakan apa yang akan dilakukan sebagai

solusi.92

Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK

dirumuskan, langkah berikutnya adalah:

1. Menyusun Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan (RPP)

b. Mempersiapkan fasilitas dari sarana yang diperlukan di kelas.

c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (acting)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah

dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (observing)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah:

a. Mengamati perilaku siswa/siswi dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Misalnya: mampu mengerjakan tugas dengan baik

dan tidak berhenti sebelum selesai, tingkat motivasi belajar siswa

dalam mengikuti pembelajaran,

92 Ibid., 27.

71

b. Memantau kegiatan diskusi/kerjasama. Misalnya: mampu

menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses pembelajaran dan

tidak mudah putus asa dan mampu memecahkan masalah, baik

sendiri maupun dengan kelompoknya.

c. Mengamati pemahaman masing-masing anak terhadap penguasaan

materi pembelajaran. Misalnya: mampu belajar secara mandiri

tanpa tergantung terhadap guru maupun temannya dan mampu

mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti yang benar.

4. Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah:

a. Mencatat hasil observasi.

b. Mengevaluasi hasil observasi.

c. Menganalisis hasil pembelajaran.

d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan

memperbaiki siklus berikutnya.93

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan di MTs

Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo terdiri dari empat siklus.

Namun, keputusan untuk melanjutkan atau mengehentikan penelitian pada

akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada

siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan, maka penelitian dihentikan dan apabila belum

93 Ibid., 123-124.

72

mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan

pada siklus berikutnya.

Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperbaiki tindakan dalam

setiap siklus untuk menemukan cara yang paling efektif dan efisien dari

pelaksanaan strategi dan media yang diterapkan. Adapun penjelasan dari

langkah-langkah pembelejaran berbasis PTK yang akan dilakukan di MTs

Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di

mana, oleh siapa, dan bagaiman tindakan tersebut dilakukan.

Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

mengamati proses jalannya tindakan. istilah untuk penelitian ini

adalah kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena upaya mengurangi

unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan penelitiaan yang

dilakukan. Berlatar belakangkan atas guru selalu menjadi orang nomor

satu saat pembelajaran dikelas, guru masih setia menggunakan strategi

ceramah, kurang fahamnya siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran, kurangnya motivasi belajar siswa ketika mengikuti

proses kegiatan pembelajaran. Maka pada tahap perencanaan ini

peneliti perlu mempersiapkan diantaranya yaitu:

a. Peneliti menyusun rencana tindakan yang tercantum dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan

73

berdasarkan pada materi meningkatkan iman pada rasul Allah

SWT mata pelajaran Akidah Akhlaq kelas VIII semester genap.

Rencana juga dilengakapi dengan tujuan pembelajaran, metode

dan langkah-langkah pembelajaran.

b. Membuat skenario pembelajaran.

c. Membuat lembar kasus yang tersusun dari 5 lembar

permasalahan, dengan masing-masing kelompok menyelesaikan

sesuai dengan tugas/perintah dalam lembar permasalahan.

d. Membuat lembar observasi, diantaranya lembar observasi

motivasi belajar siswa yang diisi oleh peneliti sekaligus

berperan sebagai guru.

e. Membuat pretest dan postest yang diberikan pada awal

penelitian atau pra siklus yang berupa test pilihan ganda untuk

mengukur tingkat motivasi dan hasil nilai belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Dalam prosedur pelaksanaan ini bentuk yang akan dilakukan

peneliti adalah:

a. Kegiatan Awal

1) Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam.

2) Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan berdo'a, dan

setelah itu dilakukan absensi.

3) Guru memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk

mengikuti pelajaran.

74

4) Guru memberikan apersepsi dengan menyebutkan

kompetensi dasar yang akan dipelajari.

5) Guru memberikan penjelasan secara garis besar tentang

materi yang akan di sampaikan.

6) Guru menjelaskan prosedur strategi pembelajaran yang

akan dilakukan yaitu Problem Based Learning atau

pembelajaran berbasis masalah.

b. Kegiatan Inti

1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, dan proses

pembagian dibagi berdasarkan pada nilai awal pengamatan.

2) Guru membagikan lembar kasus/permasalahan kepada

masing-masing kelompok.

3) Guru menyuruh siswa untuk menyelesaikan persoalan di

lembar kasus/permasalahan.

4) Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan persoalan

lembar kasus/permasalahan.

5) Perwakilan siswa maju kedepan untuk mempresentasikan

hasil pengerjaaan satu kelompok tersebut.

c. Penutup

Setelah melakukan praktik dan sudah mengumpulkan data,

maka selanjutnya ialah:

1) Guru dan siswa mengadakan refleksi tentang pembelajaran

yang telah dilaksnakan, menyimpulkan materi untuk

75

menetapkan pemahaman siswa, dan diakhiri dengan

penguatan oleh guru agar siswa melakukan pengkajian

ulang di rumah tentang materi yang telah diajarkan.

2) Guru memberikan test kepada setiap individu siswa dengan

jenis test soal pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan, dan

esay dengan sebanyak 5 soal.

3) Guru menyuruh siswa mempelajarai materi.

4) Setelah selesai guru menutup dengan salam.

3. Pengamatan

Sepanjang proses pelaksanaan berlangsung seorang guru

melakukan pengamatan terhadap siswa dengan cara:

1) Membuat Lembar Observasi Siswa

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung observer

dengan mengisi lembar yang telah disiapkan, meliputi 6

indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan strategi Problem Based Learning yaitu: 1)

mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti sebelum

selesai, 2) menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses

pembelajaran dan tidak mudah putus asa, 3) belajar secara

mandiri tanpa tergantung terhadap guru maupun temannya, 4)

tidak cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru, 5)

mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti yang benar,

dan 6) kemampuan memecahkan masalah.

76

Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dari

awal sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui kekurangan

dan kelebihan yang terjadi selama tindakan. Kekurangan dan

kelebihan yang ditemukan bisa dijadikan sebagai pedoman

dalam tindakan berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang

sama. Evaluasi dilakukan setelah tindakan berlangsung.

Evaluasi bertujuan mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman

kriteria penilaian. Hasil yang diperoleh ini dpaat dijadikan

umpan balik dalam menentukan rencana selanjutnya. Dari hasil

observasi yang dilakukan bentuk motivasi belajar siswa dapat

dilihat dengan mengunakan presentase tingkat motivasi belajar

siswa dari pra siklus sampai siklus berikutnya, dengan kategori

sebagai berikut: 1) sangat kurang, 2) kurang, 3) cukup, dan 4)

baik.

2) Membuat Lembar Tes Tulis

Dalam hal ini siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan

pada setiap siklusnya. Dalam penilaiannya memperhatikan hasil

dari pada soal yang telah dikerjakan dan di tuangkan dalam

bentuk skor dengan memperhatikan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Ketika belum memenuhi

ketuntasan maka siklus pertama dan selanjutnya tetap dijalankan

sampai sesuai apa yang ditargetkan.

77

4. Refleksi

Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil

tindakan pada pra siklus mengenai motivasi dan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq kelas VIII. Hasil renungan dan

kajian tindakan pra siklus ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan

ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran Aqidah Akhlaq. Alternatif ini akan dijadikan penelitian

tindakan kelas pada siklus berikutnya.

Deskripsi langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas di atas

dapat dijelaskan pada tabel siklus berikut ini:

Tabel 3.1

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI

Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP) berbasis

PTK mencakup

tindakan awal,

inti, dan akhir.

Pengembangan

materi

meningkatkan

iman kepada

Rasul-rasul

Allah SWT.

Menyiapkan

media, sumber,

bahan, alat

pembelajaran

serta menyusun

Menjelaska

n indikator

yang ingin

dicapai.

Meminta

siswa untuk

membentuk

menjadi 5

kelompok

diskusi.

Melakukan

/

menyelesai

kan soal

masalah

yang telah

di bagikan

oleh guru.

Menganalis

Mengamati

motivasi

belajar siswa

dengan

memberikan

tanda centang

pada lembar

observasi

terstruktur.

Mengamati

motivasi

belajar siswa

yang meliputi:

1. Motivasi

ingin tahu

terhadap

kegiatan

pembelajar

an.

Merefleksik

an hasil

pengamatan

terhadap

motivasi

belajar serta

menganalisi

s nilai

perolehan

hasil belajar

siswa

dengan

menggunak

an tolak

ukur yang

telah

ditentukan

untuk

membuat

78

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI

startegi

pembelajaran

yang akan

digunakan.

