IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

90
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA KECAMATAN MANGGALA LINA HERLINA Nomor stambuk: 105640099510 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Transcript of IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA

KECAMATAN MANGGALA

LINA HERLINA

Nomor stambuk: 105640099510

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA

KECAMATAN MANGGALA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan oleh

LINA HERLINA

Nomor stambuk : 105640099510

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA

Tamangapa Kecamatan Manggala.

Nama Mahasiswa : Lina Herlina

Nomor Stambuk : 105640099510

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …
Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama mahasiswa : Lina Herlina

Nomor Stambuk : 105640099510

Program studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri

tampa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / publikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar

akademik.

Makassar, 10 Oktober 2014

Yang Menyatakan,

Lina Herlina

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

ABSTRAK

LINA HERLINA. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar

dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala

(dibimbing oleh Muhlis Madani dan Nuryanti Mustari).

Implementasi kebijakan pemerintah merupakan salah satu variabel yang

menentukan pencapaian tujuan pemerintahh yang sangat terkait langsung dengan

kepada upaya pemerintah dalam melayani dan mengatur masyarakat dan

lingkungannya. Seperti yang terjadi di Kota Makassar masalah pengelolaan

sampah masih menjadi polemik bagi pemerintah yang disebabkan oleh

peningkatan jumlah sampah yang di produksi setiap hari, hal ini membuat

pemerintah harus bekerja ekstra untuk menanganinya termasuk pembuatan Perda

dan kebijakan-kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk

menggambarkan dan menjelaskan implementasi kebijakan pemerintah Kota

Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif (menjelaskan

kondisi objek secara alamiah) dengan informan sebanyak 10 (Sepuluh) orang

yang dipilih berdasarkan pandangan bahwa informan memiliki pengetahuan dan

informasi mengenai permasalahan yang diteliti yakni Kepala Dinas Pertamanan

dan Kebersihan Kota Makassar, Ketua Staf, dan pengelolah Teknis Lapangan

TPA. sumber Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa;

observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan wawancara terhadap

informan.

Hasil penelitian menunjukkan Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Makassar dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala

belum maksimal ini terlihat dari belum mencukupinya jumlah armada yang

mengangkut sampah dibandingkan dengan jumlah sampah setiap hari yang

dihasilkan oleh masyarakat, serta belum memadainya fasilitas lain seperti

infrastruktur jalan menuju lokasi TPA sehingga menyebabkan terganggunya

mobilitas pengelolaan sampah.

Kata kunci: implementasi, TPA

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan- Nya.

Teriring salam dan salawat pada junjungan Rasulullah SAW dan Keluarga yang

dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi yang berjudul “

Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah

di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala” dapat penulis selesaikan dengan baik

dan tepat waktu. Penulis menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang

merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar serjana pada program studi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya. Untuk itu,

penulis menerima segala bentuk usul, saran ataupun kritikan yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan berikutnya. Dalam proses penyusunan skripsi

ini, penulis tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai dari pengumpulan

literatur, pengumpulan data sampai pada pengolahan data maupun dalam tahap

penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa

tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik

material maupun moril, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis juga menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan kepada:

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Pembimbing I, yang telah mendidik,

membantu, dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

2. DR. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si selaku Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis serta

memberikan motifasi dan mengarahkan hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh

stafnya.

4. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya.

5. Bapak DR. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) dan yang telah

membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya.

6. Pemerintah Kota Makassar, segenap staf Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota dan masyarakat Kota Makassar Terima kasih atas segala

kerjasama dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan

penelitian.

7. Untuk kedua orang tuaku yang selama ini selalu membimbing serta

mengarahkan kearah yang lebih baik, dan telah memberikan dukungan

moril serta pengorbanan materi selama ini dengan sabar mengajariku

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

disetiap kesalahanku. Untuk kasih sayang yang selalu diberikan penulis.

Terima Kasih untuk semuanya.

8. Seluruh Keluarga besar yang senantiasa memberikan motivasi dan

bantuannya kepada penulis untuk menyelesikan studi, terima kasih atas

bantuan moril dan materi yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Terima kasih buat teman-teman KKP Angkatan VII FISIPOL Unismuh

Makassar tahun 2013 yang telah bersama-sama berjuang selama kurang

lebih Tiga bulan lamanya.

Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-

dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik

dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki

pertama kali di Universitas Muhammadiyah Makassar hingga selesainya studi

penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak

pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat

bernilai ibadah di sisi-Nya, Aamiin! Sekian dan terimakasih.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 10 Oktober 2014

Lina Herlina

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

vi

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. i

Halaman Persetujuan............................................................................................ ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................... iii

Abstrak ................................................................................................................. iv

Kata Pengantar ..................................................................................................... v

Daftar Isi .............................................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep dan Teori ............................................................. 8

B. Kerangka Pikir.................................................................................... 26

C. Fokus Penelitian ................................................................................. 26

D. Definisi Fokus Penelitian ................................................................... 27

BAB III. METODE PENELIATIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................... 28

C. Sumber Data ....................................................................................... 29

D. Informan Penelitian ............................................................................ 29

E. Fokus dan Deskripsi Fokus ................................................................ 30

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 30

G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 30

H. Pengabsahan Data .............................................................................. 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian .................................. 33

B. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar

dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangap ................................. 37

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam

Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa ......................................... 69

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 76

B. Saran-Saran ........................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada

Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek

kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian

integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan

yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota

provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan

kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan dengan

pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi.

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan konsumsi masyarakat dan

aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

dan jenis sampah, serta karakteristik sampah yang semakin beragam. Sampah

yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat perkotaan ini, telah

menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh setiap pemerintah

kota dengan dukungan partisipasi aktif dari masyarakat perkotaan itu sendiri.

Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum

mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam

melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya

maupun penerapan teknologi.

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

2

Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di

perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan

penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan

penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam

pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup

masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah

yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,

anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu

melayani seluruh sampah yang dihasilkan. Dalam hal pengelolaan sampah bagi

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, melalui UU NO.18/2008 mengenai

Pengelolaan Sampah dan Peraturan Daerah Kota Makassar NO.4 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Sampah.

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang sampai sekarang

masih menjadi masalah di beberapa kota besar yang ada di Indonesia.Masalah

utama sampah kota umumya terjadi diTPA (tempat pembuangan akhir) terutama

beberapa kota besar yang ada di Indonesia.Secara kimiawi sampah terdiri dari

sampah organik yakni sampah yang mudah diuraikan karena meiliki rantai kimia

yang pendek, dan sampah anorganik yakni sampah yang sulit di uraikan karena

memiliki rantai kimia yang panjang. Sampah organik berupa sayur-sayuran, de

daunan dan buah-buahan.Sedangkan sampah anorganik misalnya plastik,kaleng,

pecahan kaca, dan lain-lain. Kota Makassar, sama seperti kota lainnya di

Indonesia, mengalami ke tidak mampuan dalam mengatasi bangkitan dan buangan

sampah.Bangkitan sampah padat perkotaan (MunicipalSolid Waste) diperkirakan

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

3

sekitar 800 ton/hari(0,70 kg/kapita/hari atau 3.800 m3/hari 0,23ton/m3)1 pada

tahun 2006, dan diperkirakansekitar 458 ton/hari atau 48% (1.991 m3/hari)pada

tahun 2007. Limbah sampah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena

kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup

disekitarnya, karena bersifat toksik bagi hewan dan manusia (La Grega 2001

dalam Anonim 2008). TPA Tamangapa Antang yang terletak di wilayah

kecamatan Antang merupakan pusat tempat pembuangan akhir bagi seluruh

wilayah di Makassar, yang sudah beroperasi sekitar 15tahun dengan luas 14,3 Ha.

Dalam operasinya tempat pembuangan akhir Antang melakukan cara Open

Dumping, sehingga berpotensi mencemari air tanah. Berdasarkan data Unit Tata

Ruang dan Unit Kelola Lingkungan Makassar 2006, dari sejak dibukanya TPA

Tamangapa Antang diperkirakan sudah 1.240.000 ton limbah sampah organik

yang dibuang. Kualitas kompos umumnya ditentukan oleh unsur hara yang ada.

Kandungan unsur hara dalam kompos terbilang lengkap tapi jumlahnya sedikit

sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan bahan lain seperti

kotoran ternak dan mikroorganisme yang menguntungkan. EM4 merupakan

mikroorganisme yang dapat meningkatkan mikroba tanah, memperbaiki

kesehatan, dan kualitas tanah serta mempercepat pengomposan. Mikroorganisme

ini memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas kompos. Peneliti ingin

mengetahui penanganan sampah organik dalam mengelolah menjadi kompos

dengan penambahan larutan EM-4 (effectiveMicrooganic).

Kebijakan pemerintah dalam rangka menciptakan masyarakat yang bersih

memang sampai saat ini belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Indonesia

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

4

sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar di dunia dengan

populasi jumlah pendudukan berkisar 220 juta jiwa memang sangat berpengaruh

pada pola konsumsi masyarakat yang berakibat menimbulkan bertambahnya

volume sampah, dengan jenis dan karakteristik sampah spesifik sebagai bagian

pola konsumsi.

Sampah telah menjadi masalah klasik dari sebuah daerah perkotaan atau

wilayah permukiman yang padat penduduknya dengan lingkungan lahan

disekitarnya yang terbatas. Berbicara mengenai persoalan sampah, segera muncul

dalam pikiran kita pada umumnya adalah persoalan apa yang terlihat secara visual

kasat mata, yaitu sampah yang ada di tong tempat pembuangan sampah, sampah

yang berserakan di pinggir jalan, dan sebagainya, bukan apa yang akan

ditimbulkan atau yang akan menjadi dampak dari persoalan sampah tersebut.

Sehingga dalam mengatasinya hanya dianggap sebagai masalah “kebersihan.”

Tetapi apakah dengan menyingkirkan sampah, kita telah terlepas dari

permasalahan sampah Dan sampah tersebut biasanya masih tetap ada, karena yang

terjadi adalah pemindahan sampah dan pemindahan permasalahannya. Hal ini

terleihat bagaimana pada lingkungan permukiman atau perkotaan telah terbebas

dari tumpukan sampah, tapi disisi lain membiarkan lokasi lain (TPS, TPA dan

sebagainya) menjadi gunungan sampah dan sumber polusi bagi lingkungan dan

masyarakat sekitarnya.

Pada tanggal 7 Mei tahun 2008 yang lalu telah diundangkan oleh

pemerintah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah. Diundangkannya UU Pengelolaan Sampah ini tidak lain dari makin

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

5

ruwetnya pengaturan persampahan secara nasional, sehingga pengelolaan sampah

perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik secara ekonomi dalam

pengaturannya maupun kesehatan bagi masyarakat, dan juga aman bagi

lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Disamping itu pengaturan mengenai pengelolaan sampah juga diperlukan

adanya kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab baik bagi pemerintah pusat,

pemerintah daerah dan masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah

dapat berjalan secara profesional, efektif dan efisien. Diundangkannya UU

Pengelolaan Sampah sebagaimana yang tertulis dalam UU No. 18 Tahun 2008,

menjadi landasan bagi pemerintah baik didaerah dan di pusat dalam mengambil

kebijakan pengelolaan sampah yang benar dan efektif.

Sejak dikembangkan mazhab pembangunan berkelanjutan, isu lingkungan

menjadi sangat penting. Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL

(analisis manfaat dan dampak lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi, ISO

1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Hal ini di nilai penting,

karena pelestarian lingkungan (fisik) akan sangat menentukan keberlanjutan

kegiatan investasi maupun operasi (utamanya yang terkait dengan tersediannya

bahan baku).

Selama ini, pengertian lingkungan, seringkali dimaknai sekedar

lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber daya alam dan

lingkungan hidup. Tetapi, dalam praktek perlu disadari bahwa lingkungan sosial

juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan kehidupan. Kesadaran

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

6

seperti itulah yang mendorong di terbitkannya Undang-Undang No. 25 Tahun

2007 tantang Penanaman modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

perseroan yang didalamnya mencamtumkan tanggung jawab sosial dan

lingkungan oleh penanaman modal.

Kita menyadari masih lemahnya pemahaman masyarakat mengenai arti

pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Selama ini masyarakat masih

beranggapan sampah hanya sebatas sisa kegiatan sehari-hari manusia yang tidak

perlu diperhatikan. Masyarakat begitu mudahnya membuang sisa-sisa kegiatan

sehari-hari mereka baik berupa sisa-sisa makanan, yang berasal dari benda yang

padat yang tidak bisa didaur ulang maupun sisa kegiatan sehari-hari yang dapat

didaur ulang untuk dibuang disebarang tempat. Ketidak perhatian masyarakat itu

bagian pola masyarakat yang lemah untuk memperhatikan arti pentingnya

kesehatan masyarakat. Pemerintah juga masih beranggapan pengaturan mengenai

pengelolaan sampah yang benar bukanlah suatu perioritas program yang harus

diperhatikan. Walaupun disetiap pemerintahan daerah telah memiliki dinas-dinas

kebersihan.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengangkat sebagai bahan penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan

Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa

Kecamatan Manggala”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

7

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam

Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan Pemerintah

Kota Makassar dalam pengelolaan sampah di TPA Tamangapa ?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pada penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam

Pengelolaan Sampah di TPA Tamangapa ?

