Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan...

28
ABSTRAKSI Drs. M. MUCHSON, SE. MM. 2007. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL EDUCATION) PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI UNTUK MENCAPAI KECAKAPAN HIDUP MAHASISWA TINGKAT I UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2007/2008. Ada tiga ranah dalam setiap tujuan pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian aspek kognitif ditandai dengan pemahaman materi pelajaran dari segi intelektual, hasil akhirnya adalah nilai baik. Pencapaian aspek afektif ditandai dengan penanaman sikap dan psikomotorik melalui ketrampilan teknis yang berkaitan dengan fisik. Seyogyanya setiap materi pelajaran berdampak pada ketiga ranah tadi, minimal dua yaitu aspek kognitif dan afektif. Sehingga proses pembelajaran akan menghasilkan mahasiswa yang dapat mengembangkan potensi peserta didik dari segi intelektual, emosional dan religi. Namun pada kenyatannya proses pembelajaran masih mengejar aspek kognitif yaitu untuk mendapatkan nilai baik. Aspek afektif dan psikomotorik seringkali diabaikan, bahkan evaluasi hasil belajarpun masih mengukur mahasiswa dari segi penguasaan kognitif. Pembelajaran yang demikian akan menghasilkan mahasiswa yang pandai dari segi intelektual tapi lemah dari sisi sikap, moral, kedisiplinan, tanggung jawab, dan lain-lain. Salah satu pembelajaran yang mempunyai tujuan ketiga ranah tadi adalah pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup (life skill education). Kecakapan hidup adalah suatu kecakapan yang membekali peserta didik agar dapat mengurusi dirinya sendiri, dapat berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat serta siap untuk terjun di dunia kerja. Dalam Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup tidak memerlukan Dosen khusus, kurikulum kusus, sumber belajar kusus, tetapi yang diperlukan adalah reorientasi pembelajaran. Artinya pembelajaran dengan sengaja diarahkan untuk mencapai kecakapan hidup, baik proses belajar mengajarnya, tujuan pembelajarannya maupun alat penilaian keberhasilan peserta didik. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menerapkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup pada mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi. Pembelajaran dilakukan dalam bentuk tiga siklus. Siklus pertama Dosen menerapkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Siklus kedua Dosen menekankan pada mahasiswa untuk meningkatkan penerapan aspek kecakapan hidup dalam kehidupan sehari- hari. Siklus ketiga Dosen sebagai motivator dan fasilitator yang membangkitkan kesadaran mahasiswa untuk menerapkan kecakapan hidup. Sehingga dirumuskan suatu masalah : Implementasi model pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skill education) matakuliah Dasar-Dasar Akuntansi untuk mencapai kecakapan hidup mahasiswa Tingkat I Universitas Nusantara PGRI Kediri Tahun Akademik 2007/2008”. Tujuan penelitian ini adalah penerapan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup dapat digunakan untuk mencapai kecakapan hidup mahasiswa. 1

description

Ada tiga ranah dalam setiap tujuan pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian aspek kognitif ditandai dengan pemahaman materi pelajaran dari segi intelektual, hasil akhirnya adalah nilai baik. Pencapaian aspek afektif ditandai dengan penanaman sikap dan psikomotorik melalui ketrampilan teknis yang berkaitan dengan fisik. Seyogyanya setiap materi pelajaran berdampak pada ketiga ranah tadi, minimal dua yaitu aspek kognitif dan afektif. Sehingga proses pembelajaran akan menghasilkan mahasiswa yang dapat mengembangkan potensi peserta didik dari segi intelektual, emosional dan religi.

Transcript of Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan...

Page 1: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

ABSTRAKSI

Drs. M. MUCHSON, SE. MM. 2007. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL EDUCATION) PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI UNTUK MENCAPAI KECAKAPAN HIDUP MAHASISWA TINGKAT I UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2007/2008.

Ada tiga ranah dalam setiap tujuan pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian aspek kognitif ditandai dengan pemahaman materi pelajaran dari segi intelektual, hasil akhirnya adalah nilai baik. Pencapaian aspek afektif ditandai dengan penanaman sikap dan psikomotorik melalui ketrampilan teknis yang berkaitan dengan fisik. Seyogyanya setiap materi pelajaran berdampak pada ketiga ranah tadi, minimal dua yaitu aspek kognitif dan afektif. Sehingga proses pembelajaran akan menghasilkan mahasiswa yang dapat mengembangkan potensi peserta didik dari segi intelektual, emosional dan religi.

Namun pada kenyatannya proses pembelajaran masih mengejar aspek kognitif yaitu untuk mendapatkan nilai baik. Aspek afektif dan psikomotorik seringkali diabaikan, bahkan evaluasi hasil belajarpun masih mengukur mahasiswa dari segi penguasaan kognitif. Pembelajaran yang demikian akan menghasilkan mahasiswa yang pandai dari segi intelektual tapi lemah dari sisi sikap, moral, kedisiplinan, tanggung jawab, dan lain-lain.Salah satu pembelajaran yang mempunyai tujuan ketiga ranah tadi adalah pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup (life skill education). Kecakapan hidup adalah suatu kecakapan yang membekali peserta didik agar dapat mengurusi dirinya sendiri, dapat berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat serta siap untuk terjun di dunia kerja. Dalam Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup tidak memerlukan Dosen khusus, kurikulum kusus, sumber belajar kusus, tetapi yang diperlukan adalah reorientasi pembelajaran. Artinya pembelajaran dengan sengaja diarahkan untuk mencapai kecakapan hidup, baik proses belajar mengajarnya, tujuan pembelajarannya maupun alat penilaian keberhasilan peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menerapkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup pada mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi. Pembelajaran dilakukan dalam bentuk tiga siklus. Siklus pertama Dosen menerapkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup dengan menjelaskan tujuan pembelajaran. Siklus kedua Dosen menekankan pada mahasiswa untuk meningkatkan penerapan aspek kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Siklus ketiga Dosen sebagai motivator dan fasilitator yang membangkitkan kesadaran mahasiswa untuk menerapkan kecakapan hidup.Sehingga dirumuskan suatu masalah : Implementasi model pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skill education) matakuliah Dasar-Dasar Akuntansi untuk mencapai kecakapan hidup mahasiswa Tingkat I Universitas Nusantara PGRI Kediri Tahun Akademik 2007/2008”. Tujuan penelitian ini adalah penerapan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup dapat digunakan untuk mencapai kecakapan hidup mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan 1. Proses belajar mengajar dengan orientasi kecakapan hidup siklus pertama berdasarkan observasi menghasilkan suatu kesimpulan bahwa mahasiswa menerapkan aspek kecakapan hidup pada indikator jurnal dan posting dengan kategori cukup karena mahasiswa belum terbiasa dengan pembelajaran kecakapan hidup. Artinya setelah mahasiswa menguasasi materi maka tugas mahasiswa sudah dianggap selesai, mata kuliah tidak berdampak apa-apa pada penanaman sikap dan ketrampilan. 2. Nilai test hasil belajar siklus pertama juga menunjukkan nilai yang cukup karena mahasiswa bingung antara mencapai tujuan pemahaman materi pelajaran (nilai baik) atau pencapaian kecakapan hidup. Karena focus pembelajaran mahasiswa terpecah anatara pencapaian kognitif dan pencapaian kecakapan hidup mengakibatkan pemahaman materinya berkurang dan test hasil belajarnya berkategori cukup.3. Hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus kedua dimana Dosen selalu menekankan pada mahasiswa untuk menerapkan aspek kecakapan hidup, menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pada siklus kedua mahasiswa sudah mulai beradaptasi dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Mahasiswa tidak bingung lagi antara pencapaian kognitif atau pencapaian kecakapan hidup. Artinya mahasiswa sudah memahami bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya dari aspek kognitif tapi juga penerapan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menghasilkan kategori yang baik dalam penerapan aspek kecakapan hidup.4. Nilai test hasil belajar siklus kedua juga menunjukkan nilai yang baik karena mahasiswa sudah berkonsentrasi pada pemahaman materi. Dengan pemahaman materi maka mahasiswa akan mempunyai bekal untuk menerapkan kecakapan hidup. Sehingga pencapaian kognitif tidak bisa mengorbankan pencapaian kecakapan hidup dan pencapaian aspek kecakapan hidup tidak bisa mengorbankan aspek kognitif. 5. Hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus ketiga menunjukkan

1

Page 2: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

kesimpulan bahwa mahasiswa menerapkan aspek kecakapan hidup dengan kategori baik sekali. Karena sudah timbul kesadaran dari mahasiswa untuk menerapkan aspek kecakapan hidup. Dosen sebagai motivator dan fasilitator menyediakan berbagai sumber belajar untuk memberi kemudahan mahasiswa belajar. Dengan kemudahan belajar maka mahasiswa merasa senang sehingga timbul motivasi yang besar untuk belajar. Dengan motivasi yang besar dalam belajar maka materi kuliah secara tidak langsung akan berdampak pada penerapan kecakapan hidup.6. Nilai test hasil belajar siklus ketiga juga menunjukkan nilai yang baik sekali karena mahasiswa sudah mengetahui hakekat pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran tidak hanya mencapai aspek kognitif tapi juga aspek kecakapan hidup. Penguasaan mata kuliah bukanlah akhir dari proses belajar tapi harus berdampak pada penerapan kecakapan hidup. Dengan pemahaman seperti ini mahasiswa termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan test hasil belajarnya sehingga berkategori baik sekali.