Menyusun

instrumen untuk

merekam dan

menganalisis

mengenai

proses dan hasil

tindakan

Menyiapkan

kriteria

ketuntasan

minimal

pencapaian

kompetensi

serta

menyiapkan

tolak ukur

keberhasilan

Menyiapkan lembar

perekam proses

pengumpulan data

yang akan

digunakan kegiatan

pembelajaran.

is masalah

secara

dalam dan

menganalisi

s

permasalah

an secara

dalam dan

detail.

Menulis

hasil

diskusi

dalam

kertas

portofolio

Menjelaska

n materi

secara

singkat

Memberika

n satu

lembar

permasalah

an kepada

masing-

masing

kelompok.

2. Motivasi

siswa

dalam

melakukan

researh

(memecah

kan

masalah).

3. Motivasi

siswa

dalam

merespon

aktivitas

pembelajar

an.

Mencatat hasil

perolehan nilai

dari masing-

masing siswa.

keputusan

apakah

perlu

dilanjutkan

pada siklus

II atau

tidak.

Memperbaiki

kelemahan

pada siklus I di

siklus

berikutnya

79

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI

Meminta

masing-

masing

kelompok

untuk

menulis

didepan

serta

mempresen

tasikan

hasil

diskusi,

terkecuali

kelompok

yang

mendapat

tugas

melakukan

drama

mempraktik

kan

Mengklarifi

kasi dan

mengambil

kesimpulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada PTK ini adalah meliputi wawancara,

observasi, dokumentasi.

1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dengan

orang lain untuk mengetahui suatu kejadian, kegiatan, perasaan, dan

lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

80

mendalam yakni penelitian mengajukan beberap pertanyaan secara

mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan siswa kelas

VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo, untuk

mengetahui kegiatan pembelajaran, pemahaman terhadap materi

pelajaran sebelum dan sesudah serta kesan sebelum dan sesudah

dilaksanakannya strategi Problem Based Learning dalam proses

pembelajaran.

2. Teknik Observasi

Observasi adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang

dilakukan secara sistematis dengan prosedur berstandar atau

pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek

yang diteliti.94

Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi

langsung atau partisipasi aktif yaitu mengamati atau menatap

kejadian, gerak atau proses dari data lapangan dan ikut serta kejadian-

kejadian di dalamnya. Jadi peneliti bertindak aktif sebagai seorang

peneliti. Teknik Observasi ini digunakan untuk mengetahui motivasi

belajar siswa dalam proses pembelajaran saat diterapkannya strategi

Problem Based Learning dalam proses pembelajaran.95

94 Ibid., 124.

95 Ibid., 124-125.

81

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokuemntasi adalah pengumpulan data dari sumber non

insani yang terdiri dari dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen yang

digunakan berupa profil madrasah, foto dalam proses pembelajaran

yang dapat dijadikan sebagai data untuk mendukung penelitian dalam

mengetahui motivasi dan hasil belajar dengan diterapkannya strategi

Problem Based Learning.96

4. Teknik Tes

Teknik tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan,

kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.97

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur nilai hasil belajar

siswa dengan angket dan tulis menggunakan strategi Problem Based

Learning dalam proses pembelajaran mengacu pada Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakn

dalam bulan terhitung dari bulan Desember hingga Januari 2019 Maksimal,

dengan perincian sebagaimana berikut.

96 Ibid., 125.

97 http://shufiyah.wordpress.com/2013/03/03/makalah-teknik-pengumpulan-data-tes/,

diakses pada 09 Februari 2019.

82

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo

NO. KEGIATAN WAKTU

A. PERSIAPAN

1. Pembuatan judul PTK 25 Januari 2019

2. Pembuatan proposal PTK 29 Januari 2019

B. PELAKSANAAN

Siklus I

Perencanaan 4 Januari 2020

Pelaksanaan 8 Januari 2020

Pengamatan 8 Januari 2020

Refleksi 9 Januari 2020

Siklus II

Perencanaan 9 Januari 2020

Pelaksanaan 10 Januari 2020

Pengamatan 10 Januari 2020

Refleksi 11 Januari 2020

C. PENYUSUNAN LAPORAN

1. Pengolahan data 15 Januari 2020

2. Penyusunan laporan 20 Januari 2020

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan

Ponorogo

Kyai Abdullah Rosyad (almaghfullah) adalah pendiri Pondok

Pesantren di sebuah dukuh yang disebut Ngerdani kemudian dinamai

dengan pondok pesantren "AL-HUDA". Beliau berasal dari Sembuyan

Kabupaten Wonogiri, daerah sekitar bendungan Gajah Mungkur

(sekarang). Kyai Abdullah Rosyad mondok lama di daerah timur

Ponorogo yang sangat terkenal, yaitu Desa Joresan Kecamatan Mlarak

hingga beliau didaulat menjadi "Lurah Pondok" saat itu. Saking

populer dan terkenalnya beliau saat itu, banyak orang yang

menginginkan beliau menjadi menantu.

Alkisah, Kyai Muhammad dari Menggungan berhasil

mendapatkan beliau menjadi manantu, menikahkan dengan putrinya.

Dengan harapan dapat meneruskan perjuangan menjadi Kyai di daerah

tersebut. Namun, Allah berkehendak lain sehingga perkawinan Kyai

Abdullah Rosyad dengan putri Kyai Muhammad tidak langgeng.

Akhirnya, atas saran dari Kyai Bakri Coper, beliau dikawinkan

dengan adiknya di Ngerdani yang bernama Siti Khotimah.

Semenjak Kyai Abdullah Rosyad pindah ke Ngerdani banyak

santri-santri dari Joresan mengikuti beliau. Sehingga Ngerdani

menjadi Pondok besar (pada saat itu) yang didatangi santri-santri dari

berbagai daerah, baik dari sekitar Ponorogo sendiri maupun dari

daerah Wonogiri Jawa Tengah.

Pondok pesantren Al-Huda Ngerdani Karangjoho Badegan

mengalami kemajuan pada masa penjajahan Jepang (tahun 1942

hingga 1947 M). Seperti halnya pondok pesantren lain, di pondok

pesantren ini dikaji beberapa kitab yang meliputi bidang Fiqih,

Tauhid, Alat, Hadits dan Tafsir. Namun pondok pesantren mengalami

kemunduran pada masa meletusnya Partai Komunis Indonesia (PKI)

di bawah kendali Muso Madiun sekitar tahun 1948 M.

Dari pondok pesantren inilah kemudian menjadi cikal bakal

berdirinya Masjid Al-Huda sebagai simbol perjuangan dan dakwah

agama, Yayasan Pendidikan yang menaungi 3 (tiga) lembaga

pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Muslimat NU Sabilul Huda yang

berdiri tahun, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sabilul Huda yang berdiri

tahun dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sabilul Huda sebagai penerus

sekaligus pengembang amanah pendidikan di lingkungan masyarakat

sekitar Ngerdani Karangjoho Kecamatan Badegan Kabupaten

Ponorogo.

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sabilul Huda awal mulanya di

dirikan pada tahun 1983 M. Pertama kali di pimpin langsung dari

salah satu pendiri yayasan, yaitu KH. Dimyati. Beliau memimpin pada

tahun 1983 sampai dengan 2006. Setelah itu kepala madrasah

diberikan kepada putranya yang bernma Mahbub Junaidi. Beliau

memimpin / menjadi kepala Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda

tahun 2006 sampai sekarang.

2. Frofil MTs Sabilul Huda Karangjoho

Tabel 4. 1

Data Profil Madrasah

NO DATA KETERANGAN

1. Nama Sekolah / Madrasah MTs Sabilul Huda

2. Alamat Sekolah

1) Jalan

2) RT / RW

3) Dukuh

4) Desa / Kelurahan

5) Kecamatan

6) Kabupaten

7) Provinsi

8) Kode Pos

9) Telepon

10) Email Madrasah

11) NPSN

Brawijaya No. 39

02 / 01

Mitir

Karangjoho

Badegan

Ponorogo

Jawa Timur

63455

081 335 599 989

[email protected]

20584859

3. Status Sekolah Milik Sendiri / Yayasan

4. Tegangan/Daya Listrik 900 Watt

5. Data Bank

1) Nama Bank

2) Nama di Rekening

3) Nomor Rekening

BRI UNIT BADEGAN

Mahbub Junaidi

6490-01-015319-53-0

NO DATA KETERANGAN

6. Luas Lahan

1) Sudah Sertifikat

1.350 M2

1.350 m2

7. Luas Bangunan 530 M2

8. Lahan Kosong 820 M2

3. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Sabilul Huda Karangjoho

a. Visi

“Terwujudnya Pelajar Yang Modern Berwawasan Islami”

Indikator Visi MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan.