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

Pemerintah Kota Makassar dalam pengelolaan sampah di TPA Tamangapa ?.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikankontribusi positif yang dapat menunjang bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Pemerintahan, serta dapat memperkaya

khasanah kepustakaan mengenai implementasi kebijakan publik di Kota

Makassar.

2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

dan dapat berguna bagi Pemerintah Kota Makassar sebagai suatu bahan

informasi, masukan (input) dan sebagai komparasi dalam

mengimplementasikan Pengelolaan Sampah di Kota Makassar.

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi

Menurut Wahab dalam Mustari (2013) mengemukakan bahwa

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan. Implementasi Kebijakan merupakan langkah lanjutan berdasarkan

suatu kebijakan formulasi. Menurut Dunn dalam Mustari (2013) menyatakan

bahwa akan halnya implementasi kebijakan, lebih bersifat kegiatan praktis

termasuk di dalamnya mengeksekusi dan mengarahkan.

Sehubungan dengan sifat praktis yang ada dalam proses implementasi

kebijakan di atas, maka hal yang wajar bahwa implementasi ini berkaitan dengan

proses politik dan administrasi. Hal tersebut disebabkan karena ini menyangkut

tujuan dari diadakannya kebijakan tersebut .

Konteks implementasi demikian baru akan terlihat pengaruhnya setelah

kebijakan teresbut dilaksanakan. Hal itulah yang menunjukan bahwa proses

pelaksanaan kebijakan merupakan salah satu tahapan penting atau momentum

dalam proses perumusan atau pembuatan kebijakan selanjutnya, sebab berhasil

atau tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam

pelaksanaanya. Oleh karena itu, rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak akan

mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

9

dan baku tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau tidak di implementasikan.

Berkaitan dengan hal itu, dapat dikatakan bahwa salah satu tolok ukur

keberhasilan suatau strategi atau kebijakan terletak pada proses implementasinya.

Hal senada dikemukakan Salusu dalam Mustari (2013) bahwa dalam kasus

tertentu, proses implementasi dapat terjadi seketika, tetapi kebanyakan harus

menunggu karena memerlukan persiapan yang cukup matang. Implementasi dari

suatu kebijakan adalah sesuatu yang sangat peka, menuntut kehati-hatian, dan

bahkan pada saat penyusunan alternatif kebijakan dilakukan sudah harus

dipertanyakan bagaimana melaksanakan setiap alternatif tersebut.

Implementasi adalah perangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu

keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran. Guna

merealisasikan pencapaian sasaran tersebut, diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi

dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai

aktivitas guna mencapai sasaran tertentu. Masih dalam Salusu dalam Mustari

merumuskan implementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan yang di

dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai

sasaran dan strategi. Sehingga kegiatan implementasi menyentuh semua jajaran

manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan ini paling

bawah.

B. Konsep Kebijakan Pembangunan

Salah satu prasyarat dan faktor pelancar pembangunan adalah, adanya

kebijakan pemerintah untuk pembangunan di tingkat nasional, dan penjabarannya

oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal, serta langkah-langkah

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

10

pelaksanaan yang telah dimusyawarakan oleh warga masyarakat setempat, tentang

hal ini harus diingat bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan

harus selalu mengacu dan merupakan bagian integral yang tidak boleh terlepas

bahkan harus mampu memperlancar pelaksanaan serta tercapainya tujuan-tujuan

pembangunan yang telah disepakati di semua aras pelaksanaan pembangunan.

Karena itu, setiap penyuluh/fasilitator harus benar-benar memahami semua

kebijakan akan hasil-hasil musyawarah masyarakat yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembangunan.

Tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan-kebijakan

yang telah di sepakati, penyuluh akan menghadapi kesulitan dalam merumuskan

program pemberdayaan masyarakat yang direncanakannya. Di lain pihak, tanpa

adanya pemahaman yang baik terhadap kebijakan dan kesepakatan-kesepakatan

yang ditetapkan, dikhawatirkan program pemberdayaan masyarakat yang

dirumuskan akan kurang bermanfaat, bebeda, atau bahkan mungkin bertentangan

dengan kebijakan dan kesepakatan yang ada. Sehubungan dengan itu, beragam

kebijakan, peraturan, dan hasil-hasil musyawarah yang harus diperhatikan oleh

setiap penyuluh.

C. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan bila di pandang dalam pengertian yang luas,

merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi,prosedur,

dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih

dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno dalam Mustari 2013).

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

11

Menurut Teori Implementasi Kebijakan Edward III) yang dikutip oleh

Budi winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu :

1. Komunikasi.

Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan,

yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity).Faktor pertama yang

mendukung implementasi kebijakan adalahtransmisi. Seorang pejabat yang

mengimplementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah

dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan.Faktor kedua

yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-

petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana

kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas.Faktor ketiga yang mendukung

implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan

ingin berlangsung efektif.

Masih menurut Parsons (2006), model rasional ini berisi gagasan bahwa

implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa yang diperintahkan

dan mengontrol urutan tahapan dalam sebuah sistem.

Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam Ratmono (2008), berpendapat bahwa

implementasi top down adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan

mendasar. Beberapa ahli yang mengembangkan model implementasi kebijakan

dengan perspektif top down adalah sebagai berikut :

a. Van Meter dan Van HornMenurut Meter dan Horn (1975) dalam Nugroho

(2008), implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik,

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

12

implementor dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variable yang

mempengaruhi kebijakan public adalah sebagai berikut :

1. Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi

2. Karakteristik agen pelaksana/implementor

3. Kondisi ekonomi, social dan politik

4. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor

b. Menurut Edward III (1980) dalam Yousa (2007), salah satu pendekatan studi

implementasi adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang

dikemukakan sebagai berikut, yaitu :

1.Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ?

2.Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi

kebijakan?

Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III, mengusulkan

4(empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, yaitu :

1. Communication (komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk

menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas.

Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan ke

bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

13

informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam

menyampaikan informasi

2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi kebijakan

memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif

bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-

sumber dimaksud adalah :

a. staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan

untukmelaksanakan kebijakan

b. informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi

c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan

d. wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.

3.Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap implementor

dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor

bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung

dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya .

4.Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali

melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya,

sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam

mendukung keberhasilan implementasi.

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

14

3. Mazmanian dan Sabatier Mazmanian dan Sabatier (1983), mendefinisikan

implementasi sebagai upaya melaksanakan keputusan kebijakan, sebagaimana

pendapat mereka :

“Implementation is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated

in a statute but wich can also take the form of important executives orders or

court decision. Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and,

in a vaiety of ways, ‘structures’ the implementation process”.

Menurut model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan ke dalam tiga

variable, yaitu (Nugroho, 2008) :

a. Variabel independen : yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang

berkenaan dengan indicator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman

objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

b. Variabel intervening : yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan

konsistensi tujuan

c. Varaibel dependen : yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi proses

implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosial ekonomi dan

teknologi, dukungan publik, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat

yang lebih tinggi dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat

pelaksana.

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

15

5. Model Grindle Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994),

implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya

ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.

Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan

3. Derajat perubahan yang diinginkan

4. Kedudukan pembuat kebijakan

5. Pelaksana program

6. Sumber daya yang dikerahkan

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Model Grindle ini lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan,

khususnya yang menyangkut dengan implementor, sasaran dan arena konflik yang

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

16

mungkin terjadi di antara para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber

daya implementasi yang diperlukan.

Implementasi Kebijakan Bottom UpModel implementasi dengan

pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model pendekatan rasional

(top down). Parsons (2006), mengemukakan bahwa yang benar-benar penting

dalam implementasi adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana

kebijakan. Model bottom up adalah model yang memandang proses sebagai

sebuah negosiasi dan pembentukan consensus. Masih menurut Parsons (2006),

model pendekatan bottom up menekankan pada fakta bahwa implementasi di

lapangan memberikan keleluasaan dalam penerapan kebijakan.

Ahli kebijakan yang lebih memfokuskan model implementasi kebijakan

dalam persfektif bottom up adalah Adam Smith. Menurut Smith (1973) dalam

Islamy (2001), implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur.

Model Smith ini memamndang proses implementasi kebijakan dari proses

kebijakan dari persfekti perubahan social dan politik, dimana kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan

dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran.

Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi

oleh empat variable, yaitu :

1. Idealized policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan

dengan tujuan untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group

untuk melaksanakannya

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

17

2. Target groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat

mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus

kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan,

maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan

yang telah dirumuskan

3. Implementing organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung

jawab dalam implementasi kebijakan.

4. Environmental factors : unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi

implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

D. Konsep Pemerintah

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan

Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten Kota. Pemerintah daerah adalah

Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah, ( UU RI No. 32 Tahun 2004 ).

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

18

Menurut Siswanto ( 2008:54 ), Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya

dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan

politik di tingkat lokal.

Konsep pemikiran tentang otonomi daerah mengandung pemaknaan

terhadap eksistensi otonomi tersebut terhadap penyelenggaraan pemerintahan

daerah, pemikiran-pemikiran tersebut antara lain :

Pemikiran pertama, bahwa prinsip otonomi daerah dengan menggunakan

prinsip otonomi seluas-luasnya. Arti seluas-luasnya ini mengandung makna

bahwa daerah diberikan kewenangan membuat kebijakan daerah, untuk memberi

pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat

yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemikiran kedua, bahwa

prinsip otonomi daerah dengan menggunakan prinsip otonomi yang nyata dan

bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk

menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan

kewajiban yang senyatanya telah ada, serta berpotensi untuk tumbuh, hidup dan

berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian, isi

dan jenis otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud

pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan

nasional.

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

19

Seiring dengan prinsip di atas, dan tujuan serta cita-cita yang terkandung

dalam undang-undang yang terkait penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu

memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Di

samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian

hubungan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Artinya, mampu

membangun kerja sama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama

dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa

otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah

dengan pemerintah. Artinya, harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan

wilayah negara dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka

mewujudkan tujuan Negara, ( Sunarso, 2009:8 ).

Pemerintah atau Government dalam bahasa inggris di artikan sebagai “

The authoritative direction and administration of the affairs of men/ women in a

nation, stake, city, etc” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Pengarahan dan

administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah Negara,

Negara bagian, kota dan sebagainya. “Governance” lebih merupakan serangkaian

proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam

berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi

pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut” Kooiman (1993). Setiap

daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.

Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut

Bupati dan untuk Kota adalah Wali Kota. Kepala Daerah dibantu oleh satu orang

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

20

Wakil Kepala Daerah, untuk Provinsi disebut Wakil Gubernur, untuk Kabupaten

disebut Wakil Bupati dan untuk Kota disebut Wakil Wali Kota. Kepala dan Wakil

Kepala Daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala

Daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan

pertanggung jawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat. Gubernur yang

karena jabatannya berkedudukan juga sebagai Wakil Pemerintah Pusat di wilayah

Provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan

memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah

termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan

Pemerintahan pada strata Pemerintahan Kabupaten dan Kota. Dalam

kedudukannya sebagai Wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur

bertanggung jawab kepada Presiden.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh

Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten atau Daerah Kota sesuai

dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah.

1. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP Daerah) untuk jangka waktu

20 (dua puluh) tahun yang ditetapkan dengan Perda.

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

21

2. Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM Daerah) untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun yang ditetapkan dengan Perda.

3. Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM

daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan mengacu kepada rencana kerja

Pemerintah pusat.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintahan daerah akan terlaksana secara

optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian

sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada Daerah, dengan mengacu kepada

Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan

pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan

yang melekat pada setiap urusan Pemerintah yang diserahkan kepada Daerah

menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan

sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian,tersedianya pendanaan dari

Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan.

E. Sampah Menurut Para Ahli

1. Defenisi Sampah

Tanjung (2014), Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, di

buang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Basriyanta (2006),

Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai atau dikelola dengan

prosedur yang benar

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

22

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga

untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak

atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau

ditolak atau buangan. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki

nilai ekonomis. Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat

dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Sampah yang harus dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari:

1. Rumah tangga

2. kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran,

tempat hiburan.

3. fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah sakit,

klinik, puskesmas

4. fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum, taman,

jalan,

5. Industri

6. hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai, danau, pantai.

Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian : Sampah

Organik sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik

(sampah kering).

Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan

yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau

yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

23

rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari

dapur, sisa tepung, sayuran dll. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal

dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari

proses industri.

Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan

aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh

alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat

lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol,

tas plsti. Dan botol kaleng Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.

Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik.

Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah

anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam

kelompok sampah anorganik.

2. Dampak Sampah bagi Manusia dan Lingkungan

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian

maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas

kehidupan dapat lebih ditingkatkan.

Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak

negatif yang tidak sedikit. Dampak bagi kesehatan Lokasi dan pengelolaan

sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol)

merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi

berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

24

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.

Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan

cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui

makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

d. Sampah beracun:

Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat

mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal

dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan

akumulator.

Dampak Terhadap Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke

dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk

ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan

berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke

dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.

Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi :

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

25

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang

kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan

pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat.

4. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung

(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak

masuk kerja, rendahnya produktivitas).

5. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,

drainase, dan lain-lain.

6. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang

tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan

air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan

cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan

perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

F. KerangkaPikir

Dewasa ini sering kita menemui adanya penumpukan sampah dimana-

mana dari pusat perkotaan dan daerah pemukiman sehingga banyak menimbulkan

permasalahan di daerah tersebut inilah yang menjadi pertanyaan bagi kita dimana

Pemerintah dan bagaimana perhatian pemerintah terhadap masyarakatnya.

Khususnya di Daerah Kota Makassar sendiri implementasi dan pelaksanaan

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

26

kebijakan perlu untuk di perhatikan, maka dari dasar latar belakang itulah penulis

melakukan penelitian dengan berdasar kepada kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian.

1. Perencanaan Penanganan dan Pengurangan Sampah di Kota Makassar.

2. Penyediaan Sarana dan Prasarana

3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi

4. Faktor Pendukung Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah

Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa Kecamatan

Manggala.

5. Faktor Penghambat Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan

Kebijakan Dalam Masalah Pengelolaan Sampah di Kota Makassar

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di TPATamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar

1.Faktor Pendukunga. Tingginya Kemitraan

DiperlihatkanPemerintahTentang PerdaPengelolaan Sampah

b. Koordinasi YangTerjalin Baik dariLembaga PemerintahDengan Pekerja di TPA

C. Dukungan DanKerjasama Dari PihakSwasta

1. Perencanaan Penanganan

dan Pengurangan Sampah

2. Penyediaan Sarana dan

Prasarana

3. Pengembangan dan

Pemanfaatan Teknologi

2.Faktor Penghambata Lemahnya pengawasanb. kurangnya Tenaga

Termapil dibidangPengelolaan Sampah

c. kurangnya kesadaranmasyarakat

Efektifitas ImplementasiKebijakan

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

27

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan

Sampah Di TPA Tamangapa Kecamatan Manggala.Implementasi

merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya

implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumusskan dengan

tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam

rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan

tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.

2. Perencanaan Penanganan dan Pengurangan Sampah. Dari pemahaman yang

mendalam tentang kebijakan-kebijakan yang telah disepakati, maka semua

pelaksanaan harus mengacu kepada semua aras pelaksanaan dan hasil-hasil

dari perencanaan tersebut tentang bagaimana pengimplimentasiannya.

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana, prasarana merupakan faktor pendukung

dalam menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah daerah.

4. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi merupakan salah satu wujud

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, mengingat selama ini dalam

mengelola sampah masih menggunakan cara tradisonal atau manual.

Sehingga kurang efektif dalam penangannya

5. Faktor penghambat merupakan adalah salah satu yang menyebabkan tidak

berjalannya suatu perencanaan secara maksimal disebabkan karena kurangnya

dukungan untuk mencapai sasaran yang telah dicangkan.

6. Faktor pendukung dalam penanganan masalah sampah seperti, pembuatan

Perda masalah sampah, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota

Makassar, dan masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa

Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Dengan pertimbangan bahwa Kebijakan

yang dibuat oleh pemerintahtidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk interen

pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh

masyarakat yang berada di lingkungannya.Dan alasan lain dipilih sebagai tempat

penelitian di TPA Tamangapa tersebut mudah dijangkau oleh peneliti.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian

dari kualitatif adalah untuk menggambarkan atau melukiskan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang di selidiki, khusus pada sejauh mana implementasi

kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam pengelolaan sampah TPA

Tamangapa Kecamatan Manggala.

2. Tipe penelitian ini adalah tipe fenomenologi yang dimaksudkan untuk

memberi gambaran mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan

pengalaman oleh informan.

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

29

C. Sumber Data

1. Data Primer, yaitu data empiris yang diperoleh oleh peneliti dari informan

berdasarkan hasil wawancara. Data yang ingin diperoleh adalah mengenai

strategi pemerintah daerah dalam pengembangan penndapatan asli daerah serta

data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan proposal.

2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-

laporan atau dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam

penelitian.

D. Informan Penelitian

Adapun informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang

yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dan dianggap memiliki

informasi penting dan pengetahuan tenatang apa yang berkaitan dengan tujuan

dan harapan penulis yang antara lain :

1. Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar 1 orang

2. Staff Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar 4 orang

3. Pengelola Teknis lapangan TPA Tamangapa 5 Orang

10 orang

Penentuan sumber data didasarkan pada asumsi bahwa subyek yang

menjadi sumber informasi diatas adalah betul-betul orang yang dianggap memiliki

pengetahuan dan sumber informasi yang mendukung kelancaran penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan

cara melakukan pengamatan langsung di lokasi obyek penelitian.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

30

2. Wawancara, yaitu merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dengan

tujuan untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak-pihak yang

berwenang dan untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam masalah

implementasi kebijakan pemerintah Kota Makassar .

3. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi tahapan dalam

pelaksanaan pengembangan implementasi kebijakan pemerintah Kota

Makassar tentang pengelolaan sampah di TPA Tamangapa.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono 2012: 92-95) Untuk

memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik

analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, perumusan, atau perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis di lapangan dimana proses ini berlangsung secara terus

menerus selama penelitian berlangsung.

2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara

terpadu dan mudah dipahami dan memberikan kemungkinan dilakukannya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data ini menuntut

soerang peneliti untuk mampu mentransformasikan data kasar menjadi bentuk

tulisan.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari seluruh

konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dapat dilakukan selama

penelitian berlangsung, verifikasi ini mungkin sesingkatnya saja. Kemudian

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

31

pemikiran yang kembali melintas dalam pikiran peneliti selama ini adalah

menulis dan meninjau ulang catatan-catatan lapangan, dimana memakan

waktu dan tenaga yang lebih besar. Analisis data dilakukan berdasrkan pada

pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada penelitian yang bersifat

deskriptif terhadap data-data yang berasal dari hasil wawancara dan observasi

(pengamatan). Dari keabsahan data yang telah didapatkan tersebut maka

dilakukan pemeriksanaan dan diverifikasi sesuai dengan keperluan penelitian.

Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan triangulasi yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

G. Keabsahan Data

Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran

data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi Sumber.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan

data yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi Metode.

Dimaksudkan untuk memperoleh data dari satu sumber dengan menggunakan

metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

32

3. Triangulasi Waktu.

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota

Makassar

a. Tugas Pokok

Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar mempunyai tugas

pokok merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan di bidang

pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan

kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir

Sampah (TPA).

b. Fungsi

1. Penyusunan rumusan kebijakan teknis pembinaan umum dibidang

pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan

kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan

Akhir (TPA).

2. Penyusunan rencana dan program pembinaan, pengembangan di bidang

pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, penyelenggaraan

kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan

Akhir (TPA).

3. Penyusunan rencana dan program pengkoordinasian dan kerjasama dengan

pihak terkait di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi)

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

34

kota, penyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA).

4. Penyusunan rencana dan program penertiban, peningkatan peran serta

masyarakat di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi)

kota, penyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA).

5. Pelayanan perizinan pemakaman.

6. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan

keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya.

7. Pelaksanaan kesekretariatan dinas.

2. Visi Dan Misi Dinas Pertamanan Dan Kebersihan (Peraturan WalikotaMakassar Nomor 109 Tahun 2009 Tentang Renstra Dinas PertamananDan Kebersihan Kota Makassar 2009-2014).

a. VISI

“Kota Makassar Nyaman, Hijau, Bersih Dan Asri 2014”

b. MISI

1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan

persampahan/kebersihan yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengolahan

persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia

usaha/swasta dalam pengelolahan persampahan/kebersihan dan pengelolaan

Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

35

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem

pengelolaan persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH).

5. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan

persampahan/kebersihan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3. Potensi Pegawai

1. Pimpinan = 24 Orang

2. Staff = 93 Orang

= 117 Orang

3. Bidang Penataan Kebersihan Kota

a. Pengemudi = 129 Orang

b. Pekerja/kru = 292 Orang

c. Operator alat berat = 10 Orang

= 431 Orang

4. Bidang Penghijuan Kota

a. Pekerja/kru = 29 Orang

b. Pengawas = 2 Orang

= 31 Orang

5. Bidang Penataan Taman

a. Pengemudi = 12 Orang

b. Pekerja/kru = 73 Orang

c. Pengawas = 3 Orang

d. Operator mesin rumput = 10 Orang

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

36

6. Montir/Mekanik = 17 Orang

= 98 Orang

7. UPTD Pemakaman = 46 Orang

4. Sarana Penunjang

a. Armada Pengangkutan Sampah:

1. Dump truck 6 m3 = 76 Unit

2. Arm roll truck 6 m3 = 63 Unit

3. Arm roll 10 m3 = 5 Unit

4. Compactor truck 6 M3 = 2 Unit

5. Compactor truck 8 M3 = 2 Unit

6. Kijang = 3 Unit

b. Kendaraan Operasional Staf = 10 Unit

c. Sarana Pengumpulan Sampah:

- Motor Tiga Roda = 11 Unit

- Gerobak Tarik = 172 Unit

d. Kontainer:

- Kontainer 6 M3 = 187 Unit

- Kontainer 10 M3 = 12 Unit

e. Alat Berat

- Loader = 1 Unit

- Bachoe Loader = 4 Unit

- Buldozer Kecil = 2 Unit

- Buldozer Besar = 2 Unit

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

37

- Excavator = 2 Unit

f. Pelayanan Dekorasi Kota

- Mobil Tangki = 3 Unit

- Mobil Tangga = 1 Unit

- Mower (Cutting Grow) = 2 Unit

- Pick Up Inspeksi Taman = 1 Unit

5. Peraturan Perundang-Undangan

a. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan

b. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Sampah Rumah

Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga.

c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pelaksanaan 3R Melalui Bank Sampah

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 Tentang

Penyediaan Sarana Dan Prasarana Persampahan Sampah Rumah Tangga

Dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.

e. Peraturan Daerah Kota Makassar No, 4 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Persampahan.

B. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan

Sampah Di TPA Tamangapa.

Berbicara masalah kebijakan berarti berbicara tentang pemerintahan,

dalam hal ini kebijakan-kebijakan mengenai aturan yang diterapkan dalam

kegiatan masyarakat dikehidupan sehri-hari, termasuk dalam pengelolaan sampah

di Kota Makassar sendiri mengenai impelementasi kebijakan tentang pengelolaan

sampah terdapat hal-hal pokok di dalamnya antara lain sebagai berikut:

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

38

1. Perencanaan penanganan dan pengurangan sampah

Masalah penanganan dan pengurangan sampah di dalam Kota perlu

adanya rencana yang sangat mendalam untuk menangani sampah-sampah yang

berskala besar tersebut, perlunya tinjauan ke lokasi serta musyawarah dengan

masyarakat sangat mendukung terlaksananya suatu program perencanaan

penanganan sampah tersebut.

Berbicara masalah upaya pengolaan sampah di Kota Makassar berikut

wawancara dengan pengelola UPTD Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tamangapa Kota Makassar Sebagai berikut:

“Sebenarnya berbagai upaya telah di bentuk oleh pemerintah, salah-satunya adalah perumusan Perda dan telah di realisasikan dari tahun2009, tetapi masyarakat sendiri banyak yang tidak mengindahkannya(wawancara dengan informan SSL tanggal 19 September 2014).”Hasil

Berdasarkan pernyataan informan tersebut di atas memberikan informasi

bahwa salah satu upaya yang dilakukan dalam mengawasi pengelolaan sampah di

Kota Makassar adalah membentuk sebuah Perda, Perda merupakan salah satu alat

untuk mempermudah langkah pemerintah untuk mengambil keputusan masalah

penanganan sampah, karena berlandaskan legalitas hukum maka pembentukan

suatu Perda akan sangat berpengaruh dalam masyarakat. Peraturan Daerah

mengenai masalah sampah tentunya sangat dibutuhkan pemerintah saat ini

mengingat masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang kebersihan

lingkungan dan pada akhirnya jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak bagi

masyarakat itu sendiri.

Meskipun Peraturan Daerah masalah penanganan sampah di Kota

Makassar telah disahkan akan tetapi masyarakat yang ada di Kota Makassar tidak

terlalu memperhatikan hal tersebut sehingga menyebabkan sampah-sampah yang

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

39

ada di dalam Kota tetap banyak dan menyebabkan kesemrautan yang berdampak

negatif bagi lingkungan sekitar.

