IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM …

15
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI SIRING MENARA PANDANG KOTA BANJARMASIN Erma Tahriana*, H.M. Uhaib As’ad , Fika Fibriyanita Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NPM. 16.12.0141 Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.1116116301 Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.112010630 [email protected] ABSTRAK Erma Tahriana, 16.12.0141, 2019, “Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pengembangan Pariwisata Di Sirng Menara Pandang Kota Banjarmasin’’. Bimbingan Bapak H.M. Uhaib As’ad sebagai pembimbing utama dan Ibu Fika Fibriyanita sebagai Co Pembimbing Tujuan utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan Tujuan penelitian adalah mengetahui dampak sosial bagi masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang dan dampak ekonomi bagi masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang . Metode penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif,. Tipe penelitian menguunakan metode deskriptif yaitu:suatu rumusan masalah yang berkenan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kebijakan pengelolaan pariwisata siring menara pandang untuk Implementasi kebijakannya belum berhasil secara efektif dan efesien karena sarana prasarananya belum lengkap tersedia, ditambah SDM yang belum berkualifikasi, dan ditambah SDM yang memang tidak mempunyai pendidikan khusus Dampak sosial masyarakat adalah adanya interaksi sosial antara pengunjung dengan pedagang serta banyak orang yang menggantungkan hidup di objek siring menara pandang. Dampak ekonomi masyarakat adalah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan kesempatan berusaha, terbukanya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah, serta mendorong pembangunan daerah. Saran bagi Pemerintah Kota hendaknya meningkatkan anggaran daerah untuk pengelolaan objek wisata siring menara pandang. Bagi pengelola objek wisata siring menara pandang hendaknya meningkatkan fasilitas sarana prasara.Bagi masyarakat agar meningkatkan kunjungannya ke objek wisata siring menara pandang dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar lokasi objek wisata siring menara pandang. Kata Kunci : Implementasi, kebijakan, siring menara pandang

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DALAM PENGEMBANGAN

PARIWISATA DI SIRING MENARA PANDANG KOTA BANJARMASIN

Erma Tahriana*, H.M. Uhaib As’ad , Fika Fibriyanita

Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NPM. 16.12.0141

Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.1116116301

Ilmu Administrasi Publik. 63201.Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.Uniska. NIDN.112010630

[email protected]

ABSTRAK

Erma Tahriana, 16.12.0141, 2019, “Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Pengembangan

Pariwisata Di Sirng Menara Pandang Kota Banjarmasin’’. Bimbingan Bapak H.M. Uhaib As’ad sebagai

pembimbing utama dan Ibu Fika Fibriyanita sebagai Co Pembimbing

Tujuan utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah

suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan Tujuan penelitian adalah mengetahui dampak sosial

bagi masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang dan dampak ekonomi bagi

masyarakat banjarmasin dengan keberadaan siring menara pandang

. Metode penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif,. Tipe penelitian menguunakan metode

deskriptif yaitu:suatu rumusan masalah yang berkenan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel

mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kebijakan pengelolaan pariwisata siring menara pandang

untuk Implementasi kebijakannya belum berhasil secara efektif dan efesien karena sarana prasarananya

belum lengkap tersedia, ditambah SDM yang belum berkualifikasi, dan ditambah SDM yang memang

tidak mempunyai pendidikan khusus Dampak sosial masyarakat adalah adanya interaksi sosial antara

pengunjung dengan pedagang serta banyak orang yang menggantungkan hidup di objek siring menara

pandang. Dampak ekonomi masyarakat adalah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,

penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan kesempatan berusaha, terbukanya lapangan

kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah, serta mendorong pembangunan daerah.

Saran bagi Pemerintah Kota hendaknya meningkatkan anggaran daerah untuk pengelolaan objek wisata

siring menara pandang. Bagi pengelola objek wisata siring menara pandang hendaknya meningkatkan

fasilitas sarana prasara.Bagi masyarakat agar meningkatkan kunjungannya ke objek wisata siring menara

pandang dan menjaga kebersihan lingkungan di sekitar lokasi objek wisata siring menara pandang.