Terwujudnya pengembangan kurikulum tingkat satuan pen

didikan (KTSP) yang aplikatif.

7. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif sehingga

potensi peserta didik berkembang secara optimal.

8. Terwujudnya lulusan yang kompetitif dalam melanjutkan

pendidikan dan cerdas dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi sehari-hari.

9. Terwujudnya prestasi dalam bidang non akademik

(kegiatan ekstrakulikuler).

10. Terwujudnya lulusan beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan YME, berakhlak mulia, berkarakter kompetensi

akademik yang berkualitas, memiliki kepribadian bangsa

Indonesia.

11. Terwujudnya kepedulian warga sekolah terhadap budaya

lingkuan hidup.

12. Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang

relevan dan interaktif.

13. Terwujudnya media pembelajaran yang interaktif.

14. Terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan dan kemauan serta konsisten dalam

melaksanakan tugas.

15. Terwujudnya managemen sekolah yang partisipatif dan

akuntabilitas.

16. Terwujudnya suasana kerja yang harmonis sehingga

memungkinkan semua pengelola sekolah mencapai

sukses.

17. Terwujudnya partisipasi masyarakat (orang tua) dalam

pembiayaan program sekolah.

b. Misi

Misi Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda Karangjoho

Badegan Ponorogo, adalah:

1) Menigkatkan kualitas pembelajaran

2) Meningkatkan kualitas pengamalan beragama

3) Meningkatkan pengabdian, pelayanan dan pemahaman

serta kebersamaan

4) Meningkatkan kualitas lulusan yang cerdas dan

bermartabat

5) Peningkatan kualitas akhlaq peserta didik secara langsung

dan berkualitas dalam masyarakat.

c. Tujuan

Tujuan adanya Madrasah Tsanawiyah Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo, adalah:

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada seluruh

warga Madrasah

2) Meningkatkan pengamalan baca Al - Qur’an pada seluruh

warga Madrasah

3) Meningkatkan pengamalan sholat dhuhur berjama’ah di

Madrasah

4) Meningkatkan nilai - nilai UAN secara berkelanjutan

5) Meningkatkan kepedulian warga madrasah terhadap

kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan

Madrasah

6) Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana serta

pemberdayaan yang mendukung peningkatan prestasi

akademik dan non akademik.

4. Struktur Organisasi MTs Sabilul Huda Karangjoho

Struktur organisasi di sekolah merupakan suatu bentuk yang

berupa urutan atau daftar yang berfungsi sebagai suatu upaya dalam

menjelaskan tugas dan fungsi dari setiap komponen penyelenggara

pendidikan yang bersangkutan dengan madrasah tersebut.

Dengan adanya struktur organisasi, sistem pelaksanaan

pendidikan di madrasah akan semakin teratur, disiplin, kinerja

menjadi efektif, efisien serta dapat meningkatkan mutu pendidikan

sesuai tujuan yang ingin dicapainya.

Berikut ini struktur oragnisasi madrasah MTs Sabilul Huda

Karangjoho Badegan Ponorogo:

Tabel 4. 2

Data Struktur Organisasi Madrasah

NO NAMA JABATAN

1. KH. MUSTHOFAL GOLAYIN Ketua Yayasan

2. MAHBUB JUNAIDI, S.Ag Kepala Sekolah

3. SYAIFUL GHOFIR, S.E Komite

4. RINA SETYANI, S.Pd Bendahara

5. KHOIRUL MUSTOVA, S.Pd.I Kepala TU

6. UMI AFIYAH, S.Pd Waka Kurikulum

7. RITA DWI NURAINI, S.Pd Waka Kesiswaan

8. SAMSUL HARIYADI, S.Pd Waka Sarpras

9. ALI SUKASNO Waka Humas

10. ANDRIK SUGIARTO Guru BP / BK

5. Keadaan Guru dan Siswa MTs Sabilul Huda Karangjoho

Tabel 4.3

Data Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tenaga Jenis Kelamin Kualifikasi Jumlah

1. Pendidik Laki-laki S-1 5

Perempuan S-1 5

2. Kependidikan Laki-laki S-1 1

Total 11

Tabel 4.4

Data Jumlah Siswa

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. VII 6 5 11

2. VIII 16 8 24

3. IX 15 7 22

TOTAL 37 20 57

6. Sarana dan Prasarana MTs Sabilul Huda Karangjoho

Tabel 4.5

Data Sarana Prasarana MTs Sabilul Huda Karangjoho

NO. JENIS SARPRAS JUMLAH

1. Ruang Kepala Madrasah 1 Ruang

2. Ruang Guru 1 Ruang

3. Ruang Tata Usaha 1 Ruang

4. Ruang Kelas 4 Ruang

5. Ruang Tamu 1 Ruang

NO. JENIS SARPRAS JUMLAH

6. Perpustakaan 1 Ruang

7. Ruang UKS 1 Ruang

8. Ruang BP/BK 1 Ruang

9. Ruang PK. IPNU-IPPNU 1 Ruang

10. Laboratorium Komputer 1 Ruang

11. Laboratorium IPA 1 Ruang

12. Ruang Musik 1 Ruang

13. Ruang Pramuka 1 Ruang

14. Ruang Seni Budaya 1 Ruang

15. Masjid 1 Ruang

16. Kantin 1 Ruang

17. Lapangan Upacara 1 Buah

18. Lapangan Olah Raga 2 Buah

19. Gudang 1 Ruang

20. Ruang Dapur 1 Ruang

21. Kamar Mandi/WC Guru 1 Ruang

22. Kamar Mandi/ WC Siswa 3 Ruang

B. Penjelasan Data Per-Siklus

1. Pra Siklus

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VIII

MTs Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo dengan jumlah 24

siswa putra dan putri. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui

tingkat Motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran pada

mata pelajaran Akidah akhlaq sebelum dan sesudah diterapkannya

strategi Problem Based Learning. Mata pelajaran Akidah akhlaq

diberikan 2 kali dalam seminggu yaitu, hari Senin pukul 12.00-13.00

WIB dan hari Jum’at pukul 08.00-09.00 WIB. Guru mata pelajaran

Akidah akhlaq adalah ibu Anisatul Qoiriyah, S.Pd.I.

Sebelum melaksanakan tindakan dengan menerapkan strategi

Problem Based Learning, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru seperti biasanya. Pada saat pembelajaran,

guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan. Saat

suasana seperti ini, siswa merasa bosan dan kurang bermotivasi

dalam belajar, sehingga ada beberapa siswa yang mengalihkan

perhatiannya dengan berbicara dengan teman sebangkunya, bermain

sendiri, dan ramai yang membuat suasana pembelajaran tidak

kondusif.

Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi

yang belum dipahami. Namun siswa hanya diam dan tidak

memberikan tanggapan. Kemudian guru memberikan pertanyaan

kepada siswa, dan hanya satu, dua siswa saja yang mampu menjawab

pertanyaan dari guru. Dengan kondisi kelas seperti ini, bahwa guru

kurang mampu menghidupkan suasana pembelajaran di kelas

sehingga pemahaman siswa terhadap materipun sangat rendah.

Untuk selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi pra siklus

dengan memberikan lembar soal yang harus dikerjakan oleh siswa

berkaitan dengan materi yang telah dibahas. Hal ini bertujuan sebagai

tindakan memeriksa lapangan dengan menggunakan metode

konvensional yaitu metode ceramah, yang digunakan sebagai tolak

ukur perbandingan sebelum ada tindakan kelas dengan sesudah ada

tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan startegi Problem Based

Learning.

Pada evaluasi pra siklus ini, peneliti belum memperoleh

ketercapaian tujuan pembelajaran secara individual melalui tes

individu yang terdiri dari pengamatan motivasi belajar dan hasil

belajar siswa.

