IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM …
Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM …
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM PENGEMBANGAN
PARIWISATA DI SIRING MENARA PANDANG KOTA BANJARMASIN
Erma Tahriana*, H.M. Uhaib As’ad , Fika Fibriyanita
Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NPM. 16.12.0141
Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.1116116301
Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.112010630
ABSTRAK
Erma Tahriana, 16.12.0141, 2019, “Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pengembangan
Pariwisata Di Sirng Menara Pandang Kota Banjarmasin’’. Bimbingan Bapak H.M. Uhaib As’ad sebagai
pembimbing utama dan Ibu Fika Fibriyanita sebagai Co Pembimbing
Tujuan utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan Tujuan penelitian adalah mengetahui dampak sosial
bagi masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang dan dampak ekonomi bagi
masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang
. Metode penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif,. Tipe penelitian menguunakan metode
deskriptif yaitu:suatu rumusan masalah yang berkenan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kebijakan pengelolaan pariwisata siring menara pandang
untuk Implementasi kebijakannya belum berhasil secara efektif dan efesien karena sarana prasarananya
belum lengkap tersedia, ditambah SDM yang belum berkualifikasi, dan ditambah SDM yang memang
tidak mempunyai pendidikan khusus Dampak sosial masyarakat adalah adanya interaksi sosial antara
pengunjung dengan pedagang serta banyak orang yang menggantungkan hidup di objek siring menara
pandang. Dampak ekonomi masyarakat adalah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan kesempatan berusaha, terbukanya lapangan
kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah, serta mendorong pembangunan daerah.
Saran bagi Pemerintah Kota hendaknya meningkatkan anggaran daerah untuk pengelolaan objek wisata
siring menara pandang. Bagi pengelola objek wisata siring menara pandang hendaknya meningkatkan
fasilitas sarana prasara.Bagi masyarakat agar meningkatkan kunjungannya ke objek wisata siring menara
pandang dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar lokasi objek wisata siring menara pandang.
Kata Kunci : Implementasi, kebijakan, siring menara pandang
ABSTRACT
Erma Tahriana, 16.12.0141, 2019, "Implementation of City Government Policies in Tourism
Development in Banjarmasin City View Tower. "Advisor 1.Uhaib As’ad 2. Fika Fibriyanita, S.Sos.,
M.AP
The main essence of policy implementation is to understand what should happen after a
program is declared valid or formulated. The purpose of the study is to determine the social impact
for the community of banjarmasin with the existence of a siring tower of view and the economic
impact for the people of banjarmasin with the existence of a siring tower of view
. The research method uses a qualitative approach. This type of research uses descriptive methods,
namely: a problem formulation that pleases the question of the existence of an independent variable,
either only on one or more variabl
The results of the study can be concluded that the Siring Tower view of tourism management
policy for the implementation of the policy has not been successful effectively and efficiently because
the infrastructure is not yet fully available, plus human resources that have not been qualified, and
added human resources who do not have special education Social impact is the existence of social
interaction between visitors with traders as well as many people who depend their lives on the sight
tower siring objects. The economic impact of the community is to be able to improve the community's
economy, receive Regional Original Revenue (PAD), increase business opportunities, open
employment, increase community and government income, and encourage regional development.
Suggestions for the City Government should increase the regional budget for the management of the
Siring Tower tourist attraction. For the management of the sight tower siring attraction, it should
improve the facilities of prasara facilities. For the community to increase their visit to the sighting
tower siring attraction and maintain the cleanliness of the environment around the sighting tower
siring attraction.
Keywords: Implementation, policy, siring tower of view
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor yang
ikut berperan penting dalam usaha
peningkatan pendapatan. Indonesia
merupakan negara yang memiliki
keindahan alam dan keanekaragaman
budaya, sehingga perlu adanya
peningkatan sektor pariwisata. Hal ini
dikarenakan pariwisata merupakan
sektor yang dianggap menguntungkan
dan sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai salah satu aset
yang di gunakan sebagai sumber yang
menghasilkan bagi Bangsa dan Negara.