Kata kunci: Kecakapan hidup (life skill), kecakapan personal, kecakapan social, kognitif, afektif, psikomotor

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, cerdas, mandiri, professional sehingga dapat digunakan sebagai bekal kehidupannya dan dapat berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pembelajaran seperti ini dapat diwujudkan apabila proses belajar mengajar diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut dengan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif agar potensi peserta didik berkembang. Lingkungan belajar tersebut misalnya menggunakan berbagai macam strategi belajar mengajar, menyediakan berbagai macam sumber belajar, melakukan berbagai macam alat penilaian, dan lain-lain.

Tugas Dosen dalam pembelajaran adalah melakukan reorientasi pembelajaran artinya mata pelajaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran bukan sebaliknya mata pelajaran dianggap sebagai sasaran atau tujuan pembelajaran itu sendiri. Artinya apabila mata pelajaran dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran setelah proses belajar mengajar sudahkah terbentuk manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, cerdas, mandiri, professional dan proses pembelajaran dapat digunakan sebagai bekal kehidupannya dan berkontribusi bagai pembangunan bangsa dan negara atau malah sebaliknya proses belajar mengajar hanya menghasilkan manusia-manusia yang pandai dari segi intelektual tapi lemah dalam moral, sosial dan spiritual.

Sedangkan apabila mata pelajaran dianggap sebagai tujuan pembelajaran setelah proses belajar mengajar selesai peserta didik sudah menguasai atau memahami materi pelajaran dengan indikator mahasiswa mempunyai nilai yang tinggi maka pembelajaran dianggap sudah mencapai tujuan. Hal ini berakibat pendidikan akan menghasilkan manusia-manusia yang pandai dari segi intelektual tapi lemah dalam moral, sosial dan spiritual.

Hal inilah sebenarnya yang menjadi penyebab masalah-masalah diseputar pendidikan misalnya tawuran pelajar, narkoba, mahasiswa tidak disiplin, out put pendidikan tidak siap bekerja, dan lain-lain. Proses belajar mengajar tidak dirancang untuk mengembangkan potensi peserta didik tapi hanya digunakan untuk mencapai penguasaan mata pelajaran. Dengan demikian Dosen dalam pembelajaran harus melakukan reorientasi pembelajaran yaitu mata pelajaran dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan bukan mata pelajaran dianggap sebagai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik dan memberikan bekal bagai kehidupan peserta didik dan mampu berkontribusi bagai pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah suatu kecakapan yang membekali peserta didik agar dapat mengurusi dirinya sendiri, dapat berinteraksi dengan lingkungan kampus dan masyarakat serta siap untuk terjun di dunia kerja. Model pembelajaran dan evaluasi yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill educatioan). Dalam Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup tidak memerlukan guru/dosen kusus, kurikulum kusus, sumber belajar kusus, tetapi yang diperlukan adalah reorientasi

2

Page 3: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

pembelajaran. Artinya pembelajaran dengan sengaja diarahkan untuk mencapai kecakapan hidup, baik proses belajar mengajarnya, tujuan pembelajarannya maupun alat penilaian keberhasilan peserta didik.

Penelitian ini mencoba menerapkan proses belajar mengajar dengan pendekatan kecakapan hidup pada mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi dengan kompetensi dasar jurnal dan posting.

B. Identifikasi Masalah Permasalahan mendasar dari proses belajar mengajar adalah mata pelajaran dianggap sebagai

tujuan pembelajaran bukan mata pelajaran dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah membentuk manusia-manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, cerdas, mandiri, professional dan mampu mejadi bekal bagi kehidupannya dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara. Sehingga proses belajar mengajar seharusnya tidak hanya berhenti sampai peserta didik menguasai atau memahai materi pelajaran tetapi sampai pada tujuan pembelajaran yang sebenarnya. Agar mencapai tujuan pembelajaran yang sebenarnya tadi Dosen harus melakukan reorientasi pembelajaran artinya Dosen dalam proses belajar mengajar sengaja mengarahkan kecakapan hidup sebagai tujuan pembelajaran. Alat penilaianpun dirancang untuk menilai kecakapan hidup yang telah diraih oleh peserta didik misalnya dengan observasi, produk, kinerja, portofolio dan lain-lain. Apabila semua Dosen menyadari perlunya penerapan reorientasi pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik, dapat mencapai kecakapan hidup, dapat mencapai aspek moral, sosial dan spiritual akan tercapai (tidak hanya dari segi intelektual).

C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada proses belajar mengajar yang berorientasi kecakapan hidup ( life skill education) pada mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi dengan kompetensi dasar jurnal dan posting.

D. Perumusan Masalah “Implementasi Pendidikan berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education) pada proses belajar mengajar mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi untuk mencapai kecakapan hidup.

E. Tujuan Penelitian “Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education) pada proses belajar mengajar mata kuliah Dasar-dasar Akuntansi untuk mencapai kecakapan.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, dapat digunakan untuk memahami substansi pendidikan berorientasi kecakapan

hidup2. Secara praktis, dapat digunakan sebagai contoh model pembelajaran pendidikan berorientasi

kecakapan hidup pada proses belajar mengajar baik pada mata kuliah lain maupun perguruan tinggi lain.

BAB IIKAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life skill) dengan pendekatan PendidikanBerbasis Luas (Broad Based Education-BBE)

1. Konsep Dasar Pengembangan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education-BBE)

a. Pengertian Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education-BBE)Life Skill (Kecakapan Hidup) adalah kecakapan yang diperlukan agar seseorang mampu dan berani menghadapi problema kehidupan dan memecahkannya secara arif dan kreatif. Ciri-ciri life skill (Kecakapan Hidup) adalah Disiplin, jujur, amanah, cerdas, sehat dan bugar, pekerja keras, pandai mencari dan memanfaatkan peluang, mampu bekerja sama dengan orang lain, berani mengambil keputusan dan lain-lain.Depdiknas (2003), menjelaskan “Pendidikan berorientasi Life Skill (Kecakapan Hidup) pada dasarnya adalah upaya pembelajaran dimana anak dapat menggali pengetahuan, memperoleh ketrampilan dan membentuk sikap sehingga anak dapat memecahkan permasalahan hidupnya, dapat mengurusi dan mengendalikan dirinya, dapat berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat dan dapat membekali dirinya untuk terjun ke dunia kerja”.

3

Page 4: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

b. Tujuan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) dengan Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education-BBE)

Depdiknas (2003) menyebutkan tujuan Pendidikan berorientasi kecakapan hidup adalah:1. Memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta

didik dalam menghadapi perannya dimasa mendatang.2. Memberikan peluang bagi Institusi Pelaksana Pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran

yang fleksibel dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan terbuka (berbasis luas dan mendasar) serta prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah.