Adapun hasil observasi dan tes yang telah dilakukan pra siklus

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada pra Siklus

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 3 Kurang

2. Agung Pambudi √ √ - - √ - 3 Kurang

3. Ahmad Nur Saputra - √ √ √ √ - 4 Cukup

4. Andika Gio Putra

Pratama - - - √ - - 1

Sangat

kurang

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

5. Arman Pratama - √ - √ √ - 3 Kurang

6. Bagus Aji Prayogo - √ √ √ - √ 4 Cukup

7. Miftahul Huda - √ - √ - √ 3 Kurang

8. Muhammad Arif Esa

S. - - - - √ - 1

Sangat

kurang

9. Muh. Fahri Nur

Hafids √ √ √ √ √ √ 6 Baik

10. Muhammad Gustito

T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

11. Khoirul Anam √ √ - - √ √ 4 Cukup

12. Ribut Tri Widodo - - - √ - - 1 Sangat

kurang

13. Rengga Herlambang - √ - - - - 1 Sangat

kurang

14. Sri Bintang - - - - - √ 1 Sangat

kurang

15. Vicky Nugroho

Candra P. - - √ √ √ √ 4 Kurang

16. Wahyu Ari Wibowo - √ √ - - - 5 Cukup

17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik

18. Binti Hidayatul

Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

19. Eva Novita

Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik

20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

21. Fina Rohmatul

Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik

24. Vanesha Diva P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

Keterangan Penilaian:

Skor 0 - 1 = Sangat kurang

Skor 2 - 3 = Kurang

Skor 4 - 5 = Cukup

Skor 6 = Baik

Keterangan aspek yang dinilai:

A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti

sebelum selesai.

B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses

pembelajaran dan tidak mudah putus asa.

C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap

guru maupun temannya.

D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.

E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti

yang benar.

F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun

dengan kelompoknya.

Presentase tingkat motivasi belajar siswa pada pra siklus adalah

sebagai berikut:

Motivasi Belajar Jumlah Presentase

Sangat Kurang 5 20,83 %

Kurang 5 20,83 %

Cukup 4 16,67 %

Baik 10 41,67 %

Tabel 4.7

Hasil perolehan nilai siswa pada pra siklus

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

1. Aditiya Yoga Saputra 75 54 Tidak tuntas

2. Agung Pambudi 75 78 Tuntas

3. Ahmad Nur Saputra 75 58 Tidak tuntas

4. Andika Gio Putra Pratama 75 46 Tidak tuntas

5. Arman Pratama 75 70 Tidak tuntas

6. Bagus Aji Prayogo 75 78 Tuntas

7. Miftahul Huda 75 62 Tidak tuntas

8. Muhammad Arif Esa S. 75 52 Tidak tuntas

9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 76 Tuntas

10. Muhammad Gustito T. 75 78 Tuntas

11. Khoirul Anam 75 76 Tuntas

12. Ribut Tri Widodo 75 48 Tidak tuntas

13. Rengga Herlambang 75 46 Tidak tuntas

14. Sri Bintang 75 54 Tidak tuntas

15. Vicky Nugroho Candra P. 75 58 Tidak tuntas

16. Wahyu Ari Wibowo 75 76 Tuntas

17. Amanda Elisia Putri 75 78 Tuntas

18. Binti Hidayatul M. 75 76 Tuntas

19. Eva Novita Fatmawati 75 78 Tuntas

20. Fariatul Khotimah 75 76 Tuntas

21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 78 Tuntas

22. Rina Mulia Saroh 75 80 Tuntas

23. Shofiyatun Nada 75 84 Tuntas

24. Vanesha Diva Prihatini 75 86 Tuntas

Jumlah 1.646

Rata-rata 68, 58

Presentase hasil belajar peserta didik:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

14 Tuntas 58,33 %

10 Tidak tuntas 41,67 %

Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar menunjukkan, dari

jumlah 24 siswa di kelas VIII, siswa yang memiliki motivasi dengan

sangat baik mencapai 41,67 % atau 10 siswa, dan siswa yang memiliki

motivasi cukup baik mencapai 16,67 % atau 4 siswa, yang memiliki

motivasi kurang baik mencapai 20,83 % atau 5 siswa, sedangkan yang

masih dalam keadaan sangat kurang motivasi belajar siswa 8, 20,83 %

atau 5 siswa saja

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat

dilihat bahwa rendahnya motivasi belajar siswa menjadi faktor utama

kurangnya nilai yang didapat. Siswa terlihat tidak begitu antusias

dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhlaq. Hal

inilah yang menjadi penyebab masih banyak siswa di kelas VIII MTs

Sabilul Huda Karangjoho Badegan Ponorogo gagal mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Sedangkan berdasarkan tes yang dilakukan pada pra siklus

penelitian, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh

sangat rendah. Siswa yang mampu mencapai ketuntasan berjumlah 14

(58,33 %) dari 24 peserta didik yang ada di kelas VIII. Artinya masih

ada 10 anak yang memperoleh hasil belajar di bawah KKM atau dapat

dikatakan tidak tuntas. Selain itu, peserta didik yang mencapai

ketuntasan hanya memperoleh nilai yang mendekati KKM sehingga

hasil belajar yang mereka peroleh belum maksimal.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlunya

untuk melakukan penerapan strategi Problem Based Learning dalam

proses belajar mengajar, dengan lebih melibatkan peserta didik

berperan aktif dengan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa.

2. Siklus I

Dalam kegiatan pembelajaran di setiap siklus, alur atau

tahapannya adalah empat kegiatan pembelajaran berbasis PTK yakni

perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan

refleksi (reflection). Adapun gambaran singkat kegiatan pembelajaran

di siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Plan)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

berbasis PTK.

2) Pengembangan materi akidah akhlaq.

3) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

5) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian

kompetensi serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

b. Tindakan (Action)

1) Kegiatan awal

a) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

b) Mengatur tempat duduk dengan pola U.

c) Melihat kebersihan kelas.

d) Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

e) Berdoa untuk memulai pembelajaran.

f) Melakukan absensi.

g) Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap

disiplin.

h) Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas

minggu lalu dengan yang akan dibahas pada

pertemuan hari ini.

i) Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan

ringan seperti bershalawat, dll.

2) Kegiatan inti

8) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan

berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada pretest.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa yang

mempunyai pemahaman terbagi secara merata.

Selain itu, agar mampu membangkitkan motivasi

siswa yang masih mendapatkan nilai rendah serta

memudahkan dalam proses pemahaman siswa dalam

kegiatan belajar mengajar.

9) Guru membagian lembar permasalahan yang

berbeda-beda kepada setiap kelompok untuk

didiskusikan.

10) Guru memberikan gambaran analisis setiap masalah

yang telah dibagikan ke setiap kelompok.

11) Setiap kelompok dituntut untuk menyelesaikan

permasalahan dengan cara berdiskusi.

12) Setiap kelompok diharapkan mampu menemukan

gagasan pokok dari permasalahan yang telah

diberikan oleh guru.

13) Guru ikut serta membantu dan menstimulasi agar

stiap kelompok mampu menganalis permasalahan

secara dalam dan detail.

14) Siswa menulis laporan hasil diskusi kelompok

dikertas portofolio.

15) Salah satu perwakilan dari kelompok dipersilahakan

maju menyalin hasil laporan dikertas plano yang

telah disediakan oleh guru didepan kelas. Setelah

semua hasil diskusi kelompok di salin dikertas plano

salah satu perwakilan dari kelompok

mempresentasikan secara bergiliran dari kelompok 1

sampai 4. Sedangkan untuk kelompok 5

menyampaikan hasil diskusi mereka dalam bentuk

drama.

16) Selama proses penyampaian materi dari setiap

kelompok, siswa dari kelompok lain dipersilahkan

untuk saling bertanya sesuai materi / permasalahan

yang telah dipresentasikan.

17) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan

hasil diskusinya, guru menyimpulkan

materi/masalah.

3) Kegiatan penutup

a) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan.

b) Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui

kemampuan peserta didik berdasarkan materi yang

telah dibahas.

c) Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

d) Guru melakukan salam penutup.

c. Pengamatan (Observation)

Dalam kegiatan pengamatan (observation), peneliti

mengamati tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunkan

lembar observasi terstruktur dan memberikan tanda centang bagi

siswa yang menunjukkan sikap sesuai dengan aspek yang

diteliti.

