Impetigo
-
Upload
yunihasmita -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Impetigo
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.S/ laki-laki/ 10 bulan
b. Pekerjaan : -
c. Alamat : RT 09 Kec.Olak Kemang
2. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Jumlah saudara : -
b. Status ekonomi keluarga
Ibu merupakan ibu rumah tangga, ayah bekerja sebagai buruh. Penghasilan keluarga
pasien Rp.1.500.000/bulan.
c. Kondisi rumah
Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal
dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 8x10 meter mempunyai 2 kamar
tidur, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Sumber air bersih berasal dari PDAM.
Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka,
pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang
terbuka. BAB dan BAK di jamban leher angsa. Penataan rumah cukup rapi.
Pembuangan sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air
limbah tidak ada, air pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah.
d. Kondisi lingkungan keluarga
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Hubungan antar keluarga pasien harmonis, dapat
dilihat kepedulian orang tua yaitu ibu pasien yang membawa anaknya berobat ke
Puskesmas.
3. Aspek Psikologis di Keluarga
Hubungan dalam keluarga pasien terjalin baik, terdapat keharmonisan dan komunikasi
yang baik antar anggota keluarga, dimana ketika kunjungan ibu sedang memberi makan
anaknya.
1
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Gelembung berisi cairan pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 3 hari yang lalu, ibu pasien mengaku timbul kemerahan pada ketiak anaknya disertai
dengan gelembung-gelembung berisi cairan berukuran kecil. Semakin lama gelembung
ini semakin membesar dan menyebar di bagian badan. Sebagian gelembung yang sudah
pecah tampak seperti melepuh dan dasarnya bewarna kemerahan.
± 2 hari yang lalu, keluhan bertambah berat. Gelembung kemudian menyebar ke
seluruh badan, mulai dari dada hingga punggung, dan lengan kiri atas. Pasien juga sering
menggaruk badannya. Riwayat alergi (-), demam (-). Keluhan ini kemudian membawa
ibu pasien membawa anaknya berobat ke puskesmas.
5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)
Riwayat alergi makanan, obat (-)
Riwayat alergi dalam keluarga (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal
Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
6. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B (+)
Polio (+)
BCG (+)
DPT (+)
Campak (+)
Kesan : imunisasi dasar lengkap
7. Riwayat Persalinan
Lahir spontan, ditolong oleh bidan, usia kehamilan cukup bulan. Anak lahir langsung
menangis. Berat badan lahir ± 3000 gram.
8. Riwayat Gizi
2
Anak mendapat asupan air susu ibu dan makanan pendamping ASI yang cukup.
9. Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
BB : 9,5 kg
TB : 70 cm
Status gizi : BB/U -2 SD hingga +2 SD
Kesadaran : komposmentis
Nadi : 85 x/menit
Pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 36,7°C
Pemeriksaan organ
Kepala : normocephal
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera : ikterik (-/-), kornea : dbn, pupil :
bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Telinga : sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-)
Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah hiperemis (+)
Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
Thorak
Pulmo
Kanan KiriInspeksi Statis dan dinamis: simetris Statis dan dinamis : simetrisPalpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor SonorAuskultasi Vesikuler, wheezing (-),
rhonki (-)Vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Dalam batas normalAuskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Ruam kemerahan, bula pada daerah dada dan punggung
3
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hati dan lien tidak terabaPerkusi TimpaniAuskultasi Bising usus (+)
Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam
kemerahan/eritema (+) multipel, berbatas tegas, miliar dan lentikuler, bula (+)
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam kemerahan (+)
10. Saran pemeriksaan
Pewarnaan gram
Pemeriksaan histopatologi
Kultur cairan.
11. Diagnosis kerja
Impetigo bulosa
12. Diagnosis banding
Impetigo krustosa
Pemfigus
Varicela
13. Manajemen
a. Promotif
4
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya agar pasien patuh
untuk berobat
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai higienitas lingkungan yang dapat
berperan dalam timbulnya penyakit
Meningkatkan status gizi pasien guna menjaga imunitas atau kekebalan tubuh
terhadap penyakit
b. Preventif
Menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi ASI dan MP-ASI sesuai usia anak
Menghindari kontak langsung dengan penderita penyakit ini
Edukasi bahwa penyakit ini bisa berulang
c. Kuratif
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Memberi ASI dan MP-ASI yang cukup
Farmakologi
Amoksisilin sirup 125 mg/5ml, 3xcth1
Kloramfenikol 2% salep kulit
Bedak salisil
5
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang
dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015
Jl Olak Kemang RT 03
Dokter :dr.Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang
dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015
Jl Olak Kemang RT 03
Dokter :dr. Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015
22 April 2015
R/ Amoksisilin syr 125 mg/5ml fl no.I
S3dd cth1
R/ Kloramfenikol 2% tube no.I
Sue
R/ Salisil talk sach no. I Sue
Pro : An. S/10 blnAlamat : Olak Kemang
22 April 2015
R/ Amoksisilin syr 125 mg/5ml fl no.I
S3dd cth1
R/ Eritromisin 3% tube no.I
Sue
R/ Caladin talk no. I Sue
Pro : An.S/ 10 blnAlamat : Olak Kemang
14. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mengatur pola makan yang gizi seimbang
Menjaga higienitas pasien.