3. Membekali tamatan dengan kecakapan hidup, agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga negara.

c. Aspek-aspek Life Skill (Kecakapan Hidup) Terdapat beberapa cara penjabaran kecakapan hidup (KH): Depdiknas (2003) menyebutkan:

1. Pola I1) Kecakapan dasar:

a) Belajar mandirib) Membaca, menulis dan berhitungc) Kecakapan berkomunikasid) Kecakapan berpikire) Kecakapan kalbuf) Kecakapan mengelolaragag) Kecakapan merumuskan kepentingan dan mencapainyah) Kecakapan berkeluarga dan bermasyarakat

2) Kecakapan instrumental :a) Kecakapan memanfaatkan tehnologib) Mengelola sumberdayac) Bekerja sama dengan orang laind) Memanfaatkan informasie) Menggunakan sistemf) Berwirausahag) Kecakapan kejuruanh) Memilih dan mengembangkan karieri) Menjaga harmoni dengan lingkunganj) Menyatukan bangsa

2. Pola II1) General life skill

a) Kesadaran diri(1) Sadar sebagai makluk Tuhan(2) Sadar akan potensi diri (fisik dan psikologik)(3) Sadar sebagai makluk sosial(4) Sadar sebagai makluk lingkungan

b) Kecakapan berpikir(1) Kecakapan menggali informasi(2) Mengolah informasi(3) Menyelesaikan masalah secara kreatif dan arif(4) Mengambil keputusan secara cepat dan tepat

c) Kecakapan sosial(1) Kecakapan berkomunikasi lisan dan tulisan(2) Kecakapan bekerja sama

2) Spesifik life skilla) Kecakapan yang terkait dengan pekerjaan yang ada di lingkungan dan ingin ditekuni

3. Pola III1) Personal skill

a) Kecakapan memelihara jasmani dan rohani2) Social skill

4

Page 5: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

a) Memelihara hubungan dengan masyarakat umumb) Memelihara hubungan dengan masyarakat khusus

3) Environmental skilla) Memelihara lingkungan nyatab) Memelihara lingkungan ghaibc) Occupational skill

(1) menguasai salah satu pekerjaan yang halal1. Bagaimana Hubungannya Dengan Mata Pelajaran

Keterangan:a. Dalam merancang kurikulum, mata pelajaran didasarkan kecakapan hidup. Kecakapan hidup

diidentifikasi berdasarkan pola kehidupan nyata sehari-hari (garis penuh).b. Mata pelajaran membentuk kecakapan hidup, kecakapan hidup tersebut yang diperlukan

untuk menghadapi kehidupan (garis terputus-putus)2. Pola Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Broad

Based Education)a. Reorientasi Pembelajaran

b. Keterkaitan Kecakapan Hidup Pada Setiap Jenis dan Jenjang Pendidikan

PERGURUAN TINGGIAKADEMIK DAN PROFESIONAL

SMU SMK

PENDIDIKAN PENDIDIKAN

MENENGAH MENENGAH

JALUR JALUR

AKADEKIK PROFESIONAL

5

KEHIDUPANNYATA

(SEHARI-HARI)

KECAKAPAN HIDUP MATAPELAJARAN/KULIAH

SUBJECT MATTERORIENTED

LIFE SKILLORIENTED

- Mata pelajaran dianggap sebagai tujuan

- Mata pelajaran tidak terkait dengan kondisi dan potensi lingkungan

- Pembelajaran tidak dirancang untuk ketrampilan proses

- Pembelajaran menjadi penumpukan fakta, konsep dan teori semata

- Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk test tertulis dengan soal pilihan berganda

- Mata pelajaran dianggap sebagai alat

- Mata pelajaran terkait langsung dengan kondisi dan potensi lingkungan

- Pembelajaran dirancang sengaja dengan ketrampilan proses

- Pembelajaran terpadu dan kontekstual antara teori dan kenyataan kehidupan sehari-hari

- Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk kerja, test perbuatan, observasi dan pemecahan masalah mencakup uji kinerja, perilaku, kejujuran dan disiplin.

AkademikSkill

VocationalSkill

GeneralLife Skill

Page 6: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

PROFESIONAL SKILL

TK/SD +SLTPPENDIDIKAN DASAR

c. Implementasi Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup di Sekolah Dapat Melalui:1) Reorientasi Pembelajaran, dari orientasi ke Mata pelajaran semata menjadi ke kecakapan hidup2) Pengembangan iklim sekolah yang kondusif untuk berkembangnya kecakapan hidup,

khususnya yang tekait dengan sikap/karakter/kesadaran diri.3) Penerapan manajemen sekolah, yang diarahkan untuk mengembangkan pendidikan

berorientasi kecakapan hidup, manajemen berbasis sekolah dapat menjadi wahana tersebut. d. Bagaimana Implementasi Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran?

1) Pelaksanaan PBKH dapat dilakukan tanpa mengubah kurikulum2) Tidak dikemas dalam suatu mata pelajaran tersendiri3) Tidak dikemas dalam bentuk materi tambahan yang disisipkan pada mata pelajaran lain4) Tidak memerlukan tambahan alokasi waktu5) Tidak memerlukan jenis buku pelajaran baru6) Tidak memerlukan guru khusus7) Aspek-aspek kecakapan hidup diintegrasikan dengan mata pelajaran/pokok bahasan (dengan

matriks)8) Aspek-aspek yang telah diintegrasikan, dijadikan tema pembelajaran yang secara sengaja

dikembangkan dan diukur hasilnya sebagai hasil pembelajaran. e. Hal-hal teknis yang harus dilakukan dalam rangka melakukan reorientasi pembelajaran

1. Merubah metode mengajar, menggunakan metode yang lebih bervariasi dan exploratif, sehingga:1) Mendorong siswa lebih aktif2) Guru/Dosen sebagai fasilitator3) Materi pembelajaran terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga bisa

digunakan untuk memecahkan permasalahan kehidupan4) Belajar tidak terbelenggu dengan tempat dinding (klasikal), tapi dapat menggunakan

alam sebagai sumber belajar atau potensi lain yang memungkinkan5) Guru/Dosen dituntut kreatif dan inovatif membuat permasalahan dan tidak mengacu pada

satu jenis dan judul buku saja (harus banyak referensi)6) KBM harus demokratis dan tidak kaku (penuh dialog dan diskusi)7) Menggeser “Teaching” menjadi “Learning”, untuk memberi peluang siswa/mahasiswa

terbiasa belajar mandiri dan mencari informasi dari berbagai sumberf. Keterkaitan topik/tema/pokok bahasan dengan komponen life skillg. Bagaimana Hubungan antara Life Skill, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

1) Life Skill adalah roh substansi kurikulum, jadi pendidikan harus mengandung Life Skill.2) KBK adalah penjabaran Life Skill dalam bentuk kurikulum, jadi KBK harus dijiwai oleh Life

Skill.3) MPMBS adalah cara mengelola pendidikan untuk melaksanakan KBK untuk mewujudkan

Life Skill.3. Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Depdiknas (2003) menguraikan pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill)

dapat melalui:a. Layanan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup di Perguruan Tinggi

1) Strategi Pelaksanaan Program BBE-LS di Perguruan Tinggi1) Reorientasi pembelajaran2) Pengembangan budaya sekolah3) Pengembangan manajemen sekolah4) Pengembangan hubungan sinergis dengan masyarakat

B. Kompetensi dasar: Jurnal dan Posting1. Mengidentifikasi transaksi ke dalam akunt debet atau kredit2. Menulis akunt debet dan kredit ke dalam jurnal

6

Page 7: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

3. Menjumlah kolom debet dan kolom kredit di dalam jurnal4. Memindahkan jumlah debet dan jumlah kredit tiap jurnal ke dalam buku besar5. Menjumlahkan kolom debet dan kolom kredit di buku besar untuk mencari saldo tiap akunt

C. Implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill education) pada mata kuliah dasar-dasar akuntansi untuk mencapai kecakapan hidup.

Perlu ditegaskan lagi bahwa apa sebenarnya perbedaan antara pembelajaran yang konvensional dengan pembelajaran yang berorientasi life skill?. Perbedaannya adalah pada pembelajaran yang konvensional mahasiswa hanya mendapatkan materi pelajaran dari segi kognitif artinya mahasiswa hafal dan mengerti hanya untuk menghadapi ujian saja setelah itu materi kuliah tidak berdampak apa-apa dari segi ketrampilan dan sikap. Materi kuliah tidak menjadikan bekal bagi mahasiswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari apalagi dalam menghadapi kehidupan.

Sedangkan pembelajaran yang berorientasi life skill mempunyai tujuan bagaimana materi kuliah itu mempunyai dampak terhadap kecakapan hidup. Artinya setelah mahasiswa menerima pembelajaran di kampus, materi kuliah yang diajarkan itu memberi inspirasi untuk mencapai kecakapan hidup, bukan sekedar menghafal, mengetahui atau memahami yang orientasinya hanya untuk persiapan ujian. Didalam pembelajaran yang berorientasi life skill bagaimana mata kuliah dijadikan bekal dalam menghadapi kehidupan seperti mahasiswa menjadi dewasa, cerdas pikirannya, cerdas emosinya, cerdas hatinya, hormat pada orang tua, menghargai orang lain, sayang pada sesama, sayang pada lingkungan dan lain-lain.

