IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR...

12
Implementasi LKS IPA Terpadu Berorientasi Guided Discovery IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI Dyah Puspita Sari 1) , Harun Nasrudin 2) , dan Dyah Astriani 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. 2) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA. 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir ilmiah, sikap ilmiah, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas psikomotor siswa, dan respons siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan menerapkan Lembar Kegiatan Siswa berorientasi guided discovery pada tema Es Lilin di SMPN 1 Mojosari. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre eksperimental design yang hanya memberi perlakuan pada satu kelas saja yaitu kelas VIII B. Berdasarkan hasil perhitungan analisis pada uji normalitas diperoleh L o (0,1250) < L tabel (0,1565), ini berarti bahwa sampel yang digunakan berdistribusi normal. Setelah dilakukan penerapan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery, dilakukan postest untuk mengetahui keterampilan berpikir ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif produk. Keterampilan berpikir ilmiah siswa mengalami peningkatan. Pada saat pretest hanya 41% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 62, dan meningkat pada saat postest menjadi 87% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 83. Perbedaan hasil pretest dan postest dikatakan signifikan, dibuktikan dengan uji t diperoleh t hitung (11,96) > t tabel (1,684) dengan taraf signifikan α = 0,05. Sikap ilmiah siswa pada pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 75,6 dengan kriteria kuat dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 86,9 dengan kriteria sangat kuat. Keterlaksanaan pembelajaran berlangsung efektif, ditunjukkan dari peningkatan skor rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 3,48 dengan kriteria cukup baik dan meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3,58 dengan kriteria baik. Aktivitas psikomotor siswa menunjukkan ketuntasan secara klasikal dengan nilai rata-rata 78,4 dan kriteria kuat. Siswa memberikan respons yang sangat baik terhadap pembelajaran dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery, dengan persentase siswa yang memberikan jawaban positif adalah 94,96%. Kata Kunci: Lembar Kegiatan Siswa IPA terpadu berorientasi guided discovery, keterampilan berpikir ilmiah, sikap ilmiah. Abstract The aims of this research are to describe the scientific thinking skills, scientific attitudes, completeness of learning, students psychomotor activity, and the response of the students on integrated science learning by applying student worksheet oriented to guided discovery on the theme Es Lilin in SMPN 1 Mojosari. This research was pre experimental research design which only gave treatment to one class only that is a class VIII B. Based on the analysis of the calculation results obtained L o (0.1250) < L tables (0.1565), this means that the 44

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DYAH PUSPITA SARI

Transcript of IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR...

Page 1: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Implementasi LKS IPA Terpadu Berorientasi Guided Discovery

IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH

SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Dyah Puspita Sari 1), Harun Nasrudin 2), dan Dyah Astriani 3)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA.2) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir ilmiah, sikap ilmiah, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas psikomotor siswa, dan respons siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan menerapkan Lembar Kegiatan Siswa berorientasi guided discovery pada tema Es Lilin di SMPN 1 Mojosari. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre eksperimental design yang hanya memberi perlakuan pada satu kelas saja yaitu kelas VIII B. Berdasarkan hasil perhitungan analisis pada uji normalitas diperoleh Lo (0,1250) < Ltabel (0,1565), ini berarti bahwa sampel yang digunakan berdistribusi normal. Setelah dilakukan penerapan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery, dilakukan postest untuk mengetahui keterampilan berpikir ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif produk. Keterampilan berpikir ilmiah siswa mengalami peningkatan. Pada saat pretest hanya 41% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 62, dan meningkat pada saat postest menjadi 87% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 83. Perbedaan hasil pretest dan postest dikatakan signifikan, dibuktikan dengan uji t diperoleh thitung (11,96) > ttabel (1,684) dengan taraf signifikan α = 0,05. Sikap ilmiah siswa pada pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata 75,6 dengan kriteria kuat dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 86,9 dengan kriteria sangat kuat. Keterlaksanaan pembelajaran berlangsung efektif, ditunjukkan dari peningkatan skor rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 3,48 dengan kriteria cukup baik dan meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3,58 dengan kriteria baik. Aktivitas psikomotor siswa menunjukkan ketuntasan secara klasikal dengan nilai rata-rata 78,4 dan kriteria kuat. Siswa memberikan respons yang sangat baik terhadap pembelajaran dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery, dengan persentase siswa yang memberikan jawaban positif adalah 94,96%.

