IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK...

178
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Oleh: SITI NIADHATUL KHASANAH NIM. 23010150062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Transcript of IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK...

Page 1: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH

KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO

KOTA SALATIGA TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Oleh:

SITI NIADHATUL KHASANAH

NIM. 23010150062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

Page 2: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

ii

Page 3: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

iii

IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH

KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA

SALATIGA TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Oleh:

SITI NIADHATUL KHASANAH

NIM. 23010150062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

Page 4: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

iv

LEMBAR PESRSETUJUAN PEMBIMBING

Page 5: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

v

Page 6: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

vi

PERNYATAAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Niadhatul Khasanah

NIM : 23010150062

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN

Salatiga

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, April 2019

Yang Menyatakan

Siti Niadhatul Khasanah

NIM. 23010150062

Page 7: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

vii

MOTTO

ق ل غ ه اب ب ل ك ح ت ف ي الجديدني كل اهس شاسع والجد

“Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa

membuka pintu yang terkunci”

(Imam Syafi‟i)

Page 8: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin, puji syukur teruntai dari sanubariku yang

terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT, dengan segenap rasa cinta dan

sayang, saya persembahkan karya sederhana ini untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta, bapak M.Ikhsani dan Ibu Sri Nasyifah sepasang

malaikat penjagaku di bumi-Nya, pelita hidup yang tak pernah padam,

terimakasih atas semua semangat dan kasih sayang , rangkaian do‟a yang

tak pernah henti terus mengiringi dan menguatkan setiap langkah. Semoga

tahun depan berangkat ke Baitullah. Ammin

2. Adik-adik saya, Siti Fazia Milka Mevina dan Siti Keisya Hazna Aulia,

kalian penyemangatku ketika hati dan fikiran ini mulai layu. Aku sayang

kalian.

3. Almaghfurlah Romo K.H Mahfudz Ridwan dan ibu Nyai Hj. Nafisah yang

saya ta‟dzimi, orang tua kedua di pondok pesantren Edi Mancoro. Ilmu

yang beliau berikan tak akan mampu kubalas dengan materi apapun.

Sempga surga menemukan kita.

4. Kyai Muhammad Hanif dan Bu Nyai Rosyidah Lc. Yang selalu

memberikan nasihat dan kasih sayang dan selalu mendoakan saya.

5. Para Guru dan Dosen, khususnya Bapak Dr. H. Imam Sutomo, M.Ag yang

selalu membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita dalam

studiku.

Page 9: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

ix

6. Suprihatin yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dan dukungan.

Terimakasih atas kesabaranmu dan telah menjadi warna dalam hidupku.

7. Keluarga besar pondok pesantren Edi Mancoro, terkhusus teman-teman

kamar 20 yang selalu menghiburku.

8. Teman-teman KKN posko 92 yang saya sayangi.

9. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2015.

10. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.

11. Dan untuk semuanya, terima kasih.

Page 10: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahanrahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW,

keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah

padatnya tugas.

4. Bapak Dr. H. Imam Sutomo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag., selaku dosen pembimbing akademik,

beserbapak dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis

selama masa studi.

Page 11: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xi

Page 12: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xii

ABSTRAK

Khasanah, Siti Niadhatul, 2019. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok

Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo

Kota Salatiga Tahun 2019. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata Kunci: Empat Pilar Pendidikan, Faktor penghambat dan Pendukung

Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1) untuk mengetahui implementasi

empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. 3) untuk

mengetahui hambatan dan pendukung adanya penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber

data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi

dengan menggunakan analisis data kualitatif teknik triangulasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: Pondasi yang digagas oleh

UNESCO mengenai keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar

pendidikan (Learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live

together) yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. 1) Ragam

kegiatan yang dilaksanakan pondok pesantren menurut kurikulum Tarbiyatul

Falah Al-Islamiyah (TFI) yang telah ditetapkan dengan diaplikasikan berbagai

program pendidikan formal maupun informal, program pendidikan harian,

mingguan, bulanan, dan tahunan serta program khusus mahasantri serta penerapan

empat pilar pendidikan yang lebih menonjol yaitu learning to live together dan

learning to know. Banyak kegiatan intra dan ekstra yang telah diterapkan, dan

terdapat respon positif dan inisiatif dari pengurus, para asatidz, dan para santri.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh pondok pesantren

bertujuan untuk memberikan output di masa yang akan datang dan

mengembangkan hardskill dan softskill para santri. 2) Adapun faktor penghambat

dalam penerapan empat pilar pendidikan antara lain: Sumber daya manusia belum

maksimal, fasilitas kurang memadai, malas, kurang pandai membagi waktu dan

kurang koordinasi dan kesolidan, kemudian faktor yang menjadi pendukung

antara lain: semangat dan motivasi dari pendidik, diri sendiri, orang tua, teman

dan lingkungan sekitar serta motivasi diri untuk menjadikan pendidikan lebih baik

lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Page 13: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

HALAMAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI ............................. vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

ABSTRAK ...................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Fokus Penelitian .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

Page 14: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xiv

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ................................................................................. 6

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Empat Pilar Pendidikan UNESCO ........................................................... 10

1. Tentang UNESCO .......................................................................... 10

2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO ................................................ 11

3. Indikator Empat Pilar Pendidikan UNESCO ................................. 16

B. Tinjauan Umum tentang Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................... 18

2. Sejarah Pondok Pesantren .............................................................. 19

3. Tipologi Pondok Pesantren ............................................................ 25

4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ............................................ 30

C. Kajian Pustaka ...................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 36

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 37

C. Sumber data ................................................................................................... 37

1. Data Primer ............................................................................................. 37

2. Data Sekunder ......................................................................................... 38

D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 38

1. Metode Wawancara ................................................................................ 39

2. Metode Observasi ................................................................................... 39

3. Metode Dokumenter ............................................................................... 40

Page 15: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xv

E. Analisis Data ................................................................................................. 40

1. Data Reduction (Reduksi Data) .............................................................. 40

2. Data Display (Penyajian Data) ............................................................... 41

3. Verification (Penarikan Kesimpulan) ..................................................... 41

F. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................... 42

G. Tahap – Tahap Penelitian .............................................................................. 43

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah ......................................... 44

1. Letak Geografis ...................................................................................... 44

2. Sejarah Berdiri ........................................................................................ 45

3. Visi, Misi dan Tujuan .............................................................................. 48

4. Struktur Organisasi ................................................................................. 49

5. Metodologi Pembelajaran ........................................................................ 51

6. Kegiatan Pondok Pesantren .................................................................... 53

7. Sistem Pendidikan .................................................................................. 70

8. Kurikulum Pendidikan ............................................................................ 72

a. Formal ............................................................................................... 73

b. Informal ............................................................................................ 73

c. Program Khusus Mahasantri ............................................................. 73

9. Gambaran Informan ............................................................................... 79

B. Temuan Data Penelitian ................................................................................. 81

1. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ....................... 81

a. Learning to Know ....................................................................... 83

b. Learning to Do ........................................................................... 89

c. Learning to Be ............................................................................ 91

Page 16: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xvi

d. Learning to Live Together .......................................................... 93

2. Hambatan dan Pendukung Penerapan Empat Pilar Pendidikan .............. 94

a. Faktor Penghambat ..................................................................... 94

b. Faktor Pendukung ...................................................................... 96

3. Analisis Data .......................................................................................... 98

1. Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ..................... 98

a. Learning to Know ....................................................................... 102

b. Learning to Do ........................................................................... 106

c. Learning to Be ............................................................................ 108

d. Learning to Live Together .......................................................... 110

2. Faktor Pendukung Penerapan Empat Pilar Pendidikan ..................... 112

3. Faktor Penghambat dan Solusi Penerapan Empat Pilar .................... 114

4. Hasil Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ............ 116

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 124

B. Saran ............................................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 127

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 129

Page 17: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO ......................... 16

Tabel 3.1 Analisis Data Model Interaktif ................................................. 42

Tabel 3.2 Skema Triangulasi ......................................................................... 42

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Agro Nuur El-

Falah .................................................................................... 61

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah...50

Page 18: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Perizinan selesai Penelitian dari Pondok Pesantren

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Daftar Nilai SKK

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Kitab-Kitab yang dipelajari

Lampiran 8 Foto Penelitian

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

Page 19: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses upaya pewarisan nilai-nilai yang

sering disebut transformasi yang mencakup segala aspek “yang seharusnya”

tetapi di sisi lain hanya melangsungkan proses pada satu sisi saja, itulah yang

dikhawatirkan dalam proses pendidikan, kalau kita melihat fitrah manusia

diciptakan dengan keadaan suci sehingga untuk mengembangkannya perlunya

pendidikan, dengan mengenyam pendidikan setidaknya manusia bisa hidup

dalam menghadapi realitas kekinian. Dalam perkembangannya, istilah

pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa

(Hasballah, 2013:1). Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi

yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung

sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Siswoyo, 2008: 25).

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas

yang tak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus

menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan.

Selain hidup dalam kultur dan budaya masyarakat, pesantren memberikan

kebutuhan pendidikan masyarakat, baik pendidikan agama maupun umum,

Page 20: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

2

namun perkembangan zaman globalisasi dengan informasi yang serba cepat

dan terserap dengan cepat sehingga pesantren dianggap masih kurang maju.

Pesantren harus melakukan perubahan guna menyusun kuikulum yang

disesuaikan dengan kondisi era saat ini. Selain membekali santri dengan

kajian-kajian ilmu agama, juga harus membekali ilmu atau teknologi serta

keterampilan yang bisa menjadi bekal untuk menghadapi persaingan bebas di

masyarakat. Dengan dibekali keterampilan-keterampilan yang mendukung

pendidikan, bakat dan minat para santri yang bertujuan untuk membentuk

softskill dan hardskill, sehingga para santri setelah selesai nyantri di pondok

berani bersaing dalam hidup bermasyarakat. Upaya untuk mewujudkan

perubahan seharusnya tidak lepas dari peranan pemerintah dan masyarakat.

Persoalan kian menjadi runyam ketika globalisasi telah jadi realitas

keseharian yang harus dihadapi umat manusia, termasuk pesantren dan

masyarakat di negeri ini. Globalisasi, terlepas dari mimpi-mimpi indah yang

ditawarkannya, merupakan kolonialisme berwajah baru. Pesantren, dengan

teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk menyikapi globalisasi

secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari solusi yang benar-

benar mencerahkan, sehingga pada satu sisi dapaat menumbuhkembangkan

kaum santri yang memiliki wawasan luas yang tidak gamang menghadapi

modernitas dan sekaligus tidak kehilangan identitas dan jati dirinya dan pada

sisi lain dapat mengantarkan masyarakat menjadi komunitas yang menyadari

tentang persoalan yang dihadapi dan mampu mengatasi dengan penuh

kemandirian dan keadaban.

Page 21: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

3

Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat

membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life

competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta

didik. Keberhasilan pesantren dalam memberikan pendidikan tidak lain karena

terinputnya pilar-pilar pendidikan UNESCO dalam setiap proses

pembelajarannya. UNESCO (1984) mengemukakan dua prinsip pendidikan

yang sangat relevan dengan Pancasila, pertama, bahwasanya pendidikan harus

diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know),

belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan

(learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua,

belajar seumur hidup (life long learning) (E Mulyasa, 2004: 3).

Seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, pondok pesantren juga terus berbenah diri dan meningkatkan

kualitas pendidikannya, baik dalam materi atau kurikulumnya, kegiatan-

kegiatan keseharian, oganisasi di dalamnya, aktivitas atau rutinan secara

individu atau berkelompok, maupun metode pembelajarannya dan sistem

pendidikan. Pendidikan keterampilan juga mendapat perhatian di berbagai

pesantren, guna membekali para santri untuk kehidupan masa depan.

Pendidikan keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan

potensi lingkungan pesantren, seperti keterampilan bidang peternakan,

pertanian, perkebunan, perikanan, dan perdagangan. Untuk melatih para santri

dalam kewirausahaan, pada umumnya pondok pesantren telah memiliki

koperasi pondok pesantren (Kopontren) yang dikelola oleh para santri senior.

Page 22: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

4

Satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat

penerapan empat pilar pendidikan sekaligus yang di dalamnya menerapkan

keterampilan adalah Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah adalah pesantren

yang mendidik skill para santrinya memiliki perhatian khusus terhadap

pendidikan bidang pertanian terutama dalam pengembangan agro bisnis dan

agro industri. Hal ini dilatar belakangi oleh negara Indonesia adalah negara

agraris. Sehingga diharapkan setelah lulus dari pesantren santri memiliki skill

yang mumpuni dalam bidang pertanian berakhlakul karimah, berjiwa mandiri,

dan produktif sebagai bekal dalam berdakwah dan berjuang di tengah-tengah

umat atau masyarakat. Selain itu dalam pondok pesantren, para santri juga

dibekali dengan rutinan mengaji kitab kuning, Al-Qur‟an , Al-Hadist dan lain

sebagainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menuliskan

judul skripsi, “Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro

Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun

2019”

B. Rumusan Masalah

Terdapat beberapa hal penting yang akan diungkap. Melihat uraian pada

bagian latar belakang, maka perlu dirumuskan fokus penelitian yang terarah.

Adapun fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah?

Page 23: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

5

2. Bagaimana hambatan dan pendukung adanya penerapan empat pilar

pendidikan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi empat pilar pendidikan pondok pesantren

Agro Nuur El-Falah.

2. Untuk mengetahui hambatan dan pendukung adanya penerapan empat

pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, diharapkan penelitian ini

dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian di

bidang pendidikan dan ragam keterampilan pada pesantren.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mengembangkan keterampilan, sumber daya manusia, dan

pengembangan di bidang pendidikan.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan mengenai keterkaitan

empat pilar pendidikan dalam penerapannya dan implikasi dalam

pondok pesantren.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi para peneliti

lainnya untuk melakukan penelitian yang sejenis secara lebih luas dan

Page 24: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

6

mendalam juga dapat dijadikan sebagai perbandingan pendidikan dalam

pesantren dan pendidikan di luar pesantren..

2. Manfaat praktis

a. Bagi jajaran Kementerian Agama maupun instansi yang terkait,

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam menentukan

kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren.

b. Bagi pengasuh, ustadz serta ustadzah Pondok Pesantren Agro Nuur El-

Falah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pengetahuan bahwasanya pendidikan sangat penting jika diterapkan dan

diamalkan pada santri untuk meningkatkan mutu, skill, bakat, minat

para santri. Selain itu, sebagai acuan untuk inovasi sistem pendidikan

pondok pesantren agar tetap eksis dalam menghadapi arus globalisasi.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengaplikasikan

gagasan maupun ide yang dimiliki guna menerapkan empat pilar

pendidikan di pondok pesantren.

E. Penegasan Istilah

1. Implementasi

Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan tahap yang sangat

menentukan dalam proses kebijakan. Pandangan tersebut dikuatkan

dengan pernyataan Edwards III bahwa tanpa implementasi yang efektif

keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.

Implementasi merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola

input untuk menghasilkan output atau outcomes. Adapun maksud dari

Page 25: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

7

implementasi di dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan atau penerapan 4

pilar pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan

Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.

2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan

melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa

melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and

Cultural Organization) yang bergerak di bidang pendidikan, pengetahuan

dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yaitu: (1) Learning to

know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live

together. Adapun maksud empat pilar pendidikan dalam penelitian ini

adalah penerapan pondasi pendidikan untuk membangun, membentuk, dan

mengembangkan ilmu agama, keterampilan, minat belajar, bakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi, pola pikir dan lain sebagainya guna

membekali peserta didik atau santri untuk hidup di masyarakat dan sebagai

benteng dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin lama semakin

berkembang mengikuti zaman.

3. Pondok Pesantren

Sebenarnya penggunaan gabungan kedua istilah secara integral

yakni pondok dan pesantren menjadi pondok pesantren lebih

mengakomodasikan karakter keduanya. Pondok pesantren menurut M.

Arifin adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta

diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri

menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah

Page 26: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

8

yang sepenuhnya berada di bawah leadership seseorang atau beberapa

orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen

dalam segala hal (Arifin, 1991:240).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terdiri dari tiga bagian, yaitu

bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman

sampul, halaman judul, lembar logo IAIN, halaman persetujuan pembimbing,

halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman pengesahan kelulusan,

halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,

halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan halaman daftar lampiran.

Bagian isi dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam lima bab

dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, pada bab ini menjabarkan tentang landasan

teori yang membahas tentang pengertian UNESCO, empat pilar pendidikan

UNESCO, indikator empat pilar pendidikan UNESCO, tinjauan umum

tentang Pesantren (pengertiaذn pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,

tipologi pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren), peneliti

juga menguraikan mengenai kajian pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN, pada bab ini menjelaskan tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

Page 27: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

9

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap

penelitian.

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA, pada Bab ini

menjelaskan tentang paparan data dan analisis hasil penelitian mengenai

outcomes implementasi empat pilar pendidikan pada pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah dan hambatan dan dukungan adanya penerapan empat pilar

pendidikan bagi santri dan masyarakat di sekitar ruang lingkup pondok

pesantren.

BAB V PENUTUP, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Bagian akhir dari penelitian terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.

Page 28: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Empat Pilar Pendidikan UNESCO

1. Tentang UNESCO

UNESCO adalah singkatan dari United Nation Education and Scientific

Cultural Organization, yaitu badan PBB yang menangani masalah

pendidikan dan kebudayaan. Adapun tujuan utama dari didirikannya

UNESCO adalah :

“ To contribute to peace and security by promoting

collaboration, science and culture in order the further the universal

respect for justice, for the rule of law and for human rights and

fundamental freedoms which are affirmed for the peoples of the

world, without distinction of race, sex, language or religion”.

Yaitu menyumbangkan kepada perdamaian dan keamanan dengan cara

mengingatkan kerja sama antar Negara anggota UNESCO melalui kegiatan

pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan agar dapat menghargai

keadilan, hak asasi manusia, dan kemerdekaan masyarakat dunia tanpa

melihat suku, jenis kelamin, bahasa dan agama.

UNESCO telah disetujui pada konferensi London 16 November 1945.

Dan mulai berlaku pada tanggal 14 November 1946 ketika 20 negara telah

memberi sambutan. Sampai tanggal 19 Oktober 1999 memiliki anggota 188

negara dan sekarang telah mencapai 191 negara.

Page 29: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

11

2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO

Dalam kamus umum, pilar adalah tiang penyangga atau penguat, dari

beton dan sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan atau

keserasian dan penunjang untuk kegiatan (Bahri, 1993:251). Dalam upaya

meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan

mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO

(United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) yang

bergerak di bidang pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan

empat pilar pendidikan yaitu: (a) learning to know, (b) learning to do, (c)

learning to be, dan (d) learning to live togeteher. Keempat pilar tersebut

secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di

Indonesia. Adapun empat pilar tersebut, sebagai berikut:

1. Learning to Know

Learning to know by combining a sufficiently broad general

knowledge with the opportunity to work in depth on a small number of

subjects. This also means learning to learn, so as to benefit from the

opportunities education provides throughout life.

Belajar untuk mengetahui adalah menggabungkan beberapa

pengetahuan yang cukup luas dan kesempatan untuk bekerja keras agar

memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. Hal ini juga berarti

belajar untuk belajar, sebagaimana hasil yang diperoleh dari

kesempatan pendidikan.

Pilar pertama ini memiliki arti bahwa peserta didik dianjurkan

untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya,

melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu

Page 30: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

12

munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat.

Dalam hal ini Jaques Delors sebagai ketua penyusun learning the

treasure Within, mengklasifikasikan dua macam kegunaan

pengetahuan. Pertama, pengetahuan sebagai alat (mean), dalam hal ini

pengetahuan digunakan untuk mencapai berbagai macam tujuan, seperti

memahami lingkungan, hidup layak sesuai kebutuhan lingkungan,

pengembangan keterampilan bekerja, dan berkomunikasi. Kedua,

pengetahuan sebagai hasil (end) dalam hal ini pengetahuan sebagai

dasar bagi kepuasan memahami, mengetahui dan menemukan.

Lerning to know selalu mengajarkan tentang arti penting sebuah

pengetahuan, karena di dalam learning to know terdapat learning how

to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di

sekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Abu Ahmadi dan Supriyono (2004:128) yaitu belajar adalah

proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Laerning to know juga mengajarkan tentang life long of

education atau yang disebut dengan belajar sepanjang hayat. Arti

pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak berhenti

hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang

hidupnya (Suprijanto, 2008:4). Hal ini menegaskan bahwa pendidikan

Page 31: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

13

di pondok pesantren maupun sekolah merupakan kelanjutan dalam

keluarga, dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga.

2. Learning to Do

Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. Di

sini para peserta didik diajak untuk ikut serta dalam memecahkan

permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata.

Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam

sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi

dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill

dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan

dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan

bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia)

yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti

tuntutan zaman.

Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik,

artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan

kemampuan peserta` didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat

dilakukan dengan menerapkan apa yang didapatkan atau apa yang telah

dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya santri harus belajar

tenntang pentingnya sikap disiplin, maka untuk memahami dan

mengerti tentang disuplin itu, santri harus belajar untuk melakukan

sikap disiplin, baik di sekolah , pondok, rumah atau dimanapun dan

Page 32: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

14

mentaaati peraturan pondok. Selanjutnya adalah soft skill, artinya

ketrampilan yang menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah

yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, kemampuan sosial,

kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang.

3. Learning to Be

Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih

peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan

apa yang pesertaa didik impikan dan cita-citakan. Penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan (soft skill dan hatrd skill) merupakan

bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri

sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan

dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan

kaidah yang berlaku di riuang lingkup pondok pesantren maupun

sekitarnya..

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,

perkembangan fisik, kejiwaan peserta didik serta kondisi

lingkungannya. Misal, bagi peserta didik yang agresif, akan

menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk

berkreasi. Dan sebaliknya bagi peserta yang pasif, peran pendidik

sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi

mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk

menumbuhkembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan

maksimal.

Page 33: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

15

4. Learning to Live Together

Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada peserta

didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. Mereka

harus mampu hidup bersama dengan makin beragamnya etnis di

Indonesia. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling

menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di

lembaga-lembaga pendidikan. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan

sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan dimana

individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri

sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain

dalam merupakan bekal dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat

(learning to live together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal

dan non formal harus diarahkan pada peningkatan kualitas, kemampuan

intelektual, dan profesional.

Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus

dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau

life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan

kebutuhan peserta didik. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga

pendidikan, diakui mempunyai andil yang cukup besar di dalam

membesarkan dan mengembangkan dunia pendidikan. Pondok

pesantren juga dipercaya dapat menjadi alternatif bagi pemecahan

berbagai masalah pendidikan yang terjadi saat ini.

Page 34: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

16

3. Indikator 4 (Empat) Pilar Pendidikan UNESCO

Berikut adalah indikator pembelajaran yang berdasarkan 4 (empat)

pilar pendidikan UNESCO.

Tabel 2.1

Pilar-pilar Pendidikan UNESCO

No 4 Pilar Pendidikan Indikator

1. Learning to know a. Menguasai dan mendapatkan materi

sebanyak-banyaknya.

b. Mencari informasi dari lingkungan

sekitar dan sumber-sumber lain.

c. Memiliki kemampuan memahami dibalik

materi ajar yang diterima

d. Mengembangkan rasa ingin tahu

e. Memanfaatkan berbagai sumber

pelajaran

2. Learning to do a. Mengkaitkan pembelajaran dengan

kompetensi

b. Menjembatani pengetahuan dan

keterampilan

c. Mengaplikasikan pemahamannya dan

bertindak secara kreatif terhadap

lingkungan

Page 35: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

17

d. Meningkatkan keterampilan seorang

peserta didik dalam menyelesaikan

problem keseharian

e. Belajar berkarya atau mengaplikasikan

ilmu yang didapat oleh peserta didik.

3. Learning to live

together

a. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan

yang ada di kelas

b. Memiliki kemampuan untuk hidup

bersama dengan peserta didik yang

berbeda

c. Belajar untuk saling menghargai

perbedaan pendapat yang ada

4. Learning to be a. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri

sendiri

b. Menunjukkan sikap percaya diri

c. Menunjukkan kemampuan belajar secara

mandiri sesuai dengan potensi yang

dimiliki

d. Membentuk nilai-nilai yang dimiliki

bersama

e. Belajar untuk mandiri

f. Menjadi orang yang bertanggung jawab

untuk menjadikan tujuan bersama

Page 36: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

18

g. Belajar untuk menjadi dapat

mengembangkan kepribadian seseorang

agar mampu untuk berbuat dengan

otoritas yang lebih besar dengan

penilaian dan tanggung jawab pribadi.

B. Tinjauan Umum tentang Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti asrama

atau tempat tinggal santri. Istilah pondok biasa dikenal di daerah Madura,

sedangkan di daerah Jawa istilah pondok dikenal dengan pesantren.

