IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY...

166
1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS INTERNASIONAL PADA PERGURUAN TINGGI (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister oleh MALISA CORY WARDANI NIM. 156030300111004 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY...

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS INTERNASIONAL

PADA PERGURUAN TINGGI (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

oleh

MALISA CORY WARDANI NIM. 156030300111004

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

DAFTAR ISI

Halaman BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................11

1.2 Perumusan Masalah….............................................................................22 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................22 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................23

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................25

2.2 Kebijakan Publik…………………………...................................................35 2.3 Implementasi Kebijakan Publik………………………………..…….…....…37

2.3.1 Pengertian Implementasi.................................................................37 2.3.2 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan.............................................43

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Berdasarkan Model George C. Edward III……………………………...…44

2.5 Model Implementasi Kebijakan …………………………….…………….…57 2.6 Kebijakan Program Kelas Internasional………………………..………..…64

BAB III. ANALISIS SETTING SOSIAL 3.1 Gambaran Umum Universitas Brawijaya……..........................................71 3.1.1 Visi.Misi dan Dasar Tujuan Pendidikan Universitas Brawijaya …..71 3.1.2 Profil Universitas Brawijaya…………………………………………..72 3.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya ………...................................................................76 3.2.1 Visi.Misi dan Dasar Tujuan Pendidikan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya …….…………………..………..…….76 3.2.2 Profil Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ………78

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ……………………………………………..…………....…..82 4.2 Fokus Penelitian ………………………..………………………..……....…..84 4.3 Lokasi dan Situs Penelitian …..…………………………………….…….....85 4.4 Sumber Data ………………………………………………………….……....86 4.5 Instrumen Penelitian…………………………………………………...……..87 4.6 Tekhnik Pengumpulan Data ……………………………………………...…88 4.7 Tekhnik Analisis Data………………...…………………………………...….90 4.8 Keabsahan

Data…………………………………………...………...………..91

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional

Universitas Brawijaya……........................................................................93 5.2 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya…………………...................101 5.2.1 Komunikasi…………………………………………………………….109 5.2.1.1 Transmisi……………………………………………....…...110

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

5.2.1.2 Kejelasan………………………………………………..….114 5.2.1.3 Konsistensi……………………………………………..…..118 5.2.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung………………………….…….120 5.2.2.1 Sumber Daya Manusia ……………………………….…..120 5.2.2.2 Anggaran………………………………………………..…..127 5.2.2.3 Informasi dan Kewenangan……………………………....128 5.2.2.4 Sarana dan Prasarana………………………………….…129 5.2.3 Disposisi…………………………………………………………….....132 5.2.4 Struktur Birokrasi………………………………………………...…...136 5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

................................................................145 5.3.1 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya……………...145 5.3.1.1 Komunikasi………………………………………………....145

5.3.1.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung………………….….150 5.3.1.2.1 Sumber Daya Manusia ……………………...…151 5.3.1.2.2 Anggaran…………………………………….…..152 5.3.1.2.3 Informasi dan Kewenangan…………….……...153

5.3.1.2.4 Sarana dan Prasarana…………………….…...154 5.3.1.3 Disposisi………………………………………………….....155

5.3.1.4 Struktur Birokrasi………………………………………..….156 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.............................................…….........................................159

6.2 Saran ..................…………….................................................................160

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga elemen sistem kebijakan menurut Dunn…………………….....37

Gambar 2.2 Direct and Indirect Impacts on Implementation…………….…….....53

Gambar 5.1 Milestone Pencapaian Visi-Misi UB………………………………..…95

Gambar 5.2 Papan Informasi Program Kelas Internasional FEB-UB………..…117

Gambar 5.3 Ruang Laboratorium Komputer Program Kelas Internasional

FEB- UB ……………………………………………………….............130

Gambar 5.4 Loket Bank di Area FEB-UB……………………………………....….132

Gambar 5.5 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB…………….137

Gambar 5.6 Sub Struktur Organisasi Program Kelas Internasional FEB-UB.....138

Gambar 5.7 SOP Admission for Exchange Program Ke Universitas Partner

Program Kelas Internasional FEB - UB…………………………......140

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1. Perkembangan Jumlah Program Studi di UB……………………........75

Grafik 3.2. Perkembangan Jumlah Peminat, Diterima dan Daftar Ulang

(MABA)...............................................................................................76

Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Lulusan UB…………………………………....76

Grafik 3.4 Jumlah Mahasiswa Baru Program Sarjana (S1) FEB-UB …………....80

Grafik 3.5 Jumlah Mahasiswa Baru Program Magister (S2) FEB-UB ………...…80

Grafik 3.6 Jumlah Mahasiswa Baru Program Doktor (S3) FEB-UB………….......81

Grafik 5.1 Sebaran Mahasiswa Asing Berdasarkan Fakultas………………….....96

Grafik 5.2 Sebaran Mahasiswa Berdasarkan Negara Asal…………………….....97

Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Peminat Program S1 Akuntansi Kelas

Internasional FEB-UB…………………………………………………....103

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

6

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu…………………………………..….31

Tabel 2.2 Tahapan Managemen Proses Implementasi………………………..…..56

Tabel 3.1 Fakultas, Vokasi dan Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya……..…74

Tabel 5.1 Penyelenggaraan Program Kelas Internasional pada Universitas

Brawijaya…………………………………………………………………..98

Tabel 5.2. Jadwal Overseas Academic Program (OAP) pada Program Kelas

Internasional FEB-UB………………………………………………......106

Tabel 5.3. Daftar Universitas Partner untuk Program Overseas (OAP) pada

Program Kelas Internasional FEB-UB …………………………….....107

Tabel 5.4 Susunan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB…......121

Tabel 5.5 Kualifikasi Pendidikan Tim Pelaksana Unit Program Internasional

FEB-UB…………………………………………………………….......…124

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

7

Ringkasan

Malisa Cory Wardani, Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, “Implementasi

Kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)” ; Komisi Pembimbing;

Ketua: Dr. Bambang Santoso Haryono, MS, Anggota Dr. Alfi Hariswanto, S.AP,

M.AP, MMG

Kelas internasional merupakan salah satu program dari Universitas

Brawijaya sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang terkemuka dalam rangka World

Class University serta menjadi visi-misinya sebagai universitas unggul berstandar

Internasional dan berdaya saing ASEAN. Dengan sudah berjalannya Program

Kelas Internasional pada beberapa Fakultas di Universitas Brawijaya sejak tahun

2006 hingga saat ini, sementara beberapa Fakultas yang pada awalnya

bersungguh-sungguh melaksanakan Program Kelas Internasional kini diketahui

tidak lagi melanjutkan Program tersebut. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya merupakan salah satu Fakultas yang masih konsisten

melaksanakan Program Kelas Internasional tersebut hingga saat ini dan terus

melakukan pengembangan dengan membuka Program Kelas Internasional di

setiap jurusannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan

Implementasi Kebijakan Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhinya

berdasarkan teori implementasi kebijakan Edward III antara lain faktor

komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif- deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Tekhnik pengumpulan data dari wawancara,

observasi, dan studi dokumen. Penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Komunikasi yang terjadi selama

ini, baik antara pihak Fakultas dengan mahasiswa banyak menggunakan

komunikasi tidak langsung dikarenakan lebih efektif dan efisien. Namun

komunikasi secara langsung pun rutin dilakukan setiap awal perkuliahan dengan

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

8

mengundang orang tua mahasiswa. 2) Sumber Daya, dukungan sumber daya

pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB baik sumber daya

manusia, sumber daya anggaran, informasi dan kewenangan dan sarana

prasarana sudah cukup memenuhi. Walaupun demikian masih ada beberapa

kekurangan seperti jumlah sumber daya manusia yang perlu ditambah. 3)

Disposisi dinilai dari tingkat kepatuhan pelaksana kebijakan dan tingkat

kepatuhan mahasiswa. Kepatuhan pelaksana kebijakan (aktor kebijakan) dinilai

sudah bagus. Sejalan dengan pelaksana kebijakan, kepatuhan mahasiswa juga

dinilai baik karena sikap mendukung mereka dalam Kebijakan Program Kelas

Internasional. 4) Struktur Birokrasi, dinilai dari ketersediaan SOP Internal terkait

pelaksanaan Kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB serta

Fragmentasi. Unit Program Internasional FEB-UB memiliki SOP yang lengkap

yang mengatur alur-alur kerja pelayanan pada Program Kelas Internasional.

Terkait pola hubungan kerja dan pembagian tugas (Fragmentasi), Unit Program

Kelas Internasional FEB-UB memiliki pola hubungan kerja yang baik dan sesuai

dengan bidangnya masing-masing.

Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Kelas Internasional, Perguruan Tinggi

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

9

Summary

Malisa Cory Wardani, Bambang Santoso, Alfi Hariswanto, Master of Arts

in Higher Education, Faculty of Administrative Science, “Policy Implementation Of

International Undergraduate Program in Indonesia's Higher Education System: A

Study at Faculty of Economics and Business University of Brawijaya”

This study aims to find out the success of policy implementation of

international undergraduate program at at Faculty of Economics and Business

University of Brawijaya (FEB-UB) by analyzing the influencing factors based on

the theory of policy implementation Edward III, among others communication

factor, resource, disposition and bureaucratic structure. This was qualitative

descriptive research (case studies).

The data were collected from interview, observation, and document study.

This study was conducted at at Faculty of Economics and Business University of

Brawijaya (FEB-UB).

The result of the study shows that: 1) Communication happens along this

time both between Faculty and students mostly uses indirect communication

since it feels more effective and efficient. However, direct communication is a

routine activity at the first year by inviting parents. 2) Resource, support of

international undergraduate program policy's executing agent at FEB-UB both

human resources, budgetary resources, information and authority and facility and

infrastructure is sufficient. But then there are several deficiencies like an amount

of human resources needs to be added. 3) Disposition is measured from the

policy's executing agent and student level of obedience. Policy's executing agent

is measured to have been good. In line with the policy's executing agent,

students' obedience is also measured to be good since their support in the policy

of international undergraduate program. 4) Bureaucratic structures are measured

from the availability of internal Standard Operating procedure (SOP) connected to

the policy implementation of international undergraduate program at FEB-UB and

its fragmentation. FEB-UB's international program unit has a complete SOP that

rules plots of service performance at international undergraduate program.

Coupled with the pattern of work relationship and distribution of duties

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

10

(fragmentation), FEB-UB's international undergraduate program unit has good

pattern of work relationship and is suitable for its respective field.

Keywords: Policy Implementation, International Undergraduate Program, Higher Education

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

IDENTITAS PENGUJI

1. Nama : BAMBANG SANTOSO HARYONO, Dr. MS

NIP : 19610204 198601 1 001

Golongan : IV/b

Pangkat : Pembina Tingkat I

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

2. Nama : ALFI HARISWANTO, SAP., MAP. MMG

NIP : 19810601 200501 1 005

Golongan : III/b

Pangkat : Penata Muda

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

3. Nama : TJAHJANULIN DOMAI, Dr., MS.

NIP : 19531222 198010 1 001

Golongan : IV/c

Pangkat : Pembina Utama Muda

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

4. Nama : CHOIRUL SALEH, Dr., M.Si

NIP : 19600112 198701 1 001

Golongan : IV/c

Pangkat : Permbina Utama Muda

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ditujukan hanya kepada Allah SWT yang telah memberi

petunjuk, karunia, pertolongan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis dengan judul “ Implementasi Kebijakan Program Kelas

Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya) “.

Dengan selesainya penulisan Tesis ini, penulis mengucapkan rasa hormat

dan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tesis ini kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, Rektor Universia

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh
Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ditujukan hanya kepada Allah SWT yang telah memberi

petunjuk, karunia, pertolongan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis dengan judul “ Implementasi Kebijakan Program Kelas

Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya) “.

Dengan selesainya penulisan Tesis ini, penulis mengucapkan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tesis ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, Rektor Universitas Brawijaya Malang

beserta segenap jajarannya atas kesempatan dan fasilitas pendidikan yang

diberikan selama menempuh pendidikan di Program Studi Magister

Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang.

2. Bapak Prof. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama

penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Magister Manajemen

Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

3. Bapak Dr. Bambang Santoso H, MS selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan dengan sabar sehingga saya bisa

menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Alfi Hariswanto, SAP, MAP, MMG selaku anggota pembimbing

yang telah memberikan masukan dan bimbingan serta dukungan moril selama

proses penyusunan tesis.

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5. Bapak Dr. Tjahjanulin Domai, MS selaku penguji I dan Bapak Dr. Choirul

Saleh, M.Si selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan

arahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, M.Kes, Sp.ParK selaku Wakil Dekan II

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang yang telah memberikan

dukungan moril maupun material selama saya menempuh pendidikan di

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

7. Bapak Dr. dr. Sri Poeranto, M.Kes, Sp.ParK selaku Kepala Laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang beserta staf

jajarannya (dr. Sudjari, dr. Aswin, dr. Mahono, dr. Dearikha, dr. Yulia, dr.

Aulia, dr. Rivo, Mbak Heni dan Pak Budi) yang telah memberikan kesempatan

serta dukungan moril selama saya menempuh pendidikan di Program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang.

8. Ayahanda H. Safuan, SH serta Ibunda Hj. Lilik Rusiati, SPd serta seluruh

keluarga atas dukungan, tuntunan serta doanya yang selalu mengalir untuk

putri tercintanya ini hingga menyelesaikan tesis.

9. Yang tercinta suami Lukman Hidayat, ST serta ananda Sulthan Daffa Ash-

Shofwan Hidayat atas segala kasih sayang, pengorbanan, pengertian serta

dukungan yang tiada henti. Tesis ini kupersembahkan untuk Suami dan Anak-

anakku tercinta, i love you.

10. Segenap Bapak dan Ibu dosen pengajar, terima kasih atas ilmu yang

diberikan dan dukungan morilnya baik langsung maupun tidak langsung

selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Magister Manajemen

Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

11. Teman-teman Magister Manajemen Pendidikan Tinggi angkatan 2015

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang (Mia, Mbak Lisa,

Mbak Yani, Mas Udin, Mas Coy, Nug, Mbak Ike, Mbak Ana, Mbak Prita, Mas

Shofi dan Rico) yang banyak membantu, memotivasi dan bekerjasama

selama kami menempuh pendidikan Magister Manajemen Pendidikan Tinggi

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang

membangun. Semoga karya tesis ini dapat menambah wawasan dan manfaat bagi

ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Malang, 17 Juli 2017

Penulis

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh
Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang

paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman “(QS. Ali Imron: 39)

“Sungguh, kesukaran itu pasti ada kemudahan. Oleh karena itu, jika kamu telah selesai dari suatu

tugas, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu

memohon dan mengharap “ (QS. Al Insyiroh: 6-8)

MAN JADDA WAJADA

Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA

Siapa yang bersabar pasti beruntung

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan

By: Malisa Cory Wardani

M . O . T . T . O

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

trtr

trtr

PERNYATAANORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar_benarnya bahwasepanjang pengetahuan saya, didaram Naskah rEsrs ini tidakterdapat karya irmiah yang pernah diajukan oreh orang rainuntuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan Tinggi,dan tidak terdapat karya atau pendaOat yang pernah ditulis atauditerbitkan oreh orang rain, kecuari yang secara terturis dikutipdalam nask;.,h ini dan disebutkan daram sumber kutipan dandaftar pustaka

Apabila ternyata d:daram Naskah rESrs ini dapatdibuktikan terdapat unsur-unsur pLAGrASr, sa){a bersediaTESIS ini digugurkair dan gerar akademik yang terah sayaperoleh (MAGlsrER) dibatalkan, serta cliproses sesuai denganperaturan perundang-undangan yang buriaku. (UU No. 20

Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 clan pasal ZC)

Maiang, 13 Juni2017

llahasiswa,

J\r

w

NamaNIMPS

Malisa Cory Wardani1 56030300111004Magister ManajemenPendidikan Tinggi FIA UB

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

RIWAYAT HIDUP

Malisa Cory Wardani, lahir di Malang, 9 Maret 1986

anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak H.

Safuan, SH dan Ibu Hj. Lilik Rusiati, SPd. Lulus SD

Negeri Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Malang tahun

1998, Lulus SLTP Negeri 3 Malang tahun 2001 dan

Lulus SMA Neheri 8 Malang tahun 2004.

Melanjutkan Pendidikan S1 Ilmu Gizi Fakultas

Kedokteran di Universitas Brawijaya, lulus tahun 2008. Pada tahun 2015

mengambil Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Selama tahun 2011 sampai sekarang

bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah hal yang wajib didapatkan dan ditempuh oleh setiap

manusia di dunia ini. Karena dengan pendidikan manusia mampu menghadapi

masalah dan tantangan hidup yang akan mereka hadapi. Besarnya tantangan

hidup juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh

setiap manusia tersebut. Jika manusia memiliki tingkat pengetahuan yang

memadai maka manusia tersebut diharapkan akan lancar dalam menghadapi

masalah hidupnya, akan tetapi sebaliknya jika manusia tidak memiliki

pengetahuan dan kemampuan maka akan menghadapi masalah dalam

memecahkan permasalahan yang akan dia hadapi.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kapasitas Sumber Daya

Manusia yang banyak. Namun dalam pengelolaan Sumber Daya Manusianya,

Indonesia masih sangat jauh tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia,

Thailand, Filipina, dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan

Indonesia masih rendah dan fasilitas yang tidak memadai sehingga

mengakibatkan kualitas tenaga kerja yang rendah, pengangguran meningkat,

produktivitas menurun, serta daya saing rendah untuk mampu menghadapi

persaingan diantara tenaga kerja baik dari dalam negeri maupun diluar negeri.

Oleh karenanya perlu upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan seluruh rakyat

Indonesia.

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat

(1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar manusia agar dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan

merupakan suatu proses yang berperan membentuk peserta didiknya menjadi

sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, produktif, kreatif,

mandiri, unggul dan berakhlak mulia sebagai aset bangsa dalam menyukseskan

pembangunan nasional. (UU Sisdiknas Tahun 2003).

Apabila kita sudah mampu meningkatkan taraf pendidikan, maka dengan

sendirinya Indonesia mampu berkompetisi di segala bidang dengan negara lain.

Kompetisi dengan negara lain ini tentu juga berlaku di dunia perguruan tinggi.

Perguruan tinggi di Indonesia sebagai salah satu the drive of the national

development bertanggungjawab untuk memproduksi lulusan yang memiliki

wawasan serta keterampilan yang dalam dan luas baik lokal, nasional, dan

internasional serta mampu untuk berkompetisi dengan dengan lulusan

universitas negara lain. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tertinggi

diharapkan dapat berkontribusi sebagai penyedia Sumber Daya Manusia terdidik

dan berkualitas

Untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi Indonesia dengan

perguruan tinggi luar negeri, kita perlu memperhatikan peningkatan kualitas

perguruan tinggi secara serius. Salah satu cara agar peningkatan kualitas

perguruan tinggi ini bisa tercapai dengan lebih cepat adalah dengan menjalin

kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri yang mempunyai reputasi baik.

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang

dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Pendidikan tinggi diselenggarakan

melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan belajar

mandiri. Penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi diselenggarakan

dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial

dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dilakukan dengan tetap memperhatikan

kekhususan perguruan tinggi yang bersangkutan sehingga warga negara asing

dapat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi seperti yang termaktub dalam

Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.

Sejalan dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi , tantangan pada era

globalisasi saat ini telah memasuki babak baru dengan perkembangan di

bidang.pendidikan global yang ditandai dengan “internasionalisasi pendidikan”.

Internasionalisasi perguruan tinggi didefinisikan sebagai sebuah proses di

perguruan tinggi yang mengintegrasikan komponen internasional ke dalam

tujuan, fungsi atau penyampaian pendidikan termasuk pengembangan kurikulum

dan inovasinya; pertukaran dosen dan mahasiswa, pengembangan dan

perluasan program studi; pemanfaatan bantuan teknologi untuk pembelajaran,

pelatihan budaya, pendidikan untuk mahasiswa internasional; dan

penelitian/publikasi bersama. Melalui kerjasama dengan perguruan tinggi luar

negeri, perguruan tinggi di Indonesia dapat saling mempengaruhi dalam banyak

hal, hingga ke peningkatan kualitas talent akademik, student, prestige teaching,

riset, dan sumber daya lainnya.

Pemerintah telah mengatur kerjasama perguruan tinggi dalam Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/U/1999

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4

bahwa kerjasama perguruan tinggi bertujuan untuk saling meningkatkan dan

mengembangkan kinerja pendidikan tinggi dalam rangka memelihara, membina,

memberdayakan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian. Kerjasama perguruan tinggi dapat meliputi kegiatan pengelolaan

perguruan tinggi, pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat.

Kelas internasional merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan

tinggi luar negeri dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan

tinggi tersebut dalam menghadapi tantangan pendidikan global serta

menciptakan individu yang benar-benar berkualitas serta mampu bersaing di

dunia internasional. Hal tersebut mempunyai landasan yang kuat sebagaimana

yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat (3), pemerintah dan/atau pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada

semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang

bertaraf internasional.

Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada Keputusan

Direktur Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor

61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk kerjasama perguruan tinggi di Indonesia

dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain di Luar Negeri dalam satuan kegiatan

pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar menukar dosen dan

mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3) Pemanfaatan

sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit. Program

kembaran adalah program kerjasama antara perguruan tinggi dimana perguruan

tinggi asing dan perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan program studi

yang sama dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan bersama sehingga

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5

lulusannya selain memenuhi persyaratan perguruan tinggi di Indonesia juga

diakui oleh lembaga perguruan tinggi asing tersebut. Sedangkan Alih kredit

adalah program yang masing-masing perguruan tinggi mengakui kredit yang

diperoleh melalui kegiatan akademik yang dilakukan di perguruan tingginya.

Nilai lebih kelas internasional bila dibandingkan dengan kelas reguler adalah

pertama, menghasilkan lulusan yang memiliki kepribadian yang kuat, kreatif dan

berkemampuan nalar tinggi, serta memiliki kemampuan dalam menghadapi

tantangan era globalisasi. Kedua, lulusan dapat bersaing di dunia kerja dalam

dan luar negeri dengan ijazah yang mendapat pengakuan internasional.

Mengingat nilai lebih tersebut maka minat masyarakat terhadap program Kelas

Internasional ini begitu besar, berpotensi menimbulkan praktik –praktik dari

sebagian perguruan tinggi yang memaksakan diri membuka kelas internasional

padahal mereka belum mampu.

Adanya kelas internasional dalam suatu perguruan tinggi banyak mengalami

pro dan kontra, meskipun hal tersebut adalah wajar. Sebenarnya bisa dengan

menggali dari tujuan dan kesiapan pelaksana program tersebut. Apakah tujuan

yang akan dicapai bisa direalisasikan dengan sederetan usaha yang akan

dilaksanakan. Kemudian dengan kesiapan pelaksana, jika dalam suatu

perguruan tinggi adalah dari unsur Sumber Daya Manusia dan sarana dan

prasarana yang memadahi.

Sumber daya manusia di perguruan tinggi adalah dosen, mahasiswa, dan

staf administrasi dari ketiga unsur tersebut harus semuanya bersinergis dan

memiliki komitmen bersama untuk mewujudkan program yang dirancang. Dari

unsur dosen atau staf pengajar, mereka harus mempersiapkan diri dari empat

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

6

kompetensi yang harus mereka miliki, baik kompetensi pedagogis, sosial,

kepribadian dan profesional. Sebagai contoh perkuliahan bilingual, atau

penggunaan bahasa indonesia dan bahasa inggris dalam penyampaian mata

kuliahnya. Dari unsur tersebut setiap dosen juga harus mampu melaksanakan,

tidak hanya sekedar tataran english day atau dalam presentasinya menggunakan

bahasa inggris akan tetapi untuk membiasakan diri maka setiap saat harus

menggunakan bahasa inggris tersebut. Dari pihak staf administrasi juga harus

mengaplikasikannya, semua dituntut berkomunikasi dengan bahasa inggris, dan

pelayanan yang optimal kepada mahasiswa.

Penggunaan bahasa inggris dalam pelaksanaan kelas Internasional telah

diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 264/U/1999 bahwa bahasa Inggris dapat dipergunakan sebagai bahasa

pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebanyak-banyaknya 50%

jumlah sks dari beban studi. Penyelenggaraan pendidikan para program sarjana

dan program diploma yang menggunakan bahasa asing diwajibkan memasukkan

pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum yang digunakan sekurang-

kurangnya 4 (empat) sks.

Sarana dan prasarana yang ada juga harus mendukung, baik sisi kualitas

maupun kuantitas. Bidang yang paling mencolok dalam kelas internasional

adalah sistem informasi (IT) sangat dibutuhkan oleh seluruh warga dalam kelas

internasional tersebut (baik dosen, staf administrasi maupun mahasiswa).

Seluruh komponen saling mempengaruhi dalam usaha mewujudkan kelas

internasional dalam suatu perguruan tinggi, jadi tidaklah mudah suatu perguruan

tinggi untuk mampu membuka kelas internasional yang mampu bersaing dalam

kawasan internasional.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

7

Universitas Brawijaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri

terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1963 dengan kampus

utamanya terletak di kota Malang, Jawa Timur. Sesuai amanat Undang-Undang

Pendidikan Tinggi (UUPT) No. 12 tahun 2012, Universitas Brawijaya mempunyai

kewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat yang memiliki daya saing baik di tingkat nasional maupun di tingkat

internasional. Untuk mengimplementasikan amanat UUPT 12 tahun 2012,

Universitas Brawijaya telah berperan aktif dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni, serta mempunyai andil besar dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa, mengatasi berbagai persoalan bangsa,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memelihara kelestarian

lingkungan dan budaya. Universitas Brawijaya juga telah banyak menjalin

kerjasama dengan berbagai institusi di dalam maupun luar negeri dalam upaya

mewujudkan visi dan misi yang diembannya (RENSTRA UB, 2015)

Universitas Brawijaya dalam menghadapi tantangan pendidikan global

mencoba untuk melakukan Internasionalisasi pendidikan dengan

mengintegrasikan komponen internasional ke dalam tujuan, fungsi atau

penyampaian pendidikan termasuk pendidikan untuk mahasiswa internasional,

maka langkah yang dilakukan adalah dengan membuka Program Kelas

Internasional yang diawali oleh Fakultas Kedokteran kemudian Fakultas Ilmu

Administrasi pada tahun 2007 diikuti oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di tahun

berikutnya.