Dibawah ini disajikan contoh bagaimana suatu materi kuliah Dasar-Dasar Akuntansi dengan kompetensi dasar jurnal dan posting dapat dijadikan motivasi untuk mencapai kecakapan hidup

Dari gambar ini dapat dijelaskan bahwa kompetensi dasar jurnal dan posting dapat membekali mahasiswa dengan kecakapan hidup, artinya setelah pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa tidak hanya memahami dari segi kognitif atau hafalan tapi materi pelajaran tersebut juga menjadi inspirasi untuk mempunyai:1. Kecakapan membuat anggaran penerimaan dan pengeluaran2. Kecakapan menyusun pembukuan3. Kecakapan untuk mengelola keuangan4. Kecakapan rasional dalam berbelanja5. Kecakapan untuk berhemat6. Kecakapan transparansi dan akuntanbilitas7. Kecakapan menganalisis transaksi keuangan8. Kecakapan mencatat transaksi keuanganKecakapan ini akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan membentuk mahasiswa yang dewasa, cerdas pikirannya, cerdas hatinya, cerdas emosinya, cerdas sosialnya, cerdas pada lingkungannya, dan lain-lain.

C. Hipotesis Tindakan Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang didukung dengan kajian teori sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:Proses pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup dalam mata kuliah Dasar-dasar Akuntansi dengan kompetensi dasar jurnal dan posting akan dapat membentuk kecakapan hidup:1. Kesadaran diri: Sadar sebagai makluk Tuhan, Sadar potensi diri, Sadar makluk social, sadar

makluk lingkungan.2. Kesadaran berpikir: membuat anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan,

mengelola keuangan, rasional berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisa transaksi keuangan, mencatat transaksi keuangan.

3. Kecakapan sosial: Kecakapan komunikasi lesan dan tulisan, kecakapan kerja sama.BAB III

METODE PENELITIANA. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Nusantara PGRI Kediri mahasiswa tingkat I semester I Tahun Akademik 2007/2008. Sedangkan kelas yang digunakan sebagai sasaran penelitian adalah kelas A dan kelas B.

B. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Model

kolaboratif ini digunakan karena peneliti memerlukan bantuan untuk melakukan observasi pada

7

Page 8: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

mahasiswa di lingkungan kampus maupun di lingkungan rumah. Selain peneliti sebagai Dosen yang melaksanakan pembelajaran, juga melibatkan 1 orang observer, yaitu sejawat Dosen yang mengajar di Tingkat I Semester I. Tugas observer selain sebagai patner untuk melakukan observasi juga untuk konsultasi dan berdiskusi terutama untuk membantu melakukan observasi aspek kecakapan hidup yang dipraktekkan mahasiswa dalan kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun lingkungan rumah selama proses pelaksanaan penelitian.

Sedangkan model rancangan yang digunakan adalah: 1. Penyusunan rencana tindakan:

a. Identifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.b. Analisis materi pembelajaranc. Penyusunan perangkat persiapan mengajard. Penyusunan lembar kerja mahasiswae. Pengadaan alat Bantu pengajaran

2. Pelaksanaan Tindakan3. Pengamatan4. Perefleksian

C. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan menggunakan 2 macam instrumen, yaitu:1. Lembar observasi untuk melihat kecakapan hidup terutama kesadaran berpikir dan kecakapan

sosial.2. Soal-soal tes hasil belajar untuk mengukur kecakapan hidup terutama kecakapan berpikir.Sedangkan sumber datanya untuk mengukur kecakapan hidup ini adalah mahasiswa Tingkat I A dan B sebanyak 5 siswa. Tehnik pelaksanaan pengumpulan data untuk melihat kecakapan hidup kesadaran berpikir dan kesadaran sosial ini dilakukan dengan melakukan observasi setiap siklus yaitu 3 siklus. Sedangkan untuk melihat kecakapan hidup kesadaran berpikir dilakukan dengan melakukan tes pada setiap akhir siklus. Berikut ini kisi-kisi lembar observasi kecakapan hidup mahasiswa.Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi kecakapan hidupNo. Indikator

Kesadaran berpikir : 1. Kecakapan membuat anggaran penerimaan dan pengeluaran2. Kecakapan menyusun pembukuan3. Kecakapan mengelola keuangan4. Kecakapan rasional berbelanja5. Kecakapan berhemat6. Kecakapan transparansi dan akuntabilitas7. Kecakapan menganalisis transaksi keuangan8. Kecakapan mencatat transaksi keuanganKecakapan sosial : 1. Kecakapan komunikasi2. Kecakapan kerja sama

Cara scoring indikator aspek kecakapan hidup adalah:1. Memberikan skor 1 untuk aspek kecakapan hidup yang tidak dilaksanakan mahasiswa2. Memberikan skor 2 untuk aspek kecakapan hidup yang kadang dilaksanakan kadang tidak

dilaksanakan mahasiswa3. Memberikan skor 3 untuk aspek kecakapan hidup yang dilaksanakan mahasiswa.Karena ada 8 indikator aspek kecakapan hidup dan skor maksimum tiap indikator adalah 3, maka total skor hasil observasi aspek kecakapan hidup adalah 24. Sedangkan untuk melihat aspek kognitif dilakukan test dengan menggunakan lembar test hasil belajar. Test hasil belajar ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek kecakapan hidup terutama aspek penguasaan kognitif. Test ini dilakukan disetiap akhir siklus (3 siklus). Bentuk testnya adalah pilihan ganda, uraian dan tugas kelompok.Cara pemberian skor pada test di setiap akhir siklus adalah berpedoman pada bobot masing-masing jenis soal. Untuk jenis pilihan ganda bobot soalnya adalah 20 dengan skor masing-masing soal 4 dengan jumlah soal 5. Untuk jenis soal uraian bobot soalnya adalah 30 dengan skor 30 dengan jumlah

8

Page 9: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

soal 1 dan untuk jenis soal tugas kelompok bobot soalnya adalah 50 dengan skor masing-masing 25 dengan jumlah soal 2, total skor dari ketiga jenis soal tersebut adalah 100.

D. Analisis data dan Kriteria Refleksi Data hasil observasi kecakapan hidup dan nilai hasil test akan dianalisis bersama-sama guna menentukan apakah seorang mahasiswa sudah mempunyai kecakapan hidup setelah melaksanakan pembelajaran di setiap siklus yaitu 3 siklus. Selanjutnya berdasar data-data yang terkumpul setelah dilakukan tabulasi dan scoring, akan ditafsirkan menggunakan kajian teori yang telah dikembangkan, serta menggunakan pengalaman empiris yang sering diamati Dosen dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa. Kriteria dan refleksi data-data aspek kecakapan hidup akan digunakan kriteria yaitu:1. Nilai 19 - 24 = A (baik sekali) artinya mahasiswa sudah baik sekali melaksanakan aspek kecakapan

hidup2. Nilai 13 – 18 = B (baik) artinya mahasiswa sudah baik melaksanakan aspek kecakapan hidup

3. Nilai 7 – 12 = C (cukup) artinya mahasiswa sudah cukup melaksanakan aspek kecakapan hidup 4. Nilai 6 = D (kurang) artinya mahasiswa kurang melaksanakan aspek kecakapan hidup

Sedangkan data test disetiap akhir siklus setelah dilakukan koreksi dan scoring akan dianalisis berdasarkan criteria ketuntasan belajar (mastery learning), yaitu:1. Untuk hasil test 0 - 55 Prestasi belajar kurang2. Untuk hasil test 56 - 70 Prestasi belajar cukup3. Untuk hasil test 71 - 85 Prestasi belajar baik4. Untuk hasil test 86 - 100 Prestasi belajar baik sekaliUntuk melihat ketuntasan penguasaan materi pelajaran baik individu maupun kelas digunakan kriteria sebagai berikut:1. Untuk ketuntasan individual adalah diatas 76 taraf penguasaan materi, dan2. Untuk ketuntasan kelompok (kelas) adalah 85 % dari jumlah mahasiswa telah mencapai 76 % taraf

penguasaan materi yang diberikan.BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIANA. Persiapan Proses Pembelajaran Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat tahapan tindakan sebagai berikut: 1. Memberitahukan rencana penelitian tindakan kelas kepada Ketua Program Studi, sekaligus untuk

memperoleh saran dan masukan yang mungkin berguna saat pelaksanaan. 2. Meminta persetujuan salah seorang rekan Dosen, sekaligus meminta kesediaan untuk berdiskusi dan

membantu pelaksanaan penelitian sebagai kolaborator (observer). 3. Penyusunan perangkat persiapan pembelajaran yang terdiri dari:

a. Identifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.b. Analisis materi pembelajaranc. Penyusunan perangkat persiapan mengajard. Penyusunan lembar kerja siswae. Pengadaan alat Bantu pengajaran.