Daerah wisata harus memiliki daya tarik
untuk menarik minat wisatawan
berkunjung ke daerah tersebut
Kawasan siring menara pandang
adalah salah satu objek wisata yang
memiliki kekhasan tersendiri dan
merupakan salah satu warisan sejarah
yang masih ada, di Siring menara
pandang kini semakin banyak
pengunjung karena berkembangnya
kegiatan pariwisata,di siring menara
pandang dapat memberikan dampak
atau pengaruh yang luas baik itu
dampak positif maupun negatif
terhadap kondisi lingkungan fisik,
kondisi ekonomi, sosial dan budaya
bagi masyarakat sekitar di kawasan
wisata tersebut, Kegiatan pariwisata
dalam kehidupan ekonomi dapat
berdampak positif yaitu menciptakan
lapangan pekerjaan (kesempatan usaha)
yang cukup luas bagi penduduknya.
Peluang kerja tersebut antara lain
bekerja sebagai petugas parkir, usaha
dagang makanan dan minuman, serta
usaha dan lain-lain.
Berdasarkan observasi awal peneliti
masih banyak permasalahan yang ada
di Siring Menara Pandang antara lain
soal keamanan dan yang paling
mencolok parkir yang kerap menumpuk
meluber hingga ke badan jalan. Hal itu
dinilainya membahayakan pengunjung
maupun pengguna jalan. Di sana lalu
lintas tergolong padat karena juga
menjadi akses utama pengguna jalan,
apalagi Jalan Pierre Tendean sempit
rawan sekali terjadi kecelakaan. Lalu
soal kenyamanan wisatawan siring
sudah bak pasar tradisional. Pada
hari Minggu, badan siring dipenuhi
lapak kaki lima pedagang berjubel
dan tak teratur. Tak kalah penting
soal keselamatan. Contoh
sederhana, di area siring tak ada
pagar pembatas antara selasar dan
area taman. "Bagi orang dewasa
mungkin tak masalah. Tapi
bagaimana dengan anak-anak.
Antara halaman dan badan siring
cukup terjal dan tinggi.Di sana lalu
lintas tergolong padat. Karena juga
menjadi akses utama pengguna jalan,"
katanya. Apalagi Jalan Pierre Tendean
sempit. Rawan sekali terjadi
kecelakaan.
Terkait pengembangan
pariwisata di Siring Menara Pandang
Strategi tersebut tidak hanya dilihat
melalui kelayakan potensi wisata yang
dimiliki, akan tetapi terhadap
bagaimana penerapan manajemen atau
mekanisme pengelolaan yang ada saat
ini dalam upaya mempersiapkan Siring
Menara Pandang sebagai kawasan
wisata yang bertaraf nasional. Seluruh
kebijakan pengembangan tersebut
diimbangi dengan adanya upaya
manajemen secara komprensif,
menyeluruh, dan terpadu serta
merupakan konsensus bersama bagi
semua komponen pembangunan yang
ada. Berdasarkan pemaparan latar
belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai
Implementasi Kebijakan Pemerintah
Kota dalam Pengembangan Pariwisata
Di Sirng Menara Pandang Kota
Banjarmasin.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pengelolaan
pariwisata siring menara pandang?
2. Bagaimana dampak sosial masyarakat
banjarmasin dengan adanya Siring
menara pandang?
3. Bagaimana dampak ekonomi masyarakat
banjarmasin dengan adanya Siring
menara pandang?
1.3. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang
permasalahan dan identifikasi masalah
diatas, maka penelitian ini memfokuskan
pada pembahasan mengenai dampak
keberadaan siring menara pandang terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan
kebijakan pengelolaan.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui dampak sosial bagi
masyarakat banjarmasin dengan
keberadaan siring menara pandang.
2. Untuk Mengetahui dampak ekonomi
bagi masyarakat banjarmasin dengan
keberadaan siring menara pandang
II. Alat dan Metode
2.1 Penedekatan Penelitian
Penelitian yang berjudul
Implementasi Kebijakan tentang Siring
Menara Pandang di Kota Banjarmasin,
menggunakan pendekatan Kualitatif,
pengertian metode deskriptif menurut
Sugiyono (2016:53) yaitu: suatu
rumusan masalah yang berkenan
dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih
2.2 Tipe Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian,
terlebih dahulu perlu menentukan
metode penelitian yang akan
digunakan, karena hal ini merupakan
langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam penelitian. Pada dasarnya
metode penelitian merupakan suatu
cara yang dapat digunakan peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Siring
Menara Pandang Kota Banjarmasin.