Kata Kunci: Lembar Kegiatan Siswa IPA terpadu berorientasi guided discovery, keterampilan berpikir ilmiah, sikap ilmiah.

AbstractThe aims of this research are to describe the scientific thinking skills, scientific attitudes, completeness of learning, students psychomotor activity, and the response of the students on integrated science learning by applying student worksheet oriented to guided discovery on the theme Es Lilin in SMPN 1 Mojosari. This research was pre experimental research design which only gave treatment to one class only that is a class VIII B. Based on the analysis of the calculation results obtained Lo (0.1250) < Ltables (0.1565), this means that the sample used is normally distributed. After the application of student worksheet oriented to guided discovery, conducted postest to determine scientific thinking skills of students and learning outcomes of cognitive products. Scientific thinking skills of students has increased. At the time of pretest only 41% of students who completed with an average value of 62, an increased as the postest to 87% of students who completed with an average value of 83. Pretest and postest differences in results significantly said, evidenced by the t-test obtained tcount (11.96) > ttable (1.684) with significance level α = 0.05. Scientific attitude of students at the first meeting obtained an average value of 75.6 with strong criteria and increased to 86.9 in the second meeting with a very strong criterion. Completeness of learning is effective, shown by an increase in the average score of 3.48 at the first meeting with fairly good criteria and increased in second meeting of 3.58 with good criteria. Students psychomotor activity demonstrate completeness classically with an average value of 78.4 and a strong criteria. Students respond very well to learning by implementing an integrated science integrated student worksheet oriented to guided discovery, with the percentage of students who gave a positive answer is 94.96 %.

Keywords : an integrated science student worksheet oriented to guided discovery, scientific thinking skills, scientific attitudes.

PENDAHULUAN

44

Page 2: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 44-50. ISSN: 2252-7710

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, yaitu proses pembelajaran yang sampai saat ini masih cenderung teacher-centered (berpusat pada guru) sehingga siswa menjadi pasif. Siswa tidak diberi peluang untuk berkembang dan berpikir ilmiah karena siswa hanya terpaku pada materi yang diajarkan guru tanpa menelaah lebih dalam lagi, yang intinya siswa hanya menelan bulat-bulat informasi yang didapatkan dari gurunya.

Hasil observasi lapangan pada tanggal 11 Maret 2013 di SMP Negeri 1 Mojosari, diketahui bahwa pembelajaran IPA terpadu belum diterapkan dengan baik, karena belum adanya tenaga pengajar yang mampu mengajar mata pelajaran sains yang mencakup fisika, kimia, dan biologi. Proses pembelajaran cenderung menekankan pada aspek kognitif saja yaitu kurangnya kegiatan praktikum yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep materi yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena guru lebih terfokus pada ketercapaian materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar siswa lebih banyak mendengarkan materi yang diajarkan oleh guru, dan belum mengajak siswa untuk aktif belajar secara mandiri. Sehingga siswa menjadi kurang terlihat aktif dalam pembelajaran. Padahal menurut Sumaji (2009), pembelajaran IPA pada tingkat SMP hendaknya mampu mengembangkan minat, keterampilan proses, dan produk IPA. Proses pembelajaran hendaknya menekankan pada penerapan keterampilan dan produk kepada situasi kehidupan siswa, sehingga memungkinkan mereka memeriksa isu sosial di masyarakat yang memiliki dasar IPTEK. Menurut guru IPA hasil belajar yang didapat siswa masih banyak yang belum mencapai ketuntasan minimal sebesar 75 yang telah ditetapkan sekolah. Sedangkan ketuntasan secara klasikal yang diperoleh sebesar 69%. Hasil persentase tersebut ditentukan sebelum diberikan remedial kepada siswa.

Salah satu cara agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Dengan berorientasi pada guided discovery siswa akan lebih aktif, karena dalam proses pembelajaran siswa akan menemukan sendiri konsep materi IPA yang dipelajarinya melalui bimbingan dari guru dengan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran guided discovery merupakan model pembelajaran

yang mengajak siswa berperan secara aktif untuk melakukan kegiatan penemuan sehingga siswa menemukan sendiri ide-ide dan merumuskan konsep-konsep (Bruner dalam Nur, 2008). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berorientasi guided discovery adalah LKS yang dikemas dengan menyesuaikan sintak-sintak yang ada dalam model pembelajaran guided discovery. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan suatu petunjuk praktikum yang akan dilaksanakan siswa dan mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran (Prastowo, 2011). Sehingga dengan LKS berorientasi guided discovery ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah implementasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berorientasi guided discovery pada tema Es Lilin terhadap keterampilan berpikir dan sikap ilmiah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Mojosari? Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan keterampilan berpikir ilmiah, sikap ilmiah, keterlaksanaan pembelajaran IPA, aktivitas psikomotor siswa, dan respons siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan menerapkan Lembar Kegiatan Siswa berorientasi guided discovery pada tema Es Lilin di SMP Negeri 1 Mojosari.