Adapun hasil dari pengamatan pada siklus I dapat dilihat

pada tabel berikut:

1) Motivasi belajar siswa

Tabel 4.7

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 5 Cukup

2. Agung Pambudi √ √ √ √ √ √ 6 Baik

3. Ahmad Nur Saputra √ √ √ √ √ √ 6 Baik

4. Andika Gio Putra P. √ √ √ √ - - 4 Cukup

5. Arman Pratama √ √ √ √ √ √ 6 Baik

6. Bagus Aji Prayogo √ √ √ √ √ √ 6 Baik

7. Miftahul Huda √ √ √ √ √ - 5 Cukup

8. Muhammad Arif Esa √ √ √ √ √ √ 6 Baik

9. Muh. Fahri Nur

Hafids √ √ √ √ √ - 5 Cukup

10. Muhammad Gustito

T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

11. Khoirul Anam √ √ √ √ √ √ 6 Baik

12. Ribut Tri Widodo - - - √ - - 1 Sangat

kurang

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

13. Rengga Herlambang - √ - - - - 1 Sangat

kurang

14. Sri Bintang - - √ - √ √ 3 Kurang

15. Vicky Nugroho

Candra P. - √ √ √ √ √ 5 Cukup

16. Wahyu Ari Wibowo √ √ √ √ √ √ 6 Baik

17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik

18. Binti Hidayatul

Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

19. Eva Novita

Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik

20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

21. Fina Rohmatul

Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik

24. Vanesha Diva P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

Keterangan Penilaian:

Skor 0 - 1 = Sangat kurang

Skor 2 - 3 = Kurang

Skor 4 - 5 = Cukup

Skor 6 = Baik

Keterangan aspek yang dinilai:

A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti

sebelum selesai.

B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses

pembelajaran dan tidak mudah putus asa.

C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap

guru maupun temannya.

D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.

E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti

yang benar.

F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun

dengan kelompoknya.

Presentase tingkat motivasi siswa/siswi pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Motivasi Belajar Jumlah Presentase

Sangat Kurang 2 8,33 %

Kurang 1 4,17 %

Cukup 5 20,83 %

Baik 16 66,67 %

2) Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.8

Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

1. Aditiya Yoga Saputra 75 72 Tidak Tuntas

2. Agung Pambudi 75 84 Tuntas

3. Ahmad Nur Saputra 75 78 Tuntas

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

4. Andika Gio Putra Pratama 75 70 Tidak Tuntas

5. Arman Pratama 75 80 Tuntas

6. Bagus Aji Prayogo 75 88 Tuntas

7. Miftahul Huda 75 76 Tuntas

8. Muhammad Arif Esa S. 75 72 Tidak Tuntas

9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 84 Tuntas

10. Muhammad Gustito T. 75 86 Tuntas

11. Khoirul Anam 75 84 Tuntas

12. Ribut Tri Widodo 75 72 Tidak Tuntas

13. Rengga Herlambang 75 68 Tidak Tuntas

14. Sri Bintang 75 72 Tidak Tuntas

15. Vicky Nugroho Candra P. 75 76 Tuntas

16. Wahyu Ari Wibowo 75 80 Tuntas

17. Amanda Elisia Putri 75 84 Tuntas

18. Binti Hidayatul M. 75 80 Tuntas

19. Eva Novita Fatmawati 75 86 Tuntas

20. Fariatul Khotimah 75 80 Tuntas

21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 90 Tuntas

22. Rina Mulia Saroh 75 88 Tuntas

23. Shofiyatun Nada 75 94 Tuntas

24. Vanesha Diva Prihatini 75 92 Tuntas

Jumlah 1.936

Rata-rata 80.67

Presentase hasil belajar siswa pada siklus I sebagai berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

18 Tuntas 75 %

6 Tidak tuntas 25%

d. Refleksi (Reflection)

Pada proses pelaksanaan pembelajaran siklus I, hasil

pembelajaran dengan menerapkan strategi problem based

learning sudah cukup baik dibandingkan dengan sebelumnya

yang masih menggunakan metode belajar konvensional. Peserta

didik sudah mampu menunjukkan motivasi belajar di dalam

kelas, dimana masing-masing dari peserta didik mampu terlibat

aktif dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Namun, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

strategi Problem Based Learning pada siklus I belum

mendapatkan hasil maksimal, karena strategi belajar ini baru

diterapkan pertama kalinya sehingga membutuhkan penyesuaian

terhadap peserta didik. Selain itu, belum semua siswa

menunjukkan motivasi belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil observasi motivasi belajar menunjukkan, dari jumlah

24 siswa di kelas VIII, siswa yang memiliki motivasi dengan

sangat baik mencapai 66,67 % atau 16 siswa, dan siswa yang

memiliki motivasi cukup baik mencapai 20,83 % atau 5 siswa,

yang memiliki motivasi kurang baik mencapai 4,17 % atau 1

siswa, sedangkan yang masih dalam keadaan sangat kurang

motivasi belajar siswa 8,33% atau 2 siswa saja.

Sedangkan penilaian hasil belajar siswa yang mencapai

tuntas pada siklus I diperoleh 75 % atau 18 siswa, dan siswa

yang belum/tidak tuntas 25% atau 6 siswa.

Hambatan lain yang menjadi penyebab kurang

maksimalnya pembelajaran yang dilaksanakan adalah kondisi

kelas yang kurang kondusif, seperti kondisi bangunan yang

sudah perlu direnovasi kembali, untuk menciptakan kenyamanan

pada peserta didik. Hal ini menyebabkan masalah dalam

kelancaran penerapan strategi Problem Based Learning, karena

di dalam kelas terasa panas yang mengakibatkan sulitnya peserta

didik untuk fokus menerima materi yang disampaikannya. Jadi

perlunya siklus berikutnya untuk memperbaiki kekurangan

dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus

sebelumnya demi mencapai kesempurnaan proses pembelajaran.

3. Siklus II

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini,

kegiatan pembelajarannya dilakukan di laboratorium Komputer.

Laboratorium Komputer dipilih sebagai tempat dalam pelaksanaan

pembelajaran karena nyaman, bersih dan kondusif.

Tahap dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis PTK masih

tetap sama dengan siklus sebelumnya (siklus I), dimana proses

pembelajarannya melalui serangkaian empat kegiatan yakni

perencanaan (plan), pelaksanaan (action), pengamatan (observation),

dan refleksi (reflection). Adapun gambaran singkat kegiatan

pembelajaran di siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (plan)

1) Menyusun perbaikan proses pembelajaran untuk

memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus I.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

berbasis PTK.

3) Pengembangan materi akidah akhlaq pada materi

meningkatkan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.

4) Menyiapkan media, sumber, bahan, alat pembelajaran serta

menyusun strategi pembelajaran yang akan digunakan.

5) Menyusun instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

6) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal pencapaian

kompetensi serta menyiapkan tolak ukur keberhasilan.

7) Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data

yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Tindakan (action)

1) Kegiatan awal

a) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

b) Mengatur tempat duduk dengan siswa putra berada di

depan semua.

c) Melihat kebersihan kelas.

d) Melakukan pembukaan dengan salam pembuka.

e) Berdo'a untuk memulai pembelajaran.

f) Melakukan absensi.

g) Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap

disiplin.

h) Mengaitkan materi pembelajaran yang dibahas

minggu lalu dengan yang akan dibahas pada

pertemuan hari ini.

i) Memberikan semangat peserta didik dengan kegiatan

ringan seperti memijat pundak temannya, melakukan

game-game kecil, dll.

j) Menyampaikan SK, KD, Indikator dan Tujuan yang

harus dicapai dalam materi pelajaran yang akan

dibahas pada pertemuan saat itu.