Berdasarkan perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan

bahwa penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh

Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan

kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke

pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan

adanya campur tangan dari Pemerintah. Pengelolaan sampah meliputi kegiatan

pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan.

Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya

dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan

pelaksanaan pengelolaan sampah. Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan

oleh Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional.

Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi : Penetapan instrumen

kebijakan: instrumen regulasi: penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang-

undang dan hukum yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkungan

instrumen ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi beban

penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif) dan pemberlakuan

pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, serta melakukan uji dampak

lingkungan Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai

kembali (re-use), dan mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti

(replace); Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan; Pengembangan

teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah: Penetapan kriteria dan

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

40

standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah; penetapan lokasi

pengolahan akhir sampah; luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir

sampah; penetapan lahan penyangga.

Mengenai perencanaan pengurangan sampah berarti berbicara masalah

suatu program dan visi suatu pemerintahan untuk mewujudkan lingkungan yang

bersih dalam waktu yang berjangka panjang. Kemudian selanjutnya di kemukakan

oleh salah satu staff Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar berbicara

masalah rencana pemerintah kota makassar tentang pengurangan dan penanganan

sampah mengenai program 3R sebagai berikut

“Pengurangan sampah sebenarnya pemerintah disini Cuma membuatprogram. disini mengurangi sampah di kota mestinya harus darisumbernya, kenapa dari sumbernya karena dari sumbernyalah itu untukmengurangi sampah ke TPA ini kita harus lakukan,rancangan membuatbank-bank sampah di sumbernya dimana sumbernya itu dikeluran danwarga dengan cara 3R. Reduce, reuse dan recycling (wawancara denganinforman HDN tanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut di atas

memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah

melalui program pengurangan sampah dari sumbernya yaitu dari masyarakat

sendiri sehingga memberikan dampak secara langsung bagi lingkungan. Karena

tanpa adanya kesadaran sendiri dari masyarakat maka apapun upaya yang akan

dilakukan oleh pemerintah tidak akan berhasil tanpa melakukan pembinaan

kepada masyarakat langsung, seperti salah satu upaya yang akan dilakukan adalah

pembuatan Bank sampah dengan cara melakukan mendirikan di setiap kecamatan

atau kelurahan. Dengan program andalan yaitu 3R mengurangi (Reduce)

memakai kembali (Reuse) dan mendaur ulang (Recycling).

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

41

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam

proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak

bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.

Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah

dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam

kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri

(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan

konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,

dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah

sampah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat

adalah pemberian pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri

yang akhirnya akan menjadi sampah.

Solusi yang diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat

memerlukan dukungan dan komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut,

sistem penanganan sampah tidak akan lagi berkesinambungan. Tetapi dalam

pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah memiliki

keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah.

Lebih lanjut wawancara dengan staf seksi pengembangan partisipasi

Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota mengenai keterlibatan dari berbagai pihak

seperti masyarakat dan pihak swasta lainnya sebagai berikut:

“iya, Pemkot Makassar sendiri telah membuat program-program yangmengajak langsung kepada masyarakat, seperti gerakan Makassar Bersih

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

42

dan Makassar Green And Clean, yang sejak Tahun 2004 telahdicanangkan dengan tujuan merubah pola pikir masyarakat KotaMakassar untuk hidup bersih (wawancara dengan informan ADL tanggal08 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas memberikan

pernyataan bahwa dalam mengembangkan aturan-aturan yang telah di bentuk,

maka pemerintah sendiri mengembangkan kerja sama dengan pihak-pihak yang

dapat mendukung program pemerintah seperti contohnya kerjasama dengan

perusahaan swasta, ini merupakan salah satu bentuk usaha pengembangan

pemberdayaan untuk masyarakat agar mereka mengetahui akan pentingnya

menjaga lingkungan hidup.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang mengatakan bahwa, Sebagian

besar masyarakat memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna,

bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam

mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu

sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.

Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat

pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat

meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap

pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam

diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya

yang besar.

Berikut wawancara dengan staf dinas pertamanan dan kebersihan kota

sebagai berikut:

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

43

“Dalam mengatasi persoalan sampah di Kota Makassar sesuai amanatPerda no.4 tahun 2011, maka dilakukan berbagai upaya seperti,membentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) daur ulang sampah an-organik serta perwujudan program-program 3R agar dapat mewujudkanmasyarakat yang lebih bersih dan sadar akan pentingnya perwujudanprogram bersih lingkungan hidup (wawancara dengan informan HDNtanggal 08 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas memberikan informasi

mengenai upaya pemerintah mengimplementasi kebijakan yang menyangkut

masalah penanganan sampah, tentang upaya memberikan kesadaran kepada

masyarakat bahwa sesungguhnya sampah-sampah yang ada dapat dimanfaat

kembali melalui pendauran ulang dengan mengelompokkan dan memilah sampah-

sampah dari masyarakat kemudian mengolah kembali agar dapat dijadikan

sebagai industri rumahan melalui beberapa program pemerintah. Seperti, Bank

Sampah yang merupakan suatu tahap untuk mengupayakan dalam memanfaatkan

limbah menajdi bernilai ekonomi, selain itu berdampak bagi lingkungan. Karena

berkat adanya upaya-upaya tersebut maka lingkungan masyarakat menjadi lebih

bersih.

Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian,

misalnya, dengan menerapkan Prinsip 3R, yaitu: Reduce (Mengurangi); sebisa

mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.

Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang

dihasilkan. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang

yang bisa dipakai kembali. Recycling mendaur ulang dan Hindari pemakaian

barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang).

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

44

Selain itu, untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development), saat ini mulai dikembangkan penggunaan pupuk

organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang

harganya kian melambung. Penggunaan kompos telah terbukti mampu

mempertahankan kualitas unsur hara tanah, meningkatkan waktu retensi air dalam

tanah, serta mampu memelihara mikroorganisme alami tanah yang ikut berperan

dalam proses pertumbuhan oleh tanaman.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut diatas

dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan penanganan pengurangan sampah di

Kota Makassar telah banyak upaya yang dilakukan seperti program reduce

(mengurangi), reuse (memakai kembali), dan recycling ( mendaur ulang) yang

telah di terapkan mulai pada tahun 2004. Hal ini juga diperkuat dengan

diberlakukannya Perda tentang masalah penanganan sampah pada Tahun 2009

dan telah di implentasikan sampai saat ini, namun belum maksimal karena

kurangnya sosialisasi dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih.

2. Penyediaan sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasana merupakan salah satu faktor pendukung

yang sangat berpengaruh dalam setiap pelaksanaan kegiatan program kerja, oleh

karena itu setiap pelaksanaan kegiatan apapun perlu memperhatikan dan

mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang akan digunakan.

Selanjutnya berbicara mengenai upaya pemerintah dalam menanggulangi

sampah dengan melakukan penyediaan sarana dan prasarana di dalam Kota

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

45

Makassar, berikut wawancara dengan staf Bidang Pengembangan Kapasitas

Kebersihan Kota Makassar:

“Jumlah sarana dan prasarana yg disiapkan belum memadai belum bisakita menanggulangi dengan asumsi kita rata-ratakan itu 2 liter perharidari tiap orang ini yg menghasilkan sampah sudah lebih 1000 Ton perharisampah, dan yang masuk di TPA ini kurang lebih 700 Ton perhari jadisisanya itu masih ada yang tertinggal di kota. Sekitar 300 Ton perhari(wawancara dengan informan AID tanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara tersebut memberikan asumsi bahwa jumlah

personil yang ada belum bisa memaksimalkan kinerja untuk mengupayakan

pembersihan di dalam kota setiap hari, ini disebabkan oleh karena tidak

seimbangnya antara jumlah yang ada setiap hari dengan jumlah armada

pengangkut sampah, dikutip dari pendapat informan tersebut di atas memberikan

pandangannya bahwajika di rata-ratakan setiap hari untuk 1 Orang saja bisa

menghasilkan 2 Liter sampah di kalikan dengan jumlah masyarakat yang ada

dapat mencapai 1000 Ton, sedangkan yang masuk ke TPA Tamangapa hanya

sekitar 700 Ton setiap harinya, berarti 300 Ton masih tertinggal di dalam kota, ini

tentu menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah karena dapat menyebabkan

penumpukan jika dibiarkan tetap seperti itu.

Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat

sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau

tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah

tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

46

pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan

akhir (TPA) adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media

lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Kompensasi adalah

pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang

ditimbulkanoleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir

sampah. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan

kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. Asas berkelanjutan

adalah bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan

teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik pada generasi masa kini

maupun pada generasi yang akan datang Asas manfaat adalah bahwa pengelolaan

sampah perlu menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai

sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Asas keadilan adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan

pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan

dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah.

Selanjutnya membahas mengenai sarana dan prasarana penunjang seperti

armada pengangkutan sampah yang di ungkapkan oleh Seksi Pemeliharaan

Peralatan Dan Alat Berat Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar

sebagai berikut:

“Jadi semua ada beberapa titik yang telah disiapkan, selain titikkontainer itu telah ada penjemputan bersih di kota ini yg menjemput inidari lorong kelorong. Dari rumah ke rumah. Dan itupun tidak beroperasisecara penuh karena kita dikota makasaar ini jumlah armadanya itu

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

47

sekitar 115 armada itupun tidak beroperasi semua mungkin hanya 70%yg beroperasi. Knapa karena biasanya adanya yang rusak suatukendaraan itu.”(wawancara dengan informan NRY tanggal 08September 2014).Hasil

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, informasi yang di sebutkan

informan tersebut di atas memberikan pernyataan bahwa penyediaan sarana dan

prasarana telah di siapkan dan ditempatkan kebeberapa titik. Selain ditempatkan

saja, ada juga yang melakukan penjemputan ke rumah-rumah warga yang ada

penampungan sampahnya yang telah disiapkan kemudian sampah-sampah

tersebut di angkut ke titik kontainer yang ada untuk selanjutnya di antar ke

pembuangan akhir, sumber informasi di atas juga menyebutkan bahwa meskipun

ada beberapa armada yang disiapkan akan tetapi belum berjalan secara sempurna

itu di akibatkan karena jumlah personil yang tidak memadai, di tambah lagi

dengan terdapatnya alat-alat berat yang rusak dan masih banyak masalah-masalah

lain yang muncul. Sehingga dapat diperkirakan bahwa setiap harinya armada

yang disiapkan hanya beroperasi sekitar 70% saja. Ini tentunya menambah parah

pengelolaan sampah, karena sedangkan semua beroperasi belum tentu sampah-

sampah yang ada di Kota dapat di atasi apalagi kalau memang ada armada yang

rusak akan memperparah keadaan.

Berdasarkan dari sumber data yang penulis dapatkan dari objek

penelitian menunjukkan bahwa pada saat ini jumlah armada sarana penunjang

pengangkutan sampah yang ada di Kota Makassar adalah sebagai berikut:

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

48

Daftar Jumlah Unit Sarana Pengangkut Sampah

No Jumlah sarana Jumlah unit

1 Dump Truck 6 M3 76 Unit

2 Arm Roll Truck 6 M3 63 Unit

3 Arm Roll Truck 10 M3 5 Unit

4 Compactor Truck 6 M3 2 Unit

5 Compactor Truck 8 M3 2 Unit

6 Kijang 3 Unit.

7 Motor Tiga Roda 11 Unit

8 Gerobak Tarik 172 Unit

9 Kontainer 199 Unit

Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Datasekunder, 2014.

Data Sekunder tersebut di atas bersumber dari Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota Makassar pada tahun 2014. Armada tersebut merupakan armada

aktif yang beroperasi setiap harinya untuk melakukan pengangkutan-

pengangkutan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir. Jumlah secara

keseluruhan tersebut tergolong sangat banyak akan tetapi jumlah tersebut ternyata

belum memadai secara keseluruhan, di akibatkan kaeran jumlah masyarakat yang

setiap harinya bertambah baik masyarakat asli yang berdomisili di Kota Makassar

atau masyarakat yang dari luar kota.

Selanjutnya wawancara dengan UPTD pengelola TPA menjelaskan

tentang tata letak armada-armada tersebut di fungsikan.

“armada-armada yang ada itu kita letakkan di tempat-tempat yangmenjadi pusat aktifitas masyarakat seperti dekat sekitar pasar, daerah

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

49

padat penduduk, pusat perekonomian serta penempatan armada sepertigerobak tarik itu kita tempatkan di perumahan-perumahan yang padatpenduduk yang sulit di jangkau dengan menggunakan truck atau armadabesar, sehingga kami menempatkan gerobak-gerobak tersebut di lokasiserta merekrut seseorang untuk mengoperasikan gerobak tersebut.(wawancara dengan informan SSL tanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan dari informasi tersebut di atas memberikan informasi bahwa

pemerintah telah mengupayakan melakukan penambahan peralatan sampah dalam

upaya merealisasikan penanganan sampah dalam kota. penyediaan armada-

armada pengangkut sampah dilakukan hingga ke lokasi yang sempit dan susah

untuk dijangkau oleh kendaraan besar, semua itu ditempuh pemerintah untuk

mencegah terjadinya penumpukan sampah di dalam kota yang hingga akhirnya

menimbulkan masalah yang lebih besa dikemudian hari.