Para ahli kognitif-konstruktivis (Arends, 1997) berpendapat bahwa siswa dari segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membengun pengetahuan mereka sendiri. Siswa mengkonstruksi atau membangun pengetahuan, konsep, dan informasi yang diterima secara mandiri dan bermakna. Teori konstruktivis memandang siswa mempunyai keterlibatan dalam pembelajaran sehingga diperlukan peran yang lebih aktif bagi siswa. Jean Piaget berpendapat bahwa pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan juga tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan (action). Perkembangan pengetahuan anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan membentuknya, seseorang tidak akan mempunyai pengetahuan (Suparno, 2011)

Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran

45

Page 3: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Implementasi LKS IPA Terpadu Berorientasi Guided Discovery

dalam bentuk hasil belajar. Dari seluruh informasi yang masuk sebagian diteruskan ke memori jangka pendek, sebagian lain hilang dalam sistem. Informasi di dalam memori jangka pendek dapat dikode untuk selanjutnya disimpan dalam memori jangka panjang (Suprihatiningrum, 2013). Jika siswa berperan secara aktif dalam suatu pembelajaran, maka siswa akan lebih mudah dalam mengkode suatu informasi untuk proses penyimpanan ke memori jangka panjang. Sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami suatu konsep dan pemanggilan kembali informsi tersebut saat dibutuhkan.

Ausubel mengemukakan bahwa belajar bermakna (meaningfull learning), merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Yamin, 2013). Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terajdilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi baru itu dengan stuktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.

Melalui pembelajaran IPA terpadu dengan tema Es Lilin diharapkan mampu meningkatkan efisien dan efektivitas pembelajaran IPA, serta siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Tipe keterpaduan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe jaring laba-laba (webbed) yang menggunakan pndekatan tematik dengan menentukan tema terlebih dahulu (Mitarlis dan Mulyaningsih, 2009). Kemudian mengembangkan sub tema dengan memperhatikan keterkaitan antar bidang studi.

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang sistematis yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan atau jawaban suatu pertanyaan. Langkah-langkah dalam metode ilmiah meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menyajikan data, menganalisis data, kemudian menarik simpulan (Ibrahim, 2010). Di dalam metode ilmiah orang menggunakan cara berpikir ilmiah, jadi di dalam penelitian digunakan cara berpikir ilmiah. Keterampilan berpikir ilmiah merupakan proses mental dengan melakukan kegiatan ilmiah menggunakan prosedur atau cara yang sistematis dan berdasarkan fakta (Narbuko dan Achmadi, 2005).

Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti saat melalui proses penelitian (Mitarlis dan Mulyaningsih, 2009).

Dalam pembelajaran sikap ilmiah siswa sangat diperlukan, karena dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik, sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan, dimana siswa diharapkan mampu aktif dan berpikir secara ilmiah dalam pembelajaran. Agar mampu bekerja secara ilmiah, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, bisa dipertanggungjawabkan, serta dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan seorang ilmuwan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah, maka setiap ilmuwan harus mengembangkan sikap ilmiah.

METODERancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest design. Yang dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010)Keterangan :O1 = pretest (sebelum perlakuan)X = perlakuan (pembelajaran dengan

implementasi LKS berorientasi guided discovery)

O2 = postest (setelah perlakuan)

Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Mojosari tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah 32 siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda.

Metode pengumpulan data yang digunakan diantaranya: (1) metode tes yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif keterampilan berpikir ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif produk; (2) metode observasi untuk mengamati aktivitas siswa meliputi aspek afektif dan psikomotor serta memperoleh data keterlaksanaan pembelajaran; (3) metode angket digunakan untuk mendapatkan data respons siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sedangkan instrumen yang digunakan, diantaranya: tes keterampilan berpikir ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif produk, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan angket respons siswa.

Setelah dilakukan pretest, dilakukan uji normalitas untuk melihat sampel yang digunakan telah berdistribusi normal (Sudjana, 2005). Selanjutnya untuk melihat signifikansi perbedaan antara pretest dan postest dengan menggunakan uji t.

