IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY...
Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS …repository.ub.ac.id/850/1/MALISA CORY...
1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELAS INTERNASIONAL
PADA PERGURUAN TINGGI (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
oleh
MALISA CORY WARDANI NIM. 156030300111004
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
2
DAFTAR ISI
Halaman BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.........................................................................11
1.2 Perumusan Masalah….............................................................................22 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................22 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................23
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................25
2.2 Kebijakan Publik…………………………...................................................35 2.3 Implementasi Kebijakan Publik………………………………..…….…....…37
2.3.1 Pengertian Implementasi.................................................................37 2.3.2 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan.............................................43
2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Berdasarkan Model George C. Edward III……………………………...…44
2.5 Model Implementasi Kebijakan …………………………….…………….…57 2.6 Kebijakan Program Kelas Internasional………………………..………..…64
BAB III. ANALISIS SETTING SOSIAL 3.1 Gambaran Umum Universitas Brawijaya……..........................................71 3.1.1 Visi.Misi dan Dasar Tujuan Pendidikan Universitas Brawijaya …..71 3.1.2 Profil Universitas Brawijaya…………………………………………..72 3.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya ………...................................................................76 3.2.1 Visi.Misi dan Dasar Tujuan Pendidikan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya …….…………………..………..…….76 3.2.2 Profil Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ………78
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ……………………………………………..…………....…..82 4.2 Fokus Penelitian ………………………..………………………..……....…..84 4.3 Lokasi dan Situs Penelitian …..…………………………………….…….....85 4.4 Sumber Data ………………………………………………………….……....86 4.5 Instrumen Penelitian…………………………………………………...……..87 4.6 Tekhnik Pengumpulan Data ……………………………………………...…88 4.7 Tekhnik Analisis Data………………...…………………………………...….90 4.8 Keabsahan
Data…………………………………………...………...………..91
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional
Universitas Brawijaya……........................................................................93 5.2 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya…………………...................101 5.2.1 Komunikasi…………………………………………………………….109 5.2.1.1 Transmisi……………………………………………....…...110
3
5.2.1.2 Kejelasan………………………………………………..….114 5.2.1.3 Konsistensi……………………………………………..…..118 5.2.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung………………………….…….120 5.2.2.1 Sumber Daya Manusia ……………………………….…..120 5.2.2.2 Anggaran………………………………………………..…..127 5.2.2.3 Informasi dan Kewenangan……………………………....128 5.2.2.4 Sarana dan Prasarana………………………………….…129 5.2.3 Disposisi…………………………………………………………….....132 5.2.4 Struktur Birokrasi………………………………………………...…...136 5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
................................................................145 5.3.1 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya……………...145 5.3.1.1 Komunikasi………………………………………………....145
5.3.1.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung………………….….150 5.3.1.2.1 Sumber Daya Manusia ……………………...…151 5.3.1.2.2 Anggaran…………………………………….…..152 5.3.1.2.3 Informasi dan Kewenangan…………….……...153
5.3.1.2.4 Sarana dan Prasarana…………………….…...154 5.3.1.3 Disposisi………………………………………………….....155
5.3.1.4 Struktur Birokrasi………………………………………..….156 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.............................................…….........................................159
6.2 Saran ..................…………….................................................................160
DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiga elemen sistem kebijakan menurut Dunn…………………….....37
Gambar 2.2 Direct and Indirect Impacts on Implementation…………….…….....53
Gambar 5.1 Milestone Pencapaian Visi-Misi UB………………………………..…95
Gambar 5.2 Papan Informasi Program Kelas Internasional FEB-UB………..…117
Gambar 5.3 Ruang Laboratorium Komputer Program Kelas Internasional
FEB- UB ……………………………………………………….............130
Gambar 5.4 Loket Bank di Area FEB-UB……………………………………....….132
Gambar 5.5 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB…………….137
Gambar 5.6 Sub Struktur Organisasi Program Kelas Internasional FEB-UB.....138
Gambar 5.7 SOP Admission for Exchange Program Ke Universitas Partner
Program Kelas Internasional FEB - UB…………………………......140
5
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1. Perkembangan Jumlah Program Studi di UB……………………........75
Grafik 3.2. Perkembangan Jumlah Peminat, Diterima dan Daftar Ulang
(MABA)...............................................................................................76
Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Lulusan UB…………………………………....76
Grafik 3.4 Jumlah Mahasiswa Baru Program Sarjana (S1) FEB-UB …………....80
Grafik 3.5 Jumlah Mahasiswa Baru Program Magister (S2) FEB-UB ………...…80
Grafik 3.6 Jumlah Mahasiswa Baru Program Doktor (S3) FEB-UB………….......81
Grafik 5.1 Sebaran Mahasiswa Asing Berdasarkan Fakultas………………….....96
Grafik 5.2 Sebaran Mahasiswa Berdasarkan Negara Asal…………………….....97
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Peminat Program S1 Akuntansi Kelas
Internasional FEB-UB…………………………………………………....103
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu…………………………………..….31
Tabel 2.2 Tahapan Managemen Proses Implementasi………………………..…..56
Tabel 3.1 Fakultas, Vokasi dan Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya……..…74
Tabel 5.1 Penyelenggaraan Program Kelas Internasional pada Universitas
Brawijaya…………………………………………………………………..98
Tabel 5.2. Jadwal Overseas Academic Program (OAP) pada Program Kelas
Internasional FEB-UB………………………………………………......106
Tabel 5.3. Daftar Universitas Partner untuk Program Overseas (OAP) pada
Program Kelas Internasional FEB-UB …………………………….....107
Tabel 5.4 Susunan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB…......121
Tabel 5.5 Kualifikasi Pendidikan Tim Pelaksana Unit Program Internasional
FEB-UB…………………………………………………………….......…124
7
Ringkasan
Malisa Cory Wardani, Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, “Implementasi
Kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)” ; Komisi Pembimbing;
Ketua: Dr. Bambang Santoso Haryono, MS, Anggota Dr. Alfi Hariswanto, S.AP,
M.AP, MMG
Kelas internasional merupakan salah satu program dari Universitas
Brawijaya sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang terkemuka dalam rangka World
Class University serta menjadi visi-misinya sebagai universitas unggul berstandar
Internasional dan berdaya saing ASEAN. Dengan sudah berjalannya Program
Kelas Internasional pada beberapa Fakultas di Universitas Brawijaya sejak tahun
2006 hingga saat ini, sementara beberapa Fakultas yang pada awalnya
bersungguh-sungguh melaksanakan Program Kelas Internasional kini diketahui
tidak lagi melanjutkan Program tersebut. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya merupakan salah satu Fakultas yang masih konsisten
melaksanakan Program Kelas Internasional tersebut hingga saat ini dan terus
melakukan pengembangan dengan membuka Program Kelas Internasional di
setiap jurusannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
Implementasi Kebijakan Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhinya
berdasarkan teori implementasi kebijakan Edward III antara lain faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif- deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Tekhnik pengumpulan data dari wawancara,
observasi, dan studi dokumen. Penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Komunikasi yang terjadi selama
ini, baik antara pihak Fakultas dengan mahasiswa banyak menggunakan
komunikasi tidak langsung dikarenakan lebih efektif dan efisien. Namun
komunikasi secara langsung pun rutin dilakukan setiap awal perkuliahan dengan
8
mengundang orang tua mahasiswa. 2) Sumber Daya, dukungan sumber daya
pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB baik sumber daya
manusia, sumber daya anggaran, informasi dan kewenangan dan sarana
prasarana sudah cukup memenuhi. Walaupun demikian masih ada beberapa
kekurangan seperti jumlah sumber daya manusia yang perlu ditambah. 3)
Disposisi dinilai dari tingkat kepatuhan pelaksana kebijakan dan tingkat
kepatuhan mahasiswa. Kepatuhan pelaksana kebijakan (aktor kebijakan) dinilai
sudah bagus. Sejalan dengan pelaksana kebijakan, kepatuhan mahasiswa juga
dinilai baik karena sikap mendukung mereka dalam Kebijakan Program Kelas
Internasional. 4) Struktur Birokrasi, dinilai dari ketersediaan SOP Internal terkait
pelaksanaan Kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB serta
Fragmentasi. Unit Program Internasional FEB-UB memiliki SOP yang lengkap
yang mengatur alur-alur kerja pelayanan pada Program Kelas Internasional.
Terkait pola hubungan kerja dan pembagian tugas (Fragmentasi), Unit Program
Kelas Internasional FEB-UB memiliki pola hubungan kerja yang baik dan sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Kelas Internasional, Perguruan Tinggi
9
Summary
Malisa Cory Wardani, Bambang Santoso, Alfi Hariswanto, Master of Arts
in Higher Education, Faculty of Administrative Science, “Policy Implementation Of
International Undergraduate Program in Indonesia's Higher Education System: A
Study at Faculty of Economics and Business University of Brawijaya”
This study aims to find out the success of policy implementation of
international undergraduate program at at Faculty of Economics and Business
University of Brawijaya (FEB-UB) by analyzing the influencing factors based on
the theory of policy implementation Edward III, among others communication
factor, resource, disposition and bureaucratic structure. This was qualitative
descriptive research (case studies).
The data were collected from interview, observation, and document study.
This study was conducted at at Faculty of Economics and Business University of
Brawijaya (FEB-UB).
The result of the study shows that: 1) Communication happens along this
time both between Faculty and students mostly uses indirect communication
since it feels more effective and efficient. However, direct communication is a
routine activity at the first year by inviting parents. 2) Resource, support of
international undergraduate program policy's executing agent at FEB-UB both
human resources, budgetary resources, information and authority and facility and
infrastructure is sufficient. But then there are several deficiencies like an amount
of human resources needs to be added. 3) Disposition is measured from the
policy's executing agent and student level of obedience. Policy's executing agent
is measured to have been good. In line with the policy's executing agent,
students' obedience is also measured to be good since their support in the policy
of international undergraduate program. 4) Bureaucratic structures are measured
from the availability of internal Standard Operating procedure (SOP) connected to
the policy implementation of international undergraduate program at FEB-UB and
its fragmentation. FEB-UB's international program unit has a complete SOP that
rules plots of service performance at international undergraduate program.
Coupled with the pattern of work relationship and distribution of duties
10
(fragmentation), FEB-UB's international undergraduate program unit has good
pattern of work relationship and is suitable for its respective field.
Keywords: Policy Implementation, International Undergraduate Program, Higher Education
IDENTITAS PENGUJI
1. Nama : BAMBANG SANTOSO HARYONO, Dr. MS
NIP : 19610204 198601 1 001
Golongan : IV/b
Pangkat : Pembina Tingkat I
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
2. Nama : ALFI HARISWANTO, SAP., MAP. MMG
NIP : 19810601 200501 1 005
Golongan : III/b
Pangkat : Penata Muda
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
3. Nama : TJAHJANULIN DOMAI, Dr., MS.
NIP : 19531222 198010 1 001
Golongan : IV/c
Pangkat : Pembina Utama Muda
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
4. Nama : CHOIRUL SALEH, Dr., M.Si
NIP : 19600112 198701 1 001
Golongan : IV/c
Pangkat : Permbina Utama Muda
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan hanya kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk, karunia, pertolongan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis dengan judul “ Implementasi Kebijakan Program Kelas
Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya) “.
Dengan selesainya penulisan Tesis ini, penulis mengucapkan rasa hormat
dan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tesis ini kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, Rektor Universia
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan hanya kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk, karunia, pertolongan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis dengan judul “ Implementasi Kebijakan Program Kelas
Internasional pada Perguruan Tinggi (Studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya) “.
Dengan selesainya penulisan Tesis ini, penulis mengucapkan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tesis ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, Rektor Universitas Brawijaya Malang
beserta segenap jajarannya atas kesempatan dan fasilitas pendidikan yang
diberikan selama menempuh pendidikan di Program Studi Magister
Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
2. Bapak Prof. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang, atas ijin yang diberikan selama
penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Dr. Bambang Santoso H, MS selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan dengan sabar sehingga saya bisa
menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Alfi Hariswanto, SAP, MAP, MMG selaku anggota pembimbing
yang telah memberikan masukan dan bimbingan serta dukungan moril selama
proses penyusunan tesis.
5. Bapak Dr. Tjahjanulin Domai, MS selaku penguji I dan Bapak Dr. Choirul
Saleh, M.Si selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan
arahan demi kesempurnaan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, M.Kes, Sp.ParK selaku Wakil Dekan II
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang yang telah memberikan
dukungan moril maupun material selama saya menempuh pendidikan di
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
7. Bapak Dr. dr. Sri Poeranto, M.Kes, Sp.ParK selaku Kepala Laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang beserta staf
jajarannya (dr. Sudjari, dr. Aswin, dr. Mahono, dr. Dearikha, dr. Yulia, dr.
Aulia, dr. Rivo, Mbak Heni dan Pak Budi) yang telah memberikan kesempatan
serta dukungan moril selama saya menempuh pendidikan di Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
8. Ayahanda H. Safuan, SH serta Ibunda Hj. Lilik Rusiati, SPd serta seluruh
keluarga atas dukungan, tuntunan serta doanya yang selalu mengalir untuk
putri tercintanya ini hingga menyelesaikan tesis.
9. Yang tercinta suami Lukman Hidayat, ST serta ananda Sulthan Daffa Ash-
Shofwan Hidayat atas segala kasih sayang, pengorbanan, pengertian serta
dukungan yang tiada henti. Tesis ini kupersembahkan untuk Suami dan Anak-
anakku tercinta, i love you.
10. Segenap Bapak dan Ibu dosen pengajar, terima kasih atas ilmu yang
diberikan dan dukungan morilnya baik langsung maupun tidak langsung
selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
11. Teman-teman Magister Manajemen Pendidikan Tinggi angkatan 2015
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang (Mia, Mbak Lisa,
Mbak Yani, Mas Udin, Mas Coy, Nug, Mbak Ike, Mbak Ana, Mbak Prita, Mas
Shofi dan Rico) yang banyak membantu, memotivasi dan bekerjasama
selama kami menempuh pendidikan Magister Manajemen Pendidikan Tinggi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga karya tesis ini dapat menambah wawasan dan manfaat bagi
ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Malang, 17 Juli 2017
Penulis
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang
paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman “(QS. Ali Imron: 39)
“Sungguh, kesukaran itu pasti ada kemudahan. Oleh karena itu, jika kamu telah selesai dari suatu
tugas, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
memohon dan mengharap “ (QS. Al Insyiroh: 6-8)
MAN JADDA WAJADA
Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil
MAN SHABARA ZHAFIRA
Siapa yang bersabar pasti beruntung
MAN SARA ALA DARBI WASHALA
Siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan
By: Malisa Cory Wardani
M . O . T . T . O
trtr
trtr
PERNYATAANORISINALITAS TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar_benarnya bahwasepanjang pengetahuan saya, didaram Naskah rEsrs ini tidakterdapat karya irmiah yang pernah diajukan oreh orang rainuntuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan Tinggi,dan tidak terdapat karya atau pendaOat yang pernah ditulis atauditerbitkan oreh orang rain, kecuari yang secara terturis dikutipdalam nask;.,h ini dan disebutkan daram sumber kutipan dandaftar pustaka
Apabila ternyata d:daram Naskah rESrs ini dapatdibuktikan terdapat unsur-unsur pLAGrASr, sa){a bersediaTESIS ini digugurkair dan gerar akademik yang terah sayaperoleh (MAGlsrER) dibatalkan, serta cliproses sesuai denganperaturan perundang-undangan yang buriaku. (UU No. 20
Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 clan pasal ZC)
Maiang, 13 Juni2017
llahasiswa,
J\r
w
NamaNIMPS
Malisa Cory Wardani1 56030300111004Magister ManajemenPendidikan Tinggi FIA UB
RIWAYAT HIDUP
Malisa Cory Wardani, lahir di Malang, 9 Maret 1986
anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak H.
Safuan, SH dan Ibu Hj. Lilik Rusiati, SPd. Lulus SD
Negeri Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Malang tahun
1998, Lulus SLTP Negeri 3 Malang tahun 2001 dan
Lulus SMA Neheri 8 Malang tahun 2004.
Melanjutkan Pendidikan S1 Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran di Universitas Brawijaya, lulus tahun 2008. Pada tahun 2015
mengambil Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Selama tahun 2011 sampai sekarang
bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah hal yang wajib didapatkan dan ditempuh oleh setiap
manusia di dunia ini. Karena dengan pendidikan manusia mampu menghadapi
masalah dan tantangan hidup yang akan mereka hadapi. Besarnya tantangan
hidup juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh
setiap manusia tersebut. Jika manusia memiliki tingkat pengetahuan yang
memadai maka manusia tersebut diharapkan akan lancar dalam menghadapi
masalah hidupnya, akan tetapi sebaliknya jika manusia tidak memiliki
pengetahuan dan kemampuan maka akan menghadapi masalah dalam
memecahkan permasalahan yang akan dia hadapi.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kapasitas Sumber Daya
Manusia yang banyak. Namun dalam pengelolaan Sumber Daya Manusianya,
Indonesia masih sangat jauh tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia,
Thailand, Filipina, dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan
Indonesia masih rendah dan fasilitas yang tidak memadai sehingga
mengakibatkan kualitas tenaga kerja yang rendah, pengangguran meningkat,
produktivitas menurun, serta daya saing rendah untuk mampu menghadapi
persaingan diantara tenaga kerja baik dari dalam negeri maupun diluar negeri.
Oleh karenanya perlu upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan seluruh rakyat
Indonesia.
2
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
(1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar manusia agar dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan
merupakan suatu proses yang berperan membentuk peserta didiknya menjadi
sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, produktif, kreatif,
mandiri, unggul dan berakhlak mulia sebagai aset bangsa dalam menyukseskan
pembangunan nasional. (UU Sisdiknas Tahun 2003).
Apabila kita sudah mampu meningkatkan taraf pendidikan, maka dengan
sendirinya Indonesia mampu berkompetisi di segala bidang dengan negara lain.
Kompetisi dengan negara lain ini tentu juga berlaku di dunia perguruan tinggi.
Perguruan tinggi di Indonesia sebagai salah satu the drive of the national
development bertanggungjawab untuk memproduksi lulusan yang memiliki
wawasan serta keterampilan yang dalam dan luas baik lokal, nasional, dan
internasional serta mampu untuk berkompetisi dengan dengan lulusan
universitas negara lain. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tertinggi
diharapkan dapat berkontribusi sebagai penyedia Sumber Daya Manusia terdidik
dan berkualitas
Untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi Indonesia dengan
perguruan tinggi luar negeri, kita perlu memperhatikan peningkatan kualitas
perguruan tinggi secara serius. Salah satu cara agar peningkatan kualitas
perguruan tinggi ini bisa tercapai dengan lebih cepat adalah dengan menjalin
kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri yang mempunyai reputasi baik.
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi yang bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota
3
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Pendidikan tinggi diselenggarakan
melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan belajar
mandiri. Penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi diselenggarakan
dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial
dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dilakukan dengan tetap memperhatikan
kekhususan perguruan tinggi yang bersangkutan sehingga warga negara asing
dapat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi seperti yang termaktub dalam
Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Sejalan dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi , tantangan pada era
globalisasi saat ini telah memasuki babak baru dengan perkembangan di
bidang.pendidikan global yang ditandai dengan “internasionalisasi pendidikan”.
Internasionalisasi perguruan tinggi didefinisikan sebagai sebuah proses di
perguruan tinggi yang mengintegrasikan komponen internasional ke dalam
tujuan, fungsi atau penyampaian pendidikan termasuk pengembangan kurikulum
dan inovasinya; pertukaran dosen dan mahasiswa, pengembangan dan
perluasan program studi; pemanfaatan bantuan teknologi untuk pembelajaran,
pelatihan budaya, pendidikan untuk mahasiswa internasional; dan
penelitian/publikasi bersama. Melalui kerjasama dengan perguruan tinggi luar
negeri, perguruan tinggi di Indonesia dapat saling mempengaruhi dalam banyak
hal, hingga ke peningkatan kualitas talent akademik, student, prestige teaching,
riset, dan sumber daya lainnya.
Pemerintah telah mengatur kerjasama perguruan tinggi dalam Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/U/1999
4
bahwa kerjasama perguruan tinggi bertujuan untuk saling meningkatkan dan
mengembangkan kinerja pendidikan tinggi dalam rangka memelihara, membina,
memberdayakan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian. Kerjasama perguruan tinggi dapat meliputi kegiatan pengelolaan
perguruan tinggi, pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat.
Kelas internasional merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan
tinggi luar negeri dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan
tinggi tersebut dalam menghadapi tantangan pendidikan global serta
menciptakan individu yang benar-benar berkualitas serta mampu bersaing di
dunia internasional. Hal tersebut mempunyai landasan yang kuat sebagaimana
yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat (3), pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional.
Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor
61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk kerjasama perguruan tinggi di Indonesia
dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain di Luar Negeri dalam satuan kegiatan
pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar menukar dosen dan
mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3) Pemanfaatan
sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit. Program
kembaran adalah program kerjasama antara perguruan tinggi dimana perguruan
tinggi asing dan perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan program studi
yang sama dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan bersama sehingga
5
lulusannya selain memenuhi persyaratan perguruan tinggi di Indonesia juga
diakui oleh lembaga perguruan tinggi asing tersebut. Sedangkan Alih kredit
adalah program yang masing-masing perguruan tinggi mengakui kredit yang
diperoleh melalui kegiatan akademik yang dilakukan di perguruan tingginya.
Nilai lebih kelas internasional bila dibandingkan dengan kelas reguler adalah
pertama, menghasilkan lulusan yang memiliki kepribadian yang kuat, kreatif dan
berkemampuan nalar tinggi, serta memiliki kemampuan dalam menghadapi
tantangan era globalisasi. Kedua, lulusan dapat bersaing di dunia kerja dalam
dan luar negeri dengan ijazah yang mendapat pengakuan internasional.
Mengingat nilai lebih tersebut maka minat masyarakat terhadap program Kelas
Internasional ini begitu besar, berpotensi menimbulkan praktik –praktik dari
sebagian perguruan tinggi yang memaksakan diri membuka kelas internasional
padahal mereka belum mampu.
Adanya kelas internasional dalam suatu perguruan tinggi banyak mengalami
pro dan kontra, meskipun hal tersebut adalah wajar. Sebenarnya bisa dengan
menggali dari tujuan dan kesiapan pelaksana program tersebut. Apakah tujuan
yang akan dicapai bisa direalisasikan dengan sederetan usaha yang akan
dilaksanakan. Kemudian dengan kesiapan pelaksana, jika dalam suatu
perguruan tinggi adalah dari unsur Sumber Daya Manusia dan sarana dan
prasarana yang memadahi.
Sumber daya manusia di perguruan tinggi adalah dosen, mahasiswa, dan
staf administrasi dari ketiga unsur tersebut harus semuanya bersinergis dan
memiliki komitmen bersama untuk mewujudkan program yang dirancang. Dari
unsur dosen atau staf pengajar, mereka harus mempersiapkan diri dari empat
6
kompetensi yang harus mereka miliki, baik kompetensi pedagogis, sosial,
kepribadian dan profesional. Sebagai contoh perkuliahan bilingual, atau
penggunaan bahasa indonesia dan bahasa inggris dalam penyampaian mata
kuliahnya. Dari unsur tersebut setiap dosen juga harus mampu melaksanakan,
tidak hanya sekedar tataran english day atau dalam presentasinya menggunakan
bahasa inggris akan tetapi untuk membiasakan diri maka setiap saat harus
menggunakan bahasa inggris tersebut. Dari pihak staf administrasi juga harus
mengaplikasikannya, semua dituntut berkomunikasi dengan bahasa inggris, dan
pelayanan yang optimal kepada mahasiswa.
Penggunaan bahasa inggris dalam pelaksanaan kelas Internasional telah
diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 264/U/1999 bahwa bahasa Inggris dapat dipergunakan sebagai bahasa
pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebanyak-banyaknya 50%
jumlah sks dari beban studi. Penyelenggaraan pendidikan para program sarjana
dan program diploma yang menggunakan bahasa asing diwajibkan memasukkan
pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum yang digunakan sekurang-
kurangnya 4 (empat) sks.
Sarana dan prasarana yang ada juga harus mendukung, baik sisi kualitas
maupun kuantitas. Bidang yang paling mencolok dalam kelas internasional
adalah sistem informasi (IT) sangat dibutuhkan oleh seluruh warga dalam kelas
internasional tersebut (baik dosen, staf administrasi maupun mahasiswa).
Seluruh komponen saling mempengaruhi dalam usaha mewujudkan kelas
internasional dalam suatu perguruan tinggi, jadi tidaklah mudah suatu perguruan
tinggi untuk mampu membuka kelas internasional yang mampu bersaing dalam
kawasan internasional.
7
Universitas Brawijaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri
terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1963 dengan kampus
utamanya terletak di kota Malang, Jawa Timur. Sesuai amanat Undang-Undang
Pendidikan Tinggi (UUPT) No. 12 tahun 2012, Universitas Brawijaya mempunyai
kewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang memiliki daya saing baik di tingkat nasional maupun di tingkat
internasional. Untuk mengimplementasikan amanat UUPT 12 tahun 2012,
Universitas Brawijaya telah berperan aktif dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta mempunyai andil besar dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengatasi berbagai persoalan bangsa,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memelihara kelestarian
lingkungan dan budaya. Universitas Brawijaya juga telah banyak menjalin
kerjasama dengan berbagai institusi di dalam maupun luar negeri dalam upaya
mewujudkan visi dan misi yang diembannya (RENSTRA UB, 2015)
Universitas Brawijaya dalam menghadapi tantangan pendidikan global
mencoba untuk melakukan Internasionalisasi pendidikan dengan
mengintegrasikan komponen internasional ke dalam tujuan, fungsi atau
penyampaian pendidikan termasuk pendidikan untuk mahasiswa internasional,
maka langkah yang dilakukan adalah dengan membuka Program Kelas
Internasional yang diawali oleh Fakultas Kedokteran kemudian Fakultas Ilmu
Administrasi pada tahun 2007 diikuti oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di tahun
berikutnya.