Masalah penanganan sampah sampai saat ini memang menjadi

permasalahan serius di Indonesia khususnya di kota besar, jumlah penduduk yang

setiap tahunnya meningkat menyebabkan terjadinya pertambahan sampah pula

setiap harinya. Sedangkan penyediaan alat-alat pengolah sampah tidak

berkembang secara cepat dan cenderung menurun di sebabkan oleh kerusakan-

kerusakan yang tejadi. Masalah penanganan sampah sampai saat ini khusus di

Kota Makassar masih sangat rendah, ini terlihat dari masih sering ditemukan

tumpukan-tumpukan sampah di titik tertentu, meskipun pemerintah telah

menyediakan armada-armada disetiap sudut kota untuk menunjang pengelolaan

sampah dan mencegah terjadinya penumpukan yang lebih parah lagi dan

berdampak kepada masyarakat itu sendiri, seperti kita ketahui bersama bahwa

perkotaan atau kawasan metropolitan merupakan perwujudan perkembangan yang

alamiah dari suatu proses globalisasi yang berkembang sangat pesat.

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

50

Perkembangan tersebut menyebabkan peningkatan jumlah penduduk yang sangat

besar, dengan karateristik dan persoalan yang berbeda dan spesifik. Oleh

karenanya suatu perkotaan memerlukan pengelolaan tersendiri dalam pemecahan

persoalan yang dihadapi, salah satu persoalan perkotaan yang cukup krusial

adalah masalah sampah kota. Karena jika tidak ditangani tidak secara tepat maka

akan berdampak besar bagi kehidupan dan tentunya lingkungan yang dapat

mendatangkan bahaya penyakit dan bencana alam lainnya seperti banjir.

Kebijakan harus di awasi, dan salah satu mekanisme pengawasan

tersebut di sebut evaluasi kebijakan. Evaluasi biasanya di tujukan untuk menilai

sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada

konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan

kenyataan. (Nugroho dalam Mustari, 2013).

Berdasarkan hasil dokumentasi, observasi dan wawancara dengan

beberapa informan dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana

pengelolaan sampah yang ada di Kota Makassar sudah cukup mendukung setiap

pelaksanaan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan

penanganan dan pengelolaan sampah sehingga dapat teraealisasi, penyediaan alat-

alat pengangkut sampah telah dapat dijangkau sampai ke lorong-lorong rumah

warga karena telah disediakannya gerobak tarik sehingga mudah untuk

menjangkau sampai ke sudut-sudut pemukiman padat penduduk.

3. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi

Sekarang dunia teknologi berkembang sangat cepat, dengan adanya

teknologi semua pekerjaan dapat dilakukan secara instan sehingga tidak

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

51

membutuhkan waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan menggunakan

tenaga manual. Pemanfaatan teknologi dibidang pengelolaan sampah sekarang ini

sedang dikembangkan di seluruh dunia untuk mengatasi persoalan sampah

kedepannya, tidak terkecuali di Indonesia. Khusus di Kota Makassar pengelolaan

sampah terus di tingkatkan masalah penanganannya berikut wawancara dengan

salah satu pemulung yang setiap saat bekerja mencari sampah di TPA Tamangapa

sebagai berikut:

“penanganan sampah di Kota Makassar sampai saat ini masih sangatsederhana, menggunakan teknologi itu belum ada, kami disini barumenggunakan pembakaran melalui generator, selebihnya itu masihmenggunakan manual (wawancara dengan informan SBG tanggal 09September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas

menjelaskan bahwa di Tempat Pembuangan Akhir sampah di Tamangapa sendiri

masih menggunakan cara-cara lama dalam mengolah sampah. Sehingga

membutuhkan tenaga yang sangat besar pula serta jumlah personil yang juga lebih

banyak. Karena dampak dari pengelolaan sampah yang masih sederhana ini

menyebabkan proses pelapukan memakan waktu yang sangat lama.

Tempat Pembuangan Akhir Tamangapa di Kota Makassar belum

menggunakan teknologi canggih dalam mengelola sampah-sampah masyarakat,

jenis teknologi yang digunakan juga masih sangat sederhana seperti pembakaran

sampah yang baru menggunakan generator, dan pengelolaan yang lainnya itu

masih menggunakan manual atau tradisional. Selanjutnya wawancara dengan

pengelola TPA Tamangapa sebagai berikut:

“Dalam menjalankan tugas disini saya mempunyai salah satu staf yangmembantu saya menjalankan tugas staf saya juga sangat tebatas sewaktu-

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

52

waktu juga beliau beralih profesi menjadi pemulung disini karena tidakbanyak yang bisa dilakukan maka mereka beranggapan bahwa waktuadalah uang mengingat juga bahwa pengelolaannya disini masihmenggunakan tenaga manual (wawancara dengan informan SSL tanggal09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut menjelaskan bahwa

dalam pekerjaan dinasnya setiap hari dalam mengisi kekosongan waktunya beliau

juga dapat mengambil profesi sebagai pemulung dan terjun kelapangan untuk

mengait sampah. Mengingat dalam pengelolaan sampah di TPA tamangapa masih

menggunakan tenaga manusia untuk mengolah sampah sehingga prosesnya

membutuhkan waktu yang sangat lama.

Pemanfaatan pengelolaan sampah dengan menggunakan alat-alat canggih

memang sangat dibutuhkan hingga saat ini mengingat jumlah sampah yang

diproduksi setiap hari tidak sebanding dengan jumlah armada pengangkut sampah

yang telah disiapkan kurangnya pemanfaatan teknologi di Kota Makassar

dimanfaatkan oleh para pemulung untuk menggais rejeki. Dibalik rendahnya

teknologi masalah penanganan sampah ternyata membawa rejeki bagi kehidupan

masyarakat kecil yang kurang mampu.

Wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota

Makassar bidang seksi pemeliharaan peralatan dan alat berat sebagai berikut:

“Jumlah sarana dan prasarana yg di siapkan belum memadai belum bisakita menanggulangi dengan asumsi kita rata-ratakan itu 2 liter perharidari tiap orang ini yg menghasilkan sampah sudah lebih 1000 Ton perharisampah, dan yg masuk di tpa ini kurang lebih 700 Ton perhari jadisisanya itu masih ada yg tertinggal di kota sekitar 300 Ton perhari(wawancara dengan informan NSH tanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan penjelasan informan tersebut diatas memberikan penjelasan

bahwa pemerintah sebenarnya dalam mengelola sampah itu belum memadai

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

53

karena jumlah sampah yang ada tidak sebanding dengan sarana tempat sampah

yang telah disediakan ini terlihat dari jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari

dengan hitungan rata-rata yaitu 2 Liter sampah setiap satu orangnya, jika

dikalikan dengan penduduk kota yang ada maka akan sangat tidak mencukupi jika

dibandingkan dengan jumlah armada yang disiapkan pemerintah meskipun telah

di siapkan di berbagai lokasi seperti pemukiman padat penduduk dan pusat-pusat

aktivitas masyarakat.

Informasi lainnya bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya

oleh masyarakat pada siang hari yaitu sekitar 1000 Ton sampah dengan jumlah

yang sangat besar ini tentunya tidak semua dapat di angkut ke tempat

pembuangan akhir dimana selebihnya itu akan terjadi penumpukkan sampah,

sehingga lambat laun akan menyebabkan munculnya masalah baru bagi

masyarakat begitu juga dengan pemerintah terkait masalah solusi yang akan

dilakukan. Rata-rata jumlah sampah setiap hari yang tidak terangkut oleh armada

sampah adalah 300 Ton. Ini merupakan bukan jumlah yang sedikit, karena jika

dibiarkan setiap hari menumpuk maka akan muncul kumpulan sampah yang baru

yang pengelolaannya tidak jelas belum lagi dengan tidak di dukungnya sarana dan

prasarana yang lengkap.

Wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai

berikut:

“Pihak yang terlibat mengadakan pengelolaan penanganan sampahadalah masyarakat jadi kita penduduk Kota Makassar pada siang hariseharusnya melakukan tindakan-tindakan yang dapat mencegahterjadinya penumpukan-penumpukan sampah di dalam Kota baik ditempat umum seperti jalan dan tempat umum lainnya (wawancara denganinforman AID tanggal 09 September 2014).”Hasil

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

54

Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut di atas memberikan informasi

bahwa dalam melakukan pengelolaan sampah pihak yang terlibat tidak hanya dari

pemerintah saja melainkan masyarakat juga harus ikut andil dalam melakukan

upaya penanganan sampah karena tanpa danya kesadaran dari masyarakat maka

akan sangat sulit bagi pemerintah menjalankan tugasnya sebagai pengelola

terutama menangani masalah persampahan di Kota Makassar .

Informan juga memberikan pernyataan mengenai masalah penataan kota

dengan melakukan konsep pengaturan pembuangan sampah pada siang hari agar

masyarakat tidak membuang sampah pada siang hari agar kawasan Kota Makassar

tetap bersih dengan bantuan masyarakat untuk saling menjaga kebersihan kota

sebelum terjadi dampak yang lebih besar yang akan mengakibatkan kerugian bagi

masyarakat itu sendiri.

Upaya-upaya tersebut di ungkapkan di atas merupakan upaya untuk

mencegah terjadinya penumpukan sampah di berbagai titik, karena mengingat

penyediaan sarana penyangga sampah yang belum berfungsi maksimal di Kota

Makassar maka kerjasama dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Karena jika

hanya pemerintah saja yang berusaha maka sangat mustahil untuk mewujudkan

konsep yang telah dirancang sebelumnya dapat terwujud mengingat jumlah dan

kapasitas pemerintah sangat terbatas.

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan

beberapa informan dilapangan penulis menarik kesimpulan bahwa pemanfaatan

teknologi sebagai alat untuk mengurangi sampah di Kota Makassar belum

dimanfaatkan. Mengelola sampah untuk mengurai penumpukan yang terjadi di

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

55

TPA masih dikelola secara manual, adapun teknologi yang digunakan baru dari

segi pembakaran yaitu tahap ini menggunakan pembakaran menggunakan radiator

untuk membakar, selebihnya itu masih manual.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah

Kota Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa.

Implementasi kebijakan merupakan sesuatu hal yang menjadi dasar

dalam pengelolaan penataan kebersihan dalam kota, tanpa adanya kebijakan maka

penataan kebersihan kota tidak akan dapat berjalan sesuai arh yang diharapkan.

Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang telah di tuangkan dalam sebuah

Peraturan Daerah maka secara sistematis pengelolaan sampah dapat diatasi karena

telah tersusun sesuai dengan konsep yang dikesepakati bersama sehingga

melahirkan konsep yang dapat bermanfaat bagi masyarakat jika di

implementasikan dengan baik.

1. Faktor Penghambat dalam Penanganan Masalah Sampah di Kota

Makassar

Sampah merupakan sauatu momok yang menakutkan bagi pemerintah

kota karena mengingat jumlah penduduk setiap saat bertambah di dalam kota.

oleh karena itu sampah dikelola sesuai dengan prosedur 3R Reduce (mengurangi

penggunaan barang yang menghasilkan sampah), Re-use (menggunakan kembali

barang yang biasa dibuang), dan Recycle (mendaur ulang sampah).

a. Lemahnya Pengawasan Terhadap Implementasi Perda Nomor 04 Tahun

2011 Tentang Penanganan Sampah di Dalam Kota

Dalam kenyataannya, pengelolaan pengolahan sampah dalam kehidupan

sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah banyak dijumpai dimana-

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

56

mana tanpa adanya pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang buruk

mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di dalam dan atas

permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam

kesehatan masyarakat. Sampah sering menjadi barang tidak berarti bagi manusia,

sehingga menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap keberadaan sampah. Orang

sering membuang sampah sembarangan, seolah-olah mereka tidak memiliki salah

apapun. Padahal membuang sampah merupakan perbuatan tidak menunjukkan

kepedulian terhadap lingkungan.