Program Kelas Internasional Fakultas Kedokteran sudah berjalan sejak tahun

2006 yang berhasil merekrut 21 Mahasiswa asal Malaysia. Mahasiswa yang

mengikuti Program Kelas Internasional adalah mahasiswa Program Pendidikan

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

8

Dokter hasil seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Internasional) &

SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah). Namun sejak tahun 2016 Program

Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran ditiadakan dan menjadi kelas

Reguler. Keberhasilan dalam mengimplementasikan suatu kebijakan

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward

III dikutip dalam buku Public Policy, Riant Nugroho (2009) menegaskan bahwa

ada 4 faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

implementasi. Empat variable itu adalah: a) Komunikasi; b) Sumber Daya; c)

Disposisi; d) dan Struktur Birokrasi.

Penyebab kegagalan implementasi kebijakan Kelas Internasional di Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya menurut teori Edward III yaitu, pertama faktor

komunikasi adanya ketidakjelasan petunjuk dalam implementasi kebijakan dari

pembuat kebijakan, tidak adanya standard baku pedoman akademik untuk

Program Kelas Khusus Internasional dari pihak Universitas menyebabkan

berbagai penafsiran bagi para pelaksana. Kedua, faktor Sumber Daya dalam hal

ini kurangnya sarana dan prasarana yang berstandar Internasional serta tidak

adanya sekretariat khusus yang mengelola Kelas Internasional sehingga

pelaksanaan administratif akademiknya masih bergabung dengan pengelolaan

akademik kelas Reguler. Ketiga, faktor Disposisi kurang adanya kesungguhan

dari implementor dalam melaksanakan Program Kelas Internasional sehingga

strategi pengembangan Program Kelas Internasional kurang jelas. Keempat,

faktor Struktur Birokrasi tidak adanya Standard Operating Procedure (SOP) yang

baku dari pihak Universitas bagi pelaksana kebijakan dalam hal ini pihak fakultas

sehingga implementasi kebijakan tersebut berjalan tidak efektif Implementasi

merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena ada banyak faktor yang

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

9

dapat memberikan pengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan sedangkan

Program Kelas Internasional ini seharusnya dapat meningkatkan daya saing

tingkat nasional maupun di tingkat internasional.

Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya baru dimulai tahun 2007 sesuai dengan SK Dekan Nomor

46A/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program

Internasional untuk Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Dalam perkembangannya Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi

menarik peminat yang banyak hingga akhirnya membuka Program Kelas

Internasional untuk Jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi berdasar SK Dekan

Nomor 046/J10.1.12/SK/2009. Program Kelas Internasional tersebut masih

berjalan hingga saat ini dan terus melakukan pengembangan dengan membuka

Program Kelas Internasional di setiap jurusannya. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk mengetahui lebih detail dan komprehensif bagaimana Implementasi

Kebijakan Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya.

Dalam bukunya Public Policy, Riant Nugroho (2009, 494-495) menjelaskan

model-model atau teori yang membahas tentang implementasi kebijakan

menurut para ahli. Pertama, adalah model yang paling klasik, yakni model yang

diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975). Model ini

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan seara linear dari

kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. Kedua, adalah

model Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle (1980:7)

menuturkan bahwa Keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada

tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

10

pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi kebijakan) dan

Contex of Implementation (konteks implementasinya). Model tersebut

menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh beragam

aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah

dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik

administratif. Proses politik dapat terlihat melalui proses pengambilan keputusan

yang melibatkan berbagai aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat

melalui proses umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat

program tertentu

Ketiga, adalah model implementation problems approach yang diperkenalkan

oleh Edwards III (1984: 9-10). Menurut kerangka pemikiran Edwards III

keberhasilan implementasi kebijakan public dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

a) Communication (Komunikasi)

b) Resources (Sumberdaya)

c) Dispositions (Disposisi)

d) Bureaucratic Structure (Struktur Birokrasi).

Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila

jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi,

kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya,

meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi

yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

11

pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana

terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada standard operating

prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kebijakan yang

dikemukakan oleh Edward III sebagaimana dikutip dalam buku Public Policy,

Riant Nugroho (2009) mengenai implementasi menegaskan bahwa ada 4 faktor

kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi. Empat

variable itu adalah: a) Komunikasi; b) Sumber Daya; c) Disposisi; d) dan Struktur

Birokrasi. Keempat variabel ini menjadi bahan analisa kritis dalam melakukan

penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional Pada

Perguruan Tinggi (Studi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya). Kebijakan Kelas Internasional sangatah besar manfaatnya untuk

mendukung Universitas Brawijaya dalam menghadapi tantangan pendidikan

global serta meningkatkan daya saing tingkat nasional maupun di tingkat

internasional.

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini masalah-

masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain

itu, ancaman utama, adalah konsistensi implementasi (Nugroho, 2011). Rencana

adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60%, 20% sisanya adalah

bagaimana kita mengendalikan implementasi. Dalam hal ini penulis ingin meneliti

dan mengkaji sehingga judul penelitian “Implementasi Kebijakan Program

Kelas Internasional Pada Perguruan Tinggi (Studi Pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya)”.

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang meliputi aspek:

a) Komunikasi

b) Sumberdaya

c) Disposisi atau sikap dan komitmen

d) Struktur Birokrasi

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan dan menganalisis proses komunikasi kebijakan

Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya, Mendeskripsikan dan menganaisis Sumber

Daya Manusia dan sumber dana dalam Implementasi Kebijakan

Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya, Mendeskripsikan dan menganalisis sikap dan

komitmen aktor dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas

Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,

Mendeskripsikan dan menganalisis peran struktur birokrasi dalam

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

13

program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan

pertimbangan dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas

Internasional di Universitas Brawijaya, karena dengan mengetahui

potensi yang sebenarnya, perhatian pemangku kebijakan terhadap

pengelolaan Kelas Internasional di Universitas Brawijaya pada tahun-

tahun mendatang diharapkan lebih optimal dari tahun sebelumnya,

sehingga dapat meningkatkan kinerja pelaksana kebijakan dalam hal ini

pihak Fakultas yang sudah ataupun yang akan menyelenggarakan

Program Kelas Internasional.

Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan pengalaman dan sarana

untuk memperdalam pengetahuan tentang Implementasi Kebijakan

Program Kelas Internasional serta dijadikan bahan pertimbangan apabila

ternyata Kebijakan Program Kelas Internasional memberatkan pihak

pelaksana kebijakan dalam hal ini pihak Fakultas.

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

14

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penulis berharap penelitian kali ini dapat memberikan suatu

sumbangan pemikiran bagi pihak yang memerlukannya dan menjadi

bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian dalam karya tulis

lainnya.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian dan studi tentang Implementasi Program atau tentang tema yang sama

sebelumnya sudah pernah diteliti, berikut peneliti paparkan tentang penelitian terdahulu

berkaitan dengan judul tesis ini yang diambil dari karangan ilmiah antara lain sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Hanbin Wei, Ekaterina Shafray, Jiyun Shin, Seiyong

Kim dengan mengambil judul penelitian “Space for International Educational

Process in The Campus; Focused on Social Survey for Korea University” pada

tahun 2015. Penelitian ini menggunakan survei sosial (dalam bentuk kuesioner) dan

wawancara mendalam siswa untuk menganalisis fasilitas dan ruang bagi siswa

internasional Universitas Korea. Dengan cara menggabungkan kedua pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian tersebut berdasarkan survey sosial pada

Mahasiswa Internasional di Universitas Korea telah ditemukan: 1) Terdapat masalah

dengan proses pendidikan Internasional yaitu rencana kampus induk dan fasilitas

yang dibuat sebenarnya untuk mahasiswa local, ada kebutuhan untuk perbaikannya

2)Tingkat Kepuasan penggunaan fasilitas Internasional di Kampus Universitas Korea

bervariasi, fasilitas ini memiliki nilai yang berbeda antara mahasiswa lokal dan

Internasional.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Andrey T. Tyabaev, Svetlana F. Sedelnikova, Alexey

V. Voytovich, dengan mengambil judul penelitian “Student-Centered Learning: The

Experience of Teaching International Students in Russian Universities” pada

tahun 2015. Makalah ini berfokus pada penggunaan teknologi yang berpusat pada

siswa saat mengajar siswa internasional dari Departemen Persiapan bahasa Rusia.

Para penulis meninjau teknologi seperti pembelajaran berbasis masalah, pencarian,

penelitian, dan teknologi desain. Penekanan utama adalah pada teknologi game.

Kelayakan penggunaannya muncul dari karakter tertentu dari pendidikan siswa

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

internasional di Departemen Persiapan. Makalah ini menyajikan potensi aplikasi dari

metode ini dan memvalidasi penggunaannya. Argumen pendukung utama adalah

bahwa yang berpusat pada siswa teknologi komunikatif pada umumnya, dan game

teknik khususnya, meningkatkan kualitas pelatihan bagi mahasiswa internasional

ketika digunakan dalam organisasi dari proses belajar. Para penulis menekankan

perlunya aktivitas guru dalam proses pendidikan, termasuk penggunaan teknologi

komunikasi yang berpusat pada siswa.

3) Paper based on Literature Review yang dilakukan oleh Pui-Yee, Chong (2015) dengan

judul “Internationalisation of Higher Education- Proposed Framework on

International Student’s Satisfaction” Berdasarkan tinjauan literatur, makalah ini

bertujuan untuk menyajikan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan

mahasiswa internasional. Faktor-faktor ini diterjemahkan ke dalam variabel untuk

mengukur kepuasan mahasiswa internasional yang dapat digunakan sebagai

pedoman oleh lembaga pendidikan tinggi. Hasil Literature Review adalah bahwa Studi

tentang Mahasiswa Internasional dapat dikategorikan menjadi lima tema: 1) Faktor-

faktor yang mempengaruhi piihan tujuan studi tersebut, 2) Pengalaman dan harapan

siswa Internasional, 3) Tantangan, masalah, dan penyesuaian yang dihadapi oleh

mahasiswa Internasional, 4) Perspektif tentang Kualitas layanan, dan 5) Faktor yang

mempengaruhi kepuasan.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Azizan Yatim dengan mengambil judul penelitian “A

Case Study on Utilizing a Mobile Application to Teach Malaysian Governance to

International Students” pada tahun 2016. Proyek penelitian ini bertujuan untuk

membuat, melaksanakan dan mengevaluasi aplikasi mobile (app) sebagai katalis dari

mobile learning (m-learning) untuk satu topik tertentu saja dari Studi Malaysia. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa Aplikasi ini tidak menunjukkan potensi untuk

bisa digunakan untuk tujuan pembelajaran lainnya dan latihan evaluasi dan Aplikasi

tidak mencapai beberapa tujuan yang dimaksudkan dan proyek ini bisa sukses di

masa depan bila dilakukan beberapa perbaikan.

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5) Penelitian yang dilakukan oleh Wahid, Haris S.M, Saibani, Ghono, Zulkifli, Mansor

(2016) dengan mengambil judul penelitian “Examination Achievement of

Engineering Students from UKM and UDE; A Comparison” . Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam hal kinerja antara

mahasiswa internasional dari University Duisburg-Esten (UDE) Jerman dengan tuan

rumah yaitu mahasiswa dari University Kebangsaan Malaysia (UKM) yang mengambil

mata kuliah yang sama. Makalah ini terdiri dari tiga bagian utama. Pertama, setelah

pengantar umum penelitian, metodologi dijelaskan. Kedua, perbandingan Prestasi

dalam empat program yang dipilih antara dua kelompok siswa disajikan dalam

ringkasan. Akhirnya, beberapa kemungkinan alasan serta penjelasan untuk dianggap

Perbedaan atau kesamaan dalam kinerja dari dua kelompok. Temuan menunjukkan

bahwa secara umum, siswa dari UDE menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada

tuan rumah siswa dari UKM. Dalam jangka panjang, penelitian ini dimaksudkan untuk

menjadi berguna dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar di UKM, khususnya

ketika berhadapan dengan siswa dari UDE serta mahasiswa dari UKM sendiri.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Sarwani, Ibrahim, Nor Ashikin (2016) dengan

mengambil judul penelitian “The Impact of English Language Proficiency on

Interpersonal Interactions among Students from Different Nationality in a

Malaysian Public University” penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak

dari Kemahiran Berbahasa Inggris (ELP) pada interaksi interpersonal dan antar

kelompok di kalangan mahasiswa dari kebangsaan yang berbeda di sebuah

universitas publik Malaysia. Desain penelitian yang digunakan adalah metode

campuran dengan peran dominan dari Metode kuantitatif dengan 220 peserta baik dari

lokal dan internasional mahasiswa, digunakan sebagai metode utama dan wawancara

dilakukan untuk memperkaya data. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa ELP

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses interaksi antara siswa

lokal dan asing dari perguruan tinggi negeri Malaysia. Berdasarkan pada temuan

penelitian ini, kurangnya ELP baik kalangan mahasiswa lokal dan internasional dan

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

aksen yang berbeda dan asumsi linguistik memiliki dampak negatif pada proses

interaksi di antara mereka.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Manjet K. (2016) dengan mengambil judul penelitian

“Academic Listening Practises among International Graduate Students in

English as Medium of Instruction Context: Difficulties and Corrective Measures”.

Penelitian ini memfokuskan pada kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa

internasional pascasarjana dalam praktek mendengarkan akademik mereka dan

langkah-langkah yang digunakan untuk mengatasi kesulitan mereka. Temuan kualitatif

didasarkan pada wawancara kelompok fokus di antara 70 mahasiswa internasional

pascasarjana dalam program Master di universitas publik. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa kesulitan yang dihadapi terutama dikaitkan dengan fakta

bahwa bahasa Inggris bukanlah bahasa asli mereka dan dan juga bahasa inggris

bukan menjadi latar belakang bahasa pengajar mereka. Temuan ini akan menjadi

platform akademik untuk memastikan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh siswa dapat

dikurangi secara bertahap oleh siswa sendiri, akademisi dan administrator universitas

melalui penerapan langkah-langkah ketat.

8) Penelitian yang dilakukan oleh Han Zhang, Donald Patton, Marlin Kenney (2013)

dengan mengambil judul penelitian “Building Global University Assesing The

Impact of The 985 Project.” .Makalah ini mempertimbangkan Efek dari 985 proyek

pada peningkatan laju publikasi di jurnal internasional oleh para peneliti pada 24

universitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan design campuran linear,

ditemukan bahwa tingkat pertumbuhan publikasi oleh universitas yang tingkat lebih

rendah melampaui dari dua universitas China yang sangat bergengsi. Ditemukan juga

tingkat pertumbuhan publikasi bagi perguruan tinggi secara keseluruhan meningkat

lebih cepat setelah pelaksanaan 985 proyek.

9) Tesis yang ditulis oleh Prayekti dan Ratih Ardyani Restu, tahun 2012 dengan

mengambil judul penelitian “The Planning of Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) Program (A Study at SMA Negeri 03 Kota Malang)” Dari hasil

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dapat

digambarkan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional belum sesuai dengan

kaidah normatif serta kaidah akademik. Peraturan perundangan yang memayungi

program tersebut kurang lengkap dan terkesan terlambat beberapa tahun setelah

program tersebut berjalan.

10) Penelitian yang dilakukan oleh Cucun Sunaengsih (2015) dengan mengambil judul

penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter

Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian survei dengan

pendekatan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh guru yang ada pada Sekolah Dasar International Berbasis IB di Kota

Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Trandisciplinary

berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakter siswa. Nilai korelasi keduanya

berada pada posisi tinggi.

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No. Nama

dan

Tahun

Judul

Penelitian

Lokasi

Penelitian

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

Peneliti

1. Hanbin Wei, Ekaterina Shafray, Jiyun Shin, Seiyong Kim, 2015

Space for International Educational Process in The Campus; Focused on Social Survey for Korea University

Universitas di Korea

Dari survey social pada Mahasiswa Internasional di Universitas Korea telah ditemukan: 1. Terdapat masalah

dengan proses pendidikan Internasional yaitu rencana kampus induk dan fasilitas yang dibuat sebenarnya untuk mahasiswa

Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada tingkat

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

local, ada kebutuhan untuk perbaikannya

2. Tingkat Kepuasan penggunaan fasilitas Internasional di Kampus Universitas Korea bervariasi, fasilitas ini memiliki nilai yang berbeda antara mahasiswa domestic dan Internasional.

kepuasan Mahasiswa Internasional

2. Andrey T. Tyabaev, Svetlana F. Sedelnikova, Alexey V. Voytovich, 2015

Student-Centered Learning: The Experience of Teaching International Students in Russian Universities

Tomsk-Polytechnic University’s Preparatory Department

1. Bahwa penggunaan komunikasi yang berpusat pada siswa, tekhnologi memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa Internasional dan kemajuan akademik mereka

2. Perlu peningkatan aktivitas pribadi guru salah satu faktor yang paling penting dalam pengembangan Perguruan Tinggi di Rusia

Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan Pengalaman mengajar pada mahasiswa Internasional di Kelas Internasional

3. Pui-Yee, Chong 2015

Internationalisation of Higher Education- Proposed Framework on International Student’s Satisfaction

Universitas di Malaysia

Bahwa Studi tentang Mahasiswa Internasional dapat dikategorikan menjadi lima tema: 1) Faktor-faktor yang

mempengaruhi piihan tujuan studi tersebut

2) Pengalaman dan harapan siswa Internasional

3) Tantangan, masalah, dan penyesuaian yang dihadapi oleh mahasiswa Internasional

4) Perspektif tentang Kualitas layanan

5) Faktor yang mempengaruhi kepuasan

Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan usulan kerangka kepuasan mahasiswa Internasional

4. Azizan Yatim,

A Case Study on Utilizing a

Universitas di Malaysia

1. Aplikasi ini tidak menunjukkan potensi

Penulis memfokuskan

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2016

Mobile Application to Teach Malaysian Governance to International Students

untuk bisa digunakan untuk tujuan pembelajaran lainnya dan latihan evaluasi

2. Aplikasi tidak mencapai beberapa tujuan yang dimaksudkan dan proyek ini bisa sukses di masa depan bila dilakukan beberapa perbaikan.

pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pemanfaatan aplikasi mobile untuk pengajaran pada mahasiswa Internasional

5. Wahid, Haris S.M, Saibani, Ghono, Zulkifli, Mansor, 2016

Examination Achievement of Engineering Students from UKM and UDE; A Comparison

Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)

Bahwa secara umum mahasiswa Internasional dari UDE menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada mahasiswa UKM dikarenakan pengetahuan dasar yang dimiliki mahasiswa Internasional UDE yang telah berkontributi penting untuk unggul dengan mahasiswa yang lain di UKM

Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pengujian prestasi mahasiswa Internasional dari UKM (University Kebangsaan Malaysia) dengan UDE (University Duisburg-Esten Jerman)

6. Sarwani, Ibrahim, Nor Ashikin, 2016

The Impact of English Language Proficiency on Interpersonal Interactions among Students from Different Nationality in

Malaysian Public University

1. Bahwa ELP (Kemahiran Berbahasa Inggris) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses interaksi di Kelas Internasional antara mahasiswa local dan asing di Perguruan Tinggi Negeri Malaysia

Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional di Universitas sedangkan peneliti terdahulu

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

a Malaysian Public University

2. Kurangnya ELP (Kemahiran Berbahasa Inggris) di Kelas Internasional antara mahasiswa local dan asing dan perbedaan aksen mereka serta asumsi linguistic memiliki dampak negative pada proses interaksi diantara mereka.

memfokuskan pada dampak kemahiran berbahasa inggris pada interaksi interpersonal di Kelas Internasional

7. Manjet K, 2016

Academic Listening Practises among International Graduate Students in English as Medium of Instruction Context: Difficulties and Corrective Measures

Pasca Sarjana di Perguruan Tinggi Malaysia

Bahwa kesulitan yang dihadapi dalam praktek mendengarkan akademik diantara mahasiswa lulusan Internasional adalah bahwa bahasa inggris bukanlah bahasa asli mereka dan juga bahasa inggris bukan menjadi latar belakang bahasa pengajar mereka.

Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada kesulitan dan tindakan korektif praktek mendengarkan diantara mahasiswa lulusan Internasional dalam bahasa Inggris.

8. Han Zhang, Donald Patton, Marlin Kenney, 2013

Building Global University Assesing The Impact of The 985 Project.

Universitas di Cina

Ditemukan tingkat pertumbuhan publikasi jurnal Internasional pada 24 Universitas di Cina secara keseluruhan meningkat lebih cepat setelah pelaksanaan 985 Proyek

Penulis memfokuskan pada Program Kelas Internasional di Universitas sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pertumbuhan publikasi jurnal Internasional di Universitas

9. Prayekti, Ratih Ardyani Restu, 2012

The Planning of Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

SMA Negeri 03 Kota Malang

Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional belum sesuai dengan kaidah normatif serta kaidah akademik.

Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

(RSBI) Program (A Study at SMA Negeri 03 Kota Malang)

Peraturan perundangan yang memayungi program tersebut kurang lengkap dan terkesan terlambat beberapa tahun setelah program tersebut berjalan. Secara akademis, program RSBI mempunyai beberapa kelemahan baik secara konseptual maupun implementasinya. Program tersebut kurang jelas secara konsep, kurikulum, tujuan, standar, sumber daya.

kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Sekolah Menengah Atas

10. Cucun Sunaengsih, 2015

Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate

Sekolah Dasar International berbasis International Baccalaureate (IB) di Kota Bandung

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel Model pembelajaran transdisciplinary terhadap Karakter Siswa. Hubungan antara Model pembelajaran transdisciplinary terhadap Karakter Siswa berada pada tingkat tinggi. Artinya terdapat faktor lain yang mempengaruhi karakter siswa selain model pembelajaran transdisciplinary yang diterapkan oleh guru.

Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate

2.2 Kebijakan Publik

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijaksanaan

seringkali disamakan pengertiannya dengan istilah policy. Hal tersebut

barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah

policy ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir (1988:66)

pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah, semacam jawaban terhadap suatu

masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu

masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. James E.

Anderson (1978:33), memberikan rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah

aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu

bidang kegiatan tertentu.

Rumusan berkaitan dengan kebijakan publik, seperti dikemukakan oleh Easton

dalam Thoha, "Public Policy is the authoritative allocation of values for the whole society

but it turns out that only the government can authoritatively act on the 'whole' society.. "

(Thoha, 1990:59-60). Dalam hal ini Easton menekankan pada aspek kekuasaan dimana

menurutnya, pemerintah mempunyai wewenang (otoritas) untuk mengatur perilaku

masyarakat dengan cara mengalokasikan nilai-nilai kepada seluruh masyarakat.

Pemerintah berwenang dapat memaksakan agar nilai-nilai yang tercermin dalam

kebijakan ditaati oleh masyarakat dan memberikan sanksi apabila terjadi pelanggaran.

Definisi, lain dari Laswell dan Kaplan, "projected program of goals, values ami

practices" (Thoha, 1990:58) memperlihatkan wujud dari kebijakan berupa suatu program

yang dibuat untuk mencapai tujuan, nilai-nilai dan praktek- praktek /tindakan yang

terarah. Selanjutnya Anderson menganggap kebijakan public sebagai kebijakan yang

dibuat oleh badan-badan atau pejabat pemerintah, (Islamy,1988:1.8).

Dunn (2000:109) menyatakan tentang sistem kebijakan bahwa suatu sistem

kebijakan mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur,

yaitu: kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Kebijakan publik

merupakan rangkaian pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh badan dan

pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang isu pertahanan, energi,

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

kesehatan, pendidikan, kesejahteraan. Pada satu bidang tersebut terdapat banyak isu

kebijakan, yaitu serangkaian arah tindakan pemerintah yang aktual maupun potensial

yang mengandung konflik diantara segmen-segmen dalam masyarakat. Masalah

kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan, karena mereka

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.

Lebih jelasnya sistem kebijakan menurut Dunn, dapat melihat bagan 2.1 tentang tiga

elemen sistem kebijakan menurut Dunn. Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa dimensi

subyek atau objek dalam pembuatan kebijakan dalam praktek tidak dapat dipisahkan

Gambar 2.1 Tiga elemen sistem kebijakan menurut Dunn (2000:110)

2.3 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional akan dipahami secara utuh

jika pengertiannya dipahami secara utuh, oleh karena itu perlu dirumuskan terlebih

dahulu pengertian tentang implementasi kebijakan.

2.3.1 Pengertian Implementasi

Dalam kamus Webster (Solichin Abdul Wahab,1997:64) pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek, dimana “to implementation"

(mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical

effect to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat

sesuatu). Dalam studi kebijakan publik, dikatakan bahwa, implementasi bukanlah sekedar

bersangkut-paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam

prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu

implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari

Pelaku Kebijakan

Kebijakan Publik Lingkungan Kebijakan

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa, implementasi

kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses kebijakan.

Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi adalah, sebagaimana

yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (Jones, 1991:7), dimana implementasi diartikan

sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di balik kesederhanaan rumusan

yang demikian berarti bahwa, implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan

yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut

adanya syarat yang antara lain :

a) Adanya orang atau pelaksana;

b) Uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources.

Van Meter dan Horn (Horn, 1978 : 70) mendefinisikan bahwa, implementasi

kebijakan sebagai “Policy implementation encompasses those actions by public and private

individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth

in prior policy decisions”. Definisi tersebut memberikan makna bahwa, implementasi kebijakan

adalah, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (dan kelompok) pemerintah

dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tindakan-tindakan ini, pada suatu saat berusaha untuk mentransformasikan keputusan-

keputusan menjadi pola-pola operasional, serta melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk

mencapai perubahan, baik yang besar maupun yang kecil, yang diamanatkan oleh keputusan

kebijakan.