Sementara di Aceh corak pendidikan seperti itu disebut meunasah, dan di

Dumatra Barat dikenak dengan istilah Surau. Adapun istilah pesantren

secara etimologis berasal dari kata “santri” mendapat awalan pe dan

akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri (Hambal Shafwan, 2014:

255).

Pondok pesantren merupakan sebuah organisasi pendidikan Islam non

formal yang dikelola pleh seorang ulama atau kiai sebagai seorang

pimpinan, ustadz sebagai staf pengajar dan peserta didiknya disebut

dengan santri. Hal ini sebagaimana diungkapkan pleh Abd. Halim

Soebahar bahwa pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam

tradisional, dimana para santri tinggal dan belajar bersama di bawah

bimbingan kiai (Soebahar,2013:14). Sementara itu menurut Muhammad

Page 37: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

19

Hambal Shafman, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam

untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama

Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Shafwan, 2014:

255).

Secara umum, tujuan penyelenggaraan pendidikan Islam adalah untuk

menghasilkan perubahan tingkah laku baik berupa bertambahnya

pengetahuan, keahlian, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku

(Zainal, 2013: 12). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah

SWT.

ولى اللباب ان فى خلق السموت والرض واختلف اليل والنهار يت ل ل

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-

orang yang berakal (Q,S. Al-Imran ayat: 190)

Ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk yang

berakal, harus mengfungsikan akalnya untuk berfikir (memepelajari)

tanda-tanda kekuasaan Allah (alam) sebagai objek berfikir serta

mengamalkannya sebagai hasil dari berfikir. Dari ayat ini tergambar jelas

bahwa objek kajian ilmu agama Islam adalah seluruh alam.

2. Sejarah Pondok Pesantren

Sebagai institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, pesantren

memiliki akar transmisi sejarah yang jelas. Orang yang pertama kali

mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit perbedaan pemahaman.

Di kalangan ahli sejarah terdapat perselisihan pendapat dalam

Page 38: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

20

menyebutkan pendiri pesantren pertama kali. Sebagian mereka

menyebutkan Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan Syaikh

Maghribi dari Gujarat, India sebagai pendiri pondok pesantren yang

pertama di Jawa (Yunus, 1986: 231). Muh Said dan Junimar Affan

(1987:53) menyebut Sunan Ampel atau Raden Rahmat sebagai pendiri

pesantren di Kembang Kuning Surabaya. Bahkan kiai Mahrus Aly

menginformasikan bahwa di samping Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Surabaya, ada ulama yang menganggap Sunan Gunung Jati (Syaikh Syarif

Hidayatullah) di Cirebon sebagai pendiri pesantren pertama sewaktu

mengasingkan diri bersama pengikutnya dalam khalwat, beribadah secara

istiqomah un tuk ber-taqarrub kepada Allah.

Data-data historis tentang bentuk institusi, materi, metode, maupun

secara umum sistem pendidikan pesantren yang dibangun Syaikh Maghribi

tersebut sulit ditemukan sampai sekarang. Tidaklah layak untuk segera

menerima kebenaran informasi tersebut tanpa verifikasi yang cermat.

Namun secara esensial dapat diyakinkan bahwa wali yang berasal dari

Gujarat ini memang telah mendirikan pesantren di Jawa sebelum wali

lainnya.

Menurut S.M.N. Al-Attas, Maulana Malik Ibrahimitu oleh kebanyakan

ahli sejarah dikenal sebagai penyebar pertama Islam di Jawa yang

mengislamkan wilayah-wilayah pesisir Utara Jawa, bahkan berkali-kali

mencoba menyadarkan Raja Hindu-Budha Majapahit, Vikramavardhana

Page 39: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

21

(berkuasa 788-833/1386-1429) agar sudi masuk Islam (Al-Attas, 1969: 12-

13).

Berbeda dengan Syaikh Maulana Malik ibrahim sebagai penyebar dan

pembuka jalan masuknya Islam di tanah Jawa, putranya Raden Rahmat

(Sunan Ampel) tinggal melanjutkan misi suci perjuangan ayahnya kendati

tantangan yang dihadapinya tidak kecil. Ketika Raden Rahmat berjuang,

kondisi religio-psikologis dan religio-sosial masyarakat Jawa lebih terbuka

dan toleran untuk menerima ajaran baru yang dikumandangkan dari tanah

Arab. Belia memanfaatkan momentum tersebut dengan memainkan peran

menentukan proses Islamisasi, termasuk mendirikan pusat pendidikan dan

pengajaran, yang kemudian dikenal dengan pesantren Kembang Kuning

Surabaya.

Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa

khususnya, agaknya analisis Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur)

cukup cermat dan dapat dipegangi sebagai pedoman. Dikatakan bahwa

Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi

berdirinya pesantren, sedang imam Rahmatullah (Raden Rahmat atau

Sunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur.

Adapun Sunan Gunung Jati (Syaikh Syarif Hidayatullah) mendirikan

pesantren sesudah Sunan Ampel, bukan bersamaan. Teori wafatnya kedua

wali ini menyebutkan bahwa Sunan Ampel wafat pada 1467 M, sedang

Sunan Gunung Jati pada 1570 M (Saksono, 1995: 27). Jadi terpaut 103

tahun yang dipandang cukup untuk memebedakan suatu masa perjuangan

Page 40: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

22

seseorang penyebar Islam. Sebagian ulama yang memandang Sunan

Gunung Jati sebagai pendiri pesantren pertama mungkin saja benar, tetapi

khusus di wilayah Cirebon atau secara umum Jawa Barat, bukan di Jawa

secara keseluruhan.

Pada awal rintisannya, pesantren bukan hanya menekankan misi

pendidikan, melainkan juga dakwah, justru misi yang kedua ini lebih

menonjol. Pesantren selalu mencari lokasi yang sekiranya dapat

menyalurkan dakwah tersebut tepat sasaran sehingga terjadi benturan

antara nilai-nilai yang telah mengakar di masyarakat setempat. Lazimnya,

baik pesantren yang berdiri pada awal pertumbuhannya maupun pada abad

ke-19 dan ke-20 masih juga menghadapi kerawanan-kerawanan sosial dan

keagamaan pada awal perjuangannya. Mastuhu melaporkan bahwa pada

periode awalnya pesantren berjuang melawan agama dan kepercayaan

serba Tuhan dan takhayyul, pesantren tampil membawakan misi agama

tauhid. Pesantren berjuang melawan perbuatan maksiat seperti

perkelahian, perampokan, pelacuran, perjudian dan sebagainya. Selain itu

terkadang pesantren juga menghadapi penyerangan penguasa yang merasa

tersaingi kewibawaannya. Sebagai contoh, Raden Paku (Sunan Giri)

sewaktu merintis pondok pesantren di Kedaton pernah terancam rencana

pembunuhan atas perintah raja Majapahit (Prabu Brawijaya). (Qomar,

2005: 11)

Giliran selanjutnya, pesantren berhadapan dengan tindakan kaum

kolonial Belanda. Imperialis yang menguasai Indonesia selama tiga

Page 41: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

23

setengah abad ini selain menguasai politik, ekonomi, dan militer juga

mengamban misi penyebaran agama Kristen. Bagi Belanda pesantren

merupakan antitesis terhadap gerak kristenisasi dan upaya pembodohan

masyarakat. Anggapan demikian adalah sebagai basis argumentatif

baginya untuk menekan pertumbuhan pesantren. Sutari Imam Bernadib

menuturkan bahwa penjajah malah menghalangi perkembangan agama

Islam sehingga pondok pesantren tidak dapat berkembang secara normal.

Bahkan pada 1882 Belanda membentuk “Pristeranden” yang bertugas

mengawasi pengajaran agama di pesantren-pesantren. Kurang lebih dua

dasawarsa kemudian, dikeluarkan Ordonansi 1905 yang bertugas

mengawasi pesantren dan mengatur izin bagi guru-guru agama yang akan

mengajar. Pada 1925 dikeluarkan aturan yang membatasi pada lingkaran

kiai tertentu yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Pada 1932 keluar

lagi aturan yang terkenal dengan Ordonansi Sekolah Liar (Widle School

Ordonantie) yang berupaya memberantas serta menutup madrasah dan

sekolah yang tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai

pemerintah. Belum lagi aturan-aturan yang tidak formal seperti pencekalan

terhadap kitab-kitab yang mampu mendinamisasikan pemikiran dan

tindakan kaum santri. Kitab-kitab tersebut meliputi, Risalah Tauhid, Tafsir

Al-Manar dari Syaikh Muhammad Abduh, Tafsir al-Jawahir, Al-Qur‟an

wa al-„Ulum al-Ashriyyah dari Syaikh Thanthawi Jauhari, al-Islah Ruh al-

Madaniyah dan „Izhat al-Nasyi‟in oleh Musthafa al-Ghalayain. Padahal

Page 42: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

24

kitab-kitab tersebut tidak memeuat kaidah-kaidah politik, melainkan

kandungan seruan moral untuk bersikap dinamis.

Kemudian pada awal penjajahan Jepang, pesantren berkonfrontasi

dengan imperialis baru ini lantaran penolakan kiai Hasyim Asy‟ari

kemudian diikuti kiai-kiai pesantren lainnya terhadah Saiker

(penghormatan terhadap Kaisar Jepang Tenno Haika sebagai keturunan

Ameterasu) dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap

Tokyo setiap pagi pukul 07.00, sehingga mereka ditangkap dan di penjara

Jepang. Ribuan santri dan kiai berdemontrasi mendatangi penjara,

kemudian membangkitkan dunia pesantren untuk mulai gerakan bawah

tanah menantang Jepang.

Kemudian pada masa kemerdekaan, pesantren merasakan nuansa baru.

Kemerdekaan merupakan momentum bagi seluruh sistem pendidikan

untuk berkembang lebih bebas, terbuka, dan demokratis. Rakyat

menyambut munculnya era pendidikan baru yang belum dirasakan

sebelumnya akibat tekanan-tekanan politik penjajah. Mereka bersemangat

mendorong anak-anak agar menempuh pendidikan. Sedang pemerintah

membuka saluran-saluran pendidikan yang pernah tersumbat ketika

Belanda dan Jepang menguasai Indonesia.

Demikianlah konjungtur kehidupan pesantren yang melewati

pengalaman berliku-liku. Berbagai tantangan besar telah dihadapi melalui

langkah-langkah strategis sehingga masih mampu bertahan sampai

sekarang dan diakui sebagai aset sekaligus pembangunan. Para analis

Page 43: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

25

menemukan beberapa penyebab terhadap ketahanan tersebut. Abdurahman

Wahid menyebut ketahanan pesantren disebabkan pola kehidupannya yang

unik. Menurut Sumarsono Mestoko et al, hal itu disebabkan telah

melembaganya pesantren dalam masyarakat (Mastoko, 1986: 232).

Azyumardi Azra menilai ketahanan pesantren disebabkan oleh kultur Jawa

yang mampu menyerap kebudayaan luar melalui proses interiosasi tanpa

kehilangan identitasnya (Azra, 1985: 173). Hasan Langgulung mengamati

ketahanan pesantren sebagai akibat dari pribadi-pribadi kiai yang menonjol

dengan ilmu dan visinya (Langgulung, 1989: 75).

3. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami

perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali

adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan

bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang

kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga

pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk

masyarakat. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang

berkembang dalam masyarakat, meliputi:

a. Pondok Pesantren Tradisional

Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk

aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh

ulama abad 15 dengan menggunakn bahasa Arab. Pola pengajarannya

dengan menerapkan sistem “halaqah” yang dilaksanakan di masjid

Page 44: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

26

atau surau. Hakikat dari sistem pengajaran halaqah adalah

penghafalan yang titik akhirnya dari segi metodologi cenderung

kepada santri yang menerima dan memiliki ilmu (Mastuhu, 1994:157).

Artinya ilmu itu tidak berkembang ke arah paripurnanya ilmu itu,

melainkan hanya terbatas pada apa yang diberikan oleh kyainya.

Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai pengasuh

pondoknya. Santrinya ada yang menetap di dalam pondok (santri

mukim) dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri

kalong)

b. Pondok Pesantren Modern

Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren

karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh seluruh

sistem belajar klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional.

Penerapan sistem belajar modern ini terutama nampak pada

penggunaan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk madrasah maupun

sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum sekolah atau

madrasah yang berlaku secra Nasional. Perbedaannya dengan sekolah

dan madrasah terletah dalam porsi pendidikan agama dan bahasa Arab

lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.

c. Pondok Pesantren Komprehensif

Pondok pesantren ini dibut komprehensif karena sistem

pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang

modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran

Page 45: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

27

kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan, dan wetonan,

namun secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan

(Suyoto, 1988: 61).

Sedangkan Dhofier yang melihat pondok pesantren

berdasarkan keterbukanya terhadap perubahan-perubahan sosial,

mengelompokkannya dalam dua kategori, yaitu:

1. Pesantren Salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-

kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem

madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang

dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama.

2. Pesantren khalafi yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran

umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau

membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren

(Dhofier, 2009: 41).

Dapat penulis simpulkan dari beberapa macam pondok pesantren

yang telah penulis paparka di atas menunjukkan bahwa berbagai

macam tipologi pondok pesantren di Indonesia sangat heterogen.

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan

pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu

lembaga pengembangan masyarakat. Pleh karena itu pondok pesantren

sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan

dengan elemen-elemen sebagai berikut:

Page 46: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

28

a. Kyai

Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Abd. Halim Soebahar

menyebutkan bahwa Kiai merupakan guru atau pendidik utama

dalam pesantren, disebut demikian karna Kyai lah yang bertugas

memberikan bimbingan, pengarahan, dan pendidikan kepada santri

(Soebahar, TT :38). Kyai dalam pengertian umum adalah pendiri

dan pimpinan pesantren. Kyai dijadikan figur ideal santri dalam

proses pengembangan diri, meskipun pada umumnya kyai juga

memiliki beberapa asisten atau yang lebih dikenal dengan istilah

“ustadz” atau “santri senior”

b. Santri

Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di

pondok pesantren. Di dalam proses belajar mengajar ada dua

tipologi santri yang belajar di pesantren berdasarkan hasil

penelitian Zamakhsyari Dhofier.

1. Santri Mukim

Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama

kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kiyai. Ada dua

motif seorang santri mukim;

a) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan

maksud menuntut ilmu dari kyainya.

b) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri

belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di

Page 47: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

29

pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan

akhlak kyainya.

2. Santri Kalong

Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang

berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya

tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren,

melainkan semata-mata belajar dan secara langsung pulang ke

rumah setelah belajar di pesantren.

3. Masjid

Masjid merupakan salah satu komponen yang tidak bia

dipisahkan dengan pesantren. Karena masjid merupakan salah

satu tempat berlangsungnya proses belajar mengajar santri.

Masjid merupakan salah satu tempat belajar yang dianggap

paling strategis untuk kegiatan belajar mengajar seperti belajar

sholat berjamaah, pengajuan kitab kuning, belajar berpidato,

belajar sholat jum‟at dan lain sebagainya.

4. Pondok

Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua

kata yang sering penyebutnya tidak dipisahkan menjadi “Pondok

Pesantren”, yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren

merupakan wadah penggemblengan, dan pendidikan serta

pengajaran ilmu pengetahuan.

Page 48: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

30

5. Pengajaran Kitab Islam Klasik

Kitab-kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah

kitab kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu

ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu

keislaman seperti: fiqih, hadist, tafsir maupun tentang akhlak.

Pondok pesantren tidak cukup untuk mentransferkan ilmu

agama, tetapi lebih dari itu, yakni meningkatkan kemampuan

belajar (learning capacity). Kurikulum harus disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan .

Menurut Haidar Putra Daulay, ada empat pilar ilmu yang mesti

diberikan kepada peserta didik yakni pengetahuan keagamaan,

kealaman, pengetahuan sosial, dan humaniora. Keempat ilmu itu

harus diberikan para santri ke dalam bentuk intrakurikuler, kokuler,

dan ekstrakurikuler (Daulay, 2009: 82-83).

4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Sistem pendidikan di pondok pesantren sangat erat hubungannya

dengan tipologi maupun karakteristik pondok pesantren itu sendiri. Dalam

melaksanakan proses pendidikan sebagian besar pondok pesantren di

Indonesia pada umumnya menggunakan sistem pendidikan yang bersifat

tradisional, namun ada juga pondok pesantren yang melakukan inovasi

dalam mengembangkan sistem pendidikannya menjadi sebuah sistem

pendidikan yang lebih modern.

Page 49: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

31

1) Sistem Pendidikan Tradisional

Sistem tradisional adalah sistem yang berangkat dari pola

pengajaran yang sangat sederhana dalam mengkaji kitab-kitab agama

yang ditulis para ulama zaman abad petengahan, dan kitab-kitab itu

disebut dengan istilah “Kitab kuning” Sementara metode-metode yang

digunakan dalam sistem pendidikan tradisional terdiri atas: metode

sorogan, metode wetonan atau bandungan, metode muhawarah,

metode mudzakaroh, dan metode majlis ta‟lim (Qomar, 2005: 142).

a. Metode Sorogan

Metode sorogan secara umum adalah metode pengajaran

yang bersifat individual, dimana santri satu persatu datang

menghadap kyai dengan membawa kitab tertentu. Kiai

membacakan kitab itu beberapa baris dengan makna yang lazim

dipakai di pesantren. Seusai kiai membaca, santri mengulangi

ajaran kiai itu. Setelah ia dianggap cukup, maju santri yang lain,

demikian seterusnya.

Melalui metode sorogan, perkembangan intelektual santri

dapat dirangkap kiai secara utuh. Kiai dapat memberikan

bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan

pengajaran kepada santri.

b. Metode Wetonan atau Bandongan

Zamarkhsyari Dhofier menerangkan bahwa metode

wetonan ialah suatu metode pengajaran dengan cara guru

Page 50: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

32

membaca, menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-

buku Islam dalam bahasa Arab sedang sekolopok santri

mendengarkannya. Sedangkan murid (santri) memperhatikan

bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun

keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit.

c. Metode Muhawaroh

Metode muhawaroh atau metode yang dalam bahasa

Inggris disebut dengan conversation ini merupakan latihan

bercakap-cakap dalam bahasa Arab yang diwajibkan bagi semua

santri selama mereka tinggal di pondok pesantren.

d. Metode Mudzakaroh

Berbeda dengan metode muhawaroh, metode mudzakaroh

merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas

masalah diniyah seperti ibadah (ritual) dan aqidah (theologi) serta

masalah agama pada umumnya.

e. Metode Majelis Ta‟lim

Metode majelis ta‟lim adalah suatu metode penyampaian

ajaran Islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri

jama‟ah yang memiliki berbagai latar belakang pengetahuan, jenis

usia dan jenis kelamin. Pengajian majelis ta‟lim hanya dilakukan

pada waktu tertentu, tidak setiap hari sebagaimana pengajian

melalui wetonan maupun bandongan, selain itu pengajian ini tidak

hanya diikuti oleh santri mukim dan santri kalong tetapi juga

Page 51: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

33

masyarakat sekitar pondok pesantren yang tidak memiliki

kesempatan untuk mengikuti pengajian setiap hari, sehingga

dengan adanya pengajian ini dapat menjalin hubungan yang akrab

antara pondok pesantren dan masyarakat sekitar.

2) Sistem Pendidikan Modern

Dalam perkembangan pondok pesantren tidaklah semata-mata

tumbuh pola lama yang bersifat tradisional, melainkan dilakukan

suatu inovasi dalam pengembangan suatu sistem, yaitu sistem yag

modern. Namun bukan berarti dengan adanya sistem pendidikan

pesantren yang modern lantas meniadakan sistem pendidikan yang

tradisional yang selama ini sudah mengakar kuat dalam diri pondok

pesantren. Sistem pendidikan modern merupakan penyempurna dari

sistem pendidikan tradisional yang sudah ada. Atau dengan kata lain,

memadukan antara tradisi dan modernitas untuk mewujudkan sistem

pendidikan yang sinergik. Dalam gerakan pembaruan tersebut, pondok

pesantren kemudian mulai mengembangkan metode pengajaran

dengan sistem madrasi (sistem klasikal), sistem kursus (takhasus), dan

sistem latihan.

a. Sistem Klasikal

Menurut Ghazali sebagaimana dikutip Maunah, sistem

klasikal adalah sistem yang penerapannya dengan mendirikan

sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola pengajaran agama

maupun ilmu yang dimasukkan dalam kategori umum dalam arti

Page 52: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

34

termasuk disiplin ilmu-ilmu kauni (ijtihad) atau hasil pemikiran

manusia yang berbeda dengan ajaran yang bersifat tauqifi (dalam

arti kata langsung ditetapkan bentuk dan wujud ajarannya).

b. Sistem Kursus (Takhasus)

Sistem kursus (takhasus) adalah sistem yang ditekankan

pada pengembangan keterampilan tangan yang menjurus kepada

terbinanya kemampuan psikomotorik seperti kursus menjahit,

mengetik, komputer, dan sablon. Pengajaran sistem kursus ini

mengarah kepada terbentuknya santri- santri yang mandiri dalam

menopang ilmu-ilmu agama yang mereka terima dari kiai melalui

pengajaran sorogan dan wetonan.

c. Sistem Pelatihan

Sistem pelatihan adalah sistem yang menekankan pada

kemampuan psikomotorik dengan menumbuhkan kemampuan

praktis seperti pelatihan pertikangan, perkebunan, perikanan,

manajemen koperasi dan kerajinan-kerajinan yang mendukung

terciptanya kemandirian integratif.

C. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan menelaah penelitian-penelitian terdahulu

yang relevan dengan kajian ini. Telaah ini penting dilakukan karena untuk

pembanding dalam penelitian. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini:

Page 53: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

35

Penelitian yang dilakukan Kiswati (2012) dengan judul

“Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Empat Pilar

Pendidikan UNESCO pada Subbab Segiempat di Kelas VII SMP Al-

Muhammad Cepu Blora”. Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat

pembelajaran yaitu RPP, buku siswa dan LKS. Proses pengembangan

perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Thiagarajan

4-D (define, design, develop, dan disseminate). Instrumen penelitian ini adalah

lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa,

lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket respon siswa, dan tes hasil

belajar. Hasil penelitian tersebut diperoleh hasil kevalidan rata-rata dari RPP,

buku siswa dan LKS sebesar 3,75 yang berarti perangkat tersebut telah valid

dan layak digunakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian oleh Kiswati

adalah sama- sama meneliti tentang empat pilar pendidikan, tingkat

keberhasilan atau hasil dalam penerapan empat pilar pendidikan. Namun

perbedaan dalam penelitian ini dari metode penelitian, yaitu Kiswati dengan

kuantitatif dan penelitian Kiswati bertujuan untuk mendeskripsikan proses

pengembangan pembelajaran matematika, mengetahui nilai kevalidan

perangkat pembelajaran matematika, kepraktisan perangkat dan kefektifan

perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan empat pilar

pendidikan UNESCO. Sedangkan peneliti membahas atau meneliti mengenai

penerapan empat pilar pendidikan pondok pesantren.

Page 54: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian

ilmiah. Metode penelitian menurut Coghlan dan Brannick (dalam Samiaji

Sarosa, 2012:36) adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk

menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah

Jenis penelitian digunakan adalah penelitian lapangan (field research)

karena penelitian ini didasarkan atas data-data yang dikumpulkan dari lapangan

secara langsung nonkuantitatif, dilihat dari pendekatannya jenis penelitian ini

termasuk penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat populasi

atau daerah tertentu, sehingga secara keseluruhan penelitian ini tergolong

penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami

fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium),

peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy &

Ormrod 2005 dalam Sarosa, 2012:7)

Adapun alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif adalah

karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data deskriptif yang

bersumber dari hasil observasi, wawancara, maupun studi dokumenter.

Penelitian ini mendeskripsikan realitas di lapangan mengenai implementasi

Page 55: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

37

empat pilar pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan

Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Pondok

Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Agro

Nuur El-Falah, karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap pondok

pesantren ini, peneliti tertarik untuk mengenal, mengetahui, belajar lebih dalam

mengenai penerapan empat pilar pendidikan di Pondok Pesantren Agro Nuur

El-Falah Kota Salatiga, bagaimana proses pelaksanaan, pengembangan, dan

penerapan dari empat pilar pendidikan di pesantren ini.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2009:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang

digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Menurut Surya brata (1995: 84) merupakan data langsung

dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber

dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi utama dari kejadian

(fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.

Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penggalian data di

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah adalah santri, pengasuh, pengurus

Page 56: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

38

dan dewan asatidz. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkait fokus

penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode

wawancara, baik tulisan, lisan, dan hasil pengamatan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah baik berupa foto, arsip-arsip,

dokumen, catatan dan laporan pondok pesantren berkaitan dengan profil

pondok pesantren yang meliputi, sejarah pondok pesantren, letak

geografis, dasar dan tujuan, peraturan pondok pesantren, foto kegiatan-

kegiatan pondok pesantren, prestasi yang telah dicapai, progam pondok

pesantren, sistem pendidikan, struktur organisasi dan sebagainya. Hal ini

dilakukan karena data yang digali harus valid sehingga peneliti harus

melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan observasi di

lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan memenuhi

semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Metode pengumpulan data

dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan

dengan studi literatur (metode pengumpulan dengan menggunakan bahan

bacaan) dan empiris (metode pengumpulan data dengan melihat secara

langsung oleh indera manusia). Adapun teknik pengumpulan data yang penulis

terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 57: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

39

1. Wawancara (Interview)

Wawancara menurut Arikunto (1997:132) adalah sebuah dialog

yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara. Wawancara ini diadakan secara langsung dan terstruktur

kepada pihak-pihak yang terkait dan berperan dalam pengimplementasian

empat pilar pendidikan serta pihak-pihak yang berkompeten dalam

menyampaikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Adapun pihak-pihak

yang diwawancarai adalah pengasuh, ustadz dan ustadzah, pengurus

pondok, serta santri Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah. Fungsi dari

adanya data wawancara ini berguna untuk menjawab rumusan masalah

kaitannya dengan pengimplementasian empat pilar pendidikan pada

pondok pesantren tersebut.

2. Observasi (studi lapangan)

Arikunto (1997:133) memaparkan bahwa observasi atau yang

sering disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.

Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap.

Kegiatan observasi ini dilakukan peneliti guna mengetahui

gambaran umum pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren,

variasi kegiatan pendidikan, program pendidikan dan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian dengan mengamati proses kegiatan di Pondok

Pesantren Agro Nuur El-Falah dan implementasi empat pilar pendidikan.

Page 58: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

40

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (1997:135), dokumentasi berasal dari kata

“dokumen”, yang artinya barang-barang tertulis. Sarosa (2012:61)

menegaskan dokumen tidak hanya berbentuk catatan dalam kertas

(hardcopy) namun juga dapat berbentuk elektronik (softcopy). Metode ini

digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada yang berkaitan dengan

sejarah berdiri, struktur organisasi pondok pesantren. Data peserta didik atau

santri, data inventaris, program-program pendidikan, sistem pendidikan, dan

lain sebagainya.

E. Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yaitu dengan wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resi,

gambar, foto, dan lain sebagainya (Moleong, 2008:247). Menurut Miler dan

Huberman dalam Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:16) analisis

data terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dimaknai sebagai proses memilah, menyederhanakan

data yang terkait dengan kepentingan penelitian, abstraksi dan transformasi

data-data kasar dari field notes (catatan lapangan). Reduksi data perlu

dilakukan karena ketika peneliti semakin lama dikancah penelitian, akan

Page 59: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

41

semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti kumpulkan. Tahap

dari reduksi adalah memilih data yang pokok, fokus pada hal-hal yang

penting, mengelompokkan data sesuai dengan tema, membuat ringkasan,

memberi kode, membagi data dalam partisi-partisi dan akhirnya dianalisis

sehingga terlihat pola-pola tertentu.

2. Penyajian data

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data dalah penyajian data.

Yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah menyajikan

data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Display data dapat membantu

peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis

selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman

(dalam Fuad dan Nugroho, 2014:16) adalah melakukan penarikan

kesimpulan atau verifikasi, Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan

dalam penyajian data, terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data

dan didukung dengan teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian

mendapatkan sebuah gambaran utuh tentang fenomena yang diteliti dan

kemudian dapat disimpulkan fenomena tersebut sebagai temuan baru, maka

penelitian dianggap selesai.

Page 60: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

42

Data Collection Data Display

Data Reduction

Conclusion

Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif

F. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk melakukan pengecekan keabsahan data, teknik yang digunakan

peneliti dalam hal ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2009:330),

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik dalam

mengecek keabsahan data. Menurut Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho

(2014:20), triangulasi teknik dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

Di bawah ini adalah skema triangulasi teknik:

Wawancara mendalam Observasi

Dokumentasi

Gambar 3.2 Skema Triangulasi

Page 61: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

43

Proses triangulasi teknik yang digunakan peneliti meliputi 3 sumber

data yaitu hasil observasi, data hasil wawancara, dan data hasil dokumentasi.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti yakni langkah pertama

membandingkan hasil wawancara dari pengasuh, dewan asatidz, pengurus, dan

peserta didik atau santri dengan hasil pengamatan di lingkungan pondok

pesanren. Langkah kedua adalah membandingkan hasil wawancara antara

informan satu dengan informan lainnya. Langkah kedua adalah

membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang dimiliki oleh

pondok pesantren.

G. Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Menentukan masalah penelitian. Pada tahap ini, penulis mengadakan

pendahuluam dalam menentukan masalah penelitian. Penulis melakukan

pendekatan dengan ustadz, ustadzah dan pengurus juga meminta izin kepada

pengasuh sebelum penulis memulai penelitian ini.

2. Pengumpulan data. Pada tahap ini, penulis mulai menentukan sumber data

yang penulis butuhkan untuk penelitian ini. Penulis mencari buku-buku

yang sesuai dengan permaslahan penelitian ini, lalu mengumpulkannya

menjadi sebuah data.

3. Pengujian dan analisis. Pada tahap ini, penulis menyajikan hasil data dan

penelitian yang penulis lakukan kemudian ditarik dengan kesimpulan.

Page 62: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

44

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Deskripsi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

1. Letak Geografis

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah berada di Jalan

Dipomanggilo RT 04 RW 05 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota

Salatiga. Pondok pesantren ini berdiri di atas tanah dengan luas sekitar

17.000 dan luas bangunann kurang lebih 8.000 .

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah didirikan bersamaan dengan

berdirinya Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yaitu pada tanggal

20 Mei 2002 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional dengan akta

notaris Muhammad Fauzan, SH. No. 43 Tahun 2002. Kemudian pada

tanggal 24 Februari 2003 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dharma

Lestari beroperasional dengan berdasarkan surat keputusan Walikota

Salatiga nomor: 420/66/2003. Selanjutnya pengembangan pendidikan

mendirikan sekolah lanjutan tingkat kejuruan yaitu Sekolah Menengah

Kejuruan-Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari yang

beroperasional berdasarkan surat keputusan Kepala Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pertanian nomor : 86/kpts/SM.110/K/05 pada

tanggal 28 Juli 2005 tentang pendirian dan pembukaan program studi

tanaman pangan dan hortikultura pada Sekolah Menengah Kejuruan-

Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari.

Page 63: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

45

Pada tahun 2015 berubahnya aturan dari pemerintah terkait dengan

badan atau yayasan yang diharuskan terdaftar di Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia (MENKUMHAM) maka yayasan sosial yatim piatu

Dharma Lestari melakukan pembaharuan yayasan pada tanggal 12 Februari

2016 nama yayasan ditetapkan menjadi yayasan Dharma Lestari Pondok

Pesantren Agro Nuur El-Falah yang terdaftar di Akta Notaris Supriyadi, SH

(No. 53.SK/MENKUMHAM/ RI/2016).

2. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Menyadari bahwa pendidikan adalah kunci keberhasilan dalam setiap

kehidupan individu, masyarakat bahkan suatu bangsa. Sesuai hadist Nabi

Muhammad SAW, yaitu:

نيا فعليو با لعلن، وهن أزادالآخسة فعليو بالعلن، وهن هن أزا دالد

أزادىوا فعليو بالعلن

Artinya: “Barang siapa menginginkan dunia, maka haruslah dengan ilmu,

barang siapa menginginkan akhirat, maka haruslah dengan ilmu

dan barang siapa menginginkan keduanya maka haruslah dengan

ilmu” (HR. Thabrani).

Hal inilah yang mendorong Bapak Haji Darmo Supono yang berasal

dari Boyolali sebagai pendiri tunggal untuk mendirikan Yayasan Dharma

Lestari yang menaungi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan.

Diniyah Nuur El-Falah, SMP Dharma Lestari dan SMK-SPP Dharma

Lestari sebagai wahana untuk membangun dan menciptakan khodimul

ummat sekaligus sebagai ungkapan syukur yang mendalam kepada Allah

Page 64: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

46

SWT atas limpahan taufiq, hidayah, nikmat, dan karunia-Nya dalam meniti

usaha- usaha beliau saat ini.

Yayasan ini pada awalnya didirikan hanya diperuntukkan bagi anak-

anak dari keluarga yang tidak mampu, semua ditanggung oleh pendiri dan

gratis tanpa biaya bagi keluarga yang tidak mampu dengan membawa surat

keterangan dari kelurahan sebagai bukti. Dengan fasilitas belajar secara

menyeluruh dan cuma-cuma (gratis) dari kebutuhan tempat (asrama), makan

sehari-hari serta kebutuhan lain nya, hal ini membuat para santri semangat

dalam menjalankan aktivitas dalam menuntul imu yang direncanakan oleh

yayasan dan pondok pesantren.

Pada masa awal berdirinya yayasan ini pada bulan Juli tahun 2002

sampai tahun 2005 hanya menampung anak-anak dari daerah korban konflik

seperti Aceh, Poso, Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya pasang surut

pengelolaan mulai tahun 2005 sampai tahun 2013 dipertimbangkan dan

dikembangkan menerima santri dari Salatiga, Kabupaten Semarang,

Magelang dan daerah sekitar lainnya sehingga jumlah santri bertambah dan

hanya diperuntukkan untuk anak yang tidak mampu.

Selanjutnya mulai tahun 2014 sampai sekarang Yayasan Dharma

Lestari Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah mengembangkan dengan

konsep subsidi silang dengan cara infaq atau sedekah bagi keluarga yang

mampu dan gratis tanpa biaya bagi keluarga yang tidak mampu dan dibuka

penerimaan secara umum sehingga sampai saat ini santri mulai meningkat.

Page 65: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

47

Pondok pesantren ini dinamakan Pondok Pesantren Agro Nuur El-

Falah yang berarti “Nuur” (cahaya) dan “El-Falah” (kemenangan) dengan

harapan para santri yang juga siswa SMP dan SMK-SPP Dharma lestari

kelak menjadi seorang dai, pemimpin umat dan bangsa yang mandiri serta

menguasai bidang agrobisnis yang memiliki jiwa keikhlasan, jiwa

kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah dan jiwa bebas.

Semua itu adalah ciri khas prndidikan pesantren yaitu pola Panca Jiwa

santri.

Sedangkan Yayasan ini dinamakan “Dharma Lestari” yang sama

dengan penamaan SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari mengandung arti

yang sangat luhur. “Dharma” dimabil dari nama bapak beliau “H. Ahmad

Dharma Tahir”. Dharma berarti hibah atau pemberian atau amal, sedang

“Lestari” diambil dari nama ibu beliau “Hj. Sri Lestari” yang berarti

senantiasa, selalu dan selamanya. Jadi Dharma Lestari mengandung arti

do‟a semoga apa yang beliau hibahkan di jalan Allah SWT dicatat sebagai

amal jariyah yang tidak terputus.

إذا هات ابن آدم انقطع عولو إلهن ثلاث صدقة جازية قال زسول الله صلى الله عليه وسلم :

يدعوالو )زواه التسهيرى(اوعلن ينتفع بو او ولد صالح

Artinya : Rosulullah SAW bersabda : apabila manusia mati maka putuslah

segala amalnya kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu yang

bermanfaat, dan anak sholeh yang mendiakan kepada kedua

orang tua (HR. Tirmidzi)

Page 66: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

48

3. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Adapun visi dan misi pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sebagai

berikut:

a. Visi

Menjadikan santri Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Yayasan

Dharma Lestari Insan yang Berdisiplin, Berilmu, Bertaqwa dan

Bermoral serta berprestasi.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang tertib administrasi, dengan

mengutamakan keikhlasan, kedisiplinan, kejujuran, dan kebersihan

serta akhlaqul karimah yang berasaskan islam.

2) Membina dan mengembangkan dakwah dan pendidikan Islam

dalam arti yang sebenar-benarnya dengan semangat amar makruf

nahi munkar.

3) Mengawal dan membela aqidah Islamiyah berdasarkan Al-Qurân

dan Al-Hadist

4) Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ajaran Islam demi

kesejahteraan umat dan bangsa lahir dan batin.

5) Meningkatkan kualitas SDM guna mewujudkan masyarakat yang

beriman, berilmu, beramal, dan bertaqwa melalui pengembangan

kegiatan yang meningkatkan IMTAQ dan IPTEK sesuai aqidah

Islam.

Page 67: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

49

6) Mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan umat untuk

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia

7) Memperjuangkan terciptanya masyarakat muslim yang memiliki

akhlak mulia sehingga terwujud Islam sebagai rakhmat sekalian

alam.

c. Tujuan

1) Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan demi tercapainya

upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

2) Mengembangkan dakwah Islamiyah di masyarakat demi

terciptanya manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur,

berpengetahuan sempurna, cakap dan terampil serta bertanggung

jawab terhadap agama, bangsa dan negara.

3) Merevitalisasi kebudayaan Islam di masyarakat sekitar lingkungan

Yayasan demi membendung kebudayaan asing yang bertentangan

dengan syari‟at Islam dan kepribadian bangsa Indonesia.

4) Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan kepada peserta

didik yang yatim-piatu, fakir miskin yang beragama Islam.

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan pendidikan,

maka diperlukan organisasi yang baik, yaitu dengan cara melaksanakan

tugas dan kewajibannya sesuai engan tanggung jawab masing-masing

secara maksimal. Adapun Struktur Kepengurusan Organisasi Pondok

Page 68: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

50

Pesantren Agro Nuur El-Falah (2019-2020) akan disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren

Agro Nuur El-Falah Tahun 2019

No Nama Jabatan

1. Nur Soleh. S.Pd.I Pengasuh

2. Mustofa Lutfi, S. Sy Ketua Yayasan

3. Ahmad Kholik Kabid. Pendidikan

4. Tosin Kabid. Sarpras

5. M. Muslih Kabid. Kamtib

6. Khamilin Kabid, Logistik

7. Ahmad Su‟udi Kabid Humas

8. Nurul Huda, S.S Kabid. Kepegawaian

9. Khafidul Mu‟in, S. Pd.I Kepala Sekolah SMP

10. Pitoyo Ngatimin, SP Kepala SMK-SPP

11. M. Muhibbur Rohman, S.Pd.I Kepala Sekolah Madrasah

12. Akyas Juhad Mahya Kepala Asrama Putra

13. Millatul Miskiyyah Kepala Asrama Putri

Page 69: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

51

5. Metodologi Pembelajaran Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Cara belajar dan mengajar di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

mempunyai pembelajaran pendidikan yang sama dengan pesantren lainnya

yaitu dengan menggunakan sistem pendidikan kombinasi antara sistem

pondok pesantren modern dan pondok pesantren salafiyah. Selain kegiatan

pagi dengan sistem pendidikan modern, juga ada pengajian kitab kuning

untuk memperdalam ilmu pengetahuan, sorogan guna memperlancar

dalam pembelajaran ilmu Al-Qur‟an, serta adanya takror untuk

menjadikan santri aktif melakukan pembiasaan pembelajaran sebelum

tidur dan juga kegiatan-kegiatan yang mendukung para santri yang

nantinya akan berkiprah, bersaing, menunjukkan kualitas di era modern

ini.

Di samping itu para santri bukan hanya sekedar belajar ilmu dimana

para santri dirangsang untuk selalu aktif dan responsif terhadap materi

yang disampaikan oleh ustadz, dituntut tidak hanya menguasai (mengerti

dan hafal) pelajaran saja, akan tetapi harus bisa menghayati dan

mengamalkannya dalam berbagai situasi serta mampu menerangkan atau

menyampaikan kembali kepada yang lain (untuk berdakwah).

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode

pengkajian kitab At-Turots atau kitab kuning yang dagendakan proses

pembelajarannya sesudah maghrib dan isya‟. Kajian kitab yang serupa

meliputi berbagai disiplin ilmu menurut tingkat kemampuan santri. Di

antaranya tafsir, hadist, fikih, akhlak dan tasawuf. Kitab-kitab tersebut

Page 70: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

52

diajarkan dengan maksud: Pertama, melatih santri membaca dan

memahami dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah nahwu dan shorof.

Kedua, mengenalkan para santri dengan istilah-istilah dan metode-metode

pembahasan kitab-kitab klasik. Ketiga, melatih para santri menghargai

karya para ulama pendahulu dan memahami situasi, kondisi waktu

kodifikasi kitab tersebut, Keempat, mendorong para santri untuk selalu

berkarya sebagaimana karangan para ulama-ulama dahulu.

Tidak hanya itu, pondok pesantren yang ada juga membuat wadah

para alumninya berbentuk badan-badan usaha kemandirian yang bergerak

dalam bidang agro (sebagaimana skill yang telah diajarkan di pondok

pesantren) guna memberikan lapangan pekerjaan yang memadai. Untuk itu

diwajibkan para santri yang telah lulus harus melaksanakan program

vokasional selama satuntahun guna menyiapkan para santri mengamalkan

ilmunya.

Dalam hubungan ini, pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

mengelola usaha produktif yang bergerak dalam bidang pertanian,

peternakan dan perdagangan sebagaimana tempat pembelajaran praktik

para santri sekaligus memberikan pekerjaan yang layak bagi para

alumninya. Usaha produktif tersebut meliputi: 1) Agrobisnis berupa

sayuran, buah dan padi organik (non pestisida) yang melibatkan santri

dalam produksi, marketing, packing, bahkan vabrikasi sebagai wahana

pembelajaran yang produktif. Usaha ini mempunyai beberapa keuntungan

yaitu penyuburan kembali tanah yang telah terkontaminasi dengan bahan-

Page 71: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

53

bahan pestisida dan aman dari penyakit akibat obat-obatan kimia, 2)

Ternak unggas, antara lain ayam, menthok, dan bebek dengan penetasan

melalui alat yang sangat sederhana dan dapat dibuat sendiri, 3) Pembuatan

pupuk organik, 4) Pengolahan pasca panen.

6. Kegiatan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Sesuai dengan prinsip self help dan self government atau prinsip

sanggup menolong diri sendiri sebagai manifestasi dari jiwa mandiri dan

dalam rangka pelaksanaan pendidikan siap memimpin dan dipimpin.

Manajemen, keorganisasian dan kemasyarakatan, maka di lingkungan

pondok pesantren ini sengaja dibentuk beberapa organisasi santri yaitu

OPPN (Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah),

Muhadloroh, Pramuka, Poskestren (Pos Kesehatan Pondok Pesantren),

Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren), Tazayyun dan OSIS.

Organisasi santri pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mempunyai

tiga fungsi, yaitu: a) Sebagai pembantu pengasuh dan majelis ma‟arif

dalam melaksanakan program pendidikan dan pengajaran sehari-hari, b)

Sebagai media latihan bagi santri dalam menjalankan program pendidikan

kepemimpinan, keorganisasian dan kemasyarakatan, c) Sebagai penyalur

aspirasi bagi seluruh santri dalam berbagai aspek kehidupan mereka

selama di pondok pesantren.

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah adalah salah satu lembaga

pendidikan yang menerapkan pendidikan modern dan salafiyah. Lembaga

pendidikan yang di dalamnya terdapat lembaga formal dan non formal

Page 72: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

54

yaitu dengan dibentuknya SMP, SMK-SPP Dharma Lestari dan juga

pondok pesantren sebagai tempat atau asrama tinggal atau menetap

santriwan-santriwati yang belajar di pondok pesantren tersebut. Adapun

kegiatan-kegiatan wajib yang diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur

El-falah, sebagai berikut:

1. Sholat Berjamaah

Merupakan sebuah aktifitas ritual yang hukumnya wajib bagi

setiap Muslim dan merupakan wahana latihan bagi umat Islam untuk

mencari jati diri di hadapan Allah SWT lalu diapresiasikan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Dalam berjamaah pemaha,an yang dilakukan pada santri adalah

tentang leadership atau kepemimpinan (sanggup dipimpin dan siap

memimpin), ketaatan pada pimpinan dan persamaan derajat serta

disiplin.

Penekanan sholat pada santri bertitik tolak pada:

a. Aplikasi sholat dimensi megical atau rohani (ketenangan jiwa)

b. Aplikasi sholat dimensi epistimologis (kecerdasan berpikir)

c. Aplikasi sholat dimensi sosial (kecerdasan sosial)

Ketiga dimensi ini akan terbentuk dengan pemahaman bahasa

sholat, baik bahasa lisan (oral language) atau bahasa tubuh (body

language). Sholat pada santri mempunyai stressing yang kuat untuk

dilakukan secara berjama‟ah. Dalam berjamaah pemahaman yang

dilakukan pada santri adalah tentang:

Page 73: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

55

1) Leadership atau kepemimpinan (sanggup dipimpin dan siap

memimpin).

2) Ketaatan pada pimpinan.

3) Kemufakatan dalam jamaah.

4) Persamaan derajat

5) Disiplin

2. Sorogan Pagi dan Malam

Merupakan suatu metode yang ditempuh dengan cara guru

menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Melalui

sorogan, perkembangan intelektual santri dapat ditangkah kiai secara

utuh. Kiai dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga

dapat memberikan tekanan pengajaran kjepada para santri atas dasar

observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas

mereka.

3. SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari

SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari merupakan bentuk

pendidikan formal guna mempermudah proses transformasi keilmuan

dan pemantauan moralitas dan integritas santri.

4. Madrasah Diniyyah

Sekolah pendidikan agama yang merupakan pendidikan di

pondok pesantren guna memperdalam ilmu agama, karena sangat

penting bagi para santri dalam menimba ilmu agama tidak hanya di

Page 74: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

56

formalnya saja. Keseriusan dalam tholabul ilmi menjadikan santri

mampu meresapi ilmu yang telah diajarkan.

5. Nastamir

Kegiatan membaca Al-Qur‟an secara mirottal yang dilakukan

dengan bersama-sama di masjid. Kegiatan ini bertujuan sebagai

penggerak santri agar rajin dalam membaca Al-Qur‟an serta memahami

apa yang terkandung di dalamnya.

6. Kajian Kitab Ekstra

Seperti yang sudah berjalan di beberapa pesantren, pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode dan kajian

kitab yang serupa yang mengambil waktu ba‟da maghrib dab ba‟da

isya‟.

Kitab-kitab tersebut meliputi berbagai disiplin ilmu menurut

tingkat kemampuan santri. Di antaranya tafsir, hadist. Fiqih. Akhlak,

dab tasawuf. Kitab-kitab tersebut diajarkan dengan maksud:

a) Melatih santri membaca dan memahami dengan mengaplikasikan

kaidah-kaidah nahwu dan shorof.

b) Mengenalkan para santri, istilah-istilah dan metode-metode

pembahasan kitab-kitab klasik.

c) Melatih para santri menghargai karya para ulama pendahulu dan

memahami situasi, kondisi, waktu kodifikasi kitab tersebut.

d) Mendorong para santri untuk selalu berkarya sebagaimana

karangan para ulama-ulama dahulu.

Page 75: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

57

7. Membersihkan pondok, yaitu kegiatan untuk memberikan nilai

tanggung jawab kebersihan dan kerapian terhadap diri dan lingkungan

sekitar.

8. Apel pengecekan, apel ini dilakukan setiap pagi, siang, dan malam pada

saat akan melakukan makan bersama. Fungsi dari apel ini adalah

melakukan pengecekan anggota kamar yang mana setiap regu

menyiapkan mempersiapkan semua anggotanya. Ada kemungkinan

santri yang tidak hadir itu sakit, pulang, izin kegiatan, ataupun juga

tanpa keterangan yang akan di sanksi bagi yang melanggarnya.

9. Persiapan masuk kelas, difungsikan sebagai rechek terhadap

kelengkapan dan kesiapan dalam mengikuti KBM di kelas.

10. Masuk kelas, bentuk pembelajaran formal yang digunakan selain

sebagai syarat berdirinya sebuah pembelajaran yang mempunyai

legalitas formal, juga difungsikan sebagai penegelompokan santri

sesuai dengan kemampuan akademis, kemampuan dasar, semangat

belajar, dan moralitas santri guna mempermudah proses transformasi

keilmuan dan pemantauan moralitas dan integritas santri.

11. Takror

Adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang

diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus

dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar

Page 76: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

58

yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa

respon. Dimaksudkan sebagai sarana untuk mengulas ulang/mentelaah

terhadap materi-materi yang telah disampaikan dengan metodologi

musyawarah serta untuk mempersiapkan materi-materi yang akan

disajikan besok harinya.

12. Muhadloroh

Latihan berpidato atau orasi mempunyai nilai lebih pada sisi

penggarapan mental, sekwensialitas berfikir dan berkata/orasi serta

management public. Bahasa yang dipakaui dalam berorasi

menggunakan tiga bahasa ; yaitu bahasa inggris, bahasa arab, dan

bahasa Indonesia.

13. Olahraga

Olahraga merupakan salah satu materi pokok bagi silabus

pesantren. Karena olah raga merupakan sarana untuk menjadikan fisik

yang sehat dan menumbuhkan jiwa yang sportif.