Selanjutnya wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota bidang Penataan Kebersihan Kota sebagai berikut:

“Sebenarnya Perda No. 04 Tahun 2011 sudah di terapkan namun yangmengawal Perda itu yang lemah, karena Perda mengatakan barangsiapa yg membuang sampah di sembarangan tempat akan di dendadengan Lima juta rupiah atau sekurang-kurangya kurungan 3 bulan,memang sudah diterapkan sudah ada Perdanya, sudah ada aturansebenarnya akan tetapi kami mengakui lemahnya pengawasan daripemerintah.”(wawancara dengan informan AMR tanggal 08 September2014).Hasil

Berdasrkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan

informasi bahwa langkah pemerintah tentang Peraturan Daerah masalah

penanganan sampah, hal tersebut sudah diimplementasikan akan tetapi pemerintah

sendiri yang masih lemah dalam mengawasi peraturan tersebut. Ini tentu menjadi

pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperbaiki kinerjanya, agar peraturan-

peraturan yang telah dibuat tersebut dapat berjalan dengan baik dan masyarakat

juga menikmati hasilnya.

Masalah pengawasan saat ini memang sangat perlu dilakukan secara

intensif oleh pemerintah agar aturan-aturan dapat implementasikan dan terealisasi

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

57

dengan baik dan masyarakat langsung mendapatkan manfaatnya, sehingga tidak

meyebabkan penghabisan anggaran secara sia-sia.

Berdasarkan dari pernyataan informan tersebut memberikan pernyataan

mengenai Peraturan mengenai yang menangani masalah persampahan. Dimana

aturan tersebut secara rinci membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan

pengelolaan sampah serta denda jika melanggar aturan tersebut. Akan tetapi

aturan-aturan tersebut tidak bisa bermungsi dengan sebagaimana fungsinya. Selain

karena kurangnya kesadaran masyarakat, pihak pemerintah sendiri tidak maksimal

dalam mengawasi aturan-aturan tersebut sehingga menyebkan terjadinya

pembiaran dan rasa tidak peduli dari masyarakat sendiri. selain karena kurang

sosialisasi masih banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui akan

diberlakukannya Perda tersebut dan yang paling parahnya lagi karena masyarakat

kurang menyadari akan pentingnya kebersihan.

Berbicara mengenai target tentang rencana pengurangan sampah di Kota

Makassar mengenai Peraturan Daerah yang di realisasikan dan capaian targetnya

yang di ungkapkan oleh Seksi Penyuluhan Dan Pembinaan Teknik sebagai

berikut:

“disini kita sebagai pemerintah tentunya mengakui kelemahan kamimengenai masalah implementasi kebijakan yang dituangkan dalamPerda, memang telah di implementasikan akan tetapi dalampengawasan itu kami masih lemah, tidak ada tindak lanjut yangmengawasi Peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut tidak dapatberfungsi maksimal karena tidak sampai kepada masyarakat umumserta sosialisasi yang masih kurang (wawancara dengan informanGNW tanggal 08 September 2014).”Hasil

Berdasarkan dari pernyataan tersebut di atas mengasumsikan bahwa

pemerintah masih kurang dalam merealisasikan dan mensosialisasikan peraturan

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

58

yang telah ditetapkan dalam Perda sehingga aturan-aturan tersebut tidak tepat

sasaran karena kurangnya sosialisasi dari pihak pemerintah sendiri. Karena tidak

adanya upaya yang maksimal dari pemerintah sendiri untuk memaksimalkan

program-program yang telah ada, sehingga masyarakat tidak pernah mengetahui

dan tidak sadar akan adanya peraturan tersebut. Ini tentunya mengindikasikan

bahwa lemahnya pengawasan dan kesemrautan pemerintah dalam mengelola

produk hukum yang telah dituangkannya sendiri.

Seperti menurut Farman (2010), bahwa paling tidak ada tiga alasan

mengapa aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan diperlukan bagi para

pengambil kebijakan. Pertama, keberadaan suatu usaha atau kegiatan mempunyai

dampak positif sekaligus negatif terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya.

Kegagalan mengidentifikasi dan mengantisipasi dampak negatif tidak hanya dapat

mengganggu kelangsungan usaha atau kegiatan tersebut, melainkan juga dapat

mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Kedua, penilaian atau respon

masyarakat terhadap keberadaan suatu usaha atau kegiatan beragam dan berubah-

ubah. Sesuatu yang dianggap bermanfaat oleh lapisan atau kelompok tertentu

tidak selalu dianggap bermanfaat bagi kelompok lainnya. Dan sesuatu yang

dianggap baik pada kurun waktu tertentu, tidak selamanya dianggap baik pada

kurun waktu selanjutnya. Ketiga, dalam kurun waktu yang sama, kehidupan

masyarakat boleh jadi bersentuhan dengan beberapa usaha atau kegiatan

sekaligus. Sentuhan ganda semacam ini dapat menciptakan penilaian atau respon

masyarakat yang bersifat spesifik.

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

59

Selanjutnya wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:

“salah satu yang menyebabkan tersendatnya atau terganggunyaimplementasi konsep-konsep yang telah di kesepakati pemerintah disinisebenarnya adalah masalah infranstruktur pemerintah sendiri belum dapatmengoptimalkan pembangunan menuju lokasi TPA serta pengadaansarana pendukung lainnya yang masih belum memadai menjadi tugasrumah pemerintah hinga saat ini (wawancara dengan AID informantanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut menyebutkan bahwa

infrastruktur sampai sekarang ini masih menjadi faktor penghambat baik

pemerintah maupun pengelolah sampah lainnya dalam mengimplementasikan

kebijakan karena faktor pendukung seperti jalan yang masih belum memadai

sampai kedalam lokasi pembuangan sampah sehingga ketika musim hujan akan

sangat sulit untuk dijangkau oleh kendaraan truk pengangut untuk membuang

sampah di lokasi, masalah infrastruktur memang selalu menjadi perhatian penting

bagi pemerintah karena jika penyediaan infrastruktur tidak memadai maka sarana

lainnya juga tidak bisa berfungsi maksimal. Dengan demikian tentunya menjadi

tugas utama pemerintah untuk melakukan pembenahan-pembenahan di bidang

infrastruktur terlebih dalam masalah pengelolaan sampah dan kebersihan

lingkungan.

Mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam kebijakan implementasi

kebijakan pemerintah maka berikut wawancara dengan salah satu pemulung di

lokasi TPA tamangapa sebagai berikut:

“pengelolaan kebersihan di Kota Makassar terjadi perbedaan antarakebijakan dan implementasinya. Dari segi sarana dan prasaranapenunjang pengelolaan sampah dapat dikatakan belum memadai baik

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

60

dari segi jumlah maupun kualitasnya. Dari segi pendanaan sebagian besarmasih tergantung pada retribusi yang ditarik dari masyarakat namunmasyarakat tidak sepenuhnya masyarakat membayar sesuai dengankebijakan yang ada (wawancara dengan informan AMR tanggal 08September 2014)”.Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut menjelaskan

bahwa masalah pengelolaan sampah belum maksimal ini terlihat karena terjadinya

perbedaan konsep dan implementasi kebijakan yang dilapangan sehingga

menyebabkan tidak berjalannya antara tujuan dan harapan, lemahnya kinerja

menyebabkan tidak maksimalnya kinerja pemerintah dalam mengawasi aturan

yang ada khususnya di Kota Makassar.

Informan juga mengemukakan bahwa kualitas fasilitas yang ada saat ini

kebanyakan sudah sangat tua, sehingga menyebabkan tidak adanya kesesuaian

antara retribusi dan hasil yang telah ada dilapangan, perlunya peningkatan

penambahan fasilitas untuk armada pengelolaan sampah. implementasi kebijakan

merupakan faktor yang mendukung dan sangat berpengaruh terhadap kinerja

pembangunan suatu pengelolaan lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa informan tersebut diatas

dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam mengelolah sampah belum maksimal, hal ini terlihat

dari upaya yang terjadi dilapangan adanya ketidak sesuaian antara konsep dengan

implementasi dilapangan.

b. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Pengelolaan Sampah

Setiap pengembangan penanganan dalam masalah implementasi kebijakan

tidak menutup kemungkinan terjadi masalah yang dapat menghambat berjalannya

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

61

sebuah program pemerintah, sehingga dibutuhkan upaya-upaya untuk

menanganinya.

Selanjutnya wawancara dengan staff Dinas Pertamanan dan Kebersihan

Kota yang berbicara mengenai upaya pengelolaan sampah di Kota Makassar

sebagai berikut:

“penyediaan sarana dan prasarana sudah ada kita siapkan di beberapatitik krusial, akan tetapi yang menjadi masalah disini adalah karenamasih kurangnya tenaga profesional yang mampu mengatasi dampakmasalah sampah yang ada di dalam kota sehingga penanganannya jugatidak efektif.”(wawancara dengan informan AID tanggal 09 September2014).Hasil

Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengenai pengelolaan sampah,

pengadaan dan penyediaan sarana dan prasarana telah dilakukan hanya saja

terbatasnya Sumber Daya Manusia sehingga menyebabkan tidak maksimalnya

penanganan sampah selama ini.

Kemudian hasil wawancara juga memberikan penjelasan bahwa masih

dibutuhkannya tenaga ahli yang profesional untuk menangani persoalan sampah

yang selama ini menjadi polemik dalam penanganannya yang sampai saat ini

belum menemukan cara yang tepat.

Penjelasan informan tersebut di atas juga memberikan informasi bahwa

dalam upaya menangani persampahan di Kota Makassar ini tidak segampang

membalikkan telapak tangan, pemerintah telah memfasilitasi dengan menyediakan

sarana sebagai tempat sampah namun masih banyak masyarakat yang tidak

mengindahkannya dengan membuang sampah ditempat sembarang seperti ketika

diatas kendaraan mereka seenaknya saja membuang sampah, mereka tidak

mencari tempat sampah lalu membuangnya. Inilah sebenarnya penyebab utama

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

62

dari pengelolaan sampah ini yaitu kurangya kesadaran masyarakat dalam

memperhatikan kebersihan lingkungan jadi sangat susah untuk dapat memperbaiki

penataan kota secara maksimal tanpa adanya kesadaran dari masyarakat itu

sendiri.

Berkaitan dengan masalah yang dihadapi Pemerintah Kota Makassar

dalam masalah implemerntasi kebijakan dan faktor-faktor yang dihadapinya

berikut wawancara dengan salah satu staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Makassar sebagai berikut:

“disini yang mempengaruhi implementasinya itu sebenarnya ada faktorpendukung dan faktor penghambatnya faktor pendukungnya itu karenapemerintah terkait bersedia menganggarkan pengadaan alat operasionalsampah, sedangkan penghambatnya itu karena faktor manusia itu sendiriyang tidak mengindahkan aturan-aturan yang di buat serta yang lainadalah faktor cuaca sedangkan perlunya orang-orang ahli dalammenangani persampahan masih sangat kurang.”(wawancara denganinforman AMN tanggal 09 September 2014).Hasil

Berdasarkan dari pernyataan informan tersebut di atas penulis

menyimpulkan bahwa sebenarnya pihak pemerinah sendiri telah merealisasikan

aturan-aturan yang telah di sepakati bersama. Akan tetapi karena pada dasarnya

masyarakat yang memang susah di atur sehingga menyebabkan aturan tersebut

tidak dapat direalisasikan secara maksimal.

Berdasarkan uraian diatas mengindikasikan bahwa lemahnya

pengawasan pemerintah dan sosialisasi yang tidak menyentuh sampai kepada

masyarakat bawah, sehingga anggaran yang digunakan hanya untuk membuat

suatu Perda terbuang sia-sia.

Salah satu pendapat yang penulis kutip dari Mungkasa, (2012) salah satu

tulisan mengatakan bahwa kunci suskses pengelolaan sampah juga meliputi ; 1)

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

63

Kredibilitas para pengambil kebijakan; 2) Mekanisme implemetasi yang efisien

termasuk insentif terhadap pasar; 3) Perhatian yang signifikan terhadap pasar daur

ulang; 4) Keterlibatan masyarakat; 5) Komitmen yang berkelanjutan terhadap

kualitas yang tinggi terhadap semua operasi fasilitas pengelolaan sampah; 6)

Evaluasi yang efekti terhadap strategi atau opsi yang dipilih. Yang tak kalah

pentingnya, pengelolaan sampah memerlukan payung hukum yang jelas. Kalau

tidak pengelolaan sampah akan tetap buruk. Dan ini bisa menjadi petaka yang

menyeramkan.

Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut , diperlukan peran serta dan

kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan terhadap lingkungan sekitar.

Selain itu, diperlukan juga partisipasi dan dukungan pemerintah untuk senantiasa

menjaga kebersihan lingkungan dengan menitikberatkan terhadap masalah

sampah yang telah menjadi permasalahan utama.

Masih berbicara tentang masalah implementasi kebijakan pemerintah,

mengenai penanganan sampah di Kota Makassar berikut wawancara dengan staf

Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:

“Beberapa faktor penyebab penumpukan sampah di Makassar ini adalah,volume sampah yang sangat besar dan tidak diimbangi oleh dayatampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya dan yang kedua adalahjarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkutsampah kurang efektif (wawancara dengan informan RDK tanggal 09September 2014)”.Hasil

Berdasarkan penjelasan informan tersebut mengungkapkan bahwa

penumpukan sampah di sebabkan oleh jumlah sampah yang terus bertambah besar

setiap harinya, yang diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk yang

berdatangan dari berbagai daerah, masalah seperti ini seharusnya menjadi tugas

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

64

pemerintah dalam mengawasi setiap pengolaan sampah yang setiap saat

bertambah jumlahnya, sedangkan jika dibandingkan dengan ketersediaan

pengangkut sampah yang sangat terbatas, menyebabkan volume sampah tidak

berimbang dengan jumlah armada.