Kata Kunci : Implementasi, kebijakan, siring menara pandang

ABSTRACT

Erma Tahriana, 16.12.0141, 2019, "Implementation of City Government Policies in Tourism

Development in Banjarmasin City View Tower. "Advisor 1.Uhaib As’ad 2. Fika Fibriyanita, S.Sos.,

M.AP

The main essence of policy implementation is to understand what should happen after a

program is declared valid or formulated. The purpose of the study is to determine the social impact

for the community of banjarmasin with the existence of a siring tower of view and the economic

impact for the people of banjarmasin with the existence of a siring tower of view

. The research method uses a qualitative approach. This type of research uses descriptive methods,

namely: a problem formulation that pleases the question of the existence of an independent variable,

either only on one or more variabl

The results of the study can be concluded that the Siring Tower view of tourism management

policy for the implementation of the policy has not been successful effectively and efficiently because

the infrastructure is not yet fully available, plus human resources that have not been qualified, and

added human resources who do not have special education Social impact is the existence of social

interaction between visitors with traders as well as many people who depend their lives on the sight

tower siring objects. The economic impact of the community is to be able to improve the community's

economy, receive Regional Original Revenue (PAD), increase business opportunities, open

employment, increase community and government income, and encourage regional development.

Suggestions for the City Government should increase the regional budget for the management of the

Siring Tower tourist attraction. For the management of the sight tower siring attraction, it should

improve the facilities of prasara facilities. For the community to increase their visit to the sighting

tower siring attraction and maintain the cleanliness of the environment around the sighting tower

siring attraction.

Keywords: Implementation, policy, siring tower of view

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang

ikut berperan penting dalam usaha

peningkatan pendapatan. Indonesia

merupakan negara yang memiliki

keindahan alam dan keanekaragaman

budaya, sehingga perlu adanya

peningkatan sektor pariwisata. Hal ini

dikarenakan pariwisata merupakan

sektor yang dianggap menguntungkan

dan sangat berpotensi untuk

dikembangkan sebagai salah satu aset

yang di gunakan sebagai sumber yang

menghasilkan bagi Bangsa dan Negara.

Daerah wisata harus memiliki daya tarik

untuk menarik minat wisatawan

berkunjung ke daerah tersebut

Kawasan siring menara pandang

adalah salah satu objek wisata yang

memiliki kekhasan tersendiri dan

merupakan salah satu warisan sejarah

yang masih ada, di Siring menara

pandang kini semakin banyak

pengunjung karena berkembangnya

kegiatan pariwisata,di siring menara

pandang dapat memberikan dampak

atau pengaruh yang luas baik itu

dampak positif maupun negatif

terhadap kondisi lingkungan fisik,

kondisi ekonomi, sosial dan budaya

bagi masyarakat sekitar di kawasan

wisata tersebut, Kegiatan pariwisata

dalam kehidupan ekonomi dapat

berdampak positif yaitu menciptakan

lapangan pekerjaan (kesempatan usaha)

yang cukup luas bagi penduduknya.

Peluang kerja tersebut antara lain

bekerja sebagai petugas parkir, usaha

dagang makanan dan minuman, serta

usaha dan lain-lain.

Berdasarkan observasi awal peneliti

masih banyak permasalahan yang ada

di Siring Menara Pandang antara lain

soal keamanan dan yang paling

mencolok parkir yang kerap menumpuk

meluber hingga ke badan jalan. Hal itu

dinilainya membahayakan pengunjung

maupun pengguna jalan. Di sana lalu

lintas tergolong padat karena juga

menjadi akses utama pengguna jalan,

apalagi Jalan Pierre Tendean sempit

rawan sekali terjadi kecelakaan. Lalu

soal kenyamanan wisatawan siring

sudah bak pasar tradisional. Pada

hari Minggu, badan siring dipenuhi

lapak kaki lima pedagang berjubel

dan tak teratur. Tak kalah penting

soal keselamatan. Contoh

sederhana, di area siring tak ada

pagar pembatas antara selasar dan

area taman. "Bagi orang dewasa

mungkin tak masalah. Tapi

bagaimana dengan anak-anak.