4. Membuat instrumen-instrumen yang digunakan, yaitu:a. lembar observasi aspek kecakapan hidupb. lembar soal test disetiap akhir siklus (3 x siklus)

5. Mempersiapkan beberapa lembar daftar absensi dan daftar nilai Tingkat I yang akan dijadikan sasaran penelitian.

B. Siklus pertama: Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator mencatat transaksi ke dalam jurnal.

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator tersebut diatas meliputi 4 tahapan yang akan dilalui sebagai berikut:

1. Persiapan ( planning)a. Identifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Kompetensi dasar: Jurnal dan posting. Indikator: Mencatat transaksi ke dalam jurnal.b. Analisis materi pembelajaran

Analisis materi pembelajaran disini maksudnya adalah menganalisis aspek kecakapan hidup yang ada di materi pembelajaran.

c. Penyusunan Rencana Pembelajaran (lihat di lampiran)

9

Page 10: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

d. Penyusunan lembar kerja mahasiswa berupa soal-soal test (lihat di lampiran)e. Pengadaan media atau alat Bantu pengajaran (lihat di lampiran)

2. Pelaksanaan (Acting) Dosen membuka pelajaran, memberikan apersepsi dan Dosen memberitahu kepada

mahasiswa mengenai proses pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup, dengan harapan agar mahasiswa mengetahui maksud dari proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan setelah proses belajar mengajar berakhir, yaitu mahasiswa harus melaksanakan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya Dosen menjelaskan tentang aspek-aspek kecakapan hidup yang harus dikuasai dan dipraktekkan oleh mahasiswa setelah pembelajaran satu siklus selesai, yaitu Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Misalnya Dosen menjelaskan saudara-saudara kalau anda memahami mencatat transaksi ke dalam jurnal dapat digunakan tidak saja untuk menganalisis suatu soal tapi dapat juga digunakan untuk memahami menyusun pembukuan dalam kehidupan sehari-hari, menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, mengelola keuangan, berhemat, rasional dalam berbelanja, membentuk sifat transparan dan akuntabel, dapat menganalisa transaksi keuangan, mempunyai kebiasaan mencatat transaksi keuangan, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas SDM kalian. Selain itu juga mempunyai kecakapan komunikasi dan kerja sama apabila kalian mengerjakan tugas kelompok atau berorganisasi dan bermasyarakat.

Lihatlah contoh berikut ini Contoh soal: Tanggal 15 Desember 2007 dibayar gaji pegawai Rp 1.000.000,- Jurnalnya adalah: Biaya gaji Rp 1.000.000,- Kas Rp 1.000.000,- dari indikator memasukkan transaksi ke dalam jurnal anda mempunyai kemampuan: 1. Menganalisis transaksi keuangan ke dalam jurnal. 2. Menyusun pembukuan 3. Kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran 4. Kecakapan rasional berbelanja 5. Kecakapan mengelola keuangan. 6. Kecakapan berhemat. 7. Kecakapan membentuk sikap transparan dan akuntabel 8. Kecakapan mencatat trasaksi keuangan. 9. Meningkatkan kualitas SDM. Dengan mempunyai berbagai macam kecakapan tersebut anda dapat

meningkatkan kualitas SDM. Jadi saudara-saudara sekalian, kalau anda menguasai materi kuliah yaitu mencatat transaksi ke dalam

jurnal begitu banyaknya kecakapan yang dapat anda peroleh selain nilai ujian mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi anda baik. Dengan demikian penguasaan materi kuliah harus dapat anda gunakan untuk membentuk kecakapan hidup yang dapat digunakan untuk kehidupan bukan hanya untuk mencari nilai mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi yang baik saja.

Kemudian Dosen menyampaikan materi sesuai urutan yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, disertai dengan alat Bantu pengajaran seperti yang telah dipersiapkan.

3. Pengamatan (Observing)a. Dosen observer melakukan pengamatan pada aktifitas mahasiswa baik pada saat proses belajar

mengajar di kelas, saat istirahat, saat interaksi dengan temannya, saat interaksi dengan bapak/ibu Dosen dan di lingkungan keluarga seperti interaksi dengan orang tuanya, interaksi dengan saudaranya dan interaksi di masyarakat. Seperti disampaikan dimuka bahwa observasi ini untuk mengetahui apakah materi pelajaran yang disampaikan yang disitu ada aspek-aspek kecakapan hidup sudah dipraktekkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-harinya. Aspek-aspek kecakapan hidup yang diobservasi dalam tahap ini terutama aspek kecakapan hidup, Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional dalam berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisa transaksi keuangan, mencatat transaksi keuangan,

10

Page 11: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

kualitas SDM dan Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Sedangkan untuk melihat penguasaan kognitif dilakukan dengan test hasil belajar setelah satu siklus berakhir.

b. Setelah pertemuan satu siklus selesai diadakan test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif mahasiswa.

Berikut ini disajikan hasil observasi baik aspek kecakapan hidup siklus pertama.Tabel 4.1: Hasil observasi aspek kecakapan hidup: Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional dalam berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisa transaksi keuangan, mencatat transaksi keuangan, kualitas SDM dan Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. pembelajaran siklus pertama.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa skor masing-masing siswa adalah :Nomor N A M A SKOR RATA-RATA1. HEPPY PRASETIYONO 12 54/ 5 = 10,88. ALFI NURISTIANDARI 1010. ANGGA RENI DWI P 911. AULIA RACHMA DEWI 1114. DRIAN PERMANA 12

Dari skor rata-rata yang diperoleh, yaitu 10,8 apabila dibandingkan dengan pedoman scoring yaitu 7 - 12 maka diperoleh ukuran cukup, artinya materi kuliah sudah berdampak cukup pada aspek kecakapan hidup. Ukuran ini sebenarnya perlu ditingkatkan menjadi baik atau bahkan baik sekali, dan harusnya memang demikian artinya materi pelajaran memberi dampak yang nyata bagi mahasiswa untuk membekali mahasiswa kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga negara.Tabel 4.2 Nilai test hasil belajar siklus pertama

nomor N A M A Nilai soal pilihan ganda

Nilai soal uraian bebas

NilaiTugas

kelompok

Jumlah nilai

1. Heppy Prasetiyono 8 15 30 538. Alfi Nuristiandari 12 18 25 5510. Angga Reni Dwi P 16 23 35 7411. Aulia Rachma Dewi 12 22 20 5414. Drian Permana 8 20 35 63

Jumlah rata-rata 299/5 =59,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ujian siklus pertama adalah 59,8. Berdasarkan pedoman scoring nilai ini terletak pada 56 – 70, artinya pembelajaran siklus pertama pemahaman mahasiswa terhadap kemampuan kognitifnya juga berkategori cukup. Sedangkan dilihat dari ketuntasan belajar baik individu maupun kelas belum menampakkan ketuntasan belajar karena nilai belum ada yang diatas 71. Kemampuan kognitif ini sebenarnya juga masih bisa ditingkatkan lagi artinya walaupun orientasi pembelajaran digunakan untuk mencapai kecakapan hidup tetapi pemahaman mahasiswa yang bersifat kognitif juga menjadi tujuan pembelajaran, artinya tidak boleh diabaikan.

4. Refleksi Dari analisa data hasil observasi terhadap pembelajaran siklus pertama ternyata materi pembelajaran masih berdampak cukup pada aspek kecakapan hidup. Sedangkan dari hasil test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup juga menghasilkan nilai dengan kategori cukup. Mengapa hal ini terjadi, ada beberapa sebab:1. Pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup ini masih baru pertama kali dilakukan

sehingga mahasiswa belum mengetahui tujuan pembelajaran yang sebenarnya. Mahasiswa masih mengejar nilai yang baik, belum mengarah pada aplikasi materi pelajaran tersebut terhadap kecakapan hidup. Mahasiswa masih memisahkan antara tujuan pembelajaran yang bersifat kognitif sebagai prioritas utama sedangkan tujuan pembelajaran yang bersifat kecakapan hidup belum menjadi sasaran pembelajaran. Sehingga hasil pengamatan aspek kecakapan hidup yang berkategori cukup ini masih merupakan kepribadian siswa bukan merupakan hasil pembelajaran.

2. Hasil test kemampuan kognitif menunjukkan nilai dengan kategori cukup karena mahasiswa merasa bingung dengan dua tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu pencapaian

11

Page 12: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

kecakapan hidup dan kemampuan kognitif (nilai baik). Karena pembelajaran yang beorientasi kecakapan hidup ini masih baru pertama diterapkan perhatian mahasiswa terpecah antara melaksanakan kecakapan hidup atau mencari nilai yang baik. Dengan demikian mengakibatkan perhatian mahasiswa terhadap pemahaman materi yang bersifat kognitif berkurang sehingga hasil testnya menunjukkan nilai dengan kategori cukup.