Kemudain diungkapkan pula bahwa saat ini jika diperhatikan setiap hari

jumlah sampah yang terangkut ke TPA sudah melebihi kapasitas daya tampung,

tentu ini akan berdampak sangat buruk bagi pengelolaan sampah di Kota

Makassar, terlebih lagi Pemerintah Kota belum menemukan solusi untuk

mengambil tindakan selanjutnya dalam hal menyediakan pembukaan lokasi TPA

baru.

Hampir di setiap kota besar saat ini menghadapi masalah persampahan.

Masalah lingkungan saat ini tidak lepas dari masalah banyak hal, antara lain

berkaitan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat; Permintaan akan

ruang dan sumberdaya alam yang semakin tinggi; serta interaksi antara kebutuhan

pembangunan dandaya dukung lingkungan yang semakin lama semakn tidak

seimbang. Dari kajian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)

tahun 2004 menunjukkan bahwa masalah sampah adalah isu utama yang dihadapi

oleh hampir semua pemerintah daerah kabupaten/kota. Masalah sampah adalah

cermin dari kegiatan yang tidak efisien. Perilaku yang boros dan kurang cermat

akan menghasilkan banyak sampah. Banyak kegiatan yang seharusnya tidak perlu

menghasilkan sampah. Saat ini kita telah memiliki Undang-Undang tentang

pengolahan sampah yaitu UU No. 18 Tahun 2008. Penjabaran dan visualisasi

tentang Undang-Undang tersebut. Usaha ini dimaksudkan agar kita dapat lebih

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

65

mudah menerapkan semangat dan maksud yang dikandung dalam Undang-

Undang tersebut.

Dengan demikian, aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan dibingkai

dalam pembahasan aspek tentang aspek sosial dalam kajian dampak lingkungan

berupa analisis sosial yang sistematis dengan memperhatikan dimensi waktu dan

intensitas kegiatan.(Usman, 2012).

Satu hal yang tidak luput dari perhatian pemerintah pula bahwa lokai

TPA Tamangapa yang jauh menyebabkan proses pengangkutan berjalan lamban,

perpindahan truk-truk pengangkut sampah dari pusat-pusat Kota hingga TPA

berjalan tidak optimal karena disebabkan oleh jarak yang terlalu jauh.

“tidak adanya tenaga ahli serta kurangnya pengawasan terhadap Perdayang telah di bentuk menyebabkan penanganan sampah tidak berjalansecara maksimal, ditambah pula masalah kesadaran masyarakat yangkurang menambah buruknya pengelolaan sampah di Kota Makassar ini(wawancara dengan informan SSL tanggal 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas

menyebutkan bahwa lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah

sendiri terhadap implementasi kebijakan di Kota Makassar menyebabkan

penumpukkan timbunan sampah misalnya dari industri rumah tangga, Pasar dan

lain sebagainya menyebabkan produksi sampah meningkat sangat cepat, sehingga

menyebabkan proses pencemaran juga ikut meningkat yang dapat merugikan

masyarakat terkhusus bagi anak-anak.

Pertumbuhan penduduk yang setiap harinya meningkat menyebabkan

percepatan aktivitas perputaran Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan

mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

66

sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun

terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena

selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah

menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari

penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya. Maka dari itu

selain upaya yang dilakukan pemerintah tentunya keterlibatan dari masyarakat

juga sangat dibutuhkan serta peran dari pihak swasta yang mendukung pemerintah

dalam hal pembenahan sampah di dalam kota.

Selanjutnya wawancara dengan pengelola UPTD TPA Tamangapa di Kota

Makassar menyebutkan masalah penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan

sampah sebagai berikut:

“masalah keterlibatan orang-orang ahli didalam pengelolaan sampahsangat dibutuhkan sekarang ini, mengingat jumlah volume sampah yangterus meningkat sedangkan penangan sampah hanya monoton pada cara-cara yang lama (wawancara dengan informan SSL 09 September2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas

memberikan pernyataan bahwa dibutuhkannya orang-orang tenaga ahli dibidang

pengelolaan sampah untuk menangani masalah sampah yang telah menjadi

polemik selama ini, akan tetapi hal tersebut belum terwujud disebabkan karena

sampai saat ini belum ada tenaga profesional dalam masalah pengelolaan sampah.

Berdasarkan wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa

sangat dibutuhkannya tenaga ahli dibidang penanganan sampah untuk mengola

sampah yang hingga saat ini belum dapat dipecahkan akar permasalahannya serta

tidak adanya solusi yang tepat. Saat ini terjadinya peningkatan jumlah sampah

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

67

karena meningkatnya jumlah penduduk setiap hari sedangkan pengelolaannya

belum maksimal.

c. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Mengenai Pengelolaan Sampah

Meningkatnya jumlah sampah setiap hari menyebabkan para operasional

armada harus bekerja sangat sibuk ini disebabkan karena jika dalam satu hari saja

sampah tidak diangkut maka akan terjadi penumpukan dua kali lipat dari hari

sebelumnya jika hal ini terjadi maka jumlah sampah di dalam Kota akan terus

meningkat. Dalam keadaan normal saja sampah yang masuk kedalam TPA hanya

70% saja berarti sekitar 30% sampah tertinggal di dalam Kota Makassar dan

jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar.

Masalah faktor penghambat pengelolaan sampah sebagaimana

wawancara dengan salah satu staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota

Makassar sebagai berikut:

“salah satu yang menjadi penghambat dalam pengelolaan sampah yaitukarena masalah sosial, yaitu. Masalah dari masyarakat itu sendiri dimanasebagian besar masyarakat di Kota Makassar ini tidak mengindahkankebijakan-kebijakan yang telah di terapkan oleh pemerintah. Masyarakatmasih sering membuang sampah disembarang tempat padahal tempatsampah sudah disiapkan di titik-titik kota agar masyarakat tidakmembuang sampah disembarang tempat (wawancara dengan informanAID 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut diatas

menyebutkan bahwa penyebab utama terkendalanya pengelolaan sampah di Kota

Makassar adalah karena dari faktor masyarakat itu sendiri, yaitu kurangnya

kesadaran masyarakat untuk mengubah hidup mereka dalam menangani sampah,

sehingga masyarakat tetap membuang sampah di sembarang tempat. Meskipun

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

68

telah di fasilitasi tempat sampah oleh pemerintah akan tetapi masyarakat tidak

memanfaatkan sarana tersebut.

Informan tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab

terkendalanya implementasi pengelolaan sampah adalah karena masyarakat yang

tidak mengindahkan aturan yang telah di putuskan oleh pemerintah, dalam hal ini

sebenarnya masyarakat tidak dapat sepenuhnya disalahkan melainkan pemerintah

sendiri yang kurang melakukan sentuhan langsung kepada masyarakat terkait

permasalahan pengelolaan sampah sehingga peraturan-peraturan tersebut menjadi

tidak berjalan secara maksimal.

Berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan

mengungkapkan sebagai berikut:

“selain keterlibatan pemerintah tentunya juga perlu memberikanpenyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang pentinggnya menjagakebersihan lingkungan hidup karena jika tidak dimulai dari masyarakat itusendiri maka sangat sulit bagi pemerintah untuk melakukan kegiatanpenanganan sampah, maka dari itu keterlibatan masyarakat sangatdiharapkan untuk mendukung penuh upaya pelaksanaan penanganansampah dalam kota (wawancara dengan informan RDN 09 September2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut dapat dijelaskan

bahwa pentingnya pengelolaan lingkungan dengan melibatkan semua unsur

masyarakat dalam mendukung program-program yang akan direalisasikan oleh

pemerintah.

Perlunya keterlibatan masyarakat dalam masalah pengelolaan sampah

tentu akan sangat berpengaruh pada terwujudnya usaha pemerintah melakukan

perwujudan penanganan sampah sehingga dapat mempercepat dan mempermudah

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

69

penanganan kebersihan sampah dalam kota sehingga terwujud lingkungan yang

bersih dan sehat.

Berdasarkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen terhadap

beberapa informan maka penulis menarik kesimpulaan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan adalah masih kurangnya masyarakat

yang mengetahui akan adanya peraturan yang dibuat mengenai permasalahan

sampah. Selain itu, kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai aturan yang

dibuat tersebut. Selanjutnya masalah kapasitas TPA yang semakin terbatas dan

tidak mampu menampung volume sampah yang masuk sehingga membuat

pemerintah harus bekerja keras dalam menanganinya.

2. Faktor Pendukung Pemerintah Kota Makassar dalamMengimplementasikan Kebijakan masalah penanganan sampah di KotaMakassar

Target pencapaian kinerja pemerintah dapat dinilai dari keberhasilan

dalam mengimplementasikan program yang telah dicanangkan. Oleh sebab itu

faktor pendukung harus dimaksimalkan, dengan adanya faktor-faktor pendukung

tersebut maka program yang akan di implementasikan akan menjadi lebih mudah.

a. Tingginya Kemitraan Diperlihatkan Pemerintah Tentang PerdaPengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah di Kota Makassar sendiri telah banyak mendapatkan

dukungan dari beberapa pihak seperti dukungan dari pemerintah itu sendiri dan

dukungan dari pihak swasta. Sebagaimana penuturan dari staf Dinas Pertamanan

dan Kebersihan Kota Makassar bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota

sebagai berikut:

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

70

“jadi dalam pelaksanaan tugas itu kami disini telah mendapat legalitashukum sesuai dengan Perwali Nomor 109 tahun 2009 yang membahastentang Visi dan Misi Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota yang manadisitu kami diberikan wewenang untuk melakukan pengelolaanpenanganan dan menindaklanjuti jika ada pelanggaran dalampelaksanaannya sehingga memberikan motivasi yang tinggi bagi para stafdan pejabat pemerintahan untuk memaksimalkan upaya penanganansampah (wawancara dengan informan AID 09 September 2014).”Hasil

Berdasarkan dari hasil pernyataan informan tersebut diatas memberikan

informasi bahwa pelaksanaan tugas yang diterima oleh Dinas Kebersihan Kota

Makassar telah mendapat payung hukum, sehingga untuk mewujudkan visi yang

akan dicapai tidak terlalu sulit karena jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat maka akan di tindak sesuai aturan yang berlaku dengan adanya aturan

tersebut telah memotivasi para steckholder untuk bekerja lebih baik lagi mengenai

pengelolaan sampah.

Dukungan Peraturan-peraturan mengenai pengelolaan sampah di Kota

Makassar saat ini memang sangat dibutuhkan mengingat masih sulitnya mengatur

dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak sampah, bahwa

jika dalam penanganannya salah maka sudah tentu akan menimbulkan dampak

negatif terhadap kehidupan, yang mana dapat menimbulkan penyakit yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan.

Masih berbicara mengenai dukungan hukum yang di dapatkan

pemerintah kota dalam mengimplementasikan kebijakan masalah penanganan

sampah, berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota

Makassar sebagai berikut:

“Pelaksanaan penanganan kebersihan kota oleh Dinas Pertamanan danKebersihan Kota di Makassar itu telah membangun motivasi dari setiapaparat pemerintahan sehingga mereka diberikan kewenangan untuk

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

71

melakukan pembaharuan mengenai masalah penanganan sampah sehinggamemberikan contoh atau panutan kepada masyarakat (wawancara denganinforman AMN 19 September 2014).”Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan

penjelasan bahwa dalam pelaksanaan program kerjanya Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota telah memotivasi setiap pegawai pemerintahan yang ada untuk

melakukan pembenahan-pembenahan dalam setiap masalah penanganan sampah

di Kota Makassar sehingga memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.