46

O1 X O2

Page 4: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 44-50. ISSN: 2252-7710

Rumusan untuk menganalisisnya adalah sebagai berikut:

t= Md

√ ∑ x2 d

N (N−1)(Arikunto,

2010)dengan keterangan :Md = mean dari perbedaan pretest dan postest Xd = deviasi masing-masing subyek ∑x2d = jumlah kuadrat deviasiN = subyek pada sampeld.b. = ditentukan dengan N-1Jika thitung > ttabel, maka ada perbedaan yang

signifikan antara nilai pretest dan postest.

HASIL DAN PEMBAHASANSebelum kegiatan pembelajaran dimulai, dilakukan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa, sehingga dapat dilakukan uji normalitas dari sampel yang digunakan. Sedangkan postest untuk mengetahui keterampilan berpikir ilmiah siswa dan hasil belajar kognitif produk. Soal tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda, yaitu 5 soal keterampilan berpikir ilmiah yang mencakup keterampilan merumuskan masalah, keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan menyajikan data, keterampilan menganalisis data, dan keterampilan menarik simpulan. Serta 15 soal untuk hasil belajar kognitif produk. Berikut adalah grafik hasil pretest dan postest.

Pre-Test Post-Test0%

20%

40%

60%

80%

100%

41%

87%

59%

13%

Keterampilan berpikir ilmiah

Tuntas

Tidak Tuntas

Gambar 1. Diagram hasil pretest dan postest keterampilan berpikir ilmiahDari gambar di atas tampak bahwa

keterampilan berpikir ilmiah siswa meningkat. Saat pretest hanya 41% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 62. Kemudian meningkat saat postest menjadi 87% siswa yang tuntas dengan nilai rata-

rata 83. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah siswa, dapat dilakukan salah satunya dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Ilahi, 2012) bahwa pembelajaran dengan berorientasi guided discovery dinilai sangat efektif dan efisien dalam mendayagunakan keterampilan berpikir ilmiah siswa.

3%

97%

Pretest

Tuntas

Tidak Tuntas

84%

16%Postest

Tuntas

Tidak Tuntas

Gambar 2. Diagram hasil pretest dan postest kognitif produk

Tercapainya ketuntasan hasil belajar kognitif produk baik secara individu maupun klasikal ini dikarenakan dengan pembelajaran berorientasi guided discovery, siswa dapat memperoleh sendiri konsep-konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktikum dalam kelompok sehingga pembelajaran akan lebih bermakna (Yamin, 2013). Siswa akan lebih mudah dalam menyimpan informasi yang diperolehnya ke memori jangka panjang karena siswa berperan secara aktif dalam melakukan percobaan (Suprihatiningrum, 2013).

Berdasarkan hasil pretest dilakukan uji normalitas, dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil perhitungan analisis uji normalitas

L tabel Lo0,1565 0,1250

Sampel dikatakan berdistribusi normal apabila L tabel lebih besar dari Lo (Sudjana, 2005). Dari tabel tersebut L tabel (0,1565) > Lo (0,1250) dengan taraf signifikan α = 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan (kelas VIII B) berdistribusi normal.

47

Page 5: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Implementasi LKS IPA Terpadu Berorientasi Guided Discovery

Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil pretest dan postest. Hasil analisis uji t disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Hasil uji signifikansi pretest dan postest

t tabel t hitung1,684 11,96

Perbedaan hasil pretest dan postest dikatakan signifikan jika t hitung lebih besar dari t tabel. Dari hasil uji signifikansi diketahui t hitung (11,96) > t tabel (1,684) dengan taraf signifikan α = 0,05, maka perbedaan hasil pretest dan postest keterampilan berpikir ilmiah dan hasil belajar kognitif produk dikatakan signifikan.

Selanjutnya ketuntasan masing-masing aspek keterampilan berpikir ilmiah akan disajikan pada diagram berikut.