2) Kegiatan inti

a) Menayangkan vidoe tentang materi meningkatkan

keimanan kepada Rasul Allah SWT..

b) Memperhatikan video dengan seksama oleh peserta

didik agar memancing gambaran materi yang akan

dipelajari.

c) Guru menayakan tentang tema dari video yang

ditayangkan kepada seluruh peserta didik.

d) Peserta didik dituntut untuk menjelaskan hasil

pengamatannya dari video berdasarkan

pemahamannya sekilas.

e) Guru memberikan reward kepada peserta didik yang

berani menjelaskan pengamatannya di depan kelas.

f) Guru membentuk kelompok menjadi 5 bagian

berdasarkan pada hitungan 1 sampai 5.

g) Guru membagikan lembaran permasalahan dari hasil

vidio yang telah dilihatnya kepada setiap kelompok.

h) Guru menyuruh peserta didik untuk meneliti serta

menganalisi secara dalam mengenai masalah yang

harus diselesaikan secara berkelompok.

i) Dengan memanfaatkan media yang ada, peserta didik

dituntut mampu mencari dengan cara diskusi

berdasarkan kelompoknya melalui sumber yang ada

maupun buku pegangan.

j) Peserta didik menganalisis masukan, tanggapan dan

koreksi dari hasil jawaban dalam satu kelompok dan

menulisnya dalam kertas plano yang telah di berikan

oleh guru

k) Guru meminta masing-masing kelompok untuk maju

menempel kertas plano dan di tempel di papan tulis,

serta menjelaskannya.

l) Terkhusus untuk kelompok yang mendapat tugas

untuk membuat drama, meminta untuk menampilkan

di akhir setelah kelompok lain selesai presentasi.

m) Siswa mengajukan pertanyaan tentang

pembahsan/permasakahan yang belum paham.

3) Kegiatan penutup

a) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan.

b) Memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui

kemampuan peserta didik berdasarkan materi yang

telah dibahas.

c) Berdoa untuk mengakhiri pelajaran.

d) Guru melakukan salam penutup.

c. Pengamatan (Observation)

Dalam kegiatan pengamatan (Observation), peneliti

mengamati tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunkan

lembar observasi terstruktur dan memberikan tanda centang bagi

siswa yang menunjukkan sikap sesuai dengan aspek yang

diteliti.

Adapun hasil dari pengamatan pada siklus II dapat dilihat

pada tabel berikut:

1) Motivasi belajar siswa

Tabel 4.9

Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

1. Aditiya Yoga Saputra √ - - √ - √ 6 Baik

2. Agung Pambudi √ √ √ √ √ √ 6 Baik

3. Ahmad Nur Saputra √ √ √ √ √ √ 6 Baik

4. Andika Gio Putra

Pratama √ √ √ √ - - 6 Baik

5. Arman Pratama √ √ √ √ √ √ 6 Baik

6. Bagus Aji Prayogo √ √ √ √ √ √ 6 Baik

7. Miftahul Huda √ √ √ √ √ √ 6 Baik

8. Muhammad Arif Esa

S. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

9. Muh. Fahri Nur

Hafids √ √ √ √ √ √ 6 Baik

10. Muhammad Gustito

T. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

11. Khoirul Anam √ √ √ √ √ √ 6 Baik

12. Ribut Tri Widodo √ √ - √ - √ 4 Cukup

No.

Nama Siswa

Variabel

yang diamati

Skor

Ketera

ngan A B C D E F

13. Rengga Herlambang - √ √ √ √ √ 5 Cukup

14. Sri Bintang √ √ √ √ √ √ 6 Baik

15. Vicky Nugroho

Candra P. √ √ √ √ √ √ 6 Baik

16. Wahyu Ari Wibowo √ √ √ √ √ √ 6 Baik

17. Amanda Elisia Putri √ √ √ √ √ √ 6 Baik

18. Binti Hidayatul

Munawaroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

19. Eva Novita

Fatmawati √ √ √ √ √ √ 6 Baik

20. Fariatul Khotimah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

21. Fina Rohmatul

Aisyiyah √ √ √ √ √ √ 6 Baik

22. Rina Mulia Saroh √ √ √ √ √ √ 6 Baik

23. Shofiyatun Nada √ √ √ √ √ √ 6 Baik

24. Vanesha Diva

Prihatini √ √ √ √ √ √ 6 Baik

Keterangan Penilaian:

Skor 0 - 1 = Sangat kurang

Skor 2 - 3 = Kurang

Skor 4 - 5 = Cukup

Skor 6 = Baik

Keterangan aspek yang dinilai:

A = Mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tidak berhenti

sebelum selesai.

B = Mampu menyelesaikan bentuk kesulitan dalam proses

pembelajaran dan tidak mudah putus asa.

C = Mampu belajar secara mandiri tanpa tergantung terhadap

guru maupun temannya.

D = Merasa cepat bosan pada tugas rutinitas dari seorang guru.

E = Mampu mempertahankan atas pendapatnya dengan bukti

yang benar.

F = Mampu memecahkan masalah, baik sendiri maupun

dengan kelompoknya.

Presentase tingkat motivasi siswa/siswi pada siklus II

adalah sebagai berikut:

Motivasi Belajar Jumlah Presentase

Sangat Kurang 0 0 %

Kurang 0 0 %

Cukup 2 8,33 %

Baik 22 91,67 %

2) Hasil belajar siswa

Tabel 4.10

Hasil Belajar Siswa

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

1. Aditiya Yoga Saputra 75 90 Tuntas

2. Agung Pambudi 75 96 Tuntas

3. Ahmad Nur Saputra 75 92 Tuntas

4. Andika Gio Putra Pratama 75 90 Tuntas

5. Arman Pratama 75 96 Tuntas

No. Nama Siswa KKM Skor Keterangan

6. Bagus Aji Prayogo 75 96 Tuntas

7. Miftahul Huda 75 92 Tuntas

8. Muhammad Arif Esa S. 75 88 Tuntas

9. Muh. Fahri Nur Hafids 75 96 Tuntas

10. Muhammad Gustito T. 75 94 Tuntas

11. Khoirul Anam 75 90 Tuntas

12. Ribut Tri Widodo 75 88 Tuntas

13. Rengga Herlambang 75 74 Tidak Tuntas

14. Sri Bintang 75 90 Tuntas

15. Vicky Nugroho Candra P. 75 92 Tuntas

16. Wahyu Ari Wibowo 75 92 Tuntas

17. Amanda Elisia Putri 75 94 Tuntas

18. Binti Hidayatul M. 75 94 Tuntas

19. Eva Novita Fatmawati 75 92 Tuntas

20. Fariatul Khotimah 75 90 Tuntas

21. Fina Rohmatul Aisyiyah 75 96 Tuntas

22. Rina Mulia Saroh 75 98 Tuntas

23. Shofiyatun Nada 75 100 Tuntas

24. Vanesha Diva Prihatini 75 98 Tuntas

Jumlah 2.218

Rata-rata 92.417

Presentase hasil belajar siswa pada siklus II sebagai

berikut:

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

23 Tuntas 95,83 %

1 Tidak tuntas 4,17 %

d. Refleksi (Reflection)

Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini memperoleh

hasil yang lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya (siklus I).

Peserta didik mulai menyesuaikan dan sudah faham kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan strategi problem based

learning, sehingga pelaksanaan pembelajaranpun mampu

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target.

Dari hasil penilai pencapaian yang diperoleh pada siklus II

cukup maksimal sebagaimana yang diharapkan. Dari hasil

pengamatan pada siklus II, dari 24 siswa di kelas VIII, siswa

yang memiliki motivasi sangat baik mencapai 91,67 % atau 22

siswa, dan siswa yang memiliki motivasi cukup baik mencapai

8,33 % atau 2 siswa.

Sedangkan penilaian hasil belajar siswa yang mana tekah

diukur dengan soal pasca pelaksanaan pembelajran, yang mana

mencapai tuntas pada sikus II diperoleh 95,83 % atau 23 siswa.

Dengan demikian, hasil pencapaian pada siklus II, peneliti

sudah mencapai hasil pembelajaran yang baik dari motivasi dan

hasil. Sehingga tidak perlu adanya pelaksanaan siklus

selanjutnya atau siklus III, karena target yang telah diinginkan

sudah terpenuhi.

C. Proses Analisis Data per Siklus

1. Siklus I

Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK,

terdapat empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data,

yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan

data nilai tes akhir mata pelajaran Akidah Akhlaq. Strategi yang

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah problem based

learning. Hasil penelitian siklus I adalah sebagai berikut:

a. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran

dalam penelitian ini dapat diamati pada tiga aspek yakni

motivasi peserta didik dalam memperhatikan penjelasan

dari guru, motivasi semangat peserta didik dalam bekerja

sama untuk memecahkan masalah, dan motivasi peserta

didik dalam merespon aktivitas pembelajaran.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Hasil analisa pengamatan motivasi belajar siswa siklus I

Uraian Keteranga

n

Jumlah

Siswa

Presentase

(%)

Sangat

Kurang 0 2 8,33 %

Kurang 1 1 4,17 %

Cukup 2 5 20,83 %

Baik 3 16 66,67 %

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, sudah terjadi

perubahan pada peserta didik yang lebih baik jika dibandingkan

dengan kegiatan pembelajaran pada pra siklus. Motivasi peserta

didik cukup baik dalam mengikuti pembelajaran, namun kurang

begitu maksimal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 66,67

% atau 16 siswa yang menunjukkan motivasi dengan baik dan

20,83% atau 5 siswa yang menunjukkan motivasi cukup baik.