Program Kelas Internasional Fakultas Kedokteran sudah berjalan sejak tahun
2006 yang berhasil merekrut 21 Mahasiswa asal Malaysia. Mahasiswa yang
mengikuti Program Kelas Internasional adalah mahasiswa Program Pendidikan
8
Dokter hasil seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Internasional) &
SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah). Namun sejak tahun 2016 Program
Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran ditiadakan dan menjadi kelas
Reguler. Keberhasilan dalam mengimplementasikan suatu kebijakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward
III dikutip dalam buku Public Policy, Riant Nugroho (2009) menegaskan bahwa
ada 4 faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi. Empat variable itu adalah: a) Komunikasi; b) Sumber Daya; c)
Disposisi; d) dan Struktur Birokrasi.
Penyebab kegagalan implementasi kebijakan Kelas Internasional di Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya menurut teori Edward III yaitu, pertama faktor
komunikasi adanya ketidakjelasan petunjuk dalam implementasi kebijakan dari
pembuat kebijakan, tidak adanya standard baku pedoman akademik untuk
Program Kelas Khusus Internasional dari pihak Universitas menyebabkan
berbagai penafsiran bagi para pelaksana. Kedua, faktor Sumber Daya dalam hal
ini kurangnya sarana dan prasarana yang berstandar Internasional serta tidak
adanya sekretariat khusus yang mengelola Kelas Internasional sehingga
pelaksanaan administratif akademiknya masih bergabung dengan pengelolaan
akademik kelas Reguler. Ketiga, faktor Disposisi kurang adanya kesungguhan
dari implementor dalam melaksanakan Program Kelas Internasional sehingga
strategi pengembangan Program Kelas Internasional kurang jelas. Keempat,
faktor Struktur Birokrasi tidak adanya Standard Operating Procedure (SOP) yang
baku dari pihak Universitas bagi pelaksana kebijakan dalam hal ini pihak fakultas
sehingga implementasi kebijakan tersebut berjalan tidak efektif Implementasi
merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena ada banyak faktor yang
9
dapat memberikan pengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan sedangkan
Program Kelas Internasional ini seharusnya dapat meningkatkan daya saing
tingkat nasional maupun di tingkat internasional.
Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya baru dimulai tahun 2007 sesuai dengan SK Dekan Nomor
46A/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program
Internasional untuk Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Dalam perkembangannya Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi
menarik peminat yang banyak hingga akhirnya membuka Program Kelas
Internasional untuk Jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi berdasar SK Dekan
Nomor 046/J10.1.12/SK/2009. Program Kelas Internasional tersebut masih
berjalan hingga saat ini dan terus melakukan pengembangan dengan membuka
Program Kelas Internasional di setiap jurusannya. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk mengetahui lebih detail dan komprehensif bagaimana Implementasi
Kebijakan Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya.
Dalam bukunya Public Policy, Riant Nugroho (2009, 494-495) menjelaskan
model-model atau teori yang membahas tentang implementasi kebijakan
menurut para ahli. Pertama, adalah model yang paling klasik, yakni model yang
diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975). Model ini
mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan seara linear dari
kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. Kedua, adalah
model Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle (1980:7)
menuturkan bahwa Keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada
tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan
10
pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi kebijakan) dan
Contex of Implementation (konteks implementasinya). Model tersebut
menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh beragam
aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah
dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik
administratif. Proses politik dapat terlihat melalui proses pengambilan keputusan
yang melibatkan berbagai aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat
melalui proses umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat
program tertentu
Ketiga, adalah model implementation problems approach yang diperkenalkan
oleh Edwards III (1984: 9-10). Menurut kerangka pemikiran Edwards III
keberhasilan implementasi kebijakan public dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
a) Communication (Komunikasi)
b) Resources (Sumberdaya)
c) Dispositions (Disposisi)
d) Bureaucratic Structure (Struktur Birokrasi).
Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila
jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi,
kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya,
meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi
yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
11
pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana
terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada standard operating
prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kebijakan yang
dikemukakan oleh Edward III sebagaimana dikutip dalam buku Public Policy,
Riant Nugroho (2009) mengenai implementasi menegaskan bahwa ada 4 faktor
kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi. Empat
variable itu adalah: a) Komunikasi; b) Sumber Daya; c) Disposisi; d) dan Struktur
Birokrasi. Keempat variabel ini menjadi bahan analisa kritis dalam melakukan
penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional Pada
Perguruan Tinggi (Studi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya). Kebijakan Kelas Internasional sangatah besar manfaatnya untuk
mendukung Universitas Brawijaya dalam menghadapi tantangan pendidikan
global serta meningkatkan daya saing tingkat nasional maupun di tingkat
internasional.
Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini masalah-
masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain
itu, ancaman utama, adalah konsistensi implementasi (Nugroho, 2011). Rencana
adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60%, 20% sisanya adalah
bagaimana kita mengendalikan implementasi. Dalam hal ini penulis ingin meneliti
dan mengkaji sehingga judul penelitian “Implementasi Kebijakan Program
Kelas Internasional Pada Perguruan Tinggi (Studi Pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya)”.
12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang meliputi aspek:
a) Komunikasi
b) Sumberdaya
c) Disposisi atau sikap dan komitmen
d) Struktur Birokrasi
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan dan menganalisis proses komunikasi kebijakan
Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Mendeskripsikan dan menganaisis Sumber
Daya Manusia dan sumber dana dalam Implementasi Kebijakan
Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Mendeskripsikan dan menganalisis sikap dan
komitmen aktor dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas
Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,
Mendeskripsikan dan menganalisis peran struktur birokrasi dalam
13
program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas
Internasional di Universitas Brawijaya, karena dengan mengetahui
potensi yang sebenarnya, perhatian pemangku kebijakan terhadap
pengelolaan Kelas Internasional di Universitas Brawijaya pada tahun-
tahun mendatang diharapkan lebih optimal dari tahun sebelumnya,
sehingga dapat meningkatkan kinerja pelaksana kebijakan dalam hal ini
pihak Fakultas yang sudah ataupun yang akan menyelenggarakan
Program Kelas Internasional.
Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan pengalaman dan sarana
untuk memperdalam pengetahuan tentang Implementasi Kebijakan
Program Kelas Internasional serta dijadikan bahan pertimbangan apabila
ternyata Kebijakan Program Kelas Internasional memberatkan pihak
pelaksana kebijakan dalam hal ini pihak Fakultas.
14
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian kali ini dapat memberikan suatu
sumbangan pemikiran bagi pihak yang memerlukannya dan menjadi
bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian dalam karya tulis
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian dan studi tentang Implementasi Program atau tentang tema yang sama
sebelumnya sudah pernah diteliti, berikut peneliti paparkan tentang penelitian terdahulu
berkaitan dengan judul tesis ini yang diambil dari karangan ilmiah antara lain sebagai berikut:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Hanbin Wei, Ekaterina Shafray, Jiyun Shin, Seiyong
Kim dengan mengambil judul penelitian “Space for International Educational
Process in The Campus; Focused on Social Survey for Korea University” pada
tahun 2015. Penelitian ini menggunakan survei sosial (dalam bentuk kuesioner) dan
wawancara mendalam siswa untuk menganalisis fasilitas dan ruang bagi siswa
internasional Universitas Korea. Dengan cara menggabungkan kedua pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian tersebut berdasarkan survey sosial pada
Mahasiswa Internasional di Universitas Korea telah ditemukan: 1) Terdapat masalah
dengan proses pendidikan Internasional yaitu rencana kampus induk dan fasilitas
yang dibuat sebenarnya untuk mahasiswa local, ada kebutuhan untuk perbaikannya
2)Tingkat Kepuasan penggunaan fasilitas Internasional di Kampus Universitas Korea
bervariasi, fasilitas ini memiliki nilai yang berbeda antara mahasiswa lokal dan
Internasional.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Andrey T. Tyabaev, Svetlana F. Sedelnikova, Alexey
V. Voytovich, dengan mengambil judul penelitian “Student-Centered Learning: The
Experience of Teaching International Students in Russian Universities” pada
tahun 2015. Makalah ini berfokus pada penggunaan teknologi yang berpusat pada
siswa saat mengajar siswa internasional dari Departemen Persiapan bahasa Rusia.
Para penulis meninjau teknologi seperti pembelajaran berbasis masalah, pencarian,
penelitian, dan teknologi desain. Penekanan utama adalah pada teknologi game.
Kelayakan penggunaannya muncul dari karakter tertentu dari pendidikan siswa
internasional di Departemen Persiapan. Makalah ini menyajikan potensi aplikasi dari
metode ini dan memvalidasi penggunaannya. Argumen pendukung utama adalah
bahwa yang berpusat pada siswa teknologi komunikatif pada umumnya, dan game
teknik khususnya, meningkatkan kualitas pelatihan bagi mahasiswa internasional
ketika digunakan dalam organisasi dari proses belajar. Para penulis menekankan
perlunya aktivitas guru dalam proses pendidikan, termasuk penggunaan teknologi
komunikasi yang berpusat pada siswa.
3) Paper based on Literature Review yang dilakukan oleh Pui-Yee, Chong (2015) dengan
judul “Internationalisation of Higher Education- Proposed Framework on
International Student’s Satisfaction” Berdasarkan tinjauan literatur, makalah ini
bertujuan untuk menyajikan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan
mahasiswa internasional. Faktor-faktor ini diterjemahkan ke dalam variabel untuk
mengukur kepuasan mahasiswa internasional yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga pendidikan tinggi. Hasil Literature Review adalah bahwa Studi
tentang Mahasiswa Internasional dapat dikategorikan menjadi lima tema: 1) Faktor-
faktor yang mempengaruhi piihan tujuan studi tersebut, 2) Pengalaman dan harapan
siswa Internasional, 3) Tantangan, masalah, dan penyesuaian yang dihadapi oleh
mahasiswa Internasional, 4) Perspektif tentang Kualitas layanan, dan 5) Faktor yang
mempengaruhi kepuasan.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Azizan Yatim dengan mengambil judul penelitian “A
Case Study on Utilizing a Mobile Application to Teach Malaysian Governance to
International Students” pada tahun 2016. Proyek penelitian ini bertujuan untuk
membuat, melaksanakan dan mengevaluasi aplikasi mobile (app) sebagai katalis dari
mobile learning (m-learning) untuk satu topik tertentu saja dari Studi Malaysia. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa Aplikasi ini tidak menunjukkan potensi untuk
bisa digunakan untuk tujuan pembelajaran lainnya dan latihan evaluasi dan Aplikasi
tidak mencapai beberapa tujuan yang dimaksudkan dan proyek ini bisa sukses di
masa depan bila dilakukan beberapa perbaikan.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Wahid, Haris S.M, Saibani, Ghono, Zulkifli, Mansor
(2016) dengan mengambil judul penelitian “Examination Achievement of
Engineering Students from UKM and UDE; A Comparison” . Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam hal kinerja antara
mahasiswa internasional dari University Duisburg-Esten (UDE) Jerman dengan tuan
rumah yaitu mahasiswa dari University Kebangsaan Malaysia (UKM) yang mengambil
mata kuliah yang sama. Makalah ini terdiri dari tiga bagian utama. Pertama, setelah
pengantar umum penelitian, metodologi dijelaskan. Kedua, perbandingan Prestasi
dalam empat program yang dipilih antara dua kelompok siswa disajikan dalam
ringkasan. Akhirnya, beberapa kemungkinan alasan serta penjelasan untuk dianggap
Perbedaan atau kesamaan dalam kinerja dari dua kelompok. Temuan menunjukkan
bahwa secara umum, siswa dari UDE menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada
tuan rumah siswa dari UKM. Dalam jangka panjang, penelitian ini dimaksudkan untuk
menjadi berguna dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar di UKM, khususnya
ketika berhadapan dengan siswa dari UDE serta mahasiswa dari UKM sendiri.
6) Penelitian yang dilakukan oleh Sarwani, Ibrahim, Nor Ashikin (2016) dengan
mengambil judul penelitian “The Impact of English Language Proficiency on
Interpersonal Interactions among Students from Different Nationality in a
Malaysian Public University” penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak
dari Kemahiran Berbahasa Inggris (ELP) pada interaksi interpersonal dan antar
kelompok di kalangan mahasiswa dari kebangsaan yang berbeda di sebuah
universitas publik Malaysia. Desain penelitian yang digunakan adalah metode
campuran dengan peran dominan dari Metode kuantitatif dengan 220 peserta baik dari
lokal dan internasional mahasiswa, digunakan sebagai metode utama dan wawancara
dilakukan untuk memperkaya data. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa ELP
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses interaksi antara siswa
lokal dan asing dari perguruan tinggi negeri Malaysia. Berdasarkan pada temuan
penelitian ini, kurangnya ELP baik kalangan mahasiswa lokal dan internasional dan
aksen yang berbeda dan asumsi linguistik memiliki dampak negatif pada proses
interaksi di antara mereka.
7) Penelitian yang dilakukan oleh Manjet K. (2016) dengan mengambil judul penelitian
“Academic Listening Practises among International Graduate Students in
English as Medium of Instruction Context: Difficulties and Corrective Measures”.
Penelitian ini memfokuskan pada kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
internasional pascasarjana dalam praktek mendengarkan akademik mereka dan
langkah-langkah yang digunakan untuk mengatasi kesulitan mereka. Temuan kualitatif
didasarkan pada wawancara kelompok fokus di antara 70 mahasiswa internasional
pascasarjana dalam program Master di universitas publik. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kesulitan yang dihadapi terutama dikaitkan dengan fakta
bahwa bahasa Inggris bukanlah bahasa asli mereka dan dan juga bahasa inggris
bukan menjadi latar belakang bahasa pengajar mereka. Temuan ini akan menjadi
platform akademik untuk memastikan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh siswa dapat
dikurangi secara bertahap oleh siswa sendiri, akademisi dan administrator universitas
melalui penerapan langkah-langkah ketat.
8) Penelitian yang dilakukan oleh Han Zhang, Donald Patton, Marlin Kenney (2013)
dengan mengambil judul penelitian “Building Global University Assesing The
Impact of The 985 Project.” .Makalah ini mempertimbangkan Efek dari 985 proyek
pada peningkatan laju publikasi di jurnal internasional oleh para peneliti pada 24
universitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan design campuran linear,
ditemukan bahwa tingkat pertumbuhan publikasi oleh universitas yang tingkat lebih
rendah melampaui dari dua universitas China yang sangat bergengsi. Ditemukan juga
tingkat pertumbuhan publikasi bagi perguruan tinggi secara keseluruhan meningkat
lebih cepat setelah pelaksanaan 985 proyek.
9) Tesis yang ditulis oleh Prayekti dan Ratih Ardyani Restu, tahun 2012 dengan
mengambil judul penelitian “The Planning of Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) Program (A Study at SMA Negeri 03 Kota Malang)” Dari hasil
penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dapat
digambarkan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional belum sesuai dengan
kaidah normatif serta kaidah akademik. Peraturan perundangan yang memayungi
program tersebut kurang lengkap dan terkesan terlambat beberapa tahun setelah
program tersebut berjalan.
10) Penelitian yang dilakukan oleh Cucun Sunaengsih (2015) dengan mengambil judul
penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter
Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian survei dengan
pendekatan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini
yaitu seluruh guru yang ada pada Sekolah Dasar International Berbasis IB di Kota
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Trandisciplinary
berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakter siswa. Nilai korelasi keduanya
berada pada posisi tinggi.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu
No. Nama
dan
Tahun
Judul
Penelitian
Lokasi
Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan
dengan
Peneliti
1. Hanbin Wei, Ekaterina Shafray, Jiyun Shin, Seiyong Kim, 2015
Space for International Educational Process in The Campus; Focused on Social Survey for Korea University
Universitas di Korea
Dari survey social pada Mahasiswa Internasional di Universitas Korea telah ditemukan: 1. Terdapat masalah
dengan proses pendidikan Internasional yaitu rencana kampus induk dan fasilitas yang dibuat sebenarnya untuk mahasiswa
Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada tingkat
local, ada kebutuhan untuk perbaikannya
2. Tingkat Kepuasan penggunaan fasilitas Internasional di Kampus Universitas Korea bervariasi, fasilitas ini memiliki nilai yang berbeda antara mahasiswa domestic dan Internasional.
kepuasan Mahasiswa Internasional
2. Andrey T. Tyabaev, Svetlana F. Sedelnikova, Alexey V. Voytovich, 2015
Student-Centered Learning: The Experience of Teaching International Students in Russian Universities
Tomsk-Polytechnic University’s Preparatory Department
1. Bahwa penggunaan komunikasi yang berpusat pada siswa, tekhnologi memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa Internasional dan kemajuan akademik mereka
2. Perlu peningkatan aktivitas pribadi guru salah satu faktor yang paling penting dalam pengembangan Perguruan Tinggi di Rusia
Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan Pengalaman mengajar pada mahasiswa Internasional di Kelas Internasional
3. Pui-Yee, Chong 2015
Internationalisation of Higher Education- Proposed Framework on International Student’s Satisfaction
Universitas di Malaysia
Bahwa Studi tentang Mahasiswa Internasional dapat dikategorikan menjadi lima tema: 1) Faktor-faktor yang
mempengaruhi piihan tujuan studi tersebut
2) Pengalaman dan harapan siswa Internasional
3) Tantangan, masalah, dan penyesuaian yang dihadapi oleh mahasiswa Internasional
4) Perspektif tentang Kualitas layanan
5) Faktor yang mempengaruhi kepuasan
Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan usulan kerangka kepuasan mahasiswa Internasional
4. Azizan Yatim,
A Case Study on Utilizing a
Universitas di Malaysia
1. Aplikasi ini tidak menunjukkan potensi
Penulis memfokuskan
2016
Mobile Application to Teach Malaysian Governance to International Students
untuk bisa digunakan untuk tujuan pembelajaran lainnya dan latihan evaluasi
2. Aplikasi tidak mencapai beberapa tujuan yang dimaksudkan dan proyek ini bisa sukses di masa depan bila dilakukan beberapa perbaikan.
pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pemanfaatan aplikasi mobile untuk pengajaran pada mahasiswa Internasional
5. Wahid, Haris S.M, Saibani, Ghono, Zulkifli, Mansor, 2016
Examination Achievement of Engineering Students from UKM and UDE; A Comparison
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)
Bahwa secara umum mahasiswa Internasional dari UDE menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada mahasiswa UKM dikarenakan pengetahuan dasar yang dimiliki mahasiswa Internasional UDE yang telah berkontributi penting untuk unggul dengan mahasiswa yang lain di UKM
Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pengujian prestasi mahasiswa Internasional dari UKM (University Kebangsaan Malaysia) dengan UDE (University Duisburg-Esten Jerman)
6. Sarwani, Ibrahim, Nor Ashikin, 2016
The Impact of English Language Proficiency on Interpersonal Interactions among Students from Different Nationality in
Malaysian Public University
1. Bahwa ELP (Kemahiran Berbahasa Inggris) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi proses interaksi di Kelas Internasional antara mahasiswa local dan asing di Perguruan Tinggi Negeri Malaysia
Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional di Universitas sedangkan peneliti terdahulu
a Malaysian Public University
2. Kurangnya ELP (Kemahiran Berbahasa Inggris) di Kelas Internasional antara mahasiswa local dan asing dan perbedaan aksen mereka serta asumsi linguistic memiliki dampak negative pada proses interaksi diantara mereka.
memfokuskan pada dampak kemahiran berbahasa inggris pada interaksi interpersonal di Kelas Internasional
7. Manjet K, 2016
Academic Listening Practises among International Graduate Students in English as Medium of Instruction Context: Difficulties and Corrective Measures
Pasca Sarjana di Perguruan Tinggi Malaysia
Bahwa kesulitan yang dihadapi dalam praktek mendengarkan akademik diantara mahasiswa lulusan Internasional adalah bahwa bahasa inggris bukanlah bahasa asli mereka dan juga bahasa inggris bukan menjadi latar belakang bahasa pengajar mereka.
Penulis memfokuskan pada Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada kesulitan dan tindakan korektif praktek mendengarkan diantara mahasiswa lulusan Internasional dalam bahasa Inggris.
8. Han Zhang, Donald Patton, Marlin Kenney, 2013
Building Global University Assesing The Impact of The 985 Project.
Universitas di Cina
Ditemukan tingkat pertumbuhan publikasi jurnal Internasional pada 24 Universitas di Cina secara keseluruhan meningkat lebih cepat setelah pelaksanaan 985 Proyek
Penulis memfokuskan pada Program Kelas Internasional di Universitas sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada pertumbuhan publikasi jurnal Internasional di Universitas
9. Prayekti, Ratih Ardyani Restu, 2012
The Planning of Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
SMA Negeri 03 Kota Malang
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional belum sesuai dengan kaidah normatif serta kaidah akademik.
Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi
(RSBI) Program (A Study at SMA Negeri 03 Kota Malang)
Peraturan perundangan yang memayungi program tersebut kurang lengkap dan terkesan terlambat beberapa tahun setelah program tersebut berjalan. Secara akademis, program RSBI mempunyai beberapa kelemahan baik secara konseptual maupun implementasinya. Program tersebut kurang jelas secara konsep, kurikulum, tujuan, standar, sumber daya.
kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Sekolah Menengah Atas
10. Cucun Sunaengsih, 2015
Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate
Sekolah Dasar International berbasis International Baccalaureate (IB) di Kota Bandung
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel Model pembelajaran transdisciplinary terhadap Karakter Siswa. Hubungan antara Model pembelajaran transdisciplinary terhadap Karakter Siswa berada pada tingkat tinggi. Artinya terdapat faktor lain yang mempengaruhi karakter siswa selain model pembelajaran transdisciplinary yang diterapkan oleh guru.
Penulis memfokuskan pada bagaimana Implementasi kebijakan Program Kelas Internasional pada Perguruan Tinggi sedangkan peneliti terdahulu memfokuskan pada Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis Internasional Baccalaureate
2.2 Kebijakan Publik
Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijaksanaan
seringkali disamakan pengertiannya dengan istilah policy. Hal tersebut
barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah
policy ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir (1988:66)
pada hakekatnya pengertian kebijakan adalah, semacam jawaban terhadap suatu
masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu
masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. James E.
Anderson (1978:33), memberikan rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah
aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu
bidang kegiatan tertentu.
Rumusan berkaitan dengan kebijakan publik, seperti dikemukakan oleh Easton
dalam Thoha, "Public Policy is the authoritative allocation of values for the whole society
but it turns out that only the government can authoritatively act on the 'whole' society.. "
(Thoha, 1990:59-60). Dalam hal ini Easton menekankan pada aspek kekuasaan dimana
menurutnya, pemerintah mempunyai wewenang (otoritas) untuk mengatur perilaku
masyarakat dengan cara mengalokasikan nilai-nilai kepada seluruh masyarakat.
Pemerintah berwenang dapat memaksakan agar nilai-nilai yang tercermin dalam
kebijakan ditaati oleh masyarakat dan memberikan sanksi apabila terjadi pelanggaran.
Definisi, lain dari Laswell dan Kaplan, "projected program of goals, values ami
practices" (Thoha, 1990:58) memperlihatkan wujud dari kebijakan berupa suatu program
yang dibuat untuk mencapai tujuan, nilai-nilai dan praktek- praktek /tindakan yang
terarah. Selanjutnya Anderson menganggap kebijakan public sebagai kebijakan yang
dibuat oleh badan-badan atau pejabat pemerintah, (Islamy,1988:1.8).
Dunn (2000:109) menyatakan tentang sistem kebijakan bahwa suatu sistem
kebijakan mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur,
yaitu: kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Kebijakan publik
merupakan rangkaian pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh badan dan
pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang isu pertahanan, energi,
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan. Pada satu bidang tersebut terdapat banyak isu
kebijakan, yaitu serangkaian arah tindakan pemerintah yang aktual maupun potensial
yang mengandung konflik diantara segmen-segmen dalam masyarakat. Masalah
kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan, karena mereka
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.
Lebih jelasnya sistem kebijakan menurut Dunn, dapat melihat bagan 2.1 tentang tiga
elemen sistem kebijakan menurut Dunn. Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa dimensi
subyek atau objek dalam pembuatan kebijakan dalam praktek tidak dapat dipisahkan
Gambar 2.1 Tiga elemen sistem kebijakan menurut Dunn (2000:110)
2.3 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional akan dipahami secara utuh
jika pengertiannya dipahami secara utuh, oleh karena itu perlu dirumuskan terlebih
dahulu pengertian tentang implementasi kebijakan.
2.3.1 Pengertian Implementasi
Dalam kamus Webster (Solichin Abdul Wahab,1997:64) pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek, dimana “to implementation"
(mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical
effect to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat
sesuatu). Dalam studi kebijakan publik, dikatakan bahwa, implementasi bukanlah sekedar
bersangkut-paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam
prosedur-prosedur rutin melalui saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu
implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari
Pelaku Kebijakan
Kebijakan Publik Lingkungan Kebijakan
suatu kebijakan. Oleh karena itu tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa, implementasi
kebijakan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses kebijakan.
Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi adalah, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (Jones, 1991:7), dimana implementasi diartikan
sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di balik kesederhanaan rumusan
yang demikian berarti bahwa, implementasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan
yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut
adanya syarat yang antara lain :
a) Adanya orang atau pelaksana;
b) Uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources.
Van Meter dan Horn (Horn, 1978 : 70) mendefinisikan bahwa, implementasi
kebijakan sebagai “Policy implementation encompasses those actions by public and private
individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth
in prior policy decisions”. Definisi tersebut memberikan makna bahwa, implementasi kebijakan
adalah, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (dan kelompok) pemerintah
dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tindakan-tindakan ini, pada suatu saat berusaha untuk mentransformasikan keputusan-
keputusan menjadi pola-pola operasional, serta melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk
mencapai perubahan, baik yang besar maupun yang kecil, yang diamanatkan oleh keputusan
kebijakan.
Dengan mengacu pada pendapat tersebut, dapat diambil pengertian bahwa,
sumber-sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pembuat kebijakan, di dalamnya mencakup: manusia, dana, dan kemampuan
organisasi; yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta (individu
ataupun kelompok).
Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier (Solichin Abdul Wahab,1997:65)
menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan sebagaimana
berikut :
“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah
disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha
untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian-kejadian."
Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, nampak bahwa, implementasi
kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari
target group, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial
ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya
terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Banyak model dalam proses implementasi kebijakan yang dapat
digunakan. Van Meter dan Horn dalam Samudra Wibowo, mengajukan model mengenai
proses implementasi kebijakan (a model of the policy implementation process).
Dalam model implementasi kebijakan ini terdapat
enam variabel yang membentuk hubungan antara kebijakan dengan
pelaksanaan. Van Meter dan Van Horn dalam teorinya ini beranjak dari
argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan
dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka
menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu
kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang
menghubungkan dengan prestasi kerja (performance). Kedua ahli ini
menegaskan pula pendiriannya bahwa, perubahan, kontrol dan kepatuhan
bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur implementasi.
Dengan memanfaatkan model-model tersebut, maka permasalahan yang
perlu dikaji dalam hubungan ini adalah, hambatan-hambatan apakah yang
terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi? Seberapa jauhkan
tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur?
(Masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah tingkatannya
dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa petingkah rasa keterikatan
masing-masing orang dalam organisasi? (Hal ini menyangkut masalah
kepatuhan). Atas Dasar pandangan seperti itu, Van Meter dan Van Horn
kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut :
a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan;
b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang
terlibat dalam proses implementasi.
Hal ini dikemukakan berdasarkan pada kenyataan bahwa, proses implementasi
ini akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu. Dalam pengertian bahwa,
implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit,
sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari mereka yang mengoperasikan
program di lapangan, relatif tinggi.
Standar dan tujuan kebijakan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap pelaksanaan
atau penyelenggaraan kebijakan. Disamping itu standar dan tujuan kebijakan juga
berpengaruh tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui aktivitas komunikasi
antar organisasi. Jelasnya respon para pelaksana terhadap suatu kebijakan didasarkan pada
persepsi dan interpretasi mereka terhadap tujuan kebijakan tersebut.
Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bahwa, komunikasi yang baik akan
menyeimbangkan disposisi yang baik atau positif diantara para pelaksana. Standar dan tujuan
juga mempunyai dampak yang tidak langsung terhadap disposisi para pelaksana melalui
aktivitas penguatan atau pengabsahan. Dalam hal ini para atasan dapat meneruskan
hubungan para pelaksana dengan organisasi lain.
Hubungan antar sumber daya (resources) dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik
dalam batas wilayah organisasi tertentu dapat dikemukakan bahwa, tersedianya dana dan
sumber lain dapat menimbulkan tuntutan dari warga masyarakat swasta, kelompok
kepentingan yang terorganisir untuk ikut berperan dalam melaksanakan dan mensukseskan
suatu kebijakan. Jelasnya prospek keuntungan pada suatu program kebijakan dapat
menyebabkan kelompok lain untuk berperan serta secara maksimal dalam melaksanakan dan
mensukseskan suatu program kebijakan.
Bagaimanapun juga dengan terbatasnya sumber daya yang tersedia, masyarakat
suatu negara secara individual dan kelompok kepentingan yang terorganisir akan memilih
untuk menolak suatu kebijakan karena keuntungan yang diperolehnya lebih kecil bila
dibandingkan dengan biaya operasional.
Demikian juga dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam batas wilayah tertentu,
mempengaruhi karakter-karakter agen-agen pihak pelaksana, disposisi para pelaksana
dan penyelenggaraan atau pelaksanaan kebijakan itu sendiri.
Kondisi lingkungan diatas mempunyai efek penting terhadap kemauan dan
kapasitas untuk mendukung strujtur birokrasi yang telah mapan, kwalitas, dan
keadaan agen pelaksana (implementor). Kondisi lapangan ini juga mempengaruhi disposisi
implementor. Suatu program kebijakan akan didukung
dan digerakkan oleh para warga pihak swasta, kelompok kepentingan yang
terorganisir, hanya jika para implementor mau menerima tujuan, standar dan
sasaran kebijakan tersebut. Sebaliknya suatu kebijakan tidak akan mendapat
dukungan, jika kebijakan tersebut tidak memberikan keuntungan kepada mereka.
Disamping itu karakteristik para agen implementor dapat mempengaruhi
disposisi mereka. Sifat jaringan komunikasi, derajat kontrol secara berjenjang
dan tipe kepemimpinan dapat mempengaruhi identifikasi individual terhadap
tujuan dan sasaran organisasi, dalam impelementasi kebijakan yang efektif
sangat tergantung kepada orientasi dari para agen/kantor implementor
kebijakan.
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa keberhasilan impelementasi kebijakan
sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel atau faktor yang pada gilirannya akan
mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri.
2.3.2 Tahap – Tahap Implementasi Kebijakan
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan
adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy (Irfan, 1997:102-106) membagi
tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu :
a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan
disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan
dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara
lain;
b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu
diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan
tercapai.
Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991 : 36)
mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut :
Tahap I. Terdiri atas kegiatan-kegiatan :
a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas;
b. Menentukan standar pelaksanaan;
c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.
Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber
daya, prosedur, biaya serta metode.
Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan :
a. Menentukan jadwal;
b. Melakukan pemantauan;
c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.
Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang
sesuai dengan segera.
Jadi implementasi kebijakan, akan selalu berkaitan dengan perencanaan
penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam
Solichin Abdul Wahab, yaitu, mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha
untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau
dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses
pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun
usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi
perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi juga
memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada
impelementasi kebijakan negara.
2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Berdasarkan Model
George C. Edward III (1980)
Dalam bukunya Implementing Public Policy (1980) Goerge C. Edward III
menguraikan tentang beberapa pendekatan terhadap studi implementasi dari beberapa
ahli, seperti, Merelle S. Grindle (Case Study Approach), pendekatan berdasarkan analisis
keputusan oleh Graham Alison dalam bukunya “Essence of decesion” (1971), pendekatan
yang memandang (Implementation) sebagai suatu ’game’ oleh Eugene Bardach pendekatan
yang dilakukan oleh Donald Van Matter dan Kart Van Horn serta yang paling akhir ialah
menurut Paul Sabatier dan Daniel Maz manian. Berdasarkan latar belakang pendapat para
ahli tersebut diatas, George Edward III tiba pada pendekatan yang dipilihnya, dengan
terlebih dahulu mengemukakan 2 pernyataan pokok yaitu :
a. Hal-hal apa saja yang merupakan persyaratan bagi suatu implementasi yang
berhasil?
b. Apa saja yang merupakan penghambat utama terhadap keberhasilan
implementasi program?
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut di atas, dirumuskan empat faktor atau variabel
yang merupakan syarat-syarat terpenting guna keberhasilan implementasi.
Adapun faktor-faktor keberhasilan/kegagalan Implementasi kebijakan menurut George C.
Edwards III (1980), adalah sebagai berikut :
1. Faktor Komunikasi
Dalam implementasi, menurut George C Edwards III (1980), komunikasi ini
memiliki peranan penting, tidak hanya bagi para implementor, tapi juga bagi policy maker.
Karena bagaimanapun juga dalam implementasi yang efektif, para policy maker dalam
meminta para pelaksana (implementor) tidak sekedar dengan suatu petunjuk yang jelas,
tetapi yang penting adalah adanya konsisten komunikasi dari atas ke bawah, dalam arti arus
komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas. Bila tidak, maka akan membuka peluang
bagi para pelaksana untuk menafsirkan kebijakan tersebut. Atau dengan kata lain, perlu
dihindari adanya suatu hal yang dapat menimbulkan suatu kegaduhan, kebingungan diantara
para pelaksana, sebagai akibat dari adanya kelonggaran-kelonggaran dalam menafsirkan
kebijakan tersebut. Terpenting lagi harus adanya ketetapan dan keakuratan informasi
kebijakan, sehingga para pelaksana dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tujuan
yang sebenarnya ingin dicapai dari implementasi kebijakan tersebut, dan mereka
dapat mengetahui dengan tegas dan jelas, apa yang seharusnya mereka lakukan.
Dengan kata lain, agar didapat implementasi yang efektif, para pelaksana
harus mengetahui apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi
kebijakan tersebut. Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan untuk implementasi suatu
kebijakan harus disampaikan pada orang-orang yang tepat, dan mereka harus menjadi jelas,
akurat, konsisten terhadap ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut. Jika tidak, maka
akan terjadi salah pengertian di antara mereka dalam mengimplementasikan suatu kebijakan
dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Komunikasi harus akurat, dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana.
Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan juga petunjuk-
petunjuk itu harus jelas. Jika petunjuk-petunjuk pelaksanaan itu tidak jelas, maka para
pelaksana (implementator) akan mengalami kebingungan tentang apa yang harus mereka
lakukan.
1) Transmisi
Pejabat harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah telah
dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Ada beberapa hambatan yang timbul dalam
mentransmisikan perintah-perintah kebijakan, yaitu pertentangan pendapat antara para
pelaksana dengan pengambil kebijakan, informasi melalui berlapis lapis birokrasi, persepsi
yang selektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan
kebijakan.
2). Kejelasan
Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima, melainkan juga petunjuk-
petunjuk itu harus jelas. Menurut Edwards dalam Winarno (2007;20) ada enam faktor yang
mendorong ketidakjelasan komunikasi kebijakan, yaitu: kompleksitas kebijakan publik,
keinginan untuk tidak mengganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya
consensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai kebijakan
baru, menghindari pertanggung jawaban kebijakan, dan sifat pembentukan kebijakan
pengadilan.
3). Konsistensi
Jika implementasi kebijakan ingin efektif, maka perintah-perintah yang disampaikan
harus konsisten dan jelas. Menurut Gibson (1985:110) dalam tubuh organisasi terdapat 4
macam komunikasi, yaitu: (1). Downward Communication atau komunikasi ke bawah. Bentuk
komunikasi ini dapat berupa instruksi kerja, memo resmi, prosedur, buku pedoman, dan
publikasi; (2). Upward Communication atau komunikasi ke atas. Bentuk komunikasi ini dapat
berupa kotak saran, pertemuan kelompok, pengaduan; (3). Horizontal Communication atau
komunikasi horisontal. Bentuk komunikasi ini berupa koordinasi antar departemen atau antar
teman sejawat; (4) Diagonal Communication atau komunikasi diagonal. Komunikasi
yang melibatkan lintas unit atau organisasi, misalnya sebuah organisasi ingin melakukan
analisis keuangan/audit, maka mengharuskan para pegawai menyampaikan laporan khusus
secara langsung kepada pengawas keuangan/auditor
2. Faktor Sumber Daya
Faktor sumber daya ini juga mempunyai peranan penting dalam
implementasi kebijakan. Karena bagaimana pun jelas dan konsisten ketentuan-
ketentuan atau aturan-aturan serta bagaimana pun akuratnya dalam menyampaikan
ketentuan-ketentuan tentang kebijakan sertifikasi, jika personil yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan
secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
Edward III dalam Widodo (2010:98) mengemukakan bahwa faktor sumberdaya
mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Menurut Edward III dalam
Widodo (2010:98) bahwa sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya
anggaran, dan sumberdaya peralatan dan sumberdaya kewenangan
A) Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan kebijakan. Edward III dalam Widodo (2010:98) menyatakan bahwa “probably the
most essential resources in implementing policy is staff”. Edward III dalam Widodo (2010:98)
menambahkan
“no matter how clear and consistent implementation order are and no matter accurately they are transmitted, if personnel responsible for carrying out policies lack the resources to do an effective job, implementing will not effective”
B) Sumberdaya Anggaran
Edward III dalam Widodo (2010:100) menyatakan dalam kesimpulan studinya “budgetary limitation, and citizen opposition limit the acquisition of adequate facilities. This is turn limit the quality of service that implementor can be provide to public”.
Menurut Edward III, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan
yang seharusnya diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Edward III dalam Widodo
(2010:100) menyatakan bahwa “new towns studies suggest that the limited supply of federal
incentives was a major contributor to the failure of the program”.
Menurut Edward III, terbatasnya insentif yang diberikan kepada implementor merupakan
penyebab utama gagalnya pelaksanaan program. Edward III dalam Widodo (2010:101)
menyimpulkan bahwa terbatasnya sumber daya anggaran akan mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan kebijakan. Disamping program tidak bisa dilaksanakan dengan optimal,
keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para pelaku kebijakan rendah.
C) Sumberdaya Peralatan
Edward III dalam Widodo (2010:102) menyatakan bahwa sumberdaya peralatan
merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan
yang meliputi gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam
memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.
Edward III dalam Widodo (2010:102) menyatakan :
Physical facilities may also be critical resources in implementation. An implementor may have sufficient staff, may understand what he supposed to do, may have authority to exercise his task, but without the necessary building, equipment, supplies and even green space implementation will not succeed
D) Sumberdaya Kewenangan
Sumberdaya lain yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan suatu
implementasi kebijakan adalah kewenangan. Menurut Edward III dalam Widodo (2010:103)
menyatakan bahwa: Kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat keputusan sendiri
yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu
kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka dihadapkan suatu masalah dan
mengharuskan untuk segera diselesaikan dengan suatu keputusan. Oleh karena itu, Edward
III dalam Widodo (2010:103), menyatakan bahwa pelaku utama kebijakan harus diberi
wewenang yang cukup untuk membuat keputusan sendiri untuk melaksanakan kebijakan
yang menjadi kewenangannya.
3. Faktor Sikap/Kecenderungan (Disposisi)
Sikap adalah kesiapsiagaan mental, yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman,
dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek,
dan situasi yang berhubungan dengannya. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena
sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi, (Gibson, 1985:115).
Disposisi ini diartikan sebagai kecenderungan, keinginan atau kesepakatan
para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan, jika ingin
berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang harus
dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu, tetapi mereka juga
harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Kebanyakan para
pelaksana dapat mengimplementasikan kebijakan dengan leluasa. Alasannya adalah, adanya
ketergantungan mereka terhadap superioritas orang-orang yang merumuskan kebijakan.
Alasan lainnya adalah, karena kompleksnya kebijakan itu sendiri.
Bagaimanapun juga cara yang dilakukan implementor dalam melakukan keleluasaan itu,
sebagain besar tergantung pada kecenderungan mereka terhadap suatu kebijakan.
Kemudian sikap itu akan dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap suatu kebijakan,
dan bagaimana melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan-kepentingan organisasi
dalam bidang pendidikan yaitu, Kementerian Pendidikan Nasional dan pribadinya (agen
implementor).
Sikap pelaksana sebagai salah satu faktor implementasi kebijakan, Edwards III dalam
Winarno (2007:194) menjelaskan bahwa :
Ada kebijakan yang dilaksanakan secara efektif karena mendapat dukungan
dari para pelaksana kebijakan. Jika orang diminta untuk melaksanakan perintah-
perintah yang tidak mereka setujui, maka kesalahan-kesalahan tidak dapat
dielakkan terjadi, yaitu antara keputusan-keputusan kebijakan dan pencapaian
kebijakan. Dalam kasus seperti ini maka para pelaksana kebijakan akan
menggunakan keleluasaan dan kadang-kadang dengan cara-cara yang halus untuk
menghambat implementasi.
4. Faktor Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi
dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan, baik potensial maupun nyata
dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Birokrasi merupakan
salah satu institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana
kegiatan.
Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam struktur pemerintah, tetapi juga ada
dalam organisasi-organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Menurut Dwiyanto
A (2008:94) menjelaskan bahwa birokrasi seharusnya lebih ditempatkan sebagai penjaga
aturan main yang disepakati lewat proses demokrasi. Oleh karena itu birokrasi seharusnya
bersifat netral, bersih dan profesional. Namun dalam realitanya, birokrasi cenderung kurang
mampu membedakan antara kepentingan privat dengan kepentingan publik.
Dalam implementasi kebijakan publik, peranan penting dari struktur birokrasi dalam
organisasi dijelaskan oleh Edwards III dalam Winarno (2007:202) bahwa:
Ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran
dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi..
Yang pertama berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan
sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya
organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Yang kedua berasal terutama dari
tekanan-tekanan dari luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-
kelompok kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang
mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.
Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan
para pelaksana apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan
kuat (komitmen) untuk melakukannya, implementasi bisa masih jadi belum efektif karena
ketidakefisiensinya struktur birokrasi.
Gambar 2.2 :
Direct and Indirect Impacts on Implementation
Communication
Resources
Implementation
Dispositions
Bureaucratic Structure Sumber : George C. Edwards III, 1980
Berdasarkan gambar bagan 2, dapat dikemukakan bahwa, pengarahan yang disampaikan
dengan tidak akurat, tidak jelas dan tidak konsisten, menyebabkan
adanya kebingungan bagi para implementor di lapangan dalam mengimplementasi kebijakan
tersebut. Pada pihak lain, komunikasi yang terlalu mendetail, dapat merendahkan moral dan
mengurangi kebebasan para implementor, memungkinkan terjadinya perubahan arah
kebijakan dalam pelaksanaannya di lapangan, dan terjadinya pemborosan sumber daya,
seperti kecerdasan, kreativitas, dan daya adaptif staf.
Sumber daya juga punya pengaruh tidak langsung pada implementasi, yaitu
melalui interaksi komunikasi dengan berbagai cara. Tidak cukupnya staf pelaksana juga
menyebabkan tidak tercapainya apa yang menjadi arah suatu kebijakan. Jika sumber daya
yang tersedia cukup banyak, menyebabkan individu dan organisasi yang terlibat dalam
implementasi kebijakan itu melakukan persaingan ketat di antara mereka sendiri untuk
menjaga kepentingan pribadi dan organisasinya.
Jadi dengan bertumpu pada penjelasan di atas, maka jelas bahwa, faktor komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi mempengaruhi derajat keberhasilan
implementasi kebijakan. Masing-masing faktor tersebut saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lainnya, yang pada akhirnya mempengaruhi implementasi
kebijakan.
Selanjutnya Van Meter dan Van Horn berpendapat, dalam teorinya ini
beranjak dari suatu argumen bahwa, perbedaan-perbedaan dalam proses
implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakannya yang akan dilaksanakan. Selanjutnya
mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara
isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan
kebijakasanaan dengan prestasi kerja (performance).
Kedua ahli ini, menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, control,
dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur
implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang
perlu dikaji dalam hubungan ini adalah, hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam
mengenalkan perubahan dalam organisasi? Seberapa jauhkan tingkat efektivitas
mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur (masalah ini meyangkut
kekuasaan dari pihak yang paling rendah tingkatnya dalam organisasi yang bersangkutan).
Seberapa pentingkah rasa keterikatan masing-masing orang dalam organisasi (hal ini
menyangkut masalah kepatuhan). Atas dasar pandangan seperti ini, Van Metter dan Van
Horn kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut :
a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan;
b. Jangkauan atau lingkup kesempatan terhadap tujuan di antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proses implementasi.
Alasan dikemukakannya hal ini adalah bahwa, proses implementasi itu akan dipengaruhi
oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu, dalam pengertian bahwa, implementasi
kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara
kesempatan terhadap tujuan terutama dari mereka yang mengoperasikan program di
lapangan relatif tinggi.
Mazmanian dan Sabatier (1986), menjelaskan bahwa, pelaksanaan atau implementasi
kebijakan publik yang dilakukan dalam konteks manajemen adalah, berada di dalam kerangka
organizing-leading-controling yang dapat diartikan bahwa ketika kebijakan sudah dirumuskan,
maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk
memimpin pelaksanaan dan implementasinya, serta melakukan pengendalian
pelaksanaan atau implementasi kebijakan tersebut.
Pandangan terhadap proses implementasi yang diungkap oleh Mazmanian dan
Sabatier (dalam Stoner dan Gilbert, 1996) dilakukan elaborasi secara visual dalam konteks
manajemen implementasi kebijakan publik yang dapat membantu dinamisasi proses
implementasi kebijakan itu sendiri. Secara rinci Stoner dan Gilbert (1996) menjelaskan
aktivitas proses implementasi dalam konteks manajemen implementasi kebijakan disusun
seperti yang tertuang dalam tabel 2.2, berikut:
Tabel 2.2 :
Tahapan Managemen Proses Implementasi
No Tahapan Isu Penting
1. Implementasi strategi
(pra implementasi)
• Menyesuaikan struktur dengan strategi
• Melembagakan strategi
• Mengoperasionalkan srtategi
• Menggunakan prosedur untuk memudahkan
implementasi 2. Pengorganisasian
(organizing)
• Desain organisasi dan struktur organisasi
• Pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan
• Integrasi dan kordinasi
• Prekrutan dan penempatan sumber daya
• Hak, wewenang dan kewajiban
• Pendelegasian (sentralisasi dan
desentralisasi)
• Pengembangan kapasitas organisasi dan
sumber daya manusia
• Budaya organisasi
3. Penggerakan dan
kepemimpinan
• Efektivitas kepemimpinan
• Motivasi
• Etika
• Mutu
• Kerjasama tim
• Komunikasi organisasi
• Negosiasi
4. Pengendalian • Desain pengendalian
• System informasi managemen
• Pengendalian anggaran/keuangan
• Audit Sumber : Stoner dan Gilbert, 1996
Menurut tabel 2.2 tersebut, jelas bahwa, tahapan dan rincian kegiatan
dalam proses implementasi kebijakan publik mempunyai beberapa indikator
pelaksanaan yang masing-masing bagian kegiatan itu sangat menentukan
bagi mutu implementasi yang dilakukan. Dengan kata lain aktivitas
implementasi sangat ditentukan oleh proses pengelolaannya yang diawali
oleh penetapan rencana implementasi hingga pada tahapan pengendalian
pelaksanaannya.
Jika kita cermati kembali pendapat tokoh mengenai pengertian
implementasi dan model implementasi serta proses implementasi, maka
dapat dikatakan bahwa, dalam melakukan analisis terhadap implementasi
kebijakan publik, kita dapat melihatnya dari tiga sudut pandang yakni :
1) pemerakarsa/pembuat kebijakan (the center atau pusat);
2) pejabat-pejabat pelaksana di lapangan;
3) aktor-aktor perorangan diluar badan- badan pemerintahan yang menjadi
sasaran program (target group/kelompok sasaran).
2.5 Model Implementasi Kebijakan
Model implementasi yang dikembangkan oleh para ahli banyak sekali, unruk lebih
memahaminya dapat dilihat dari pembahasan berikut :
1. Model Pendekatan Top-Down
Model implementasi Top-Down (model rasional) digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat implementasi sukses. Van Meter dan Van Horn
(1978) berpandangan bahwa dalam implementasi kebijakan perlu pertimbangan isi dan
tipe kebijakan. Hood (1976) menyatakan implementasi sebagai administrasi yang sempurna.
Gun (1978) menyatakan ada beberapa syarat untuk mengimplementasikan kebijakan secara
sempurna. Grindle (1980) memandang implementasi sebagai proses politik dan administrasi.
Mazmanian dan Sabatier (1979) melihat implementasi dari kerangka implementasinya.Van
Meter dan Van Horn (Abdul Wahab, 1997), memandang implementasi kebijakan sebagai
those
actions by publik or provide individuals (or group) that are directed at the
achievement of objectives set forth in prior policy decision (tindakan-tindakan yang oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan).
Dalam teorinya, Van Meter dan van Horn beranjak dari suatu argumentasi
bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat
kebijakan yang akan dilakukan. Selanjutnya keduanya menawarkan suatu pendekatan
yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu
model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan prestasi kerja (performance).
Mereka menegaskan pendiriannya bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak
merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Dengan
memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam
proses implementasi ini adalah hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam
mengenalkan perubahan dan organisasi? Seberapa jauhkah tingkat efektifitas mekanisme-
mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur? (masalah ini menyangkut kekuasaan dari
pihak yang paling rendah tingkatannya dalam organisasi yang bersangkutan). Seberapa
pentingkah rasa keterkaitan masing-masing orang dalam organisasi? (hal ini
menyangkut masalah kepatuhan).
Atas dasar pandangan tersebut diatas, Van Meter dan Van Horn kemudian
berusaha untuk membuat tipologi kebijakan menurut (1) jumlah masing-masing
perubahan yang akan dihasilkan dan (2) jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap
tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi. Alasan dikemukakannya
hal tersebut ialah bahwa proses implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi
semacam itu, dalam pengertian bahwa implementasi kebanyakan berhasil apabila
perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, bagi
mereka yang mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi.
Selain Van Meter dan Van Horn, model top-down dikemukakan juga oleh
Mazmanian dan Sabatier (Stillmen, 1988) dan Hill (1993) kedua tokoh ini meninjau
implementasi dari kerangka analisisnya. Model top-down yang dikemukakan oleh kedua ahli
ini dikenal dan dianggap sebagai salah satu model top-down paling maju, Karena keduanya
telah mencoba mensintesiskan ide-ide dari pencetus teori model top-down dan bottom-up
menjadi enam kondisi bagi implementasi yang baik, yaitu :
a. Standar evaluasi dan sumber yang legal;
b. Teori kausal yang memadai, sehingga menjamin bahwa kebijakan memiliki
teori yang akurat bagaimana melakukan perubahan;
c. Integrasi organisasi pelaksana, guna mengupayakan kepatuhan bagi pelaksana kebijakan
dan kelompok sasaran;
d. Para implementator mempunyai komitmen dan keterampilan dalam menerapkan
kebebasan yang dimilikinya guna mewujudkan tujuan kebijakan;
e. Dukungan dari kelompok-kelompok kepentingan dan kekuatan dalam hal ini
legislatif dan eksekutif;
f. Perubahan kondisi sosial ekonomi yang tidak menghilangkan dukungan
kelompok dan kekuasaan, atau memperlemah teori kausal yang mendukung kebijakan
tersebut.
Oleh kedua tokoh disadari pula bahwa, bila kondisi-kondisi diatas terpenuhi
bukan berarti ada jaminan mutlak bahwa implementasi itu akan benar-benar berjalan efektif.
Ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan oleh Mazmanian dan Sabatier faktor
tersebut disebut sub optimal conditional yaitu kondisi dimana, para legislator atau para
perumus kebijakan menghadapi : (1) Informasi yang tidak valid, (2) Konflik tujuan dan
kompleksitas politik di legislatif, (3) Kesulitan melakukan aktifitas, terutama pada implementasi
dan evaluasi yang dibebaskan oleh tidak jelasnya masalah, (4) Tidak adanya dukungan dari
kelompok kepentingan, dan (5) Validitas, teknik dan teori yang tidak memadai.
Mazmanian dan Sabatier (Wibawa, 1994) membuat proses model
implementasi kebijakan dengan a frame work implementation yang mempengaruhi
tercapainya tujuan dengan 3 (tiga) kategori besar yaitu :
1. Mudah tidaknya masalah yang akan dikendalikan;
2. Kemampuan keputusan kebjiakan untuk menstruktur secara cepat proses
implementasi;
3. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan
yang termuat dalam keputusan kebijakan.
Mazmaninan dan Sabatier (Islamy, 2001) menegaskan bahwa, untuk
mengimplementasikan kebijakan secara optimal ada enam syarat yaitu :
1. Adanya tujuan yang ditetapkan secara legal/sah, jelas dan konsisten;
2. Adanya landasan teori sebab akibat yang tepat pada setiap perumusan dan
implementasi kebijakan yang menghubungkan perubahan perilaku kelompok
sasaran dengan tercapainya tujuan akhir yang diinginkan;
3. Proses implementasi yang strukturnya secara legal guna mendorong adanya atau
timbulnya kepatuhan dari para pejabat pelaksana dan kelompok sasaran;
4. Adanya komitmen dan kecakapan (politik dan manajerial) yang dimiliki oleh
para aparat pelaksana untuk memanfaatkan sumber-sumber bagi tercapainya tujuan
kebijakan;
5. Adanya dukungan politik yang aktif dari para pemegang kekuasaan (eksekutif,
dan legislatif) dan kelompok kepentingan;
6. Prioritas pelaksana tujuan kebijakan pokok/utama tidak boleh terganggu oleh
adanya kebijakan lain yang bertentangan, atau adanya perubahan kondisi social ekonomi
tidak boleh mengganggu secara substansial terhadap pelaksanaan teknis dan dukungan
politik serta teori sebab-akibat dari pelaksanaan kebijakan/ program yang ada.
Model implementasi yang dikemukakan Mazmanian dan Sabatier pada
Dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan model implementasi top-down yang
dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (1975); Hood (1976); Gun (1978) dan Grindle
(1980) yaitu dalam hal perhatiannya terhadap kebijakan dan lingkungan kebijakan.
Perbedaannya, pemikiran dari Mazmanian dan Sabatier ini menganggap bahwa, suatu
implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya memenuhi apa yang telah
digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis). Disamping itu model ini
juga memandang bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan secara makanis atau linier,
maka penekanannya terpusat pada koordinasi dan kontrol yang efektif yang mengabaikan
manusia sebagai target group dan juga peran dari aktor lain. Disinilah kelemahan pendekatan
Mazmanian dan Sabatier tersebut dalam menjelaskan proses implementasi yang terjadi jika
dibandingkan dengan model yang digunakan oleh Edward III, melalui analisis faktor
komunikasi,
struktur birokrasi, sumber daya dan disposisi yang dimiliki oleh masing-masing
pelaksana program.
2. Model Pendekatan Bottom-Up
Pendekatan Bottom-Up ini sering pula dianggap sebagai lahan harapan
(promised land), bertolak dari pengidentifikasian kerangka aktor-aktor yang terlibat dalam
“service delivery” di dalam satu atau lebih wilayah lokal dan mempertanyakan
kepada mereka tentang arah, strategi, aktovitas dan kontak-kontak mereka. Selanjutnya
model ini menggunakan “kontak” sebagai sarana untuk mengembangkan teknik network
guna mengidentifikasi aktor-aktor lokal, regional dan nasional yang terlibat dalam
perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan program pemerintah dan non pemerintah yang
relevan. Pendekatan ini menyediakan suatu mekanisme untuk bergerak dari street level
bureaucrats (the bottom) sampai pada pembuatan keputusan tertinggi (the top) disektor publik
maupun privat. Dalam hal ini kebijakan dilakukan melalui bergaining (eksplisit atau implisit)
antara anggota-anggota organisasi dan klien mereka.
Dalam pendekatan Bottom-up pun masih menemukan kelemahan, karena
asumsinya bahwa implementasi berlangsung di dalam lingkungan pembuatan keputusan
yang terdesentralisasi, sehingga pendekatan ini keliru dalam menerima kesulitan empiris
sebagai statemen normatif maupun satu-satunya basis analisis atau komplek masalah
organisasi dan politik. Selain itu petugas lapangan tentu pula melakukan kekeliruannya.
Karena itu berbahaya untuk menerima realitas deskriptif yang menunjukan bahwa, birokrat
lapangan membuat kebijakan dan mengubahnya ke dalam suatu deskripsi tindakan.
3. Model Pendekatan Sintesis (Hybrid Theories)
Model pendekatan yang dikembangkan oleh Sabatier sintesanya
mengkombinasikan unit analisis bottom-upers, yaitu seluruh variasi aktor publik dan privat
yang terlibat didalam suatu masalah kebijakan, dengan top-downers, yaitu kepedulian pada
cara-cara dimana kondisi-kondisi sosial ekonomi dan instrumen legal membatasi perilaku.
Pendekatan ini, tampaknya lebih berkaitan dengan konstruksi teori daripada dengan
penyediaan pedoman bagi praktisi atau potret yang rinci atas situasi tertentu. Selain itu model
ini lebih cocok untuk menjelaskan suatu perubahan kebijakan dalam jangka waktu satu
dekade atau lebih (Lester, 1987).
Usaha yang ketiga untuk mensintesakan unsur-unsur pendekatan top-down
dan bottom-up dikembangkan oleh Goggin. Di dalam modelnya mengenai
implementasi kebijakan antar pemerintah, mereka memperlihatkan bahwa implementasi
di tingkat daerah (state) adalah fungsi dari perangsang-perangsang dan batasan-batasan
yang diberikan kepada (atau yang ditimpakan kepada) daerah dari tempat lain di dalam sistem
pusat (federal), dan kecenderungan daerah untuk bertindak serta kapasitasnya untuk
mengefektifkan preferensi-preferensinya.
Pilihan-pilihan daerah bukanlah pilihan dari aktor nasional yang kompak
tetapi merupakan hasil bergaining antar unit-unit internal maupun eksternal yang
terlibat di dalam politik daerah. Dengan demikian pendekatan pendekatan ini
mengandalkan bahwa implementasi program-program pusat di tingkat daerah pada akhirnya
tergantung pada tipe variabel-variabel top-down maupun bottom-up.
2.6 Kebijakan Program Kelas Internasional
Kelas internasional merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan tinggi luar
negeri dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi tersebut dalam
menghadapi tantangan pendidikan global serta menciptakan individu yang benar-benar
berkualitas serta mampu bersaing di dunia internasional. Hal tersebut mempunyai landasan
yang kuat sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat (3), pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000
bahwa bentuk kerjasama perguruan tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga
lain di Luar Negeri dalam satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar
menukar dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3)
Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit. Program
kembaran adalah program kerjasama antara perguruan tinggi dimana perguruan tinggi asing
dan perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan program studi yang sama dan
menyelenggarakan kegiatan pendidikan bersama sehingga lulusannya selain memenuhi
persyaratan perguruan tinggi di Indonesia juga diakui oleh lembaga perguruan tinggi asing
tersebut. Sedangkan Alih kredit adalah program yang masing-masing perguruan tinggi
mengakui kredit yang diperoleh melalui kegiatan akademik yang dilakukan di perguruan
tingginya.
Adanya kelas internasional dalam suatu perguruan tinggi banyak mengalami pro dan
kontra, meskipun hal tersebut adalah wajar. Sebenarnya bisa dengan menggali dari tujuan
dan kesiapan pelaksana program tersebut. Apakah tujuan yang akan dicapai bisa
direalisasikan dengan sederetan usaha yang akan dilaksanakan. Kemudian dengan kesiapan
pelaksana, jika dalam suatu perguruan tinggi adalah dari unsur Sumber Daya Manusia dan
sarana dan prasarana yang memadahi.
Sujarwo (2009) pada hasil studi evaluasi mengenai Kelas Internasional di Universitas
mengkaji bahwa ada paling tidak 7 hal urgen atau sangat penting yang ada dalam kelas
internasional, yaitu:
1. Kurikulum kelas Internasional
Terdapat beberapa pengertian dan definisi tentang konsep dasar sebuah kurikulum,
menurut George A. Beauchamp (1986), “A Curriculum is a written document which may
contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their
enrolment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to
be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa:
“ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and
courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of
school.
Kurikulum didefinisikan sebagai rencana suatu lembaga pendidikan untuk memfasilitasi
proses belajar (wawan S. Suherman: 2001). Definisi kurikulum mengalami suatu
perkembangan yang sangat menakjubkan, selama setengah abad terakhir, karena
perkembangannya sebagai suatu bidang studi. Kurikulum juga didefinisikan secara luas
sebagai seluruh pengalaman yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, dari
pembelajaran formal sampai pertandingan antar sekolah.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
(a) Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. (b) Kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. (c) Kurikulum sebagai suatu kegiatan,
yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk
praktek pembelajaran. (d) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni
tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dari beberapa pendapat para pakar dan undang-
undang yang sudah diatur oleh pemerintah tentang pendidikan intinya, bahwa kurikulum
dalam kelas internasional juga harus disusun sebaik mungkin berdasarkan need assessment,
tujuan dengan tidak meninggalkan local culture yang akan dijual ke stakeholder atau user-
nya.
2. Dosen atau staf pengajar kelas internasional
Pembelajaran dalam kelas internasional hendaknya ditopang dengan adanya dosen-
dosen atau staf pengajar yang memiliki pengalaman dan kemampuan/skills dibidangnya,
selain itu dia juga sangat konsen dengan bidang dia tersebut, karena nantinya lulusan dari
kelas ini diharapkan memiliki kualitas dalam bidangnya, sehingga dosen dalam memberikan
pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan akhir yang akan diraih. kemampuan fisik
maupun psikis juga harus dimiliki oleh para dosen kelas internasional ini, karena tidak
menutup kemungkinan apabila jejaring yang telah dibuat oleh Universitas untuk kelas
internasionalnya ini luas maka para staf pengajar juga akan memberikan perkuliahan ke luar
negeri.
Dosen yang bisa mengajar dikelas internasional inipun juga harus melalui uji kompetensi
dan uji kelayakan. Monitoring dan supervisi kepada dosen dan pembelajarannya jug selalu
dipantau, apabila tidak ada perkembangan dan ketuntasan kompetensi yang telah
disampaikan juga harus diteliti hasilnya, apakah setiap saat mengalami perkembangan atau
tidak, sehingga bisa segera ditindak lanjuti apabia terjadi suatu kendala. Para staf pengajar
juga harus memiliki penelitian yang bisa mengembangkan kualitas pembelajaran yang dia
lakukan, sehingga jika kesemua hal tersebut bisa dipenuhi harapannya mahasiswa bisa
memiliki kompetensi yang bisa dipertanggungjawabkan.
3. Staf Administrasi dalam kelas Internasional
Kelancaran proses pembelajaran dan administrasi dalam kelas internasional juga sangat
dipengaruhi oleh staf administrasi yang kredibel dibidangnya tersebut. Mereka harus bekerja
all out dengan tugas-tugasnya untuk menopang kelancaran perkuliahan. Job descriptions juga
harus disusun sedemikian rupa dalam setiap pekerjaannya. Kemudian pelayanan prima
kepada dosen dan juga mahasiswa diutamakan. Staf administrasi juga harus memiliki kinerja
yang selalu dievaluasi dan dimonitoring oleh pihak yang berwenang, agar selalu terkontrol
kinerjanya secara optimal. Komunikasi antara staf administrasi, staf pengajar, dan mahasiswa
juga harus berjalan dengan baik dan kondusif.
4. Mahasiswa dalam kelas Internasional
Mahasiswa yang menempuh studi hedaknya juga siap dengan kondisi dan situasi yang
menuntut persaingan global, baik secara kualitas sumber daya manusia maupun kualitas
bidang ilmu pengetahuan yang dia miliki. Secara financial maupun psikis mahasiswa di kelas
internasional ini juga harus siap. Hal tersebut disebabkan karena segala aktifitas nantinya
akan melibatkan fiancial yang tidak sedikit, dan juga secara psikis mereka juga harus bisa
bersaing dengan mahasiswa lain baik dalam negeri maupun luar negeri, sesuai dengan
jejaring yang mereka miliki. Dalam proses pemilihan mahasiswa yang masuk kelas ini juga
sangt selektif, bukan karena Nepotisme, Kolusi dan lain-lain akan tetapi benar-benar
mahasiswa yang lolos dari penjarigan tes seleksi masuk yang valid dan reliabel. Karena hal
tersebut akan menentukan hasil out put mahasiswa kelas internasional ini.
5. Sarana dan Prasarana Kelas Internasional
Fasilitias yang harus disediakan untuk kelas inipun juga harus optimal dan mampu
menopang segala proses pembelajaran dan perkuliahan. Adanya jaringan internet yang on-
line dan lancar, jadi tidak hanya on tapi juga lancar tidak terputus-putus. Kuantitas dan kualitas
media dalam pembelajaran juga harus disediakan secara optimal. Adanya laboratorium yang
representatif juga sangat dibutuhkan dalam kelas ini, karena tidak hanya pada tataran konsep
nantinya yang mahasiswa kelas internasional ini, akan tetapi skills praktik juga harus dimiliki.
6. Biaya Kuliah Kelas Internasional
Pada aspek yang satu ini, mahasiswa juga harus mampu mengusahakan, karena tanpa
adanya aspek ini pembelajaran dan perkuliahan tidak akan berjalan dengan optimal. Karena
setiap upaya yang besar juga membutuhkan dana yang besar juga. Sehingga dari aspek
pembiayaan sesuai dengan internasional alat tukar mereka juga menggunakan US$,
sehingga mahasiswa juga perlu memperhatikan dahulu kemampuan financial yang dia miliki
sebelum masuk dalam kelas ini. Universitas juga harus open management dalam
mengalokasikan segala biaya tersebut supaya hasilnya memuaskan semua pihak.
7. Jejaring/web stakeholder
Komponen dalam kelas internasioal berikut juga sangat penting, dimana kita juga harus
terlibat langsung dalam kawasan atau jaringan internasional. Jaringan pendidikan yang paling
dekat adalah ASEAN, dan yang lebih luas adalah dunia. Kita harus masuk dalam jejaring
tersebut karena segala aktivitas dan perkuliahan nantinya akan bersinggungan dengan
negara-negara tetangga. Sehingga laboratorium yang dimiliki juga besar karena difasilitasi
juga dengan laboratorium miliki negara lain. Akulturasi dan pertukaran pendidikan yang tentu
saja relevan dengan bidang ilmu kita juga akan terjadi dalam kelas ini.
1
BAB III
ANALISIS SETTING SOSIAL
3.1 Gambaran Umum Universitas Brawijaya
3.1.1 Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Brawijaya
1. Visi Universitas Brawijaya
Visi Universitas Brawijaya adalah menjadi universitas unggul yang berstandar
internasional dan mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa melalui
proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Misi Universitas Brawijaya
Misi Universitas Brawijaya adalah:
1). Menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional agar peserta didik
menjadi manusia yang berkemampuan akademik dan/atau profesi yang
berkualitas dan berkepribadian serta berjiwa dan/atau berkemampuan
entrepreneur;
2). Melakukan pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi,
danseni, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan di Universitas Brawijaya berfungsi:
a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
2
b. mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil,
berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
c. mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan
dan menerapkan nilai Humaniora.
Pendidikan di Universitas Brawijaya bertujuan:
a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa;
b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing
bangsa;
c. dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;
dan
d. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya
Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3.1.2 Profil Universitas Brawijaya
Nama Universitas Brawijaya (disingkat UB) diresmikan sebagai Universitas
Negeri pada tahun 1963. berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 196
tahun 1963 dan berlaku sejak 5 Januari 1963. Tanggal tersebut kemudian
ditetapkan sebagai hari lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya.
3
Kampus Universitas Brawijaya berada di kota Malang Jawa Timur, dengan
lokasi yang mudah terjangkau oleh kendaraan umum. Kampusnya sangat asri
karena banyaknya pepohonan dan ditunjang oleh hawa sejuk kota Malang.
Kantor Pusat Universitas Brawijaya (1963 1974) Kantor Pusat Universitas Brawijaya (1974 – 1982)
(Sumber : Buku Tahunan UNIBRAW, 2010)
Sederet bangunan terpelihara dengan baik, berbaris di kampus,
digunakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan kegiatan administrasi untuk
penyelenggaraan lima belas Fakultas yaitu (1) Fakultas Hukum; (2) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis; (3) Fakultas Ilmu Administrasi; (4) Fakultas Pertanian; (5)
Fakultas Peternakan; (6) Fakultas Teknik; (7) Fakultas Kedokteran; (8) Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan; (9) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam; (10) Fakultas Teknologi Pertanian; (11) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik; (12) Fakultas Ilmu Budaya; (13) Fakultas Kedokteran Hewan; (14)
Fakultas Kedokteran Gigi; (15) Fakultas Ilmu Komputer (Tabel 3.1)
Tabel 3.1. Fakultas, Vokasi dan Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya
4
Sumber: Laporan Kinerja Rektor UB,2015
Perkembangan keilmuan dan teknologi yang meningkat membawa
konsekuensi bertambahnya jumlah progran studi berizin di Universitas Brawijaya.
Jumlah program studi berizin Universitas Brawijaya mulai tahun 2013 sampai
dengan tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2013
jumlah prodi berizin yaitu 120 program studi, sedangkan pada tahun 2014
berjumlah 129 program studi, dan meningkat signifikan pada tahun 2015 yaitu
145 program studi berizin (Grafik 3.1).
5
Grafik 3.1. Perkembangan Jumlah PS di UB
(Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)
Jumlah mahasiswa Universitas Brawijaya secara keseluruhan meningkat
pesat dari tahun ke tahun dan telah mencapai 64,031 sampai dengan tahun
2015. Strata Diploma berjumlah 2,228 mahasiswa, Sarjana (S-1) berjumlah
57,311 mahasiswa, Magister (S-2) berjumlah 3,299, Doktor (S-3) berjumlah
1,193.
Selisih antara mahasiswa diterima dengan mahasiswa yang melakukan
daftar ulang mulai tahun 2013 sampai dengan 2015, yaitu pada tahun 2013
selisih antara diterima dan daftar ulang yaitu 4.308, pada tahun 2014 yaitu 3.651
dan tahun 2015 yaitu 2.059. Berarti terdapat peningkatan jumlah mahasiswa
yang melakukan daftar ulang dibandingkan dengan jumlah mahasiswa diterima
tiap tahun (Grafik 3.2)
6
Grafik 3.2 Perkembangan Jumlah Peminat, Diterima dan Daftar Ulang
(MABA) (Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)
Kuantitas dan kualitas lulusan menunjukkan adanya perkembangan yang
sangat baik (Grafik 3.3) Secara kuantitas lulusan Universitas Brawijaya tahun
2015 menunjukkan angka 10.301 mahasiswa, berarti bahwa jumlah mahasiswa
lulus cenderung mendekati jumlah mahasiswa yang masuk.
Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Lulusan UB (Sumber : Laporan Kinerja Rektor UB, 2015)
3.2 Gambaran Lokasi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya
3.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
1. VISI
Menjadi lembaga pendidikan bertaraf internasional di bidang ekonomi dan bisnis
yang berjiwa wirausaha dan berkesadaran ketuhanan, kemanusiaan, dan
lingkungan.
2. MISI
7
Menyelenggarakan pendidikan ekonomi dan bisnis bertaraf internasional
berbasis riset, kewirausahaan dan kesadaran ketuhanan, kemanusiaan,
dan lingkungan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang ekonomi
dan bisnis melalui riset yang berkarakter nilai-nilai lokal dan universal
Menginspirasi, mencerahkan, dan melayani masyarakat lokal dan global
melalui pendidikan dan riset.
3. Tujuan
Menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha dan berkesadaran
ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan
Menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan (disiplin) ekonomi
dan bisnis dan model kewirausahaan berbasis nilai lokal dan universal
Menemukan dan mengembangkan sistem dan teknik pembelajaran
inovatif ekonomi dan bisnis
Memberikan kepada masyarakat melalui pendidikan, pelatihan,
pendampingan, dan konsultasi
3.2.2 Profil Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Embrio Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) yang
dikenal sekarang ini, bernama Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). PTEM
didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang pada 27 Juni 1957
dengan Akte Notaris No. 26 tertanggal 15 Agustus 1957.
8
PTEM didirikan dengan tujuan untuk memajukan dan memperkembangkan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi pada khususnya, serta
membentukmanusia susila yang cakap dan bertanggung jawab serta
mempersiapkan tunas- tunas muda guna menjadi ahli-ahli ekonomi yang
berguna bagi nusa dan bangsa. Yayasan PTEM dipimpin oleh Mayor Polak yang
ketika itu menjabat sebagai Ketua Jurusan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Airlangga (Unair) yang ada di Malang. Dosen
pengajar berasal dari APDN dan FKIP Unair. Sedangkan kampus tempat kuliah
berpencaran dan tersebar di Jl. Ijen dan Jl. Guntur, SMA Tugu, Balai Kota
Malang, SPMA Tanjung, Gedung PAAKRI (Jl. Pahlawan Trip), dan sebagainya.
Sebagian besar dosen dan mahasiswa adalah keturunan Tionghoa. Hanya
beberapa dosen dan 10 orang mahasiswa, orang Indonesia Asli.
Sejak 3 Oktober 1961, PTEM meleburkan diri menjadi bagian dari Universitas
Brawijaya dan disebut Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (FEUB). Nama
Universitas Brawijaya diberikan oleh Presiden Soekarno melalui kawat Presiden
Republik Indonesia No. 258/K/1961 tertanggal 11 Juli 1961. Sebelum kawat
Presiden tersebut, Universitas Brawijaya bernama Universitas Kotapraja Malang.
Pada 5 Januari 1963 dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 Tahun 1963,
Universitas Brawijaya diresmikan sebagai salah satu universitas negeri di
Indonesia.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB terdiri dari 11 Program Studi diantaranya
Program Sarjana S1 diantaranya Akuntansi, Manajemen, Ekonomi
Pembangunan, Ekonomi Islam. Program Magister S2 diantaranya Akuntansi,
Manajemen, Ilmu Ekonomi. Program Doktor S3 diantaranya Ilmu Akuntansi, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Manajemen serta Pendidikan Profesi Akuntan.
9
Selain program studi di atas FEB juga menyelenggarakan Program
Pendidikan Internasional, Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), Joint Program
Magister Akuntansi (bagi mahasisiwa yang ingin menempuh jenjang S2/ MSA
dan Pendidikan Profesi/ Ak secara bersamaan), dan Perkuliahan Jarak Jauh
(PJJ) di kota Jakarta dan Kediri, namun juga ada konsentrasi Akuntansi Jasa
Penilai untuk magister Akuntansi (kerjasama antara FEB dengan MAPPI).
Jumlah mahasiswa baru FEB-UB mengalami fluktuasi dalam waktu 5 tahun
terakhir (2011-2015). Perkembangan jumlah mahasiswa baru terbagi menjadi 3
jenjang program, yaitu Program Sarjana (S1), Program Magister (S2) serta
Program Doktor (S3).
Perkembangan jumlah mahasiswa baru untuk Program Sarjana (S1) FEB-UB
pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 1.095, tahun 2012 sebanyak 1.186
berikutnya pada tahun 2013 sebanyak 997. Pada Tahun 2014 sebanyak 913
yang diterima dan tahun 2015 sebanyak 955.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
JUMLAH MAHASISWA BARU PROGRAM SARJANA (S1) FEB-UB
2011
2012
2013
2014
2015
Grafik 3.4 Jumlah Mahasiswa Baru Program Sarjana (S1) FEB-UB
(Sumber: UB Dalam Angka, 2016)
Sedangkan perkembangan jumlah mahasiswa baru untuk Program Magister
(S2) FEB-UB pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 139 orang, tahun 2012
10
sebanyak 114 orang berikutnya meningkat pada tahun 2013 sebanyak 173
orang. Pada Tahun 2014 sebanyak 152 orang yang diterima dan tahun 2015
sebanyak 184 orang seperti pada Grafik 3.5 berikut
0
50
100
150
200
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Mahasiswa Baru S2
Grafik 3.5. Perkembangan Jumlah Mahasiswa Baru Progam Magister (S-2) FEB-UB (Sumber: UB Dalam Angka, 2016)
Selanjutnya untuk Program Doktor (S3) FEB-UB perkembangan jumlah
mahasiswa baru mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2011-
2015) pada Tahun 2011 yang diterima sebanyak 67 orang, tahun 2012 sebanyak
64 orang berikutnya meningkat pada tahun 2013 sebanyak 92 orang. Pada
Tahun 2014 sebanyak 152 orang yang diterima dan tahun 2015 sebanyak 184
orang seperti pada Grafik 3.6
0
20
40
60
80
100
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Mahasiswa Baru S3
Grafik 3.6. Perkembangan Jumlah Mahasiswa Baru Progam Doktor (S-3) FEB-UB (Sumber: UB Dalam Angka, 2016)
Mulai tahun akademik 2007/2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya juga membuka Program Perintisan Menuju Kelas Internasional yang
dimulai dari dibukanya kelas berbahasa Inggris di Jurusan Akuntansi disusul
11
pada tahun akademik 2008/2009 oleh Jurusan Ilmu Ekonomi dan Jurusan
Manajemen. Pendidikan bertaraf internasional seperti Program Internasional FEB
UB akan mampu memberikan nilai lebih pada para mahasiswanya.