1 2 3 4 50

20

40

60

80

100

Pretest

Postest

Aspek Keterampilan Berpikir Ilmiah

Pers

enta

se %

Gambar 3. Diagram ketuntasan tiap aspek keterampilan berpikir ilmiah

Keterangan:Aspek 1: Merumuskan masalahAspek 2: Merumuskan hipotesisAspek 3: Menyajikan dataAspek 4: Menganalisis data

Aspek 5: Menarik Simpulan

Berdasarkan diagram di atas, keterampilan merumuskan masalah memperoleh hasil paling rendah dibandingkan dengan aspek keterampilan berpikir ilmiah yang lain. Hal ini dikarenakan siswa masih mengalami kesulitan untuk memunculkan masalah berdasarkan orientasi masalah yang ada. Kurangnya kemampuan siswa untuk merumuskan masalah, disebabkan karena siswa tidak terbiasa dalam merumuskan masalah. Hal ini didukung berdasarkan hasil observasi bahwa siswa jarang

melakukan kegiatan praktikum. Namun secara keseluruhan sudah terjadi peningkatan persentase pada masing-masing aspek keterampilan berpikir ilmiah siswa.

Penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini merupakan aspek afektif siswa selama 2 pertemuan, meliputi jujur, ketepatan waktu bekerja, bekerja sama dalam kelompok, dan memberikan pendapat dalam diskusi. Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata sikap ilmiah siswa.

P-1 P-250

60

70

80

90

100

75.6

86.9

Nila

iGambar 4. Diagram nilai rata-rata sikap

ilmiah siswa

Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa nilai rata-rata sikap ilmiah siswa meningkat dari 75,6 dengan kriteria kuat pada pertemuan 1 menjadi 86,9 dengan kriteria sangat kuat pada pertemuan 2. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa.

Data keterlaksanaan proses pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran. Hasil skor rata-rata penilaian keterlaksanaan pembelajaran akan disajikan dalam diagram berikut.

P-1 P-23.4

3.45

3.5

3.55

3.6

3.48

3.58

Skor

rata

-rat

a

Gambar 5. Diagram penilaian keterlaksanaan pembelajaran

Berdasakan diagram di atas terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil

48

Page 6: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 44-50. ISSN: 2252-7710

pengamatan pertemuan 1 dengan kriteria cukup baik dan pertemuan 2 dengan kriteria baik. Pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kategori baik atau cukup baik (Depdiknas, 2006).

Aktivitas psikomotor siswa dalam penelitian ini antara lain, mengukur volume air dengan gelas ukur, mengukur suhu dengan termometer, dan mengukur waktu pelarutan es lilin dengan stopwatch. Penilaian dilakukan saat siswa melakukan kegiatan praktikum secara bekelompok. Hasil penilaian aktivitas psikomotor siswa dapat digambarkan dalam diagram berikut.

1 2 350

60

70

80

90

100

76.6 79.7 78.9

Aktivitas Psikomotor Siswa

Aspek yang diamati

Nila

i

Gambar 6. Diagram aktivitas psikomotor siswa

Keterangan:Aspek 1: Mengukur volume air dengan gelas ukurAspek 2: Mengukur suhu dengan termometer

Aspek 3: Mengukur waktu pelarutan dengan stopwatch

Pada diagram di atas dapat dilihat bahwa kemampuan psikomotor siswa sudah menunjukkan ketuntasan klasikal, ditunjukkan oleh nilai rata-rata tiap aspek psikomotor ≥75 dengan kriteria kuat. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa siswa secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan praktikum yang dilakukan dalam kelompok masing-masing.

Setelah proses pembelajaran selesai, siswa diberi angket respons untuk mengetahui pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berikut ini merupakan diagram hasil respons siswa:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

20

40

60

80

100

Respons Siswa

Ya (%)

Tidak (%)

Pernyataan ke-

Pers

enta

se

Gambar 7. Diagram hasil respons siswa

Berdasarkan hasil angket yang dibagikan di akhir pembelajaran, siswa memberikan respons yang baik terhadap implementasi LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery. Hal ini terlihat dari tingginya persentase siswa yang memberikan jawaban positif terhadap pernyataan yang diajukan. Menurut pendapat siswa, pembelajaran dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery yang telah dilaksanakan menarik dan menyenangkan. Siswa senang terhadap materi pembelajaran dengan tema Es Lilin, karena masalah yang dimunculkan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memberikan pengetahuan baru bagi siswa. Dari hasil rata-rata respons siswa dengan tanggapan positif 94,69% dapat dinyatakan siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Mojosari memberikan respons yang sangat baik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan implementasi LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery.

PENUTUP

SimpulanBerdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keterampilan berpikir ilmiah siswa setelah diterapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery tema Es Lilin mengalami peningkatan. Pada hasil pretest hanya 41% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 62, dan meningkat saat postest menjadi 87% siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 83. Perbedaan hasil pretest dan postest menunjukkan hasil yang signifikan. Dibuktikan dari hasil uji t yang menunjukkan t hitung

49

Page 7: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Implementasi LKS IPA Terpadu Berorientasi Guided Discovery

(11,96) > t tabel (1,684) dengan taraf signifikan α=0,05.