Dengan begitu masih ada 12,50 % atau 3 siswa yang belum

menunjukkan motivasi mereka dalam proses belajar mengajar

yang dilakukan di MTs Sabilul Huda Karangjoho.

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, sudah

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

sebelumnya pelaksanaan siklus dengan menggunakan

metode problem based learning. Adapun data hasil belajar

peserta didik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil analisa pencapaian belajar siswa/siswi siklus I

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

18 Tuntas 75 %

6 Tidak tuntas 25%

Hasil belajar yang diperloeh pada siklus I mencapai

75 %. Dengan begitu, perolehan hasil belajar masih belum

maksimal sehingga perlunya pelaksanaan siklus II untuk

mencapai pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan

hal yang diharapkan.

2. Siklus II

Dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran berbasis PTK,

terdapat empat tahap yang harus dilakukan yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan telah diperoleh dua jenis data,

yaitu hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan

data nilai tes akhir mata pelajaran Akidah Akhlaq. Strategi yang

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah problem based

learning. Hasil penelitian siklus II adalah sebagai berikut:

a. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran

dalam penelitian ini dapat diamati pada tiga aspek yakni

Motivasi peserta didik dalam memperhatikan penjelasan

dari guru, Motivasi peserta didik dalam bekerja sama

untuk memecahkan masalah, dan Motivasi peserta didik

dalam merespon aktivitas pembelajaran.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Hasil Analisa Pengamatan Motivasi Belajar

Siswa pada Siklus II

Uraian Keterangan Jumlah

Siswa

Presentase

(%)

Sangat

Kurang 0 0 0 %

Kurang 1 0 0 %

Cukup 2 2 8,33 %

Baik 3 20 91,67 %

Pembelajaran pada siklus II ini memperoleh hasil

yang sangat baik dibandingkan siklus sebelumnya (siklus

I). Peserta didik mulai menyesuaikan dan nyaman dalam

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi

problem based learning, sehingga pelaksanaan

pembelajaranpun berjalan dengan lancar, antusian dan

baik.

Siswa sudah mampu menunjukkan motivasi dalam

proses belajar. Peserta didik sudah baik dalam mengikuti

pembelajaran, pembelajaranpun sudah maksimal. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa 91,67 % atau 22 siswa

yang menunjukkan motivasi dengan baik dan 8,33 % atau

2 siswa yang menunjukkan motivasi cukup baik. Empat

siswa yang dalam motivasi cukup baik kiranya masih bisa

terpacu untuk menjadi baik, melihat hampir semua teman

sudah adanya motivasi semangat dalam proses belajar

mengajar.

Dengan begitu, dapat diambil sebuah nilai benang

merah sudah lebih dari peserta didik yang sangat memiliki

motivasi dalam proses belajar mengajar.

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa diperoleh pada siklus II sudah

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

sebelumnya.

Adapun data hasil peserta didik dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.14

Hasil Analisa Pencapaian Belajar Siswa Siklus II

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

23 Tuntas 95,83 %

1 Tidak tuntas 4,17 %

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II mencapai

95,83 % atau 23 siswa. Masih ada 4,17 % atau 1 anak

yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar. Dengan

begitu, perolehan hasil belajar cukup maksimal, melihat

tingkat pemahaman yang terukur begitu termotivasi dan

antusias sehingga menghasilkan angka yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, peneliti

telah mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan harapan,

dengan mempertimbangkan materi pelajaran Akidah

Akhlaq mudah difahami dan hasilpun naik secara

signifikan. Sehingga terbukti berhasil penerapan strategi

Problem Based Learning dan tidak diperlukan lagi siklus

selanjutnya atau siklus III.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebelum menerapkan

strategi pembelajaran Problem Based Learning (pra siklus),

ditemukan berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran mata

pelajaran akidah akhlaq. Diantaranya hal tersebut adalah kurangnya

motivasi belajar siswa karena metode pembelajaran yang digunakan

oleh guru adalah ceramah dan kurang kreatif, sehingga siswa merasa

bosan dan jenuh saat pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan

pembelajaran dirasa bagi peserta didik kurang menarik dan

menyenangkan, karena guru hanya menggunakan metode yang

menonton yang membuat peserta didik ngobrol dengan teman

sebangku dan bermain sendiri.

Setelah dilakukan evaluasi berupa tes tulis yang bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar peserta didik pada pra siklus diperoleh hasil

belajar siswa yang dapat dikatakan kurang maksimal. Kurangnya

motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar mereka

dimana terdapat banyak anak yang memperoleh nilai di bawah KKM.

Adapun hasil belajar pada pra siklus dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.15

Hasil Belajar Siswa pra Siklus

Jumlah Siswa Keterangan Presentase

14 Tuntas 58,33 %

10 Tidak tuntas 41,67 %

Dari hasil penelitian pada pra siklus, hanya 58,33 % atau 14

siswa yang tuntas dalam hasil belajarnya. Dengan demikian

diperlukan penelitian tindakan dengan menerapkan strategi problem

based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam

penelitian ini, dilakukan sebanyak 2 siklus dengan tujuan untuk terus

memperbaiki dan mencapai hasil yang diharapkan. Adapun

perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap siklus

adalah sebagai berikut:

1. Motivasi Belajar

Tabel 4.16

Perbandingan Motivasi Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Motiva

si

Belajar

F Present

ase %

Motiva

si

Belaja

r

F Present

ase %

Motiva

si

Belajar F

Presenta

se %

Sangat

Kurang

5 20,83

%

Sangat

kurang

2 8,33 % Sangat

kurang

0 0 %

Kurang 5 20,83

%

Kurang 1 4,17 % Kurang 0 0 %

Cukup 4 16,67

%

Cukup 5 20,83

%

Cukup 2 8,33 %

Baik 10 41,67

%

Baik 16 66,67

%

Baik 22 91,67 %

Jumlah 24 100 % Jumlah 24 100 % Jumlah 24 100 %

Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa motivasi belajar

siswa terhadap pembelajaran mengalami peningkatan secara drastic di

setiap siklusnya. Pada siklus I, hasil penelitian diperoleh bahwa siswa

yang memiliki motivasi dengan baik baru mencapai 16 siswa atau

66,67 % dibanding dengan pra siklus dari siswa yang mencapai 10

siswa atau 41,67 % dari berjumlah 24 di kelas VIII. Hasil penelitian ini

sangat jauh dari harapan karena beberapa faktor penghambat seperti

kondisi ruang kelas yang kurang renovasi sirkulasi udara udara,

bermain dengan teman sampingnya sehingga di dalam kelas terasa

panas dan pengap serta lebih nyaman lagi. Siswa juga belum mampu

melakukan penyesuaian terhadap strategi yang dilakukan serta masih

banyak siswa yang masih terbiasa dengan kebiasaan belajar pasif.

Hal ini menjadi evaluasi yang dapat diperoleh pada siklus

berikutnya. Kemudian di siklus II, hasil penelitian mengalami

peningkatan secara drastis dimana siswa yang memiliki motivasi

dengan begitu baik telah mencapai 22 siswa atau 91,67 %. Dengan

demikian, dapat dilakukan bahwa motivasi belajar siswa di setiap

siklus mengalami peningkatan dengan drastis dan baik.

2. Hasil Belajar

Tabel 4.17

Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Hasil

belajar

F % Hasil

belajar

F % Hasil

belajar

F %

Tidak

Tuntas

10 41,67 % Tidak

Tuntas

6 25 % Tidak

Tuntas

1 4,17 %

Tuntas 14 58,33 % Tuntas 18 75 % Tuntas 23 95,83 %

Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa dengan menggunkan

strategi problem based learning secara maksimal dalam pembelajaran

mampu meningkatkan motivasi belajar masing-masing peserta didik.