1
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih
mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi, maka jenis penelitian
dengan strateginya yang cocok dan relevan adalah penelitian kualitatif deskriptif
dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Dengan penelitian ini
diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-
analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi
kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah (Muhadjir, 1996: 243). Peneliti
menggunakan penelitian kualitatif agar data yang diperoleh lebih banyak dan
mendalam sehingga dapat membantu dalam proses penelitian.
Metode deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan
masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki
sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang actual pada saat sekarang
(H. Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari, 2006:67) Oleh karena itu dalam
metode ini peneliti tidak bertujuan menguji hipotesa atau teori, melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti dan
tidak bertindak sebagai pengamat tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori.
Sedangkan pendekatan yang dipilih peneliti kali ini adalah studi kasus, yang
merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu kelompok atau organisasi. Peneliti berupaya menelaah
dan mempelajari sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti, dengan
tujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam.
2
Robert K. Yin menjelaskan bahwa studi kasus adalah salah satu metode
pendekatan pada penelitian ilmu-ilmu sosial dimana secara umum pendekatan
tersebut lebih sesuai jika pokok pertanyaan seuatu penelitian berkenaan dengan
”bagaimana” atau ”mengapa”. Berikut penjelasannya:
”Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila
pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena yang
kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata.”
Sebagai suatu upaya penelitian, studi kasus dapat memberi nilai tambah
pada pengetahuan kita secara unik mengenai fenomena individual, organisasi
dan bahkan masalah sosial politik. Dengan menggunakan pendekatan ini kita
bisa memahami peristiwa-peristiwa dalam kehidupan nyata seperti siklus
kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan manajerial, maupun
perubahan lingkungan sosial. Dalam studi kasus, data kasus hanya berlaku
untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau untuk
menguji hipotesis tertentu. Lebih memungkinkan data kasus mendalam dan
komprehensif dalam mengekspresikan suatu objek penelitian. Melalui
pendekatan ini peneliti berusaha untuk mengumpulkan informasi atau data
sebanyak- banyaknya yang berkenaan dengan Implementasi Kebijakan Program
Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
4.2 Fokus Penelitian
3
Menurut Moleong (2012: 94) terdapat dua tujuan yang ingin dicapai peneliti
dalam merumuskan masalah penelitian dengan menetapkan fokus penelitian
terlebih dahulu. Pertama, eksistensi fokus dapat membatasi studi penelitian
hanya pada rumusan masalah yang ada. Kedua adanya fokus penelitian
berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi aau kriteria keluar masuk
(inclusion-exclusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh langsung dari
lapangan.
Peneliti dengan berpedoman pada arahan fokus penelitian dapat mengetahui
secara jelas data apa saja yang dibutuhkan dan dapat dipergunakan dan data
mana saja yang tidak diperlukan karena dianggap tidak relevan atau bahkan
tidak berguna sama sekali untuk dipergunakan dalam tahap penelitian
selanjutnya. Oleh karena itu fokus penelitian tidak bisa dilepaskan dari rumusan
masalah yang telah ditetapkan.
Berdasarkan konsep tersebut diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya menurut teori Edward III yang meliputi
beberapa aspek yaitu:
a) Komunikasi yang dilakukan dalam Implementasi Kebijakan Program
Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
meliputi: komunikasi antara Pembuat Kebijakan yaitu Fakultas dan pihak
Pelaksana Kebijakan yaitu Unit Pengelola Program Internasional FEB-UB
b) Sumberdaya Manusia yang melakukan proses implementasi Program
Kelas Internasional, baik pada sumber daya manusia, finansial, informasi
dan kewenangan, serta sarana prasarana.
4
c) Disposisi dalam pelaksanaan program Kelas Internasional meliputi
Pemahaman pelaksana terhadap kebijakan (tujuan kebijakan), Arahan
dan tanggapan (kesediaan dan komitmen) meliputi penerimaan dan
respon dari pelaksana.
d) Struktur Birokrasi dalam Program Kelas Internasional, meliputi: struktur
organisasi dalam pelaksanaan program, mengatur mekanisme kerja serta
aturan atau kepatuhan pelaksana terhadap standar operating prosedur
(SOP) yang dibentuk.
4.3 Lokasi dan Situs Penelitian
Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi
situasi social. Setiap situasi sosial mengandung unsur Tempat, Pelaku dan
Kegiatan. Tempat ialah wadah dimana manusia melakukan kegiatan tertentu.
Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu dan Kegiatan
ialah aktivitas yang dilakukan orang dalam wadah tertentu. (Usman dan Akbar,
2008:82-83)
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Brawijaya Kota Malang,
Provinsi Jawa Timur dengan mengambil situs penelitian pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
4.4 Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat
khas, unik, idiocyncratic, dan multiinterpretable (Waluyo, 2000:20). Data yang
5
paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data
kualitatif. Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu makna) seperti
dalam pendekatan kuantitatif atau positivism. Untuk itu, data-data kualitatif perlu
ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan (Waluyo, 2000:20).
Yang termasuk sebagai sumber data adalah seseorang, peristiwa,
dokumen (hal, benda) yang dapat dijadikan sumber informasi dan dapat
memberikan data atau informasi yang relevan sesuai fokus penelitian. Tetapi
langkah- langkah dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas disebabkan desain dan fokus penelitiannya dapat berubah-ubah atau
bersifat emergent. Walaupun demikian langkah-langkah penelitian kualitatif dapat
dibagi atas orientasi melalui bacaan, wawancara ke lapangan; eksplorasi, yaitu
mengumpulkan data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas; member
check, yaitu memeriksakan laporan sementara penelitiannya kepada responden.
(Usman dan Akbar, 2008:80)
Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait fokus penelitian maka
informan ditentukan secara sengaja (purposive sampling) pada tahap awal dan
dalam pengembangannya dilakukan snow ball artinya, setelah memasuki
lapangan penelitian, peneliti menghubungi informan tertentu untuk meminta
keterangan padanya, kemudian akan terus berkembang ke informan yang
lainnya yang terkait dengan fokus penelitian sampai diperoleh data dan informasi
yang lengkap dan menunjukkan tingkat kejenuhan informasi (Kanto, 2010:53) Hal
ini dilakukan agar variasi, kedalaman, dan rincian data atau informasi dapat
diperoleh secara optimal.
6
Informan utama dalam penelitian ini adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya yang dinilai mengetahui, menguasai, dan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan Kebijakan serta pelaksanaan Program
Kelas Internasional di Universitas Brawijaya
Berdasarkan informasi key informan, ditindaklanjuti dengan menetapkan
informan berikutnya. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan
adalah:
1. Wakil Dekan I Bidang Akademik ( FEB-UB)
2. Kepala Unit Program Internasional (FEB-UB)
3. Staf Dosen atau Pengajar Kelas Internasional (FEB-UB)
4. Staf Administrasi Kelas Internasional (FEB-UB)
5. Mahasiswa Program Kelas Internasional (FEB-UB)
4.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Penelitilah yang mengadakan
observasi atau wawancara tak terstruktur dengan menggunakan buku catatan.
Peneliti sebagai instrument yang mampu membaca seluruh obyek penelitian
dengan dibantu seperangkat alat berupa alat dokumentasi, pedoman wawancara
(interview guide) dan audio lainnya.
4.6 Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk
7
membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Robert K. Yin oleh
Kusmarni (103 – 118) mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk
pengumpulan data dalam studi kasus yaitu
(1) dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-
laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping,
artikel;
(2) rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar
nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb;
(3) wawancara biasanya bertipe open-ended;
(4) observasi langsung;
(5) observasi partisipan dan
(6) perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen,
pekerjaan seni dll.
Untuk itu prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara, Observasi dan dokumentasi.
a. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi
dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman
informasi. Dalam hal ini, peneliti dapat bertanya kepada “key informant” tentang
fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang
ada. Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta responden untuk
mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat
menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996:
109). Wawancara yang dilaksanakan untuk memperoleh data, dengan
mengadakan tanya jawab langsung dengan informan yang berasal dari Fakultas
8
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yaitu Dekan, Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Kepala Program Studi Kelas Internasional, Staf Dosen atau Pengajar
Kelas Internasional, Staf Administrasi Kelas Internasional dan Mahasiswa
Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
dengan pertanyaan yang semakin terfokus pada permasalahan sehingga
informasi yang dikumpulkan cukup mendalam.
b. Observasi Langsung
Observasi langsung dapat dilakukan dalam bentuk observasi partisipasi pasif
terhadap berbagai kegiatan dan proses yang terkait dengan studi (Sutopo, 1996:
137). Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data
yang formal hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat
untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi
dapat menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun
fenomena yang akan diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga
peneliti bahkan bisa mengambil foto-foto pada situs penelitian untuk menambah
keabsahan penelitian (Dabbs, 1996:113). Fenomena yang diamati meliputi
kondisi eksisting, ketersediaan sarana dan prasarana utama dalam mendukung
Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Proses Belajar Mengajar (PBM) Kelas Internasional serta
kendala-kendala selama proses pelaksanaan program Kelas Internasional.
c. Dokumentasi
Tekhnik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak bisa
didapatkan dengan tekhnik wawancara maupun tekhnik observasi. Tekhnik
dokumentasi diperoleh berupa foto, gambar, bagan, struktur dan catatan-catatan
9
yang diperoleh dari subjek penelitian. Menurut Lincoln dan Cuba, sumber data
dari dokumen, rekaman dan catatan cukup bermanfaat sebagai sumber data
yang stabil dan akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya,
disamping ia telah tersedia sehingga mudah memperolehnya. Dokumentasi
penulis lakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari beberapa dokumen
terkait Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya.
4.7 Tekhnik Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yakni analisis ketika berada di
lapangan sewaktu pengumpulan data dan analisis setelah data terkumpul.
a) Analisis data ketika pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan
jalan:
1. Merumuskan gagasan berdasarkan data-data awal yang telah
diperoleh. Hal ini dilakukan untuk memperoleh batasan penelitian dan
fokus kajian sehingga pengambilan data berikutnya tidak terlalu
melebar.
2. Melakukan review data, artinya membaca ulang data dan menandai
bagian-bagian penting yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
dan selanjutnya.
b) Analisis data setelah terkumpul dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
10
1. Data yang terkumpul akan diinterpretasikan dan diberi makna
setelah dikelompokkan berdasarkan jenis aktivitas yang telah
ditentukan.
2. Temuan data disajikan dalam bentuk matriks temuan data sehingga
mudah dibaca dan mempermudah penyusunan laporan dan menjawab
rumusan masalah yang ada.
3. Hasil temuan data akan dipadukan dengan hasil penelusuran
kepustakaan untuk menemukan keterkaitan antar data sehingga dapat
ditarik kesimpulan untuk menjawab perumusan masalah yang ada.
4.8 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik dalam
mengevaluasi keabsahan data sebagai berikut :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen utama, karena ia yang
memegang kunci keberhasilan untuk menggali data valid sebanyak-banyaknya.
Sehingga keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti saat penelitian. Waktu yang
panjang dalam melakukan penelitian akan dapat diperoleh, sehingga
menyediakan lingkup yang lebih luas. Perpanjangan pengamatan berarti
penelitian kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Melalui perpanjangan
pengamatan ini artinya hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin
11
terbentuk saling kepercayaan sehingga tidak ada informasi yang akan
disembunyikan.
2. Triangulasi Data
Dalam teknik ini peneliti membandingkan data-data yang diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen,
dan data-data lain yang berkenaan dengan upaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya di dalam mengimplementasikan Kebijakan Program Kelas
Internasional. Dengan triangulasi peneliti membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Maka dari itu
pada pembahasan penelitian ini, peneliti juga menampilkan beberapa hasil
wawancara dengan pihak pelaksana yaitu Staf Dosen atau Pengajar Kelas
Internasional dan Staf Administrasi Kelas Internasional maupun Mahasiswa yang
mengikuti Program Kelas Internasional.
1
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan
pembahasannya. Hasil penelitian akan disajikan berdasarkan yang peneliti
temukan di lapangan saat penelitian berlangsung serta diadakannya
pembahasan mengenai hasil peneitian tersebut yaitu mengenai Implementasi
Kebijakan Kelas Internasional Universitas Brawijaya (Studi Kasus pada Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang).
Sebagai langkah dalam penyajian data, maka peneliti pada tahap ini akan
menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dI lapangan pada saat penelitian
berlangsung, selanjutnya hasil temuan di lapangan akan disesuaikan dengan
rumusan masalah dan fokus penelitian.
5.1 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional
Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya (UB), merupakan salah satu Perguruan Tinggi
Negeri terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1963 dengan kampus
utamanya terletak di kota Malang, Jawa Timur. Sesuai amanat Undang-Undang
Pendidikan Tinggi (UUPT) No. 12 tahun 2012, Universitas Brawijaya mempunyai
kewajiban melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang memiliki daya saing baik di tingkat nasional maupun di tingkat
internasional.
2
Untuk mengimplementasikan amanat UUPT 12 tahun 2012, Universitas
Brawijaya telah berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta mempunyai andil besar dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengatasi berbagai persoalan bangsa, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan memelihara kelestarian lingkungan dan budaya.
Universitas Brawijaya juga telah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi di dalam maupun luar negeri dalam upaya mewujudkan visi dan misi
yang diembannya. Demikian pula, prestasi UB di tingkat nasional dan tingkat
internasional telah banyak diraih. Pada tahun 2014, Universitas Brawijaya
menduduki ranking Internasional dan Nasional yang baik yaitu pada tahun 2014
termasuk dalam 700+ dunia dan 251-300 Asia serta rangking 4 Indonesia untuk
International Colleges & Universities (4-ICU).
Namun demikian, Universitas Brawijaya dituntut untuk selalu memperbaiki
kualitas proses pendidikannya disertai dengan upaya peningkatan relevansinya
dalam rangka persaingan global. Untuk mencapai visi jangka panjang di tahun
2025, Universitas Brawijaya sejak tahun 2005 telah menyusun tahapan
pencapaian visi yaitu: (1) memiliki daya saing di tingkat NASIONAL pada tahun
2010, (2) memiliki daya saing di tingkat ASEAN di tahun 2015, (3) memiliki daya
saing di tingkat ASIA di tahun 2020, dan (4) memiliki daya saing global di tahun
2025. Dengan demikian di tahun 2025 Universitas Brawijaya diharapkan telah
menjadi sebuah Perguruan Tinggi dengan predikat World Class Entrepreneurial
University yang sanggup mensejajarkan dirinya dengan universitas terkemuka di
dunia baik dari segi mutu lulusan maupun mutu proses penyelenggaraan
pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sehingga dapat
mengangkat martabat dan harkat bangsa Indonesia.
3
Sesuai milestone pencapaian visi-misi Universitas Brawijaya (Gambar 5.1),
capaian visi-misi Universitas Brawijaya sampai tahun 2015 sebagai universitas
unggul berstandar internasional dan berdaya saing ASEAN.
Gambar 5.1 Milestone Pencapaian Visi-Misi UB (Sumber : Renstra UB 2014-2019)
Sesuai arah pengembangan Universitas Brawijaya menuju World Class
Entrepreneurial University (WCEU), salah satu indikator yang digunakan dalam
melihat capaian program, yakni Indikator World Class
University/internasionalisasi. Indikator capaian untuk Internasionalisasi salah
satunya yaitu adanya Program Kelas Internasional. Program Kelas Internasional
adalah usaha Universitas Brawijaya dengan melakukan Internasionalisasi
pendidikan dengan mengintegrasikan komponen internasional ke dalam tujuan,
fungsi atau penyampaian pendidikan termasuk pendidikan untuk mahasiswa
internasional,
Jumlah mahasiswa asing yang terdaftar di Universitas Brawijaya masih cukup
terbatas (233 orang) yang berarti kurang dari 1% dari jumlah keseluruhan
4
mahasiswa. Ini tentu masih jauh dibawah dari yang diharapkan dalam tujuan UB
menjadi World Class University.
Mahasiswa asing ini sebagian besar berada di Fakultas Kedokteran, dan
hanya sebagian kecil di Fakultas lain kecuali Fakultas Ilmu Administrasi (Grafik
5.3) Asal dari mahasiswa tersebut sebagian besar adalah Malaysia (Grafik 5.4)
Timor Leste menempati urutan kedua dalam jumlah mahasiswa sebagai Negara
asal mahasiswa. Negara lain yang diharapkan menjadi sumber mahasiswa untuk
masa akan datang adalah yang berada di kawasan ASEAN seperti Kamboja dan
Laos yang perlu mendapat perhatian dalam pengenalan UB pada Negara
tersebut.
Grafik 5.1 Sebaran mahasiswa asing berdasarkan Fakultas
(Sumber : Laporan Proker Rektor UB, 2009)
5
Grafik 5.2 Sebaran masiswa berdasarkan Negara asal
(Sumber : Laporan Proker Rektor UB, 2009)
Program Kelas Internasional pada Universitas Brawijaya dibuka oleh
Fakultas Kedokteran pada tahun 2006 kemudian Fakultas Ilmu Administrasi pada
tahun 2007 diikuti oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di tahun yang sama.
Program Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
diawali dengan adanya Kelas Berbahasa Inggris yang berjalan berdasarkan
Keputusan Rektor Universitas Brawijaya No. 128/SK/2006 tentang
Penyelenggaraan Kelas Bahasa Inggris di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, yang berhasil merekrut 21 Mahasiswa asal Malaysia. Mahasiswa
Program Kelas Internasional pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
adalah mahasiswa yang mengikuti seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Internasional) & SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah).
Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya baru dimulai tahun 2007 sesuai dengan SK Dekan Nomor
46A/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program
Internasional untuk Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
6
Dalam perkembangannya Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi
menarik peminat yang banyak hingga akhirnya membuka Program Kelas
Internasional untuk Jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi berdasar SK Dekan
Nomor 046/J10.1.12/SK/2009. Mahasiswa Program Kelas Internasional pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya adalah mahasiswa yang
mengikuti jalur Seleksi Program Minat dan Kemampuan Kelas Bahasa Inggris
sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Brawijaya No. 420/SK/2011.
Dengan berkembangnya Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya akhirnya pihak Fakultas membentuk suatu unit
khusus yang mengelola Program Kelas Internasional yaitu UPI (Unit Program
Internasional).
Berikut Tabel 5.1 Penyelenggaraan Program Kelas Internasional
pada Universitas Brawijaya:
Program Kelas Internasional
Fakultas Kedokteran
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Fakultas Ilmu Administrasi
1. Kurikulum Kelas Internasional
Kurikulum Reguler
- Kurikulum berstandar Internasional,
- memiliki program Overseas yang bekerjasama dengan Universitas Luar Negeri yaitu Double degree program, exchange program serta summer school program
Kurikulum Reguler
7
2. Bahasa dalam Proses Belajar Mengajar Kelas Internasional
Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris
3. Dosen atau Staf Pengajar Kelas Internasional
Dosen Reguler Dosen non Asing
berkualifikasi lulusan
Universitas Luar Negeri dan
Dosen Asing
- Dosen Reguler
- Dosen Asing
4. Staf Administrasi Kelas Internasional
Staf Administrasi reguler dan tidak ada kualifikasi
khusus
Staf Administrasi khusus
mengelola Unit Program Kelas Internasional
dan harus memiliki
kualifikasi kemampuan berbahasa
Inggris yang baik
Staf Administrasi reguler dan tidak ada kualifikasi
khusus
5. Mahasiswa Kelas Internasional
- Mahasiswa asing yang diterima dari jalur seleksi SPMI (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Internasional) & SPKS (Seleksi Program Kemitraan Sekolah).
- Mahasiswa non asing yang diterima dari jalur SPMK
- Seleksi Khusus – Program Internasional (SKPI – FEB UB)
- Mahasiswa asing yang memiliki jejaring dengan FEB-UB (MoU)
- Mahasiswa yang diterima dari jalur SPMK
- Mahasiswa asing yang memiliki jejaring dengan FIA-UB (MoU)
6. Sarana dan Prasarana Kelas Internasional
- sarana prasarana ada yang belum berstandar internasional dan penggunaan
- Sarana dan prasarana sudah berstandar dan jaringan internet yang memadai, perpustakaan
- sarana prasarana ada yang belum berstandar internasional dan penggunaannya tidak ada
8
nya tidak ada pengkhususan, masih bercampur dengan program reguler
digital serta laboratorium yang memadai,
- Gedung kuliah khusus tidak bercampur dengan program reguler
pengkhususan, masih bercampur dengan program reguler
7. Jejaring Kelas Internasional
Memiliki kerjasama
dengan Negara Malaysia, Myanmar
- Memiliki universities partners dari USA, Australia, Malaysia, Netherlands, South Korea, New Zealand dan Jepang
Memiliki kerjasama dengan Negara Malaysia, Australia, Thailand dan Jepang
(sumber: data lapangan peneliti, 2017)
Tabel diatas merupakan penyelenggaraan Program Kelas Internasional
pada beberapa Fakultas di Universitas Brawijaya yang telah mengadakan
Program Kelas Internasional sejak tahun 2006, hingga saat ini Fakultas
Kedokteran saja yang sudah tidak menyelenggarakan Program Kelas
Internasional dikarenakan berkurangnya komitmen serta kesungguhan dari pihak
Fakultas untuk melaksanakan Program Kelas Internasional. Hal ini disebabkan
karena kurangnya dukungan dari pihak Universitas yang belum menentukan
standar pelaksanaan Program Kelas Internasional yang baku mengingat masih
ada perbedaan visi dan misi dari Program Kelas Internasional yang ada di
Fakultas dengan yang diinginkan Universitas. Sedangkan Fakultas yang masih
konsisten dan terus melakukan pengembangan adalah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah membuka Program Kelas Internasional di setiap jurusannya.
Definisi kelas Internasional pada perguruan tinggi merujuk pada
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan TInggi Departemen Pendidikan
Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk kerjasama perguruan
9
tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain di Luar Negeri dalam
satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran, (2) tukar menukar
dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan akademik, (3)
Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik, (4) Alih kredit.
Sedangkan penggunaan bahasa inggris dalam pelaksanaan kelas Internasional
telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 264/U/1999 bahwa bahasa Inggris dapat dipergunakan sebagai
bahasa pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sebanyak-
banyaknya 50% jumlah sks dari beban studi. Hal tersebut selayaknya menjadi
acuan dasar bagi pihak penyelenggara Program Kelas Internasional pada
Perguruan Tinggi .
Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa keberhasilan atau kegagalan
implementasi kebijakan Program Kelas Internasional ditentukan oleh persepsi
serta sikap dari para pelaksana kebijakan tersebut. Implementasi Kebijakan
Pelaksanaan Program Kelas Internasional di tingkat Fakultas Universitas
Brawijaya hingga saat ini yang masih berjalan dan terus melakukan
pengembangan yaitu Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
5.2 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Menurut pakar ilmu kebijakan publik Edward III tahapan penting dalam siklus
kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap
hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif
atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh.
10
Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana
suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan
kebijakan itu sendiri.
Sejak tahun akademik 2007/2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya membentuk Program Kelas Internasional yang dimulai dari dibukanya
Kelas Rintisan Program Internasional di Jurusan Akuntansi pada jenjang Sarjana
(S1). Hal ini tertuang dalam SK Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Nomor 48C/J10.1.12/SK/2007 tentang Pembentukan Kelas Rintisan Program
Internasional Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Program Kelas Internasional pada Jurusan Akuntansi ini mendapat respon
positif dari masyarakat, hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah peminat yang
mengikuti seleksi pada Jalur Program Kelas Internasional tiap tahunnya sehingga
pada tahun akademik 2008/2009 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
memutuskan untuk membuka Program Kelas Internasional untuk Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Jurusan Manajemen. Hal ini diatur dalam SK Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 tentang
Pembentukan Pengelola Program Internasional Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya.
Peminat (pendaftar) S1 kelas Akuntansi Internasional pada tahun 2008
terdapat peminat sebesar 59 orang kemudian pada tahun 2011 menjadi 55
orang. Hal ini dapat dilihat dalam Grafik 5.8 berikut
11
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2008 2009 2010 2011
Jumlah Pendaftar
Jumlah yang Diterima
Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Peminat Program S1 Akuntansi Kelas Internasional (Sumber: RENSTRA JAFEB-UB 2012-2021)
Untuk jalur seleksi pada Program Kelas Internasional menggunakan Seleksi
Khusus – Program Internasional (SKPI – FEB UB) adalah seleksi penerimaan
mahasiswa baru program sarjana (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya yang dilakukan melalui seleksi tanpa ujian tulis (melalui wawancara
dan penilaian atas prestasi akademik selama SMA), dimaksudkan untuk
menjaring mahasiswa yang berminat pada program internasional FEB-UB (kelas
berbahasa inggris) dimana program ini tidak ditawarkan melalui SNMPTN.
Pendidikan bertaraf internasional diharapkan mampu memberikan nilai lebih
pada para mahasiswanya. Hal ini disebabkan sistem pembelajaran dalam
program ini sudah serupa dengan sistem pembelajaran yang diterapkan di
berbagai perguruan tinggi luar negeri terkemuka.
Program Kelas internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya merupakan bagian dari kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri
dalam rangka peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi tersebut dalam
menghadapi tantangan pendidikan global serta menciptakan individu yang benar-
benar berkualitas serta mampu bersaing di dunia internasional. Hal tersebut
12
mempunyai landasan yang kuat sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Pasal 50 Ayat
(3), pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Definisi kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya merujuk pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan TInggi
Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor 61/DIKTI/Kep/2000 bahwa bentuk
kerjasama perguruan tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi/ Lembaga lain
di Luar Negeri dalam satuan kegiatan pendidikan yaitu (1) Program Kembaran
(2) tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan
akademik, (3) Pemanfaatan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan akademik
Selain berdasarkan karena kerjasama dengan Universitas Luar Negeri,
Program Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya juga memiliki Kurikulum berstandar Internasional yakni adanya
Overseas Academic Program (OAP) dengan penerapan jumlah SKS yang masih
sesuai dengan standar Kurikulum Pendidikan Tinggi Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002. Overseas
Academic Program (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB terdiri dari:
(1) Double Degrees (two semesters)
(2) Exchange Program ( one semester),
(3) Summer School Program (one month)
13
Sebagai contoh program Double Degree, yakni mahasiswa berkesempatan
untuk mengikuti perkuliahan di FEB UB pada 2 tahun akademik pertama dan
perguruan tinggi Luar Negeri partner FEB UB pada tahun akademik ketiga dan
keempat. Dengan begitu, mahasiswa akan mendapatkan dua gelar sekaligus.