Minum obat sesuai anjuran.
Jika terdapat komplikasi penyakit, maka segera ke RS
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan
menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lupuh berisi cairan
kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Sinonim dari impetigo
vesiko-bulosa, dan cacar monyet.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak, dan orang
dewasa, sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak
pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak. Lebih
banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan debu, hygiene
yang jelek dan malnutrisi.1
2.3 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55 yang
memproduksi toksin epidermolisis.2
2.4 PATOGENESIS
Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi
kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi toksin
(exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga menimbulkan
vesikel.1,3
Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang
sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo krustosa.
Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit
dan akan mengendap.4
2.5 FAKTOR PREDISPOSISI
Hygiene yang kurang
Malnutrisi
7
Lingkungan yang kotor
Musim panas dengan banyak debu1,2,5
2.6 GAMBARAN KLINIS
Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksinya biasanya diketiak, dada,
punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa.
Kelainan kulitnya berupa eritema, vesikel, bula, dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu
penderita datang berobat vesikel/bula sudah memecah sehingga yang tampak hanya koleret
dan dasarnya masih erimatosa.5
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang khas
berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem disekitarnya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo bulosa adalah berupa
pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan.6
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:
1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya
neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok
2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum atau
daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum, terdapat sel
akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil
disekitar pembuluh darah pada plexus superficial
3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan
staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6
2.9 DIAGNOSIS BANDING
Impetigo krustosa
Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau impetigo kontangiosa.
Sumber infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak adalah berasal dari hewan
peliharaan, kuku yang kotor, dan penularan dari teman sekolahnya. Sedangkan pada
orang dewasa, penularan penyakit dapat diperoleh dari tempat cukur, salon kecantikan,
kolam renang, dan tertular dari anak.
8
Impetigo krustosa merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana, dan terbatas
pada daerah epidermis atau superficial kulit. Dasar infeksi adalah kurangnya hygiene
dan terganggunya fungsi kulit.
Organisme penyebab dari impetigo krustosa adalah staphylococcus aureus, selain itu
dapat pula ditemukan streptococcus beta hemolyticus grup A (GAHBS) yang juga
diketahui dengan nama streptococcus pyogenes.
Penyakit ini biasanya asimetris yang ditandai dengan lesi awal berbentuk macula eritem
pada wajah telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat menjadi vesikel berisi
cairan bening atau pustule dengan cepat dikelilingi oleh suatu areola inflamasi, bila
mongering akan mengeras menyerupai batu kerikil yang melekat dikulit. Jika diangkat
maka daerah tempat melekatnya tadi nampak basah dan berwarna kemerahan. Tanda
khas dari impetigo krustosa adalah warna kemerahan seperti madu atau kuning
keemasan ‘honey-colored’. Pada daerah tropis umumnya terjadi pada anak-anak yang
kurang gizi, erupsinya bias luas dan bereaksi lambat terhadap terapi. Umumnya terjadi
pada daerah-daerah tubuh yang terbuka seperti wajah, mulut, telapak tangan atau leher.
Pemfigus
Pemfigus adalah penyakit berlepuh yang dapat mengenai kulit dan membrane mukosa
yang ditandai oleh timbulnya bula, bersifat kronis, sering di ikuti kekambuhan akut, dan
kadang berakibat fatal. Bula terdapat diatas kulit yang tampak nirmal atau eritematosa
atau pada membrane mukosa dan penyebarannya irregular.
Pemfigus merupakan penyakit autoimun yang melibatkan IgG, suatu immunoglobulin.
