Impetigo

20
BAB I STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.S/ laki-laki/ 10 bulan b. Pekerjaan : - c. Alamat : RT 09 Kec.Olak Kemang 2. Latar Belakang Sosio-ekonomi- demografi-lingkungan-keluarga a. Jumlah saudara : - b. Status ekonomi keluarga Ibu merupakan ibu rumah tangga, ayah bekerja sebagai buruh. Penghasilan keluarga pasien Rp.1.500.000/bulan. c. Kondisi rumah Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 8x10 meter mempunyai 2 kamar tidur, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Sumber air bersih berasal dari PDAM. Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka, pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang terbuka. BAB dan BAK di jamban leher angsa. Penataan rumah cukup rapi. Pembuangan sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air limbah tidak ada, air pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah. d. Kondisi lingkungan keluarga 1

description

impetigo

Transcript of Impetigo

Page 1: Impetigo

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An.S/ laki-laki/ 10 bulan

b. Pekerjaan : -

c. Alamat : RT 09 Kec.Olak Kemang

2. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Jumlah saudara : -

b. Status ekonomi keluarga

Ibu merupakan ibu rumah tangga, ayah bekerja sebagai buruh. Penghasilan keluarga

pasien Rp.1.500.000/bulan.

c. Kondisi rumah

Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal

dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 8x10 meter mempunyai 2 kamar

tidur, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Sumber air bersih berasal dari PDAM.

Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka,

pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang

terbuka. BAB dan BAK di jamban leher angsa. Penataan rumah cukup rapi.

Pembuangan sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air

limbah tidak ada, air pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah.

d. Kondisi lingkungan keluarga

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Hubungan antar keluarga pasien harmonis, dapat

dilihat kepedulian orang tua yaitu ibu pasien yang membawa anaknya berobat ke

Puskesmas.

3. Aspek Psikologis di Keluarga

Hubungan dalam keluarga pasien terjalin baik, terdapat keharmonisan dan komunikasi

yang baik antar anggota keluarga, dimana ketika kunjungan ibu sedang memberi makan

anaknya.

1

Page 2: Impetigo

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Gelembung berisi cairan pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit:

± 3 hari yang lalu, ibu pasien mengaku timbul kemerahan pada ketiak anaknya disertai

dengan gelembung-gelembung berisi cairan berukuran kecil. Semakin lama gelembung

ini semakin membesar dan menyebar di bagian badan. Sebagian gelembung yang sudah

pecah tampak seperti melepuh dan dasarnya bewarna kemerahan.

± 2 hari yang lalu, keluhan bertambah berat. Gelembung kemudian menyebar ke

seluruh badan, mulai dari dada hingga punggung, dan lengan kiri atas. Pasien juga sering

menggaruk badannya. Riwayat alergi (-), demam (-). Keluhan ini kemudian membawa

ibu pasien membawa anaknya berobat ke puskesmas.

5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)

Riwayat alergi makanan, obat (-)

Riwayat alergi dalam keluarga (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal

Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal

6. Riwayat Imunisasi

Hepatitis B (+)

Polio (+)

BCG (+)

DPT (+)

Campak (+)

Kesan : imunisasi dasar lengkap

7. Riwayat Persalinan

Lahir spontan, ditolong oleh bidan, usia kehamilan cukup bulan. Anak lahir langsung

menangis. Berat badan lahir ± 3000 gram.

8. Riwayat Gizi

2

Page 3: Impetigo

Anak mendapat asupan air susu ibu dan makanan pendamping ASI yang cukup.

9. Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

BB : 9,5 kg

TB : 70 cm

Status gizi : BB/U -2 SD hingga +2 SD

Kesadaran : komposmentis

Nadi : 85 x/menit

Pernafasan : 30 x/menit

Suhu : 36,7°C

Pemeriksaan organ

Kepala : normocephal

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera : ikterik (-/-), kornea : dbn, pupil :

bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Telinga : sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-)

Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah hiperemis (+)

Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)

Thorak

Pulmo

Kanan KiriInspeksi Statis dan dinamis: simetris Statis dan dinamis : simetrisPalpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normalPerkusi Sonor SonorAuskultasi Vesikuler, wheezing (-),

rhonki (-)Vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Dalam batas normalAuskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Ruam kemerahan, bula pada daerah dada dan punggung

3

Page 4: Impetigo

Palpasi Supel, nyeri tekan (-), turgor baik, hati dan lien tidak terabaPerkusi TimpaniAuskultasi Bising usus (+)

Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam

kemerahan/eritema (+) multipel, berbatas tegas, miliar dan lentikuler, bula (+)

Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik, ruam kemerahan (+)

10. Saran pemeriksaan

Pewarnaan gram

Pemeriksaan histopatologi

Kultur cairan.