Satu dari FEB UB, sedang satu lagi dari perguruan tinggi tempat kuliah mereka di
luar negeri. Kegiatan pertukaran pelajar sangat membantu bagi mahasiswa untuk
kedepannya karena dengan begitu mereka akan mengetahui tentang berbagai
kebudayaan di luar Indonesia. Tentunya akan memudahkan bagi mereka untuk
beradaptasi ketika terjun ke dunia kerja di kancah internasional.
14
Program University Country Time
Double Degree ( 1 or 2 years )
University of Southern
Queensland
Australia Semester 5 & 6
University of Wollonggong
Australia Semester 3 - 5
University of New Castle
Australia Semester 3 - 5
Murray State University
USA Semester 3 - 6
Middle Tennese University
USA Semester 3 - 6
Exchange ( 1 semester)
Murray State University
USA
Between Semester 3 - 7
Middle Tennese State University
USA
University Sains Malaysia
Malaysia
The Haque University
Netherlands
Lincoln University New Zealand
University Malaysia Pahang
Malaysia
Tohoku University Japan
Summer School Program (1 month)
University of Southern
Queensland
Austalia
Between Semester 3 - 7
Fukyong National University
Korea
The Hague University
Netherlands
University of Wollonggong
Australia
University of Canberra
Australia
Flinders University Australia
Tabel 5.2 Jadwal Overseas Academic Program (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik untuk Program Kelas Internasional, 2016)
15
LIST OF UNIVERSITIES PARTNERS FOR OVERSEAS
ACADEMIC PROGRAMS
No. Universities Country
1. Murray State University USA
2. Middle Tennessee State University USA
3. University of Southern Queensland Australia
4. University of Wollonggong Australia
5. University of New Castle Australia
6. University of Canberra Australia
7. University Sains Malaysia Malaysia
8. The Hague University Netherlands
9. Pukyong National University South Korea
10. Universiti Malaysia Pahang Malaysia
11. Lincoln University New Zealand
12. Tohoku University Japan
Tabel 5.3 Daftar Universitas Partner untuk Program Overseas (OAP) pada Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik untuk Program Kelas Internasional, 2016)
Berdasarkan Jadwal Overseas Academic Program (OAP) yang sudah
ditetapkan dalam Kurikulum Program Kelas Internasional FEB-UB maka semua
mahasiswa Program Kelas Internasional diwajibkan untuk mengambil salah satu
program pada jadwal Overseas Academic Program (OAP) sebagai syarat
kelulusan dari FEB-UB. Mahasiswa diwajibkan untuk menyampaikan hasil dari
kegiatan selama OAP saat kembali ke Indonesia.
16
Pertukaran mahasiswa antara FEB-UB dengan berbagai perguruan tinggi
luar Indonesia pun telah berulang kali dilakukan. Misalnya dengan perguruan
tinggi yang berada di Australia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Hal ini dapat
dilakukan berkat banyaknya perguruan tinggi di luar Indonesia yang telah
menjalin kerja sama dengan FEB UB, diantaranya yaitu Murray State University,
University of Kentucky, dan lain-lain.
Mahasiswa yang telah lulus pendidikan Program Internasional FEB UB akan
memiliki daya saing yang lebih baik di dalam dunia kerja Indonesia. Karena saat
ini banyak perusahaan Indonesia yang Go International dan semakin banyak
pula perusahaan-perusahaan bertaraf Internasional yang beroperasi di
Indonesia. Tentunya mereka sangat membutuhkan tenaga kerja yang memiliki
kemampuan lebih.
Implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino
(2006:154) bahwa: “The execution of policies is as important if not more
important than policy making. Policy will remain dreams or blue prints jackets
unless they are implemented”. Tindakan-tindakan yang dilakukan itu harus
mampu mengaitkan antara tujuan yang dirumuskan dan realisasi atau hasil yang
akan dan atau telah dilakukan, agar ada sinkronisasi. Penulis menggunakan teori
Edward III dalam melihat faktor-faktor keberhasilan Implementasi Kebijakan
Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Edward III menjelaskan bahwa ada empat variabel yang menjadi
indikator keberhasilan pengimplementasian suatu kebijakan publik yaitu
komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi dan disposisi.
17
Berikut ini penulis akan memberikan uraian mengenai pengimplementasian
Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
5.2.1 Komunikasi
Komunikasi akan terwujud baik jika ada faktor-faktor yang menjadikan
komunikasi tersebut berjalan baik. Menurut Edward III dalam Agustino (2006:
150) terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan
variable komunikasi antara lain (i) Transimis, penyaluran komunikasi yang baik
akan menghasilkan komunikasi yang baik pula, (ii) Kejelasan, komunikasi yang
diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan mudah dimengerti agar mudah
melakukan tindakan. (iii) Konsistensi, Perintah yang diberikan untuk pelaksanaan
suatu haruslah tetap pada pendirian awal dan jelas. Jika perintah yang diberikan
sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di
lapangan.
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik. Menurut Agustino (2006:157); ”komunikasi
merupakan salah-satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi
kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebijakan publik”. Implementasi yang efektif terjadi
apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila
komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan
peraturan implementasi harus ditransmisikan dengan tepat. Selain itu, kebijakan
yang dikomunikasikan pun akurat dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar
18
para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam
melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan pada publik.
Terkait proses komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan, baik itu
terhadap mahasiswa maupun kepada sesama pelaksana kebijakan atau aktor
kebijakan dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB), terdapat indikator
yang dapat dipakai atau digunakan dalam mengukur keberhasilan komunikasi
tersebut, yaitu :
5.2.1.1 Transmisi
Transmisi merupakan faktor utama dalam hal komunikasi pelaksanaan
kebijakan. Menurut Edward III dalam Agustino (2012:150) “Penyaluran
komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik
pula”. Transmisi dalam Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya berupa penyampaian atau
pengiriman informasi dari pihak Fakultas kemudian diteruskan kepada pelaksana
kebijakan yaitu Unit Program Internasional (UPI) selaku pengelola Program Kelas
Internasional di FEB-UB kemudian diteruskan kepada mahasiswa serta
masyarakat umum yang memerlukan informasi tersebut seperti orang tua dari
mahasiswa.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada sumber data yaitu
pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB, dapat diketahui
bahwa dari transmisi atau penyampaian informasi mengenai Program Kelas
Internasional sebagai berikut:
19
Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional
Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa :
“Pemberian informasi akademik kepada mahasiswa Program Kelas Internasional kami lakukan dengan cara sosialisasi langsung yaitu mengundang orang tua mahasiswa setiap awal semester pertama sebelum perkuliahan. Sosialisasi ini sangat penting menurut saya mengingat adanya Program di Kelas Internasional yang tidak ada di Kelas Reguler termasuk adanya Program Internasional yaitu Overseas. Orang tua dapat mempersiapkan dana serta mengetahui prosedur pendaftaran Program overseas itu, sehingga para orang tua sudah siap jauh-jauh hari sebelumnya dan sudah faham berapa dana yang harus mereka siapkan untuk pergi ke luar negeri” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Proses sosialisasi merupakan bentuk dari proses penyesuaian diri dimana
seorang individu dalam proses akomodasi ini mengubah diri mereka untuk
menyesuaikan dengan lingkungannya yang memiliki aturan-aturan atau norma-
norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut sehingga
ada kejelasan dalam menyampaikan informasi. Seperti yang dijelaskan Edward
III bahwa sosialisasi untuk memberikan kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan
diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk pelaksanaan
tidak hanya diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi kebijakan
tersebut haruslah jelas. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali instruksi-instruksi
yang diteruskan kepada pelaksana-pelaksana tidak jelas dan tidak menetapkan
kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan
komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan akan
mendorong terjadinya interpretasi yang salah (misintrepretasi ) bahkan mungkin
bertentangan dengan makna pesan awal.
Sedangkan proses penyampaian informasi terhadap para pelaksana
kebijakan Program Kelas Internasional itu sendiri, Bapak Prof. Dr. Gozali Maski,
20
SE, MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya) menjelaskan bahwa :
“Ada program yang wajib diikuti mahasiswa Kelas Internasional yaitu program overseas, dimana mahasiswa akan tinggal di Luar Negeri minimal 1 bulan, program overseas terdiri dari Program Double Degree selama 2 semester, Exchange selama 1 semester dan Summer School Program selama 1 bulan. Hal ini kami sampaikan pada mahasiswa di awal proses seleksi masuk penerimaan yaitu saat wawancara kemudian ketika mereka sudah diterima menjadi mahasiswa , ada sosialisasi kedua yang kami undang adalah orang tua mahasiswa. Kami pastikan mahasiswa mengetahui sejak awal Program Kelas Internasional ini, begitu juga orang tua mahasiswa juga kami pastikan komitmen untuk program overseas tersebut. Sedangkan pemberian informasi kepada petugas pelaksana kami memiliki Unit Pengeola Kelas Internasional yang disingkat UPI, saya selalu lakukan rapat rutin setiap satu bulan sekali kecuali ada hal yang genting maka bisa lebih dari sekali dalam sebulan” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Sosialisasi mempunyai arti dalam pembinaan kepribadian agar seseorang
dapat hidup konform dengan tuntutan kebijakan Program Kelas Internasional.
Namun demikian, menurut Edward III ketidakjelasan pesan komunikasi kebijakan
tidak selalu menghalangi implementasi. Pada tataran tertentu, para pelaksana
membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Sesuatu yang sering
dihambat oleh instruksi-instruksi yang sangat spesifik menyangkut implementasi
kebijakan, maka proses sosialisasi menjadi penting untuk diperhatikan bagi para
pelaku kebijakan. Menurut Edward III yang berpengaruh terhadap komunikasi
kebijakan adalah konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung
efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Perintah
– perintah implementasi yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana
mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan
mengimplementasikan kebijakan. Tindakan yang sangat longgar kemungkinan
tidak dapat digunakan untuk melaksanakan tujuan-tujuan kebijakan.
21
Terkait proses penyampaian informasi terhadap petugas pelaksana
kebijakan Program Kelas Internasional, Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku
Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa:
“Terkait penyampaian informasi tentang kebijakan Program Kelas Internasional itu sendiri kepada para staf saya di Unit Program Internasional (UPI), tentunya kami rutin melakukan komunikasi agar problem-problem segera terpecahkan, dan rapat koordinasi kami lakukan rutin setiap semester” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)
sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran
suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran (dalam Subarsono, 2009).
Zelko dan Dence mengemukakan bahwa komunikasi organisasi
merupakan suatu sistem yang saling tergantung, yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam
organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang
sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang
dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam
hubungan dengan masyarakat umum. (Muhammad, 2011: 66)
Fakultas Ekonomi-Bisnis Universitas Brawijaya dalam
mengimplementasikan kebijakan Program Kelas Internasional telah melakukan
komunikasi internal baik yang dilakukan oleh pihak Dekanat dengan pihak
pelaksana UPI (Unit Program Internasional) maupun antar staf dalam UPI
22
tersebut. Sedangkan untuk komunikasi eksternal dilakukan dengan mendatangi
pihak sekolah untuk memperlua promosi dengan membagikan Brosur dan
mensosialisasikan website resmi dari FEB-UB terkait informasi terbaru mengenai
Program Kelas Internasional. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
menyampaikan bahwa :
“untuk pelaksanaan Program Kelas Internasional ini kami rutin melakukan komunikasi dengan pihak UPI dengan mengadakan rapat rutin setiap bulan. komunikasi dengan pihak luar pun kami lakukan dengan terjun ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan program kelas internasional ini, ” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Komunikasi eksternal dari organisasi kepada khalayak umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan. Organisasi tidak akan sukses mencapai tujuan dan sasarannya
kalau tidak didukung oleh para khalayak yang terkait, yang berkepentingan
dengan eksistensi suatu organisasi. (Romli, 2011:7)
5.2.1.2 Kejelasan
Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrats)
harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Dalam pelaksanaan
kebijakan Program Kelas Internasional, agar penyampaian informasi dapat
diterima dengan jelas dan dapat dimengerti maka dalam tata cara tekhnis
menerangkan, terdapat dua metode sosialisasi yaitu secara langsung dan tidak
langsung yaitu melalui media cetak, papan dan website. Sosialisasi langsung
disampaikan oleh pihak Pengelola Program Kelas Internasional kepada orang
23
tua mahasiswa baru secara lisan di Ruang Pertemuan FEB-UB melalui tatap
muka. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada sumber data yaitu
pelaksana kebijakan Program Kelas Internasional, dapat diketahui bahwa
kejelasan penyampaian kebijakan Program Kelas Internasional sebagai berikut:
Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional
Manajemen FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa :
“Untuk kejelasan penyampaian kebijakan program ini, selain sosialisasi langsung kepada orang tua mahasiswa baru, penggunaan media dalam rangka pelaksanaan Program Kelas Internasional ini amatlah penting dengan adanya buku pedoman akademik yang diberikan kepada tiap mahasiswa serta adanya website. Kami pun memiliki papan pengumuman yang aktif kami gunakan untuk sarana penyampaian informasi pada mahasiswa dan masing-masing koordinator kelas mempunyai grup whatsapp yang bisa kami fungsikan untuk penyampaian informasi agar lebih cepat dan efisien. Sedangkan kejelasan penyampaian kebijakan program Kelas Internasional terhadap staf pelaksana maka kami intensifkan komunikasi two-way serta koordinasi lewat grup whatsapp bila saya tidak ada di tempat. Intinya selalu ada monitoring dari kami.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Untuk menuju implementasi kebijakan yang diinginkan, maka pelaksana
harus mengerti benar apa yang harus dilakukan untuk kebijakan tersebut. Selain,
itu yang menjadi sasaran kebijakan harus diberi informasi mengenai kebijakan
yang akan diterapkan mulai dari tujuan dan sasarannya. Menurut Edward III
sosialisasi kebijakan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan dari
implementasi kebijakan.
Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit
Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :
“Agar penyampaian dapat diterima dengan jelas oleh mahasiswa kami menempelkan informasi tersebut pada papan pengumuman di setiap kelas masing-masing. Selain itu setiap mahasiswa yang datang ke kantor UPI, kami berikan informasi personal yang dibutuhkan. .” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)
24
Membenarkan pernyataan Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas
Internasional FEB-UB, Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program
Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa :
“Untuk kejelasan kebijakan ini sudah sangat jelas dan kami terus aktif memberikan informasi yang dibutuhkan mahasiswa melalui media-media yang ada selain buku pedoman akademik.. Sedangkan untuk mahasiswa yang sedang menjalani program overseas ke luar negeri kami gunakan sarana whatsapp untuk berkirim informasi. Khusus untuk mahasiswa yang overseas ke Australia kami berkomunikasi juga dengan agensi yang ditunjuk” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Faktor komunikasi sangat berpengaruh terhadap penerimaan kebijakan oleh
kelompok sasaran, sehingga kualitas komunikasi akan mempengaruhi dalam
mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik. Dengan demikian,
penyebaran isi kebijakan melalui proses komunikasi yang baik akan
mempengaruhi terhadap implementasi kebijakan. Dalam hal ini, media
komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskan isi kebijakan kepada
kelompok sasaran akan sangat berperan
Dengan adanya media tersebut sangatlah membantu bagi mahasiswa yang
membutuhkan informasi, menurut petunjuk tekhnis, sosialisasi tidak langsung
merupakan penyampaian informasi melalui media cetak maupun media
elektronik, melalui sosialisasi tidak langsung mahasiswa diharapkan dapat
memahami Kebijakan Program Kelas Internasional.
25
Gambar 5.2. Papan Informasi Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)
Gambar diatas adalah papan informasi akademik Program Kelas
Internasional yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, beberapa informan
mahasiswa menyebutkan bahwa media sosial dan media cetak seperti Buku
Pedoman Akademik adalah media utama yang digunakan pihak Fakultas untuk
menyampaikan sosialisasi, diantaranya seperti yang dituturkan oleh informan,
yaitu Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan Akuntansi)
mengenai bagaimana informasi dari mahasiswa tentang Program Kelas
Internasional mengatakan bahwa:
“penyampaian informasi dari pihak Fakultas sudah sangat cukup jelas apalagi didukung dengan adanya media sosial saat ini menjadi lebih mudah informasi disampaikan. Ketika awal masuk menjadi mahasiswa saya sudah cukup jelas dan paham mengenai Program ini. Buku pedoman akademik sudah kami
26
dapatkan sejak awal menjadi mahasiswa di Program Kelas Internasional ini.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa akan pelayanan
publik yang berkualitas, Unit Pengelola Program Internasional dalam hal ini
adalah pihak Fakultas telah menyelenggarakan Program Kelas Internasional
sesuai dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 serta Surat Keputusan Rektor Universitas
Brawijaya Nomor. 343/SK/2012. Sosialisasi ini dilaksanakan tentunya agar dapat
terselenggaranya Program Kelas Internasional yang optimal dan berkualitas
terutama di tingkat Fakultas, karena apabila hal ini terkoordinasi dengan baik
tentu dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas bagi
Universitas Brawijaya di mata Nasional dan Internasional.
5.2.1.3 Konsistensi
Jika implementasi kebijakan ingin efektif, maka perintah-perintah
yang disampaikan harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau
dijalankan.Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. Kebijakan yang dibuat
oleh Pihak Pembuat Kebijakan harus konsisten atau tetap sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan jangan sampai kebijakan yang dibuat menyimpang dari
ketentuan dalam pelaksanaannya.
Terkait konsistensi komunikasi Program Kelas Internasional di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS
(selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya), beliau menyampaikan bahwa:
27
“ informasi yang disampaikan menurut saya sudah berjalan dengan konsisten, semua informasi terkait Program Kelas Internasional tersampaikan dengan jelas baik lewat pertemuan langsung yang rutin di setiap awal perkuliahan dengan mahasiswa yang bersangkutan maupun dengan orang tua mahasiswa. Perintah –perintah pelaksanaan juga sudah jelas. Kepala Program Internasional sudah cukup paham dengan tugasnya masing-masing serta petugas pelaksana juga begitu. Semua dikelola dengan baik oleh Unit Program Internasional” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Konsistensi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan konsistensi kerja.
Konsistensi dimaksudkan untuk menjaga kinerja para pelaksana tetap pada alur
pelayanan kepada mahasiswa. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur
kerja. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan prosedur akan menghasilkan
kualitas kerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan
Program Kelas Internasional di FEB-UB.
Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional
Manajemen FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa :
“ penyampaian informasi sudah cukup kontinyu apalagi petugas administrasi kami sangat pro aktif. Media apapun kami gunakan agar informasi bisa tersampaikan dan tentu saja kami terus berkoordinasi dengan petugas terutama bila ada problem selama proses pelaksanaan Program Kelas Internasional ini berjalan.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan
pemberian informasi kebijakan Program Kelas Internasional sudah dilakukan
secara konsisten, sosialisasi dilakukan secara rutin oleh pihak Unit Pengelola
Kelas Internasional. Petugas pelaksana sangat pro aktif menggunakan media
untuk penyampaian informasi tersebut.
28
5.2.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas
dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun
akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika
para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini
mencakup sumber daya manusia (staff), anggaran (budgetary), informasi dan
kewenangan (Information and Authority), sarana prasarana (facility), yang
dijelaskan sebagai berikut :
5.2.2.1 Sumber Daya Manusia (staff)
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari
sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber
daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, dan
kompetensi di bidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber
daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.
Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi,
sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,
implementasi kebijakan akan berjalan lambat.
Untuk menerapkan Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB
diperlukan materi, tenaga/SDM yang cukup dan memiliki keterampilan berbahasa
29
inggris aktif. Unit Program Internasional merupakan unsur pelaksana
penyelenggaraan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, dipimpin oleh
Kepala Program Internasional yang berada di bawah Ketua Jurusan yang
bertanggung jawab kepada Dekan FE-UB. Kepala Program Internasional dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 petugas yang terdiri dari 1 petugas
sebagai Kepala Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB dan 1
petugas sebagai petugas pelaksana administrasi Program Internasional FEB-UB.
Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan Administrasi
Program Internasional FEB-UB) beliau menyampaikan bahwa:
“Untuk petugas yang melayani akademik Program Kelas Internasional ini berjumlah 2 orang. Satu orang bertanggung jawab sebagai Koordinator Administrasi dan satu orang lagi adalah Petugas Pelaksana Administrasi. Kami bertugas melakukan pelayanan akademik serta mengurus pendaftaran mahasiswa yang akan melakukan program Internasional overseas yaitu Double Degree, Exchange serta Summer School” (wawancara tanggal 3 April 2017)
Berdasarkan data pegawai yang diperoleh peneliti, pengelolaan Program
Kelas Internasiona di FEB-UB dilakukan oleh 5 petugas (tabel 5.4)
TABEL 5.4 Susunan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB
No. Nama Pelaksana Jabatan Pendidikan
Terakhir
1. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., MA., Ph.D.
Ketua Program Internasional Ilmu Ekonomi
S3
2. Dr. Risna Wijayanti, SE., MM
Ketua Program Internasional Manajemen
S3
3. Drs. Imam Subekti, M.Si., Ph.D., Ak.
Ketua Program Internasional Akuntansi
S3
4. Ainun Nikmah, S.Pd., Ka.Ur Administrasi S2
30
MM Program Internasional
5. Rahma Ayu Puspita, A.Md
Staf Administrasi Program Internasional
D3
Berdasarkan data jumlah pegawai tersebut dapat diketahui bahwa dalam
segi jumlah petugas dibandingkan dengan rasio mahasiswa memiliki
keterbatasan sedangkan Unit Program Internasional FEB-UB mengelola 3
Jurusan sekaligus yaitu Program Kelas Internasional Jurusan Ilmu Ekonomi,
Program Kelas Internasional Jurusan Akuntansi serta Program Kelas
Internasional Jurusan Manajemen. Selain itu Unit Program Internasional ini juga
mengelola kegiatan akademik Mahasiswa Program Kelas Internasional serta
melayani dan mengurus pendaftaran mahasiswa yang akan melakukan program
overseas ke Universitas Luar Negeri.
Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit
Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :
“Alhamdulillah bisa terhandle karena jumlah mahasiswa tidak sebanyak regular, tapi memang seharusnya ada penambahan personil SDM karena urusannya banyak. Pernah kewalahan tapi kami mencoba untuk berkoordinasi satu sama lain, terutama saat jadwal pendaftaran overseas berbarengan dengan jadwal UAS” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)
Membenarkan pernyataan Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas
Internasional FEB-UB, Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan
Administrasi Program Internasional FEB-UB) beliau menyampaikan bahwa:
”Mengurusi akademik dan program studi, mengurusi NIM mahasiswa sampai pelaksanaan pertukaran mahasiswa ke luar negeri, semua dikerjakan sendiri berdua. Ketua Program Internasional hanya sebatas koordinasi dan pengambil keputusan tetapi untuk tekhnis hanya dilakukan oleh petugas yang berjumlah dua ini”(wawancara tanggal 3 April 2017)
31
Terkait keterbatasan jumlah petugas pelaksana berikut pernyataan Ibu Dr.
Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-
UB), beliau menjelaskan bahwa:
“saat pendaftaran overseas biasanya petugas sangat sibuk karena harus mengurusi pendaftaran ke universitas luar negeri sampai mengurus keberangkatan mahasiswa tersebut, saat itulah menurut saya perlu adanya satu petugas tambahan untuk membantu tekhnis.” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Jumlah Pegawai yang terbatas akan cukup mempengaruhi kualitas kerja
dan beban pegawai sehingga para petugas yang ada mempunyai tugas ganda.
Hal ini berpengaruh terhadap kelancaran proses administrasi serta kualitas
pelayanan terhadap mahasiswa. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu
informan Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan
Akuntansi) mengatakan bahwa:
“Pelayanan dari petugas secara keseluruhan sebenarnya sudah cukup bagus namun ada sedikit yang perlu dibenahi yaitu dalam hal keterlambatan penyampaian informasi.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah-
satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai atau tidak
mencukupi. Selain kuantitas sumber daya manusia, dalam kaitannya dengan
pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, kualitas sumber daya
manusia juga sebagai salah satu implementor yang penting.
Kualitas SDM akan berpengaruh terhadap tingkat efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan Program Kelas ]nternasional di FEB-UB. Sumber Daya Manusia
berupa pegawai yang memiliki tugas keseluruhan sebagai pelaksana tekhnis
kebijakan pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-UB, harus benar-
benar berkualitas dan mempunyai keterampilan komunikasi bahasa Inggris
32
dengan baik serta menganut profesionalisme yang tinggi. Nilai profesionalitas
yang tinggi sangat diperlukan untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang baik
dengan harapan nantinya akan berbanding lurus dengan kepuasan mahasiswa
Program Kelas Internasional khususnya dan masyarakat pada umumnya,
sehingga berdampak positif terhadap kelancaran pelaksanaan Program Kelas
Internasional pada FEB-UB.
Kualitas SDM dapat dilihat dari latar belakang pendidikan serta
kemampuan komunikasi bahasa inggrisnya. Menyangkut hal ini berikut
tanggapan dari Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
menjelaskan bahwa:
“ untuk perekrutan staf pengelola Unit Program Internasional kami utamakan yang memiliki keterampilan bahasa inggris yang bagus sedangkan untuk pemilihan Ketua Program Internasional kami utamakan juga yang lulusan dari luar negeri begitupun pemilihan dosen yang mengajar kami utamakan yang lulusan dari universitas luar negeri bila ada yang lulusan dalam negeri itu kami pilih yang memiliki komunikasi bahasa inggris yang baik. Untuk petugas administrasi yang ditempatkan di Unit Pengelola Program Internasional saat ini memiliki latar belakang pendidikannya adalah bahasa inggris” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
TABEL 5.5 Kualifikasi Pendidikan Tim Pelaksana Unit Program Internasional FEB-UB
No. Nama Pelaksana Jabatan Jenjang
Pendidikan
1. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., MA., Ph.D.