Diperkirakan bahwa antibody pemfigus ditujukan langsung kepada antigen permukaan
sel yang spesifik dalam sel-sel epidermis. Lepuh terbentuk akibat reaksi antigen-
antibodi. Kadar antibody dalam serum merupakan petunjuk memprediksi intensitas
penyakit ini.
Varicella
Varicella (cacar air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada
anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer virus varicella zoster. Varicella
pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan
tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustule, dan
9
pada akhirnya, krusta, walaupun banyak juga lesi kulit yang tidak berkembang sampai
vesikel.
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius
biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana
penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional
berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal, jika tidak ada terapi antivirus yang
diberikan. Varicella disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV) yang termasuk
kelompok herpes virus.
2.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus. Untuk
pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep atau krim, penghapusan kerak,
dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai
kasus moderat.7
Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi isolasi
kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable pada
kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum atau
bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.
Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:7
Umum
Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
Meningkatkan daya tahan tubuh
Khusus
Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan
betadine dan dioleskan dengan salep antibiotik, seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin
3 %
Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan impetigo, yaitu sebagai berikut :
• Penisilin G prokain dan semisintetiknya
1. Penisilin G prokain. Dosis 1,2 juta per hari. IM. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak
praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi dan makin sering terjadi syok anafilaktik.
10
2. Ampisilin. Dosisnya 4 x 500 mg, diberikan sejam sebelum makan
3. Amoksisilin. Dosisnya sama dengan penisilin, kelebihannya lebih praktis karena dapat
diberikan setelah makan. Juga cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
4. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Yang termasuk golongan ini adalah
oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari
sebelum makan. Golongan ini juga mempunyai kelebihan kerena berkasiat bagi
stapilokokus aureus yang telah membentuk penisilinase
• Linkomisin dan klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik kerena itu dosisnya
lebih kecil yaitu 4 x 150 mg/hari. Pada infeksi berat dosisnya 4 x 300 – 450 mg/hari. Obat
ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase.
Linkomisin tidak dipakai lagi diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya
lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian peroral tidak terlalu dihambat
oleh adanya makanan dalam lambung.8
2.11 PROGNOSIS
Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan
mendapat terapi yang tepat.2
11
BAB III
ANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan
lingkungan sekitar
Pasien datang berobat dibawa iunya dengan keluhan timbul gelembung berisi cairan
pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Dari Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 3 hari
yang lalu, ibu pasien mengaku timbul kemerahan pada ketiak anaknya disertai dengan
gelembung-gelembung berisi cairan berukuran kecil. Semakin lama gelembung ini
semakin membesar dan menyebar di bagian badan. Sebagian gelembung yang sudah
pecah tampak seperti melepuh dan dasarnya bewarna kemerahan. ± 2 hari yang lalu,
keluhan bertambah berat. Gelembung kemudian menyebar ke seluruh badan, mulai dari
dada hingga punggung, dan lengan kiri atas. Pasien juga sering menggaruk badannya.
Riwayat alergi (-), demam (-). Keluhan ini kemudian membawa ibu pasien membawa
anaknya berobat ke puskesmas.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas ditegakkan diagnosis impetigo
bulosa. Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal
dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 8x10 meter mempunyai 2 kamar
tidur, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Sumber air bersih berasal dari PDAM.
Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka,
pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang
terbuka. BAB dan BAK di jamban leher angsa. Penataan rumah cukup rapi. Pembuangan
sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air limbah tidak ada, air
pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah.
Dari penjelasan di atas terdapat hubungan antara diagnosa dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan keadaan rumah dan lingkungan sekitar serta pekerjaan pasien.
12
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar.
Perilaku kesehatan dalam keluarga terkait pada higienitas lingkungan yang kurang
memadai, dimana anggota keluarga rentan terpapar penyakit akibat imunitas atau
kekebalan tubuh yang rendah. Didapatkan hubungan yang bermakna antara diagnosis
dan perilaku kesehatan.
d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini.
Adapun faktor resiko timbulnya impetigo bulosa yaitu :
Hygiene yang kurang
Malnutrisi
Lingkungan yang kotor
Musim panas dengan banyak debu
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor
risiko atau etiologi pada pasien ini.
Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
Meningkatkan daya tahan tubuh
13
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit. Jakarta.
Hipokrates. Hal 46-49
2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal 27-
29
14
3. Djuanda, A Hamzah M. 2007. Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59
4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal 47-
50
5. Riesthy R, Diana. Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93
6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds)
FitzPatrick’s Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc Graw
Hill Companies, 1694-1698.
7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76
8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection.
15