Dengan mengacu pada pendapat tersebut, dapat diambil pengertian bahwa,

sumber-sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

pembuat kebijakan, di dalamnya mencakup: manusia, dana, dan kemampuan

organisasi; yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta (individu

ataupun kelompok).

Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier (Solichin Abdul Wahab,1997:65)

menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan sebagaimana

berikut :

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi

kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah

disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha

untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian."

Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, nampak bahwa, implementasi

kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi

yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari

target group, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial

ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya

terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

Banyak model dalam proses implementasi kebijakan yang dapat

digunakan. Van Meter dan Horn dalam Samudra Wibowo, mengajukan model mengenai

proses implementasi kebijakan (a model of the policy implementation process).

Dalam model implementasi kebijakan ini terdapat

enam variabel yang membentuk hubungan antara kebijakan dengan

pelaksanaan. Van Meter dan Van Horn dalam teorinya ini beranjak dari

argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan

dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka

menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu

kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang

menghubungkan dengan prestasi kerja (performance). Kedua ahli ini

menegaskan pula pendiriannya bahwa, perubahan, kontrol dan kepatuhan

bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur implementasi.

Dengan memanfaatkan model-model tersebut, maka permasalahan yang

perlu dikaji dalam hubungan ini adalah, hambatan-hambatan apakah yang

terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi? Seberapa jauhkan

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur?

(Masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah tingkatannya

dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa petingkah rasa keterikatan

masing-masing orang dalam organisasi? (Hal ini menyangkut masalah

kepatuhan). Atas Dasar pandangan seperti itu, Van Meter dan Van Horn

kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut :

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan;

b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang

terlibat dalam proses implementasi.

Hal ini dikemukakan berdasarkan pada kenyataan bahwa, proses implementasi

ini akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu. Dalam pengertian bahwa,

implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit,

sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan

program di lapangan, relatif tinggi.

Standar dan tujuan kebijakan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pelaksanaan

atau penyelenggaraan kebijakan. Disamping itu standar dan tujuan kebijakan juga

berpengaruh tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui aktivitas komunikasi

antar organisasi. Jelasnya respon para pelaksana terhadap suatu kebijakan didasarkan pada

persepsi dan interpretasi mereka terhadap tujuan kebijakan tersebut.

Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bahwa, komunikasi yang baik akan

menyeimbangkan disposisi yang baik atau positif diantara para pelaksana. Standar dan tujuan

juga mempunyai dampak yang tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui

aktivitas penguatan atau pengabsahan. Dalam hal ini para atasan dapat meneruskan

hubungan para pelaksana dengan organisasi lain.

Hubungan antar sumber daya (resources) dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik

dalam batas wilayah organisasi tertentu dapat dikemukakan bahwa, tersedianya dana dan

sumber lain dapat menimbulkan tuntutan dari warga masyarakat swasta, kelompok

kepentingan yang terorganisir untuk ikut berperan dalam melaksanakan dan mensukseskan

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

suatu kebijakan. Jelasnya prospek keuntungan pada suatu program kebijakan dapat

menyebabkan kelompok lain untuk berperan serta secara maksimal dalam melaksanakan dan

mensukseskan suatu program kebijakan.

Bagaimanapun juga dengan terbatasnya sumber daya yang tersedia, masyarakat

suatu negara secara individual dan kelompok kepentingan yang terorganisir akan memilih

untuk menolak suatu kebijakan karena keuntungan yang diperolehnya lebih kecil bila

dibandingkan dengan biaya operasional.

Demikian juga dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam batas wilayah tertentu,

mempengaruhi karakter-karakter agen-agen pihak pelaksana, disposisi para pelaksana

dan penyelenggaraan atau pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Kondisi lingkungan diatas mempunyai efek penting terhadap kemauan dan

kapasitas untuk mendukung strujtur birokrasi yang telah mapan, kwalitas, dan

keadaan agen pelaksana (implementor). Kondisi lapangan ini juga mempengaruhi disposisi

implementor. Suatu program kebijakan akan didukung

dan digerakkan oleh para warga pihak swasta, kelompok kepentingan yang

terorganisir, hanya jika para implementor mau menerima tujuan, standar dan

sasaran kebijakan tersebut. Sebaliknya suatu kebijakan tidak akan mendapat

dukungan, jika kebijakan tersebut tidak memberikan keuntungan kepada mereka.

Disamping itu karakteristik para agen implementor dapat mempengaruhi

disposisi mereka. Sifat jaringan komunikasi, derajat kontrol secara berjenjang

dan tipe kepemimpinan dapat mempengaruhi identifikasi individual terhadap

tujuan dan sasaran organisasi, dalam impelementasi kebijakan yang efektif

sangat tergantung kepada orientasi dari para agen/kantor implementor

kebijakan.

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa keberhasilan impelementasi kebijakan

sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel atau faktor yang pada gilirannya akan

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri.

2.3.2 Tahap – Tahap Implementasi Kebijakan

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan

adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy (Irfan, 1997:102-106) membagi

tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu :

a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan

disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan

dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara

lain;

b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu

diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan

tercapai.

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991 : 36)

mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut :

Tahap I. Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas;

b. Menentukan standar pelaksanaan;

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.

Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber

daya, prosedur, biaya serta metode.

Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan :

a. Menentukan jadwal;

b. Melakukan pemantauan;

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.

Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang

sesuai dengan segera.

Jadi implementasi kebijakan, akan selalu berkaitan dengan perencanaan

penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam

Solichin Abdul Wahab, yaitu, mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha

untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses

pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun

usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi

perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi juga

memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada

impelementasi kebijakan negara.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Berdasarkan Model

George C. Edward III (1980)

Dalam bukunya Implementing Public Policy (1980) Goerge C. Edward III

menguraikan tentang beberapa pendekatan terhadap studi implementasi dari beberapa

ahli, seperti, Merelle S. Grindle (Case Study Approach), pendekatan berdasarkan analisis

keputusan oleh Graham Alison dalam bukunya “Essence of decesion” (1971), pendekatan

yang memandang (Implementation) sebagai suatu ’game’ oleh Eugene Bardach pendekatan

yang dilakukan oleh Donald Van Matter dan Kart Van Horn serta yang paling akhir ialah

menurut Paul Sabatier dan Daniel Maz manian. Berdasarkan latar belakang pendapat para

ahli tersebut diatas, George Edward III tiba pada pendekatan yang dipilihnya, dengan

terlebih dahulu mengemukakan 2 pernyataan pokok yaitu :

a. Hal-hal apa saja yang merupakan persyaratan bagi suatu implementasi yang

berhasil?

b. Apa saja yang merupakan penghambat utama terhadap keberhasilan

implementasi program?

Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut di atas, dirumuskan empat faktor atau variabel

yang merupakan syarat-syarat terpenting guna keberhasilan implementasi.

Adapun faktor-faktor keberhasilan/kegagalan Implementasi kebijakan menurut George C.

Edwards III (1980), adalah sebagai berikut :

1. Faktor Komunikasi

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Dalam implementasi, menurut George C Edwards III (1980), komunikasi ini

memiliki peranan penting, tidak hanya bagi para implementor, tapi juga bagi policy maker.

Karena bagaimanapun juga dalam implementasi yang efektif, para policy maker dalam

meminta para pelaksana (implementor) tidak sekedar dengan suatu petunjuk yang jelas,

tetapi yang penting adalah adanya konsisten komunikasi dari atas ke bawah, dalam arti arus

komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas. Bila tidak, maka akan membuka peluang

bagi para pelaksana untuk menafsirkan kebijakan tersebut. Atau dengan kata lain, perlu

dihindari adanya suatu hal yang dapat menimbulkan suatu kegaduhan, kebingungan diantara

para pelaksana, sebagai akibat dari adanya kelonggaran-kelonggaran dalam menafsirkan

kebijakan tersebut. Terpenting lagi harus adanya ketetapan dan keakuratan informasi

kebijakan, sehingga para pelaksana dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tujuan

yang sebenarnya ingin dicapai dari implementasi kebijakan tersebut, dan mereka

dapat mengetahui dengan tegas dan jelas, apa yang seharusnya mereka lakukan.

Dengan kata lain, agar didapat implementasi yang efektif, para pelaksana

harus mengetahui apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi

kebijakan tersebut. Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan untuk implementasi suatu

kebijakan harus disampaikan pada orang-orang yang tepat, dan mereka harus menjadi jelas,

akurat, konsisten terhadap ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut. Jika tidak, maka

akan terjadi salah pengertian di antara mereka dalam mengimplementasikan suatu kebijakan

dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Komunikasi harus akurat, dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana.

Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan juga petunjuk-

petunjuk itu harus jelas. Jika petunjuk-petunjuk pelaksanaan itu tidak jelas, maka para

pelaksana (implementator) akan mengalami kebingungan tentang apa yang harus mereka

lakukan.

1) Transmisi

Pejabat harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah telah

dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Ada beberapa hambatan yang timbul dalam

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

mentransmisikan perintah-perintah kebijakan, yaitu pertentangan pendapat antara para

pelaksana dengan pengambil kebijakan, informasi melalui berlapis lapis birokrasi, persepsi

yang selektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan

kebijakan.

2). Kejelasan

Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima, melainkan juga petunjuk-

petunjuk itu harus jelas. Menurut Edwards dalam Winarno (2007;20) ada enam faktor yang

mendorong ketidakjelasan komunikasi kebijakan, yaitu: kompleksitas kebijakan publik,

keinginan untuk tidak mengganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya

consensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai kebijakan

baru, menghindari pertanggung jawaban kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan

pengadilan.

3). Konsistensi

Jika implementasi kebijakan ingin efektif, maka perintah-perintah yang disampaikan

harus konsisten dan jelas. Menurut Gibson (1985:110) dalam tubuh organisasi terdapat 4

macam komunikasi, yaitu: (1). Downward Communication atau komunikasi ke bawah. Bentuk

komunikasi ini dapat berupa instruksi kerja, memo resmi, prosedur, buku pedoman, dan

publikasi; (2). Upward Communication atau komunikasi ke atas. Bentuk komunikasi ini dapat

berupa kotak saran, pertemuan kelompok, pengaduan; (3). Horizontal Communication atau

komunikasi horisontal. Bentuk komunikasi ini berupa koordinasi antar departemen atau antar

teman sejawat; (4) Diagonal Communication atau komunikasi diagonal. Komunikasi

yang melibatkan lintas unit atau organisasi, misalnya sebuah organisasi ingin melakukan

analisis keuangan/audit, maka mengharuskan para pegawai menyampaikan laporan khusus

secara langsung kepada pengawas keuangan/auditor

2. Faktor Sumber Daya

Faktor sumber daya ini juga mempunyai peranan penting dalam

implementasi kebijakan. Karena bagaimana pun jelas dan konsisten ketentuan-

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

ketentuan atau aturan-aturan serta bagaimana pun akuratnya dalam menyampaikan

ketentuan-ketentuan tentang kebijakan sertifikasi, jika personil yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan

secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Edward III dalam Widodo (2010:98) mengemukakan bahwa faktor sumberdaya

mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Menurut Edward III dalam

Widodo (2010:98) bahwa sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya

anggaran, dan sumberdaya peralatan dan sumberdaya kewenangan

A) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan kebijakan. Edward III dalam Widodo (2010:98) menyatakan bahwa “probably the

most essential resources in implementing policy is staff”. Edward III dalam Widodo (2010:98)

menambahkan

“no matter how clear and consistent implementation order are and no matter accurately they are transmitted, if personnel responsible for carrying out policies lack the resources to do an effective job, implementing will not effective”

B) Sumberdaya Anggaran

Edward III dalam Widodo (2010:100) menyatakan dalam kesimpulan studinya “budgetary limitation, and citizen opposition limit the acquisition of adequate facilities. This is turn limit the quality of service that implementor can be provide to public”.

Menurut Edward III, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan

yang seharusnya diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Edward III dalam Widodo

(2010:100) menyatakan bahwa “new towns studies suggest that the limited supply of federal

incentives was a major contributor to the failure of the program”.

Menurut Edward III, terbatasnya insentif yang diberikan kepada implementor merupakan

penyebab utama gagalnya pelaksanaan program. Edward III dalam Widodo (2010:101)

menyimpulkan bahwa terbatasnya sumber daya anggaran akan mempengaruhi keberhasilan

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

pelaksanaan kebijakan. Disamping program tidak bisa dilaksanakan dengan optimal,

keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para pelaku kebijakan rendah.

C) Sumberdaya Peralatan

Edward III dalam Widodo (2010:102) menyatakan bahwa sumberdaya peralatan

merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan

yang meliputi gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam

memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.

Edward III dalam Widodo (2010:102) menyatakan :

Physical facilities may also be critical resources in implementation. An implementor may have sufficient staff, may understand what he supposed to do, may have authority to exercise his task, but without the necessary building, equipment, supplies and even green space implementation will not succeed

D) Sumberdaya Kewenangan

Sumberdaya lain yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan suatu

implementasi kebijakan adalah kewenangan. Menurut Edward III dalam Widodo (2010:103)

menyatakan bahwa: Kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat keputusan sendiri

yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu

kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka dihadapkan suatu masalah dan

mengharuskan untuk segera diselesaikan dengan suatu keputusan. Oleh karena itu, Edward

III dalam Widodo (2010:103), menyatakan bahwa pelaku utama kebijakan harus diberi

wewenang yang cukup untuk membuat keputusan sendiri untuk melaksanakan kebijakan

yang menjadi kewenangannya.

3. Faktor Sikap/Kecenderungan (Disposisi)

Sikap adalah kesiapsiagaan mental, yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman,

dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek,

dan situasi yang berhubungan dengannya. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena

sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi, (Gibson, 1985:115).

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Disposisi ini diartikan sebagai kecenderungan, keinginan atau kesepakatan

para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan, jika ingin

berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang harus

dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu, tetapi mereka juga

harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Kebanyakan para

pelaksana dapat mengimplementasikan kebijakan dengan leluasa. Alasannya adalah, adanya

ketergantungan mereka terhadap superioritas orang-orang yang merumuskan kebijakan.

Alasan lainnya adalah, karena kompleksnya kebijakan itu sendiri.

Bagaimanapun juga cara yang dilakukan implementor dalam melakukan keleluasaan itu,

sebagain besar tergantung pada kecenderungan mereka terhadap suatu kebijakan.

Kemudian sikap itu akan dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap suatu kebijakan,

dan bagaimana melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan-kepentingan organisasi

dalam bidang pendidikan yaitu, Kementerian Pendidikan Nasional dan pribadinya (agen

implementor).

Sikap pelaksana sebagai salah satu faktor implementasi kebijakan, Edwards III dalam

Winarno (2007:194) menjelaskan bahwa :

Ada kebijakan yang dilaksanakan secara efektif karena mendapat dukungan

dari para pelaksana kebijakan. Jika orang diminta untuk melaksanakan perintah-

perintah yang tidak mereka setujui, maka kesalahan-kesalahan tidak dapat

dielakkan terjadi, yaitu antara keputusan-keputusan kebijakan dan pencapaian

kebijakan. Dalam kasus seperti ini maka para pelaksana kebijakan akan

menggunakan keleluasaan dan kadang-kadang dengan cara-cara yang halus untuk

menghambat implementasi.

4. Faktor Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi

dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan, baik potensial maupun nyata

dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Birokrasi merupakan

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

salah satu institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana

kegiatan.

Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam struktur pemerintah, tetapi juga ada

dalam organisasi-organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Menurut Dwiyanto

A (2008:94) menjelaskan bahwa birokrasi seharusnya lebih ditempatkan sebagai penjaga

aturan main yang disepakati lewat proses demokrasi. Oleh karena itu birokrasi seharusnya

bersifat netral, bersih dan profesional. Namun dalam realitanya, birokrasi cenderung kurang

mampu membedakan antara kepentingan privat dengan kepentingan publik.

Dalam implementasi kebijakan publik, peranan penting dari struktur birokrasi dalam

organisasi dijelaskan oleh Edwards III dalam Winarno (2007:202) bahwa:

Ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran

dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi..

Yang pertama berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan

sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya

organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Yang kedua berasal terutama dari

tekanan-tekanan dari luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-

kelompok kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang

mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan

para pelaksana apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan

kuat (komitmen) untuk melakukannya, implementasi bisa masih jadi belum efektif karena

ketidakefisiensinya struktur birokrasi.

Gambar 2.2 :

Direct and Indirect Impacts on Implementation

Communication

Resources

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Implementation

Dispositions

Bureaucratic Structure Sumber : George C. Edwards III, 1980

Berdasarkan gambar bagan 2, dapat dikemukakan bahwa, pengarahan yang disampaikan

dengan tidak akurat, tidak jelas dan tidak konsisten, menyebabkan

adanya kebingungan bagi para implementor di lapangan dalam mengimplementasi kebijakan

tersebut. Pada pihak lain, komunikasi yang terlalu mendetail, dapat merendahkan moral dan

mengurangi kebebasan para implementor, memungkinkan terjadinya perubahan arah

kebijakan dalam pelaksanaannya di lapangan, dan terjadinya pemborosan sumber daya,

seperti kecerdasan, kreativitas, dan daya adaptif staf.

Sumber daya juga punya pengaruh tidak langsung pada implementasi, yaitu

melalui interaksi komunikasi dengan berbagai cara. Tidak cukupnya staf pelaksana juga

menyebabkan tidak tercapainya apa yang menjadi arah suatu kebijakan. Jika sumber daya

yang tersedia cukup banyak, menyebabkan individu dan organisasi yang terlibat dalam

implementasi kebijakan itu melakukan persaingan ketat di antara mereka sendiri untuk

menjaga kepentingan pribadi dan organisasinya.

Jadi dengan bertumpu pada penjelasan di atas, maka jelas bahwa, faktor komunikasi,

sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi mempengaruhi derajat keberhasilan

implementasi kebijakan. Masing-masing faktor tersebut saling berinteraksi dan

mempengaruhi satu sama lainnya, yang pada akhirnya mempengaruhi implementasi

kebijakan.

Selanjutnya Van Meter dan Van Horn berpendapat, dalam teorinya ini

beranjak dari suatu argumen bahwa, perbedaan-perbedaan dalam proses

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakannya yang akan dilaksanakan. Selanjutnya

mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara

isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan

kebijakasanaan dengan prestasi kerja (performance).

Kedua ahli ini, menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, control,

dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur

implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang

perlu dikaji dalam hubungan ini adalah, hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam

mengenalkan perubahan dalam organisasi? Seberapa jauhkan tingkat efektivitas

mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur (masalah ini meyangkut

kekuasaan dari pihak yang paling rendah tingkatnya dalam organisasi yang bersangkutan).

Seberapa pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi (hal ini

menyangkut masalah kepatuhan). Atas dasar pandangan seperti ini, Van Metter dan Van

Horn kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut :

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan;

b. Jangkauan atau lingkup kesempatan terhadap tujuan di antara pihak-pihak yang terlibat

dalam proses implementasi.

Alasan dikemukakannya hal ini adalah bahwa, proses implementasi itu akan dipengaruhi

oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu, dalam pengertian bahwa, implementasi

kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara

kesempatan terhadap tujuan terutama dari mereka yang mengoperasikan program di

lapangan relatif tinggi.

Mazmanian dan Sabatier (1986), menjelaskan bahwa, pelaksanaan atau implementasi

kebijakan publik yang dilakukan dalam konteks manajemen adalah, berada di dalam kerangka

organizing-leading-controling yang dapat diartikan bahwa ketika kebijakan sudah dirumuskan,

maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk

memimpin pelaksanaan dan implementasinya, serta melakukan pengendalian

pelaksanaan atau implementasi kebijakan tersebut.

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Pandangan terhadap proses implementasi yang diungkap oleh Mazmanian dan

Sabatier (dalam Stoner dan Gilbert, 1996) dilakukan elaborasi secara visual dalam konteks

manajemen implementasi kebijakan publik yang dapat membantu dinamisasi proses

implementasi kebijakan itu sendiri. Secara rinci Stoner dan Gilbert (1996) menjelaskan

aktivitas proses implementasi dalam konteks manajemen implementasi kebijakan disusun

seperti yang tertuang dalam tabel 2.2, berikut:

Tabel 2.2 :

Tahapan Managemen Proses Implementasi

No Tahapan Isu Penting

1. Implementasi strategi

(pra implementasi)

• Menyesuaikan struktur dengan strategi

• Melembagakan strategi

• Mengoperasionalkan srtategi

• Menggunakan prosedur untuk memudahkan

implementasi 2. Pengorganisasian

(organizing)

• Desain organisasi dan struktur organisasi

• Pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan

• Integrasi dan kordinasi

• Prekrutan dan penempatan sumber daya

• Hak, wewenang dan kewajiban

• Pendelegasian (sentralisasi dan

desentralisasi)

• Pengembangan kapasitas organisasi dan

sumber daya manusia

• Budaya organisasi

3. Penggerakan dan

kepemimpinan

• Efektivitas kepemimpinan

• Motivasi

• Etika

• Mutu

• Kerjasama tim

• Komunikasi organisasi

• Negosiasi

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4. Pengendalian • Desain pengendalian

• System informasi managemen

• Pengendalian anggaran/keuangan

• Audit Sumber : Stoner dan Gilbert, 1996

Menurut tabel 2.2 tersebut, jelas bahwa, tahapan dan rincian kegiatan

dalam proses implementasi kebijakan publik mempunyai beberapa indikator

pelaksanaan yang masing-masing bagian kegiatan itu sangat menentukan

bagi mutu implementasi yang dilakukan. Dengan kata lain aktivitas

implementasi sangat ditentukan oleh proses pengelolaannya yang diawali

oleh penetapan rencana implementasi hingga pada tahapan pengendalian

pelaksanaannya.

Jika kita cermati kembali pendapat tokoh mengenai pengertian

implementasi dan model implementasi serta proses implementasi, maka

dapat dikatakan bahwa, dalam melakukan analisis terhadap implementasi

kebijakan publik, kita dapat melihatnya dari tiga sudut pandang yakni :

1) pemerakarsa/pembuat kebijakan (the center atau pusat);

2) pejabat-pejabat pelaksana di lapangan;

3) aktor-aktor perorangan diluar badan- badan pemerintahan yang menjadi

sasaran program (target group/kelompok sasaran).

2.5 Model Implementasi Kebijakan

Model implementasi yang dikembangkan oleh para ahli banyak sekali, unruk lebih

memahaminya dapat dilihat dari pembahasan berikut :

1. Model Pendekatan Top-Down

Model implementasi Top-Down (model rasional) digunakan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat implementasi sukses. Van Meter dan Van Horn

(1978) berpandangan bahwa dalam implementasi kebijakan perlu pertimbangan isi dan

tipe kebijakan. Hood (1976) menyatakan implementasi sebagai administrasi yang sempurna.

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Gun (1978) menyatakan ada beberapa syarat untuk mengimplementasikan kebijakan secara

sempurna. Grindle (1980) memandang implementasi sebagai proses politik dan administrasi.

Mazmanian dan Sabatier (1979) melihat implementasi dari kerangka implementasinya.Van

Meter dan Van Horn (Abdul Wahab, 1997), memandang implementasi kebijakan sebagai

those

actions by publik or provide individuals (or group) that are directed at the

achievement of objectives set forth in prior policy decision (tindakan-tindakan yang oleh

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan).

Dalam teorinya, Van Meter dan van Horn beranjak dari suatu argumentasi

bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat

kebijakan yang akan dilakukan. Selanjutnya keduanya menawarkan suatu pendekatan

yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu

model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan prestasi kerja (performance).

Mereka menegaskan pendiriannya bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak

merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Dengan

memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam

proses implementasi ini adalah hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam

mengenalkan perubahan dan organisasi? Seberapa jauhkah tingkat efektifitas mekanisme-

mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur? (masalah ini menyangkut kekuasaan dari

pihak yang paling rendah tingkatannya dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa

pentingkah rasa keterkaitan masing-masing orang dalam organisasi? (hal ini

menyangkut masalah kepatuhan).

Atas dasar pandangan tersebut diatas, Van Meter dan Van Horn kemudian

berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut (1) jumlah masing-masing

perubahan yang akan dihasilkan dan (2) jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap

tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi. Alasan dikemukakannya

hal tersebut ialah bahwa proses implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

semacam itu, dalam pengertian bahwa implementasi kebanyakan berhasil apabila

perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, bagi

mereka yang mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi.

Selain Van Meter dan Van Horn, model top-down dikemukakan juga oleh

Mazmanian dan Sabatier (Stillmen, 1988) dan Hill (1993) kedua tokoh ini meninjau

implementasi dari kerangka analisisnya. Model top-down yang dikemukakan oleh kedua ahli

ini dikenal dan dianggap sebagai salah satu model top-down paling maju, Karena keduanya

telah mencoba mensintesiskan ide-ide dari pencetus teori model top-down dan bottom-up

menjadi enam kondisi bagi implementasi yang baik, yaitu :

a. Standar evaluasi dan sumber yang legal;

b. Teori kausal yang memadai, sehingga menjamin bahwa kebijakan memiliki

teori yang akurat bagaimana melakukan perubahan;

c. Integrasi organisasi pelaksana, guna mengupayakan kepatuhan bagi pelaksana kebijakan

dan kelompok sasaran;

d. Para implementator mempunyai komitmen dan keterampilan dalam menerapkan

kebebasan yang dimilikinya guna mewujudkan tujuan kebijakan;

e. Dukungan dari kelompok-kelompok kepentingan dan kekuatan dalam hal ini

legislatif dan eksekutif;

f. Perubahan kondisi sosial ekonomi yang tidak menghilangkan dukungan

kelompok dan kekuasaan, atau memperlemah teori kausal yang mendukung kebijakan

tersebut.