Ketua Program Internasional Ilmu Ekonomi
S3 University of Lancaster,
Inggris
2. Dr. Risna Wijayanti, SE., MM
Ketua Program Internasional Manajemen
S3 University Sains Malaysia
3. Drs. Imam Subekti, M.Si., Ph.D., Ak.
Ketua Program Internasional Akuntansi
S3 University Sains Malaysia
33
4. Ainun Nikmah, S.Pd., MM
Ka.Ur Administrasi Program Internasional
S2 Universitas Brawijaya
(S1 Pendidikan Bahasa Inggris)
5. Rahma Ayu Puspita, A.Md
Staf Administrasi Program Internasional
D3 Universitas Brawijaya
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dan hasil wawancara dapat diketahui bahwa
semua pegawai pengelola Program Kelas Internasional memiliki latar belakang
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi dari Luar Negeri serta memiliki
keterampilan bahasa inggris yang baik. Hal tersebut berdampak positif pada
kemampuan pengelolaan serta administrasi yang baik menyangkut tenaga,
pikiran, dan waktu dalam proses implementasi pelaksanaan Program Kelas
Internasional pada FEB-UB.
Pada masa awal penetapan Kebijakan Program Kelas Internasional pada
FEB-UB telah dibentuk Unit Pengelola Khusus yang bertugas untuk mengelola
Program Kelas Internasional sehingga dalam pengelolaannya tidak bercampur
dengan administrasi Program Kelas Reguler FEB-UB. Dengan pemisahan
pengelolaan administratif diharapkan pelaksanaan Program Kelas Internasional
dapat berjalan fokus serta mudah untuk memonitoring sehingga diharapkan
tujuan kebijakan dapat tercapai dengan tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan
kompetensi atau keahlian suatu SDM yang menangani pelaksanaan Program
Kelas Internasional pada FE-UB. Sebagaimana dikutip oleh Ibu Rahma Ayu
Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas
Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :
“syarat penempatan staf disini adalah harus bisa berbahasa inggris aktif karena berurusan dengan pihak luar negeri untuk pelaksanaan program
34
kelas internasional seperti pendaftaran overseas. Pimpinan menilainya dari hasil wawancara seleksi awal karyawan” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari
sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber
daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, dan
kompetensi di bidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber
daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.
Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi,
sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia,
implementasi kebijakan akan berjalan lambat
Ketersediaan sumber daya manusia yang cukup dari segi jumlah maupun
profesionalisme menjadi hal yang mutlak dalam melakukan penyelenggaraan
Program Kelas Internasional. Saat ditetapkannya Kebijakan Program Kelas
Internasional pada FEB-UB, sebagian pihak memang mengkhawatirkan kesiapan
terutama dalam hal penyiapan SDM yang kompeten. Kesiapan SDM
disampaikan oleh Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku Petugas Administrasi
pada Unit Program Kelas Internasional FEB-UB) beliau mengatakan bahwa :
“sudah setahun ini, pihak fakultas mengadakan pelatihan bahasa inggris untuk staf tendik. Yang memberi pelatihan adalah karyawan sendiri yang memiliki background lulusan bahasa inggris” (wawancara tanggal 3 Mei 2017)
Berdasarkan ungkapan diatas dapat diketahui bahwa, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya telah melakukan beberapa upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM terkait dengan pelaksanaan Program Kelas
Internasional. Upaya peningkatan kualitas SDM telah menjadi suatu prioritas
35
dalam program peningkatan kapasitas daya SDM pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
5.2.2.2 Anggaran (budgetary)
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan
modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin
terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai,
kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan
sasaran. Keuangan memiliki fungsi sebagai pendukung kegiatan operasional
sehari-hari, seperti untuk pelayanan akademik serta kemahasiswaan Terkait
dengan aspek keuangan, semua telah dianggarkan dalam anggaran keuangan
jurusan. Sehingga dapat dirasa cukup memenuhi kebutuhan pelayanan
akademik menyangkut hal tersebut berikut tanggapan dari Ibu Dr. Risna
Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB),
beliau menjelaskan bahwa:
“ struktur kita dibawah jurusan mbak, jadi sumber dana anggaran pengelolaan kelas internasional dari jurusan. Bila jurusan menyetujui program yang kita ajukan itu tidak masalah. Kegiatan accidental diluar perencanaan selama ini hampir tidak ada. Pada awal tahun anggaran kami sudah harus menyusun rencana aktivitas setahun kedepan jadi tidak ada kegiatan yang diluar dari yang kami rencanakan. Biasanya sebelum rapat dengan pimpinan kami melakukan rapat internal terlebih dahulu. Kami pun rutin membuat laporan pelaksanaan di setiap akhir kegiatan bila tidak dicicil akan menumpuk di akhir tahun” (wawancara tanggal 5 Mei 2017)
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti diatas diketahui bahwa
dukungan anggaran untuk Program Kelas Internasional cukup memadai
dikarenakan pengelola sudah mengidentifikasi kegiatannya serta merencanakan
dengan seksama anggaran yang dibutuhkan sehingga pelaksanaan
36
implementasi Kebijakan Kelas Internasional di FEB-UB dapat berjalan dengan
efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.
5.2.2.3 Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)
Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,
terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana
mengimplementasikan suatu kebijakan. Sementara wewenang berperan penting
terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan
sesuai dengan yang dikehendaki. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan
para implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan
implementasi kebijakan publik.
Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu:
pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.
Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program
Internasional Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa:
“Program yang kami miliki harus mengacu dengan program yang ada di universitas serta terintegrasi dengan program yang ada di Fakultas. Kita mempunya kontrak kerja dengan Dekan jadi segala aktivitas kami mengacu dari kontrak kerja tersebut untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.” (wawancara 5 mei 2017)
Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana
dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik, menyangkut hal
tersebut berikut tanggapan dari Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala
Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB) beliau menjelaskan bahwa:
37
“Saya ditempatkan di Unit Program Internasional ini sejak tahun 2007 sesuai SK Dekan nomor 48C/J10.1.12/SK/2007 kemudian dikuatkan oleh Surat Keputusan Rektor pada tahun 2012 nomor. 343/SK/2012 saya cukup senang ditempatkan di Unit Program Internasional ini karena keterampilan bahasa inggris saya bertambah” (wawancara tanggal 3 April 2017)
Pernyataan mengenai kewenangan dalam mengelola Program Kelas
Internasional juga disampaikan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku
Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), beliau menyampaikan
bahwa:
“berdasarkan keputusan Dekan saya ditunjuk menjadi Ketua Program Internasional ini, relative baru ya, sejak agustus 2016 menggantikan KPI yang sebelumnya” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui bahwa ada
kewenangan tersebut. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para
implementor di mata publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat menggagalkan
implementasi kebijakan publik.
5.2.2.4 Sarana dan Prasarana (facility)
Selain sumber daya manusia dan anggaran, fasilitas fisik merupakan
faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai
staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas
pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak
akan berhasil. Fasilitas merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan suatu kebijakan. Fasiitas atau sarana dan prasarana merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan.
38
Gambar 5.3 Ruang Laboratorium Komputer Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)
Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu dalam
proses pelaksanaan Program Kelas Internasional terutama proses kegiatan
akademik serta mendukung kinerja dari pegawai pelaksana Program Kelas
Internasional. Jika sarana dan prasarana tidak menunjang maka semua kegiatan
yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana. Terkait dengan pelaksanaan Program Kelas Internasional pada FEB-
UB, maka pihak fakultas telah menyiapkan sarana dan prasarana dalam
menunjang proses penyelenggaraan program tersebut. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)
menjelaskan bahwa:
39
“Fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa Program Kelas Internasional ada ruang kuliah terstandar, ruang tutorial,wi-fi, laboratorium dan perpustakaan digital. Kami sediakan juga gedung kuliah khusus agar tidak bercampur dengan mahasiswa program regular” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Pernyataan ini juga didukung oleh mahasiswa Program Kelas
Internasional FEB-UB yang merespon positif terkait dengan sarana prasarana
yang ada dan telah disiapkan oleh Fakultas Ekonomi-Bisnis UB. Berikut
pernyataan Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan
Akuntansi) mengatakan bahwa:
“Sarana dan praasarana untuk kami mahasiswa program kelas internasional sudah sangat cukup baik . adanya wifi membuat kami mudah mengakses informasi terkait persiapan program overseas kami.” (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Adapun sarana dan prasarana yang menunjang lainnya seperti ruang
pertemuan/aula, musholla dan cafeteria.Ruang perpustakan digital dan peralatan
computer merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan
Program Kelas Internasional. Kesiapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya untuk menjalankan implementasi Kebijakan Program Kelas
Internasional dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh FEB-UB.
Sarana dan Prasarana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
adalah sebagai berikut:
a. Laboratorium komputer
b. perpusatakaan digital
c. Wi-Fi di tiap lantai gedung
d. Ruang Tutorial
e. Ruang pertemuan-aula
40
f. Ruang Kelas terstandar
g. Loket dan Bank
h. Business centre
i. Cafeteria
j. Musholla
Gambar 5.5 Loket Bank di area Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (Sumber: Data Lapangan Peneliti, 2017)
5.2.3 Disposisi
Disposisi merupakan kemauan, keinginan, kecenderungan para pelaku
kebijakan untuk melakukan kebijakan secara sungguh-sungguh. Disposisi bisa
menjadi watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor yang didalamnya
mencakup komitmen dan kejujuran. Kejujuran mengarahkan implementor untuk
tetap berada dalam program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang
tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam
melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan.
41
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam
implementasi kebijakan. Jika implementor memiliki disposisi yang baik maka
kebijakan akan diaksanakan dengan baik. Ketika implementor memiliki sikap
perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi
kebijakan juga menjadi tidak efektif. Disposisi juga terkait dengan respon
implementor terhadap kebijakan dan preferensi nilai yang dimiliki implementor.
Terkait dengan respon implementor, maka salah satu hal yang diperlukan
adalah dukungan dari pelaku kebijakan. Tanpa adanya dukungan, maka
pelaksanaan kebijakan akan merasa terpaksa dalam menjalankan tugasnya,
sehingga tidak bisa secara penuh melaksanakan kewajibannya.
Berkaitan dengan pelaksanaan Program Kelas Internasional di
Universitas Brawijaya, respon Fakultas sebagai pelaku implementor yaitu
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya secara umum mendukung
penuh diselenggarakan Program Kelas Internasional di Universitas Brawijaya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya) beliau menyampaikan bahwa:
“sejak awal berdirinya program ini saat itu rektornya masih pak yogi visi misinya adalah World Class University, fakultas yang ditunjuk untuk menjadi pioneer adalah Fakultas Ekonomi. Sejak itu mulai kita susun program kelas internasional yaitu jurusan akuntansi lebih dulu 2 tahun kemudian jurusan ilmu ekonomi serta manajemen. Jadi sejak awal kami selalu mendukung penuh dan kami cukup responsif terkait kebijakan Program Kelas Internasional ini. Selama ini sikap para pelaksana sangat baik dan mendukung bahkan mereka berusaha menciptakan atmosfer akademik seperti di luar negeri, jadi cukup kreatif sekali. Mereka membuat seolah-olah seperti di luar negeri seperti pembelajaran outdoor dengan memanfaatkan spot-spot yang ada seperti taman, mereka membuat kelompok-kelompok diskusi kecil disana” (wawancara tanggal 8 mei 2017)
42
Pernyataaan ini juga didukung oleh Ibu Rahma Ayu Puspita, A.Md (selaku
Petugas Administrasi pada Unit Program Kelas Internasional FEB-UB) yang
merespon positif dengan adanya Program Kelas Internasional di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, berikut pernyataan:
“Saya cukup senang dengan adanya program kelas internasional ini, sejak saya ditempatkan di Unit pengelola Program Internasional saya mendapat banyak manfaat yaitu keterampilan berbahasa inggris terutama komunikasi dan persuratan korespondensi dengan pihak luar negeri semakin berkembang. Saya sangat setuju dan mendukung adanya Program Kelas Internasional ini, mbak” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Berdasarkan kedua pernyataan diatas, dapat diketahui pihak Fakultas
sebagai impementor dalam pelaksanaan Program Kelas Internasional memiliki
kemauan dan keinginan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-
sungguh.
Dalam melaksanakan penyelenggaraan Program Kelas Internasional,
pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya membentuk suatu unit
pelaksana khusus untuk mengelola Program Kelas Internasional yaitu Unit
Program Internasional yang mengelola Kelas Internasional untuk jurusan
Manajemen, Imu Ekonomi dan Akuntansi. Dengan adanya unit pelaksana yang
khusus mengelola Program Kelas Internasional maka penyelenggaraannya
membutuhkan pemilihan personel. Pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi
pada kepentingan umum. Dalam penyelenggaraan Program Kelas Internasional
terutama pada tahap penerimaan mahasiswa Kelas Internasional, pihak Fakultas
bekerjasama dengan bagian Akademik Rektorat serta Kantor Internasional atau
yang disingkat International Office yang langsung berada dibawah Rektor. Hal ini
43
seperti yang diutarakan oleh Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala
Urusan Administrasi Program Internasional FEB-UB) bahwa:
“Untuk pendaftaran mahasiswa kelas internasional kami bekerjasama dengan International Office, follow up tetap kami lakukan. calon mahasiswa asing dapat mengirimkan berkas pendaftaran kepada IO UB kemudian IO UB akan mengirimkan kepada kami untuk proses verifikasi,bila tidak memenuhi persyaratan kami akan mengirimkan surat penolakan dan bila memenuhi syarat maka kami akan mengirimkan Letter of Offer (LoO) serta invoice, semua hasil verifikasi dikirimkan kepada IO UB untuk diteruskan pada calon mahasiswa asing, bagi calon mahasiswa asing yang lolos verifikasi akan kami buatkan surat permintaan NIM dan KTM kepada Rektor melalui bagian akademik Rektorat. Jadi kami berkoordinasi dengan banyak pihak terkait pelaksanaan Kebijakan Kelas Internasional di FEB-UB” (wawancara tanggal 3 April 2017)
Dan dari hasil wawancara melalui Petugas Administrasi Program Kelas
Internasional FEB-UB peneliti juga memperoleh informasi mengenai kendala-
kendala yang dialami oleh Program Studi Kelas Internasional FEB-UB dalam
melakukan penerapan Kebijakan Program Kelas Internasional :
1. Support SDM Kurang
Sumber Daya Manusia di FEB yaitu dari staff tenaga kependidikan yang
mempunyai keterampilan berbahasa inggris aktif sangat minim sekali yang
memiliki keterampilan tersebut. Jadi semua pelayanan untuk mahasiswa
asing diarahkan ke Unit Pengelola Internasional.
2. Dukungan dari Universitas belum penuh
Sampai saat ini pihak universitas belum menentukan standar program kelas
internasional yang baku mengingat masih ada perbedaan visi dan misi dari
program kelas internasional yang ada di Fakultas dengan yang diinginkan
Universitas.
44
Dipandang dari mahasiswa Program Kelas Internasional pada FEB-UB
yang juga sebagai implementor penting dalam pelaksanaan Kebijakan Program
Kelas Internasional, kecenderungan terhadap kebijakan Program Kelas
Internasional pada FEB-UB juga berpengaruh terhadap implementasi kebijakan
Program Kelas Internasional ini, berdasarkan hasil wawancara tentang
pelaksanaan kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB ini sebagai
berikut, Tirto Anggara (Mahasiswa Program Kelas Internasional Jurusan
Akuntansi) mengatakan bahwa:
“Saya senang dan mendukung adanya Program Kelas Internasional ini, manfaatnya bagi saya sebagai mahasiswa program kelas internasional sangat banyak, yang saya tau manfaatnya seperti semester awal kemarin, bila di kelas internasional satu semester bisa menyelesaikan satu buku tapi untuk teman-teman regular masih membahas setengah buku selain itu dengan suplemen buku dan tugas-tugas yang berbahasa inggris kita sepertinya dilatih buat era globalisasi bisa berbicara dan melakukan presentasi dalam bahasa inggris. (wawancara tanggal 8 Mei 2017)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sikap pelaksana
kebijakan sudah baik. Pelaksana (Unit Program Internasional) maupun
mahasiswa sangat mendukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan Program
Kelas Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap perspektif yang berbeda dengan
pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak
efektif.
5.2.4 Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi dalam pelaksanaan suatu kebijakan juga merupakan
aspek yang penting. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi
45
yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan
yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika strukur
birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini
akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat jalanya pelaksanaan
kebijakan. Berdasakan penjelasan di atas, maka memahami struktur birokrasi
merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan
publik. Menurut Edwards III dalam Winarno (2005:150) terdapat dua karakteristik
utama dari birokrasi yakni: ”Standard Operational Procedure (SOP) dan
fragmentasi”.
Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Gambar 5.5. Struktur Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik FEB-UB, 2017)
46
Gambar 5.4. SUB-STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM KELAS INTERNASIONAL FEB-UB (Sumber: Buku Pedoman Akademik FEB-UB 2016)
Indikator yang berkaitan dengan struktur birokrasi antara lain adanya
Standard operational procedure (SOP) internal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya untuk pelaksanaan Program Kelas Internasional dan pola
hubungan kerja antara bagian dalam organisasi dari masing-masing pelaksana
Program Kelas Internasional di FEB-UB. Mengenai struktur birokrasi Bapak Prof.
Dr. Gozali Maski, SE, MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) menerangkan :
“Struktur birokrasi sudah cukup jelas, sejak adanya Program Kelas Internasional kami membentuk unit khusus yang mengelola program ini yang bernama UPI (Unit Program Internasional) saat ini strukturnya dapat dilihat di buku pedoman akademik dan dokumen Fakultas.UPI terdiri dari Kepala Program Internasional masing-masing jurusan ditambah dengan koordinator administrasi dan anggota pelaksana administrasi.” (wawancara tanggal 8 mei 2017)
Pernyataan diatas dibenarkan oleh Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM.
(selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-UB), menjelaskan bahwa:
DEKAN
KETUA JURUSAN
MANAJEMEN
KETUA JURUSAN ILMU
EKONOMI
KETUA JURUSAN
AKUNTANSI
KETUA PROGRAM
INTERNASIONAL
MANAJEMEN
KETUA PROGRAM
INTERNASIONAL ILMU
EKONOMI
KETUA PROGRAM
INTERNASIONAL
AKUNTANSI
47
“Unit Program Internasional secara struktur birokrasi bertanggung jawab kepada ketua Jurusan. Unit Program Internasional memiliki tiga Kepala Program Internasional (KPI) yang mewakili masing-masing jurusan serta dibantu tim administrasi untuk menunjang pelayanan dan pengelolaan akademik Program ini” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Indikator pertama yaitu adanya SOP Internal dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya dalam proses penyelenggaraan administrasi yang
berisi cara melakukan pekerjaan, peraturan yang berisi koordinasi internal dari
Program Studi Kelas Internasional FEB-UB sebagai aktor yang berperan dalam
kegiatan. SOP yang dimiliki antara lain adalah SOP Admission for Exchange
Program ke Universitas Partner seperti contoh gambar dibawah ini:
48
Prosedur Admission for Exchange Program ke Universitas Partner
DekanStaf Universitas
PartnerStaf UPI KPI
Mahasiswa Program
Internasional
Mulai
Mendaftar untuk
mengikuti Program
Exchange ke
Universitas Partner
Berkas kelengkapan :
1. Transkrip Sementara
2. Sertifikat Nilai IELTS
Selesai
Mencatat Data
Mahasiswa
Menyeleksi
Mahasiswa
berdasarkan IPK
dan nilai IELTS
Daftar Nama
Mahasiswa yang
lulus seleksi
Memverifikasi
Data Mahasiswa
Daftar Nama Mahasiswa
yang disetujui oleh KPI
Menyeleksi
Mahasiswa dari
FEB UB
Daftar nama mahasiswa
yang lulus seleksi
Mengirimkan
email data
mahasiswa yeng
akan mengikuti
Exchange
Program
Mengirimkan
email Balasan
ke FEB UB
Daftar Nama Mahasiswa
yang lulus seleksi dari
Universitas Partner dan
LOA
Mengumumkan
kepada
mahasiswa dan
menyerahkan LOA
Berkas Exchange
Program:
1. Copy Passport and
Visa
2. Health Certificate
3. Academic Transcript
4. IELTS Certificate
LOA
Briefing dan
Pelepasan
Mahasiswa
Memverifikasi dan
mengirimkan
berkas mahasiswa
Daftar Nama Mahasiswa
yang lulus seleksi dari
Universitas Partner
Selesai Selesai
Melengkapi
berkas
pendaftaran
Berkas Exchange
Program:
1. Copy Passport and
Visa
2. Health Certificate
3. Academic Transcript
4. IELTS Certificate
Gambar 5.7 SOP Admission for Exchange Program Ke Universitas Partner Program Kelas Internasional FEB-UB (Sumber: Buku Manual Prosedur Kemahasiswaan, Alumni, dan Internasional, 2014)
Gambar diatas adalah Standard operational procedure (SOP) salah satu
Pelayanan Akademik untuk mahasiswa Program Kelas Internasional pada FEB-
UB yaitu SOP Admission for Exchange Program ke Universitas Partner
49
Standard operational procedure (SOP) merupakan perkembangan dari
tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan
penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas”. (Winarno,
2005:150). Standar pelayanan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
dan acuan penilaian untuk menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas,
cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Hal ini didukung dengan pernyataan dari
Ibu Ainun Nikmah, S.Pd., MM (selaku Kepala Urusan Administrasi Program
Internasional FEB-UB), menjelaskan bahwa:
“Semua pelayanan akademik di Unit Program Internasional ini kami ada SOP nya, mulai dari SOP penerimaan mahasiswa asing, SOP permintaan Exchange Program ke Universitas Partner, SOP konversi nilai akademik Double Degree dan Internship Program dari Universitas Partner sampai SOP Yudisium Mahasiswa Internasional. Semua dokumen SOP tersimpan terpusat di GJM.” (wawancara tanggal 3 april 2017)
Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk
menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai sektor publik dan
swasta.Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan
waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-
tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga
dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam
penerapan peraturan.
Sebagai bentuk pemahaman dalam pelaksanaan Program Kelas
Internasional pada FEB-UB terhadap nilai-nilai yang berkembang di organisasi
dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi. Dalam konteks pelaksanaan
Program Kelas Internasional dengan kunci utama dari misi organisasi yaitu
melayani masyarakat lokal dan global melalui pendidikan dan riset. Upaya untuk
menyelenggarakan pelayanan yang prima kepada masyarakat ditentukan oleh
50
petugas pelaksana Program Kelas Internasional tentang bagaimana mereka
melakukan dan mencapai tujuan untuk mendukung Implementasi Kebijakan
Program Kelas Internasional di FEB-UB. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dr.
Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen FEB-
UB), menerangkan :
“ SOP fungsinya sebagai acuan dalam bekerja, dalam penyelenggaraan program kelas internasional ini harus mengacu pada SOP, karena SOP nya memang sudah ada. Menurut saya budaya kerja pegawai disini sudah menerapkan manajemen partisipatif artinya mereka sangat responsif sekali dengan tanggung jawab tersebut. Saya melihat mereka sudah bekerja sesuai dengan aturan yang ada dan sudah menjalankan dengan baik dalam pelayanan akademik kelas internasional bahkan mereka bekerja melebihi jam kerjanya” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Sebagai suatu nilai yang menjadi kecenderungan para pelaksana
Program Kelas Internasional di FEB-UB didalam menjalan tugas dan fungsi
masing-masing bagian dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan
keahliannya. Visi dan misi bagi suatu organisasi merupakan jembatan antara
impian yang ingin diwujudkan pada masa depan. Keberadaan visi-misi bagi suatu
organisasi menjadikan apa yang ingin dikerjakan menjadi terarah. Untuk
menentukan dan merumuskan visi-misi bagi sebuah organisasi terutama
organisasi publik seyogyanya memperhatikan aspirasi dan tuntutan masyarakat
dan kemajuan tekhnologi. Upaya penggabungan antara keinginan yang ingin
dicapai oleh organisasi dengan aspirasi dan tuntutan publik yang dinamis akan
memudahkan bagi organisasi dalam menjalankan pekerjaan dan tugas
organisasi sesuai dengan bidang atau keahliannya. Hal ini disampaikan oleh Ibu
Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program Internasional Manajemen
FEB-UB), beliau menjelaskan bahwa:
“Visi-misi Unit Program Internasional sama dengan visi-misi jurusan karena kita masih dibawah jurusan. Kita tidak mempunya slogan khusus
51
tetapi kita menggunakan slogan kerja dari Fakultas.” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa pengelolaan
Program Kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
oleh Unit Program Internasional dalam menjalankan tugas dan fungsinya sudah
menjalankan tugasnya sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP)
dan visi-misi dari Jurusan. Pelaksanaan akan tugas dan fungsi terutama bagi
para petugas pelaksana dilakukan untuk melaksanakan visi-misi organisasi
merupakan upaya untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai dengan misi organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya yang berupaya melayani masyarakat lokal dan global melalui
pendidikan dan riset. Namun slogan kerja untuk Unit Program Internasional
belum ada padahal budaya kerja menurut hasil wawancara diatas sudah
terbentuk dengan baik yaitu adanya budaya kerja manajemen partisipatif.