Antara halaman dan badan siring

cukup terjal dan tinggi.Di sana lalu

lintas tergolong padat. Karena juga

menjadi akses utama pengguna jalan,"

katanya. Apalagi Jalan Pierre Tendean

sempit. Rawan sekali terjadi

kecelakaan.

Terkait pengembangan

pariwisata di Siring Menara Pandang

Strategi tersebut tidak hanya dilihat

melalui kelayakan potensi wisata yang

dimiliki, akan tetapi terhadap

bagaimana penerapan manajemen atau

mekanisme pengelolaan yang ada saat

ini dalam upaya mempersiapkan Siring

Menara Pandang sebagai kawasan

wisata yang bertaraf nasional. Seluruh

kebijakan pengembangan tersebut

diimbangi dengan adanya upaya

manajemen secara komprensif,

menyeluruh, dan terpadu serta

merupakan konsensus bersama bagi

semua komponen pembangunan yang

ada. Berdasarkan pemaparan latar

belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut mengenai

Implementasi Kebijakan Pemerintah

Kota dalam Pengembangan Pariwisata

Di Sirng Menara Pandang Kota

Banjarmasin.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan pengelolaan

pariwisata siring menara pandang?

2. Bagaimana dampak sosial masyarakat

banjarmasin dengan adanya Siring

menara pandang?

3. Bagaimana dampak ekonomi masyarakat

banjarmasin dengan adanya Siring

menara pandang?

1.3. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang

permasalahan dan identifikasi masalah

diatas, maka penelitian ini memfokuskan

pada pembahasan mengenai dampak

keberadaan siring menara pandang terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan

kebijakan pengelolaan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui dampak sosial bagi

masyarakat banjarmasin dengan

keberadaan siring menara pandang.

2. Untuk Mengetahui dampak ekonomi

bagi masyarakat banjarmasin dengan

keberadaan siring menara pandang

II. Alat dan Metode

2.1 Penedekatan Penelitian

Penelitian yang berjudul

Implementasi Kebijakan tentang Siring

Menara Pandang di Kota Banjarmasin,

menggunakan pendekatan Kualitatif,

pengertian metode deskriptif menurut

Sugiyono (2016:53) yaitu: suatu

rumusan masalah yang berkenan

dengan pertanyaan terhadap

keberadaan variabel mandiri, baik

hanya pada satu variabel atau lebih

2.2 Tipe Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian,

terlebih dahulu perlu menentukan

metode penelitian yang akan

digunakan, karena hal ini merupakan

langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam penelitian. Pada dasarnya

metode penelitian merupakan suatu

cara yang dapat digunakan peneliti

dalam melaksanakan penelitian.

2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Siring

Menara Pandang Kota Banjarmasin.

2.4 Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, hal yang

menjadi bahan pertimbangan utama

dalam pengumpulan data adalah

pemilihan informan. Dalam penelitian

kualitatif tidak digunakan istilah

populasi. Teknik sampling yang di

gunakan oleh peneliti adalah purposive

sample, ada dua sumber data penelitian

menurut Sugiyono yaitu:

1. Data Primer

Sumber data primer

didapatkan melalui kegiatan

wawancara dengan subjek penelitian

dan dengan observasi atau

pengamatan langsung di lapangan.

Dalam penelitian ini data primer

berupa cacatan hasil wawancara dan

hasil pengamatan langsung di

lapangan yang diperoleh melalui

wawancara dengan Kepala Dinas

Pariwisata Siring menara pandang

Kota Banjarmasin dan beberapa

masyarakat sekitar wisata Siring

menara pandang.

2. Data Sekunder

Sugiyono (2016:225)

mengatakan bahwa data sekunder

merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui

orang lain atau lewat dokumen.

2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan

langkah paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data

berupa wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Esterbeg (dalam

Sugiyono, 2016:232) wawancara

merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide

melalui Tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Dalam

penelitian ini, wawancara yang

digunakan adalah semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur

bertujuan untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka,

dimana narasumber diminta

pendapat dan idenya.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian yang

dilakukan, sumber dokumentasi

diperoleh dari data-data kepala

dinas pariwisata siring menara

pandang kota Banjarmasin,

masyarakat sekitar wisata siring

menara pandang, dan pedagang di

wisata siring menara pandang Kota

Banjarmasin.