14. Jum‟at bersih

Kebersihan gotong royong, jumat bersih mengusung pesan

terhadap tanggung jawab sosial serta untuk membiasakan santri agar

selalu bersih, terutama pada hari jumat

15. Kepramukaan

Belajar dengan tadabbur alam, belajar yang menyenangkan,

belajar mandiri dan bertanggung jawab (direct method).

16. Tahlilan atau Yasinan

Page 77: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

59

Penggodokan spiritual mingguan, untuk mengenang, dan belajar

dari orang-orang yang telah mendahului serta untuk mengingat

kematian.

17. Ziarah Kubur

Untuk mengingat akan datangnya kematian kepada setiap

makhluk tanpa tahu dan tempatnya.

18. Imtihan Awal

Arena penjajagan bagi santri untuk mengetahui daya serap

terhadap materi-materi yang telah disampaikan selama satu semester,

juga sebagai restart terhadap penyampaian materi baru dengan

metodologinya yang mengacu kepada hasil evaluasi tersebut.

19. Imtihan Akhir

Evaluasi akhir dimaksudkan selain penjajagan, juga untuk

mengkaji ulang terhadap pengelompokan santri berdasar kemampuan

baik melalui jenjang kelas maupun variasi kelas.

20. Ta‟arufan

Acara yang dikemas sedemikian rupa yang bertujuan untuk

mengenalkan kepada santri baru masalah kepondokan secara

menyeluruh (orientatif).

21. Class meeting sport

Perlombaan olahraga antar kelas yang diselenggarakan agar para

santri bias mengenal satu sama lain, terjalin keeratan hubungan dan

jiwa sportif.

Page 78: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

60

22. Pergantian kepengurusan OPPN

Upaya mencetak kader-kader melalui pengelolaan organisasi santri

sebagai wahan latihan secara langsung untuk mengatur serta praktek

menjalankan sebuah organisasi.

23. Pelatihan keorganisasian

Pemberian bekal dalam berorganisasi secara normative yang

diharapkan dapat diejawantahkan setelah santri terjun di tengah-tengah

masyarakat luas.

24. Sholawat

Penanaman kecintaan kepada nabi Muhammad melalui bacaan-

bacaan sholawat, dengan tujuan agar dapat meniru pola apapun yang

digunakan oleh nabi, baik pola management qolbu, fikir maupun laku.

Adapun kegiatan-kegiatan yang diterapkan dibagi menjadi 5,

sebagai berikut:

a. Kegiatan Harian

Walaupun basis pembelajarannya adalah agrobisnis

pertanian, akan tetapi cara belajar dan mengajar di pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah mempunyai pembelajaran

pendidikan yang sama dengan pesantren lainnya yaitu dengan

menggunakan sistem pendidikan kombinasi antara sistem pondok

pesantren modern dan pondok pesantren salafiyah. Berikut ini,

disajikan tabel jadwal kegiatan harian santri.

Page 79: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

61

Tabel 4.2 : Jadwal Kegiatan Harian Santri Pondok

Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019

NO HARI WAKTU KEGIATAN

1 Senin 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

14.40 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

Sorogan dengan wali kelas masing-masing

Pembersihan lingkungan

Pembersihan pribadi

Sarapan

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Dhuha

Kegiatan sekolah

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

Nahwu MP 1 A

Imla MP 1 B

Fiqih MP 2

Al Quran MA1 A

Fiqih Nisa MA1 B

Tarikh MA 2

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Page 80: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

62

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

19.40 – 20.20

20.20 – 21.00

21.00 – 22.00

Free (Pembersihan pribadi)

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholat Isya‟

Nahwu MP 1 A & MP 2 & MA1 B

Shorof MP 1 B & MA1A

Fiqih MA 2

Tauhid MP 1 A

Shorof MP 1 B & MA1 A

Nahwu MP 2 & MA1 B

Fiqih MA 2

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur

malam.

2 Selasa 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

Ngaji bersama Abah Sholeh

Pembersihan lingkungan

Pembersihan pribadi

Sarapan

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Duha

Kegiatan sekolah

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

Page 81: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

63

14.40 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.15

19.40 – 20.20

20.20 – 21.00

21.00 – 22.00

Imla MP 1 A & MA1 B

Fiqh Nisa MP 1 B

Tarikh MP 2

Bhs Arab MA1 A

Hadis MA 2

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholat Isya‟

Mengaji bersama dengan Abi Syukron

Hadis MP 1 A & MP 2

Tauhid MP 1 B & MA1 A

Tarikh MA1 B

Ahlaq MA 2

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur

malam

3 Rabu 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

Sorogan dengan wali kelas masing-masing

Pembersihan lingkungan

Pembersihan pribadi

Sarapan

Page 82: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

64

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

14.40 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.15

19.40 – 20.20

20.20 – 21.00

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Duha

Kegiatan sekolah

Sholat Dzuhur berjamaah

makan siang

Fiqih Nisa MP 1 A

Al Quran MP 1 B & MA1 B

Tauhid MP 2

Fiqih MA1 A

Bhs Arab MA 2

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholat Isya‟

Fiqih MP 1 A

Imla MP 1 B

Shorof MP 2 & MA1 B

Nahwu MA1 A & MA 2

Bhs Arab MP 1 A

Fiqih MP 1 B

Page 83: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

65

21.00 – 22.00

Shorof MP 2 & MA1 B

Nahwu MA1 A & MA 2

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur

malam

4 Kamis 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

13.30 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.40

Sorogan dengan wali kelas masing-masing

Pembersihan lingkungan

Pembersihan pribadi

Sarapan

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Duha

Kegiatan sekolah

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

PRAMUKA

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut pembacaan tahlil dan

Yasin serta makan malam

Sholat Isya‟

Page 84: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

66

20.00 – 21.00

21.00 – 22.00

22.00

Diba/ Khitobiyah/ Istigosah

Free (nonton tv, dll)

Pembacaan surat Al-Mulk dilanjut tidur

5 Jumat 05.00 – 05.30

05.30

06.00 – 07.00

07.00 – 07.45

07.45

08.15 s/d selesai

10.00

10.00-12.00

12.30

13.00-13.15

13.15 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.15

20.00 – 21.00

21.00 – 22.00

Muhafadzoh Bahasa Arab dan Inggris

Pengecekan santri dilanjut olahraga (pemanasan)

Ziarah/ Jalan-jalan

Istirahat / Permainan (kondisional)

Apel pagi dilanjut sarapan

Pembersihan Lingkungan Bersama ( Ro‟an

Akbar )

Sholat Duha

Free

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

Free

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholat Isya‟

Pengajian dengan Ust. Muhib

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

Page 85: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

67

depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur

malam

6 Sabtu 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

14.40 – 15.30

15.30

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.15

Pengajian dengan Pak Kyai Nur Sholeh

Pembersihan lingkungan

Pembersihan pribadi

Sarapan

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Duha

Kegiatan sekolah

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

Al Qur‟an : MP 1 A

Bhs Arab : MP 1 B & MA1 B

Ahlaq : MP 2

Hadis : MA1 A

Ulumul Quran : MA 2

Sholat Ashar

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholst Isya‟

Page 86: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

68

19.40 – 20.20

20.20 – 21.00

21.00 – 22.00

Ahlaq : MP 1 A & MA1 B

Hadis : MP 1 B

Fiqih : MP 2

Tajwid : MA1 A

Shorof : MA 2

Tajwid MP 1 A, MP 1 B, & MA1 B

Al Quran MP 2

Tarikh MA1 A

Shorof MA 2

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

depan kamar masing-masing dilanjut tidur

7 Minggu 05.00 – 05.30

05.30 – 06.00

06.00 – 06.30

06.30 – 06.45

06.45

07.00 – 09.30

09.30 – 10.00

10.00 – 12.30

12.30

13.00-13.15

14.40 – 15.30

15.30

Sarapan

Apel pagi

Kegiatan sekolah

Sholat Dhuha

Sholat Dzuhur berjamaah

Makan siang

Istirahat

Imla : MP 1 A

Akhlaq : MP 1 B & MA1 A

Bhs Arab : MP 2

Tauhid : MA1 B & MA 2

Sholat Ashar

Page 87: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

69

16.00 – 16.30

16.30-17.30

17.30 – Maghrib

18.00

19.15

19.40 – 20.20

20.20 – 21.00

21.00 – 22.00

Pembersihan Lingkungan

Free (Pembersihan pribadi)

Nastakmir

Sholat Maghrib dilanjut makan malam

Sholat Isya‟

Shorof MP 1 A

Nahwu MP 1 B

Tarikh MP 2

Fiqih Nisa MA1 A

Fiqih MA1 B

Tafsir Jalalain MA 2

Shorof MP 1 A

Nahwu MP 1 B

Tajwid MP 2

Imla MA1 A

Hadis MA1 B

Tafsir Jalalain MA 2

Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di

depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur

malam

Page 88: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

70

b. Kegiatan Ekstrakurikuler

Selain kegiatan harian di pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah, juga ada kegiatan ekstra. Kegiatan ekstra adalah kegiatan

tambahan sebagai penunjang aktifitas para santri dalam berkreasi

dan berorganisasi yang pelaksanaanya ada yang ditentukan dan ada

juga sesuai dengan kondisi dan keadaan yang berada di pondok

pesantren. Adapun kegiatan ekstra yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah yaitu:

1) Pelatihan qiro‟ah

2) Kaligrafi

3) Pencak silat pagar nusa

4) Pramuka

5) Rebana

6) Tari Topeng ireng

7) Khitobah

8) Pelatihan Gamelan

9) Muhadloroh

10) Tata boga

11) Pelatihan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

7. Sistem Pendidikan

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah melaksanakan pendidikan

terpadu, yaitu menggabungkan lembaga pendidikan formal yakni Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian

Page 89: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

71

Pembangunan (SMK-SPP) dan lembaga pendidikan non formal

kepesantrenan berupa madrasah diniyyah, kajian kitab kuning,

muhadlarah, nahwu, shorof, Al-Qur‟an, hadist, mabad‟fiqhiyah, tajwid,

dan lain-lainnya. Dalam sebuah sinergi yang selaras, cara terbaik untuk

mencapai maksud tersebut adalah dengan cara santri tinggal tinggal di

asrama pesantren, sehingga selama 24 jam sehari semalam santri berada

dalam didikan dan perilaku para asatidz dan asuhan kiai. Adanya pantauan

dari pengasuh dan para ustadz atau ustadzah, dengan demikian maka akan

senantiasa terdidik dalam suasana Islami, humanis, dan dinamis, serta

terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dunia luar sebagai keniscayaan

salah satu akibat modernisasi.

Sistem pendidikan ini memiliki keistimewaan dibandingankan dengan

pesantren lain, yaitu:

1. Bagi yang mampu, membuka peluang bagi lulusannya untuk terus

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik di dalam

maupun di luar negeri.

2. Dan bagi yang tidak mampu, insyaAllah memiliki modal dasar yang

cukup unyuk menjadi manusia yang berguna di tengah masyarakat,

berbekal pengetahuan agama dan pengetahuan life skill yang telah

mereka pelajari di pesantren.

Page 90: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

72

8. Kurikulum Pendidikan Yayasan Dharma Lestari Pondok Pesantren

Agro Nuur El-Falah

Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-

komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak

terpisahkan. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi, organisasi,

dan strategi. Karena Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah juga

mengadopsi sebagian kurikulum Pondok Modern dan salaf, maka

kurikulum pun disesuaikan dengan materi – materi dari Kemenag atau

Diknas, dan disesuaikan pula dengan program pondok secara keseluruhan.

Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-

Falah adalah kurikulum Tarbiyatul Falahiyah Al-Islamiah (TFA).

Kurikulum TFA berbeda dengan kurikulum Madrasah Tsanawiyah

maupun Madrasah Aliyah Negeri. Di Pondok Pesantren Agro Nuur EL-

Falah ini diterapkan perpaduan kurikulum Pondok Modern, Kurikulum

Kemenag dan Diknas serta memasukkan juga kurikulum salafiah

(mempelajari kitab-kitab kuning seperti Ta‟lim Muta‟alim, Imriti,

Jurumiyah, Nasoihul Ibad, Kifayatul Ahyar, Fathul Qorib, Bulughul

Maram dan lain sebagainya) serta memasukan kurikulum pertaniaan.

Namun aplikasinya tetap mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan

oleh pemerintah. Berikut ini program pendidikan di Pondok Pesantren

Agro Nuur EL-Falah adalah :

Page 91: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

73

a. Formal

Program Pendidikan SMP dan SMK meliputi mata pelajaran :

PAI (meliputi Alquran dan Hadits, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fiqih,

SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Dipadukan dengan mata pelajaran

kurikulum DEPAG/DIKNAS seperti matematika, Bahasa Inggris,

Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN, Penjaskes, Sosiologi, Antropologi.

b. Informal

1. Pembelajaran beberapa materi kitab kuning seperti Fiqih Wadlih,

Fathul Qorib, Bulughul Maram, Tafsir Jalalain, pelajaran nahwu,

shorof dll.

2. Latihan pidato 3 bahasa : Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan

Bahasa Inggris), OPPN, PPM ( Praktik Pengabdian Masyarakat),

Amaliyah Tadris (Praktik Mengajar), Ta‟lim qiroatul Quran,

Gerakan Pramuka, LDK (latihan Dasar Kepemimpinan), Drumband,

Komputer, Olahraga, Kesenian, dan ketrampilan.

c. Program khusus mahasantri

1. Pembelajaran beberapa materi kitab kuning seperti Fathul Qorib,

Bulughul Maram, Tafsir Jalalain, pelajaran nahwu, shorof dll.

2. Pembelajaran sesuai kebutuhan dalam rangka mendukung tugas

pengabdian kepada pondok pesantren dan masyarakat.

Pengaturan kurikulum diintegrasikan dengan sistem Pondok

Pesantren dimana santri hidup selama 24 jam dalam asrama dengan

bimbingan guru dan kiai. Maka kurikulum TFA sebenarnya tidak

Page 92: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

74

terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan keseluruhan kegiatan

baik di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidikan yang tak

terpisahkan.

Jam belajar santri di kelas Formal berlangsung dari jam 07.00-

14.15 WIB, dengan waktu istirahat 2 kali yaitu istirahat pertama pukul

09.40-10.00, dan istirahat kedua pukul 12.10-13.00. Waktu belajar

tersebut dibagi menjadi 9 jam pelajaran, masing-masing jam mendapat

alokasi waktu 40 menit. Kecuali pada hari Minggu jam belajar hanya

berlangsung sampai pukul 12.00 untuk 7 jam pelajaran dengan alokasi

waktu masing-masing 35 menit, sedangkan pelajaran Informal

berlangsung dari jam 14.40-15.30 dan malam 19.30-20.50 WIB,

masing-masing jam mendapat alokasi waktu 40 menit. Khusus untuk

jam belajar mahasantri dimulai 16.00 – 18.00 dan malam jam 19.30 -

20.50.

Isi kurikulum di Pondok Pesantren Agro Nuur EL-Falah dibagi

menjadi 2 yaitu kurikulum lokal dan kurikulum negeri (nasional)

pembagiannya sebagai berikut :

a) Kurikulum Lokal

Mata pelajaran lokal ini terdiri dari mata pelajaran Bahasa

Arab, Nahwu, Shorof, Akhlak, Mutholaah, Mahfudzot, Tarbiyah,

Hadits, Balaghoh, Mustholahul Hadits, Fiqih, Usul Fiqih, Tafsir,

Tarikh Islam, imla‟, Khot, yang diadopsi dari kurikulum Pondok

Modern dan Pondok Pesantren Salafi .

Page 93: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

75

b) Kurikulum Negeri (Nasional)

Mata pelajaran Negeri /nasional seperti Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, PPKN,

Geografi, Sosiologi, Ekonomi, akuntansi, Seni Budaya, IPS, TIK

(Teknologi Informasi dan Komunikasi), Penjaskes (Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan) Semua mata pelajaran ini diadopsi dari

kurikulum KTSP, K13 dan kurikulum Nasional.

Berdasarkan pembagian kurikulum tersebut maka buku rapor

yang dimilliki santri pun ada dua yaitu raport negeri yang di pakai

selama 3 tahun (SMP/SMK), dan rapor lokal yang dipakai selama 3

tahun (Kelas MP/Kelas MA) , sedangkan kusus kelas MA bagi santri

yang tidak berasal dari pondok pesantren harus masuk kelas Isti‟dat

(Akselerasi) sehingga bagi yang tidak bisa menyelesaikan kelas Isti‟dat

maka harus mengulang kelas 1 MA, demikian juga dengan ijazah, santri

yang telah mampu menamatkan masa belajarnya mempunyai 2 ijazah

yaitu ijazah lokal tingkat MP dan MA dan Ijazah Negara/nasional

Tingkat SMP dan SMK, karena selain mengikuti ujian akhir kelas

Diniyah dengan materi lokal, santri wajib mengikuti Ujian Nasional

(UN).

Pengorganisasian kurikulum yang digunakan dalam Pondok

Pesantren Agro Nuur EL-Falah adalah sistem semester, satu tahun

dibagi menjadi 2 semester, alokasi waktu untuk tiap-tiap materi

bervariasi dari yang paling kecil alokasinya sampai yang paling besar.

Page 94: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

76

Adapun alokasi waktu untuk tiap-tiap pokok bahasan juga bervariasi

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Setiap materi telah

ditentukan pokok-pokok bahasan dan batas-batas yang harus dicapai

pada setiap semester.

Kegiatan TFA (Tarbiyatul Falahiyah Al-Islamiah) tidak melulu

bersifat intrakurikuler, tetapi juga meliputi segala kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga TFA Ada yang bisa digolongkan ke dalam

kegiatan ko-kurikuler atau bahkan ekstrakurikuler. Kegiatan TFA ini

terdiri dari kegiatan harian, mingguan, semester, dan tahunan. Dengan

perincian sebagai berikut :

a. Kegiatan Harian

Kegiatan ini meliputi :

1. Supervisi proses pengajaran, dilakukan oleh Wakil Menejemen

Mutu (WMM) dan kepala Bidang Pendidikan, bersama kepala

sekolah Diniyah/SMP/SMK.

2. Pengawasan disiplin masuk kelas mulai pukul 07.15 WIB, oleh

staf guru yang ditunjuk agar tidak ada santri yang terlambat

masuk kelas. Pengawasan ini juga berlaku pada waktu masuk

kelas setelah istirahat pertama dan kedua.

3. Pengontrolan kelas saat pelajaran berlangsung oleh guru piket

masing-masing, Jika ada kelas kosong, guru piket tersebut akan

menghubungi staf, untuk mencari guru pengganti, hasil kontrol

Page 95: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

77

dicatat di buku yang telah disediakan untuk dievaluasi dalam

rapat guru.

4. Penyelenggaraan belajar malam dibimbing oleh wali kelas

masing-masing atau juga oleh santri senior.

5. Pembagian tugas upacara bendera Hari Senin.

6. Pembagian tugas Tandhiful Aam (Kerja Bakti) setiap hari Jumat

pagi setelah olahraga massal.

b. Kegiatan Mingguan

Kegiatan ini antara lain:

1. Pertemuan para kepala unit TFA setiap 2 minggu sekali hari

selasa Pagi untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama

seminggu, meliputi absensi guru, kontrol persiapan mengajar

guru. Forum ini juga digunakan oleh pimpinan Pondok untuk

membicarakan program-program dan permasalahan Pondok

Pesantren secara keseluruhan.

2. Pertemuan para guru TFA setiap Hari Selasa setelah Sholat

Dhuhur untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama

seminggu, meliputi absensi guru, kontrol persiapan mengajar

mengajar guru. Forum ini juga digunakan untuk Doa bersama dan

Majlis Qiroatul Quran para guru dan oleh pimpinan Pondok untuk

membicarakan program-program dan permasalahan Pondok

Pesantren secara keseluruhan.

Page 96: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

78

3. Pertemuan ketua-ketua kelas setiap hari minggu habis Subuh

untuk aktifitas belajar mengajar, disiplin dalam kelas, dan

pemberian nasehat-nasehat.

c. Kegiatan Tengah Tahunan (Semester)

Program tengah Tahunan yang dilaksanakan oleh TFA adalah

Ujian Akhir Semester/Penilaian akhir semester dan Imtihan Akhir

semester. Ujian dan Imtihan ini dilaksanakan oleh kepanitiaan yang

diketuai oleh guru yang telah ditunjuk/diberi amanat oleh Unit

masing-masing, biasanya terlebih dahulu diadakan ujian Mid

Semester/Nisful Imtihan 3 bulan sebelumnya.

d. Kegiatan Tahunan

Kegiatan-kegiatan ini merupakan program penunjang untuk

keberhasilan belajar siswa. Program ini meliputi :

1. Amaliyah Tadris yaitu praktik mengajar untuk santri kelas 3 MA

2. Vokasional Santri Selama 7 bulan/sesuai kebijakan di Ponpes

Agro Nuur EL-Falah

3. Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama tiga bulan bagi santri kelas

2 SMK/2MA. (didalam dan luar Ponpes)

4. Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM), yaitu program yang

dilaksanakan oleh santri kelas 3 MA dengan tinggal di

masyarakat/desa selama minimal 12 hari untuk belajar

mengamalkan ilmu yang dimilikinya, dan untuk mengenal lebih

jauh kondisi masyarakat secara riil.

Page 97: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

79

5. Bimbingan belajar intensif untuk menghadapi Ujian Nasional

6. Pergantian pengurus organisasi santri (OPPN) dan pengurus

GUDEP pramuka.

7. Diskusi Santri berkaitan dengan permasalahan keagamaan, sosial,

dan tema yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

8. PORSEKA (Pekan Olahraga Seni dan Pramuka) yang diadakan

setiap awal tahun.

9. Language Fair, yaitu perlombaan-perlombaan yang berkaitan

dengan bahasa Arab dan Bahasa Inggris, seperti puisi 2 bahasa,

drama 2 bahasa, cerdas cermat 2 bahasa, lomba pidato 3 bahasa.

10. Amaliyah Ramadhan yaitu kegiatan-kegiatan keagamaan dan

sosial yang diadakan setiap bulan Ramadhan untuk para santri

dan masyarakat Sekitar ponpes

11. Apel Tahunan/Pekan Perkenalan/Khutbatul Arsy yang diawali

dengan upacara bendera, dilanjutkan karnaval keliling

Kelurahan Pulutan dan ceramah tentang kepesantrenan mulai

dari sistem pengajaran, disiplin santri, kegiatan-kegiatan

kepesantrenan. Kemudian biasanya diakhiri dengan pementasan

seni mulai seni suara, seni tari, drama, Nasyid, bela diri,

marawis dan sebagainya.

9. Gambaran Informan

Untuk mngetahui implementasi empat pilar pendidikan pondok

pesantren, bagaimana penerapannya, ragam kegiatan pondok pesantren yang

Page 98: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

80

diterapkan sebagai wujud implementasi empat pilar pendidikan, serta

hambatan dan dukungan adanya penerapan 4mpat pilar pendidikan pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejp Kota Salatiga Tahun 2019, dapat didasarkan pada informasi yang

berhasil dihimpun melalui beberapa informan yang penulis rasa dapat

mewakili keseluruhan tentang pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

dengan rincian tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Daftar Nama Informan

No Nama Informan Kode

Informan

Tanggal wawancara Keteranagan

1. Nur Sholeh, S.Pd. I. NS 30 Maret 2019 Pengasuh

2. Mustofa Lutfi, S. Sy ML 02 April 2019 Ketua Majelis Ma‟arif

3. Akhas Juhad Mahya AJM 18 Maret 2019 Ketua Asrama Putra

4. Luluk Zubaidah LZ 18 Maret 2019 Pengurus /Ustadzah

5. Millatul Miskiyyah MM 19 Maret 2019 Ketua asrama Putri

6. Hasnida Damayanti HD 19 Maret 2019 Ustadzah /pengurus

7. Khudhoefiyah KF 19 Maret 2019 Ustadzah /pengurus

8. Akbar Al-Kautsar AAK 20 Maret 2019 Ustadzah

9. Annisa Sholihatul Q ASQ 20 Maret 2019 Ustadzah

10. M. Ilyas Syafi‟i MIS 21 Maret 2019 Ustadz

11. Muhammad Muslih MM 21 Maret 2019 Ustadz

Page 99: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

81

B. TEMUAN DATA PENELITIAN

Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil

penelitian observasi, wawancara, maupun dokumentasi, maka peneliti akan

menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan implementasi empat pilar

pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.

Adapun data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai

dengan fokus penelitian. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mencoba

membahasnya.

1. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur

El-Falah

Penerapan empat pilar pendidikan dalam setiap kegiatan, aktivitas

keseharian santri di pondok pesantren memiliki banyak manfaat tidak

untuk diri sendiri maupun orang lain. Biasanya akan terlihat perbedaan

sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk pondok

pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah beberapa

bulan mengikuti kegiatan dan pembiasaan di pondok pesantren hidupnya

menjadi lebih terarah dan lebih rajin beribadah. Hal tersebut juga didukung

dengan adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk mengikuti

setiap kegiatan di pondok pesantren baik dalam hal berjamaah, mengaji,

kegiatan ekstra, ataupun kegiatan lainnya yang mendukung kebutuhan

dalam hal pendidikan santri. Selain itu juga dengan adanya kegiatan-

Page 100: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

82

kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren juga akan

menumbuhkembangkan bakat minat para santri. Santri juga diberikan

arahan untuk mengaktualisasikan dirinya untuk belajar di semua ranah

ilmu pengetahuan yang menumbuhkembangkan hal-hal yang dianggap

masih kurang dalam dirinya. Hal itu diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan

yang diterapkan di pondok pesantren selama 24 jam.

Belajar untuk tahu merupakan basis bagi belajar untuk dapat

melakukan, belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi bvelajar

untuk mandiri, belajar mandiri merupakan basis bagi belajar untuk hidup

bekerjasama, tahu, dapat, mandiri, dan kemampuan bekerjasama

merupakan prasyarat bagi santri untuk meningkatkan kualitas

kehidupannya. Hubungan antar pilar tersebut dapat dijelaskan bahwa, tidak

semua peserta didik atau santri yang tahu bisa melakukan dalam arti

memiliki keterampilan, tetapi yang dapat melakukan pasti mengetahui

sebagai dasar teoritik. Tidak semua yang melakukan dapat memiliki

kemandirian.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa visi pendidikan UNESCO

mengenai pembelajaran adalah belajar untuk dapat mengetahui, belajar

untuk dapat bekerja, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk dapat

membentuk jati diri.

Dari penjelasan di atas, peneliti akan membahas mengenai penerapan

empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah yang akan

dijelaskan dari satu per satu pilar pendidikan.

Page 101: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

83

a. Learning to Know

Yaitu proses pembelajaran didesain dengan cara mengintensifkan

interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, dan budaya,

sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan

pengetahuan terhadap dunia di sekitarnya.

1) Penerapan Kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah

Sesuai dengan wawancara dengan Ustadz atau ustadzah

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mengenai penerapan 4 pilar

pendidikan “Learning to know” di pondok pesantren.

Seperti yang dipaparkan oleh Ustadz AAK (21 tahun),

bahwa:

“Kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang diterapkan

untuk menunjang dan mendukung pengetahuan akademis para

santri saat ini bisa dilihat dengan adanya pendalaman bahasa

Arab dan Bahasa Inggris, dimana ketika dalam kesehariannya,

santri memakai dua bahasa secara terjadwal dan diterapkan

ketika berinteraksi dengan temannya maupun ustadz atau

ustadzah. Hal ini diterapkan untuk melatih kebiasaan berbahasa

asing santri. Selain itu belajar Public speaking dengan wujud

pelaksanaanya adalah pelatihan khitobah. Hal ini memebrikan

manfaat bagi diri sendiri dan orang lain yaitu menambah

kepercayaan diri, melatih berbahasa yang baik, dan berbagi

ilmu yang telah didapat kepada teman-teman yang lain.

Kemudian ada kajian kitab Turats (Kitab kuning), dan ada

kegiatan Dziba‟ setiap malam jum‟at”.

Pernyataan tentang kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang

diterapkan juga dinyatakan ustadz MIS kepada peneliti sebagai

berikut:

Page 102: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

84

“Menurut saya, dilihat dari kegiatan-kegiatan yaang

diterapkan pada para santri untuk menunjang ilmu pengetahuan

ada kegiatan sorogan Al-Qur‟an yang bermanfaat pada diri

santri yaitu untuk melatih santri membaca dengan lancar dan

teliti, menghafalkan dan memahami isi Al-Qur‟an. Yang Kedua,

selain kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren, santri

juga mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di sekolah (SMP

atau SMK), guna untuk menambah pengetahuan santri,

khususnya di pengetahuan umum. Yang ketiga, selain kegiatan

sekolah juga ada kegiatan madrasah diniyyah, hal ini berguna

untuk menambah wawasan santri dalam ilmu agama. Dengan

adanya madrasah diniyyah, para santri diharapkan cakap untuk

berbagi ilmu dan berdakwah ketika sudah terjun di masyarakat.

Selanjutnya, ada kegiatan muhadasah santri, kegiatan ini

dilakukan untuk melatih, mengasah, dan membiasakan santri

untuk berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa

Inggris”.

Pernyataan tentang kegiatan-kegiatan yang menunjang

pengetahuan para santri juga diungkapkan Ustadz MM (21 tahun)

kepada peneliti sebagai berikut:

“Untuk kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok

pesantren kepada para santri hampir sama dengan yang

dijelaskan oleh ustadz atau ustadzah yang lain dari

wawancara tersebut. Di pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah juga menrapkan apel pagi, siang, dan malam. Hal ini

berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Dengan

aditerapkannya apel ketika sebelum makan bersama, masuk

kelas, dan kegiatan lain memberikan manfaat yang besar pada

santri terutama dalam hal penerapan kedisiplinan sejak dini,

apel juga sebagai pengecekan kepada seluruh santri yang

tidak mengikuti kegiatan pondok pesantren dan yang izin

dalam kegiatan pondok”.

Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh ustadzah HD

(20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang

diterapkan, ada bebarapa kegiatan yang sudah berjalan

dengan baik di antaranya ada kegiatan madrasah diniyyah,

yang didalamnya mengkaji banyak disiplin ilmu, dari mulai

nahwu shorof, fiqih, akidah, tajwid, dan lain sebagainya.

Page 103: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

85

Kegiatan lain ada juga sorogan, pelatihan rebana, pelatihan

kaligrafi, apel, sholat berjama‟ah, sholat dhuha, tahfidz Al-

Qur‟an, takror, nastakmir seblum maghrib, ziarah ke makam,

dan lain sebagainya yang tentu sudah dilatih dan diterapkan

dalam keseharian para santri”.

Sedangkan pernyataan dari ustadzah MM (20 tahun) kepada peneliti

sebagai berikut:

“Saya akan menjelaskan kegiatan-kegiatan keseharian yang

diterapkan di pondok pesantren ini. Kegiatan di mulai dari

bakdho shubuh, yaitu sholat berjama‟ah, kemudian dilanjutkan

ngaos Al-Qur‟an bi nadzor dan juz amma dengan ustadz atau

ustadzah masing-masing diselingi dengan metode

qiro‟ati.Metode ini digunakan untuk memperbaiki bacaan Al-

Qur‟an para santri, baik dari segi ilmu tajwid, tahsin,

pelafalannya. Kemudian setelah itu dilanjutkan bersih-bersih

lingkungan pondok pesantren secara bersama-sama , hal ini

dilakukan setiap hari dan paling uniknya lagi, disini tidak

diterapkan bersih-bersih secara piketan, semua dilakukan

bareng-bareng. Setelah itu, ketika mendengar bel tanda makan

para santri bergegas menuju tempat untuk makan bersama

dengan satu nampan untuk lima orang, ketika berlangsung

makan, para santri tidak boleh berbicara. Sebelum memulai

makan bersama ada apel pengecekan dan membaca doa

sebelum makan dan membaca doa stelah makan ketika makan

bersama telah usai. Dilanjutkan dengan apel pengecekan

santri yang dipimpin oleh pengurus atau asatidz dengan

menyampaikan mateti atau nasihat kepada para santri.Setelah

itu, membaca nadzom asmaul husana bersama, dilanjutkan

memasuki kelas masing-masing sesuai tingkatannya (SMP-

SMK) sampai pukul 14.00 WIB. Memasuki waktu sore,

dilanjutkan dengan kegiatan madin dengan pembelajaran yang

telah dijadwalkan sampai pukul 15.30. Setelah itu dilanjutkan

bersih-bersih pribadi, kemudian dilanjutkan dengan

nastakmir, yaitu membaca Al-Qur‟an secara bersama-sama

dengan dipimpin oleh ustadz atau ustadzah dengan

menjelaskan ilmu tajwidnya, dan dilanjutkan sholat

berjama‟ah maghrib, dilanjutkan istighotsah di masjid. Setelah

itu apel malam untuk makan bersama dilanjutkan sholat isya‟

berjama‟ah. Memasuki madrasah diniyyah malam diisi dengan

materi akidah akhlak, nahwu, shorof, ilmu tajwid, dan khat.

Memasuki pukul 09.15 ada kegiatan takrror di kelas masing-

masing. Kemudian dilanjutkan membaca QS Al-.Mulk secara

bersama sebelum tidur”.

Page 104: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

86

Adapun pernyataan dari ustadazah LK (20 tahun) kepada

peneliti sebagai berikut:

“Dari kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah sebagian besar sudah dijelaskan oleh ustadz atau

ustadzah lainya. Akan tetapi saya akan menambaho

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diterapkan seperti

kegiatan pramuka, rebana, silat, tari topeng ireng, tata boga,

pertanian, pelatihan qiro‟ah, pelatihan kaligrafi, paskibraka,

volley, sepak bola dan berbahasa”.

2) Sumber-sumber informasi pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah

Sesuai dengan wawancara atau informasi dari pengasuh,

pengurus, dan asatidz, mengenai sumber-sumber informasi yang bisa

dijangkau para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagai

wujud penerapan 4 pilar pendidikan “Learning to know” akan

dibahas peneliti berikut ini:

Pernyataan tentang sumber-sumber informasi yang dijangkau

para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan yaitu sesuai dengan

pernyataan Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd. I selaku pengasuh pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah pada tanggal 30 Maret 2019, pukul

07.00 WIB di Ndalem, sebagai berikut:

“Selain dari pondok pesantren menyediakan perpustakaan,

para santri dapat menggali berbagai informasi sebagai

pelengkap kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan, dengan

para santri mengikuti seminar-seminar, misalkan seminar

dari Organisai lain seperti Muhammadiyah dan lain

sebagainya, sehingga mereka mempunyai wawasan tidak

hanya di satu sisi saja. Saya juga menerapkan kepada santri

agar tidak tertutup dari informasi luar, terkadang ada

pondok pesantren yang melarang santrinya untuk keluar,

kalau saya boleh asalakan sesuai dengan peraturan yang

diterapkan dari pondok pesantren. Dengan diterapkannya

Page 105: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

87

seperti itu santri tidak merasa terbebani untu mendapatkan

berbagai informasi dari luar dan santri juga ada kesempatan

mengeksplor berbahagai hal yang nantinya bermanfaat jika

diterapkan dalam pondok pesantren. Karena dengan mereka

diberi kesempatan keluar, ketika mendapatkan sumber

informasi, wawasan baru, dan ilmu pengetahuan itu sebagai

tantangan bagi mereka bagaimana mereka dapat mengolah

pengetahuan yang didapat bermanfaat untuk diri sendiri

maupun orang lain”.

Sedangkan pernyataan dari ustadz MM (21 tahun) kepada

peneliti sebagai berikut:

“Untuk memeperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan

melalui sumber-sumber informasi dari manapun, seperti

media sosial, perpustakaan daerah, media massa, sosialisasi,

seminar, dan wawancara. Yang terpenting, sebagai santri

harus bisa menyaring dari informasi-informasi yang

dianggap tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain”.

Adapun pernyataan ustadz MIS (20 tahun) kepada peneliti

menyatakan sebagai berikut:

“Menurut saya, untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak

harus ada di sebuah sekolah saja. Namun, banyak yang kita

dapatkan melalui sumber-sumber lain diantaranya: Pertama,

sumber dari kitab-kitab atau buku-buku; Kedua, dari materi

yang disampaikan oleh kyai dan asatidz; Ketiga, sumber

informasi dari lingkungan sekitar seperti belajar dari teman

sebaya, seminar, perpustakaan, internet, media masa, dan

lain sebagainya”.

3) Metode Pembelajaran

Dari beberapa masalah yang berkaitan dengan pendidikan,

yang menonjol dan penting untuk berbicara secara serius dan

terbuka adalah persoalan metode pengajaran, yang tentunya sangat

berkaitan dengan kualitas pendidik. Tentu saja persoalan metode

Page 106: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

88

pengajaran tersebut berkaitan erat dengan suatu paradigma dan visi

pendidikan yang diharapkan lebih cocok dengan tuntutan zaman.

Adapun mengenai metode pembelajaran yang diterapakan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, akan dibahas berikut ini:

“Karna memang saya sifatnya membina semua ustadz

atau ustadzah, maksudnya dengan cara ngemong

semuanya. Dengan kemampuan dan keinginan saya untuk

mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan unggul di

pondok pesantren ini, dengan menggerakkan para ustadz

atau ustadzah untiuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang

mereka dapatkan kepada para santri yang membutuhkan

dengan menggunakan metode masing-masing. Setiap tahun

sekali, kami mengadakan kegiatan IHT (In House Training)

kepada para asatidz. Isi materi yang dibahas dalam

kegiatan IHT meliputi berbagai materi yang menunjang

pendidikan modern dan salaf yang diterapkan di pondok

pesantren ini supaya tidak tertinggal dengan pendidikan di

era sekarang ini, mulai dari pelatihan mengajar, metode-

metode pembelajaran, dan persiapan materi yang akan

diberikan oleh para santri” (Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd.

I. di Ndalem, pukul 07.10 WIB).

Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh ustadz MIS

(20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Ketika saya berbagai ilmu pengetahuan kepada

para santri dengan menerapkan metode sorogan dan

metode diskusi”.

Adapun pernyataan ustadzah HD (20 tahun) kepada peneliti

sebagai berikut:

“Untuk pembelajaran madrasah diniyyah, saya

lebih sering menggunakan metode ceramah karna dengan

metode ceramah lebih memudahkan santri untuk

menangkap materi yang disampaikan secara gamblang dan

jelas”.

Pernyataan dari ustadz MM (21 tahun) sebagai berikut:

Page 107: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

89

“Metode yang saya terapkan ketika berbagi ilmu kepada

santri junior lebih menggunakan metode ceramah dan

metode keteladanan. Karena dengan metode ceramah lebih

mudah dalam hal penyampaian materi dan untuk melatih

gaya berbicar di depan snatri junior, ketika diselingi guyon,

santri juga tidak mudah bosan, kemudian dengan metode

keteladanan memberikan kepercayaan dan contoh yang

baik kepada santri junior untuk bisa mengambil hal-hal

positif apa yang telah diajarkan”.

Pernyataan ustadzah ASQ (20 tahun) sebagai berikut:

“Kalau saya sendiri, biasanya menerapkan pendekatan

contextual learning ketika mengajar madin agar dapat

mengaitkan materi dengan keadaan sekitar”.

Pernyataan ustadzah KF (21 tahun) sebagai berikut:

“Kalau saya, metode yang saya terapkan dalam

mengajar madin adalah dengan metode ceramah, karena

dengan metode tersebut lebih praktis dan bisa diterima

santri junior dengan mudah”.

b. Learning to Do

Learning to do mengupayakan terhadap diberdayakannya peserta

didik agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman

belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam

masyarakat. Dengan demikian peserta didik perlu belajar berkarya, dan

belajar berkarya serta kaitannya dengan belajar mengetahui, karena

pengetahuan melandasi suatu perbuatan.

Menurut pernyataan Bapak Kyai Nur Sholeh S.Pd. I selaku

pengasuh pondok pesantren Agro Nuur El-Falah di Ndalem pukul 07.20

WIB kepada peneliti sebagai berikut:

“Pondok pesantren ini dapat dijadikan lembaga pendidikan

Islam yang mampu memberikan sumbangan yang besar kepada

bangsa, baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi serta

Page 108: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

90

agama. Pendidikan madin di pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah memfokuskan pendidikan agama melalui pengkajian kitab

kuning dengan mempelajari ilmu tafsir, hadist, fiqih, akhlak,

tasawuf, serta mengajarkan pendidikan muhadhoroh dalam bahasa

Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris serta mengajarkan

ilmu pertanian. Pondok pesantren sudah memfasilitasi dari segi

fisik dan materi untuk menunjang pengetahuan santri, maka santri

diharapkan dapat menerapkan materi pembelajaran yang

diberikan dan yang difasilitasi oleh pondok pesantren, mulai dari

menerapkan kegiatan-kegiatan pondok pesantren dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan santri mengikuti kegiatan-kegiatan yang

sudah diterapkan pondok pesantren, maka diharapkan adanya

output atau hasil dari apa yang sudah santri lakukan dengan

aktivitas-aktivitas tersebut dan bisa memberikan kemanfaatan

disekelilingnya, misal bisa melatih qiro‟ah, tari tradisioanal, mahir

bercocok tanam, mahir dalam berbahasa asing, bersosialisai yang

baik, mempunyai public speaking yang bagus, dan lain sebagainya.

Karena soft skill dan hardskill sangat penting dan dibutuhkan

dalam dunia pendidikan, sesungguhnya pendidikan merupakan

bagian terpenting dari proses penyiapan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualotas, tangguh, dan terampil untuk siap

mengikuti tuntutan zaman”.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Ustadz Luthfi sebagai Majelis

Ma‟arif pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, beliau menyatakan

sebagai berikut:

“Kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

menerapkan pembelajaran Tarbiyatul Falah Al-Islamiyah (TFI),

disini anak-anak dituntut mengikuti apa yang diterapkan di sekolah

maupun di pondok pesantren. Santri diajak untuk ikut serta dalam

memecahkan permasalahan pendidikan pendidikan yang ada di

sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata, sebagai contoh

bahwasanya di Indonesia adalah negara Agraris, banyak

terbentang tanah-tanah subur yang belum dikelola secara

maksimal misalnya. Nah, ini kesempatan kita bagaimana dengan

kita bisa menjadikan tanah atau lahan kosong untuk dimanfaatkan

sebagai hal-hal yang bermanfaat, misal dengan pengolahan bibit

unggul, untuk perikanan atau peternakan dan lain sebagainya.

Sebagai santri sekali pun yang hidupnya di pondok tidak boleh

kalah dengan yang diberikan ilmu pengetahuan di sekolah umum,

santri harus tetap eksis di era sekarang ini, apalagi sekarang

sudah masuk era milinieal, era digitalisme. Pondok pesantren

sudah menyiapkan fasilitas yang memadai, kemudian, bagaimana

Page 109: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

91

santri memanfaatkan dan menerapkannya dengan inovasi-inovasi

baru.

Sedangkan pernyataan dari ustadz MIS (21 tahun) kepada peneliti

sebagai berikut:

“Dari kegiatan-kegiatan yang diterapkan di pondok

pesantren. Alhamdulillah memberikan kemanfaatan bagi diri

sendiri maupun orang lain, misal dengan adanya keterampilan

membaca kitab kuning, santri mampu memahami isi dari kitab,

dengan adanya apel, memberikan kemanfaatan santri dalam

kepemimpinan,dengan adanya praktik khitobah, memberikan

kepercayaan diri pada santri untuk berkomunikasi dan

bersosialusasi yang baik”.

Pernyataan yang diungkapkan ustadz AKK kepada peneliti sebagai

berikut:

“Mengenai belajar untuk melakukan yang harus dilakukan

santri, menurut saya adalahdengan menerapkan dan apa yang

dipelajari di pondok pesantren harus diaplikasikan dengan

tindakan dalam kehidupan sehari-hari.contohnya santri harus

belajar tentang pentingnya sikap disiplin, maka untuk memahami

dan mengerti tentang disiplin, santri harus belajar untuk

melakukan sikap disiplin, baik di sekolah, pondok, rumah atau

dimanapun dan mentaati peraturan pondok. Hal ini pun sudah

diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah dengan

adanya apel pengecekan, dan penataan sandal yang rapi, sholat

berjamaah tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya dan

lain sebagainya.”

c. Learning to Be

Learning to be merupakan pilar pendidikan yang ketiga yang

menggambarkan terciptanya sebuah masyarakat pembelajar yang dilandasi

oleh pemerolehan, pembaharuan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan.

Sesuai dengan wawancara dengan Ustadz atau ustadzah pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah mengenai penerapan 4 pilar pendidikan

“Learning to be” di pondok pesantren.

Page 110: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

92

Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd di

Ndalem kepada peneliti sebagai berikut:

“Untuk menerapakan “Learning to be (Belajar untuk membentuk

jati diri)” pada pondok pesantren Agro Nuur Falah secara nyata

pun sudah diterapkan seperti hal nya bagaimana santri harus

menumbuhkan pada diri sendiri belajar disiplin dan bersemangat

kerja keras. Pondok pesantren ini menerapkan 3B, yang artinya: 1)

Buang sampah pada tempatnya; 2) Bawa sampah ketika melihatnya;

3) Bersihkan sampah bagi yang melihatnya. Dengan diterapkan visi

tersebut akan menumbuhkembakan rasa peduli, mandiri dan

tanggung jawab santri akan kebersihan lingkungan. Walaupun hal

ini dianggap sepele, namun membuat santri semangat bekerja keras

untuk mentaati peraturan pondok pesantren.

Pernyataan ustadz Luthfi sebagai Majelis Ma‟arif di ruang

kesekretariatan pukul 12.00 kepada peneliti sebagai berikut:

“Dalam pondok pesantren telah membimbing para santrinya

untuk belajar mandiri, percaya diri, rasa tanggung jawab, disiplin

dan lain sebagainya. Mengenal jati diri juga didukung dengan

adanya kegiatan-kegiatan dan aktivitas sehari-hari yang sudah

diteapkan di pondok pesantren. Santri mengenal jati dirinya misal

dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,

pelatihan qiro‟ah, tata boga, rebana, pencak silat dan lain

sebagainya. Selain itu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh

madrasah diniyyah seperti hal nya muhadasah, ngaji Al-Qur‟an,

ngaji kitab kuning, dziba‟an, muhadloroh, dengan adanya kegiatan

ini, bagaimana santri dapat menunjukkan kemampuan belajarnya

secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Karena dengan

melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan menumbuhkan bakat

minat santri supaya santri juga bisa mengenal kekurangan dan

kelebihan pada diri sendiri. Dengan adanya hal itu bagaimana

pendidik atau ustadzah sebagai fasilitator sebagai penunjuk arah

sekaligus sebagai mediator dengan memberikan keluasan pada

santri untuk berkreasi”.

d. Learning to Live Togeteher

Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada peserta didik bahwa

mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat, harus mampu hidup bersama

dengan makin beragamnya etnis di Indonesia. Pilar pendidikan ini juga

Page 111: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

93

diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan

Kecamatan Sidorejo.

Berdasarkan wawancara oleh pengasuh pondok pesantren, ustadz dan

ustadzah, menegenai penerapan belajar untuk hidup bersama pada pondok

pesantren, yang akan dipaparkan sebagai berikut:

“Kalau dalam menerapkan kebersamaan di pondok pesantren, ada satu

panduan pembelajaran yang diterapkan pada pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah adalah pembelajaran kitab ta‟lim muta‟alim,

sebagaimana itu menerangkan tentang sikap atau perilaku santri

terhadap pengasuh atau perilaku santri terhadap ustadz atau ustadzah.

Dari hal itulah yang menjadikan kebersamaan kita. Kalau kebersamaan

dalam lapangan dapat diwujudkan dengan kegiatan dak aktivitas sehari-

hari. Sebagai contoh dengan menerapkan sistem kebersihan lingkungan

setiap pagi, yang menjadi unik di pondok pesantren ini adalah tidak

memberikah jadwal piket kepada santri, jadi santrri, pengurus, ustadz

atau ustadzah melakukan bersih-bersih lingkungan pondok secara

bersama-sama dan dilakukan setiap hari di waktu pagi. Mereka juga

menerapkan makan secara bersama-sama, belajar bersama dan lain

sebagainya” (Wawancara dengan Bapak Kyai Nur Sholeh S.Pd. I selaku

pengasuh pondok pesantren Agro Nuur El-Falah di Ndalem pukul 08.00

WIB).

Pernyataan tentang penerapan belajar untuk hidup bersama-sama juga

dijelaskan oleh Bapak Luthfi sebagai Majelis Ma‟arif pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah di ruang Kesekretariatan mengungkapkan kepada peneliti

sebagai berikut:

“Untuk menerapkan learning to live together pada pondok pesantren

dengan ketika pendidik berinteraksi dengan santri dengan mengarahkan

peserta didik agar dapat hidup bersama di tengah pluralisme, di tengah

arus globalisasi yang mementingkan ego sehingga akan tercipta

individualistik dan hal ini tidak sehat bila terus berkembang. Sebagai

contoh santri diharapkan tepa slira kepada sesama, saling tolong

menolong, dan saling menghargai sesama teman. Hl ini dulakukan bukan

hanya pada lingkungan pondok pesantren saja, akan tetapi juga

diterapkan di lingkungan sekolah dan masyarakat”.

Page 112: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

94

Pernyataan tentang penerapan belajar hidup bersama oleh ustadzah MM

(21 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Untuk penerapan kebersamaan di pondok, alhamdulillah sudah

dilakukan di keseharian kita, seperti saling terbuka ketika ada masalah,

dengan santri antri kamar mandi, melakukan ro‟an bersama, membaca QS

Al-Mulk sebelum tidur secara bersama-sama, saling menghargai dan

menerima teman sebaya nya yang misal berbeda bahasa, suku, adat dan

budaya, dan juga dengan perbedaan agama sekalipun, santri juga

menerapkan kebersamaan tanpa diskriminasi”.