2.4 Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, hal yang
menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pengumpulan data adalah
pemilihan informan. Dalam penelitian
kualitatif tidak digunakan istilah
populasi. Teknik sampling yang di
gunakan oleh peneliti adalah purposive
sample, ada dua sumber data penelitian
menurut Sugiyono yaitu:
1. Data Primer
Sumber data primer
didapatkan melalui kegiatan
wawancara dengan subjek penelitian
dan dengan observasi atau
pengamatan langsung di lapangan.
Dalam penelitian ini data primer
berupa cacatan hasil wawancara dan
hasil pengamatan langsung di
lapangan yang diperoleh melalui
wawancara dengan Kepala Dinas
Pariwisata Siring menara pandang
Kota Banjarmasin dan beberapa
masyarakat sekitar wisata Siring
menara pandang.
2. Data Sekunder
Sugiyono (2016:225)
mengatakan bahwa data sekunder
merupakan sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui
orang lain atau lewat dokumen.
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
langkah paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data
berupa wawancara dan dokumentasi.
1. Wawancara
Menurut Esterbeg (dalam
Sugiyono, 2016:232) wawancara
merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab sehingga
dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Dalam
penelitian ini, wawancara yang
digunakan adalah semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur
bertujuan untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka,
dimana narasumber diminta
pendapat dan idenya.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian yang
dilakukan, sumber dokumentasi
diperoleh dari data-data kepala
dinas pariwisata siring menara
pandang kota Banjarmasin,
masyarakat sekitar wisata siring
menara pandang, dan pedagang di
wisata siring menara pandang Kota
Banjarmasin.
2.6 Definisi Operasional
Dalam mengarahkan penelitian pada
sasarannya memerlukan adanya batasan
terhadap penelitian, tujuannya adalah agar
menggambarkan fenomena yang hendak
di teliti secara cepat. Berkaitan dengan
penelitian ini, maka penulis merumuskan
definisi operasional yang merupakan
pembatasan penelitian yang akan
dilakukan. Adapum yang menjadi batasan
atau ukuran adalah Implementasi
kebijakan pemerintah kota dalam
pengembangan siring menara pandang
kota Banjarmasin dengan mengacu pada
beberapa faktor yaitu komunikasi, sumber
daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
2.7 Analisis Data
Beberapa metode analisis data yang
terbagi dalam 4 bagian besar, yaitu:
1. Reduksi data
Proses reduksi ini diperlukan
sebagai suatu cara untuk
menghilangkan data yang tidak
diperlukan oleh peneliti, sehingga
penelitian yang dilakukan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan
pleh peneliti.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah
sebuah proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam proses
penelitiannya. Adapun data yang
diperoleh dapat diambil dari hasil
wawancara, dokumentasi, maupun
instrumen lain yang dubutuhkan
dalam melakukan penelitian
3. Penyajian data
Penyajian data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif ini berupa
teks naratif, baik uraian singkat,
bagan, dan tabel agar mudah
dipahami.
4. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan yang ditarik ini
harus bisa menjawab rumusan
masalah yang sudah ditetapkan oleh
peneliti pada awal penelitian.
Diawali dengan interpretasi peneliti
atas temuan dari wawancara, hingga
dapat menarik kesimpulan.