2.6 Definisi Operasional

Dalam mengarahkan penelitian pada

sasarannya memerlukan adanya batasan

terhadap penelitian, tujuannya adalah agar

menggambarkan fenomena yang hendak

di teliti secara cepat. Berkaitan dengan

penelitian ini, maka penulis merumuskan

definisi operasional yang merupakan

pembatasan penelitian yang akan

dilakukan. Adapum yang menjadi batasan

atau ukuran adalah Implementasi

kebijakan pemerintah kota dalam

pengembangan siring menara pandang

kota Banjarmasin dengan mengacu pada

beberapa faktor yaitu komunikasi, sumber

daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

2.7 Analisis Data

Beberapa metode analisis data yang

terbagi dalam 4 bagian besar, yaitu:

1. Reduksi data

Proses reduksi ini diperlukan

sebagai suatu cara untuk

menghilangkan data yang tidak

diperlukan oleh peneliti, sehingga

penelitian yang dilakukan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan

pleh peneliti.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah

sebuah proses yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data

yang diperlukan dalam proses

penelitiannya. Adapun data yang

diperoleh dapat diambil dari hasil

wawancara, dokumentasi, maupun

instrumen lain yang dubutuhkan

dalam melakukan penelitian

3. Penyajian data

Penyajian data yang digunakan

dalam penelitian kualitatif ini berupa

teks naratif, baik uraian singkat,

bagan, dan tabel agar mudah

dipahami.

4. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan yang ditarik ini

harus bisa menjawab rumusan

masalah yang sudah ditetapkan oleh

peneliti pada awal penelitian.

Diawali dengan interpretasi peneliti

atas temuan dari wawancara, hingga

dapat menarik kesimpulan.

Penarikan kesimpulan akhir akan

dilakukan saat peneliti dapat menilai

hasil kerja CJA dengan metode

balanced scorecard. Penarikan

kesimpilan hanya akan dikatakan

kredibel apabila kesimpulan

didukung dengan bukti-bukti yang

kuat dan dapat berlanjut ke tahap

penerapan hasil penelitian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

1. Faktor Struktur Birokrasi

(Bureaucratic Structure)

Berdasarkan hasil penelitian

melalui wawancara dengan informan

Kepala Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kota Banjarmasin pada tanggal 23

Desember 2019 untuk pertanyaan

peneliti tentang apakah struktur

organisasi pada objek wisata Siring

Menara Pandang mempunyai

pengaruh besar dalam implementasi

kebijakan Bapak Drs. Muhamad

Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan

sebagai berikut:

“Struktur organisasi pada objek

wisata Siring Menara Pandang

mempunyai pengaruh besar dalam

implementasi kebijakan cukup

signifikan ya…itu jawabannya”

(Hasil wawancara, 23 Desember

2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan peneliti dapat menyimpulkan

bahwa struktur organisasi pada objek

wisata Siring Menara Pandang

mempunyai pengaruh besar dalam

implementasi kebijakan. Faktor yang

memepengaruhi keberhasilan dan

kegagalan implementasi kebijakan

wisata Siring Menara Pandang secara

umum.jadi itu ada dua faktor, yang

pertama faktor internal adalah

bagaimana kesiapan dan kemampuan

petugas pengelola selama ini kita

menyadari petugas kita sangat terbatas

jumlahnya. Yang kedua faktor

eksternal ada dukungan dari pihak-

pihak lain bahwa kawasan wisata

siring menara pandang ini adalah salah

satu ikon kota Banjarmasin ini perlu

dipelihara dijaga bersama bukan hanya

dituntut dari pengelola tapi juga dari

pengunjung supaya tertib

2. Faktor Sumber Daya (Resources)

Untuk pertanyaan peneliti

selanjutnya tentang bagaimana

sumber daya manusia atau aparatur

yang mempunyai tanggung jawab

untuk melaksanakan kebijakan

dalam mengimplementasikan

kebijakan objek wisata Siring

Menara Pandang informan Bapak

Drs. Muhamad Ikhsan Alhak, M. Si

menyatakan sebagai berikut:

“Ya kalau dari segi SDM-nya sih

memang perlu kita dari segi

kuantitasnya jumlah kita kurang

seperti yang saya sebutkan tadi

minimal 50 atau 100 lah sehingga

mereka juga bekerja bisa tidak

over load, ada juga pekerjaan-

pekerjaan yang tidak ada

petugasnya…seperti petugas

keamanan selama ini kan hanya

merangkap-rangkap saja

harusnya petugas keamanan

khusus seperti petugas keamanan

rangjkap-rangkap lah .

Harapannya nanti faktor SDM di

lapangan bisa diatasi oleh

pemerintah kota. Sehingga

keluhan-keluhan terhadap

kekurangan petugas atau

kekurangan lainnya yang paling

penting adalah masalah skills

atau juga kecakapan petugas-

petugas kita pertolongan

pertama pada kondisi

emergency. Jadi banyak

pelatihan yang harus mereka

ikuti. Keamanan bagaimana tata

cara pengamanan terhadap

tindak kejahatan untuk situasi

darurat, terus juga untuk situasi

kecelakaaan itu juga atau

bencana itu juga perlu mereka

mengikuti pelatihan

kegawatdaruratan sementara ini

belum mungkin tahun 2020 kita

ikutkan pelatihan-pelatihan

seperti itu. (Hasil wawancara, 23

Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan peneliti dapat

menyimpulkan bahwa dari segi

SDM dari segi kuantitasnya kurang

Faktor kekurangan SDM di

lapangan diaharpkan bisa diatasi

oleh pemerintah kota sehingga

keluhan-keluhan terhadap

kekurangan petugas atau

kekurangan lainnya yang paling

penting adalah masalah skills atau

juga kecakapan ptugas-petugas pada

kondisi emergency. Peralatan juga

masih kurang dengan area yang

cukup luas itu masih banyak

menggunakan manual, belum punya

alat yang khusus. membersihkan

lantai

3. Faktor Komunikasi (Communication)

Untuk pertanyaan peneliti

selanjutnya tentang bagaimana

faktor tranmisi atau saluran-saluran

komunikasi yang digunakan dalam

mengimplementasikan kebijakan

wisata Siring Menara Pandang

informan Bapak Drs. Muhamad

Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan

sebagai berikut:

“Untuk komunikasi…jadi

komunikasi ini kan ada yang

sifatnya melalui koordinasi..terus

juga melalui penggunaan sosial

media..melalui handy talky…atau

apa..nah…walaupun ini juga

antara satu petugas dengan yang

lain belum memiliki i handy talky

atau apa..misalnya jadi masih

menggunakan HP pribadi (Hasil

wawancara, 23 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan peneliti dapat

menyimpulkan bahwa untuk

komunikasi ada yang sifatnya

melalui koordinasi..terus juga

melalui penggunaan sosial

media..melalui handy talky atau

menggunakan HP pribadi.

Komunikasi yang dilakukan sudah

efektif dan dimenegerti oleh mereka

karena memang pekerjaan yang

sudah dilaksanakan sehari-hari

.4. Faktor Disposisi (Disposition)

Untuk pertanyaan peneliti

selanjutnya bagaimana tindakan

yang dimiliki oleh implementator

dalam melaksanakan kebijakan

informan Bapak Drs. Muhamad

Ikhsan Alhak, M. Si menyatakan

sebagai berikut:

“Jadi yaa..kita memberi perintah

itu kita bisa lisan dan tertulis

kalau tertulis disposisi itu cukup

jelas apa yang harus disiapkan,

apa yang harus dilakukan, apa

yang harus dikerjakan,

dilaksanakan Hasil wawancara,

23 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan peneliti dapat menyimpulkan

bahwa memberi perintah bisa

dilaksanakan secara lisan dan tertulis.