Oleh kedua tokoh disadari pula bahwa, bila kondisi-kondisi diatas terpenuhi

bukan berarti ada jaminan mutlak bahwa implementasi itu akan benar-benar berjalan efektif.

Ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh Mazmanian dan Sabatier faktor

tersebut disebut sub optimal conditional yaitu kondisi dimana, para legislator atau para

perumus kebijakan menghadapi : (1) Informasi yang tidak valid, (2) Konflik tujuan dan

kompleksitas politik di legislatif, (3) Kesulitan melakukan aktifitas, terutama pada implementasi

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

dan evaluasi yang dibebaskan oleh tidak jelasnya masalah, (4) Tidak adanya dukungan dari

kelompok kepentingan, dan (5) Validitas, teknik dan teori yang tidak memadai.

Mazmanian dan Sabatier (Wibawa, 1994) membuat proses model

implementasi kebijakan dengan a frame work implementation yang mempengaruhi

tercapainya tujuan dengan 3 (tiga) kategori besar yaitu :

1. Mudah tidaknya masalah yang akan dikendalikan;

2. Kemampuan keputusan kebjiakan untuk menstruktur secara cepat proses

implementasi;

3. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan

yang termuat dalam keputusan kebijakan.

Mazmaninan dan Sabatier (Islamy, 2001) menegaskan bahwa, untuk

mengimplementasikan kebijakan secara optimal ada enam syarat yaitu :

1. Adanya tujuan yang ditetapkan secara legal/sah, jelas dan konsisten;

2. Adanya landasan teori sebab akibat yang tepat pada setiap perumusan dan

implementasi kebijakan yang menghubungkan perubahan perilaku kelompok

sasaran dengan tercapainya tujuan akhir yang diinginkan;

3. Proses implementasi yang strukturnya secara legal guna mendorong adanya atau

timbulnya kepatuhan dari para pejabat pelaksana dan kelompok sasaran;

4. Adanya komitmen dan kecakapan (politik dan manajerial) yang dimiliki oleh

para aparat pelaksana untuk memanfaatkan sumber-sumber bagi tercapainya tujuan

kebijakan;

5. Adanya dukungan politik yang aktif dari para pemegang kekuasaan (eksekutif,

dan legislatif) dan kelompok kepentingan;

6. Prioritas pelaksana tujuan kebijakan pokok/utama tidak boleh terganggu oleh

adanya kebijakan lain yang bertentangan, atau adanya perubahan kondisi social ekonomi

tidak boleh mengganggu secara substansial terhadap pelaksanaan teknis dan dukungan

politik serta teori sebab-akibat dari pelaksanaan kebijakan/ program yang ada.

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Model implementasi yang dikemukakan Mazmanian dan Sabatier pada

Dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan model implementasi top-down yang

dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (1975); Hood (1976); Gun (1978) dan Grindle

(1980) yaitu dalam hal perhatiannya terhadap kebijakan dan lingkungan kebijakan.

Perbedaannya, pemikiran dari Mazmanian dan Sabatier ini menganggap bahwa, suatu

implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya memenuhi apa yang telah

digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis). Disamping itu model ini

juga memandang bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan secara makanis atau linier,

maka penekanannya terpusat pada koordinasi dan kontrol yang efektif yang mengabaikan

manusia sebagai target group dan juga peran dari aktor lain. Disinilah kelemahan pendekatan

Mazmanian dan Sabatier tersebut dalam menjelaskan proses implementasi yang terjadi jika

dibandingkan dengan model yang digunakan oleh Edward III, melalui analisis faktor

komunikasi,

struktur birokrasi, sumber daya dan disposisi yang dimiliki oleh masing-masing

pelaksana program.

2. Model Pendekatan Bottom-Up

Pendekatan Bottom-Up ini sering pula dianggap sebagai lahan harapan

(promised land), bertolak dari pengidentifikasian kerangka aktor-aktor yang terlibat dalam

“service delivery” di dalam satu atau lebih wilayah lokal dan mempertanyakan

kepada mereka tentang arah, strategi, aktovitas dan kontak-kontak mereka. Selanjutnya

model ini menggunakan “kontak” sebagai sarana untuk mengembangkan teknik network

guna mengidentifikasi aktor-aktor lokal, regional dan nasional yang terlibat dalam

perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan program pemerintah dan non pemerintah yang

relevan. Pendekatan ini menyediakan suatu mekanisme untuk bergerak dari street level

bureaucrats (the bottom) sampai pada pembuatan keputusan tertinggi (the top) disektor publik

maupun privat. Dalam hal ini kebijakan dilakukan melalui bergaining (eksplisit atau implisit)

antara anggota-anggota organisasi dan klien mereka.

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Dalam pendekatan Bottom-up pun masih menemukan kelemahan, karena

asumsinya bahwa implementasi berlangsung di dalam lingkungan pembuatan keputusan

yang terdesentralisasi, sehingga pendekatan ini keliru dalam menerima kesulitan empiris

sebagai statemen normatif maupun satu-satunya basis analisis atau komplek masalah

organisasi dan politik. Selain itu petugas lapangan tentu pula melakukan kekeliruannya.

Karena itu berbahaya untuk menerima realitas deskriptif yang menunjukan bahwa, birokrat

lapangan membuat kebijakan dan mengubahnya ke dalam suatu deskripsi tindakan.

3. Model Pendekatan Sintesis (Hybrid Theories)

Model pendekatan yang dikembangkan oleh Sabatier sintesanya

mengkombinasikan unit analisis bottom-upers, yaitu seluruh variasi aktor publik dan privat

yang terlibat didalam suatu masalah kebijakan, dengan top-downers, yaitu kepedulian pada

cara-cara dimana kondisi-kondisi sosial ekonomi dan instrumen legal membatasi perilaku.

Pendekatan ini, tampaknya lebih berkaitan dengan konstruksi teori daripada dengan

penyediaan pedoman bagi praktisi atau potret yang rinci atas situasi tertentu. Selain itu model

ini lebih cocok untuk menjelaskan suatu perubahan kebijakan dalam jangka waktu satu

dekade atau lebih (Lester, 1987).

Usaha yang ketiga untuk mensintesakan unsur-unsur pendekatan top-down

dan bottom-up dikembangkan oleh Goggin. Di dalam modelnya mengenai

implementasi kebijakan antar pemerintah, mereka memperlihatkan bahwa implementasi

di tingkat daerah (state) adalah fungsi dari perangsang-perangsang dan batasan-batasan

yang diberikan kepada (atau yang ditimpakan kepada) daerah dari tempat lain di dalam sistem

pusat (federal), dan kecenderungan daerah untuk bertindak serta kapasitasnya untuk

mengefektifkan preferensi-preferensinya.

Pilihan-pilihan daerah bukanlah pilihan dari aktor nasional yang kompak

tetapi merupakan hasil bergaining antar unit-unit internal maupun eksternal yang

terlibat di dalam politik daerah. Dengan demikian pendekatan pendekatan ini

mengandalkan bahwa implementasi program-program pusat di tingkat daerah pada akhirnya

tergantung pada tipe variabel-variabel top-down maupun bottom-up.

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2.6 Kebijakan Program Kelas Internasional

Kelas internasional merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan tinggi luar

negeri dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi tersebut dalam

menghadapi tantangan pendidikan global serta menciptakan individu yang benar-benar

berkualitas serta mampu bersaing di dunia internasional. Hal tersebut mempunyai landasan

yang kuat sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat (3), pemerintah dan/atau pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada Keputusan Direktur

Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000

bahwa bentuk kerjasama perguruan tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga

lain di Luar Negeri dalam satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar

menukar dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3)

Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit. Program

kembaran adalah program kerjasama antara perguruan tinggi dimana perguruan tinggi asing

dan perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan program studi yang sama dan

menyelenggarakan kegiatan pendidikan bersama sehingga lulusannya selain memenuhi

persyaratan perguruan tinggi di Indonesia juga diakui oleh lembaga perguruan tinggi asing

tersebut. Sedangkan Alih kredit adalah program yang masing-masing perguruan tinggi

mengakui kredit yang diperoleh melalui kegiatan akademik yang dilakukan di perguruan

tingginya.

Adanya kelas internasional dalam suatu perguruan tinggi banyak mengalami pro dan

kontra, meskipun hal tersebut adalah wajar. Sebenarnya bisa dengan menggali dari tujuan

dan kesiapan pelaksana program tersebut. Apakah tujuan yang akan dicapai bisa

direalisasikan dengan sederetan usaha yang akan dilaksanakan. Kemudian dengan kesiapan

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

pelaksana, jika dalam suatu perguruan tinggi adalah dari unsur Sumber Daya Manusia dan

sarana dan prasarana yang memadahi.

Sujarwo (2009) pada hasil studi evaluasi mengenai Kelas Internasional di Universitas

mengkaji bahwa ada paling tidak 7 hal urgen atau sangat penting yang ada dalam kelas

internasional, yaitu:

1. Kurikulum kelas Internasional

Terdapat beberapa pengertian dan definisi tentang konsep dasar sebuah kurikulum,

menurut George A. Beauchamp (1986), “A Curriculum is a written document which may

contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their

enrolment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap

sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti

dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to

be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.

Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa:

“ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and

courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of

school.

Kurikulum didefinisikan sebagai rencana suatu lembaga pendidikan untuk memfasilitasi

proses belajar (wawan S. Suherman: 2001). Definisi kurikulum mengalami suatu

perkembangan yang sangat menakjubkan, selama setengah abad terakhir, karena

perkembangannya sebagai suatu bidang studi. Kurikulum juga didefinisikan secara luas

sebagai seluruh pengalaman yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, dari

pembelajaran formal sampai pertandingan antar sekolah.

Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)

mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:

(a) Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,

khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. (b) Kurikulum sebagai suatu rencana

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat

tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. (c) Kurikulum sebagai suatu kegiatan,

yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk

praktek pembelajaran. (d) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari

kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni

tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dari beberapa pendapat para pakar dan undang-

undang yang sudah diatur oleh pemerintah tentang pendidikan intinya, bahwa kurikulum

dalam kelas internasional juga harus disusun sebaik mungkin berdasarkan need assessment,

tujuan dengan tidak meninggalkan local culture yang akan dijual ke stakeholder atau user-

nya.

2. Dosen atau staf pengajar kelas internasional

Pembelajaran dalam kelas internasional hendaknya ditopang dengan adanya dosen-

dosen atau staf pengajar yang memiliki pengalaman dan kemampuan/skills dibidangnya,

selain itu dia juga sangat konsen dengan bidang dia tersebut, karena nantinya lulusan dari

kelas ini diharapkan memiliki kualitas dalam bidangnya, sehingga dosen dalam memberikan

pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan akhir yang akan diraih. kemampuan fisik

maupun psikis juga harus dimiliki oleh para dosen kelas internasional ini, karena tidak

menutup kemungkinan apabila jejaring yang telah dibuat oleh Universitas untuk kelas

internasionalnya ini luas maka para staf pengajar juga akan memberikan perkuliahan ke luar

negeri.

Dosen yang bisa mengajar dikelas internasional inipun juga harus melalui uji kompetensi

dan uji kelayakan. Monitoring dan supervisi kepada dosen dan pembelajarannya jug selalu

dipantau, apabila tidak ada perkembangan dan ketuntasan kompetensi yang telah

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

disampaikan juga harus diteliti hasilnya, apakah setiap saat mengalami perkembangan atau

tidak, sehingga bisa segera ditindak lanjuti apabia terjadi suatu kendala. Para staf pengajar

juga harus memiliki penelitian yang bisa mengembangkan kualitas pembelajaran yang dia

lakukan, sehingga jika kesemua hal tersebut bisa dipenuhi harapannya mahasiswa bisa

memiliki kompetensi yang bisa dipertanggungjawabkan.

3. Staf Administrasi dalam kelas Internasional

Kelancaran proses pembelajaran dan administrasi dalam kelas internasional juga sangat

dipengaruhi oleh staf administrasi yang kredibel dibidangnya tersebut. Mereka harus bekerja

all out dengan tugas-tugasnya untuk menopang kelancaran perkuliahan. Job descriptions juga

harus disusun sedemikian rupa dalam setiap pekerjaannya. Kemudian pelayanan prima

kepada dosen dan juga mahasiswa diutamakan. Staf administrasi juga harus memiliki kinerja

yang selalu dievaluasi dan dimonitoring oleh pihak yang berwenang, agar selalu terkontrol

kinerjanya secara optimal. Komunikasi antara staf administrasi, staf pengajar, dan mahasiswa

juga harus berjalan dengan baik dan kondusif.

4. Mahasiswa dalam kelas Internasional

Mahasiswa yang menempuh studi hedaknya juga siap dengan kondisi dan situasi yang

menuntut persaingan global, baik secara kualitas sumber daya manusia maupun kualitas

bidang ilmu pengetahuan yang dia miliki. Secara financial maupun psikis mahasiswa di kelas

internasional ini juga harus siap. Hal tersebut disebabkan karena segala aktifitas nantinya

akan melibatkan fiancial yang tidak sedikit, dan juga secara psikis mereka juga harus bisa

bersaing dengan mahasiswa lain baik dalam negeri maupun luar negeri, sesuai dengan

jejaring yang mereka miliki. Dalam proses pemilihan mahasiswa yang masuk kelas ini juga

sangt selektif, bukan karena Nepotisme, Kolusi dan lain-lain akan tetapi benar-benar

mahasiswa yang lolos dari penjarigan tes seleksi masuk yang valid dan reliabel. Karena hal

tersebut akan menentukan hasil out put mahasiswa kelas internasional ini.

5. Sarana dan Prasarana Kelas Internasional

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

Fasilitias yang harus disediakan untuk kelas inipun juga harus optimal dan mampu

menopang segala proses pembelajaran dan perkuliahan. Adanya jaringan internet yang on-

line dan lancar, jadi tidak hanya on tapi juga lancar tidak terputus-putus. Kuantitas dan kualitas

media dalam pembelajaran juga harus disediakan secara optimal. Adanya laboratorium yang

representatif juga sangat dibutuhkan dalam kelas ini, karena tidak hanya pada tataran konsep

nantinya yang mahasiswa kelas internasional ini, akan tetapi skills praktik juga harus dimiliki.

6. Biaya Kuliah Kelas Internasional

Pada aspek yang satu ini, mahasiswa juga harus mampu mengusahakan, karena tanpa

adanya aspek ini pembelajaran dan perkuliahan tidak akan berjalan dengan optimal. Karena

setiap upaya yang besar juga membutuhkan dana yang besar juga. Sehingga dari aspek

pembiayaan sesuai dengan internasional alat tukar mereka juga menggunakan US$,

sehingga mahasiswa juga perlu memperhatikan dahulu kemampuan financial yang dia miliki

sebelum masuk dalam kelas ini. Universitas juga harus open management dalam

mengalokasikan segala biaya tersebut supaya hasilnya memuaskan semua pihak.

7. Jejaring/web stakeholder

Komponen dalam kelas internasioal berikut juga sangat penting, dimana kita juga harus

terlibat langsung dalam kawasan atau jaringan internasional. Jaringan pendidikan yang paling

dekat adalah ASEAN, dan yang lebih luas adalah dunia. Kita harus masuk dalam jejaring

tersebut karena segala aktivitas dan perkuliahan nantinya akan bersinggungan dengan

negara-negara tetangga. Sehingga laboratorium yang dimiliki juga besar karena difasilitasi

juga dengan laboratorium miliki negara lain. Akulturasi dan pertukaran pendidikan yang tentu

saja relevan dengan bidang ilmu kita juga akan terjadi dalam kelas ini.

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

BAB III

ANALISIS SETTING SOSIAL

3.1 Gambaran Umum Universitas Brawijaya

3.1.1 Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Brawijaya

1. Visi Universitas Brawijaya

Visi Universitas Brawijaya adalah menjadi universitas unggul yang berstandar

internasional dan mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa melalui

proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

2. Misi Universitas Brawijaya

Misi Universitas Brawijaya adalah:

1). Menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional agar peserta didik

menjadi manusia yang berkemampuan akademik dan/atau profesi yang

berkualitas dan berkepribadian serta berjiwa dan/atau berkemampuan

entrepreneur;

2). Melakukan pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi,

danseni, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan di Universitas Brawijaya berfungsi:

a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

b. mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil,

berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan

c. mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan

dan menerapkan nilai Humaniora.

Pendidikan di Universitas Brawijaya bertujuan:

a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan

bangsa;

b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau

Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing

bangsa;

c. dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang

memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi

kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;

dan

d. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya

Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa.

3.1.2 Profil Universitas Brawijaya

Nama Universitas Brawijaya (disingkat UB) diresmikan sebagai Universitas

Negeri pada tahun 1963. berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 196

tahun 1963 dan berlaku sejak 5 Januari 1963. Tanggal tersebut kemudian

ditetapkan sebagai hari lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya.

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

Kampus Universitas Brawijaya berada di kota Malang Jawa Timur, dengan

lokasi yang mudah terjangkau oleh kendaraan umum. Kampusnya sangat asri

karena banyaknya pepohonan dan ditunjang oleh hawa sejuk kota Malang.

Kantor Pusat Universitas Brawijaya (1963 ­ 1974) Kantor Pusat Universitas Brawijaya (1974 – 1982)

(Sumber : Buku Tahunan UNIBRAW, 2010)

Sederet bangunan terpelihara dengan baik, berbaris di kampus,

digunakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan kegiatan administrasi untuk

penyelenggaraan lima belas Fakultas yaitu (1) Fakultas Hukum; (2) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis; (3) Fakultas Ilmu Administrasi; (4) Fakultas Pertanian; (5)

Fakultas Peternakan; (6) Fakultas Teknik; (7) Fakultas Kedokteran; (8) Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan; (9) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam; (10) Fakultas Teknologi Pertanian; (11) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik; (12) Fakultas Ilmu Budaya; (13) Fakultas Kedokteran Hewan; (14)

Fakultas Kedokteran Gigi; (15) Fakultas Ilmu Komputer (Tabel 3.1)

Tabel 3.1. Fakultas, Vokasi dan Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4

Sumber: Laporan Kinerja Rektor UB,2015

Perkembangan keilmuan dan teknologi yang meningkat membawa

konsekuensi bertambahnya jumlah progran studi berizin di Universitas Brawijaya.

Jumlah program studi berizin Universitas Brawijaya mulai tahun 2013 sampai

dengan tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2013

jumlah prodi berizin yaitu 120 program studi, sedangkan pada tahun 2014

berjumlah 129 program studi, dan meningkat signifikan pada tahun 2015 yaitu

145 program studi berizin (Grafik 3.1).

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5

Grafik 3.1. Perkembangan Jumlah PS di UB

(Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)

Jumlah mahasiswa Universitas Brawijaya secara keseluruhan meningkat

pesat dari tahun ke tahun dan telah mencapai 64,031 sampai dengan tahun

2015. Strata Diploma berjumlah 2,228 mahasiswa, Sarjana (S-1) berjumlah

57,311 mahasiswa, Magister (S-2) berjumlah 3,299, Doktor (S-3) berjumlah

1,193.

Selisih antara mahasiswa diterima dengan mahasiswa yang melakukan

daftar ulang mulai tahun 2013 sampai dengan 2015, yaitu pada tahun 2013

selisih antara diterima dan daftar ulang yaitu 4.308, pada tahun 2014 yaitu 3.651

dan tahun 2015 yaitu 2.059. Berarti terdapat peningkatan jumlah mahasiswa

yang melakukan daftar ulang dibandingkan dengan jumlah mahasiswa diterima

tiap tahun (Grafik 3.2)

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

6

Grafik 3.2 Perkembangan Jumlah Peminat, Diterima dan Daftar Ulang

(MABA) (Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)

Kuantitas dan kualitas lulusan menunjukkan adanya perkembangan yang

sangat baik (Grafik 3.3) Secara kuantitas lulusan Universitas Brawijaya tahun

2015 menunjukkan angka 10.301 mahasiswa, berarti bahwa jumlah mahasiswa

lulus cenderung mendekati jumlah mahasiswa yang masuk.

Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Lulusan UB (Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)

3.2 Gambaran Lokasi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya

3.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

1. VISI

Menjadi lembaga pendidikan bertaraf internasional di bidang ekonomi dan bisnis

yang berjiwa wirausaha dan berkesadaran ketuhanan, kemanusiaan, dan

lingkungan.

2. MISI

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

7

Menyelenggarakan pendidikan ekonomi dan bisnis bertaraf internasional

berbasis riset, kewirausahaan dan kesadaran ketuhanan, kemanusiaan,

dan lingkungan

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang ekonomi

dan bisnis melalui riset yang berkarakter nilai-nilai lokal dan universal

Menginspirasi, mencerahkan, dan melayani masyarakat lokal dan global

melalui pendidikan dan riset.

3. Tujuan

Menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha dan berkesadaran

ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan

Menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan (disiplin) ekonomi

dan bisnis dan model kewirausahaan berbasis nilai lokal dan universal

Menemukan dan mengembangkan sistem dan teknik pembelajaran

inovatif ekonomi dan bisnis

Memberikan kepada masyarakat melalui pendidikan, pelatihan,

pendampingan, dan konsultasi

3.2.2 Profil Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Embrio Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) yang

dikenal sekarang ini, bernama Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). PTEM

didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang pada 27 Juni 1957

dengan Akte Notaris No. 26 tertanggal 15 Agustus 1957.

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

8

PTEM didirikan dengan tujuan untuk memajukan dan memperkembangkan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi pada khususnya, serta

membentukmanusia susila yang cakap dan bertanggung jawab serta

mempersiapkan tunas- tunas muda guna menjadi ahli-ahli ekonomi yang

berguna bagi nusa dan bangsa. Yayasan PTEM dipimpin oleh Mayor Polak yang

ketika itu menjabat sebagai Ketua Jurusan di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Airlangga (Unair) yang ada di Malang. Dosen

pengajar berasal dari APDN dan FKIP Unair. Sedangkan kampus tempat kuliah

berpencaran dan tersebar di Jl. Ijen dan Jl. Guntur, SMA Tugu, Balai Kota

Malang, SPMA Tanjung, Gedung PAAKRI (Jl. Pahlawan Trip), dan sebagainya.

Sebagian besar dosen dan mahasiswa adalah keturunan Tionghoa. Hanya

beberapa dosen dan 10 orang mahasiswa, orang Indonesia Asli.

Sejak 3 Oktober 1961, PTEM meleburkan diri menjadi bagian dari Universitas

Brawijaya dan disebut Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (FEUB). Nama

Universitas Brawijaya diberikan oleh Presiden Soekarno melalui kawat Presiden

Republik Indonesia No. 258/K/1961 tertanggal 11 Juli 1961. Sebelum kawat

Presiden tersebut, Universitas Brawijaya bernama Universitas Kotapraja Malang.

Pada 5 Januari 1963 dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 Tahun 1963,

Universitas Brawijaya diresmikan sebagai salah satu universitas negeri di

Indonesia.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB terdiri dari 11 Program Studi diantaranya

Program Sarjana S1 diantaranya Akuntansi, Manajemen, Ekonomi

Pembangunan, Ekonomi Islam. Program Magister S2 diantaranya Akuntansi,

Manajemen, Ilmu Ekonomi. Program Doktor S3 diantaranya Ilmu Akuntansi, Ilmu

Ekonomi, Ilmu Manajemen serta Pendidikan Profesi Akuntan.

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

9

Selain program studi di atas FEB juga menyelenggarakan Program

Pendidikan Internasional, Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), Joint Program

Magister Akuntansi (bagi mahasisiwa yang ingin menempuh jenjang S2/ MSA

dan Pendidikan Profesi/ Ak secara bersamaan), dan Perkuliahan Jarak Jauh

(PJJ) di kota Jakarta dan Kediri, namun juga ada konsentrasi Akuntansi Jasa

Penilai untuk magister Akuntansi (kerjasama antara FEB dengan MAPPI).

Jumlah mahasiswa baru FEB-UB mengalami fluktuasi dalam waktu 5 tahun

terakhir (2011-2015). Perkembangan jumlah mahasiswa baru terbagi menjadi 3

jenjang program, yaitu Program Sarjana (S1), Program Magister (S2) serta

Program Doktor (S3).

Perkembangan jumlah mahasiswa baru untuk Program Sarjana (S1) FEB-UB

pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 1.095, tahun 2012 sebanyak 1.186

berikutnya pada tahun 2013 sebanyak 997. Pada Tahun 2014 sebanyak 913

yang diterima dan tahun 2015 sebanyak 955.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

JUMLAH MAHASISWA BARU PROGRAM SARJANA (S1) FEB-UB

2011

2012

2013

2014

2015

Grafik 3.4 Jumlah Mahasiswa Baru Program Sarjana (S1) FEB-UB

(Sumber: UB Dalam Angka, 2016)

Sedangkan perkembangan jumlah mahasiswa baru untuk Program Magister

(S2) FEB-UB pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 139 orang, tahun 2012

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

10

sebanyak 114 orang berikutnya meningkat pada tahun 2013 sebanyak 173

orang. Pada Tahun 2014 sebanyak 152 orang yang diterima dan tahun 2015

sebanyak 184 orang seperti pada Grafik 3.5 berikut

0

50

100

150

200

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Mahasiswa Baru S2

Grafik 3.5. Perkembangan Jumlah Mahasiswa Baru Progam Magister (S-2) FEB-UB (Sumber: UB Dalam Angka, 2016)

Selanjutnya untuk Program Doktor (S3) FEB-UB perkembangan jumlah

mahasiswa baru mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2011-

2015) pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 67 orang, tahun 2012 sebanyak

64 orang berikutnya meningkat pada tahun 2013 sebanyak 92 orang. Pada

Tahun 2014 sebanyak 152 orang yang diterima dan tahun 2015 sebanyak 184

orang seperti pada Grafik 3.6

0

20

40

60

80

100

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Mahasiswa Baru S3

Grafik 3.6. Perkembangan Jumlah Mahasiswa Baru Progam Doktor (S-3) FEB-UB (Sumber: UB Dalam Angka, 2016)

Mulai tahun akademik 2007/2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya juga membuka Program Perintisan Menuju Kelas Internasional yang

dimulai dari dibukanya kelas berbahasa Inggris di Jurusan Akuntansi disusul

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

11

pada tahun akademik 2008/2009 oleh Jurusan Ilmu Ekonomi dan Jurusan

Manajemen. Pendidikan bertaraf internasional seperti Program Internasional FEB

UB akan mampu memberikan nilai lebih pada para mahasiswanya.