2. Hambatan dan Pendukung dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

a. Hambatan dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan

Hal-hal yang mempengaruhi yang dimaksud adalah hal-hal yang

menjadi hambatan dalam menerapkan empat (4) pilar pendidikan pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah adalah sebagai berikut:

Pernyataan mengenai hambatan, diungkapkan oleh Bapak kyai Nur

Sholeh, S.Pd. I kepada peneliti sebagai berikut:

“Yang menjadi hambatan saat ini adalah sumber daya manusia

(SDM) yang kurang maksimal. Para asatidz yang notabenenya bukan

semuasnya asli daerah sini, terkadang mereka sulit untuk

menyesuaikan terhadap lingkungan pondok pesantren. Apalagi pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah yang telah menerapkan pembiasan sejak

dini dengan semangat kerja keras, peduli lingkungan, dan disiplin. Jadi

dari diri para pengurus, ustadz dan ustadzah juga harus mnerapkan

pada dirinya sikap yang sperti itu pula. Namun penghambat itu masih

bisa kita siasati dengan adanya pertemuan atau rapat setiap Sabtu pagi

dengan membahas evaluasi-evaluasi yang perlu dibahas apa yang

sudah dilaksanakan dan perlu diperbaiki pada pondok pesantren”.

Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Bapak Luthfi selaku Majelis

Ma‟arif pondok pesantren, beliau menyatakan sebagai berikut:

“Hambatan yang ada juga didapati di Sekolah, terkadang ada guru

yang notabenenya bukan berasal dari pesantren dan belum mengetahui

kebiasaan santri di pondok pesantren. Terkadang, ketika guru

Page 113: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

95

menemukan peserta didik atau santri yang telat masuk kelas atau tidak

mandi, guru bisa saja memberikan hukuman atau teguran dengan tidak

diperbolehkan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas.

Padahal kegiatan belajar mengajar itu juga sangat dibutuhkan oleh

peserta didik maupun pendidik. Kehidupan pada pondok pesantren

terkadang masih disamakan dengan lembaga pendidikan umum

(formal)”.

Pernyataan lain diungkapkan oleh ustadz MM (21 tahun) kepada

peneliti sebagai berikut:

“ Menurut saya, hambatan dalam menerapakan empat pilar pendidikan

pondok pesantren yaitu, terkadang juga karana kurang minatnya

dengan kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren.

Karna pada hal ini, semua kegiatan yang telah ditetapkan wajib

diikuti oleh semua santri, jadi santri diharapkan suka tidak suka

dengan kegiatannya juga harus ikut. Tapi dengan adanya seperti itu,

terkadang juga akan menumbuhkembangkan bakat, minat, dan

semangat baru pada diri santri. Selain itu karena kurangnya

kesadaran pada santri akan manfaat dari kegiatan yang dilakukan.

Ke\mudian dari segi pra dan sarana yang belum mendukung sebagai

syarat berlangsungnya kegiatan. Dan juga ada hambatan kurangnya

koordinasi antara pengurus dan santri”.

Pernyataan Ustadzah HD (20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Menurut saya hambatan yang kita alami adalah ketika

mengikuti, melakukan dan menerapkan kegiatan-kegiatan pada

pondok pesantren yaitu banyak santri yang tidak tertib ketika

kegiatan berlangsung, mengantuk, tidak maksimal ketika piket dan

tidak memperhatikan serta kurangnya tenaga yang handal di

berbagai bidang. Terkadang juga sebagai pengurus belum bisa

menjalankan tugas deng sistem yang ada dan apa yang sudah

diterapkan”.

Pernyataan oleh MIS (20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Menurut saya hambatan yang dialami terletak pada Sumber

Daya Manusia (SDM), saya pribadi sebagai pengajar merasa kurang

dalam ilmu pengetahuan yang saya miliki, sehingga santri yang diajar

kurang mendapat pengetahuan yang maksimal. Selain itu, semangat

belajar para santri yang masih rendah. Masih banyak santri yang

merasa keberatan untuk mengikuti kegiatan atau pembelajaran di

pondok pesantren. Hal tersebut dikarenakan motivasi dalam diri

mereka sendiri masih kurang. Kemudian juga kendala yang dialami

Page 114: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

96

pengurus dan asatidz adalah karena sebagian besar pengurus dan

ustadz atau ustadzah juga masih mahasiswa, sehingga tugas atau

amanah yang diberikan dari pondok pesantren kurang maksimal,

serta jadwal mengajar pondok pesantren kerkadang bertabrakan

dengan kegiatan pribadi pendidik”.

Sedangkan pernyatan oleh ustadzah KF (21 tahun) kepada peneliti

sebagai berikut:

“Ketika ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pondok

pesantren, terkadang ada bebrapa santri yang tidak mngikuti

kegiatan. Dalam hal itu karena masih kurangnya pengawasan dari

pengurus dan asatidz, selain itu juga belum ada motivasi diri yang

ditumbukan pada jiwa santri akan manfaatnya ketika kita ikut serta

dalam kegiatan yang nantinya juga akan bermanfaat untuk diterapkan

di masyarakat kelak”.

Pernyataan lain oleh ustadz AAK (21 tahun) kepada peneliti sebagai

berikut:

“Menurut saya, hambatan yang ada karna kurangnya koordinasi

dan konsolidasi menjadi sebab kendala dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatan. Seharusnya kerjasama tim dan dedikasi sperlu

ditingkatkan”.

b. Pendukung dalam Penerapan Empat (4) Pilar Pendidikan Pondok Pesantren

Hal-hal yang mempengaruhi yang dimaksud adalah hal-hal yang

menjadi pendukung dalam menerapkan empat pilar pendidikan pada

pondok pesantren. Adapun hal-hal yang mempengaruhi atau yang

mendukung dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Motivasi Diri Sendiri

Semua hal yang akan dikerjakan perlu dukungan dari pihak

eksternal, akan tetapi dukungan dari dalam diri seseorang juga perlu.

Pernyataan ini diungkapkan MM( 20 tahun) kepada peneliti sebagai

berikut:

Page 115: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

97

“Bagi saya pendukungnya ya motivasi dari diri sendiri. Ketika

melihat orang-orang sukses, mempunyai bakat yang bagus, bisa

mengikuti lomba bahkan sampai nasional, dapat beasiswa, hati ini

terdongkrak untuk bisa seperti itu, yang lainnya aja bisa, kenapa

aku nggak?. Karna kita untuk menjadi sukses, untuk mempunyai

kelebihan yang bermanfaat bukan dari orang lain, ya dari semangat

dan kemauan pada diri sendiri untuk menjadi sesuatu hal yang

inginkan”

2) Motivasi dari Orang Tua

Orang tua adalah malaikat penjaga kita di dunia. Merekalah yang

selalu ada di saat dalam kondisi apapaun. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh MIS (20 tahun) sebagai berikut:

“Bagi saya ya mbak, hal yang sangat mendukung saya untuk

semangat dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di sekolah

maupun di pondok adalah restu orang tua. Karena keinginan

orang tua saya, saya dipondokkan adalah agar saya mempunyai

kepribadian yang lebih baik lagi, selalu dekat dengan Allah SWT,

lebih terkontrol dan terdidik juga karena ada yang mengawasi oleh

Bapak Kyai. Selain itu juga orang tua saya ingin saya menguasa

ilmu-ilmu agama, dan menumbuhkembangkan bakat minat saya di

berbagai bidang sesuai dengan kemampuan dan keinginan”.

3) Motivasi dari Teman dan Lingkungan

Teman adalah salah faktor pendukung dalam melakukan suatu

pekerjaan. Pernyataan dari LZ (20 tahun) sebagai berikut:

“Kalau menurut saya salah satu faktor pendukung adalah teman di

sekitar kita. Karna ketika kita sudah di pondok, teman-teman

adalah pengganti keluarga yang ada di rumah. Ketika banyak

teman yang bersemangat mengikuti kegiatan, kita pun akan

semangat pula”

4) Niat

Niat adalah inti dari suatu hala yang akan dikerjakan. Jika sebuah

pekerjaan tidak disertai niat, maka sia-sia lah pekerjaan itu.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh KD (21 tahun) kepada peneliti

sebagai berikut:

Page 116: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

98

“Kalau saya faktor pendukung yang utama adalah niat. Karena

bagi saya, sesuatu yang akan dilaukan baik di luar maupun di

dalam lingkungan harus dimulai dengan niat. Dan tidak cukup niat

saja, akan tetapi disertai dengan ikhlas. Ketika kita ikhlas

mengikuti kegiatan, mengerjakan tugas dari ustadz atau ustadzah

dan pengasuh, membersihkan lingkungan. InsyaAllah akan

memberikan manfaat pada diri kita sendiri”.

5) Fasilitas yang memadai

Fasilitas atau sarana prasarana yang lengkap tentunya sangat

mendukung berjalannya suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Ustadz Luthfi kepada peneliti sebagai berikut:

“Ya kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah untuk sarana

dan prasana, alhamdulillah sudah memadai, sudah didukung adanya

komputer, koneksi internet sudah diterapkan juga ada warnet

koperasi, akan tetapi dari pengurus belum bisa menjalankan, dan

masih bingung dalam menerapkankannya. Tapi dari itu semua,

alhamdulillah sekarang ini sudah diwujudkan dengan adanya

pelatihan komputer, multimedia, dan tempat untuk pelatihan

agrobisnis, semua tempat sudah disediakan”.

C. ANALISIS DATA

1. Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-

Falah

Keberadaan pesantren di Indonesia terus bertambah. Data terbaru

yang dimiliki oleh Ditjen Pendis Kemenag RI menunjukkan bahwa pada

tahun 2014, jumlah pesantren di Indonesia sebanyak 29.535 pesantren,

dengan rincian 18.233 pesantren tradisional, 5.483 pesantren modern, dan

5.819 pesantren kombinasi tradisional dan modern (Yaqin, 2015: 12).

Eksistensi pesantren memang sangat dibutuhkan sebagai lembaga

yang berkontribusi melakukan pembenahan terhadap kemiskinan spiritual

Page 117: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

99

masyarakat. Pesantren merupakan benteng utama yang menjaga

kelangsungan Islam melalui peranan edukatif, dengan mentransfer ilmu-

ilmu keislaman terhadap kader-kader atau intelektual Islam. Pada

gilirannya, kader-kader tersebut, diharapkan menjadi muslim yang tangguh

dan mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitar

(Abdullah, 2008: 52).

Mampukah pesantren saat ini menjawab arus globalisasi melalui para

intelektual Islam yang dilahirkannya? Perkembanagn ilmu pengetahuan

dan teknologi serta dinamika perkembangan masyarakat yang sangat pesat

dalam dasawarsa terakhir menjadi tuntutan yang kompleks, terutama di

bidang pendidikan yang kian beragam.

Berbagai macam tuntutan tersebut mendorong pesantren untuk

menambah peran dan fungsinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Di satu sisi, pesantren harus meningkatkan pengembanagn kualitas sumber

daya manusia, atau disebut peran ganda (Sholeh, 2005: 47-49). Pesantren

dituntut mencetak intelektual-intelektual Islam yang mempunyai daya

saing tinggi dan memiliki keterampilan yang siap pakai di dunia kerja. Di

sisi lain, pesantren sebagai lembaga keagamaan diharuskan melestarikan

nilai-nilai dan tradisi-tradisi luhur yang memang menjadi karakteristik

pesantren.

Karakteristik tersebut memiliki peluang yang cukup besar bagi

pesantren untuk dijadikan pijakan dasar dalam rangka menyikapi

globalisasi dan persoalan-persoalan lain, seperti kemandirian, keikhlasan,

Page 118: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

100

dan kesederhanaan. Ketiganya merupakan nilai-nilai yang dapat

melepaskan masyarakat dari dampak negatif globalisasi berupa

ketergantungan dan pola hidup konsumerisme. Dan pada era informasi

yang syarat dengan perkembanagan teknologi, pesantren juga menghadapi

tantangan baru yang lebih berat terkait dengan proses pembentukan

perilaku (behavior modification) santri.

Dalam pondok pesantren Agro Nuur El-Falah telah menanamkan lima

jiwa pesantren yang kemudian disebut dengan Panca Jiwa sebagaimana

yang tercantum dalam profil pondok pesantren Agro Nuur El-Falah tahun

2005 yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah,

dan kebebasan. Pertama, istilah ikhlas berarti menghadirkan niat hanya

karena Allah dengan upaya kuat dan sungguh-sungguh dalam berfikir,

bekerja dan berbuat untuk kemajuan usahanya dengan selalu mengharap

ridhoNya.

Kedua, kesederhanaan berarti sesuai dengan kebutuhan dan

kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilai-nilai kekuatan, kesanggupan,

ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.

Ketiga, Jiwa berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak hanya

dalam arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala

kepentingan sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga

pendidikan. Menurut peneliti, berdikari bisa dikatakan sebagai

kemandirian, karena kemandirian merupakan sebuah sikap pendewasaan

diri agar mampu menata masa depan.

Page 119: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

101

Suasana kehidupan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah selalu

diliputi semangat persaudaraan yang sangat akrab sehingga susah dan

senang tampak dirasakan bersama, dan tentunya terdapat banyak nilai-nilai

keagamaan yang melegitimasinya, hal ini masuk pada pola jiwa santri

yaitu ukhuwah Islamiyah. Kelima, pola jiwa bebas terkait dengan

kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang dapat bebas

menentukan pilihannya. Menurut peneliti, pola lima panca jiwa santri yang

juga ditanamkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sangat

berhubungan dengan empat pilar pendidikan UNESCO. Hal ini

berhubungan dengan pilar pendidikan yaitu learning to be (belajar untuk

dapat mengenal jati diri) dan saling berkaitan dengan pilar-pilar yang lain,

karena dalam lima panca jiwa santri menanamkan nilai-nilai pendidikan

karakter yang tentunya sangat berkaitan untuk menentukan keberhasilan

penerapan empat pilar pendidikan pada pondok pesantren.

Salah satu pondasi yang digagas oleh UNESCO yang sering kita

disebut sebagai empat pilar pendidikan. UNESCO sebagai lembaga yang

mengurusi masalah pendidikan di bawah naungan PBB dalam Sindhunata,

mengemukakan keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar

pengalaman belajar (empata pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan

pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan) yang diorientasikan

pada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu belajar

mengetahui (learning to know), belajar berbuat), belajar menjadi seseorang

(learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together).

Page 120: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

102

Menyikapi hal itu, kita perlu mengetahui, mempelajari, memahami, dan

menerapkan pondasi pembelajaran yang termuat dalam empat pilar

pendidikan, sebagaimana akan dibahas oleh penulis berdasarkan analisis

dari observasi yang telah dilakukan penulis berikut ini:

a. Learning to Know

Dalam pilar ini, belajar dimakanai bahwa belajar itu pada dasarnya

tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi

juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar,

peserta didik bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan

tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara

mempelajari yang harus dipelajari itu.

Menurut peneliti, penerapan learning to know pada pondok

pesantren sudah diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

dengan kegiatan-kegiatan nyata yang telah dilaksanakan dan

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari santri. Banyak kegiatan-

kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren seperti pelatihan

berbahasa asing, pembelajaran kitab kuning, pembelajaran ilmu

pengetahuan di sekolah (SMP dan SMK-PP), muhadasah, pembelajab

Al-Qur‟an dan Hadits.

Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah bukan hanya menyiapkan

santri untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka dekat, tetapi

mendorong mereka untuk memahami, mengembangkan rasa ingin tahu

intelektual, merangsang pikiran kritis (mampu bernalar, cerdas, kreatif,

Page 121: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

103

inovatif, mampu mengambil keputusan secara mandiri, mampu

menyelesaikan masalah) dan memiliki wawasan dan menguasai

informasi tentang dinamika persoalan kehidupannya, agar dapat

menjadi bekal sepanjang hidup.

Menurut peneliti, kegiatan-kegiatan yang ada pada pondok

pesantren sangat bagus untuk diaplikasikan oleh para santri. Dengan

ikut serta aktif dalam kegiatan-kegiatan pondok pesantren, merupakan

salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan ilmu

pengetahuan santri. Sebagai santri pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

di pondok, karena dengan tidak mengikuti kegiatan pondok juga akan

mendapatkan sanksi dari pengurus. Hal ini juga akan menumbuhkan

sikah kedisiplinan pada santri.

Menurut peneliti, belajar untuk mengetahui dapat dilakukan

melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah,

kesempatan-kesempatan berdiskusi, menghadiri pertemuan ilmiah serta

kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi. Dan pada aspek

penguasaannya dapat melalui hafalan, tanya jawab, diskusi, belajar

kelompok, latihan pemecahan masalah, praktikum, dan sebagainya.

Yang kesemuanya itu digunakan untuk mencapai berbagai tujuan

diantaranya memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan,

memecahkan masalah untuk belajar lebih lanjut.

Page 122: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

104

Dalam rangka merealisasikan penerapan belajar mengetahui pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, ustadz atau ustadzah ikut

berperan sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam

berdialog dan berdiskusi dengan santri guna mengembangkan

penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Proses pendampingan

diperlukan agar santri mendapatkan pemahaman utut atas sebuah materi

yang disesuaikan nilai moral, etika dan agama yang berlaku dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk merealisasikan penerapan pilar pendidikan juga ada

pengembangan metode-metode yang relevan dengan era sekarang.

Untuk menghadapi perkembangan metode yang diterapkan dalam

lembaga pendidikan pada umumnya, berbagai metode pendidikan

pesantren yang bersifat tradisional itu dipandang perlu disempurnakan.

Artinya, kita perlu mengadakan penelitian yang seksama terhadap

efektivitas, efesiensi, dan relevansi metode-metode tersebut untuk

menemukan kelemahan dan keunggulannya. Segi kelemahannya

diperbaiki, sedang segi keunggulannya dipertahankan. A. Wahid Zaeni

sebagai kiai pesantren yang dinamis benar-benar merasakan kelemahan

ini, sehingga ia menganjurkan adanya upaya kajian ulang terhadap

pengajaran di pesantren. Seruan yang sama disampaikan Abdurrahman

Wahid yang diungkapkan kembali oleh Bruinessen. Kiai dan ustadz

perlu melakukan pengembangan dan pembenahan ke dalam secara

kontinyu, baik metodologi, teknologi dan aktivitas pendidikan agar

Page 123: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

105

mampu berkompetisi atau paling tidak mampu mengejar ketertinggalan

dengan berpedoman pada: Memegang yang lama dan yang masih tetap

layak serta mengambil yang baru tetapi yang lebih baik.

Perjalanan waktu membawa kesadaran baru bagi pemimpin

pesantren. Tuntutan sosio-kultural, sosio-ekonomik, dan sosio-politik

yang selalu berubah-ubah membuka tabir yang menghalangi wawasan

kiai dan ustadz atau ustadzah serta memaksa mereka untuk segera

mengadakan pengembangan pendidikan di pesantren termasuk metode

pengajaran (pendidikan) yang dipandang kurang relevan lagi dengan

tuntutan zaman.

Adapun, dalam penerapan metode-metode yang dipakai dan

diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sebagian besar

menerapkan metode-metode yang meliputi: metode sorogan, diskusi,

hafalan atau verbalisme, imla‟, muthala‟ah, karyawisata, pembiasaan

atau habituasi, dramatisasi (percontohan tingkah laku), dan

reinforcement.

Metode diskusi merupakan metode yang menjadi andalan proses

belajar-mengajar di perguruan tinggi. Metode ini juga diterapkan pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. Kemudian metode sorogan dan

lalaran yang ada pada pesantren ini dikembangkan ke arah pemahaman

materi pokok. Menurut peneliti,bembelajaran secara berhadap-hadapan

dalam sistem sorogan memang memungkinkan kiai menguji kedalaman

pengetahuan santri secara individual. Lebih dari itu, kiai dapat

Page 124: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

106

memanfaatkan metode ini untuk menyelami gejolak jiwa atau problem-

problem yang dihadapi masing-masing santri terutama yang berpotensi

mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Kemudian, dari

penyelaman ini, kia atau ustadz dapat mengambil langkah-langkah yang

diperlukan untuk memberikan solusinya.

b. Learning to Do

Pada pilar ini, peserta didik diberdayakan agar mau dan mampu

berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya sehingga mampu

menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Pilar ini juga

telah diterapkan dan diaplikasikan pada pondok pesantren Agro Nuur

El-Falah. Dilihat dengan keseharian santri, yang selama 24 jam telah

melakukan aktivitas di pondok, dengan kegiatan-kegiatan yang telah

dijadwalkan.

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah dengan menerapkan sistim

pendidikan agrobisnis, melatih santri dalam menumbuhkan

keterampilan di bidang pertanian. Selain itu juga diterapkannya

kegiatan-kegiatan pondok yang mendukung penerapan learning to do

seperti halnya kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

yaitu pelatihan bahasa Arab dan bahasa Inggris, pelatihan qiro‟ah, bela

diri, tata boga, pelatihan kaligrafi, rebana, tari topeng ireng, koperasi

santri, muhadloroh, pramuka, paskibra, dan lain sebagainya.

Menurut peneliti, belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat

peserta didik bukan hanya mengetahui, mendengar dan melihat dengan

Page 125: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

107

tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi lebih kepada melakukan, terampil

berbuat atau mengerjakan kegiatan tertentu (sesuatu) sehingga

menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Fokus

pembelajaran dalam pilar ini lebih memfokuskan pada ranah

psikomotorik.

Kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah mengupayakan terhadap diberdayakannya para santri

agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman

belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam

masyarakat. Dengan demikian diharapkan, pada individu santri perlu

belajar berkarya, dan belajar berkarya erat kaitannya dengan belajar

mengetahui, karena pengetahuan melandasi suatu perbuatan.

Menurut peneliti, penerapan belajar melakukan pada pondok

pesantren akan bisa berjalan, jika lembaga pendidikan (pondok

pesantren) memfasilitasi para santri untuk mengaktualisasikan

keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat

mendukung keberhasilan, bakat dan minat santri nantinya

c. Learning to Be

Pada pilar ini, mengandung pengertian bahwa belajar adalah

membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Penerapan learning

to be, yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

dilihat dari kehidupan keseharian santri selama 24 jam. Dengan

diwujudkan dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan diharapkan

Page 126: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

108

akan menumbuhkan rasa percaya diri, rasa ingin tahu, rasa kebutuhan

akan ilmu pengetahuan pada santri meningkat. Sebagai contoh,

pelatihan kepemimpinan santri yang diterapkan pada saat apel

pengecekan, khitobah santri,pelatihan pada kegiatan ekstrakurikuler dan

lain sebagainya.

Menurut peneliti, dengan diterapkannya belajar untuk menjadi

diri sendiri memberikan dampak positif bagi diri santri, diantaranya:

Pertama, ketundukan santri pada figur kiai. Bahkan ketaatan santri

dimaksud sering dilakukakan tanpa reserve. Sami‟na wa atha‟na akrab

dalam bahasa keseharian pergaulan santri-kiai. Begitu pula konsep

barokah, juga sering muncul seiring dengan sami‟na wa atha‟na

tersebut. Maka dari itu, tertanam sebuah keyakinan bahwa seorang kiai

merupakan figur yang memiliki integritas moral tinggi. Sehinnga

tertanam di benak santri kewajiban menaati dan mengikuti kiai untuk

mendapatkan barakah. Kedua, Kesederhanaan dan hemat.

Kesederhanaan ini ditunjukkan dengan pola hidup dan biaya

selama pendidikan yang murah serta tempat tinggal seadanya. Saat

mengonsumsi sesuatu selama menempuh pendidikan, para santri

terbiasa hidup hemat, karena yang paling pokok ialah mampu berthan

hidup. Ketiga, Kemandirian. Kemandirian ini meliputi segala aspek.

Misal, berusaha menyediakan makan dan mencuci pakaian secara

mandiri. Tidak ada pembantu atau tukang cuci di lingkungan pesantren.

Karena kemandirian merupakan pendidikan yang dilakukan secara tidak

Page 127: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

109

langsung. Keempat, ta‟awun atau tolong menolong dalam suasana

persaudaraan. Karena di ketika santri ada di pondok dalam keadaan

serba kekurangan, maka sikap tolong menolong menjadi ciri khas

pesantren. Kelima, disiplin dalam memanfaatkan waktu dan berpakaian.

Kedisiplinan itu tumbuh pada aktivitas sholat berjamaah, kerapian

berpakaian, karapian dalam menata sandal, dan lain sebagainya.

Keenam, sikap mental berani sederhana, terkadang malah serba

kekurangan telah menjadi bagian yang integral di kalangan para santri.