Penjelasan informan tersebut memberikan penjelasan bahwa untuk

memperjelas kinerja sebuah instansi maka perlu diberlakukan adanya peningkatan

motivas agar setiap pelaksanaannya dapat terjamin serta memperlancar

implementasi yang akan di wujudkan.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan penulis dapat

menyimpulkan bahwa program penanganan sampah di Makassar berjalan dengan

lancar berkat adanya dukungan hukum yang berlaku serta adanya kesadaran dari

masing-masing pegawai yang ada dalam lingkup Dinas Pertamanan dan

kebersihan Kota untuk mewujudkan kebersihan kota dari masalah sampah.

b. Koordinasi Yang Terjalin Baik dari Lembaga Pemerintah DenganPekerja di TPA

Masih berbicara tentang pendukung implementasi penanganan masalah

sampah di Kota Makassar. Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan

akibat perindustrian maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi

diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Berikut wawancara

dengan kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar sebagai berikut:

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

72

“program andalan pemerintah Kota Makassar saat ini yang sementaradiupayakan pelaksanaannya adalah program 3R sebagai program yangdiharapkan mampu memberikan perubahan terhadap penangananpengelolaan sampah di Kota Makassar sebagai mana dicanangkan bahwadalam program ini mengajak masyarakat untuk lebih mengetahuimasalah dan keuntungan mengelolah sampah (wawancara denganinforman KSG 09 September 2014).”Hasil

Penjelasan informan tersebut memberikan informasi bahwa dalam

penangan sampah di Kota Makassar maka salah satu program andalan pemerintah

adalah program 3R yaitu program yang memberikan pembelajaran kepada

masyarakat agar lebih memahami mengenai nilai-nilai penanganan sampah,

dengan tujuan agar masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan penetapan aturan

kebijakan (beleidregels), undang-undang dan hukum yang jelas tentang sampah

dan perusakan lingkungan, penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi

beban penanganan akhir sampah dan pemberlakuan pajak bagi perusahaan yang

menghasilkan sampah, serta melakukan uji dampak lingkungan Mendorong

pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai kembali (re-use), dan

mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti (replace); Pengembangan

produk dan kemasan ramah lingkungan, Pengembangan teknologi, standar dan

prosedur penanganan sampah.

Berikut wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota :

Salah satu faktor yang mendukung terlaksananya program kebersihan kotaadalah berdasarkan dengan diberlakukannya konsep 3R karena melaluiprogram-program tersebut beberapa manfaat telah diperoleh masyarakatdan pemerintah seperti telah terjadi peningkatan pengurangan sampah dibeberapa titik di sudut-sudut kota, bekurangnya sampah rumah tanggayang terdapat disekitar rumah penduduk (wawancara dengan informanAID 09 September 2014)Hasil

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

73

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan

penjelasan bahwa sejak diberlakukannya program 3R dan telah diperkenalkan ke

masyarakat maka penumpukan sampah di rumah-rumah warga telah berkurang,

sehingga masyarakat telah dapat merasakan dampak positif begitu ju pemerintah

merasa bahwa dengan adanya kesadaran masyarakat tersebut sangat membantu

mewujudkan program pembenahan sampah dalam kota.

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap

beberapa informan maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program

pemerintah mengenai masalah pengelolaan sampah yaitu 3R antara lain reduce

mengurangi, re-use menggunakan kembali, recycle mendaur ulang. Maka upaya

pemerintah dapat dikatakan berhasil, mesipun masih banyak yang perlu dibenahi.

c. Dukungan Dan Kerjasama Dari Pihak Swasta Mengenai Masalah

Penanganan Sampah Dalam Kota

Selain pengembangan program pengelolaan sampah maka juga

dibutuhkan kerjasama dari pihak luar agar perusahaan-perusahaan yang

menimbulkan limbah industri dapat meminimalisir hasil limbah dari perusahaan

dan membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sampah di dalam kota.

berikut wawancara dengan staf seksi pengembangan partisipasi Dinas

Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai berikut:

“dalam pengelolaan sampah dalam kota, pemerintah telah bekerja samadengan pihak swasta dimana dalam kerjasama itu disepakati bahwadalam masalah penanganan sampah itu kami telah sepakat untuk programandalan itu pembuatan Produk Kompos Organik yang bekerjasamadengan perusahaan swasta PT. Orgando (wawancara dengan informanABD 09 September 2014).”Hasil

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

74

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut memberikan

pernyataan bahwa pemerintah telah mendapat dukungan dan bekerjasama dengan

pihak perusahaan swasta mengenai masalah penanganan sampah dalam kota

tersebut dan mengupayakan pemanfaatan sampah untuk dikelola kembali,

sehingga menjadi nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Penjelasan informan diatas memberikan informasi bahwa salah satu upaya

yang dilakukan oleh kedua pihak adalah kerjasama pembuatan produk kompos

organik, yaitu pemanfaatan hasil produksi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk

tanaman yang dapat memberi manfaat bagi perkebunan. Dari hasil kerjasama ini

maka diharapkan dapat menyulap sampah menjadi barang yang memberikan nilai

ekonomi bagi kehidupan penduduk kota.

Masih berbicara masalah gerakan makassar bersih, Makassar bersih

merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan lingkungan yang

bersih sebagai hasil dari program kerjasama dari beberapa pihak. Berikut

wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota sebagai berikut:

“Gerakan Makassar Bersih dan Makassar Green and Clean itu sejak tahun2004 telah dicanangkan dengan tujuan merubah pola pikir masyarakatKota Makassar untuk hidup bersih. Dan pada tahun 2008 melaluikerjasama Pemerintah Kota Makassar dengan PT.Unilever Indonesia, PT.Media Fajar dan Yayasan Peduli Negeri (YPN) dilaunching Program“Makassar Green & Clean” (MGC) yang tujuan utamanya mengajakmasyarakat kota untuk memperbaiki dan peduli lingkungan hidup(wawancara dengan informan RDN 09 September 2014).” Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas memberikan

informasi bahwa salah satu upaya pemerintah dalam mendukung percepatan

terwujudnya lingkungan yang sehat dalam kota harus

bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti yang telah dilakukan di Kota

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

75

Makassar. Pemerintah kota telah bekerjasama dengan beberapa pihak swasta

untuk membantu terwujudnya lingkungan bersih di dalam kota. Seperti program

Gerakan Makassar Bersih, dimana program tersebut di laksanakan berkat

kerjasama dengan pihak swasta.

Kemudian program Makassar Green And Clean yang telah dicanangkan

sejak tahun 2008 dan saat ini telah bergabung beberapa perusahaan besar untuk

mewujudkan program-program yang berbasis masyarakat tersebut. Sampai saat

ini program tersebut masih berjalan dan telah memberikan dampak positif bagi

kelangsungan hidup dalam kota.

Berdasarkan dari hasil wawancara terhadap beberapa informan tersebut

diatas penulis mentimpulkan bahwa faktor pendukung yang mempengaruhi

implementasi kebijakan di Kota Makassar adalah dukungan dari pihak pemerintah

sendiri seperti adanya payung hukum yang menangani dan mengatur tentang

pengelolaan sampah, serta adanya program-program pemerintah yang menyentuh

langsung kepada masyarakat dan memberikan pembelajaran tentang pengelolaan

lingkungan hidup yang lebih baik, dan keterlibatan kerjasama dari beberapa

perusahaan pihak swasta yang telah berjalan sampai saat ini dan telah

berkontribusi besar terhadap perwujudan program-program pemerintah, sehingga

pemerintah sangat terbantu dalam menangani masalah sampah di dalam kota

untuk memperbaiki lingkungan menjadi lebih baik.

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

76

76

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar Dalam Pengelolaan

Sampah Di TPA Kota Makassar, dapat dikategorikan belum terlalu cukup baik,

hal ini dapat terlihat dari perencanaan penanganan dan pengurangan sampah

yang belum sesuai dengan harapan yang belum menyentuh sampai kepada

pokok permasalahan sehingga pengurangan sampah belum terlalu maksimal

kemudian masalah yang lain adalah penyediaan sarana dan prasarana yang

sebenarnya telah disiapkan akan tetapi akibat dari pertumbuhan sampah yang

semakin hari meningkat mengakibatkan tidak dapat menampung semua

sampah yang ada setiap hari. Kemudian masalah yang lain adalah masih belum

dikembangkannya pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung pengelolaan

sampah sehingga dalam pengelolaannya masih menggunakan cara manual.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota

Makassar Dalam Pengelolaan Sampah Di TPA Tamangapa adalah faktor

infrastruktur, merupakan hal utama dalam pelaksanaan kebijakan karena

mengingat infrastruktur merupakan hal yang harus dipersiapkan untuk

menunjang segala aktvitas pemerintah dan masyarakat secara teknis dalam hal

pengelolaan sampah sampai ke TPA. Dengan terwujudnya Perencanaan

penanganan dan pengurangan sampah rencana pemerintah Kota Makassar

tentang penanggulangan sampah telah direalisasikan oleh pemerintah meskipun

masih banyak yang perlu dibenahi seperti memaksimalkan segala kekurangan

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

77

yang ada serta sosialisasi yang intensif kepada masyarakat rencana pemerintah

Kota Makassar tentang pengurangan dan penanganan sampah telah

direalisasikan dengan pelaksanaan program sistem Reuse, Reduce, dan

Recycling

B. Saran

1. Perlu dilakukan perencanaan penanganan dan pengelolaan pengurangan

sampah yang lebih baik agar setiap kebijakan dapat direalisasikan dan

diketahui oleh setiap warga masyarakat.

2. Perlu diperhatikan beberapa faktor pendukung dan penghambat yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan agar setiap program yang di

rencanakan dapat terealisasikan dengan maksimal.

3. Penanganan pengurangan sampah yang telah dibentuk dalam Peraturan

Daerah sebaiknya lebih diperhatikan secara intensif dan kontrol yang lebih

ketat agar bisa lebih tepat sasaran.

4. Rencana selanjutnya tentang tindakan penanganan sampah sebaiknya

dilakukan tinjau lokasi yang lebih mendalam terlebih dahulu.

5. Sarana dan prasarana dalam penanganan sampah dari lorong-lorong sampai

ke TPA perlu ditambahkan lagi armadanya, begitu juga jumlah personilnya

agar dapat mengangkut sampah-sampah yang ada hingga mencapai angka

100%.

6. Pemerintah Kota Makassar masih perlu meningkatkan kerjasama terhadap

beberapa pihak Swasta untuk membantu menangani masalah persoalan

sampah kedepannya.

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

77

7. Penanganan persampahan di Kota Makassar seharusnya menggunakan

pemanfaatan teknologi canggih agar mempercepat pengolahan dibandingkan

dengan menggunakan cara-cara yang lama.

78

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdurohman, Muhammad. 2012. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan.Online: (http://eprints.uny.ac.id/8638/3/BAB%202%20-%2008401241006.pdf). Di akses 12 Maret 2014.

Bambang, ryadi soetrisno, 2009. Ayo olah sampah. Jakarta.

Basriyanta. 2006. Daur ulang sampah. (firdhaf08.student.ipb.ac.id). diakses 10oktober 2014.

Darnadi, Dedi. 2010. Analisis pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampahsebagai upaya meningkatkan kualitas ingkungan hidup di kota bandung(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5504.). Diakses 08September 2014

Edwars III, George C.1980. Implementing Public Policy. Washington, D.C:Conggressional Quarterly Press.

Hree, galung. Wisesa. Zaenal hidayat. Nina widawati. 2013. Faktor-faktor yangmempengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan sampah berbasismasyarakat pada dinas kebersihan dan pertamanan kota semarang(solusi pengurangan timbunan sampah di TPA jati barang.).(ejournal-S1.undip.ac.id/indeks.php/jppmr/article/view/3047). Diakses 09September 2014

Kooiman, 1993. New Government-Society Interactions. Front Cover.(http://www.google.com/m?hl=in&gl=id&client=msand-Sonyericson&source=android-unknown&=kooiman1993). Diakses 09Mei 2014

Mazmanian. 1983. Implementation and public policy. Scott Foresman andCompany, USA.

Mardikanto, Totok. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Dalam PerspektifKebijakan Publik.Bandung: Alfabeta

Muftihatun, Nikmah. 2014. Artikel pengelolaan sampah. (www. Matriks.Uny.com/2014/01/14/artikel-pengelolaan-sampah/). Diakses 07September 2014

Mustari, Nuryanti. 2013. Implementasi Kebijakan Publik (Pemahaman TeoritisEmpiris). Makassar: Membumi Publishing

Muhammadfitriansyah. 2013. Makalah pengelolaan sampah.(muhammadfitriansyahmakalahsampah.blogspot.com) di akses 05September 2014

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR …

80

Mukti. 2008. Sistem pengelolaan sampah (http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html)Diakses pada Tanggal 1 April 2014.

Moleong, MA. 2001. Metedologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Orihara, Yuzura. 2014.pengelolaan sampah dilingkungan sekolah.(oriharayuzuru. Blogspot. Com/2014/03/pengelolaan-sampah-di-sekolah.html). diakses 09 September 2014

Sipayung,Nurdin. 2008. Pengawasan DPRD Terhadap Implementasi Perda danPeraturan Bupati. Usu. Medan.

Soewedo, Hadiwiyoto. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta :Yayasan Idayu.

Tanjung, 2014. Pengertian sampah menurut para ahli.(pengertian+sampah+menurut+tanjung&U=13324793). Diakses 10oktober 2014

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang PengelolaanSampah.

Wahab, solichin abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM press,Malang.

Winarno, Budi. 2008. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta : Erlangga

Webometrics. Makalah pengelolaan sampah dan limbah. (terbaikmakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-pengelolaan-sampah-dan-limbah.html.) diakses 09 September 2014.