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih

mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi, maka jenis penelitian

dengan strateginya yang cocok dan relevan adalah penelitian kualitatif deskriptif

dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Dengan penelitian ini

diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-

analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi

kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah (Muhadjir, 1996: 243). Peneliti

menggunakan penelitian kualitatif agar data yang diperoleh lebih banyak dan

mendalam sehingga dapat membantu dalam proses penelitian.

Metode deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan

masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki

sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang actual pada saat sekarang

(H. Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari, 2006:67) Oleh karena itu dalam

metode ini peneliti tidak bertujuan menguji hipotesa atau teori, melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti dan

tidak bertindak sebagai pengamat tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori.

Sedangkan pendekatan yang dipilih peneliti kali ini adalah studi kasus, yang

merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek

seorang individu, suatu kelompok atau organisasi. Peneliti berupaya menelaah

dan mempelajari sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti, dengan

tujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam.

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

Robert K. Yin menjelaskan bahwa studi kasus adalah salah satu metode

pendekatan pada penelitian ilmu-ilmu sosial dimana secara umum pendekatan

tersebut lebih sesuai jika pokok pertanyaan seuatu penelitian berkenaan dengan

”bagaimana” atau ”mengapa”. Berikut penjelasannya:

”Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila

pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti

hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan

diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena yang

kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata.”

Sebagai suatu upaya penelitian, studi kasus dapat memberi nilai tambah

pada pengetahuan kita secara unik mengenai fenomena individual, organisasi

dan bahkan masalah sosial politik. Dengan menggunakan pendekatan ini kita

bisa memahami peristiwa-peristiwa dalam kehidupan nyata seperti siklus

kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan manajerial, maupun

perubahan lingkungan sosial. Dalam studi kasus, data kasus hanya berlaku

untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau untuk

menguji hipotesis tertentu. Lebih memungkinkan data kasus mendalam dan

komprehensif dalam mengekspresikan suatu objek penelitian. Melalui

pendekatan ini peneliti berusaha untuk mengumpulkan informasi atau data

sebanyak- banyaknya yang berkenaan dengan Implementasi Kebijakan Program

Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

4.2 Fokus Penelitian

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

Menurut Moleong (2012: 94) terdapat dua tujuan yang ingin dicapai peneliti

dalam merumuskan masalah penelitian dengan menetapkan fokus penelitian

terlebih dahulu. Pertama, eksistensi fokus dapat membatasi studi penelitian

hanya pada rumusan masalah yang ada. Kedua adanya fokus penelitian

berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi aau kriteria keluar masuk

(inclusion-exclusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh langsung dari

lapangan.

Peneliti dengan berpedoman pada arahan fokus penelitian dapat mengetahui

secara jelas data apa saja yang dibutuhkan dan dapat dipergunakan dan data

mana saja yang tidak diperlukan karena dianggap tidak relevan atau bahkan

tidak berguna sama sekali untuk dipergunakan dalam tahap penelitian

selanjutnya. Oleh karena itu fokus penelitian tidak bisa dilepaskan dari rumusan

masalah yang telah ditetapkan.

Berdasarkan konsep tersebut diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya menurut teori Edward III yang meliputi

beberapa aspek yaitu:

a) Komunikasi yang dilakukan dalam Implementasi Kebijakan Program

Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

meliputi: komunikasi antara Pembuat Kebijakan yaitu Fakultas dan pihak

Pelaksana Kebijakan yaitu Unit Pengelola Program Internasional FEB-UB

b) Sumberdaya Manusia yang melakukan proses implementasi Program

Kelas Internasional, baik pada sumber daya manusia, finansial, informasi

dan kewenangan, serta sarana prasarana.

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4

c) Disposisi dalam pelaksanaan program Kelas Internasional meliputi

Pemahaman pelaksana terhadap kebijakan (tujuan kebijakan), Arahan

dan tanggapan (kesediaan dan komitmen) meliputi penerimaan dan

respon dari pelaksana.

d) Struktur Birokrasi dalam Program Kelas Internasional, meliputi: struktur

organisasi dalam pelaksanaan program, mengatur mekanisme kerja serta

aturan atau kepatuhan pelaksana terhadap standar operating prosedur

(SOP) yang dibentuk.

4.3 Lokasi dan Situs Penelitian

Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi

situasi social. Setiap situasi sosial mengandung unsur Tempat, Pelaku dan

Kegiatan. Tempat ialah wadah dimana manusia melakukan kegiatan tertentu.

Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu dan Kegiatan

ialah aktivitas yang dilakukan orang dalam wadah tertentu. (Usman dan Akbar,

2008:82-83)

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Brawijaya Kota Malang,

Provinsi Jawa Timur dengan mengambil situs penelitian pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

4.4 Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat

khas, unik, idiocyncratic, dan multiinterpretable (Waluyo, 2000:20). Data yang

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5

paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu makna) seperti

dalam pendekatan kuantitatif atau positivism. Untuk itu, data-data kualitatif perlu

ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan (Waluyo, 2000:20).

Yang termasuk sebagai sumber data adalah seseorang, peristiwa,

dokumen (hal, benda) yang dapat dijadikan sumber informasi dan dapat

memberikan data atau informasi yang relevan sesuai fokus penelitian. Tetapi

langkah- langkah dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang

tegas disebabkan desain dan fokus penelitiannya dapat berubah-ubah atau

bersifat emergent. Walaupun demikian langkah-langkah penelitian kualitatif dapat

dibagi atas orientasi melalui bacaan, wawancara ke lapangan; eksplorasi, yaitu

mengumpulkan data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas; member

check, yaitu memeriksakan laporan sementara penelitiannya kepada responden.

(Usman dan Akbar, 2008:80)

Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait fokus penelitian maka

informan ditentukan secara sengaja (purposive sampling) pada tahap awal dan

dalam pengembangannya dilakukan snow ball artinya, setelah memasuki

lapangan penelitian, peneliti menghubungi informan tertentu untuk meminta

keterangan padanya, kemudian akan terus berkembang ke informan yang

lainnya yang terkait dengan fokus penelitian sampai diperoleh data dan informasi

yang lengkap dan menunjukkan tingkat kejenuhan informasi (Kanto, 2010:53) Hal

ini dilakukan agar variasi, kedalaman, dan rincian data atau informasi dapat

diperoleh secara optimal.

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

6

Informan utama dalam penelitian ini adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya yang dinilai mengetahui, menguasai, dan

memahami hal-hal yang berkaitan dengan Kebijakan serta pelaksanaan Program

Kelas Internasional di Universitas Brawijaya

Berdasarkan informasi key informan, ditindaklanjuti dengan menetapkan

informan berikutnya. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan

adalah:

1. Wakil Dekan I Bidang Akademik ( FEB-UB)

2. Kepala Unit Program Internasional (FEB-UB)

3. Staf Dosen atau Pengajar Kelas Internasional (FEB-UB)

4. Staf Administrasi Kelas Internasional (FEB-UB)

5. Mahasiswa Program Kelas Internasional (FEB-UB)

4.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti

adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Penelitilah yang mengadakan

observasi atau wawancara tak terstruktur dengan menggunakan buku catatan.

Peneliti sebagai instrument yang mampu membaca seluruh obyek penelitian

dengan dibantu seperangkat alat berupa alat dokumentasi, pedoman wawancara

(interview guide) dan audio lainnya.

4.6 Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber

informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

7

membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Robert K. Yin oleh

Kusmarni (103 – 118) mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk

pengumpulan data dalam studi kasus yaitu

(1) dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-

laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping,

artikel;

(2) rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar

nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb;

(3) wawancara biasanya bertipe open-ended;

(4) observasi langsung;

(5) observasi partisipan dan

(6) perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen,

pekerjaan seni dll.

Untuk itu prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara, Observasi dan dokumentasi.

a. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi

dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman

informasi. Dalam hal ini, peneliti dapat bertanya kepada “key informant” tentang

fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang

ada. Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta responden untuk

mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat

menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996:

109). Wawancara yang dilaksanakan untuk memperoleh data, dengan

mengadakan tanya jawab langsung dengan informan yang berasal dari Fakultas

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

8

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yaitu Dekan, Wakil Dekan I Bidang

Akademik, Kepala Program Studi Kelas Internasional, Staf Dosen atau Pengajar

Kelas Internasional, Staf Administrasi Kelas Internasional dan Mahasiswa

Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

dengan pertanyaan yang semakin terfokus pada permasalahan sehingga

informasi yang dikumpulkan cukup mendalam.

b. Observasi Langsung

Observasi langsung dapat dilakukan dalam bentuk observasi partisipasi pasif

terhadap berbagai kegiatan dan proses yang terkait dengan studi (Sutopo, 1996:

137). Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data

yang formal hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat

untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi

dapat menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun

fenomena yang akan diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga

peneliti bahkan bisa mengambil foto-foto pada situs penelitian untuk menambah

keabsahan penelitian (Dabbs, 1996:113). Fenomena yang diamati meliputi

kondisi eksisting, ketersediaan sarana dan prasarana utama dalam mendukung

Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya, Proses Belajar Mengajar (PBM) Kelas Internasional serta

kendala-kendala selama proses pelaksanaan program Kelas Internasional.

c. Dokumentasi

Tekhnik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak bisa

didapatkan dengan tekhnik wawancara maupun tekhnik observasi. Tekhnik

dokumentasi diperoleh berupa foto, gambar, bagan, struktur dan catatan-catatan

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

9

yang diperoleh dari subjek penelitian. Menurut Lincoln dan Cuba, sumber data

dari dokumen, rekaman dan catatan cukup bermanfaat sebagai sumber data

yang stabil dan akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya,

disamping ia telah tersedia sehingga mudah memperolehnya. Dokumentasi

penulis lakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari beberapa dokumen

terkait Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya.

4.7 Tekhnik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yakni analisis ketika berada di

lapangan sewaktu pengumpulan data dan analisis setelah data terkumpul.

a) Analisis data ketika pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan

jalan:

1. Merumuskan gagasan berdasarkan data-data awal yang telah

diperoleh. Hal ini dilakukan untuk memperoleh batasan penelitian dan

fokus kajian sehingga pengambilan data berikutnya tidak terlalu

melebar.

2. Melakukan review data, artinya membaca ulang data dan menandai

bagian-bagian penting yang dapat digunakan untuk melakukan analisis

dan selanjutnya.

b) Analisis data setelah terkumpul dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

10

1. Data yang terkumpul akan diinterpretasikan dan diberi makna

setelah dikelompokkan berdasarkan jenis aktivitas yang telah

ditentukan.

2. Temuan data disajikan dalam bentuk matriks temuan data sehingga

mudah dibaca dan mempermudah penyusunan laporan dan menjawab

rumusan masalah yang ada.

3. Hasil temuan data akan dipadukan dengan hasil penelusuran

kepustakaan untuk menemukan keterkaitan antar data sehingga dapat

ditarik kesimpulan untuk menjawab perumusan masalah yang ada.

4.8 Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik dalam

mengevaluasi keabsahan data sebagai berikut :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen utama, karena ia yang

memegang kunci keberhasilan untuk menggali data valid sebanyak-banyaknya.

Sehingga keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti saat penelitian. Waktu yang

panjang dalam melakukan penelitian akan dapat diperoleh, sehingga

menyediakan lingkup yang lebih luas. Perpanjangan pengamatan berarti

penelitian kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Melalui perpanjangan

pengamatan ini artinya hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

11

terbentuk saling kepercayaan sehingga tidak ada informasi yang akan

disembunyikan.

2. Triangulasi Data

Dalam teknik ini peneliti membandingkan data-data yang diperoleh dari berbagai

sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen,

dan data-data lain yang berkenaan dengan upaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya di dalam mengimplementasikan Kebijakan Program Kelas

Internasional. Dengan triangulasi peneliti membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Maka dari itu

pada pembahasan penelitian ini, peneliti juga menampilkan beberapa hasil

wawancara dengan pihak pelaksana yaitu Staf Dosen atau Pengajar Kelas

Internasional dan Staf Administrasi Kelas Internasional maupun Mahasiswa yang

mengikuti Program Kelas Internasional.

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan

pembahasannya. Hasil penelitian akan disajikan berdasarkan yang peneliti

temukan di lapangan saat penelitian berlangsung serta diadakannya

pembahasan mengenai hasil peneitian tersebut yaitu mengenai Implementasi

Kebijakan Kelas Internasional Universitas Brawijaya (Studi Kasus pada Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya Malang).

Sebagai langkah dalam penyajian data, maka peneliti pada tahap ini akan

menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dI lapangan pada saat penelitian

berlangsung, selanjutnya hasil temuan di lapangan akan disesuaikan dengan

rumusan masalah dan fokus penelitian.

5.1 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional

Universitas Brawijaya

Universitas Brawijaya (UB), merupakan salah satu Perguruan Tinggi

Negeri terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1963 dengan kampus

utamanya terletak di kota Malang, Jawa Timur. Sesuai amanat Undang-Undang

Pendidikan Tinggi (UUPT) No. 12 tahun 2012, Universitas Brawijaya mempunyai

kewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat yang memiliki daya saing baik di tingkat nasional maupun di tingkat

internasional.

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

Untuk mengimplementasikan amanat UUPT 12 tahun 2012, Universitas

Brawijaya telah berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni, serta mempunyai andil besar dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, mengatasi berbagai persoalan bangsa, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dan memelihara kelestarian lingkungan dan budaya.

Universitas Brawijaya juga telah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai

institusi di dalam maupun luar negeri dalam upaya mewujudkan visi dan misi

yang diembannya. Demikian pula, prestasi UB di tingkat nasional dan tingkat

internasional telah banyak diraih. Pada tahun 2014, Universitas Brawijaya

menduduki ranking Internasional dan Nasional yang baik yaitu pada tahun 2014

termasuk dalam 700+ dunia dan 251-300 Asia serta rangking 4 Indonesia untuk

International Colleges & Universities (4-ICU).

Namun demikian, Universitas Brawijaya dituntut untuk selalu memperbaiki

kualitas proses pendidikannya disertai dengan upaya peningkatan relevansinya

dalam rangka persaingan global. Untuk mencapai visi jangka panjang di tahun

2025, Universitas Brawijaya sejak tahun 2005 telah menyusun tahapan

pencapaian visi yaitu: (1) memiliki daya saing di tingkat NASIONAL pada tahun

2010, (2) memiliki daya saing di tingkat ASEAN di tahun 2015, (3) memiliki daya

saing di tingkat ASIA di tahun 2020, dan (4) memiliki daya saing global di tahun

2025. Dengan demikian di tahun 2025 Universitas Brawijaya diharapkan telah

menjadi sebuah Perguruan Tinggi dengan predikat World Class Entrepreneurial

University yang sanggup mensejajarkan dirinya dengan universitas terkemuka di

dunia baik dari segi mutu lulusan maupun mutu proses penyelenggaraan

pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sehingga dapat

mengangkat martabat dan harkat bangsa Indonesia.

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

Sesuai milestone pencapaian visi-misi Universitas Brawijaya (Gambar 5.1),

capaian visi-misi Universitas Brawijaya sampai tahun 2015 sebagai universitas

unggul berstandar internasional dan berdaya saing ASEAN.

Gambar 5.1 Milestone Pencapaian Visi-Misi UB (Sumber : Renstra UB 2014-2019)

Sesuai arah pengembangan Universitas Brawijaya menuju World Class

Entrepreneurial University (WCEU), salah satu indikator yang digunakan dalam

melihat capaian program, yakni Indikator World Class

University/internasionalisasi. Indikator capaian untuk Internasionalisasi salah

satunya yaitu adanya Program Kelas Internasional. Program Kelas Internasional

adalah usaha Universitas Brawijaya dengan melakukan Internasionalisasi

pendidikan dengan mengintegrasikan komponen internasional ke dalam tujuan,

fungsi atau penyampaian pendidikan termasuk pendidikan untuk mahasiswa

internasional,

Jumlah mahasiswa asing yang terdaftar di Universitas Brawijaya masih cukup

terbatas (233 orang) yang berarti kurang dari 1% dari jumlah keseluruhan

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4

mahasiswa. Ini tentu masih jauh dibawah dari yang diharapkan dalam tujuan UB

menjadi World Class University.

Mahasiswa asing ini sebagian besar berada di Fakultas Kedokteran, dan

hanya sebagian kecil di Fakultas lain kecuali Fakultas Ilmu Administrasi (Grafik

5.3) Asal dari mahasiswa tersebut sebagian besar adalah Malaysia (Grafik 5.4)

Timor Leste menempati urutan kedua dalam jumlah mahasiswa sebagai Negara

asal mahasiswa. Negara lain yang diharapkan menjadi sumber mahasiswa untuk

masa akan datang adalah yang berada di kawasan ASEAN seperti Kamboja dan

Laos yang perlu mendapat perhatian dalam pengenalan UB pada Negara

tersebut.

Grafik 5.1 Sebaran mahasiswa asing berdasarkan Fakultas

(Sumber : Laporan Proker Rektor UB, 2009)

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

5

Grafik 5.2 Sebaran masiswa berdasarkan Negara asal

(Sumber : Laporan Proker Rektor UB, 2009)

Program Kelas Internasional pada Universitas Brawijaya dibuka oleh

Fakultas Kedokteran pada tahun 2006 kemudian Fakultas Ilmu Administrasi pada

tahun 2007 diikuti oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di tahun yang sama.

Program Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

diawali dengan adanya Kelas Berbahasa Inggris yang berjalan berdasarkan

Keputusan Rektor Universitas Brawijaya No. 128/SK/2006 tentang

Penyelenggaraan Kelas Bahasa Inggris di Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya, yang berhasil merekrut 21 Mahasiswa asal Malaysia. Mahasiswa

Program Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

adalah mahasiswa yang mengikuti seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Internasional) & SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah).

Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya baru dimulai tahun 2007 sesuai dengan SK Dekan Nomor

46A/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program

Internasional untuk Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

6

Dalam perkembangannya Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi

menarik peminat yang banyak hingga akhirnya membuka Program Kelas

Internasional untuk Jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi berdasar SK Dekan

Nomor 046/J10.1.12/SK/2009. Mahasiswa Program Kelas Internasional pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya adalah mahasiswa yang

mengikuti jalur Seleksi Program Minat dan Kemampuan Kelas Bahasa Inggris

sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Brawijaya No. 420/SK/2011.

Dengan berkembangnya Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya akhirnya pihak Fakultas membentuk suatu unit

khusus yang mengelola Program Kelas Internasional yaitu UPI (Unit Program

Internasional).

Berikut Tabel 5.1 Penyelenggaraan Program Kelas Internasional

pada Universitas Brawijaya:

Program Kelas Internasional

Fakultas Kedokteran

Fakultas Ekonomi dan

Bisnis

Fakultas Ilmu Administrasi

1. Kurikulum Kelas Internasional

Kurikulum Reguler

- Kurikulum berstandar Internasional,

- memiliki program Overseas yang bekerjasama dengan Universitas Luar Negeri yaitu Double degree program, exchange program serta summer school program

Kurikulum Reguler

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

7

2. Bahasa dalam Proses Belajar Mengajar Kelas Internasional

Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris

3. Dosen atau Staf Pengajar Kelas Internasional

Dosen Reguler Dosen non Asing

berkualifikasi lulusan

Universitas Luar Negeri dan

Dosen Asing

- Dosen Reguler

- Dosen Asing

4. Staf Administrasi Kelas Internasional

Staf Administrasi reguler dan tidak ada kualifikasi

khusus

Staf Administrasi khusus

mengelola Unit Program Kelas Internasional

dan harus memiliki

kualifikasi kemampuan berbahasa

Inggris yang baik

Staf Administrasi reguler dan tidak ada kualifikasi

khusus

5. Mahasiswa Kelas Internasional

- Mahasiswa asing yang diterima dari jalur seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Internasional) & SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah).

- Mahasiswa non asing yang diterima dari jalur SPMK

- Seleksi Khusus – Program Internasional (SKPI – FEB UB)

- Mahasiswa asing yang memiliki jejaring dengan FEB-UB (MoU)

- Mahasiswa yang diterima dari jalur SPMK

- Mahasiswa asing yang memiliki jejaring dengan FIA-UB (MoU)

6. Sarana dan Prasarana Kelas Internasional

- sarana prasarana ada yang belum berstandar internasional dan penggunaan

- Sarana dan prasarana sudah berstandar dan jaringan internet yang memadai, perpustakaan

- sarana prasarana ada yang belum berstandar internasional dan penggunaannya tidak ada

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

8

nya tidak ada pengkhususan, masih bercampur dengan program reguler

digital serta laboratorium yang memadai,

- Gedung kuliah khusus tidak bercampur dengan program reguler

pengkhususan, masih bercampur dengan program reguler

7. Jejaring Kelas Internasional

Memiliki kerjasama

dengan Negara Malaysia, Myanmar

- Memiliki universities partners dari USA, Australia, Malaysia, Netherlands, South Korea, New Zealand dan Jepang

Memiliki kerjasama dengan Negara Malaysia, Australia, Thailand dan Jepang

(sumber: data lapangan peneliti, 2017)

Tabel diatas merupakan penyelenggaraan Program Kelas Internasional

pada beberapa Fakultas di Universitas Brawijaya yang telah mengadakan

Program Kelas Internasional sejak tahun 2006, hingga saat ini Fakultas

Kedokteran saja yang sudah tidak menyelenggarakan Program Kelas

Internasional dikarenakan berkurangnya komitmen serta kesungguhan dari pihak

Fakultas untuk melaksanakan Program Kelas Internasional. Hal ini disebabkan

karena kurangnya dukungan dari pihak Universitas yang belum menentukan

standar pelaksanaan Program Kelas Internasional yang baku mengingat masih

ada perbedaan visi dan misi dari Program Kelas Internasional yang ada di

Fakultas dengan yang diinginkan Universitas. Sedangkan Fakultas yang masih

konsisten dan terus melakukan pengembangan adalah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang telah membuka Program Kelas Internasional di setiap jurusannya.

Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan

Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk kerjasama perguruan

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

9

tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain di Luar Negeri dalam

satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar menukar

dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3)

Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit.

Sedangkan penggunaan bahasa inggris dalam pelaksanaan kelas Internasional

telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 264/U/1999 bahwa bahasa Inggris dapat dipergunakan sebagai

bahasa pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebanyak-

banyaknya 50% jumlah sks dari beban studi. Hal tersebut selayaknya menjadi

acuan dasar bagi pihak penyelenggara Program Kelas Internasional pada

Perguruan Tinggi .

Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa keberhasilan atau kegagalan

implementasi kebijakan Program Kelas Internasional ditentukan oleh persepsi

serta sikap dari para pelaksana kebijakan tersebut. Implementasi Kebijakan

Pelaksanaan Program Kelas Internasional di tingkat Fakultas Universitas

Brawijaya hingga saat ini yang masih berjalan dan terus melakukan

pengembangan yaitu Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya.

5.2 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Menurut pakar ilmu kebijakan publik Edward III tahapan penting dalam siklus

kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap

hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif

atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh.

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

10

Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting

karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan

dengan baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana

suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan

kebijakan itu sendiri.

Sejak tahun akademik 2007/2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya membentuk Program Kelas Internasional yang dimulai dari dibukanya

Kelas Rintisan Program Internasional di Jurusan Akuntansi pada jenjang Sarjana

(S1). Hal ini tertuang dalam SK Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Nomor 48C/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program

Internasional Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Program Kelas Internasional pada Jurusan Akuntansi ini mendapat respon

positif dari masyarakat, hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah peminat yang

mengikuti seleksi pada Jalur Program Kelas Internasional tiap tahunnya sehingga

pada tahun akademik 2008/2009 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

memutuskan untuk membuka Program Kelas Internasional untuk Jurusan Ilmu

Ekonomi dan Jurusan Manajemen. Hal ini diatur dalam SK Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 tentang

Pembentukan Pengelola Program Internasional Fakultas Ekonomi Universitas

Brawijaya.

Peminat (pendaftar) S1 kelas Akuntansi Internasional pada tahun 2008

terdapat peminat sebesar 59 orang kemudian pada tahun 2011 menjadi 55

orang. Hal ini dapat dilihat dalam Grafik 5.8 berikut

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

11

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2008 2009 2010 2011

Jumlah Pendaftar

Jumlah yang Diterima

Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Peminat Program S1 Akuntansi Kelas Internasional (Sumber: RENSTRA JAFEB-UB 2012-2021)

Untuk jalur seleksi pada Program Kelas Internasional menggunakan Seleksi

Khusus – Program Internasional (SKPI – FEB UB) adalah seleksi penerimaan

mahasiswa baru program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya yang dilakukan melalui seleksi tanpa ujian tulis (melalui wawancara

dan penilaian atas prestasi akademik selama SMA), dimaksudkan untuk

menjaring mahasiswa yang berminat pada program internasional FEB-UB (kelas

berbahasa inggris) dimana program ini tidak ditawarkan melalui SNMPTN.

Pendidikan bertaraf internasional diharapkan mampu memberikan nilai lebih

pada para mahasiswanya. Hal ini disebabkan sistem pembelajaran dalam

program ini sudah serupa dengan sistem pembelajaran yang diterapkan di

berbagai perguruan tinggi luar negeri terkemuka.