Dengan demikian, hasil belajar peserta didik terus mengalami

peningkatan secara drastis di setiap siklusnya. Hasil penelitian

diperoleh bahwa pada pra siklus sebanyak 14 siswa atau 58,33 % yang

mencapai tuntas, kemudian di siklus I siswa yang tuntas dalam belajar

berjumlah 18 siswa atau 75%, dan siklus II hasil belajar siswa

mencapai 95,83 % atau 23 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan hasil belajar dari pra siklus hingga dijalankannya siklus I

dan II mendapatkan hasil yang sangat baik.

Data perbandingan ketiga siklus dapat dicermati pada tabel

berikut:

Tabel 4.18

Perbandingan Hasil Penelitian Siswa

Motivasi

Belajar

Pra Siklus 10 41,67 %

Siklus I 16 66,67 %

Siklus II 22 91,67 %

Hasil Belajar Pras Siklus 14 58,33 %

Siklus I 18 75 %

Siklus II 23 95,83 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing

aspek yang diteliti baik motivasi dan hasil belajar terus mengalami

peningkatan di setiap siklus. Hal ini karena ketika peserta didik

motivasi dalam belajar maka hasil belajarpun juga baik dan

meningkat. Jika disajikan dalam diagaram akan nampak seperti dalam

gambar sebagai berikut:

Pra SiklusSiklus I

Siklus II

41,67

66,67

91,6758,3375

95,83

Gambar 4.2

Motivasi Belajar Hasil Belajar

Dapat diamati pada diagram hasil penelitian di atas, bahwa hasil

penelitian siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan

masih setengah dari yang diharapankan, apalagi dibanding dengan pra

siklus masih jauh. Kemudian di siklus II, terlihat peningkatan secara

drastis yang baik dibandingkan sebelumnya. Hasil penelitian motivasi

dan hasil belajar diperoleh sangat baik dan memuaskan. Dengan

demikian, tidak perlu melanjutkan siklus berikutnya.

128

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, penggunaan, dan

penerapan strategi Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho

Kecamatan Badegan Ponorogo pada mata pelajaran Akidah Akhlaq. Dari

hasil penelitian pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berlandaskan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan strategi Problem Based Learning pada mata

pelajaran Akidah Akhlaq di kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho

Kecamatan Badegan Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020, mampu

meningkatkan motivasi belajar siswa secara bertahap. Pada pra siklus,

siswa yang menunjukkan motivasi belajar dengan baik sebanyak 10

dari 24 siswa dengan persentase 41,67 %, pada siklus I, motivasi

belajar siswa meningkat yakni sebanyak 16 siswa dengan persentase

66,67 %. Sedangkan di siklus II, motivasi belajar siswa mengalami

peningkatan secara drastis yakni 22 siswa dengan persentase 91,67 %.

2. Dengan menerapkan strategi problem based learning mata pelajaran

Akidah Akhlaq di kelas VIII MTs Sabilul Huda Karangjoho

Kecamatan Badegan Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020, mampu

129

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra siklus, hasil belajar siswa

yang memperoleh ketuntasan sebanyak 14 siswa atau 58,33 %. Pada

siklus I, perolehan belajar siswa meningkat menjadi 18 siswa dengan

persentase 75 %. Dan pada siklus II, perolehan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan yang sangat memuaskan yakni sebanayak 23

siswa dengan persentase 95,83 %.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa

saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam proses penelitian ini

belum mencapai pada 100%. Masih ada 2 siswa dalam motivasi belajar

belum mencapai baik dan 1 siswa dalam hasil belajar belum tuntas.

Melihat dari latar belakang anak yang jarang masuk kelas dan sulit

untuk memahami segala bentuk materi yang telah diberikan, maka

seorang guru harus mampu mengawal dengan khusus agar siswa

tersebut mampu untuk mengejar ketertinggalannya baik dalam

meningkatkan motivasi dan hasil belajar dari teman-temannya.

2. Bagi Siswa

Dalam proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan strategi Problem Based Learning khususnya untuk kelas

VIII, perlu menjadi catatan setiap siswa bahwa masih ada yang belum

semua mencapai hasil yang baik. Bentuk motivasi belajar yang telah

130

dilakukan selama penelitian maka perlu dilaksanakan dalam setiap

proses belajar mengajar berlangsung, baik mata pelajaran Akidah

Akhlaq atau mata pelajaran yang lain dan terus belajar untuk menjadi

siswa yang cerdas. Kerja sama antar teman harus ditingkatkan,

terutama kepada teman yang belum memenuhi ketuntasan dan

motivasi belajar yang kurang.

3. Bagi Peneliti berikutnya

Kepada peneliti berikutnya disarankan untuk menggunakan

strategi pembelajaran yang lain. Dengan harapan bentuk strategi

Problem Based Learning yang telah dilaksanakan ini mampu untuk

dibandingkan antara kelebihan dan kelemahan dengan strategi yang

lain, sehingga mampu memilih strategi mana yang lebih efektif dan

efisien untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ad.Rooejakers. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Gramedia.2006.

Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Ali Murtadho dan Zainal Aqib. Kumpulan Metode Pembelajaran Aktif dan

Inovatif. Bandung: Satu Nusa.2006.

As’adi, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis PTK, Ponorogo: STAIN

Ponorogo Press, 2000.

B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi

Aksara, 2011.

Budiningsih, Asri. Pembelajaran Moral, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004.

Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000.

Dian Andayani dan Abdul Majid. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004). Bandung:

Remaja Rosda Karya. 2005.

Dicky Mardiansyah, Peningkatan Partisipasi Peserta didik Melalui Metode

Problem Based Learning (PBL) Mata Pelajaran PKN Kasus

Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakan HAM di Indonesia pada

Peserta didik Kelas VIII F SMP N 1 Badegan tahun Pelajaran

2011/2012. Skripsi jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012.

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Donni Juni Priansa, Euis Karwati. Manajamen Kelas (Classroom

Management), Bandung: Alfabeta, 2015.

Fakhruddin, Asef Umar. Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: Diva Press,

2010.

Fathur Rahman, Muhammad. Model-model Pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015.

Hadist riwayat Muslim, No. 2699.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi

Aksara,2008.

H. Ahmad, Rusdiana. Kebijakan Pendidikandari Filosofi ke Inplementasi.

Bandung: Pustaka Setia. 2015.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/download/1661/1063.

Diakses pada 04 Oktober 2019

http://eprints.ums.ac.id/26665/2/04.BAB_I.pdf

http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/

115. Diakses pada 24 November 2018.

http://www.ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/ekonomi/article/viewFile/144/

115. Diakses pada 04 November 2019

https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciri-ciri-

kelebihan-kekurangan-langkah/. Diakses pada 01 November 2019.

http://novyekopermono.blogspot.com/2013/11/pengantar-mapel-pai-dan-

budi-pekerti.html.

Ika Berdiati, dan Asis Saefuddin. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014.

Kompri. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT

Rosda Karya.2016.

lampiran UU No. 20 tahun 2003.

Lilis Satriani. " Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq

kelas VIII di MTs Negeri Ma'rang Pangkep". Diakses pada tanggal 24

Desember 2018 dari http://repositori.uin-

alauddin.ac.id/8181/1/LILIS%20SATRIANI.pdf. Diakses pada 24

November 2018.

Muhibbin, Syah. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2004.

Makmum, Syamsudin, Abin. Psikologi Kependidiakan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2002.

Mudjiono, Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.2013.

Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana. 2009.

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2017.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2006. 17.

Ratna Mayangsari, "Peningkatan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar

Memilih Bahan Baku Busana dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Team Game Tournament) Di SMK N 6 Yogyakarta".

Diakses pada tanggal 23 Desember 2018 dari

https://eprints.uny.ac.id/32804/1/Ratna%20Mayangsari%2007513241

014.pdf. Diakses pada 24 November 2018.

Rohmah, Noer. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2012.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2001.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali.2014.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Kurikulum

KTSP, Jakarta: Kencana. 2010.

Shoim, Aris. 68 Model Pebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2014.

Suyanto. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta.

1997

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar,

Jakarta: Kencana, 2013.

Supardi, Suhardjono, Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas,

Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2016.

Wawancara, pada tanggal 24 November 2019. pukul 09.30 WIB

Warsono, Hariyanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2014.

Yunus, H. Mahmud. Kamus Arab Indonesiam Jakarta: PT. Hidakarya

Agung .1972.