3. Berdasarkan dua kesimpulan diatas maka Dosen perlu memperbaiki pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup pada siklus kedua yaitu dengan menjelaskan bahwa mahasiswa tidak perlu bingung dengan tujuan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup. Tujuan pembelajaran bukan dua tapi tetap satu yaitu setelah mengikuti pembelajaran dengan materi memasukkan transsaksi ke dalam jurnal diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menjurnal. Setelah mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menjurnal maka akan berdampak pada: 1. Kecakapan menjurnal (nilai ujiannya baik, aspek kognitif), 2. kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, kecakapan menyusun pembukuan, kecakapan mengelola keuangan, kecakapan rasional berbelanja, kecakapan berhemat, kecakapan transparansi dan akuntabilitas, kecakapan menganalisa transaksi keuangan dan kecakapan mencatat transaksi keuangan. Dengan demikian focus utama pembelajaran tetap pada penguasaaan kognitif. Setelah aspek kognitif tercapai dengan sendirinya siswa akan mampu menerapkan kecakapan hidup. Kecakapan hidup ini dievaluasi bersama-sama dengan penguasaan kognitif untuk menentukan keberhasilan mahasiswa.

C. Siklus kedua: Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator memposting/memasukkan jurnal ke dalam buku besar.

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator tersebut diatas meliputi 4 tahapan yang akan dilalui sebagai berikut:

1. Persiapan ( planning)a. Identifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Kompetensi dasar: Jurnal dan posting. Indikator: Memasukkan jurnal ke dalam buku besarb. Analisis materi pembelajaran

Analisis materi pembelajaran disini maksudnya adalah menganalisis aspek kecakapan hidup yang ada di materi pembelajaran.

c. Penyusunan Rencana Pembelajaran (lihat di lampiran)d. Penyusunan lembar kerja siswa berupa soal-soal test (lihat di lampiran)e. Pengadaan media atau alat Bantu pengajaran (lihat di lampiran)

2. Pelaksanaan (Acting) Dosen membuka pelajaran, memberikan apersepsi dan Dosen memberitahu kepada

mahasiswa mengenai proses pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup, dengan harapan agar mahasiswa mengetahui maksud dari proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan setelah proses belajar mengajar berakhir, yaitu mahasiswa harus melaksanakan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya Dosen menjelaskan tentang aspek-aspek kecakapan hidup yang harus dikuasai dan dipraktekkan oleh mahasiswa setelah pembelajaran satu siklus selesai, yaitu Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja,berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Misalnya Dosen menjelaskan saudara-saudara kalau anda memahami materi kuliah posting/memasukkan jurnal ke dalam buku besar dapat digunakan tidak saja untuk menganalisis suatu soal tapi dapat juga digunakan untuk menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja,berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas SDM kalian. Selain itu juga mempunyai kecakapan komunikasi dan kerja sama apabila kalian mengerjakan tugas kelompok atau berorganisasi. Dosen kemudian memperlihatkan gambar aspek kecakapan hidup beserta contoh-contoh soal.

Contoh soal: Tanggal 15 Desember2007 dibayar gaji pegawai Rp 1.000.000,- Jurnal: Biaya gaji Rp 1.000.000,-

12

Page 13: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

Dari indikator materi kuliah memposting/memasukkan jurnal ke dalam buku besar ini anda mempunyai kemampuan:

1. Menganalisis jurnaldimasukkan ke dalam jurnal.. 2. Menyusun pembukuan 3. Kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran 4. Kecakapan rasional berbelanja 5. Kecakapan mengelola keuangan. 6. Kecakapan berhemat. 7. Kecakapan membentuk sikap transparan dan akuntabel 8. Kecakapan mencatat trasaksi keuangan. 9. Meningkatkan kualitas SDM. Dengan mempunyai berbagai macam kecakapan tersebut anda dapat

meningkatkan kualitas SDM. Jadi saudara sekalian kalau anda menguasai materi kuliah yaitu memposting jurnal ke dalam buku

besar, begitu banyaknya kecakapan yang dapat anda peroleh selain nilai ujian dasar-dasar akuntansi anda baik. Dengan demikian penguasaan materi kuliah harus dapat anda gunakan untuk membentuk kecakapan hidup yang dapat digunakan untuk kehidupan bukan hanya untuk mencari nilai dasar-dasar akuntansi yang baik saja

Kemudian Dosen menyampaikan materi sesuai urutan yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, disertai dengan alat Bantu pengajaran seperti yang telah dipersiapkan.

3. Pengamatan (Observing)a. Dosen observer melakukan pengamatan pada aktifitas mahasiswa baik pada saat proses belajar

mengajar di kelas, saat istirahat, saat interaksi dengan temannya, saat interaksi dengan bapak/ibu Dosen dan di lingkungan keluarga seperti interaksi dengan orang tuanya, interaksi dengan saudaranya dan interaksi di masyarakat. Seperti disampaikan dimuka bahwa observasi ini untuk mengetahui apakah materi pelajaran yang disampaikan yang disitu ada aspek-aspek kecakapan hidup sudah dipraktekkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Aspek-aspek kecakapan hidup yang diobservasi dalam tahap ini terutama aspek kecakapan hidup, Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Sedangkan untuk melihat penguasaan kognitif dilakukan dengan test hasil belajar setelah satu siklus berakhir.

b. Setelah pertemuan satu siklus selesai diadakan test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif mahasiswa.

Berikut ini disajikan hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus kedua.Tabel 4.3: Hasil observasi aspek kecakapan hidup: Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja,berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi, meningkatkan kualitas SDM dan Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi pembelajaran siklus kedua.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa skor masing-masing siswa adalah :Nomor N A M A SKOR RATA-RATA1. HEPPY PRASETIYONO 17 80/ 5 = 168. ALFI NURISTIANDARI 1610. ANGGA RENI DWI P 1811. AULIA RACHMA DEWI 1414. DRIAN PERMANA 15

Dari skor rata-rata yang diperoleh, yaitu 16 apabila dibandingkan dengan pedoman scoring yaitu 13 - 18 maka diperoleh ukuran baik, artinya materi pelajaran sudah berdampak baik pada aspek kecakapan hidup. Ukuran ini sebenarnya perlu ditingkatkan menjadi baik sekali, dan harusnya memang demikian artinya materi kuliah memberi dampak yang nyata bagi mahasiswa untuk membekali mahasiswa kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga negara.

Tabel 4.4 Nilai test hasil belajar siklus keduano. urut absen

N A M A Nilai soal pilihan ganda

Nilai soal uraian bebas

NilaiTugas

kelompok

Jumlah nilai

13

Page 14: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

1. Heppy Prasetiyono 16 20 40 768. Alfi Nuristiandari 12 25 35 7210. Angga Reni Dwi P 12 20 40 7211. Aulia Rachma Dewi 16 25 45 8614. Drian Permana 16 25 40 81

Jumlah rata-rata 387/5 =77,4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ujian siklus kedua adalah 77,4. Berdasarkan pedoman scoring nilai ini terletak pada 71 – 85, artinya pembelajaran siklus kedua pemahaman mahasiswa terhadap kemampuan kognitifnya juga berkategori baik. Sedangkan dilihat dari ketuntasan belajar baik individu maupun kelas sudah menampakkan ketuntasan belajar karena nilai sudah diatas 71. Kemampuan kognitif ini sebenarnya juga masih bisa ditingkatkan lagi artinya walaupun orientasi pembelajaran digunakan untuk mencapai kecakapan hidup tetapi pemahaman mahasiswa yang bersifat kognitif juga menjadi tujuan pembelajaran, artinya tidak boleh diabaikan.

4. Refleksi Dari analisa data hasil observasi terhadap pembelajaran siklus kedua ternyata materi pembelajaran sudah berdampak baik pada aspek kecakapan hidup. Sedangkan dari hasil test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup juga menghasilkan nilai dengan kategori baik. Mengapa hal ini terjadi, ada beberapa sebab:1. Pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup sudah dua kali dilaksanakan dan Dosen selalu

menekankan pada mahasiswa bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya mencapai pemahaman kognitif atau nilai baik tapi materi pelajaran juga harus berdampak pada aspek kecakapan hidup. Mahasiswa juga sudah beradaptasi dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup sehingga sudah tidak bingung lagi pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dimana tujuan pembelajaran tetap satu yaitu setelah pembelajaran selesai diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan dalam memasukkan jurnal ke dalam buku besar. Setelah mahasiswa mempunyai kemampuan terhadap memasukkan jurnal ke dalam buku besar maka mahasiswa akan mempunyai kecakapan: 1. Kecakapan memposting (nilai ujiannya baik, aspek kognitif), 2. kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, kecakapan menyusun pembukuan, kecakapan mengelola keuangan, kecakapan rasional berbelanja, kecakapan berhemat, kecakapan transparansi dan akuntabilitas, kecakapan menganalisa transaksi keuangan dan kecakapan mencatat transaksi keuangan. Dengan demikian focus utama pembelajaran tetap pada penguasaaan kognitif. Setelah aspek kognitif tercapai dengan sendirinya mahasiswa akan mampu menerapkan kecakapan hidup. Kecakapan hidup ini dievaluasi bersama-sama dengan penguasaan kognitif untuk menentukan keberhasilan mahasiswa.