Program Kelas internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri

dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi tersebut dalam

menghadapi tantangan pendidikan global serta menciptakan individu yang benar-

benar berkualitas serta mampu bersaing di dunia internasional. Hal tersebut

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

12

mempunyai landasan yang kuat sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat

(3), pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Definisi kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan TInggi

Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk

kerjasama perguruan tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain

di Luar Negeri dalam satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran

(2) tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan

akademik, (3) Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik

Selain berdasarkan karena kerjasama dengan Universitas Luar Negeri,

Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya juga memiliki Kurikulum berstandar Internasional yakni adanya

Overseas Academic Program (OAP) dengan penerapan jumlah SKS yang masih

sesuai dengan standar Kurikulum Pendidikan Tinggi Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002. Overseas

Academic Program (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB terdiri dari:

(1) Double Degrees (two semesters)

(2) Exchange Program ( one semester),

(3) Summer School Program (one month)

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

13

Sebagai contoh program Double Degree, yakni mahasiswa berkesempatan

untuk mengikuti perkuliahan di FEB UB pada 2 tahun akademik pertama dan

perguruan tinggi Luar Negeri partner FEB UB pada tahun akademik ketiga dan

keempat. Dengan begitu, mahasiswa akan mendapatkan dua gelar sekaligus.

Satu dari FEB UB, sedang satu lagi dari perguruan tinggi tempat kuliah mereka di

luar negeri. Kegiatan pertukaran pelajar sangat membantu bagi mahasiswa untuk

kedepannya karena dengan begitu mereka akan mengetahui tentang berbagai

kebudayaan di luar Indonesia. Tentunya akan memudahkan bagi mereka untuk

beradaptasi ketika terjun ke dunia kerja di kancah internasional.

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

14

Program University Country Time

Double Degree ( 1 or 2 years )

University of Southern

Queensland

Australia Semester 5 & 6

University of Wollonggong

Australia Semester 3 - 5

University of New Castle

Australia Semester 3 - 5

Murray State University

USA Semester 3 - 6

Middle Tennese University

USA Semester 3 - 6

Exchange ( 1 semester)

Murray State University

USA

Between Semester 3 - 7

Middle Tennese State University

USA

University Sains Malaysia

Malaysia

The Haque University

Netherlands

Lincoln University New Zealand

University Malaysia Pahang

Malaysia

Tohoku University Japan

Summer School Program (1 month)

University of Southern

Queensland

Austalia

Between Semester 3 - 7

Fukyong National University

Korea

The Hague University

Netherlands

University of Wollonggong

Australia

University of Canberra

Australia

Flinders University Australia

Tabel 5.2 Jadwal Overseas Academic Program (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik untuk Program Kelas Internasional, 2016)

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

15

LIST OF UNIVERSITIES PARTNERS FOR OVERSEAS

ACADEMIC PROGRAMS

No. Universities Country

1. Murray State University USA

2. Middle Tennessee State University USA

3. University of Southern Queensland Australia

4. University of Wollonggong Australia

5. University of New Castle Australia

6. University of Canberra Australia

7. University Sains Malaysia Malaysia

8. The Hague University Netherlands

9. Pukyong National University South Korea

10. Universiti Malaysia Pahang Malaysia

11. Lincoln University New Zealand

12. Tohoku University Japan

Tabel 5.3 Daftar Universitas Partner untuk Program Overseas (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik untuk Program Kelas Internasional, 2016)

Berdasarkan Jadwal Overseas Academic Program (OAP) yang sudah

ditetapkan dalam Kurikulum Program Kelas Internasional FEB-UB maka semua

mahasiswa Program Kelas Internasional diwajibkan untuk mengambil salah satu

program pada jadwal Overseas Academic Program (OAP) sebagai syarat

kelulusan dari FEB-UB. Mahasiswa diwajibkan untuk menyampaikan hasil dari

kegiatan selama OAP saat kembali ke Indonesia.

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

16

Pertukaran mahasiswa antara FEB-UB dengan berbagai perguruan tinggi

luar Indonesia pun telah berulang kali dilakukan. Misalnya dengan perguruan

tinggi yang berada di Australia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Hal ini dapat

dilakukan berkat banyaknya perguruan tinggi di luar Indonesia yang telah

menjalin kerja sama dengan FEB UB, diantaranya yaitu Murray State University,

University of Kentucky, dan lain-lain.

Mahasiswa yang telah lulus pendidikan Program Internasional FEB UB akan

memiliki daya saing yang lebih baik di dalam dunia kerja Indonesia. Karena saat

ini banyak perusahaan Indonesia yang Go International dan semakin banyak

pula perusahaan-perusahaan bertaraf Internasional yang beroperasi di

Indonesia. Tentunya mereka sangat membutuhkan tenaga kerja yang memiliki

kemampuan lebih.

Implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino

(2006:154) bahwa: “The execution of policies is as important if not more

important than policy making. Policy will remain dreams or blue prints jackets

unless they are implemented”. Tindakan-tindakan yang dilakukan itu harus

mampu mengaitkan antara tujuan yang dirumuskan dan realisasi atau hasil yang

akan dan atau telah dilakukan, agar ada sinkronisasi. Penulis menggunakan teori

Edward III dalam melihat faktor-faktor keberhasilan Implementasi Kebijakan

Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. Edward III menjelaskan bahwa ada empat variabel yang menjadi

indikator keberhasilan pengimplementasian suatu kebijakan publik yaitu

komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi dan disposisi.

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

17

Berikut ini penulis akan memberikan uraian mengenai pengimplementasian

Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

5.2.1 Komunikasi

Komunikasi akan terwujud baik jika ada faktor-faktor yang menjadikan

komunikasi tersebut berjalan baik. Menurut Edward III dalam Agustino (2006:

150) terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan

variable komunikasi antara lain (i) Transimis, penyaluran komunikasi yang baik

akan menghasilkan komunikasi yang baik pula, (ii) Kejelasan, komunikasi yang

diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan mudah dimengerti agar mudah

melakukan tindakan. (iii) Konsistensi, Perintah yang diberikan untuk pelaksanaan

suatu haruslah tetap pada pendirian awal dan jelas. Jika perintah yang diberikan

sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di

lapangan.

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Menurut Agustino (2006:157); ”komunikasi

merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi

kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian

tujuan dari implementasi kebijakan publik”. Implementasi yang efektif terjadi

apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka

kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila

komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan

peraturan implementasi harus ditransmisikan dengan tepat. Selain itu, kebijakan

yang dikomunikasikan pun akurat dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

18

para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam

melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan pada publik.

Terkait proses komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan, baik itu

terhadap mahasiswa maupun kepada sesama pelaksana kebijakan atau aktor

kebijakan dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB), terdapat indikator

yang dapat dipakai atau digunakan dalam mengukur keberhasilan komunikasi

tersebut, yaitu :

5.2.1.1 Transmisi

Transmisi merupakan faktor utama dalam hal komunikasi pelaksanaan

kebijakan. Menurut Edward III dalam Agustino (2012:150) “Penyaluran

komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik

pula”. Transmisi dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya berupa penyampaian atau

pengiriman informasi dari pihak Fakultas kemudian diteruskan kepada pelaksana

kebijakan yaitu Unit Program Internasional (UPI) selaku pengelola Program Kelas

Internasional di FEB-UB kemudian diteruskan kepada mahasiswa serta

masyarakat umum yang memerlukan informasi tersebut seperti orang tua dari

mahasiswa.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada sumber data yaitu

pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB, dapat diketahui

bahwa dari transmisi atau penyampaian informasi mengenai Program Kelas

Internasional sebagai berikut:

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

19

Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional

Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa :

“Pemberian informasi akademik kepada mahasiswa Program Kelas Internasional kami lakukan dengan cara sosialisasi langsung yaitu mengundang orang tua mahasiswa setiap awal semester pertama sebelum perkuliahan. Sosialisasi ini sangat penting menurut saya mengingat adanya Program di Kelas Internasional yang tidak ada di Kelas Reguler termasuk adanya Program Internasional yaitu Overseas. Orang tua dapat mempersiapkan dana serta mengetahui prosedur pendaftaran Program overseas itu, sehingga para orang tua sudah siap jauh-jauh hari sebelumnya dan sudah faham berapa dana yang harus mereka siapkan untuk pergi ke luar negeri” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Proses sosialisasi merupakan bentuk dari proses penyesuaian diri dimana

seorang individu dalam proses akomodasi ini mengubah diri mereka untuk

menyesuaikan dengan lingkungannya yang memiliki aturan-aturan atau norma-

norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut sehingga

ada kejelasan dalam menyampaikan informasi. Seperti yang dijelaskan Edward

III bahwa sosialisasi untuk memberikan kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan

diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk pelaksanaan

tidak hanya diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi kebijakan

tersebut haruslah jelas. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali instruksi-instruksi

yang diteruskan kepada pelaksana-pelaksana tidak jelas dan tidak menetapkan

kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan

komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan akan

mendorong terjadinya interpretasi yang salah (misintrepretasi ) bahkan mungkin

bertentangan dengan makna pesan awal.

Sedangkan proses penyampaian informasi terhadap para pelaksana

kebijakan Program Kelas Internasional itu sendiri, Bapak Prof. Dr. Gozali Maski,

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

20

SE, MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya) menjelaskan bahwa :

“Ada program yang wajib diikuti mahasiswa Kelas Internasional yaitu program overseas, dimana mahasiswa akan tinggal di Luar Negeri minimal 1 bulan, program overseas terdiri dari Program Double Degree selama 2 semester, Exchange selama 1 semester dan Summer School Program selama 1 bulan. Hal ini kami sampaikan pada mahasiswa di awal proses seleksi masuk penerimaan yaitu saat wawancara kemudian ketika mereka sudah diterima menjadi mahasiswa , ada sosialisasi kedua yang kami undang adalah orang tua mahasiswa. Kami pastikan mahasiswa mengetahui sejak awal Program Kelas Internasional ini, begitu juga orang tua mahasiswa juga kami pastikan komitmen untuk program overseas tersebut. Sedangkan pemberian informasi kepada petugas pelaksana kami memiliki Unit Pengeola Kelas Internasional yang disingkat UPI, saya selalu lakukan rapat rutin setiap satu bulan sekali kecuali ada hal yang genting maka bisa lebih dari sekali dalam sebulan” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Sosialisasi mempunyai arti dalam pembinaan kepribadian agar seseorang

dapat hidup konform dengan tuntutan kebijakan Program Kelas Internasional.

Namun demikian, menurut Edward III ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan

tidak selalu menghalangi implementasi. Pada tataran tertentu, para pelaksana

membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Sesuatu yang sering

dihambat oleh instruksi-instruksi yang sangat spesifik menyangkut implementasi

kebijakan, maka proses sosialisasi menjadi penting untuk diperhatikan bagi para

pelaku kebijakan. Menurut Edward III yang berpengaruh terhadap komunikasi

kebijakan adalah konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung

efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Perintah

– perintah implementasi yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana

mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan

mengimplementasikan kebijakan. Tindakan yang sangat longgar kemungkinan

tidak dapat digunakan untuk melaksanakan tujuan-tujuan kebijakan.

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

21

Terkait proses penyampaian informasi terhadap petugas pelaksana

kebijakan Program Kelas Internasional, Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku

Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa:

“Terkait penyampaian informasi tentang kebijakan Program Kelas Internasional itu sendiri kepada para staf saya di Unit Program Internasional (UPI), tentunya kami rutin melakukan komunikasi agar problem-problem segera terpecahkan, dan rapat koordinasi kami lakukan rutin setiap semester” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran

suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh

kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok

sasaran (dalam Subarsono, 2009).

Zelko dan Dence mengemukakan bahwa komunikasi organisasi

merupakan suatu sistem yang saling tergantung, yang mencakup komunikasi

internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam

organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan,

komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang

sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang

dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam

hubungan dengan masyarakat umum. (Muhammad, 2011: 66)

Fakultas Ekonomi-Bisnis Universitas Brawijaya dalam

mengimplementasikan kebijakan Program Kelas Internasional telah melakukan

komunikasi internal baik yang dilakukan oleh pihak Dekanat dengan pihak

pelaksana UPI (Unit Program Internasional) maupun antar staf dalam UPI

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

22

tersebut. Sedangkan untuk komunikasi eksternal dilakukan dengan mendatangi

pihak sekolah untuk memperlua promosi dengan membagikan Brosur dan

mensosialisasikan website resmi dari FEB-UB terkait informasi terbaru mengenai

Program Kelas Internasional. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

menyampaikan bahwa :

“untuk pelaksanaan Program Kelas Internasional ini kami rutin melakukan komunikasi dengan pihak UPI dengan mengadakan rapat rutin setiap bulan. komunikasi dengan pihak luar pun kami lakukan dengan terjun ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan program kelas internasional ini, ” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Komunikasi eksternal dari organisasi kepada khalayak umumnya bersifat

informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki

keterlibatan. Organisasi tidak akan sukses mencapai tujuan dan sasarannya

kalau tidak didukung oleh para khalayak yang terkait, yang berkepentingan

dengan eksistensi suatu organisasi. (Romli, 2011:7)

5.2.1.2 Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrats)

harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Dalam pelaksanaan

kebijakan Program Kelas Internasional, agar penyampaian informasi dapat

diterima dengan jelas dan dapat dimengerti maka dalam tata cara tekhnis

menerangkan, terdapat dua metode sosialisasi yaitu secara langsung dan tidak

langsung yaitu melalui media cetak, papan dan website. Sosialisasi langsung

disampaikan oleh pihak Pengelola Program Kelas Internasional kepada orang

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

23

tua mahasiswa baru secara lisan di Ruang Pertemuan FEB-UB melalui tatap

muka. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada sumber data yaitu

pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional, dapat diketahui bahwa

kejelasan penyampaian kebijakan Program Kelas Internasional sebagai berikut:

Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional

Manajemen FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa :

“Untuk kejelasan penyampaian kebijakan program ini, selain sosialisasi langsung kepada orang tua mahasiswa baru, penggunaan media dalam rangka pelaksanaan Program Kelas Internasional ini amatlah penting dengan adanya buku pedoman akademik yang diberikan kepada tiap mahasiswa serta adanya website. Kami pun memiliki papan pengumuman yang aktif kami gunakan untuk sarana penyampaian informasi pada mahasiswa dan masing-masing koordinator kelas mempunyai grup whatsapp yang bisa kami fungsikan untuk penyampaian informasi agar lebih cepat dan efisien. Sedangkan kejelasan penyampaian kebijakan program Kelas Internasional terhadap staf pelaksana maka kami intensifkan komunikasi two-way serta koordinasi lewat grup whatsapp bila saya tidak ada di tempat. Intinya selalu ada monitoring dari kami.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Untuk menuju implementasi kebijakan yang diinginkan, maka pelaksana

harus mengerti benar apa yang harus dilakukan untuk kebijakan tersebut. Selain,

itu yang menjadi sasaran kebijakan harus diberi informasi mengenai kebijakan

yang akan diterapkan mulai dari tujuan dan sasarannya. Menurut Edward III

sosialisasi kebijakan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan dari

implementasi kebijakan.

Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit

Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :

“Agar penyampaian dapat diterima dengan jelas oleh mahasiswa kami menempelkan informasi tersebut pada papan pengumuman di setiap kelas masing-masing. Selain itu setiap mahasiswa yang datang ke kantor UPI, kami berikan informasi personal yang dibutuhkan. .” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

24

Membenarkan pernyataan Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas

Internasional FEB-UB, Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program

Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa :

“Untuk kejelasan kebijakan ini sudah sangat jelas dan kami terus aktif memberikan informasi yang dibutuhkan mahasiswa melalui media-media yang ada selain buku pedoman akademik.. Sedangkan untuk mahasiswa yang sedang menjalani program overseas ke luar negeri kami gunakan sarana whatsapp untuk berkirim informasi. Khusus untuk mahasiswa yang overseas ke Australia kami berkomunikasi juga dengan agensi yang ditunjuk” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Faktor komunikasi sangat berpengaruh terhadap penerimaan kebijakan oleh

kelompok sasaran, sehingga kualitas komunikasi akan mempengaruhi dalam

mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik. Dengan demikian,

penyebaran isi kebijakan melalui proses komunikasi yang baik akan

mempengaruhi terhadap implementasi kebijakan. Dalam hal ini, media

komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskan isi kebijakan kepada

kelompok sasaran akan sangat berperan

Dengan adanya media tersebut sangatlah membantu bagi mahasiswa yang

membutuhkan informasi, menurut petunjuk tekhnis, sosialisasi tidak langsung

merupakan penyampaian informasi melalui media cetak maupun media

elektronik, melalui sosialisasi tidak langsung mahasiswa diharapkan dapat

memahami Kebijakan Program Kelas Internasional.

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

25

Gambar 5.2. Papan Informasi Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)

Gambar diatas adalah papan informasi akademik Program Kelas

Internasional yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, beberapa informan

mahasiswa menyebutkan bahwa media sosial dan media cetak seperti Buku

Pedoman Akademik adalah media utama yang digunakan pihak Fakultas untuk

menyampaikan sosialisasi, diantaranya seperti yang dituturkan oleh informan,

yaitu Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan Akuntansi)

mengenai bagaimana informasi dari mahasiswa tentang Program Kelas

Internasional mengatakan bahwa:

“penyampaian informasi dari pihak Fakultas sudah sangat cukup jelas apalagi didukung dengan adanya media sosial saat ini menjadi lebih mudah informasi disampaikan. Ketika awal masuk menjadi mahasiswa saya sudah cukup jelas dan paham mengenai Program ini. Buku pedoman akademik sudah kami

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

26

dapatkan sejak awal menjadi mahasiswa di Program Kelas Internasional ini.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa akan pelayanan

publik yang berkualitas, Unit Pengelola Program Internasional dalam hal ini

adalah pihak Fakultas telah menyelenggarakan Program Kelas Internasional

sesuai dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 serta Surat Keputusan Rektor Universitas

Brawijaya Nomor. 343/SK/2012. Sosialisasi ini dilaksanakan tentunya agar dapat

terselenggaranya Program Kelas Internasional yang optimal dan berkualitas

terutama di tingkat Fakultas, karena apabila hal ini terkoordinasi dengan baik

tentu dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas bagi

Universitas Brawijaya di mata Nasional dan Internasional.

5.2.1.3 Konsistensi

Jika implementasi kebijakan ingin efektif, maka perintah-perintah

yang disampaikan harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau

dijalankan.Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat

menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. Kebijakan yang dibuat

oleh Pihak Pembuat Kebijakan harus konsisten atau tetap sesuai dengan tujuan

yang telah ditentukan jangan sampai kebijakan yang dibuat menyimpang dari

ketentuan dalam pelaksanaannya.

Terkait konsistensi komunikasi Program Kelas Internasional di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS

(selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya), beliau menyampaikan bahwa:

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

27

“ informasi yang disampaikan menurut saya sudah berjalan dengan konsisten, semua informasi terkait Program Kelas Internasional tersampaikan dengan jelas baik lewat pertemuan langsung yang rutin di setiap awal perkuliahan dengan mahasiswa yang bersangkutan maupun dengan orang tua mahasiswa. Perintah –perintah pelaksanaan juga sudah jelas. Kepala Program Internasional sudah cukup paham dengan tugasnya masing-masing serta petugas pelaksana juga begitu. Semua dikelola dengan baik oleh Unit Program Internasional” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Konsistensi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan konsistensi kerja.

Konsistensi dimaksudkan untuk menjaga kinerja para pelaksana tetap pada alur

pelayanan kepada mahasiswa. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur

kerja. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan prosedur akan menghasilkan

kualitas kerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan

Program Kelas Internasional di FEB-UB.

Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional

Manajemen FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa :

“ penyampaian informasi sudah cukup kontinyu apalagi petugas administrasi kami sangat pro aktif. Media apapun kami gunakan agar informasi bisa tersampaikan dan tentu saja kami terus berkoordinasi dengan petugas terutama bila ada problem selama proses pelaksanaan Program Kelas Internasional ini berjalan.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan

pemberian informasi kebijakan Program Kelas Internasional sudah dilakukan

secara konsisten, sosialisasi dilakukan secara rutin oleh pihak Unit Pengelola

Kelas Internasional. Petugas pelaksana sangat pro aktif menggunakan media

untuk penyampaian informasi tersebut.

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

28

5.2.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas

dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika

para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan

kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan

untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini

mencakup sumber daya manusia (staff), anggaran (budgetary), informasi dan

kewenangan (Information and Authority), sarana prasarana (facility), yang

dijelaskan sebagai berikut :

5.2.2.1 Sumber Daya Manusia (staff)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber

daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, dan

kompetensi di bidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber

daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.

Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi,

sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,

implementasi kebijakan akan berjalan lambat.

Untuk menerapkan Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB

diperlukan materi, tenaga/SDM yang cukup dan memiliki keterampilan berbahasa

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

29

inggris aktif. Unit Program Internasional merupakan unsur pelaksana

penyelenggaraan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, dipimpin oleh

Kepala Program Internasional yang berada di bawah Ketua Jurusan yang

bertanggung jawab kepada Dekan FE-UB. Kepala Program Internasional dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 petugas yang terdiri dari 1 petugas

sebagai Kepala Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB dan 1

petugas sebagai petugas pelaksana administrasi Program Internasional FEB-UB.

Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan Administrasi

Program Internasional FEB-UB) beliau menyampaikan bahwa:

“Untuk petugas yang melayani akademik Program Kelas Internasional ini berjumlah 2 orang. Satu orang bertanggung jawab sebagai Koordinator Administrasi dan satu orang lagi adalah Petugas Pelaksana Administrasi. Kami bertugas melakukan pelayanan akademik serta mengurus pendaftaran mahasiswa yang akan melakukan program Internasional overseas yaitu Double Degree, Exchange serta Summer School” (wawancara tanggal 3 April 2017)

Berdasarkan data pegawai yang diperoleh peneliti, pengelolaan Program

Kelas Internasiona di FEB-UB dilakukan oleh 5 petugas (tabel 5.4)

TABEL 5.4 Susunan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB

No. Nama Pelaksana Jabatan Pendidikan

Terakhir

1. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., MA., Ph.D.

Ketua Program Internasional Ilmu Ekonomi

S3

2. Dr. Risna Wijayanti, SE., MM

Ketua Program Internasional Manajemen

S3

3. Drs. Imam Subekti, M.Si., Ph.D., Ak.

Ketua Program Internasional Akuntansi

S3

4. Ainun Nikmah, S.Pd., Ka.Ur Administrasi S2

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

30

MM Program Internasional

5. Rahma Ayu Puspita, A.Md

Staf Administrasi Program Internasional

D3

Berdasarkan data jumlah pegawai tersebut dapat diketahui bahwa dalam

segi jumlah petugas dibandingkan dengan rasio mahasiswa memiliki

keterbatasan sedangkan Unit Program Internasional FEB-UB mengelola 3

Jurusan sekaligus yaitu Program Kelas Internasional Jurusan Ilmu Ekonomi,

Program Kelas Internasional Jurusan Akuntansi serta Program Kelas

Internasional Jurusan Manajemen. Selain itu Unit Program Internasional ini juga

mengelola kegiatan akademik Mahasiswa Program Kelas Internasional serta

melayani dan mengurus pendaftaran mahasiswa yang akan melakukan program

overseas ke Universitas Luar Negeri.

Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit

Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :

“Alhamdulillah bisa terhandle karena jumlah mahasiswa tidak sebanyak regular, tapi memang seharusnya ada penambahan personil SDM karena urusannya banyak. Pernah kewalahan tapi kami mencoba untuk berkoordinasi satu sama lain, terutama saat jadwal pendaftaran overseas berbarengan dengan jadwal UAS” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)

Membenarkan pernyataan Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas

Internasional FEB-UB, Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan

Administrasi Program Internasional FEB-UB) beliau menyampaikan bahwa:

”Mengurusi akademik dan program studi, mengurusi NIM mahasiswa sampai pelaksanaan pertukaran mahasiswa ke luar negeri, semua dikerjakan sendiri berdua. Ketua Program Internasional hanya sebatas koordinasi dan pengambil keputusan tetapi untuk tekhnis hanya dilakukan oleh petugas yang berjumlah dua ini”(wawancara tanggal 3 April 2017)

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

31

Terkait keterbatasan jumlah petugas pelaksana berikut pernyataan Ibu Dr.

Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-

UB), beliau menjelaskan bahwa:

“saat pendaftaran overseas biasanya petugas sangat sibuk karena harus mengurusi pendaftaran ke universitas luar negeri sampai mengurus keberangkatan mahasiswa tersebut, saat itulah menurut saya perlu adanya satu petugas tambahan untuk membantu tekhnis.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Jumlah Pegawai yang terbatas akan cukup mempengaruhi kualitas kerja

dan beban pegawai sehingga para petugas yang ada mempunyai tugas ganda.

Hal ini berpengaruh terhadap kelancaran proses administrasi serta kualitas

pelayanan terhadap mahasiswa. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu

informan Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan

Akuntansi) mengatakan bahwa:

“Pelayanan dari petugas secara keseluruhan sebenarnya sudah cukup bagus namun ada sedikit yang perlu dibenahi yaitu dalam hal keterlambatan penyampaian informasi.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah-

satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai atau tidak

mencukupi. Selain kuantitas sumber daya manusia, dalam kaitannya dengan

pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, kualitas sumber daya

manusia juga sebagai salah satu implementor yang penting.

Kualitas SDM akan berpengaruh terhadap tingkat efektivitas dan efisiensi

pelaksanaan Program Kelas ]nternasional di FEB-UB. Sumber Daya Manusia

berupa pegawai yang memiliki tugas keseluruhan sebagai pelaksana tekhnis

kebijakan pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, harus benar-

benar berkualitas dan mempunyai keterampilan komunikasi bahasa Inggris

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

32

dengan baik serta menganut profesionalisme yang tinggi. Nilai profesionalitas

yang tinggi sangat diperlukan untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang baik

dengan harapan nantinya akan berbanding lurus dengan kepuasan mahasiswa

Program Kelas Internasional khususnya dan masyarakat pada umumnya,

sehingga berdampak positif terhadap kelancaran pelaksanaan Program Kelas

Internasional pada FEB-UB.