2. Sikap ilmiah siswa mengalami peningkatan dari pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 75,6 dengan kriteria kuat menjadi 86,9 pada

pertemuan 2 dengan kriteria sangat kuat.3. Keterlaksanaan pembelajaran dengan

menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery tema Es Lilin berlangsung efektif. Ditunjukkan dari peningkatan skor rata-rata pada pertemuan 1 sebesar 3,48 dengan kriteria cukup baik dan meningkat pada pertemuan 2 sebesar 3,53 dengan kriteria baik.

4. Aktivitas psikomotor siswa menunjukkan ketuntasan klasikal, dibuktikan dari nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 78,4 dengan kriteria kuat.

5. Respons siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery sangat baik dengan persentase rata-rata siswa yang memberikan jawaban positif adalah 94,96%.

Saran1. Pada saat melatih keterampilan berpikir ilmah

siswa membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan kegiatan ilmiah. Maka guru hendaknya lebih sering melatih keterampilan berpikir ilmiah siswa dan memberikan peluang bagi siswa untuk menemukan konsep baru secara mandiri.

2. Sebaiknya guru menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar agar siswa tidak merasa malu dan takut untuk bertanya ataupun menyampaikan pendapat di kelas.

3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui sikap ilmiah siswa pada aspek bekerja sama dalam kelompok memperoleh skor paling rendah, maka sikap ilmiah harus dilatihkan secara terus menerus agar siswa lebih terampil.

4. Pada pelaksanaan penelitian ini, terkjadi kendala pada saat observasi untuk mengamati sikap ilmiah dan aktivitas psikomotor siswa saat melaksanakan kegiatan praktikum. Sehingga dibutuhkan jumlah pengamat yang cukup, agar pengamat bisa mengamati aktivitas siswa secara teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, Moh. 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum (General Science) Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction And Manaagement. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahrul. 2007. Sikap Ilmiah. http://ejournal.unri.ac.id/ index.php/JGS/article/download/991/984 diakses pada tanggal 5 November 2013.

Carin, Arthur A. 1993. Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company.

Depdiknas. 2004a. Pedoman Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario Pembelajaran Sekolah Menengah Atas: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. 2006b. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Kurikulum (http://www.puskur.net)

Fogarty, Robin. 1991. How To Integrate The Curicula. New York: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Howe. 1993. Engaging Children In Science. New York: Macmillan Publishing Company.

Ibrahim, Muslimin. 2010. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa University Press.

Illahi, M. Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategi dan Mental Vocational Skill. Yogyakarta: DIVA press.

Kanginan, Marthen. 2002. IPA Fisika untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Karim, Saeful, dkk. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk SMP/MTs/ kelas VIII.Jakarta: PT. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Krisno, Agus, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Mitarlis dan Sri Mulyaningsih. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu. Surabaya: Unesa University Press.

50

Page 8: IMPLEMENTASI LKS IPA TERPADU BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY  UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN SIKAP ILMIAH  SISWA KELAS VIII SMPN 1 MOJOSARI

Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 44-50. ISSN: 2252-7710

Narbuko, C. & Achmadi, A. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nur, Mohamad. & Wikandari, Prima R. 2008. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pedekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.

Prabowo. 2000. Pembelajaran Terpadu. http://edukasi.kompasiana.com/ 2010/10/07/hakikat-pembelajaran-terpadu/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.

Prasodjo, Budi dkk, 2007. IPA Terpadu 1: Yudhistira.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA press.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA press.

Prawesti, Rizqi A. 2013. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berorientasi Guided Discovery untuk Melatih Keterampilan Berpikir Ilmiah pada Pembelajaran IPA Tema Es Lilin. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: FMIPA-UNESA.

Puskur. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta: Puskur.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian cetakan ke VII. Bandung : Alfabeta.

Riyana, Cepi. 2010. Komponen-Komponen Pembelajaran. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19620906198601-AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/ Komponen_Pembelajaran.pdf diakses pada tanggal 21 Desember 2013

Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Subianto, Riska S. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dengan Tema Pembuatan Es Puter di Kelas VIII SMP Negeri 1 Driyorejo. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: FMIPA-UNESA.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumaji, dkk. 2009. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

51