Penarikan kesimpulan akhir akan
dilakukan saat peneliti dapat menilai
hasil kerja CJA dengan metode
balanced scorecard. Penarikan
kesimpilan hanya akan dikatakan
kredibel apabila kesimpulan
didukung dengan bukti-bukti yang
kuat dan dapat berlanjut ke tahap
penerapan hasil penelitian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
1. Faktor Struktur Birokrasi
(Bureaucratic Structure)
Berdasarkan hasil penelitian
melalui wawancara dengan informan
Kepala Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kota Banjarmasin pada tanggal 23
Desember 2019 untuk pertanyaan
peneliti tentang apakah struktur
organisasi pada objek wisata Siring
Menara Pandang mempunyai
pengaruh besar dalam implementasi
kebijakan Bapak Drs. Muhamad
Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan
sebagai berikut:
“Struktur organisasi pada objek
wisata Siring Menara Pandang
mempunyai pengaruh besar dalam
implementasi kebijakan cukup
signifikan ya…itu jawabannya”
(Hasil wawancara, 23 Desember
2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa struktur organisasi pada objek
wisata Siring Menara Pandang
mempunyai pengaruh besar dalam
implementasi kebijakan. Faktor yang
memepengaruhi keberhasilan dan
kegagalan implementasi kebijakan
wisata Siring Menara Pandang secara
umum.jadi itu ada dua faktor, yang
pertama faktor internal adalah
bagaimana kesiapan dan kemampuan
petugas pengelola selama ini kita
menyadari petugas kita sangat terbatas
jumlahnya. Yang kedua faktor
eksternal ada dukungan dari pihak-
pihak lain bahwa kawasan wisata
siring menara pandang ini adalah salah
satu ikon kota Banjarmasin ini perlu
dipelihara dijaga bersama bukan hanya
dituntut dari pengelola tapi juga dari
pengunjung supaya tertib
2. Faktor Sumber Daya (Resources)
Untuk pertanyaan peneliti
selanjutnya tentang bagaimana
sumber daya manusia atau aparatur
yang mempunyai tanggung jawab
untuk melaksanakan kebijakan
dalam mengimplementasikan
kebijakan objek wisata Siring
Menara Pandang informan Bapak
Drs. Muhamad Ikhsan Alhak, M. Si
menyatakan sebagai berikut:
“Ya kalau dari segi SDM-nya sih
memang perlu kita dari segi
kuantitasnya jumlah kita kurang
seperti yang saya sebutkan tadi
minimal 50 atau 100 lah sehingga
mereka juga bekerja bisa tidak
over load, ada juga pekerjaan-
pekerjaan yang tidak ada
petugasnya…seperti petugas
keamanan selama ini kan hanya
merangkap-rangkap saja
harusnya petugas keamanan
khusus seperti petugas keamanan
rangjkap-rangkap lah .
Harapannya nanti faktor SDM di
lapangan bisa diatasi oleh
pemerintah kota. Sehingga
keluhan-keluhan terhadap
kekurangan petugas atau
kekurangan lainnya yang paling
penting adalah masalah skills
atau juga kecakapan petugas-
petugas kita pertolongan
pertama pada kondisi
emergency. Jadi banyak
pelatihan yang harus mereka
ikuti. Keamanan bagaimana tata
cara pengamanan terhadap
tindak kejahatan untuk situasi
darurat, terus juga untuk situasi
kecelakaaan itu juga atau
bencana itu juga perlu mereka
mengikuti pelatihan
kegawatdaruratan sementara ini
belum mungkin tahun 2020 kita
ikutkan pelatihan-pelatihan
seperti itu. (Hasil wawancara, 23
Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa dari segi
SDM dari segi kuantitasnya kurang
Faktor kekurangan SDM di
lapangan diaharpkan bisa diatasi
oleh pemerintah kota sehingga
keluhan-keluhan terhadap
kekurangan petugas atau
kekurangan lainnya yang paling
penting adalah masalah skills atau
juga kecakapan ptugas-petugas pada
kondisi emergency. Peralatan juga
masih kurang dengan area yang
cukup luas itu masih banyak
menggunakan manual, belum punya
alat yang khusus. membersihkan
lantai
3. Faktor Komunikasi (Communication)
Untuk pertanyaan peneliti
selanjutnya tentang bagaimana
faktor tranmisi atau saluran-saluran
komunikasi yang digunakan dalam
mengimplementasikan kebijakan
wisata Siring Menara Pandang
informan Bapak Drs. Muhamad
Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan
sebagai berikut:
“Untuk komunikasi…jadi
komunikasi ini kan ada yang
sifatnya melalui koordinasi..terus
juga melalui penggunaan sosial
media..melalui handy talky…atau
apa..nah…walaupun ini juga
antara satu petugas dengan yang
lain belum memiliki i handy talky
atau apa..misalnya jadi masih
menggunakan HP pribadi (Hasil
wawancara, 23 Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa untuk
komunikasi ada yang sifatnya
melalui koordinasi..terus juga
melalui penggunaan sosial
media..melalui handy talky atau
menggunakan HP pribadi.
Komunikasi yang dilakukan sudah
efektif dan dimenegerti oleh mereka
karena memang pekerjaan yang
sudah dilaksanakan sehari-hari
.4. Faktor Disposisi (Disposition)
Untuk pertanyaan peneliti
selanjutnya bagaimana tindakan
yang dimiliki oleh implementator
dalam melaksanakan kebijakan
informan Bapak Drs. Muhamad
Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan
sebagai berikut:
“Jadi yaa..kita memberi perintah
itu kita bisa lisan dan tertulis
kalau tertulis disposisi itu cukup
jelas apa yang harus disiapkan,
apa yang harus dilakukan, apa
yang harus dikerjakan,
dilaksanakan Hasil wawancara,
23 Desember 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa memberi perintah bisa
dilaksanakan secara lisan dan tertulis.