Kualitas SDM dapat dilihat dari latar belakang pendidikan serta

kemampuan komunikasi bahasa inggrisnya. Menyangkut hal ini berikut

tanggapan dari Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

menjelaskan bahwa:

“ untuk perekrutan staf pengelola Unit Program Internasional kami utamakan yang memiliki keterampilan bahasa inggris yang bagus sedangkan untuk pemilihan Ketua Program Internasional kami utamakan juga yang lulusan dari luar negeri begitupun pemilihan dosen yang mengajar kami utamakan yang lulusan dari universitas luar negeri bila ada yang lulusan dalam negeri itu kami pilih yang memiliki komunikasi bahasa inggris yang baik. Untuk petugas administrasi yang ditempatkan di Unit Pengelola Program Internasional saat ini memiliki latar belakang pendidikannya adalah bahasa inggris” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

TABEL 5.5 Kualifikasi Pendidikan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB

No. Nama Pelaksana Jabatan Jenjang

Pendidikan

1. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., MA., Ph.D.

Ketua Program Internasional Ilmu Ekonomi

S3 University of Lancaster,

Inggris

2. Dr. Risna Wijayanti, SE., MM

Ketua Program Internasional Manajemen

S3 University Sains Malaysia

3. Drs. Imam Subekti, M.Si., Ph.D., Ak.

Ketua Program Internasional Akuntansi

S3 University Sains Malaysia

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

33

4. Ainun Nikmah, S.Pd., MM

Ka.Ur Administrasi Program Internasional

S2 Universitas Brawijaya

(S1 Pendidikan Bahasa Inggris)

5. Rahma Ayu Puspita, A.Md

Staf Administrasi Program Internasional

D3 Universitas Brawijaya

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dan hasil wawancara dapat diketahui bahwa

semua pegawai pengelola Program Kelas Internasional memiliki latar belakang

pendidikan pada jenjang perguruan tinggi dari Luar Negeri serta memiliki

keterampilan bahasa inggris yang baik. Hal tersebut berdampak positif pada

kemampuan pengelolaan serta administrasi yang baik menyangkut tenaga,

pikiran, dan waktu dalam proses implementasi pelaksanaan Program Kelas

Internasional pada FEB-UB.

Pada masa awal penetapan Kebijakan Program Kelas Internasional pada

FEB-UB telah dibentuk Unit Pengelola Khusus yang bertugas untuk mengelola

Program Kelas Internasional sehingga dalam pengelolaannya tidak bercampur

dengan administrasi Program Kelas Reguler FEB-UB. Dengan pemisahan

pengelolaan administratif diharapkan pelaksanaan Program Kelas Internasional

dapat berjalan fokus serta mudah untuk memonitoring sehingga diharapkan

tujuan kebijakan dapat tercapai dengan tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan

kompetensi atau keahlian suatu SDM yang menangani pelaksanaan Program

Kelas Internasional pada FE-UB. Sebagaimana dikutip oleh Ibu Rahma Ayu

Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas

Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :

“syarat penempatan staf disini adalah harus bisa berbahasa inggris aktif karena berurusan dengan pihak luar negeri untuk pelaksanaan program

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

34

kelas internasional seperti pendaftaran overseas. Pimpinan menilainya dari hasil wawancara seleksi awal karyawan” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber

daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, dan

kompetensi di bidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber

daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.

Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi,

sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,

implementasi kebijakan akan berjalan lambat

Ketersediaan sumber daya manusia yang cukup dari segi jumlah maupun

profesionalisme menjadi hal yang mutlak dalam melakukan penyelenggaraan

Program Kelas Internasional. Saat ditetapkannya Kebijakan Program Kelas

Internasional pada FEB-UB, sebagian pihak memang mengkhawatirkan kesiapan

terutama dalam hal penyiapan SDM yang kompeten. Kesiapan SDM

disampaikan oleh Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi

pada Unit Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :

“sudah setahun ini, pihak fakultas mengadakan pelatihan bahasa inggris untuk staf tendik. Yang memberi pelatihan adalah karyawan sendiri yang memiliki background lulusan bahasa inggris” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)

Berdasarkan ungkapan diatas dapat diketahui bahwa, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya telah melakukan beberapa upaya dalam rangka

meningkatkan kualitas SDM terkait dengan pelaksanaan Program Kelas

Internasional. Upaya peningkatan kualitas SDM telah menjadi suatu prioritas

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

35

dalam program peningkatan kapasitas daya SDM pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya.

5.2.2.2 Anggaran (budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai,

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran. Keuangan memiliki fungsi sebagai pendukung kegiatan operasional

sehari-hari, seperti untuk pelayanan akademik serta kemahasiswaan Terkait

dengan aspek keuangan, semua telah dianggarkan dalam anggaran keuangan

jurusan. Sehingga dapat dirasa cukup memenuhi kebutuhan pelayanan

akademik menyangkut hal tersebut berikut tanggapan dari Ibu Dr. Risna

Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB),

beliau menjelaskan bahwa:

“ struktur kita dibawah jurusan mbak, jadi sumber dana anggaran pengelolaan kelas internasional dari jurusan. Bila jurusan menyetujui program yang kita ajukan itu tidak masalah. Kegiatan accidental diluar perencanaan selama ini hampir tidak ada. Pada awal tahun anggaran kami sudah harus menyusun rencana aktivitas setahun kedepan jadi tidak ada kegiatan yang diluar dari yang kami rencanakan. Biasanya sebelum rapat dengan pimpinan kami melakukan rapat internal terlebih dahulu. Kami pun rutin membuat laporan pelaksanaan di setiap akhir kegiatan bila tidak dicicil akan menumpuk di akhir tahun” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti diatas diketahui bahwa

dukungan anggaran untuk Program Kelas Internasional cukup memadai

dikarenakan pengelola sudah mengidentifikasi kegiatannya serta merencanakan

dengan seksama anggaran yang dibutuhkan sehingga pelaksanaan

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

36

implementasi Kebijakan Kelas Internasional di FEB-UB dapat berjalan dengan

efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

5.2.2.3 Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,

terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana

mengimplementasikan suatu kebijakan. Sementara wewenang berperan penting

terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan

sesuai dengan yang dikehendaki. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan

para implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan

implementasi kebijakan publik.

Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu:

pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.

Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap

peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program

Internasional Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa:

“Program yang kami miliki harus mengacu dengan program yang ada di universitas serta terintegrasi dengan program yang ada di Fakultas. Kita mempunya kontrak kerja dengan Dekan jadi segala aktivitas kami mengacu dari kontrak kerja tersebut untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.” (wawancara 5 mei 2017)

Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana

dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik, menyangkut hal

tersebut berikut tanggapan dari Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala

Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB) beliau menjelaskan bahwa:

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

37

“Saya ditempatkan di Unit Program Internasional ini sejak tahun 2007 sesuai SK Dekan nomor 48C/J10.1.12/SK/2007 kemudian dikuatkan oleh Surat Keputusan Rektor pada tahun 2012 nomor. 343/SK/2012 saya cukup senang ditempatkan di Unit Program Internasional ini karena keterampilan bahasa inggris saya bertambah” (wawancara tanggal 3 April 2017)

Pernyataan mengenai kewenangan dalam mengelola Program Kelas

Internasional juga disampaikan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku

Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), beliau menyampaikan

bahwa:

“berdasarkan keputusan Dekan saya ditunjuk menjadi Ketua Program Internasional ini, relative baru ya, sejak agustus 2016 menggantikan KPI yang sebelumnya” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui bahwa ada

kewenangan tersebut. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para

implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan

implementasi kebijakan publik.

5.2.2.4 Sarana dan Prasarana (facility)

Selain sumber daya manusia dan anggaran, fasilitas fisik merupakan

faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai

staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak

akan berhasil. Fasilitas merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam

pelaksanaan suatu kebijakan. Fasiitas atau sarana dan prasarana merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan.

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

38

Gambar 5.3 Ruang Laboratorium Komputer Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)

Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu dalam

proses pelaksanaan Program Kelas Internasional terutama proses kegiatan

akademik serta mendukung kinerja dari pegawai pelaksana Program Kelas

Internasional. Jika sarana dan prasarana tidak menunjang maka semua kegiatan

yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan

rencana. Terkait dengan pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-

UB, maka pihak fakultas telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam

menunjang proses penyelenggaraan program tersebut. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

menjelaskan bahwa:

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

39

“Fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa Program Kelas Internasional ada ruang kuliah terstandar, ruang tutorial,wi-fi, laboratorium dan perpustakaan digital. Kami sediakan juga gedung kuliah khusus agar tidak bercampur dengan mahasiswa program regular” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Pernyataan ini juga didukung oleh mahasiswa Program Kelas

Internasional FEB-UB yang merespon positif terkait dengan sarana prasarana

yang ada dan telah disiapkan oleh Fakultas Ekonomi-Bisnis UB. Berikut

pernyataan Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan

Akuntansi) mengatakan bahwa:

“Sarana dan praasarana untuk kami mahasiswa program kelas internasional sudah sangat cukup baik . adanya wifi membuat kami mudah mengakses informasi terkait persiapan program overseas kami.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Adapun sarana dan prasarana yang menunjang lainnya seperti ruang

pertemuan/aula, musholla dan cafeteria.Ruang perpustakan digital dan peralatan

computer merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan

Program Kelas Internasional. Kesiapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya untuk menjalankan implementasi Kebijakan Program Kelas

Internasional dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh FEB-UB.

Sarana dan Prasarana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

adalah sebagai berikut:

a. Laboratorium komputer

b. perpusatakaan digital

c. Wi-Fi di tiap lantai gedung

d. Ruang Tutorial

e. Ruang pertemuan-aula

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

40

f. Ruang Kelas terstandar

g. Loket dan Bank

h. Business centre

i. Cafeteria

j. Musholla

Gambar 5.5 Loket Bank di area Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)

5.2.3 Disposisi

Disposisi merupakan kemauan, keinginan, kecenderungan para pelaku

kebijakan untuk melakukan kebijakan secara sungguh-sungguh. Disposisi bisa

menjadi watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor yang didalamnya

mencakup komitmen dan kejujuran. Kejujuran mengarahkan implementor untuk

tetap berada dalam program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang

tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam

melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan.

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

41

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Jika implementor memiliki disposisi yang baik maka

kebijakan akan diaksanakan dengan baik. Ketika implementor memiliki sikap

perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi

kebijakan juga menjadi tidak efektif. Disposisi juga terkait dengan respon

implementor terhadap kebijakan dan preferensi nilai yang dimiliki implementor.

Terkait dengan respon implementor, maka salah satu hal yang diperlukan

adalah dukungan dari pelaku kebijakan. Tanpa adanya dukungan, maka

pelaksanaan kebijakan akan merasa terpaksa dalam menjalankan tugasnya,

sehingga tidak bisa secara penuh melaksanakan kewajibannya.

Berkaitan dengan pelaksanaan Program Kelas Internasional di

Universitas Brawijaya, respon Fakultas sebagai pelaku implementor yaitu

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya secara umum mendukung

penuh diselenggarakan Program Kelas Internasional di Universitas Brawijaya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya) beliau menyampaikan bahwa:

“sejak awal berdirinya program ini saat itu rektornya masih pak yogi visi misinya adalah World Class University, fakultas yang ditunjuk untuk menjadi pioneer adalah Fakultas Ekonomi. Sejak itu mulai kita susun program kelas internasional yaitu jurusan akuntansi lebih dulu 2 tahun kemudian jurusan ilmu ekonomi serta manajemen. Jadi sejak awal kami selalu mendukung penuh dan kami cukup responsif terkait kebijakan Program Kelas Internasional ini. Selama ini sikap para pelaksana sangat baik dan mendukung bahkan mereka berusaha menciptakan atmosfer akademik seperti di luar negeri, jadi cukup kreatif sekali. Mereka membuat seolah-olah seperti di luar negeri seperti pembelajaran outdoor dengan memanfaatkan spot-spot yang ada seperti taman, mereka membuat kelompok-kelompok diskusi kecil disana” (wawancara tanggal 8 mei 2017)

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

42

Pernyataaan ini juga didukung oleh Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku

Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas Internasional FEB-UB) yang

merespon positif dengan adanya Program Kelas Internasional di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, berikut pernyataan:

“Saya cukup senang dengan adanya program kelas internasional ini, sejak saya ditempatkan di Unit pengelola Program Internasional saya mendapat banyak manfaat yaitu keterampilan berbahasa inggris terutama komunikasi dan persuratan korespondensi dengan pihak luar negeri semakin berkembang. Saya sangat setuju dan mendukung adanya Program Kelas Internasional ini, mbak” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Berdasarkan kedua pernyataan diatas, dapat diketahui pihak Fakultas

sebagai impementor dalam pelaksanaan Program Kelas Internasional memiliki

kemauan dan keinginan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-

sungguh.

Dalam melaksanakan penyelenggaraan Program Kelas Internasional,

pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya membentuk suatu unit

pelaksana khusus untuk mengelola Program Kelas Internasional yaitu Unit

Program Internasional yang mengelola Kelas Internasional untuk jurusan

Manajemen, Imu Ekonomi dan Akuntansi. Dengan adanya unit pelaksana yang

khusus mengelola Program Kelas Internasional maka penyelenggaraannya

membutuhkan pemilihan personel. Pelaksana kebijakan haruslah orang-orang

yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi

pada kepentingan umum. Dalam penyelenggaraan Program Kelas Internasional

terutama pada tahap penerimaan mahasiswa Kelas Internasional, pihak Fakultas

bekerjasama dengan bagian Akademik Rektorat serta Kantor Internasional atau

yang disingkat International Office yang langsung berada dibawah Rektor. Hal ini

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

43

seperti yang diutarakan oleh Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala

Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB) bahwa:

“Untuk pendaftaran mahasiswa kelas internasional kami bekerjasama dengan International Office, follow up tetap kami lakukan. calon mahasiswa asing dapat mengirimkan berkas pendaftaran kepada IO UB kemudian IO UB akan mengirimkan kepada kami untuk proses verifikasi,bila tidak memenuhi persyaratan kami akan mengirimkan surat penolakan dan bila memenuhi syarat maka kami akan mengirimkan Letter of Offer (LoO) serta invoice, semua hasil verifikasi dikirimkan kepada IO UB untuk diteruskan pada calon mahasiswa asing, bagi calon mahasiswa asing yang lolos verifikasi akan kami buatkan surat permintaan NIM dan KTM kepada Rektor melalui bagian akademik Rektorat. Jadi kami berkoordinasi dengan banyak pihak terkait pelaksanaan Kebijakan Kelas Internasional di FEB-UB” (wawancara tanggal 3 April 2017)

Dan dari hasil wawancara melalui Petugas Administrasi Program Kelas

Internasional FEB-UB peneliti juga memperoleh informasi mengenai kendala-

kendala yang dialami oleh Program Studi Kelas Internasional FEB-UB dalam

melakukan penerapan Kebijakan Program Kelas Internasional :

1. Support SDM Kurang

Sumber Daya Manusia di FEB yaitu dari staff tenaga kependidikan yang

mempunyai keterampilan berbahasa inggris aktif sangat minim sekali yang

memiliki keterampilan tersebut. Jadi semua pelayanan untuk mahasiswa

asing diarahkan ke Unit Pengelola Internasional.

2. Dukungan dari Universitas belum penuh

Sampai saat ini pihak universitas belum menentukan standar program kelas

internasional yang baku mengingat masih ada perbedaan visi dan misi dari

program kelas internasional yang ada di Fakultas dengan yang diinginkan

Universitas.

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

44

Dipandang dari mahasiswa Program Kelas Internasional pada FEB-UB

yang juga sebagai implementor penting dalam pelaksanaan Kebijakan Program

Kelas Internasional, kecenderungan terhadap kebijakan Program Kelas

Internasional pada FEB-UB juga berpengaruh terhadap implementasi kebijakan

Program Kelas Internasional ini, berdasarkan hasil wawancara tentang

pelaksanaan kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB ini sebagai

berikut, Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan

Akuntansi) mengatakan bahwa:

“Saya senang dan mendukung adanya Program Kelas Internasional ini, manfaatnya bagi saya sebagai mahasiswa program kelas internasional sangat banyak, yang saya tau manfaatnya seperti semester awal kemarin, bila di kelas internasional satu semester bisa menyelesaikan satu buku tapi untuk teman-teman regular masih membahas setengah buku selain itu dengan suplemen buku dan tugas-tugas yang berbahasa inggris kita sepertinya dilatih buat era globalisasi bisa berbicara dan melakukan presentasi dalam bahasa inggris. (wawancara tanggal 8 Mei 2017)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sikap pelaksana

kebijakan sudah baik. Pelaksana (Unit Program Internasional) maupun

mahasiswa sangat mendukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan Program

Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat

kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak

efektif.

5.2.4 Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam pelaksanaan suatu kebijakan juga merupakan

aspek yang penting. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

45

yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan

yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika strukur

birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini

akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalanya pelaksanaan

kebijakan. Berdasakan penjelasan di atas, maka memahami struktur birokrasi

merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan

publik. Menurut Edwards III dalam Winarno (2005:150) terdapat dua karakteristik

utama dari birokrasi yakni: ”Standard Operational Procedure (SOP) dan

fragmentasi”.

Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

Gambar 5.5. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik FEB-UB, 2017)

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

46

Gambar 5.4. SUB-STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM KELAS INTERNASIONAL FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik FEB-UB 2016)

Indikator yang berkaitan dengan struktur birokrasi antara lain adanya

Standard operational procedure (SOP) internal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya untuk pelaksanaan Program Kelas Internasional dan pola

hubungan kerja antara bagian dalam organisasi dari masing-masing pelaksana

Program Kelas Internasional di FEB-UB. Mengenai struktur birokrasi Bapak Prof.

Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) menerangkan :

“Struktur birokrasi sudah cukup jelas, sejak adanya Program Kelas Internasional kami membentuk unit khusus yang mengelola program ini yang bernama UPI (Unit Program Internasional) saat ini strukturnya dapat dilihat di buku pedoman akademik dan dokumen Fakultas.UPI terdiri dari Kepala Program Internasional masing-masing jurusan ditambah dengan koordinator administrasi dan anggota pelaksana administrasi.” (wawancara tanggal 8 mei 2017)

Pernyataan diatas dibenarkan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM.

(selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa:

DEKAN

KETUA JURUSAN

MANAJEMEN

KETUA JURUSAN ILMU

EKONOMI

KETUA JURUSAN

AKUNTANSI

KETUA PROGRAM

INTERNASIONAL

MANAJEMEN

KETUA PROGRAM

INTERNASIONAL ILMU

EKONOMI

KETUA PROGRAM

INTERNASIONAL

AKUNTANSI

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

47

“Unit Program Internasional secara struktur birokrasi bertanggung jawab kepada ketua Jurusan. Unit Program Internasional memiliki tiga Kepala Program Internasional (KPI) yang mewakili masing-masing jurusan serta dibantu tim administrasi untuk menunjang pelayanan dan pengelolaan akademik Program ini” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Indikator pertama yaitu adanya SOP Internal dari Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya dalam proses penyelenggaraan administrasi yang

berisi cara melakukan pekerjaan, peraturan yang berisi koordinasi internal dari

Program Studi Kelas Internasional FEB-UB sebagai aktor yang berperan dalam

kegiatan. SOP yang dimiliki antara lain adalah SOP Admission for Exchange

Program ke Universitas Partner seperti contoh gambar dibawah ini:

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

48

Prosedur Admission for Exchange Program ke Universitas Partner

DekanStaf Universitas

PartnerStaf UPI KPI

Mahasiswa Program

Internasional

Mulai

Mendaftar untuk

mengikuti Program

Exchange ke

Universitas Partner

Berkas kelengkapan :

1. Transkrip Sementara

2. Sertifikat Nilai IELTS

Selesai

Mencatat Data

Mahasiswa

Menyeleksi

Mahasiswa

berdasarkan IPK

dan nilai IELTS

Daftar Nama

Mahasiswa yang

lulus seleksi

Memverifikasi

Data Mahasiswa

Daftar Nama Mahasiswa

yang disetujui oleh KPI

Menyeleksi

Mahasiswa dari

FEB UB

Daftar nama mahasiswa

yang lulus seleksi

Mengirimkan

email data

mahasiswa yeng

akan mengikuti

Exchange

Program

Mengirimkan

email Balasan

ke FEB UB

Daftar Nama Mahasiswa

yang lulus seleksi dari

Universitas Partner dan

LOA

Mengumumkan

kepada

mahasiswa dan

menyerahkan LOA

Berkas Exchange

Program:

1. Copy Passport and

Visa

2. Health Certificate

3. Academic Transcript

4. IELTS Certificate

LOA

Briefing dan

Pelepasan

Mahasiswa

Memverifikasi dan

mengirimkan

berkas mahasiswa

Daftar Nama Mahasiswa

yang lulus seleksi dari

Universitas Partner

Selesai Selesai

Melengkapi

berkas

pendaftaran

Berkas Exchange

Program:

1. Copy Passport and

Visa

2. Health Certificate

3. Academic Transcript

4. IELTS Certificate

Gambar 5.7 SOP Admission for Exchange Program Ke Universitas Partner Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Manual Prosedur Kemahasiswaan, Alumni, dan Internasional, 2014)

Gambar diatas adalah Standard operational procedure (SOP) salah satu

Pelayanan Akademik untuk mahasiswa Program Kelas Internasional pada FEB-

UB yaitu SOP Admission for Exchange Program ke Universitas Partner

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

49

Standard operational procedure (SOP) merupakan perkembangan dari

tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan

penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas”. (Winarno,

2005:150). Standar pelayanan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

dan acuan penilaian untuk menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas,

cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Hal ini didukung dengan pernyataan dari

Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan Administrasi Program

Internasional FEB-UB), menjelaskan bahwa:

“Semua pelayanan akademik di Unit Program Internasional ini kami ada SOP nya, mulai dari SOP penerimaan mahasiswa asing, SOP permintaan Exchange Program ke Universitas Partner, SOP konversi nilai akademik Double Degree dan Internship Program dari Universitas Partner sampai SOP Yudisium Mahasiswa Internasional. Semua dokumen SOP tersimpan terpusat di GJM.” (wawancara tanggal 3 april 2017)

Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk

menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai sektor publik dan

swasta.Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan

waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-

tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga

dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam

penerapan peraturan.

Sebagai bentuk pemahaman dalam pelaksanaan Program Kelas

Internasional pada FEB-UB terhadap nilai-nilai yang berkembang di organisasi

dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi. Dalam konteks pelaksanaan

Program Kelas Internasional dengan kunci utama dari misi organisasi yaitu

melayani masyarakat lokal dan global melalui pendidikan dan riset. Upaya untuk

menyelenggarakan pelayanan yang prima kepada masyarakat ditentukan oleh

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

50

petugas pelaksana Program Kelas Internasional tentang bagaimana mereka

melakukan dan mencapai tujuan untuk mendukung Implementasi Kebijakan

Program Kelas Internasional di FEB-UB. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dr.

Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-

UB), menerangkan :

“ SOP fungsinya sebagai acuan dalam bekerja, dalam penyelenggaraan program kelas internasional ini harus mengacu pada SOP, karena SOP nya memang sudah ada. Menurut saya budaya kerja pegawai disini sudah menerapkan manajemen partisipatif artinya mereka sangat responsif sekali dengan tanggung jawab tersebut. Saya melihat mereka sudah bekerja sesuai dengan aturan yang ada dan sudah menjalankan dengan baik dalam pelayanan akademik kelas internasional bahkan mereka bekerja melebihi jam kerjanya” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Sebagai suatu nilai yang menjadi kecenderungan para pelaksana

Program Kelas Internasional di FEB-UB didalam menjalan tugas dan fungsi

masing-masing bagian dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan

keahliannya. Visi dan misi bagi suatu organisasi merupakan jembatan antara

impian yang ingin diwujudkan pada masa depan. Keberadaan visi-misi bagi suatu

organisasi menjadikan apa yang ingin dikerjakan menjadi terarah. Untuk

menentukan dan merumuskan visi-misi bagi sebuah organisasi terutama

organisasi publik seyogyanya memperhatikan aspirasi dan tuntutan masyarakat

dan kemajuan tekhnologi. Upaya penggabungan antara keinginan yang ingin

dicapai oleh organisasi dengan aspirasi dan tuntutan publik yang dinamis akan

memudahkan bagi organisasi dalam menjalankan pekerjaan dan tugas

organisasi sesuai dengan bidang atau keahliannya. Hal ini disampaikan oleh Ibu

Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen

FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa:

“Visi-misi Unit Program Internasional sama dengan visi-misi jurusan karena kita masih dibawah jurusan. Kita tidak mempunya slogan khusus

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

51

tetapi kita menggunakan slogan kerja dari Fakultas.” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pengelolaan

Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

oleh Unit Program Internasional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sudah

menjalankan tugasnya sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP)

dan visi-misi dari Jurusan. Pelaksanaan akan tugas dan fungsi terutama bagi

para petugas pelaksana dilakukan untuk melaksanakan visi-misi organisasi

merupakan upaya untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat.

Sesuai dengan misi organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya yang berupaya melayani masyarakat lokal dan global melalui

pendidikan dan riset. Namun slogan kerja untuk Unit Program Internasional

belum ada padahal budaya kerja menurut hasil wawancara diatas sudah

terbentuk dengan baik yaitu adanya budaya kerja manajemen partisipatif.