2. Hasil test kemampuan kognitif menunjukkan nilai dengan kategori baik karena mahasiswa sudah tidak merasa bingung dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu apakah mencapai kecakapan hidup atau kemampuan kognitif (nilai baik). Pada proses pembelajaran siklus kedua ini perhatian mahasiswa sudah berfokus pada pemahaman secara kognitif sehingga hasil testnya berkategori baik. Disamping itu mahasiswa juga sudah mampu menerapkan kecakapan kognitifnya tersebut untuk mendukung penerapan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

3. Berdasarkan dua kesimpulan diatas maka Dosen perlu terus melakukan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup pada siklus ketiga yaitu dengan menjelaskan bahwa mahasiswa harus terus dan konsekuwen untuk mencapai tujuan pembelajaran kognitif dan kecakapan hidup pada setiap materi pelajaran apapun mata pelajarannya. Disamping itu dalam siklus ketiga Dosen lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk membangkitkan kesadaran mahasiswa untuk melaksanakan kecakapan hidup. Dosen tidak lagi menekan pada mahasiswa tapi pelaksanaan kecakapan hidup sudah timbul dari kesadaran mahasiswa. Kesadaran itu dimotivasi misalnya dengan menjelaskan bahwa mata kuliah bukanlah suatu tujuan tapi alat untuk mencapai kecakapan hidup. Karena hanya dengan demikian pendidikan akan berdampak pada pengembangan potensi mahasiswa baik intelektualnya, emosionalnya dan spiritualnya, sehingga hasil pendidikan tidak hanya mencerdaskan dari segi kognitif tapi juga wadah pembentukan sikap dan ketrampilan.

14

Page 15: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

D. Siklus ketiga: Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator mencari saldo di setiap akunt di buku besar.

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan yang Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill education) dengan indikator tersebut diatas meliputi 4 tahapan yang akan dilalui sebagai berikut:

1. Persiapan ( planning)a. Identifikasi kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Kompetensi dasar: Jurnal dan posting. Indikator: Mencari saldo disetiap akunt di buku besar.b. Analisis materi pembelajaran

Analisis materi pembelajaran disini maksudnya adalah menganalisis aspek kecakapan hidup yang ada di materi pembelajaran.

c. Penyusunan Rencana Pembelajaran (lihat di lampiran)d. Penyusunan lembar kerja mahasiswa berupa soal-soal test (lihat di lampiran)e. Pengadaan media atau alat Bantu pengajaran (lihat di lampiran)

2. Pelaksanaan (Acting) Dosen membuka pelajaran, memberikan apersepsi dan Dosen memberitahu kepada

mahasiswa mengenai proses pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup, dengan harapan agar mahasiswa mengetahui maksud dari proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan setelah proses belajar mengajar berakhir, yaitu mahasiswa harus melaksanakan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya Dosen menjelaskan tentang aspek-aspek kecakapan hidup yang harus dikuasai dan dipraktekkan oleh mahasiswa setelah pembelajaran satu siklus selesai, yaitu Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja,berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Misalnya Dosen menjelaskan saudara-saudara kalau anda memahami mencari saldo di setiap akunt di buku besar dapat digunakan tidak saja untuk menganalisis suatu soal tapi dapat juga digunakan untuk memahami menyusun pembukuan dalam kehidupan sehari-hari, menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, mengelola keuangan, berhemat, rasional dalam berbelanja, membentuk sifat transparan dan akuntabel, dapat menganalisa transaksi keuangan, mempunyai kebiasaan mencatat transaksi keuangan, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas SDM kalian. Selain itu juga mempunyai kecakapan komunikasi dan kerja sama apabila kalian mengerjakan tugas kelompok atau berorganisasi dan bermasyarakat.

. Lihatlah gambar di papan tulis ini. Contoh soal: Dari akunt di buku besar berikut ini, carilah saldonya Kas

2.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 5.000.000 2.000.000 So. 3.000.000 Dari materi kuliah mencari saldo di setiap akunt di buku besar ini anda mempunyai kemampuan: 1. Menganalisis besaenya saldo debet dan saldo kredit di buku besar. 2. Menyusun pembukuan 3. Kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran 4. Kecakapan rasional berbelanja 5. Kecakapan mengelola keuangan. 6. Kecakapan berhemat. 7. Kecakapan membentuk sikap transparan dan akuntabel 8. Kecakapan mencatat trasaksi keuangan. 9. Meningkatkan kualitas SDM. Dengan mempunyai berbagai macam kecakapan tersebut anda dapat

meningkatkan kualitas SDM. Jadi saudara-saudara sekalian kalau anda menguasai materi kuliah yaitu mencari saldo di setiap akunt

di buku besar begitu banyaknya kecakapan yang dapat anda peroleh selain nilai ujian dasar-dasar akuntansimu baik. Dengan demikian penguasaan materi kuliah harus dapat kalian gunakan untuk

15

Page 16: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

membentuk kecakapan hidup yang dapat digunakan untuk kehidupan bukan hanya untuk mencari nilai dasar-dasar akuntansi yang baik saja

Kemudian guru menyampaikan materi sesuai urutan yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, disertai dengan alat Bantu pengajaran seperti yang telah dipersiapkan.

3. Pengamatan (Observing)a. Dosen observer melakukan pengamatan pada aktifitas mahasiswa baik pada saat proses belajar

mengajar di kelas, saat istirahat, saat interaksi dengan temannya, saat interaksi dengan bapak/ibu Dosen dan di lingkungan keluarga seperti interaksi dengan orang tuanya, interaksi dengan saudaranya dan interaksi di masyarakat. Seperti disampaikan dimuka bahwa observasi ini untuk mengetahui apakah materi kuliah yang disampaikan yang disitu ada aspek-aspek kecakapan hidup sudah dipraktekkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-harinya. Aspek-aspek kecakapan hidup yang diobservasi dalam tahap ini terutama aspek kecakapan hidup, Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi. Sedangkan untuk melihat penguasaan kognitif dilakukan dengan test hasil belajar setelah satu siklus berakhir.

b. Setelah pertemuan satu siklus selesai diadakan test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif mahasiswa.

Berikut ini disajikan hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus ketiga.Tabel 4.5: Hasil observasi aspek kecakapan hidup: Kesadaran berpikir yang terdiri dari menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, menyusun pembukuan, mengelola keuangan, rasional berbelanja, berhemat, transparansi dan akuntabilitas, menganalisis transaksi, mencatat transaksi. Kecakapan sosial yaitu kerja sama dan komunikasi pembelajaran siklus ketiga.Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa skor masing-masing mahasiswa adalah :Nomor N A M A SKOR RATA-RATA1. HEPPY PRASETIYONO 21 110/ 5 = 228. ALFI NURISTIANDARI 2310. ANGGA RENI DWI P 2211. AULIA RACHMA DEWI 2014. DRIAN PERMANA 24

Dari skor rata-rata yang diperoleh, yaitu 22 apabila dibandingkan dengan pedoman scoring yaitu 19 - 24 maka diperoleh ukuran baik sekali, artinya materi kuliah sudah berdampak baik sekali pada aspek kecakapan hidup. Hal ini dikarenakan Dosen sudah berhasil memotivasi mahasiswa untuk melakukan kecakapan hidup yang berasal dari kesadaran mahasiswa sendiri. Dengan kesadaran yang muncul dari mahasiswa pembelajaran sudah berdampak dengan sendirinya pada aspek kecakapan hidup tanpa Dosen menyuruh mahasiswa untuk menerapkan kecakapan hidup setiap pembelajaran berakhir.Tabel 4.6 Nilai test hasil belajar siklus ketiga

no. urut absen

N A M A Nilai soal pilihan ganda

Nilai soal uraian bebas

NilaiTugas

kelompok

Jumlah nilai

1. Heppy Prasetiyono 20 30 40 908. Alfi Nuristiandari 16 25 35 7610. Angga Reni Dwi P 16 25 50 9111. Aulia Rachma Dewi 20 30 45 9514. Drian Permana 16 25 50 91

Jumlah rata-rata 443/5 =88,6

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ujian siklus ketiga adalah 88,6. Berdasarkan pedoman scoring nilai ini terletak pada 86 – 100, artinya pembelajaran siklus ketiga pemahaman mahasiswa terhadap kemampuan kognitifnya juga berkategori baik sekali. Sedangkan dilihat dari ketuntasan belajar baik individu maupun kelas sudah menampakkan ketuntasan belajar karena nilai sudah diatas 71. Hal ini disebabkan karena mahasiswa sudah merasa nyaman dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Dosen tidak lagi menekan-nekan mahasiswa untuk melaksanakan kecakapan hidup. Di kelas konsentrasi mahasiswa terfokus pada pemahaman kognitif sedang kecakapan hidup sudah dengan sendirinya muncul karena sudah ada kesadaran dari mahasiswa sendiri.