Maka, tidak aneh jika mereka pun tidak gentar hidup serba

kekurangan setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren. Ketujuh,

kehidupan agama yang baik. Hal ini jelas, karena tujuan akhir

pendidikan di pesantren ialah untuk membekali santri dengan semangat

keagamaan yang tinggi. Semua proses pendidikan, mulai urusan

memasak hingga mengaji bermuara kepada tujuan tersebut. Kedelapan,

menumbuhkan rasa tawadhu‟.

Pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mengupayakan

kepada para santri untuk selalu menumbuhkan kemandirian belajar.

Karena kemandirian belajar merupakan kunci terbentuknya rasa

tanggung jawab dan kepercayaan diri untuk berkembang secara

mandiri. Sikap percaya diri akan lahir dari pemahaman dan

opengenalan diri sevcara cepat, belajar mandiri harus didorong melalui

penumbuhan motivasi diri.

Page 128: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

110

Menurut peneliti, learning to be ini juga merupakan pelengkap

dari learning to know dan learning to do. Robinson Crussoe

berpendapat bahwa manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau

saling tergantung dengan manusia lain. Learning to be akan menuntun

peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan

menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat

sebagai hasil belajarnya. Artinya para santri dapat menghargai atau

mempunyai apresiai terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan

proses pendidikan yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar,

bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif

berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri. Aspek-aspek learning to

know dan learning to do mendukung usaha siswa meningkatkan

kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya

secara berkelanjutan.

d. Learning to Live Together

Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta

didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai. Dikaitkan

dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk

menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (sosial

intelligence).

Penerapan belajar untuk menjalani kehidupan bersama pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah telah dilaksanakan secara nyata.

Penerapan belajar hidup bersama pada pondok pesantren diwujudkan

Page 129: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

111

melalui kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri, mulai dari

bangun tidur sampai tidur lagi, telah terdapat aplikasi wujud penerapan

belajar hidup bersama. Sebagai contoh kegiatan sholat berjamaa‟ah di

masjid, , makan bersama, olahraga bersama, mengaji, dan lain

sebagainya.

Fungsi penerapan learning to live together pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah salah satunya adalah sebagai tempat

bersosialisasi, artinya mempersiapkan para santri untuk dapat hidup

bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di

lingkungan sekolah maupun di pondok pesantren. Kebiasaan hidup

bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu

ditumbuhkembangkan. Apalagi di pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah bukan hanya orang-orang Jawa yang belajar ilmu agama di

pondok tersebut, banyak yang datang dari luar jawa seperti Papua,

Aceh, Sumatra dan lain sebagainya. Maka dari itu sangat penting untuk

menerapkan belajar hidup bersama dalam pondok pesantren. Belajar

hidup bersama, mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan

cara mengenali diri sendiri serta menghargai kesalingtergantunungan,

melaksanakan proyek bersama dan belajar mengatasi konflik dalam

semangat menghargai nialai-nilai pluralitas.

Kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri merangsang soft

skill para santri sehingga kelak mereka mampu hidup bersama dengan

orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain. Bahkan mereka

Page 130: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

112

terlatih untuk peka akan suka duka orang lain. Kemampuan dan

perbuatan akan berarti jika dapat dirasakan semua orang, sehingga apa

yang kita miliki, ketahui dan dipelajari bukan untuk kita saja tetapi

selayaknya berhuna bagi manusia lainnya. Sehingga pendidikan tidak

hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan

kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan

kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda

dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka.

2. Hal-hal yang Mendukung dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Dalam setiap pelaksanaan penerapan empat (4) pilar pendidikan pada

pondok pesantren, pasti terdapat faktor pendukung. Beberapa faktor yang

mendukung penerapan empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah ini antara lain: motivasi dari diri sendiri, semangat dari

orang tua, teman, guru dan lingkungan. Hal ini menjadi semangat, dan

menumbuhkan kerja keras untuk ikut serta dalam penerapan empat pilar

pendidikan, karena di era pendidikan sekarang, untuk mengembangkan

hardskill saja tidak cukup harus diimbangi dengan softskill dan pendidikan

karakter.

Kemudian hal-hal yang mendukung karena semangat demokratisasi

yang mulai mewarnai jalannya kepemimpinan pengasuh di pesantren yang

tentu telah membawa dampak konstruktif. Terbukti, semakin banyak

pesantren yang bersedia membuka diri untuk merespons berbagai macam

Page 131: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

113

inovasi yang muncul dari proses transformasi di dunia pendidikan.

Kepemimpinan pengasuh di pesantren pun tampak kian tertantang dalam

mengambil langkah-langkah antisipatif demi mempertahankan

eksistensinya. Hal ini didukung dengan semangat dan kerjasama antara

kiai, ustadz atau ustadzah dan pengurus untuk memberikan hal yang baru

pada pondok pesantren. Seperti pada pondok pesantren Agro Nuur Falah,

yang menerapkan kedisiplinan, semangat kerja keras dan cinta lingkungan

yang didorong dengan visi 3B (Bawa sampah ketika melihatnya, buang

sampah pada tempatnya, bersihkan sampah bagi yang melihatnya.. Hal ini

sangat bagus jika diterapkan pada santri pondok pesantren Agro Nuur El-

Falah, selain menumbuhkan kepedulian santri terhadap lingkungan,

sekaligus sebagai wujud tanggung jawab untuk menjaga alam Allah SWT.

Faktor pendukung lainnya, dalam penerapan empat pilar pendidikan

adanya fasilitas yang cukup memadai, kegiatan didesain dengan baik,

sumber daya manusia meliputi latar belakang asatidz dari pondok

pesantren yang berbeda-beda, sehingga memberi warna dalam membentuk

inovasi-inovasi baru untuk pesantren, adanya santri pengabdian, dan

dukungan dari masyarakat sekitar.

3. Hal-hal yang Menghambat dan Solusi dalam Penerapan Empat Pilar

Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Dalam kegiatan yang dilakukan, pasti ada faktor penghambatnya

baik dari dalam maupun dari luar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri

bagi pengasuh, pengurus, ustadz atau ustadzah dan santri. Adapun

Page 132: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

114

rintangan-rintangan yang dihadapi adalah: Sumber Daya Manusia (SDM),

fasilitas kurang dirawat, infrastruktur, malas, dan lain sebagainya.

Setiap hambatan pasti akan ada solusi untuk menghadapi rintangan

yang datang. Dalam menghadapi arus pendidikan di era sekarang,

pesantren hendaknya mengambil langkah-langkah strategis terkait

peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), pemgembangan

infrastruktur, dan membangun jaringan atau kerjasama (networking)

dengan para stakeholder pendidikan ataupun yang memiliki kepentingan

bersama. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertama, peningkatan SDM di pondok pesantren merupakan

keharusan. Sebab, SDM inilah yang berpengaruh secara signifikan dalam

kemajuan sistem pendidikan di pesantren. Sumber Daya Manusia di

pondok pesantren setidaknya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu santri dan

ustadz atau ustadzah.

Bagi pesantren yang belum memiliki SDM memadai, pengembangan

dapat dilakukan dengan memanfaatkan jejaring yang ada, melalui

pendelegasian untuk mengikuti short course, baik di dalam maupun di luar

negeri. Lebih-lebih, saat ini ada beberapa lembaga yang bisa diajak bekerja

sama untuk menghadirkan native speaker, melakukan student exchange,

ataupun mengadakan pelatihan-pelatihan kebahasaan.

Kedua, infrastruktur. Pengembangan sumber daya manusia

selayaknya dibarengi dengan pengembangan infrastruktur. Kemampuan

SDM yang memadai tidak akan berperan signifikan tanpa adanya sarana

Page 133: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

115

dan prasana yang memadai seperti perpustakaan, asrama bahasa, tempat

ekspresi kesenian, sarana kewirausahaan disertai media-media teknologi

dan lain sebagainya.

Ketiga, networking. Jaringan merupakan ikon kekuatan global.

Pesantren yang memiliki jaringan luas dan mampu memanfaatkannya

dapat secara mudah melakukan pengembangan. Jaringan dapat dibangun

dengan lembaga-lembaga di dalam maupun di luar negeri. Sebagai contoh,

pemanfaatan jaringan alumni, wali santri, instansi atau Kementrian Agama

atau Kedinasan, lembagan pengembangan ekonomi, lembaga-lembaga

pelatihan, LSM, perusahaan, lembaga penjaminan mutu, dan lembaga-

lembaga yang sama, seperti berafiliasi dengan pesantren yang sudah

memiliki prestasi.

Keempat, perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

dunia. Perkembangan IPTEK dan seni di Indonesia secara jujur diakui

masih ketinggalan jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.

Oleh karena itu, bahan-bahan berupa IPTEK yang dicantumkan pada

kurikulum di Indonesia masih selalu dikejar. Usaha mengejar

ketertinggalan tersebut harus dirumuskan pada kurikulum pendidikan.

Bahkan integrasi pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi

sangat dipengaruhi oleh perkembanagan IPTEK yang mengalami

kemajuan pesat dan sulit dibendung. Apalagi pada era teknologi informasi

belakangan ini.

Page 134: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

116

Untuk bertahan dan maju di tengah-tengah kultur yang beraneka

ragam dan terus berkembang diperlukan kecakapan di bidang IPTEK.

Disadari atau tidak, ketergantungan manusia pada teknologi sangat tinggi.

Pertukaran budaya bergulir deras melalui media sosial yang harganya

sudah tidak mahal lagi. Maka dari itu, lembaga-lembaga pendidikan yang

harus dikembangkan di pondok pesantren tidak hanya bidang tafaqquh fi

al-din, tetapi juga IPTEK, sesuai perkembangan di luar pondok pesantren.

4. Hasil Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro

Nuur El-Falah

Dalam pandangan bapak Kyai Nur Sholeh lembaga pesantren tetap

merupakan tempat yang paling ideal untuk mencetak kader-kader umat.

Dengan sistem pondok pesantren atau asrama, pesantren merupakan

lingkungan kehidupan yang diwarnai oleh jiwa-jiwa keikhlasan,

kesederhanaan, ukhuwah Islamiyah, kemandirian, dan kebebasan. Selain

itu pesantren juga mampu menanamkan sikap, pandangan, dan falsafat

hidup yang bermanfaat bagi kehidupan santri di kemudian hari. Di

pesantren pula pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlak dapat

dilakukan secara efektif. Hal ini sejalan dengan pola Panca Jiwa santri

yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.

Menurut peneliti, pola panca jiwa santri yang diterapkan pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah saling berkaitan atau berhubungan

dengan penerapan empat pilar pendidikan. Hal ini dilihat dari keseharian

para santri. Untuk membentuk nilai panca jiwa di pesantren, ada beberapa

Page 135: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

117

upaya yang dilakukan oleh pengasuh. Upaya-upaya tersebut adalah

sebagai berikut.

Dalam pembentukan jiwa keikhlasan, ustadz atau ustadzah

yangmembantu kiai dalam mengajar dan membimbing santri bukanlah

pegawai yang menerima gaji. Selain itu sumbangan, iuran, atau

pembayaran yang dikeluarkan oleh santri dikembalikan kepada kebutuhan

hidup mereka sendiri, bukan untuk kiai atau asatidz.

Jiwa-jiwa keikhlasan yang meliputi seluruh kegiatan asatidz dan

santri yang demikian wajib diketahui oleh santri agar menjadi teladan yang

baik. Dengan keteladanan, dengan keteladanan itu terciptalah “tata batin”

dan “tata pikir” bahwa mereka sedang berada dalam suatu kancah

perjuangan yang dipenuhi dengan jiwa dan suasana ikhlas.

Adapun jiwa kesederhanaan yang ditanamkan kepada para santri

melalui cara hidup mereka sehari-hari. Dalam hal makan, tempat tinggal

dan pakaian, mereka dianjurkan untuk tidak berlebihan. Kesederhanaan

juga ditanamkan dalam cara berfikir. Santri dianjurkan agar tetap

sederhana, apa adanya (realistik), tidak mengkhayal yang bukan-bukan.

Dalam menerapkan empat pilar pendidikan pada pondok pesantren

Agro Nuur El-Falah yang diaplikasikan dengan ikut serta dalam kegiatan-

kegiatan yang telah ditetapkan pondok pesantren telah memberikan hasil

yang baik. Santri mampu mengembangkan bakatnya di bidang tertentu,

santri juga sudah menumbuhkembangkan minatnya, dari yang awalnya

tidak minat sama sekali dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang

Page 136: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

118

diterapkan di pondok pesantren, akhirnya para santri terlatih dan tumbuh

motivasi diri yang baik untuk mengembangkan sesuatu hal yang baru atau

mengembangkan yang sudah ada pada dirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan, bahwasanya

dengan diberlakukannya program kerja TFI, masih banyak pendidik atau

dewan asatidz yang belum paham bagiaman cara menerapkannya dan

mengaplikasikannya, hal itu menjadikan program yang dilaksanakan

dalam TFI belum berjalan maksimal. Akan tetapi dari pihak pengurus

yayasan sudah merencanakan, bagaiman program-program yang sudah

terencana bisa terpantau dan bisa bijalankan dengan baik. Hasil wawancara

menunjukkan adanya respon dan antusias para pengurus, dewan asatidz,

para santri ikut serta dalam memberikan dukungan, inovasi-inovasi baru,

tindakaan untuk mendukung keberhasilan program TFI yang dilaksanakan

oleh Yayasan Dharma Lestari.

Dari hasil observasi, ditemukan program-program TFI yang sudah

berjalan dengan baik dan sudah diterapkan pada pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan

yang Bersih, Berdisiplin dan Berhasil (3B), lembaga pendidikan dan

lingkungan yang bersih dan nyaman, lembaga yang penuh kedisiplinan,

lembaga pendidikan sebagai dakwah di tengah masyarakat, sebagai

vokasional santri sebagai wahana pembentukan Skill santri, menjadikan

bahasa Inggris dan Arab sebagai ciri khas pondok pesantren.

Page 137: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

119

Berdasarkan hasil wawancara dengan para santri, menurut peneliti

penerapan empat pilar pendidikan memberikan output yang baik bagi

santri, bagi, pendidik, dan pondok pesantren sendiri. Dengan adanya

kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri telah

menumbuhkembangakan softskill dan hardskill pada santri. Hal itu dilihat

dari keaktifan santri dalam ikut serta kegiatan atau berkompetensi di luar

lingkup pondok pesantren. Dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

baik dan diterapkan untuk diikuti pada seluruh santri, mampu menjadikan

santriberprestasi dalam segala bidang, mulai dari bidang pertanian, bidang

sosial, kepemimpinan, bidang keterampilan, bidang keagamaan, bidang

kebudayaan dan lain sebagainya. Peraihan prestasi tersebut menjadi

penyemangat para santri untuk bisa mengikuti agenda kegiatan

perlombaan. Penghargaan prestasi-prestasi yang diraih menjadikan sebuah

keberhasilan para santri yang aktif dalam kegiatan. Berikut beberapa

penghargaan prestasi santri:

NO PENGHARGAAN JUARA

1. Pengembangan Ketahanan Pangan Terbaik I

2. Kreatifitas Umum Pawai Ta‟aruf 1434 H I (satu)

3. MTQ Mahasiswa V JQH STAIN SALATIGA III (Tiga)

4. Pawai Ta‟aruf santri III (Tiga)

5. Lomba Pidato B. Inggris dan B. Arab putra III (Tiga)

6. Lomba Kaligrafi tingkat Kota Salatiga III (Tiga)

7. Lomba MQK Putri tingkat Ulya Kitab Nahwu

Syarah Ibnu Aqil

Juara 1

8. Lomba MQK Putri tingkat Ulya Kitab Fiqh Juara 1

Page 138: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

120

Syarah Fathul Muin

9. Lomba MQK Tingkat Wustho Kitab Nahwu

Syarah Mutmainnah

Juara 1

Selain itu, output dari penerapan empat pilar pendidikan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah telah mendidik santri dengan karakter yang

baik. Pendidikan pesantren yang sangat menekankan pada nilai-nilai

ketaatan, keikhlasan, kesetiakawanan, persamaan, tolong menolong,

kesederhanaan, kebersamaan, saling menghargai, saling menghormati,

gotong royong, kemandirian dan akhlakul karimah.

Istilah gotong berbeda-beda antara satu pesantren dengan pesantren

lain. Contohnya banyak sekali, seperti kebiasaan santri membantu

pembangunan gedung, membantu kesulitan keuangan sesama santri saat

kekurangan dan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya gotong-

royong adalah tenggang rasa, menumbuhkan rasa memiliki, menumbuhkan

rasa tanggung jawab, menghargai persahabtan dan kebersamaan,

menumbuhkan sifat tanpa pamrih atau ikhlas, melatih santri berbaur dengan

masyarakat.

Menurut peneliti, persaudaraan di pesantren seperti tercermin pada

kekerabatan yang terjalin di asrama. Ketua atau pimpinan asrama sebagai

kepala rumah tangga, dan anak buah di asrama tak ubahnya anak-anak

dalam keluarga. Panggilan khas keluaraga juga terlihat pada keseharian

santri, misalnya panggilan “abang”, “mas”, “akang”, “kakak”, “mbak” dan

lainnya. Nilai-nilai yang terkandung pada budaya persaudaraan ialah rasa

Page 139: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

121

sepenanggungan, solidaritas, dialog antar budaya, empati, tanggung jawab,

kejujuran dan tenggang rasa.

Hasil lain dalam penerapan empat pilar pendidikan adalah adanya

kebebasan berpendapat tercermin pada forum rapat, musyawarah organisasi

dan lain sebagainya. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kebebasan

berpendapat adalah tanggung jawab atas pendapat sendiri, kejujuran dalam

berargumentasi, tidak oportunis, konsisten, legowo, dan menghormati orang

lain.

Selain itu, kesederhanaan merupakan cerminan dari ajaran tasawuf

yang terinternalisasi pada diri santri dan teraktualisasi dalam tingkah laku

santri. Kesederhanaan mengajari santri untuk menggunakan skala prioritas

dalam berbuat dengan menggunakan asas manfaat dan maslahat, sehingga

terhindar dari pola hidup hedonis dan konsumtif. Nilai yang muncul dari

kesederhanaan adalah qona‟ah (sikap menerima keadaan), menghargai

hidup, zuhud (tidak materialistis), tidak sombong, dan lainnya.

Kehidupan santri yang jauh dari orang tua menciptakan iklim

kemandirian. Tak ada tempat bermanja-manja bagi mereka. Mereka tidak

bergantung pada orang lain. Tempat mereka bergantung hanyalah kepada

Allah SWT. Budaya mandiri ini melahirkan sikap percaya diri dan tangguh

meghadapi pernyataan pahit.

Hasil lain yang paling utama adalah akhlakuk karimah. Akhlakul

karimah merupakan ciri khas pendidikan pesantren. Pelembagaan budaya

akhlakul karimah terintegrasi pada sistem pendidikan di pesantren, tidak

Page 140: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

122

hanya berbentuk mata pelajaran di kelas-kelas ataupun di tempat-tempat lain

di pesantren.

Setiap keberhasilan suatu pekerjaan, program, sistem, proses atau

apapun pasti tidak terlepas dari faktor yang mendukung, baik faktor yang

sudah terencana maupun tidak terduga atau diluar dugaan manusia. Dan

sebaliknya, faktor yang menghambat juga menjadi kendala dalam

pelaksanaan kegiatan. Demikian juga implementasi empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah tidak terlepas dari faktor pendukung

dan penghambat. Adapun faktor pendukung terinci sebagi berikut:

1. Fasilitas sudah cukup membantu proses pendidikan, hanya saja

penggunaan dan perawatan yang masih sangat kurang.

2. Kegiatan pembelajaran santri baik dari segi keilmuan maupun

kedisiplinan sudah diatur sedemikian rupa dengan melihat kondisi santri

dan asatidz.

3. Adanya motivasi dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, pendidik

sebagai penyemangat dalam melakikan semua pendidikan yang ada di

pondok pesantren.

4. Dukungan dari masyarakat sekitar, para aghniya‟ serta pemerintah yang

telah menjadi donatur tetap dan tidak tetap yang memberikan bantuan

baik dari segi fisik atau non fisik.

5. Background asatidz berasal dari pondok pesantren yang berbeda-beda

sehingga memberi warna dalam pengelolaan pesantren.

Page 141: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

123

6. Santri pengabdian yang meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran demi

membantu pesantren.

7. Santri yang memiliki kemauan dan semangat belajar yang tinggi,

sehingga mereka aktif mengikuti setiap kegiatan dan mentaati tata tertib.

8. Rasa tanggung jawab sosial pengasuh dan dewan asatidz serta semangat

mencari ridho-Nya.

Adapun faktor penghambat, sebagai berikut:

1. Fasilitas pembelajaran yang kurang terawat dan belum bisa

mengaplikasikannya.

2. Kebijakan dan sistem yang dibangun sudah cukup baik, namun dalam

pelaksanaan masih sering terjadi mis comunication baik baik dari

pengasuh, asatidz, maupun santri

3. Jumlah pendidik yang berdomisili di pondok sangat minim untuk

mengawasi, membimbing, mengarahkan para santri.

4. Komunikasi antar asatidz kurang maksimal dan kurangnya kesolidan.

5. Santri berasal dari daerah yang berbeda-beda dan tentu memiliki

kebiasaan yang berbeda, apalagi santri yang berasal dari luar jawa. Hal

inilah yang sering menimbulkan perbedaan persepsi bahkan berujung

perkelahian.

6. Jaringan networking antara lembaga pondok pesantren lain masih belum

efektif.

Page 142: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini yang

berjudul “Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur

El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019”

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di bawah

naungan PBB, bahwasanya keberhasilan pendidikan diukur dari hasil

empat pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa

sekarang dan masa depan) yang diorientasikan pada pencapaian ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni belajar mengetahui (learning to

know), belajar berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi seseorang

(learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to live together).

Keempat pilar tersebut mensyaratkan bahwa pembelajaran merupakan

bagian dari konsep membangun ilmu pengetahuan, meningkatkan

keterampilan melakukan kegiatan, meningkatkan kecerdasan sosial yang

mendukung konsep bahwa belajar itu merupakan proses interaksi sosial

dan pembelajaran adalah upaya untuk menjadikan santri sebagai dirinya

sendiri, menjadi manusia yang berilmu dan bermartabat. Penerapan empat

pilar pendidikan UNESCO pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

telah memberikan peserta didik (santri, pengurus, ustadz/ustadzah)

Page 143: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

125

termotivasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan berpikir yang logis dan sistematis.

2. Faktor pendukung penerapan empat pilar pendidikan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah adalah peran pendidik, motivasi diri sendiri,

motivasi dari orang tua, motivasi dari teman dan lingkungan, niat, fasilitas

yang memadai. Faktor Penghambat penerapan empat pilar pendidikan

pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah yaitu: Sumber Daya manusia

belum maksimal, malas, tidak semangat, kurang koordinasi dan belum ada

kesolidan dari para santri, pengurus, dan ustadz atau ustadzah, jaringan

antar lembaga yang belum berjalan secara efektif. Hasil penerapan empat

pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah berdasarkan hasil

wawancara dan observasi dengan pengasuh, pengurus, ustadz/ustadzah

adalah berhasil secara kualitas dan kuantitas. Para santri diwajibkan

mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren. Dengan

diberikan kewajiban ikut serta, banyak santri yang telah

menumbuhkembangkan softskill dan hardskill di berbagai bidang. Hasil

dari penerapan empat pilar pendidikan pada pondok pesangtren Agro Nuur

El-Falah telah mendidik para santri dengan membentuk karakter yang

baik. Pendidikan pesantren yang sangat menekankan pada nilai-nilai

ketaatan, keikhlasan, kesetiakawanan, persamaan, tolong menolong, saling

menghormati, gotong royong, rasa tanggung jawab, ikhlas, kemandirian

dan akhlakul karimah.

Page 144: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

126

B. Saran

1. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren

Sebaiknya pengasuh menyediakan sejenis pelatihan-pelatihan khusus

yang ditujukan untuk para pengurus, ustadz atau ustadzah untuk menunjang

mutu sumber daya manusia agar lebih unggul dan maksimal jika dihadapka

di era pendidikan sekarang ini. Karena pendidik sangat berperan sekali

mensukseskan pengajaran kepada peserta didik, bahkan sangat menentukan

berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.

2. Kepada Ustadz atau Ustadzah

Sebaiknya meningkatkan kedisiplinan, kekompakan, dan adanya

koordinasi yang bagus agar kegiatan proses belajar mengajar belajar, dan

kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren berjalan dengan lancar

dan tersistem.

3. Kepada Santri

Sebaiknya para santri lebih aktif dan ikut berpartisipatif dalam

kegiatan-kegiatan belajar yang telah ditetapkan pondok pesantren. Mampu

mengatur waktu dengan sebaik-baiknya antara kuliah dan mengaji, antara

sekolah dan mengaji, niatlah mengaji sambil sekolah atau kuliah.

4. Kepada Peneliti yang akan Datang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren.

Page 145: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

127

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2011. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju

Millenium. Ciputat: Kalimah.