Kalau tertulis disposisi itu cukup jelas apa
yang harus disiapkan, apa yang harus
dilakukan, apa yang harus dikerjakan dan
dilaksanakan. Seluruh pelaksanaan
pekerjaan itu menjadi tanggung jawab
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
walaupun juga diback up oleh beberapa
dinas terkait misalkan keamanan
ketertiban itu dari Satpol PP, kebersihan
dari Dinas Lingkungan Hidup, perbaikan
infrastruktur srana dan prasarana nah itu
Dinas Pekerjaan Umum jadi kita bekerja
secara kolektif kolegial tapi
pertanggungjawaban tetap di tangan dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian
pada tahun 2020 sudah ditangani oleh
unit langsung membawahi petugas.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
melalui wawancara dengan informan bahwa
struktur organisasi pada objek wisata Siring
Menara Pandang mempunyai pengaruh
besar dalam implementasi kebijakan cukup
signifikan. Sedangkan untuk struktur
menara pandang itu bagian dari pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata jadi sangat
berpengaruh. Tentang SOP yang
berhubungan dengan mekanisme sistem dan
pedoman untuk melaksanakan kebijakan
wisata Siring Menara Pandang dilaksanakan
mulai dari Kepala Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga,
selanjutnya dilaksanakan juga oleh Kepala
Bidang Pengembangan Pariwisata dan
selanjunya oleh seksi-seksi dan seluruh staf
yang ada di lapangan objek wisata siring
menara pandang. Faktor penentu yang
mempengaruhi implementasi kebijakan
diantaranya adalah komunikasi (transmisi,
kejelasan, konsistensi), sumber daya
(sumber daya manusia, anggaran,
peralatran, kewenangan), disposisi, dan
struktur birokrasi.
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
1. Kebijakan pengelolaan pariwisata
siring menara pandang untuk
Implementasi kebijakannya belum
berhasil secara efektif dan efesien
karena sarana prasarananya belum
lengkap tersedia, ditambah SDM
yang belum berkualifikasi, dan
ditambah SDM yang memang tidak
mempunyai pendidikan khusus
2. Dampak sosial masyarakat
Banjarmasin dengan adanya siring
menara pandang adalah adanya
interaksi sosial antara pengunjung
dengan pedagang serta banyak
orang yang menggantungkan hidup
di objek siring menara pandang.
3. Dampak ekonomi masyarakat
Banjarmasin dengan adanya Siring
menara pandang adalah dapat
meningkatkan perekonomian
masyarakat, penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), meningkatkan
kesempatan berusaha, terbukanya
lapangan kerja, meningkatnya
pendapatan masyarakat dan
pemerintah, serta mendorong
pembangunan daerah
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budi, W. (2016). Kebijakan Publik Era
Globalisasi (teori, proses dan studi
kasus Koperatif). Yogyakarta: CAPC
(Center Of Academic Publishing
Service).
Sogiyono. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung Alfabeta
Solichin, A. (2015). Analisis Kebijakan Dari
Formulasi Ke Penyusun Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Abdul Wahab, (2015). Implementasi Kebijakan
Publik, Jakarta: PT Bumi Angkasa
Hasbullah. (2015). Kebijakan pendidikan dalam
perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi
Objektif Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Raja GrafindoPersada
Sedarmayanti, (2014). Membangun dan
Mengembangkan Kebudayaan dan
Industri Pariwisata
Peraturan Perundang-undangan
UU No. 10 Tahun 2009
Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 25
Tahun 2016
Jurnal
Pallewa, A. (2016). Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Pada Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten
Toraja, Vol 4 No 7 Hal 181-192.
Pratidina, D. H. (2015). Model Implementasi
Kebijakan Pengembangan Pariwisata
Dalam Meningkatkan Destinasi
Pariwisata Di Kabupaten Bogor, Vol 6
No 2.
Muhammad Zaki M, (2019). Revolusi Industri
Sebagai Momentum Revitalisasi
Pariwisata Berbasis Budaya Sebagai
Pengambilan Nilai-nilai Adat Di Bali,
Hal 328