16

Page 17: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

4. Refleksi Dari analisa data hasil observasi terhadap pembelajaran siklus ketiga ternyata materi pembelajaran sudah berdampak baik sekali pada aspek kecakapan hidup. Sedangkan dari hasil test hasil belajar untuk melihat kemampuan kognitif pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup juga menghasilkan nilai dengan kategori baik sekali. Mengapa hal ini terjadi, ada beberapa sebab:1. Pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup sudah tiga kali dilaksanakan sehingga sudah

timbul kesadaran pada diri mahasiswa untuk menerapkan kecakapan hidup. Dosen bertindak sebagai motivator dan fasilitator dengan menyediakan berbagai sumber belajar agar mahasiswa mendapat kemudahan belajar. Dengan kemudahan belajar maka meningkat pula motivasi dan aktifitas mahasiswa dalam pembelajaran yang akhirnya dapat mendukung penerapan aspek kecakapan hidup. Kecakapan hidup yang timbul dari indikator mencari saldo di setiap akunt di buku besar adalah 1. Kecakapan mencari saldo rekening di buku besar (nilai ujiannya baik, aspek kognitif), 2. kecakapan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran, kecakapan menyusun pembukuan, kecakapan mengelola keuangan, kecakapan rasional berbelanja, kecakapan berhemat, kecakapan transparansi dan akuntabilitas, kecakapan menganalisa transaksi keuangan dan kecakapan mencatat transaksi keuangan. Dengan demikian focus utama pembelajaran tetap pada penguasaaan kognitif. Setelah aspek kognitif tercapai dengan sendirinya mahasiswa akan mampu menerapkan kecakapan hidup. Kecakapan hidup ini dievaluasi bersama-sama dengan penguasaan kognitif untuk menentukan keberhasilan mahasiswa. Aspek kecakapan hidup ini akan dievaluasi bersama-sama dengan penguasaan kognitif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran.

2. Hasil test kemampuan kognitif menunjukkan nilai dengan kategori baik sekali karena mahasiswa sudah mengetahui hakekat pembelajaran kecakapan hidup yaitu bersama-sama untuk mencapai tujuan kognitif dan tujuan kecakapan hidup. Artinya setelah mahasiswa mencapai tujuan kognitif proses pembelajaran tidak akan berhenti dengan hanya mendapatkan nilai baik tetapi dilanjutkan dengan menerapkan aspek kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebenarnya penguasaan mata pelajaran bukanlah menjadi sasaran akhir tujuan pembelajaran tapi merupakan alat untuk mencapai kecakapan hidup.

Karena mahasiswa sudah menyadari hakekat pembelajaran yaitu penguasaan materi pelajaran dan penerapan kecakapan hidup maka nilai test hasil belajarnya juga berkategori baik sekali.

3. Berdasarkan dua kesimpulan diatas maka Dosen perlu terus melakukan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup pada setiap proses belajar mengajar apapun materi pelajarannya dan apapun mata pelajarannya. Karena hanya dengan demikian pendidikan akan berdampak pada pengembangan potensi mahasiswa baik intelektualnya, emosionalnya dan spiritualnya, sehingga hasil pendidikan tidak hanya mencerdaskan dari segi kognitif tapi juga wadah pembentukan sikap dan ketrampilan.

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan 1. Proses belajar mengajar dengan orientasi kecakapan hidup siklus pertama berdasarkan observasi

menghasilkan suatu kesimpulan bahwa mahasiswa menerapkan aspek kecakapan hidup pada indikator mencatat transaksi ke dalam jurnal dengan kategori cukup karena mahasiswa belum terbiasa dengan pembelajaran kecakapan hidup. Artinya setelah mahasiswa menguasasi materi maka tugas mahasiswa sudah dianggap selesai, mata pelajaran tidak berdampak apa-apa pada penanaman sikap dan ketrampilan.

2. Nilai test hasil belajar siklus pertama juga menunjukkan nilai yang cukup karena siswa bingung antara mencapai tujuan pemahaman materi pelajaran (nilai baik) atau pencapaian kecakapan hidup. Karena focus pembelajaran mahasiswa terpecah anatara pencapaian kognitif dan pencapaian kecakapan hidup mengakibatkan pemahaman materinya berkurang dan test hasil belajarnya berkategori cukup.

3. Hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus kedua dimana Dosen selalu menekankan pada mahasiswa untuk menerapkan aspek kecakapan hidup menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pada siklus kedua mahasiswa sudah mulai beradaptasi dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup. Mahasiswa tidak bingung lagi antara pencapaian kognitif atau pencapaian kecakapan hidup. Artinya mahasiswa sudah memahami bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya dari aspek kognitif tapi juga penerapan kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari.. Sehingga menghasilkan kategori yang baik dalam penerapan aspek kecakapan hidup.

17

Page 18: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

4. Nilai test hasil belajar siklus kedua juga menunjukkan nilai yang baik karena mahasiswa sudah berkonsentrasi pada pemahaman materi. Dengan pemahaman materi maka mahasiswa akan mempunyai bekal untuk menerapkan kecakapan hidup. Sehingga pencapaian kognitif tidak bisa mengorbankan pencapaian kecakapan hidup dan pencapaian aspek kecakapan hidup tidak bisa mengorbankan aspek kognitif.

5. Hasil observasi aspek kecakapan hidup siklus ketiga menunjukkan kesimpulan bahwa mahasiswa menerapkan aspek kecakapan hidup dengan kategori baik sekali. Karena sudah timbul kesadaran dari mahasiswa untuk menerapkan aspek kecakapan hidup. Dosen sebagai motivator dan fasilitator menyediakan berbagai sumber belajar untuk memberi kemudahan mahasiswa belajar. Dengan kemudahan belajar maka mahasiswa merasa senang sehingga timbul motivasi yang besar untuk belajar. Dengan motivasi yang besar dalam belajar maka materi pelajaran secara tidak langsung akan berdampak pada penerapan kecakapan hidup.

6. Nilai test hasil belajar siklus ketiga juga menunjukkan nilai yang baik sekali karena mahasiswa sudah mengetahui hakekat pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran tidak hanya mencapai aspek kognitif tapi juga aspek kecakapan hidup. Penguasaan mata pelajaran bukanlah akhir dari proses belajar tapi harus berdampak pada penerapan kecakapan hidup. Dengan pemahaman seperti ini mahasiswa termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan test hasil belajarnya sehingga berkategori baik sekali.

B. Implikasi 1. Pada dasarnya setiap pembelajaran apapun mata kuliahnya harus berorientasi pada kecakapan hidup

karena mata kuliah bukanlah tujuan tapi alat untuk mencapai kecakapan hidup. 2. Dalam pembelajaran Dosen harus menganalisis materi pelajaran untuk disesuaikan dengan aspek-

aspek kecakapan hidup dan dievaluasi bersama-sama dengan aspek kognitif. 3. Dalam pembelajaran Dosen harus menjelaskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak hanya

pemahaman materi atau dari segi kognitif tapi juga pencapaian aspek kecakapan hidup.C. Saran 1. Dalam pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup harus ada kerja sama antara Dosen dan siswa

baik dalam proses pembelajaran, evaluasi hasil belajar maupun penerapan aspek kecakapan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dalam pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup diperlukan adanya reorientasi pembelajaran, sumber belajar yang memadai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Broad Based Education, 2003, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasisi luas (Broad Based Education): Buku I, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Tim Broad Based Education, 2003, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasisi luas (Broad Based Education): Buku II, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Tim Broad Based Education, 2003, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasisi luas (Broad Based Education): Buku III, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Tim Broad Based Education, 2003, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasisi luas (Broad Based Education): Buku IV, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Tim Broad Based Education, 2003, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasisi luas (Broad Based Education): Buku V, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

18

Page 19: Implementasi Kebijakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup ( Life Skill Education) Dengan pendekatan Pendidikan Berbasis Luas ( Broad Based Education ) di Kabupaten Kediri

19