Kalau tertulis disposisi itu cukup jelas apa

yang harus disiapkan, apa yang harus

dilakukan, apa yang harus dikerjakan dan

dilaksanakan. Seluruh pelaksanaan

pekerjaan itu menjadi tanggung jawab

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

walaupun juga diback up oleh beberapa

dinas terkait misalkan keamanan

ketertiban itu dari Satpol PP, kebersihan

dari Dinas Lingkungan Hidup, perbaikan

infrastruktur srana dan prasarana nah itu

Dinas Pekerjaan Umum jadi kita bekerja

secara kolektif kolegial tapi

pertanggungjawaban tetap di tangan dinas

Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian

pada tahun 2020 sudah ditangani oleh

unit langsung membawahi petugas.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

melalui wawancara dengan informan bahwa

struktur organisasi pada objek wisata Siring

Menara Pandang mempunyai pengaruh

besar dalam implementasi kebijakan cukup

signifikan. Sedangkan untuk struktur

menara pandang itu bagian dari pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata jadi sangat

berpengaruh. Tentang SOP yang

berhubungan dengan mekanisme sistem dan

pedoman untuk melaksanakan kebijakan

wisata Siring Menara Pandang dilaksanakan

mulai dari Kepala Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga,

selanjutnya dilaksanakan juga oleh Kepala

Bidang Pengembangan Pariwisata dan

selanjunya oleh seksi-seksi dan seluruh staf

yang ada di lapangan objek wisata siring

menara pandang. Faktor penentu yang

mempengaruhi implementasi kebijakan

diantaranya adalah komunikasi (transmisi,

kejelasan, konsistensi), sumber daya

(sumber daya manusia, anggaran,

peralatran, kewenangan), disposisi, dan

struktur birokrasi.

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan

1. Kebijakan pengelolaan pariwisata

siring menara pandang untuk

Implementasi kebijakannya belum

berhasil secara efektif dan efesien

karena sarana prasarananya belum

lengkap tersedia, ditambah SDM

yang belum berkualifikasi, dan

ditambah SDM yang memang tidak

mempunyai pendidikan khusus

2. Dampak sosial masyarakat

Banjarmasin dengan adanya siring

menara pandang adalah adanya

interaksi sosial antara pengunjung

dengan pedagang serta banyak

orang yang menggantungkan hidup

di objek siring menara pandang.

3. Dampak ekonomi masyarakat

Banjarmasin dengan adanya Siring

menara pandang adalah dapat

meningkatkan perekonomian

masyarakat, penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD), meningkatkan

kesempatan berusaha, terbukanya

lapangan kerja, meningkatnya

pendapatan masyarakat dan

pemerintah, serta mendorong

pembangunan daerah

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budi, W. (2016). Kebijakan Publik Era

Globalisasi (teori, proses dan studi

kasus Koperatif). Yogyakarta: CAPC

(Center Of Academic Publishing

Service).

Sogiyono. (2016). Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2014). Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung Alfabeta

Solichin, A. (2015). Analisis Kebijakan Dari

Formulasi Ke Penyusun Model-Model

Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Abdul Wahab, (2015). Implementasi Kebijakan

Publik, Jakarta: PT Bumi Angkasa

Hasbullah. (2015). Kebijakan pendidikan dalam

perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi

Objektif Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Raja GrafindoPersada

Sedarmayanti, (2014). Membangun dan

Mengembangkan Kebudayaan dan

Industri Pariwisata

Peraturan Perundang-undangan

UU No. 10 Tahun 2009

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 25

Tahun 2016

Jurnal

Pallewa, A. (2016). Implementasi Kebijakan

Pengembangan Pariwisata Pada Dinas

Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten

Toraja, Vol 4 No 7 Hal 181-192.

Pratidina, D. H. (2015). Model Implementasi

Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Dalam Meningkatkan Destinasi

Pariwisata Di Kabupaten Bogor, Vol 6

No 2.

Muhammad Zaki M, (2019). Revolusi Industri

Sebagai Momentum Revitalisasi

Pariwisata Berbasis Budaya Sebagai

Pengambilan Nilai-nilai Adat Di Bali,

Hal 328