Indikator selanjutnya yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan
selain struktur birokrasi adalah fragmentasi. Menurut George C Edward III (dalam
Agustino, 2006: 153-154) bahwa fragmentasi adalah upaya penyebaran
tanggung jawab kegiatan atau aktivitas kerja kepada beberapa pegawai dalam
unit-unit kerja, untuk mempermudah pekerjaan dan memperbaiki pelayanan.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Gozali Maski, SE,
MS (selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya), beliau mengatakan bahwa:
“ Sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan program kelas internasional ini cukup bagus, karena petugas yang ditempatkan disana sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan oleh program kelas internasional yaitu terampil dalam berbahasa inggris. Staf dosennya pun juga diambilkan yang lulusan Universitas Luar Negeri. Jadi para
52
pelaksana kebijakan yang dipilih juga adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya.” (wawancara tanggal 8 mei 2017)
Sedangkan Ibu Dr. Risna Wijayanti, SE.,MM. (selaku Ketua Program
Internasional Manajemen FEB-UB), beliau mengatakan bahwa:
“Petugas telah mampu melaksanakan tugasnya masing-masing secara maksimal, karena mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas-tugasnya. Untuk koordinasi antar petugas juga baik. Komunikasi cukup lancar.” (wawancara tanggal 5 mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, dengan
demikian, sumber daya manusia yang berpotensi diperlukan karena dapat
memberikan dukungan mengenai keberhasilan, terutama dalam keberhasian
Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional. Sumber daya manusia
yang diperlukan utamanya adalah yang mempunyai kecakapan dalam berbahasa
Inggris secara aktif. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan segmen yang
dihadapi yaitu mahasiswa Internasional dan pihak-pihak asing untuk pelayanan
kerjasama, dalam pelaksanaannya nanti akan maksimal apabila pelaksana
kegiatan memiliki kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
Berdasarkan hal diatas peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan
kebijakan Program Kelas Internasional telah sesuai dalam peran dan tugas serta
koordinasi antar pihak pelaksana. Pembagian jobdesc dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan kebijakan ini. Tetapi walaupun masing-masing
petugas pelaksana kebijakan mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-
beda, namun diperlukan koordinasi antara petugas pelaksana kebijakan
sehingga apa yang menjadi tujuan dari kebijakan Program Kelas Internasional
dapat tercapai.
53
Agar Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB
dapat terlaksana dengan baik, maka antara Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi
dan Struktur Birokrasi semuanya haruslah berjalan baik, karena antar faktor
tersebut sangatlah berkaitan. Meskipun struktur birokrasi yang ada juga sudah
cukup baik, namun apabila sumber daya yang belum cukup memadai maka
Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada FEB-UB belum bisa
dikatakan berjalan dengan baik. Sumber daya merupakan faktor penting dalam
mewujudkan tujuan dari kebijakan. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal
menjadi tulisan dalam dokumen saja tidak diwujudkan untuk upaya memberikan
pelayanan.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, maka peneliti
berusaha menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatatif dimana metode ini ditujukan untuk
menggambarkan bagaimana hasil dari pelaksanaan kebijakan Program Kelas
Internasional pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
5.3.1 Implementasi Kebijakan Program Kelas Internasional pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
5.3.1.1 Komunikasi
Komunikasi kebijakan dalam implementasi kebijakan adalah yang sangat
penting dalam proses implementasi kebijakan. Tanpa adanya komunikasi
kebijakan maka tidak akan tercapai tujuan kebijakan itu. Edward III dalam
bukunya Implementing Public Policy (1980,h. 17):
54
“ the first requirement for effective policy implementation is that those who are to implement a decision must know what they are supposed to do. Policy decisions and implementation orders must be transmitted to the appropriate personnel before they can be followed. Naturally, these communications need to be accurate, and they must be accurately perceived by implementors”
Pendapat Edward III tersebut menunjukkan bahwa untuk implementasi
kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan
harus tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Tentu saja dibutuhkan
komunikasi yang tepat. Pesan dalam komunikasi kebijakan merupakan isi
kebijakan yang akan disampaikan kepada penerima informasi. Informasi perlu
disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami
apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan,
sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang
berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi
kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu
sendiri.
Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan
pada organisasi dan atau publik, ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan
kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang terlibat, dan bagaimana
struktur organisasi pelaksana kebijakan. komunikasi dibutuhkan oleh setiap
pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. bagi
suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi ,
ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan komunikasi ditentukaan
oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi dan
kejelasan komunikasi. Faktor komunikasi dianggap penting karena dalam proses
55
kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu
berurusan dengan permasalan “ bagaimana hubungan yang dilakukan”.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi
penting yaitu (1) transformasi informasi (transmisi), (2) kejelasan informasi
(clarity) dan (3) konsistensi informasi (consistency). Dimensi transformasi
menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana
kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi
kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu
untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok
sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan
dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus
konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan,
kelompok sasaran maupun pihak terkait.
Komunikasi kebijakan dapat dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa komunikasi langsung
dilakukan dengan cara sosialisasi. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat
mengetahui kebijakan ini, Sosialisasi dilakukan oleh pihak pelaksana Program
Kelas Internasional FEB-UB dua kali yaitu pertama, dengan calon mahasiswa
program kelas internasional dilakukan saat proses wawancara seleksi
penerimaan dan yang kedua, sosialiasi dilakukan dengan mengundang orang tua
mahasiswa pada awal semester. Untuk sosialisasi ditujukan agar mahasiswa
secara langsung berkomunikasi dengan pelaksana kebijakan Program Kelas
Internasional itu sendiri, sehingga mahasiswa akan lebih mudah memahami apa
Program Kelas Internasional itu. Menurut Purwanto (2012) mengemukakan
bahwa implementasi intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran
56
kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada
kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan
kebijakan.
Karena itu, implementasi kebijakan Program Kelas Internasional ini juga
dilakukan melalui proses transmisi terhadap para pelaksana kebijakan Program
Kelas Internasional, seperti dengan cara rapat koordinasi dan sosialisasi kepada
semua sumberdaya manusia. Dalam melakukan studi implementasi, tujuan-
tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus
diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau
mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Akan tetapi,
dalam beberapa hal ukuran-ukuran dasar dan sasaran-sasaran kebijakan harus
dideduksikan oleh peneliti perorangan dan pilihan ukuran-ukuran pencapaian
bergantung pada tujuan-tujuan yang didukung oleh penelitian (Winarno, 2004)
Maka upaya pertemuan secara langsung agar pemberian informasi dapat
diterima secara jelas kepada mahasiswa khususnya orang tua mahasiswa.
Sosialisasi sangat penting dilakukan agar mahasiswa mengerti apa Program
Kelas Internasional serta bagaimana prosedurnya. Dengan melakukan sosialisasi
secara langsung, maka proses penyampaian informasi tentang program Kelas
Internasional ini akan cepat. Faktor komunikasi sangat berpengaruh terhadap
penerimaan kebijakan oleh kelompok sasaran, sehingga kualitas komunikasi
akan mempengaruhi dalam mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik.
(Winarno, 2004)
Kejelasan standar dan sasaran tidak menjamin implementasi yang efektif
apabila tidak dibarengi dengan adanya komunikasi antar organisasi dan aktivitas
57
pengukuhan. Dengan demikian kejelasan penyampaian kebijakan Program Kelas
Internasional selain sosialisasi langsung ke mahasiswa dan orang tua
mahasiswa, penggunaan media dalam rangka pelaksanaan Program Kelas
Internasional ini amat penting dan efisien dengan adanya buku pedoman
akademik serta media elektronik. Selain itu para koordinator mahasiswa tiap
kelasnya memiliki grup whatapp sendiri dan petugas pelaksana dalam hal ini
Ketua Program Internasional dan Petugas Administrasi Program Kelas
Internasional sering menyampaikan informasi terkait Program Kelas Internasional
ini via grup whatsapp dan itu dianggap sangat efektif. Maka organisasi atasan
(superior) harus mampu mengkondisikan organisasi bawahan atau pelaksana
untuk memiliki idealitas sebagaimana yang dikehendaki oleh kebijakan
(Wibawa,2004). Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan
dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan
sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran (Subarsono,2009).
Begitupun dari hasil penelitian dimana dengan informasi yang diberikan
sudah berjalan dengan konsisten, baik terhadap para aparatur pelaksana dan
juga mahasiswa, perintah-perintah pelaksanaan juga sudah jelas. Para
pelaksana sudah mengetahui tugasnya masing-masing. Implementasi akan
berjalan efektif bila standard dan tujuan dipahami oleh individu yang bertanggung
jawab dalam pencapaian kebijakan. Dengan demikian, tujuan dan standar yang
jelas, komunikasi yang tepat dengan pelaksana, konsistensi dan keseragaman
58
tujuan dan standar yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi
sudah dioptimalkan. Oleh karena itu, menurut Meter dan Horn dalam Wibawa
(2004:18) prospek-prospek tentang implementasi yang efektif ditentukan oleh
kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan –tujuan yang dinyatakan dan oleh ketepatan
serta konsistensi dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan tujuan tersebut.
5.3.1.2 Keadaan Sumber Daya Pendukung
Kebijakan yang sudah diformulasikan tidak akan pernah bisa tercapai
manakala tidak tersedia sumberdaya untuk melaksanakannya, baik sumberdaya
manusia maupun sumberdaya pendukung lainnya. Seperti yang disampaikan
oleh Abdul Wahab (2008:179) menyatakan bahwa “keberhasilan atau kegagalan
implementasi sebagai demikian dapat dilihat dari kemampuannya secara nyata
dalam meneruskan/mengoperasikan program-program yang telah dirancang”
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas
dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun
akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika
para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
Sumber daya dalam mendukung pelaksana kebijakan terbagi menjadi beberapa
unsur. Sumber daya ini mencakup (1) sumber daya manusia, (2) anggaran, (3)
fasilitas, (4) informasi dan kewenangan. Keempat sumber daya tersebut
merupakan faktor yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
5.3.1.2.1 Sumber Daya Manusia (staff)
59
Edward III dalam Nugroho (2012:693) mengemukakan bahwa
“sumberdaya manusia dalam implementasi kebijakan publik berkaitan
dengan kecakapan pelaksana untuk carry out kebijakan secara efektif.
Sumber daya manusia adalah yang paling utama dan menjadi kunci
dalam implementasi kebijakan. Berdasarkan penyajian data diatas dan
pengamatan peneliti bahwa terkait sumber daya manusia (SDM)
pelaksana Program Kelas Internasional di FEB-UB latar belakang
pendidikannya paling banyak adalah S3. Hampir seluruh pelaksana
adalah lulusan dari Universitas Luar Negeri sedangkan petugas
administrasi memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Selain
keahlian berbahasa inggris pegawai juga dituntut memiliki
profesionalisme. Tuntutan tersebut membuat pihak Fakultas melakukan
beberapa upaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh petugas
adminsitrasi Unit Program Internasional FEB-UB, bahwa telah ada
pelatihan-pelatihan terkait program Kelas Internasional yang
diselenggarakan oleh Pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas.
Jika dilihat dari segi kualitas sumber daya manusia telah cukup kompeten
dalam melaksanakan program tersebut.
Selain kualitas sumber daya manusia, kuantitas sumber daya
manusia juga dirasa penting untuk diperhatikan. Berdasarkan penyajian
data diatas serta hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa
jumlah petugas belum cukup memadai sehingga para petugas yang ada
mempunyai tugas ganda. Hal ini berpengaruh terhadap kelancaran
proses administrasi serta kualitas pelayanan terhadap mahasiswa.
60
Sebagaimana diungkapkan dari hasil wawancara dengan seorang
mahasiswa Program Kelas Internasional FEB-UB yang menyatakan
bahwa hal yang perlu dibenahi dari kualitas pelayanan petugas program
kelas internasional adalah keterlambatan informasi kepada mahasiswa.
Edward III dalam Winarno (2007:192) menjelaskan bahwa
“Betapapun jelas dan konsistennya perintah implementasi kebijakan dan
akuratnya perintah tersebut disampaikan namun apabila orang-orang
yang bertanggungjawab terhadap implementasi kebijakan tersebut
mengalami kekurangan sumber daya dalam pekerjaan mereka, maka
implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif”.
5.3.1.2.2 Anggaran (budgetary)
Sumber daya kedua yaitu sumber daya anggaran (budgetary).
Sumber daya anggaran juga berperan penting dalam menunjang
pelaksanaan kebijakan publik. Seperti pendukung kegiatan operasional,
pelayanan akademik dan kemahasiswaan serta pelayanan pendaftaran
program overseas termasuk mengurus paspor dan visa dari mahasiswa
yang akan berangkat keluar negeri. Terkait dengan sumber daya
keuangan untuk Program Kelas Internasional di FEB-UB telah
dianggarkan dalam anggaran pelaksanaan program Jurusan setiap
tahunnya oleh pihak Fakutas. Sehingga, dapat dikatakan bahwa aspek
sumber daya keuangan Program Kelas Internasional mendapatkan
dukungan anggaran yang memadai.
Van Mater dan Van Horn (dalam Widodo, 1974) menegaskan
bahwa sumber daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya
61
dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam
rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan.
sumber daya ini terdiri atas dana yang dapat memperlancar pelaksanaan
implementasi suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana dalam
implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap
gagalnya implementasi kebijakan.
5.3.1.2.3 Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)
Sumber daya yang ketiga menurut Edward III dalam Agustino (2006:158-
159), adalah informasi dan kewenangan, sumberdaya tersebut merupakan
hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Berdasarkan hasil
penyajian data diatas, maka dapat diketahui bahwa informasi yang diberikan
oleh pemangku kebijakan telah dilakukan dan dipatuhi oleh para pelaksana
kebijakan Program Kelas Internasional sesuai dengan kontrak kerja
pelaksana kepada pemangku kebijakan. Informasi yang demikian ini juga
penting untuk menyadarkan orang-orang yang terlibat dalam implementasi,
agar di antara mereka mau melaksanakan dan mematuhi apa yang menjadi
tugas dan kewajibannya
Berdasarkan pengamatan peneliti diketahui adanya kewenangan yang
diberikan kepada pihak pelaksana Program Kelas Internasional di FEB-UB
dapat dilihat dari Surat Keputusan Rektor Universitas Brawijaya nomor.
343/SK/2012 tentang pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB
mengenai kewenangan para petugas untuk melaksanakan Program Kelas
Internasional dan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Nomor. 046/J10.1.12/SK/2009 mengenai
62
pembentukan pengelola program internasional Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya.
Kewenangan untuk menjamin atau menyakinkan bahwa kebijakan yang
akan dilaksanakan adalah sesuai dengan yang mereka kehendaki, dan
fasilitas yang digunakan untuk mengoperasionalkan implementasi kebijakan.
Kurang cukupnya sumber-sumber ini, berarti ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan (law) tidak akan menjadi kuat, layanan terpadu tidak akan
diberikan secara maksimal, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya yang
dibutuhkan tidak akan berkembang
5.3.1.2.4 Sarana dan Prasarana (facility)
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Berdasarkan penyajian
data diatas dan pengamatan peneliti bahwa sarana dan prasarana
merupakan indikator penunjang dalam implementasi kebijakan Program
Kelas Internasional. Fasilitias yang disediakan untuk kelas inipun cukup
optimal dan mampu menopang segala proses pembelajaran dan perkuliahan
seperti terdapatnya ruang kelas yang terstandar dilengkapi dengan LCD,
ruang Tutorial serta adanya laboratorium computer yang representatif dalam
kelas ini. Adanya jaringan internet yang on- line dan lancar. Kuantitas dan
kualitas media dalam pembelajaran juga telah disediakan secara optimal
seperti Perpustakaan Digital (Digital Library) serta adanya Unit Bussines
centre, Loket dan Bank BRI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti diatas akan menunjang
dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.
63
5.3.1.3 Disposisi
Edward III dalam Winarno (2005:142-143)
mengemukakan ”kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan
salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi
kebijakan yang efektif”. Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana
kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang
sesuai dengan tujuan atau sasaran. Sikap dan komitmen dari pelaksana
kebijakan merupakan keharusan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan agar
mampu mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan.
Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam
implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka
dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan
oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka
implementasi tidak akan terlaksana dengan baik
Dalam penyajian data penelitian diatas menunjukkan bahwa sikap dari
pelaksana kebijakan terkait kebijakan Program Kelas Internasional ini sudah
baik, mereka mendukung penuh adanya kebijakan ini. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik FEB-UB, yang mengatakan
bahwa sejak awal tercetusnya program ini di Universitas Brawijaya, Fakultas
Ekonomi mendukung penuh dan memiliki keinginan sungguh-sungguh untuk
melaksanakan Program Kelas Internasional. Hal ini sejalan dengan sudut
pandang dari mahasiswa, mereka sangat mendukung dan merasakan manfaat
yang banyak dengan adanya Program Kelas Internasional. Jika para pelaksana
64
mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap
implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi
kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal.
5.3.1.4 Struktur Birokrasi
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan. Menurut Dwiyanto A (2008:94) menjelaskan bahwa
birokrasi seharusnya lebih ditempatkan sebagai penjaga aturan main yang
disepakati lewat proses demokrasi. Oleh karena itu birokrasi seharusnya bersifat
netral, bersih dan profesional. Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks
menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Struktur birokrasi berkaitan dengan
adanya Standar Operating Prosedur (SOP) Internal dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya dan pola hubungan kerja antara bagian dalam
organisasi dari masing-masing pelaksana Program Kelas Internasional.
Menurut insani (2010:11) standart operasional prosedur merupakan
dokumen yang berisikan serangkaian intruksi tertulis yang dibakukan mengenai
berbagai proses penyelenggaraan administrasi yang berisi cara melakukan
pekerjaan, peraturan yang berisi koordinasi internal dari Unit Program
Internasional sebagai aktor yang berperan dalam kegiatan. Berdasarkan hasil
observasi maupun dokumentasi ditemukan SOP yang lengkap, bahwa untuk
melaksanakan Program Kelas Internasional harus sesuai dengan SOP yang ada.
SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam
pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan.
Terkait dengan budaya kerja dan etos kerja petugas selama ini sudah
menjalankan dengan baik dalam pelaksanaan Program Kelas Internasional serta
65
telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Fakultas. Sebagaimana
diungkapkan oleh Kepala Program Internasional FEB-UB yang mengatakan
bahwa petugas sudah menerapkan budaya kerja manajemen partisipatif dan etos
kerja sesuai dengan vis misi yang diharapkan dari Fakultas. Berdasarkan hal
tersebut pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB telah memenuhi
struktur yang sesuai dengan teori Edward III dalam Nugroho (2012:693)
menegaskan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara
implementasi kebijakan publik menjadi faktor yang mendukung berhasilnya satu
kebijakan.
Begitu juga dengan kondisi sumber daya manusia dalam pelaksanaan
Program Kelas Internasional di FEB-UB sudah cukup bagus, kondisi antar
petugas juga baik, khususnya mengenai sarana prasarana serta kesadaran
kinerja petugas dalam melakukan tugas yang harus berorientasi pada kebutuhan
mahasiswa, para pelaksana kebijakan yang dipilih juga adalah orang-orang yang
kompeten dalam bidangnya. Seperti halnya menurut Sinambela dalam Pasoong
(2008:211), mengatakan bahwa kualitas pelayanan prima tercermin dalam
Transparansi yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
Terkait dengan hal pola hubungan kerja yang baik, Unit Program
Internasional memiliki pola hubungan kerja yang baik dan koordinasi dalam
pembagian kerja untuk mempermudah pelaksanaan kebijakan Program Kelas
Internasional. Sebagaimana yang dikatakan Kepala Urusan Administrasi
Program Internasional yang mengatakan bahwa telah ada pola saling
berhubungan yang dilakukan pihak Unit Program Internasional dengan bidang
66
lainnya seperti International Office atau Bagian Akademik Rektorat dalam
pelaksanaan Program Kelas Internasional di FEB-UB.
Terlepas dari berbagai kendala kinerja petugas, petugas telah mampu
melaksanakan tugasnya masing-masing secara maksimal, ini karena mereka
mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Sifat
kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan
adalah fragmentasi. Edward III dalam Winarno (2005:155) menjelaskan bahwa
”fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada
beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”.
Jadi dengan bertumpu pada penjelasan di atas, maka jelas bahwa, faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi mempengaruhi derajat
keberhasilan implementasi kebijakan. Masing-masing faktor tersebut
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya, yang pada
akhirnya mempengaruhi implementasi kebijakan.
1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Implementasi kebijakan merupakan satu tahapan penting dalam siklus
kebijakan publik. Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik
maka perlu diketahui variable dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis
dan deskripsi terhadap fokus pada penelitian ini yaitu (1) Komunikasi (2) Sumber
Daya (3) Disposisi (4) Struktur Birokrasi. Berdasarkan hasil pemaparan analisis
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Komunikasi yang terjadi selama ini dalam mengimplementasikan
kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB sudah cukup baik,
informasi yang diberikan sudah berjalan dengan konsisten, baik terhadap
para aparatur pelaksana dan juga mahasiswa, perintah-perintah
pelaksanaan juga sudah jelas. Para pelaksana sudah mengetahui
tugasnya masing-masing. Komunikasi efektif dalam organisasi pun juga
dilakukan guna mendukung tersampaikannya tujuan kebijakan.
2. Sumber Daya, dukungan sumber daya pelaksana kebijakan Program
Kelas Internasional di FEB-UB baik sumber daya manusia, sumber daya
anggaran, informasi dan kewenangan dan sarana prasarana sudah cukup
memenuhi. Walaupun demikian masih ada beberapa kekurangan seperti
jumlah sumber daya manusia yang perlu ditambah. Tidak cukupnya staf
pelaksana menyebabkan beban petugas bertambah sehingga para
petugas yang ada mempunyai tugas ganda.
2
3. Disposisi dinilai dari dua aspek, pertama terkait dengan tingkat kepatuhan
pelaksana kebijakan dan kedua tingkat kepatuhan mahasiswa.
Kepatuhan pelaksana kebijakan (aktor kebijakan) dinilai sudah bagus
karena adanya kontrak kerja antara Ketua Program Internasional FEB-UB
dengan Dekan serta adanya sikap mendukung dengan kebijakan
Program Kelas Internasional di FEB-UB. Sejalan dengan pelaksana
kebijakan, kepatuhan mahasiswa juga dinilai baik karena sikap
mendukung mereka dalam Kebijakan Program Kelas Internasional.
4. Struktur Birokrasi, dinilai dari dua aspek yaitu ketersediaan SOP Internal
terkait pelaksanaan Kebijakan Program Kelas Internasional di FEB-UB
serta Fragmentasi, merupakan penyebaran tanggung jawab suatu
kebijakan. Unit Program Internasional FEB-UB memiliki SOP yang
lengkap yang mengatur alur-alur kerja pelayanan pada Program Kelas
Internasional. Terkait pola hubungan kerja dan pembagian tugas, Unit
Program Kelas Internasional FEB-UB memiliki pola hubungan kerja yang
baik dan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan diatas,
maka disusunlah beberapa saran atau rekomendasi kebijakan untuk
meningkatkan kinerja serta kualitas pelayanan Program Kelas Internasional di
FEB-UB:
1. Jumlah petugas administrasi Program Kelas Internasional di FEB-UB
perlu ditambahkan agar dapat melayani permintaan mahasiswa dengan
maksimal, dengan demikian penyelenggaraan Kebijakan Program Kelas
3
Internasional di FEB-UB akan benar-benar terlaksana dengan baik dan
mahasiswa dapat menerima pelayanan dengan cepat dan tanggap.
2. Sarana dan prasarana yang ada perlu ditingkatkan khususnya jaringan
internet. Karena apabila sarana dan prasarana lebih optimal maka
kepuasan mahasiswa akan pelaksanaan Program Kelas Internasional ini
akan semakin meningkat.
3. Alur pelayanan perlu ditingkatkan sosialisasinya terutama kepada
mahasiswa, untuk penerapan pelayanan yang bersifat terbuka, mudah
dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai serta mudah dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, James E. (2000). Public Policy Making, Baston:Houghton Mifflin Arikunto, Suharsimi dan Safruddin, Cepi (2014). Evaluasi Program Pendidikan
Jakarta: Bumi Aksara. B.M Purwanto, (2009). Internationalization of educations, representated on
Internationalization Workshop On PE program of sporst science faculty Yogyakarta state university. Paper.
Bush, Tony & Coleman, Merianne. (2006). Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.(terj.) oleh Fahrurozi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Chan M, Sam & Tuti T. Sam. (2013). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakata: RajaGrafindo Persada Dunn, William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik,. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dye, Thomas R. (1976). Policy Analysis: what governments do, why they do it,
and what difference it makes. New Jersey: Prentice Hall Edwards III, George C. (1980). Implementing Public Policy. Washington D.C.
Congressional Quarterly Inc. Grindle, Merilee S. (ed) (1980), Politics and Policy Implementation in the Third
World, Princeton University Press, New Jersey. Haryana, Kir. (2007). Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Hosio, J.E. (2007). Kebijakan Publik Desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang. Howlett, Michael, dan M. Ramesh. (1995). Studying Public Policy, Policy Cycles
and Policy Subsystem, Oxford, Oxford University Press. Hughes, Owen E. (1994). Public Administration and Management: An
Introduction. London: The Macmillan Press Idrus, Muhammad. (2012 ). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. Krippendorff, Klaus. 1991. Content Analysis: Introduction Its Theory and
Methodology”, Alih Bahasa Farid Wajidi, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali.
Kusdi. (2013). Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
2
Mazmanian, Daniel H dan Paul A. Sabatier.(1983). Implementation an Public Policy. New York: Herper Collins.
Mazmanian dan Sabatier (1987). Policy Implementation. Encyclopedia of policy
studies. Marcel Dekker,Inc,Stugart Nagel, ed.
Miles, M.B. and Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. Beverly Hills CA: Sage Publications. Moleong, L.J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Muhadjir, Noeng. (2006). Kebijakan dan Perencanaan Sosial: Sustainabilitas
dalam Social Construc. Yogyakarta: Rake Sarasin. Nana Sayodih, Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Pasolong, Harbani. (2013). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Sjahrir. (1988). Kebijaksanaan Negara: Konsistensi dan Implementasi. Jakarta:
LP3ES
Soesilawati, Etty (2008). Kebijaksanaan Publik: teori dan aplikasi. Semarang:
UNNES Press
Thoha, Miftah. (2014). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Usman, Husaini. 2010. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara., hal 59 Usman, Husaeni & Purnomo. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara Wahab, Solichin Abdul. (2011). Pengantar Analisis Kebijakan public. Malang:
UMMPress Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media
Pressindo Winarno, Budi. (2007). Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Presindo Dokumen Pemerintah
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain di Luar Negeri
3
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Laporan Kinerja Rektor UB 2015 Laporan Proker Rektor 2009 Pedoman Pendidikan UB 2016-2017 Buku Tahunan UNIBRAW 2010 RENSTRA UB 2015-2019 UB Dalam Angka 2011-2015
4