Indikator selanjutnya yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan

selain struktur birokrasi adalah fragmentasi. Menurut George C Edward III (dalam

Agustino, 2006: 153-154) bahwa fragmentasi adalah upaya penyebaran

tanggung jawab kegiatan atau aktivitas kerja kepada beberapa pegawai dalam

unit-unit kerja, untuk mempermudah pekerjaan dan memperbaiki pelayanan.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE,

MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya), beliau mengatakan bahwa:

“ Sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan program kelas internasional ini cukup bagus, karena petugas yang ditempatkan disana sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh program kelas internasional yaitu terampil dalam berbahasa inggris. Staf dosennya pun juga diambilkan yang lulusan Universitas Luar Negeri. Jadi para

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

52

pelaksana kebijakan yang dipilih juga adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya.” (wawancara tanggal 8 mei 2017)

Sedangkan Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program

Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa:

“Petugas telah mampu melaksanakan tugasnya masing-masing secara maksimal, karena mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas-tugasnya. Untuk koordinasi antar petugas juga baik. Komunikasi cukup lancar.” (wawancara tanggal 5 mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, dengan

demikian, sumber daya manusia yang berpotensi diperlukan karena dapat

memberikan dukungan mengenai keberhasilan, terutama dalam keberhasian

Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional. Sumber daya manusia

yang diperlukan utamanya adalah yang mempunyai kecakapan dalam berbahasa

Inggris secara aktif. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan segmen yang

dihadapi yaitu mahasiswa Internasional dan pihak-pihak asing untuk pelayanan

kerjasama, dalam pelaksanaannya nanti akan maksimal apabila pelaksana

kegiatan memiliki kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.

Berdasarkan hal diatas peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan

kebijakan Program Kelas Internasional telah sesuai dalam peran dan tugas serta

koordinasi antar pihak pelaksana. Pembagian jobdesc dimaksudkan untuk

mempermudah pelaksanaan kebijakan ini. Tetapi walaupun masing-masing

petugas pelaksana kebijakan mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-

beda, namun diperlukan koordinasi antara petugas pelaksana kebijakan

sehingga apa yang menjadi tujuan dari kebijakan Program Kelas Internasional

dapat tercapai.

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

53

Agar Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB

dapat terlaksana dengan baik, maka antara Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi

dan Struktur Birokrasi semuanya haruslah berjalan baik, karena antar faktor

tersebut sangatlah berkaitan. Meskipun struktur birokrasi yang ada juga sudah

cukup baik, namun apabila sumber daya yang belum cukup memadai maka

Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB belum bisa

dikatakan berjalan dengan baik. Sumber daya merupakan faktor penting dalam

mewujudkan tujuan dari kebijakan. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal

menjadi tulisan dalam dokumen saja tidak diwujudkan untuk upaya memberikan

pelayanan.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, maka peneliti

berusaha menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatatif dimana metode ini ditujukan untuk

menggambarkan bagaimana hasil dari pelaksanaan kebijakan Program Kelas

Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

5.3.1 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

5.3.1.1 Komunikasi

Komunikasi kebijakan dalam implementasi kebijakan adalah yang sangat

penting dalam proses implementasi kebijakan. Tanpa adanya komunikasi

kebijakan maka tidak akan tercapai tujuan kebijakan itu. Edward III dalam

bukunya Implementing Public Policy (1980,h. 17):

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

54

“ the first requirement for effective policy implementation is that those who are to implement a decision must know what they are supposed to do. Policy decisions and implementation orders must be transmitted to the appropriate personnel before they can be followed. Naturally, these communications need to be accurate, and they must be accurately perceived by implementors”

Pendapat Edward III tersebut menunjukkan bahwa untuk implementasi

kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan

harus tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Tentu saja dibutuhkan

komunikasi yang tepat. Pesan dalam komunikasi kebijakan merupakan isi

kebijakan yang akan disampaikan kepada penerima informasi. Informasi perlu

disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami

apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan,

sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang

berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi

kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu

sendiri.

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan

pada organisasi dan atau publik, ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan

kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang terlibat, dan bagaimana

struktur organisasi pelaksana kebijakan. komunikasi dibutuhkan oleh setiap

pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. bagi

suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi ,

ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan komunikasi ditentukaan

oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi dan

kejelasan komunikasi. Faktor komunikasi dianggap penting karena dalam proses

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

55

kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu

berurusan dengan permasalan “ bagaimana hubungan yang dilakukan”.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi

penting yaitu (1) transformasi informasi (transmisi), (2) kejelasan informasi

(clarity) dan (3) konsistensi informasi (consistency). Dimensi transformasi

menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana

kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi

kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu

untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok

sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan

dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus

konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan,

kelompok sasaran maupun pihak terkait.

Komunikasi kebijakan dapat dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa komunikasi langsung

dilakukan dengan cara sosialisasi. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat

mengetahui kebijakan ini, Sosialisasi dilakukan oleh pihak pelaksana Program

Kelas Internasional FEB-UB dua kali yaitu pertama, dengan calon mahasiswa

program kelas internasional dilakukan saat proses wawancara seleksi

penerimaan dan yang kedua, sosialiasi dilakukan dengan mengundang orang tua

mahasiswa pada awal semester. Untuk sosialisasi ditujukan agar mahasiswa

secara langsung berkomunikasi dengan pelaksana kebijakan Program Kelas

Internasional itu sendiri, sehingga mahasiswa akan lebih mudah memahami apa

Program Kelas Internasional itu. Menurut Purwanto (2012) mengemukakan

bahwa implementasi intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

56

kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada

kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan

kebijakan.

Karena itu, implementasi kebijakan Program Kelas Internasional ini juga

dilakukan melalui proses transmisi terhadap para pelaksana kebijakan Program

Kelas Internasional, seperti dengan cara rapat koordinasi dan sosialisasi kepada

semua sumberdaya manusia. Dalam melakukan studi implementasi, tujuan-

tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus

diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau

mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Akan tetapi,

dalam beberapa hal ukuran-ukuran dasar dan sasaran-sasaran kebijakan harus

dideduksikan oleh peneliti perorangan dan pilihan ukuran-ukuran pencapaian

bergantung pada tujuan-tujuan yang didukung oleh penelitian (Winarno, 2004)

Maka upaya pertemuan secara langsung agar pemberian informasi dapat

diterima secara jelas kepada mahasiswa khususnya orang tua mahasiswa.

Sosialisasi sangat penting dilakukan agar mahasiswa mengerti apa Program

Kelas Internasional serta bagaimana prosedurnya. Dengan melakukan sosialisasi

secara langsung, maka proses penyampaian informasi tentang program Kelas

Internasional ini akan cepat. Faktor komunikasi sangat berpengaruh terhadap

penerimaan kebijakan oleh kelompok sasaran, sehingga kualitas komunikasi

akan mempengaruhi dalam mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik.

(Winarno, 2004)

Kejelasan standar dan sasaran tidak menjamin implementasi yang efektif

apabila tidak dibarengi dengan adanya komunikasi antar organisasi dan aktivitas

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

57

pengukuhan. Dengan demikian kejelasan penyampaian kebijakan Program Kelas

Internasional selain sosialisasi langsung ke mahasiswa dan orang tua

mahasiswa, penggunaan media dalam rangka pelaksanaan Program Kelas

Internasional ini amat penting dan efisien dengan adanya buku pedoman

akademik serta media elektronik. Selain itu para koordinator mahasiswa tiap

kelasnya memiliki grup whatapp sendiri dan petugas pelaksana dalam hal ini

Ketua Program Internasional dan Petugas Administrasi Program Kelas

Internasional sering menyampaikan informasi terkait Program Kelas Internasional

ini via grup whatsapp dan itu dianggap sangat efektif. Maka organisasi atasan

(superior) harus mampu mengkondisikan organisasi bawahan atau pelaksana

untuk memiliki idealitas sebagaimana yang dikehendaki oleh kebijakan

(Wibawa,2004). Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan

dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target

group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan

sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh

kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok

sasaran (Subarsono,2009).

Begitupun dari hasil penelitian dimana dengan informasi yang diberikan

sudah berjalan dengan konsisten, baik terhadap para aparatur pelaksana dan

juga mahasiswa, perintah-perintah pelaksanaan juga sudah jelas. Para

pelaksana sudah mengetahui tugasnya masing-masing. Implementasi akan

berjalan efektif bila standard dan tujuan dipahami oleh individu yang bertanggung

jawab dalam pencapaian kebijakan. Dengan demikian, tujuan dan standar yang

jelas, komunikasi yang tepat dengan pelaksana, konsistensi dan keseragaman

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

58

tujuan dan standar yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi

sudah dioptimalkan. Oleh karena itu, menurut Meter dan Horn dalam Wibawa

(2004:18) prospek-prospek tentang implementasi yang efektif ditentukan oleh

kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan –tujuan yang dinyatakan dan oleh ketepatan

serta konsistensi dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan tujuan tersebut.

5.3.1.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung

Kebijakan yang sudah diformulasikan tidak akan pernah bisa tercapai

manakala tidak tersedia sumberdaya untuk melaksanakannya, baik sumberdaya

manusia maupun sumberdaya pendukung lainnya. Seperti yang disampaikan

oleh Abdul Wahab (2008:179) menyatakan bahwa “keberhasilan atau kegagalan

implementasi sebagai demikian dapat dilihat dari kemampuannya secara nyata

dalam meneruskan/mengoperasikan program-program yang telah dirancang”

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas

dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika

para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan

kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Sumber daya dalam mendukung pelaksana kebijakan terbagi menjadi beberapa

unsur. Sumber daya ini mencakup (1) sumber daya manusia, (2) anggaran, (3)

fasilitas, (4) informasi dan kewenangan. Keempat sumber daya tersebut

merupakan faktor yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.

5.3.1.2.1 Sumber Daya Manusia (staff)

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

59

Edward III dalam Nugroho (2012:693) mengemukakan bahwa

“sumberdaya manusia dalam implementasi kebijakan publik berkaitan

dengan kecakapan pelaksana untuk carry out kebijakan secara efektif.

Sumber daya manusia adalah yang paling utama dan menjadi kunci

dalam implementasi kebijakan. Berdasarkan penyajian data diatas dan

pengamatan peneliti bahwa terkait sumber daya manusia (SDM)

pelaksana Program Kelas Internasional di FEB-UB latar belakang

pendidikannya paling banyak adalah S3. Hampir seluruh pelaksana

adalah lulusan dari Universitas Luar Negeri sedangkan petugas

administrasi memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Selain

keahlian berbahasa inggris pegawai juga dituntut memiliki

profesionalisme. Tuntutan tersebut membuat pihak Fakultas melakukan

beberapa upaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh petugas

adminsitrasi Unit Program Internasional FEB-UB, bahwa telah ada

pelatihan-pelatihan terkait program Kelas Internasional yang

diselenggarakan oleh Pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas.

Jika dilihat dari segi kualitas sumber daya manusia telah cukup kompeten

dalam melaksanakan program tersebut.

Selain kualitas sumber daya manusia, kuantitas sumber daya

manusia juga dirasa penting untuk diperhatikan. Berdasarkan penyajian

data diatas serta hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa

jumlah petugas belum cukup memadai sehingga para petugas yang ada

mempunyai tugas ganda. Hal ini berpengaruh terhadap kelancaran

proses administrasi serta kualitas pelayanan terhadap mahasiswa.

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

60

Sebagaimana diungkapkan dari hasil wawancara dengan seorang

mahasiswa Program Kelas Internasional FEB-UB yang menyatakan

bahwa hal yang perlu dibenahi dari kualitas pelayanan petugas program

kelas internasional adalah keterlambatan informasi kepada mahasiswa.

Edward III dalam Winarno (2007:192) menjelaskan bahwa

“Betapapun jelas dan konsistennya perintah implementasi kebijakan dan

akuratnya perintah tersebut disampaikan namun apabila orang-orang

yang bertanggungjawab terhadap implementasi kebijakan tersebut

mengalami kekurangan sumber daya dalam pekerjaan mereka, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif”.

5.3.1.2.2 Anggaran (budgetary)

Sumber daya kedua yaitu sumber daya anggaran (budgetary).

Sumber daya anggaran juga berperan penting dalam menunjang

pelaksanaan kebijakan publik. Seperti pendukung kegiatan operasional,

pelayanan akademik dan kemahasiswaan serta pelayanan pendaftaran

program overseas termasuk mengurus paspor dan visa dari mahasiswa

yang akan berangkat keluar negeri. Terkait dengan sumber daya

keuangan untuk Program Kelas Internasional di FEB-UB telah

dianggarkan dalam anggaran pelaksanaan program Jurusan setiap

tahunnya oleh pihak Fakutas. Sehingga, dapat dikatakan bahwa aspek

sumber daya keuangan Program Kelas Internasional mendapatkan

dukungan anggaran yang memadai.

Van Mater dan Van Horn (dalam Widodo, 1974) menegaskan

bahwa sumber daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

61

dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam

rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan.

sumber daya ini terdiri atas dana yang dapat memperlancar pelaksanaan

implementasi suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana dalam

implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap

gagalnya implementasi kebijakan.

5.3.1.2.3 Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)

Sumber daya yang ketiga menurut Edward III dalam Agustino (2006:158-

159), adalah informasi dan kewenangan, sumberdaya tersebut merupakan

hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Berdasarkan hasil

penyajian data diatas, maka dapat diketahui bahwa informasi yang diberikan

oleh pemangku kebijakan telah dilakukan dan dipatuhi oleh para pelaksana

kebijakan Program Kelas Internasional sesuai dengan kontrak kerja

pelaksana kepada pemangku kebijakan. Informasi yang demikian ini juga

penting untuk menyadarkan orang-orang yang terlibat dalam implementasi,

agar di antara mereka mau melaksanakan dan mematuhi apa yang menjadi

tugas dan kewajibannya

Berdasarkan pengamatan peneliti diketahui adanya kewenangan yang

diberikan kepada pihak pelaksana Program Kelas Internasional di FEB-UB

dapat dilihat dari Surat Keputusan Rektor Universitas Brawijaya nomor.

343/SK/2012 tentang pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB

mengenai kewenangan para petugas untuk melaksanakan Program Kelas

Internasional dan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 mengenai

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

62

pembentukan pengelola program internasional Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya.

Kewenangan untuk menjamin atau menyakinkan bahwa kebijakan yang

akan dilaksanakan adalah sesuai dengan yang mereka kehendaki, dan

fasilitas yang digunakan untuk mengoperasionalkan implementasi kebijakan.

Kurang cukupnya sumber-sumber ini, berarti ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan (law) tidak akan menjadi kuat, layanan terpadu tidak akan

diberikan secara maksimal, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya yang

dibutuhkan tidak akan berkembang

5.3.1.2.4 Sarana dan Prasarana (facility)

Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Berdasarkan penyajian

data diatas dan pengamatan peneliti bahwa sarana dan prasarana

merupakan indikator penunjang dalam implementasi kebijakan Program

Kelas Internasional. Fasilitias yang disediakan untuk kelas inipun cukup

optimal dan mampu menopang segala proses pembelajaran dan perkuliahan

seperti terdapatnya ruang kelas yang terstandar dilengkapi dengan LCD,

ruang Tutorial serta adanya laboratorium computer yang representatif dalam

kelas ini. Adanya jaringan internet yang on- line dan lancar. Kuantitas dan

kualitas media dalam pembelajaran juga telah disediakan secara optimal

seperti Perpustakaan Digital (Digital Library) serta adanya Unit Bussines

centre, Loket dan Bank BRI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti diatas akan menunjang

dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

63

5.3.1.3 Disposisi

Edward III dalam Winarno (2005:142-143)

mengemukakan ”kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan

salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi

kebijakan yang efektif”. Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana

kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang

sesuai dengan tujuan atau sasaran. Sikap dan komitmen dari pelaksana

kebijakan merupakan keharusan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan agar

mampu mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka

dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan

oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik

Dalam penyajian data penelitian diatas menunjukkan bahwa sikap dari

pelaksana kebijakan terkait kebijakan Program Kelas Internasional ini sudah

baik, mereka mendukung penuh adanya kebijakan ini. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik FEB-UB, yang mengatakan

bahwa sejak awal tercetusnya program ini di Universitas Brawijaya, Fakultas

Ekonomi mendukung penuh dan memiliki keinginan sungguh-sungguh untuk

melaksanakan Program Kelas Internasional. Hal ini sejalan dengan sudut

pandang dari mahasiswa, mereka sangat mendukung dan merasakan manfaat

yang banyak dengan adanya Program Kelas Internasional. Jika para pelaksana

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

64

mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap

implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi

kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal.

5.3.1.4 Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Menurut Dwiyanto A (2008:94) menjelaskan bahwa

birokrasi seharusnya lebih ditempatkan sebagai penjaga aturan main yang

disepakati lewat proses demokrasi. Oleh karena itu birokrasi seharusnya bersifat

netral, bersih dan profesional. Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks

menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Struktur birokrasi berkaitan dengan

adanya Standar Operating Prosedur (SOP) Internal dari Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya dan pola hubungan kerja antara bagian dalam

organisasi dari masing-masing pelaksana Program Kelas Internasional.

Menurut insani (2010:11) standart operasional prosedur merupakan

dokumen yang berisikan serangkaian intruksi tertulis yang dibakukan mengenai

berbagai proses penyelenggaraan administrasi yang berisi cara melakukan

pekerjaan, peraturan yang berisi koordinasi internal dari Unit Program

Internasional sebagai aktor yang berperan dalam kegiatan. Berdasarkan hasil

observasi maupun dokumentasi ditemukan SOP yang lengkap, bahwa untuk

melaksanakan Program Kelas Internasional harus sesuai dengan SOP yang ada.

SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam

pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan.

Terkait dengan budaya kerja dan etos kerja petugas selama ini sudah

menjalankan dengan baik dalam pelaksanaan Program Kelas Internasional serta

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

65

telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Fakultas. Sebagaimana

diungkapkan oleh Kepala Program Internasional FEB-UB yang mengatakan

bahwa petugas sudah menerapkan budaya kerja manajemen partisipatif dan etos

kerja sesuai dengan vis misi yang diharapkan dari Fakultas. Berdasarkan hal

tersebut pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB telah memenuhi

struktur yang sesuai dengan teori Edward III dalam Nugroho (2012:693)

menegaskan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara

implementasi kebijakan publik menjadi faktor yang mendukung berhasilnya satu

kebijakan.

Begitu juga dengan kondisi sumber daya manusia dalam pelaksanaan

Program Kelas Internasional di FEB-UB sudah cukup bagus, kondisi antar

petugas juga baik, khususnya mengenai sarana prasarana serta kesadaran

kinerja petugas dalam melakukan tugas yang harus berorientasi pada kebutuhan

mahasiswa, para pelaksana kebijakan yang dipilih juga adalah orang-orang yang

kompeten dalam bidangnya. Seperti halnya menurut Sinambela dalam Pasoong

(2008:211), mengatakan bahwa kualitas pelayanan prima tercermin dalam

Transparansi yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses

oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti.

Terkait dengan hal pola hubungan kerja yang baik, Unit Program

Internasional memiliki pola hubungan kerja yang baik dan koordinasi dalam

pembagian kerja untuk mempermudah pelaksanaan kebijakan Program Kelas

Internasional. Sebagaimana yang dikatakan Kepala Urusan Administrasi

Program Internasional yang mengatakan bahwa telah ada pola saling

berhubungan yang dilakukan pihak Unit Program Internasional dengan bidang

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

66

lainnya seperti International Office atau Bagian Akademik Rektorat dalam

pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB.

Terlepas dari berbagai kendala kinerja petugas, petugas telah mampu

melaksanakan tugasnya masing-masing secara maksimal, ini karena mereka

mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Sifat

kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan

adalah fragmentasi. Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan bahwa

”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada

beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”.

Jadi dengan bertumpu pada penjelasan di atas, maka jelas bahwa, faktor

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi mempengaruhi derajat

keberhasilan implementasi kebijakan. Masing-masing faktor tersebut

saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya, yang pada

akhirnya mempengaruhi implementasi kebijakan.

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

1

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Implementasi kebijakan merupakan satu tahapan penting dalam siklus

kebijakan publik. Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik

maka perlu diketahui variable dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis

dan deskripsi terhadap fokus pada penelitian ini yaitu (1) Komunikasi (2) Sumber

Daya (3) Disposisi (4) Struktur Birokrasi. Berdasarkan hasil pemaparan analisis

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Komunikasi yang terjadi selama ini dalam mengimplementasikan

kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB sudah cukup baik,

informasi yang diberikan sudah berjalan dengan konsisten, baik terhadap

para aparatur pelaksana dan juga mahasiswa, perintah-perintah

pelaksanaan juga sudah jelas. Para pelaksana sudah mengetahui

tugasnya masing-masing. Komunikasi efektif dalam organisasi pun juga

dilakukan guna mendukung tersampaikannya tujuan kebijakan.

2. Sumber Daya, dukungan sumber daya pelaksana kebijakan Program

Kelas Internasional di FEB-UB baik sumber daya manusia, sumber daya

anggaran, informasi dan kewenangan dan sarana prasarana sudah cukup

memenuhi. Walaupun demikian masih ada beberapa kekurangan seperti

jumlah sumber daya manusia yang perlu ditambah. Tidak cukupnya staf

pelaksana menyebabkan beban petugas bertambah sehingga para

petugas yang ada mempunyai tugas ganda.

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

3. Disposisi dinilai dari dua aspek, pertama terkait dengan tingkat kepatuhan

pelaksana kebijakan dan kedua tingkat kepatuhan mahasiswa.

Kepatuhan pelaksana kebijakan (aktor kebijakan) dinilai sudah bagus

karena adanya kontrak kerja antara Ketua Program Internasional FEB-UB

dengan Dekan serta adanya sikap mendukung dengan kebijakan

Program Kelas Internasional di FEB-UB. Sejalan dengan pelaksana

kebijakan, kepatuhan mahasiswa juga dinilai baik karena sikap

mendukung mereka dalam Kebijakan Program Kelas Internasional.

4. Struktur Birokrasi, dinilai dari dua aspek yaitu ketersediaan SOP Internal

terkait pelaksanaan Kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB

serta Fragmentasi, merupakan penyebaran tanggung jawab suatu

kebijakan. Unit Program Internasional FEB-UB memiliki SOP yang

lengkap yang mengatur alur-alur kerja pelayanan pada Program Kelas

Internasional. Terkait pola hubungan kerja dan pembagian tugas, Unit

Program Kelas Internasional FEB-UB memiliki pola hubungan kerja yang

baik dan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan diatas,

maka disusunlah beberapa saran atau rekomendasi kebijakan untuk

meningkatkan kinerja serta kualitas pelayanan Program Kelas Internasional di

FEB-UB:

1. Jumlah petugas administrasi Program Kelas Internasional di FEB-UB

perlu ditambahkan agar dapat melayani permintaan mahasiswa dengan

maksimal, dengan demikian penyelenggaraan Kebijakan Program Kelas

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

Internasional di FEB-UB akan benar-benar terlaksana dengan baik dan

mahasiswa dapat menerima pelayanan dengan cepat dan tanggap.

2. Sarana dan prasarana yang ada perlu ditingkatkan khususnya jaringan

internet. Karena apabila sarana dan prasarana lebih optimal maka

kepuasan mahasiswa akan pelaksanaan Program Kelas Internasional ini

akan semakin meningkat.

3. Alur pelayanan perlu ditingkatkan sosialisasinya terutama kepada

mahasiswa, untuk penerapan pelayanan yang bersifat terbuka, mudah

dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan

secara memadai serta mudah dimengerti.

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E. (2000). Public Policy Making, Baston:Houghton Mifflin Arikunto, Suharsimi dan Safruddin, Cepi (2014). Evaluasi Program Pendidikan

Jakarta: Bumi Aksara. B.M Purwanto, (2009). Internationalization of educations, representated on

Internationalization Workshop On PE program of sporst science faculty Yogyakarta state university. Paper.

Bush, Tony & Coleman, Merianne. (2006). Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.(terj.) oleh Fahrurozi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Chan M, Sam & Tuti T. Sam. (2013). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.

Jakata: RajaGrafindo Persada Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik,. Edisi Kedua.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dye, Thomas R. (1976). Policy Analysis: what governments do, why they do it,

and what difference it makes. New Jersey: Prentice Hall Edwards III, George C. (1980). Implementing Public Policy. Washington D.C.

Congressional Quarterly Inc. Grindle, Merilee S. (ed) (1980), Politics and Policy Implementation in the Third

World, Princeton University Press, New Jersey. Haryana, Kir. (2007). Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Hosio, J.E. (2007). Kebijakan Publik Desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang. Howlett, Michael, dan M. Ramesh. (1995). Studying Public Policy, Policy Cycles

and Policy Subsystem, Oxford, Oxford University Press. Hughes, Owen E. (1994). Public Administration and Management: An

Introduction. London: The Macmillan Press Idrus, Muhammad. (2012 ). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. Krippendorff, Klaus. 1991. Content Analysis: Introduction Its Theory and

Methodology”, Alih Bahasa Farid Wajidi, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali.

Kusdi. (2013). Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

2

Mazmanian, Daniel H dan Paul A. Sabatier.(1983). Implementation an Public Policy. New York: Herper Collins.

Mazmanian dan Sabatier (1987). Policy Implementation. Encyclopedia of policy

studies. Marcel Dekker,Inc,Stugart Nagel, ed.

Miles, M.B. and Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis: A

Sourcebook of New Methods. Beverly Hills CA: Sage Publications. Moleong, L.J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. (2006). Kebijakan dan Perencanaan Sosial: Sustainabilitas

dalam Social Construc. Yogyakarta: Rake Sarasin. Nana Sayodih, Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Pasolong, Harbani. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Sjahrir. (1988). Kebijaksanaan Negara: Konsistensi dan Implementasi. Jakarta:

LP3ES

Soesilawati, Etty (2008). Kebijaksanaan Publik: teori dan aplikasi. Semarang:

UNNES Press

Thoha, Miftah. (2014). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:

PT Bumi Aksara., hal 59 Usman, Husaeni & Purnomo. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara Wahab, Solichin Abdul. (2011). Pengantar Analisis Kebijakan public. Malang:

UMMPress Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media

Pressindo Winarno, Budi. (2007). Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta: Media

Presindo Dokumen Pemerintah

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain di Luar Negeri

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

3

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Laporan Kinerja Rektor UB 2015 Laporan Proker Rektor 2009 Pedoman Pendidikan UB 2016-2017 Buku Tahunan UNIBRAW 2010 RENSTRA UB 2015-2019 UB Dalam Angka 2011-2015

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY WARDANI.pdfAdministrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama penulis dapat menempuh

4