Dardjat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Agama RI. 2002. Pembelajaran Pesantren, Suatu Kajian

Komparatif. Jakarta: Departemen Agama RI.

Departemen Pendidikan RI. 2003. Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.

Departemen Agama RI. 2004. Pesantren Agrobisnis; Pendekatan Formula Area

Multi Fungsi dan Model Konsepsi Pemberdayaan serta Profil Beberapa

Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.

Departemen Agama RI. 2004. Pengembangan Agrobisnis di Pondok Pesantren

(Pedoman Langkah-Langkah Pengembangan). Jakarta: Departemen Agama

RI.

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai

dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Dofier, Zamakhsyari. 2009. Tradisi Pesantren; Memadu Modernitas untuk

Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press.

Ibrahim Abdullah, Suparman. 2005. Ma‟had „Aly. Profil Pendidikan Tinggi

Pondok Pesantren di Indonesia. Yogyakarta: RDI Indonesia.

M. Basyuni, Muhammad. 2006. Revitalisasi Spirit Pesantren; Gagasan, Kiprah,

dan Refleksi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.

Mas‟ud, Abdurrahman, dkk. 2001. Paradigma Pemdidikan Islam. Semarang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Qomar, Mujamil. Tt. Pesantren; Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Yasid, Abu, dkk. 2018. Paradigma Baru Pesantren Menuju Pendidikan Islam

Transformatif. Yogyakarta: IRCISoD

UNESCO Principal Regional Office for Asia and the Pacific, 1998. Learning to

live together in peace and harmony: values education for peace, human

rights, democracy and sustainable development for the Asia-Pacific region: a

Page 146: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

128

UNESCOAPNIEVE sourcebook for teacher education and tertiary level

education Bangkok:UNESCO PROAP.

Page 147: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 148: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing

Page 149: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Page 150: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 3 Surat Perizinan Penelitian dari Pondok Pesantren

Page 151: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Page 152: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 5 Daftar Nilai SKK

SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Siti Niadhatul Khasanah Jurusan : PAI

NIM : 23010-15-0062 Dosen P.A : Muh Hafidz, M.Ag.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1 Sertifikat Nasional Gebyar

Seni Qur‟aniyy (GSQ) Umum

Ke-VI Se- Jawa Tengah “

Aktualisasi Makna dan Syi‟ar

Al-Qur‟an sebagai Sumber

Informasi”

05 November 2014 Peserta 8

2 Seminar Nasional Karima

Learning & Training Center

“ Pemuda, Peradaban Islam,

dan Kemandirian”

02 September 2015 Peserta 8

3 Seminar Nasional “

Epistemologi Tafsir

Kontemporer; Integrasi

Hermeneutika Dalam Metode

25 September 2015 Peserta 8

Page 153: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Penafsiran Al-Qur‟an”

4 Sertifikat Nasional Wisuda

Akbar 6 Indonesia Menghafal

(ODOY) QS; Al-Baqarah

101-157 ;QS As-Shoff; QS

Qaf PPPA Daarul Qur‟an

22 November 2015 Peserta 8

5 Seminar Nasional Milad LDK

Ke-14 “Esensi Dakwah

Kontemporer”

21 Mei 2016 Peserta 8

6 Sertifikat Nasional Wisuda

Akbar 7 Indonesia Menghafal

(QS Al-Hasyr, QS Al-

Jumu‟ah, QS Al-Munafiqun)

PPPA Daarul Qur‟an

29 Mei 2016 Peserta 8

7 International Seminar “ Be

Global Citizen through Non

Formal Learning in

International Voluntary

Service: Another Way to go

Abroad”

04 April 2017 Peserta 8

8 Sertifikat Nasional Wisuda 22 Oktober 2017 Peserta 8

Page 154: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Akbar 8 Indonesia Menghafal

(QS Al-Fath) PPPA Daarul

Qur‟an

9 Sertifikat Nasional

Kunjungan Studi “ Peran

Masyarakat dalam

Mewujudkan Pendidikan

Islam yang Rahmatallil

„Alamiin”

17 Desember 2017 Peserta 8

10 Seminar Nasional “

Tantangan dan Prospek

Pembelajaran Bahasa Arab

di Era Kekinian”

16 Mei 2018 Peserta 8

11 Sertifikat Nasional Yayasan

Karantina Tahfizh Al-Qur‟an

Nasional (YKTN) Salatiga

“Hafal Al-Qur‟an Sebulan”

20 November 2018 Peserta 8

Sertifikat Unit Pelaksana

Teknis Pengembangan ahasa

Institut Agama Islam Negeri

Salatiga (UPTB) “

10 Juni 2016 Peserta 6

Page 155: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Pengembangan Bahasa

Arab”

13 Sertifikat Unit Pelaksana

Teknis Pengembangan

Bahasa Institut Agama Islam

Negeri Salatiga (UPTB) “

Pengembangan Bahasa

Inggris”

30 Juni 2016 Peserta 6

14 Certificate “TOEFL

Prediction Test of Unit

Pelaksana Teknis

Pengembangan Bahasa

(UPTPB)

12 April 2018 Peserta 6

15 Certificate of Completion

“TOEFL Training for

Students of IAIN Salatiga”

12 Maret- 09 April

2018

Peserta 6

16 Sertifikat Penerimaan

Anggota Baru (PAB) JQH

Al- Furqan 2015 “Keep on

Loving Holy Qur‟an ti Reach

a Peacefullness of Life”

25-26 Desember

2015

Peserta 4

Page 156: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

17 Sertifikat Workshop Tahfidz

Nasional “ Kontekstualisasi

Nilai-Nilai Al-Qur‟an dalam

Membentuk Kepribadian

Huffadz Menuju Peradaban

Dunia”

4 Juni 2016 Peserta 4

18 Sertifikat Pendidikan

Anggota Dasar (PAD)

Mahasiswa Al-Khidmah Kota

Salatiga

“ Mahasiswa Generasi

Penerus Bangsa Berwawasan

Nusantara Berakhlak Mulia”

30 Oktober 2016 Peserta 4

19 Sertifikat Training of Trainers

(TOT) Al-Khidmah Kampus

Kota Salatiga

09-10 Maret 2018 Panitia 4

20 Sertifikat Pelatihan Pramuka

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) IAIN

Salatiga

19-21 Juli 2018 Peserta 4

21 Sertifikat Orientasi 13 Agustus 2015 Peserta 3

Page 157: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (0PAK)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan “ Integrasi

Pendidikan Karakter

Mahasiswa Melalui Kampus

Edukatif Humanis dan

Religius”

22 Sertifikat Orientasi

Pengenalan Akademik

(OPAK) IAIN Salatiga “

Penguatan Nilai-nilai Islam

Indonesia Menuju Negara

Aman dan Damai”

14 Agustus 2015 Peserta 3

23 Sertifikat UPT Perpustakaan

IAIN Salatiga “Library User

Education”

21 Agustus 2015 Peserta 3

24 Sertifikat Khotmil Qur‟an Bil

Ghaib 30 Juz Rumah Tahfidz

Daarul Ilmi Salatiga

17-18 Juni 2017 Peserta 3

25 Sertifikat Workshop 11 November 2017 Peserta 3

Page 158: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Kewirausahaan Islami

“ Membangun Kemandirian

Melalui Semangat

Kewirausahaan”

26 Sertifikat Kursus Karakter

Angkatan III

04-05 Desember

2017

Peserta 3

27 Sertifikat Seminar Diskusi

Buku

“ Globe Al-Qur‟an dan

Sidang Tafsir Al-Qur‟an”

27 Februari 2018 Peserta 3

28 Seminar Regional

“Digitalisasi Hadis: Model

Studi Hadis Era Millenial”

02 April 2018 Peserta 3

29 Seminar Kewirausahaan

“Membumikan Seni Qur‟an

Melalui Wirausaha”

25 Desember 2015 Peserta 2

Page 159: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar
Page 160: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Pengasuh, ketua Yayasan, Dewan

Judul Penelitian : Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren

Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019

1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill

santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?

2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai

pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan?

3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah?

4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

6. Bagaimana Respon Asatidz, pengurus dan para santri terhadap pendidika

yang diterapkan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah

Page 161: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

7. Apakah para santri diarahkan berentrepreneurship dan ingin menjadi apa

ketika sudah keluar dari pondok pesantren?

HASIL WAWANCARA

Nama: Akbar Al-Kautsar

Jabatan: Ustadz

1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill

santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?

Jawab: “Kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang diterapkan untuk

menunjang dan mendukung pengetahuan akademis para santri saat ini

bisa dilihat dengan adanya pendalaman bahasa Arab dan Bahasa

Inggris, dimana ketika dalam kesehariannya, santri memakai dua

bahasa secara terjadwal dan diterapkan ketika berinteraksi dengan

temannya maupun ustadz atau ustadzah. Hal ini diterapkan untuk

melatih kebiasaan berbahasa asing santri. Selain itu belajar Public

speaking dengan wujud pelaksanaanya adalah pelatihan khitobah. Hal

ini memebrikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain yaitu

menambah kepercayaan diri, melatih berbahasa yang baik, dan

berbagi ilmu yang telah didapat kepada teman-teman yang lain.

Kemudian ada kajian kitab Turats (Kitab kuning), dan ada kegiatan

Dziba‟ setiap malam jum‟at”.

Page 162: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Nama : Muhammad Ilyas Syafi‟i

Jabatan : Ustadz

1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill

santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?

Jawab: Menurut saya, dilihat dari kegiatan-kegiatan yaang

diterapkan pada para santri untuk menunjang ilmu pengetahuan ada

kegiatan sorogan Al-Qur‟an yang bermanfaat pada diri santri yaitu untuk

melatih santri membaca dengan lancar dan teliti, menghafalkan dan

memahami isi Al-Qur‟an. Yang Kedua, selain kegiatan yang diterapkan di

pondok pesantren, santri juga mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di

sekolah (SMP atau SMK), guna untuk menambah pengetahuan santri,

khususnya di pengetahuan umum. Yang ketiga, selain kegiatan sekolah

juga ada kegiatan madrasah diniyyah, hal ini berguna untuk menambah

wawasan santri dalam ilmu agama. Dengan adanya madrasah diniyyah,

para santri diharapkan cakap untuk berbagi ilmu dan berdakwah ketika

sudah terjun di masyarakat. Selanjutnya, ada kegiatan muhadasah santri,

kegiatan ini dilakukan untuk melatih, mengasah, dan membiasakan santri

untuk berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris”.

2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai

pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan?

“Menurut saya, untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak harus

ada di sebuah sekolah saja. Namun, banyak yang kita dapatkan melalui

sumber-sumber lain diantaranya: Pertama, sumber dari kitab-kitab atau

buku-buku; Kedua, dari materi yang disampaikan oleh kyai dan asatidz;

Page 163: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Ketiga, sumber informasi dari lingkungan sekitar seperti belajar dari

teman sebaya, seminar, perpustakaan, internet, media masa, dan lain

sebagainya”.

3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Ketika saya berbagai ilmu pengetahuan kepada para santri

dengan menerapkan metode sorogan dan metode diskusi”.

4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Menurut saya hambatan yang dialami terletak pada Sumber Daya

Manusia (SDM), saya pribadi sebagai pengajar merasa kurang dalam

ilmu pengetahuan yang saya miliki, sehingga santri yang diajar kurang

mendapat pengetahuan yang maksimal. Selain itu, semangat belajar para

santri yang masih rendah. Masih banyak santri yang merasa keberatan

untuk mengikuti kegiatan atau pembelajaran di pondok pesantren. Hal

tersebut dikarenakan motivasi dalam diri mereka sendiri masih kurang.

Kemudian juga kendala yang dialami pengurus dan asatidz adalah karena

sebagian besar pengurus dan ustadz atau ustadzah juga masih mahasiswa,

sehingga tugas atau amanah yang diberikan dari pondok pesantren

kurang maksimal, serta jadwal mengajar pondok pesantren kerkadang

bertabrakan dengan kegiatan pribadi pendidik”.

5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Bagi saya ya mbak, hal yang sangat mendukung saya untuk semangat

dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di sekolah maupun di pondok

adalah restu orang tua. Karena keinginan orang tua saya, saya

Page 164: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

dipondokkan adalah agar saya mempunyai kepribadian yang lebih baik

lagi, selalu dekat dengan Allah SWT, lebih terkontrol dan terdidik juga

karena ada yang mengawasi oleh Bapak Kyai. Selain itu juga orang

tua saya ingin saya menguasa ilmu-ilmu agama, dan

menumbuhkembangkan bakat minat saya di berbagai bidang sesuai

dengan kemampuan dan keinginan”.

Page 165: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Nama : Muhammad Muslih

Jabatan : Ustadz

1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill

santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?

Jawab:

“Untuk kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren

kepada para santri hampir sama dengan yang dijelaskan oleh ustadz atau

ustadzah yang lain dari wawancara tersebut. Di pondok pesantren Agro

Nuur El-Falah juga menrapkan apel pagi, siang, dan malam. Hal ini

berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Dengan

aditerapkannya apel ketika sebelum makan bersama, masuk kelas, dan

kegiatan lain memberikan manfaat yang besar pada santri terutama

dalam hal penerapan kedisiplinan sejak dini, apel juga sebagai

pengecekan kepada seluruh santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok

pesantren dan yang izin dalam kegiatan pondok”.

2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai

pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan?

Jawab: “Untuk memeperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan melalui

sumber-sumber informasi dari manapun, seperti media sosial,

perpustakaan daerah, media massa, sosialisasi, seminar, dan wawancara.

Yang terpenting, sebagai santri harus bisa menyaring dari informasi-

informasi yang dianggap tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain”.

Page 166: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Metode yang saya terapkan ketika berbagi ilmu kepada santri

junior lebih menggunakan metode ceramah dan metode keteladanan.

Karena dengan metode ceramah lebih mudah dalam hal penyampaian

materi dan untuk melatih gaya berbicar di depan snatri junior, ketika

diselingi guyon, santri juga tidak mudah bosan, kemudian dengan metode

keteladanan memberikan kepercayaan dan contoh yang baik kepada santri

junior untuk bisa mengambil hal-hal positif apa yang telah diajarkan”.

4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“ Menurut saya, hambatan dalam menerapakan empat pilar pendidikan

pondok pesantren yaitu, terkadang juga karana kurang minatnya dengan

kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren. Karna pada

hal ini, semua kegiatan yang telah ditetapkan wajib diikuti oleh semua

santri, jadi santri diharapkan suka tidak suka dengan kegiatannya juga

harus ikut. Tapi dengan adanya seperti itu, terkadang juga akan

menumbuhkembangkan bakat, minat, dan semangat baru pada diri santri.

Selain itu karena kurangnya kesadaran pada santri akan manfaat dari

kegiatan yang dilakukan. Kemudian dari segi pra dan sarana yang belum

mendukung sebagai syarat berlangsungnya kegiatan. Dan juga ada

hambatan kurangnya koordinasi antara pengurus dan santri”.

5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Bagi saya pendukungnya ya motivasi dari diri sendiri. Ketika melihat

orang-orang sukses, mempunyai bakat yang bagus, bisa mengikuti lomba

bahkan sampai nasional, dapat beasiswa, hati ini terdongkrak untuk bisa

Page 167: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

seperti itu, yang lainnya aja bisa, kenapa aku nggak?. Karna kita untuk

menjadi sukses, untuk mempunyai kelebihan yang bermanfaat bukan dari

orang lain, ya dari semangat dan kemauan pada diri sendiri untuk

menjadi sesuatu hal yang inginkan”.

Page 168: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Nama : Hasnida Damayanti

Jabatan : Ustadzah

1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill

santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?

Jawab:

“Mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang

diterapkan, ada bebarapa kegiatan yang sudah berjalan dengan baik

di antaranya ada kegiatan madrasah diniyyah, yang didalamnya

mengkaji banyak disiplin ilmu, dari mulai nahwu shorof, fiqih, akidah,

tajwid, dan lain sebagainya. Kegiatan lain ada juga sorogan,

pelatihan rebana, pelatihan kaligrafi, apel, sholat berjama‟ah, sholat

dhuha, tahfidz Al-Qur‟an, takror, nastakmir seblum maghrib, ziarah ke

makam, dan lain sebagainya yang tentu sudah dilatih dan diterapkan

dalam keseharian para santri”.

2. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Untuk pembelajaran madrasah diniyyah, saya lebih sering

menggunakan metode ceramah karna dengan metode ceramah lebih

memudahkan santri untuk menangkap materi yang disampaikan

secara gamblang dan jelas”.

3. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar

pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

Page 169: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

“Menurut saya hambatan yang kita alami adalah ketika mengikuti,

melakukan dan menerapkan kegiatan-kegiatan pada pondok pesantren

yaitu banyak santri yang tidak tertib ketika kegiatan berlangsung,

mengantuk, tidak maksimal ketika piket dan tidak memperhatikan serta

kurangnya tenaga yang handal di berbagai bidang. Terkadang juga

sebagai pengurus belum bisa menjalankan tugas deng sistem yang ada

dan apa yang sudah diterapkan”.

Page 170: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Nama : Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd

Jabtan : Pengasuh Pondok Pesantren

1. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai

pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan?

Jawab:

“Selain dari pondok pesantren menyediakan perpustakaan, para santri

dapat menggali berbagai informasi sebagai pelengkap kebutuhan mereka

akan ilmu pengetahuan, dengan para santri mengikuti seminar-seminar,

misalkan seminar dari Organisai lain seperti Muhammadiyah dan lain

sebagainya, sehingga mereka mempunyai wawasan tidak hanya di satu

sisi saja. Saya juga menerapkan kepada santri agar tidak tertutup dari

informasi luar, terkadang ada pondok pesantren yang melarang santrinya

untuk keluar, kalau saya boleh asalakan sesuai dengan peraturan yang

diterapkan dari pondok pesantren. Dengan diterapkannya seperti itu

santri tidak merasa terbebani untu mendapatkan berbagai informasi dari

luar dan santri juga ada kesempatan mengeksplor berbahagai hal yang

nantinya bermanfaat jika diterapkan dalam pondok pesantren. Karena

dengan mereka diberi kesempatan keluar, ketika mendapatkan sumber

informasi, wawasan baru, dan ilmu pengetahuan itu sebagai tantangan

bagi mereka bagaimana mereka dapat mengolah pengetahuan yang

didapat bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain”.

Page 171: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

2. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Karna memang saya sifatnya membina semua ustadz atau

ustadzah, maksudnya dengan cara ngemong semuanya. Dengan

kemampuan dan keinginan saya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih

baik dan unggul di pondok pesantren ini, dengan menggerakkan para

ustadz atau ustadzah untiuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang mereka

dapatkan kepada para santri yang membutuhkan dengan menggunakan

metode masing-masing. Setiap tahun sekali, kami mengadakan kegiatan

IHT (In House Training) kepada para asatidz. Isi materi yang dibahas

dalam kegiatan IHT meliputi berbagai materi yang menunjang pendidikan

modern dan salaf yang diterapkan di pondok pesantren ini supaya tidak

tertinggal dengan pendidikan di era sekarang ini, mulai dari pelatihan

mengajar, metode-metode pembelajaran, dan persiapan materi yang akan

diberikan oleh para santri”

Nama :Bapak Luthfi

Jabatan :Ketua Yayasan

1. Bagimana kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan pondok

pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah menerapkan

pembelajaran Tarbiyatul Falah Al-Islamiyah (TFI), disini anak-anak

dituntut mengikuti apa yang diterapkan di sekolah maupun di pondok

pesantren. Santri diajak untuk ikut serta dalam memecahkan

permasalahan pendidikan pendidikan yang ada di sekitarnya melalui

sebuah tindakan nyata, sebagai contoh bahwasanya di Indonesia adalah

Page 172: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

negara Agraris, banyak terbentang tanah-tanah subur yang belum

dikelola secara maksimal misalnya. Nah, ini kesempatan kita bagaimana

dengan kita bisa menjadikan tanah atau lahan kosong untuk

dimanfaatkan sebagai hal-hal yang bermanfaat, misal dengan

pengolahan bibit unggul, untuk perikanan atau peternakan dan lain

sebagainya. Sebagai santri sekali pun yang hidupnya di pondok tidak

boleh kalah dengan yang diberikan ilmu pengetahuan di sekolah umum,

santri harus tetap eksis di era sekarang ini, apalagi sekarang sudah

masuk era milinieal, era digitalisme. Pondok pesantren sudah

menyiapkan fasilitas yang memadai, kemudian, bagaimana santri

memanfaatkan dan menerapkannya dengan inovasi-inovasi baru.

2. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan

pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?

“Ya kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah untuk sarana dan

prasana, alhamdulillah sudah memadai, sudah didukung adanya

komputer, koneksi internet sudah diterapkan juga ada warnet koperasi,

akan tetapi dari pengurus belum bisa menjalankan, dan masih bingung

dalam menerapkankannya. Tapi dari itu semua, alhamdulillah

sekarang ini sudah diwujudkan dengan adanya pelatihan komputer,

multimedia, dan tempat untuk pelatihan agrobisnis, semua tempat

sudah disediakan”.

Page 173: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 7 Kitab-kitab yang Wajib Dipelajari

KITAB-KITAB YANG DIPELAJARI

No Kelas 1 SMK Kelas 2 SMK Kelas 3 SMK

1. Shorof Jombang Shorof Jombang (Lanjutan) Shorof Jombang (lanjutan)

2. Ta‟limul muta‟allim Ta‟limul Muta‟alim Ta‟lim Muta‟allim

3. Tafsir Juz Amma Tafsir Jalalain Tafsir Jalalain

4. Jurumiyah Jurumiyah Jurumiyah

5. Fiqh Wadlih 3 Al- Ghoyah Wa Taqrib Al- Ghoyah Wa Taqrib

6. Kitabus Saadah Ulumul Qur‟an Jawahirul Kalamiyah

7. Mukhtar Ahadist Mukhtar Ahadist Minhatul Mughits

(Mustolah Hadist)

8. Durusul Lughoh Jilid 3 Durusul Lughoh 4 Ulumul Qur‟an

9. Tuhfatul Athfal Nurul Yaqin Juz 2 Bahasa Arab

10. Nurul Yaqin Juz 2 Jawahirul Kalamiyah Nurul Yaqin Juz 3

No Kelas 1 SMP/1 MP Kelas 2 SMP/2 MP Kelas 3 SMP/3 MP

1. Shorof Amtsilati Shorof Amtsilati Shorof Amtsilati

2. Akhlak Libanin Juz 1 Akhlak Libanin Juz 2 Akhlak Libanin Juz 3

3. Juz Amma Juz Amma Juz Amma

4. Nahwu Wadlih Juz 1 Nahwu Wadlih Juz 2 Nahwu Wadlih Juz 2

5. Fiqih Wadlih Juz 1 Fiqih Wadlih Juz 2 Fiqih Wadlih Juz 2

Page 174: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

6. Aqidatul Awwam Aqoidud Diniyah Juz 1 Aqoidud Diniyah Juz 2

7. Hadist Arba‟in Hadist Arba‟in Hadist Arba‟in Nawawi

8. Imla‟ dan Khot Bahasa Arab Juz 2 Bahasa Arab Juz 3

9. Syifaul Jinan Syifaul Jinan Tuhfatul Athfal

10. Bahasa Arab (Juz 1) Nurul Yaqin Juz 1 Nurul Yaqin Juz 1

Page 175: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 8 Dokumentasi

FOTO KEGIATAN

Gambar 1 Kegiatan Madin malam

Gambar 2 Dziba‟an malam jum‟at

Gambar 3 Mengaji Al-Qur‟an diselingi metode Qiro‟ati

Page 176: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Gambar 4 Wawancara kepada Bapak Kyai Nur Sholeh, S,Pd selaku Pengasuh

Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah

Gambar 5 Kegiatan Apel setiap akan kegiatan

Gambar 6 Wawancara Gambar 7 Membaca QS Al-Mulk secara

bersama dengan Ketua Yayasan sebelum tidur malam

Page 177: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Gambar 8 Keterampilan Agro Gambar 9 Pelatihan Khitobah

Gambar 10 Sosialisasi Gambar 11 Makan bersama santri putra

Gambar 12 Sholat Berjama‟ah Gambar 13 Makan bersama santri putri

Page 178: IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN PONDOK ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5630/1/skripsi...diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Siti Niadhatul Khasanah

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 30 April 1997

NIM : 23010-15-0062

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Alamat : Kembangan 1 RT 21 RW 10 Madusari Secang

Magelang

B. Orang Tua

Ayah : M. Ikhsani

Ibu ; Sri Nasyifah

C. Motto

“Bersedihlah dengan cara gembira, menangislah dengan cara tertawa.

Agar hidupmu terasa menyenangkan”

D. Riwayat Pendidikan

No Instansi Pendidikan Masuk (Tahun) Keluar (Tahun)

1. SD Negeri 1 Madusari 2005 2010

2. SMP Negeri 3 Magelang 2010 2012

3. MAN 1 Kota Magelang 2012 2015

4. S1 PAI IAIN Salatiga 2015 2019