11. Diagnosis kerja

Impetigo bulosa

12. Diagnosis banding

Impetigo krustosa

Pemfigus

Varicela

13. Manajemen

a. Promotif

4

Page 5: Impetigo

Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya agar pasien patuh

untuk berobat

Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai higienitas lingkungan yang dapat

berperan dalam timbulnya penyakit

Meningkatkan status gizi pasien guna menjaga imunitas atau kekebalan tubuh

terhadap penyakit

b. Preventif

Menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi ASI dan MP-ASI sesuai usia anak

Menghindari kontak langsung dengan penderita penyakit ini

Edukasi bahwa penyakit ini bisa berulang

c. Kuratif

Non Farmakologi

Istirahat yang cukup

Memberi ASI dan MP-ASI yang cukup

Farmakologi

Amoksisilin sirup 125 mg/5ml, 3xcth1

Kloramfenikol 2% salep kulit

Bedak salisil

5

Page 6: Impetigo

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang

dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015

Jl Olak Kemang RT 03

Dokter :dr.Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang

dr. Yuni Hasmita. SIP. G1A213062STR 019/01/2015

Jl Olak Kemang RT 03

Dokter :dr. Yuni HasmitaSIP : No. 266/SIK/2015

22 April 2015

R/ Amoksisilin syr 125 mg/5ml fl no.I

S3dd cth1

R/ Kloramfenikol 2% tube no.I

Sue

R/ Salisil talk sach no. I Sue

Pro : An. S/10 blnAlamat : Olak Kemang

22 April 2015

R/ Amoksisilin syr 125 mg/5ml fl no.I

S3dd cth1

R/ Eritromisin 3% tube no.I

Sue

R/ Caladin talk no. I Sue

Pro : An.S/ 10 blnAlamat : Olak Kemang

14. Rehabilitatif

Meningkatkan daya tahan tubuh.

Mengatur pola makan yang gizi seimbang

Menjaga higienitas pasien.

Minum obat sesuai anjuran.

Jika terdapat komplikasi penyakit, maka segera ke RS

6

Page 7: Impetigo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan

menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lupuh berisi cairan

kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Sinonim dari impetigo

vesiko-bulosa, dan cacar monyet.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak, dan orang

dewasa, sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak

pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak. Lebih

banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan debu, hygiene

yang jelek dan malnutrisi.1

2.3 ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55 yang

memproduksi toksin epidermolisis.2

2.4 PATOGENESIS

Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi

kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi toksin

(exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga menimbulkan

vesikel.1,3

Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang

sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo krustosa.

Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit

dan akan mengendap.4

2.5 FAKTOR PREDISPOSISI

Hygiene yang kurang

Malnutrisi

7

Page 8: Impetigo

Lingkungan yang kotor

Musim panas dengan banyak debu1,2,5

2.6 GAMBARAN KLINIS

Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksinya biasanya diketiak, dada,

punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa.

Kelainan kulitnya berupa eritema, vesikel, bula, dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu

penderita datang berobat vesikel/bula sudah memecah sehingga yang tampak hanya koleret

dan dasarnya masih erimatosa.5

2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang khas

berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem disekitarnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo bulosa adalah berupa

pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan.6

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:

1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya

neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok

2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum atau

daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum, terdapat sel

akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil

disekitar pembuluh darah pada plexus superficial

3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan

staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6

2.9 DIAGNOSIS BANDING

Impetigo krustosa

Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau impetigo kontangiosa.

Sumber infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak adalah berasal dari hewan

peliharaan, kuku yang kotor, dan penularan dari teman sekolahnya. Sedangkan pada

orang dewasa, penularan penyakit dapat diperoleh dari tempat cukur, salon kecantikan,

kolam renang, dan tertular dari anak.

8

Page 9: Impetigo

Impetigo krustosa merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana, dan terbatas

pada daerah epidermis atau superficial kulit. Dasar infeksi adalah kurangnya hygiene

dan terganggunya fungsi kulit.

Organisme penyebab dari impetigo krustosa adalah staphylococcus aureus, selain itu

dapat pula ditemukan streptococcus beta hemolyticus grup A (GAHBS) yang juga

diketahui dengan nama streptococcus pyogenes.

Penyakit ini biasanya asimetris yang ditandai dengan lesi awal berbentuk macula eritem

pada wajah telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat menjadi vesikel berisi

cairan bening atau pustule dengan cepat dikelilingi oleh suatu areola inflamasi, bila

mongering akan mengeras menyerupai batu kerikil yang melekat dikulit. Jika diangkat

maka daerah tempat melekatnya tadi nampak basah dan berwarna kemerahan. Tanda

khas dari impetigo krustosa adalah warna kemerahan seperti madu atau kuning

keemasan ‘honey-colored’. Pada daerah tropis umumnya terjadi pada anak-anak yang

kurang gizi, erupsinya bias luas dan bereaksi lambat terhadap terapi. Umumnya terjadi

pada daerah-daerah tubuh yang terbuka seperti wajah, mulut, telapak tangan atau leher.

Pemfigus

Pemfigus adalah penyakit berlepuh yang dapat mengenai kulit dan membrane mukosa

yang ditandai oleh timbulnya bula, bersifat kronis, sering di ikuti kekambuhan akut, dan

kadang berakibat fatal. Bula terdapat diatas kulit yang tampak nirmal atau eritematosa

atau pada membrane mukosa dan penyebarannya irregular.

Pemfigus merupakan penyakit autoimun yang melibatkan IgG, suatu immunoglobulin.

Diperkirakan bahwa antibody pemfigus ditujukan langsung kepada antigen permukaan

sel yang spesifik dalam sel-sel epidermis. Lepuh terbentuk akibat reaksi antigen-

antibodi. Kadar antibody dalam serum merupakan petunjuk memprediksi intensitas

penyakit ini.

Varicella

Varicella (cacar air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada

anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer virus varicella zoster. Varicella

pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan

tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustule, dan

9

Page 10: Impetigo

pada akhirnya, krusta, walaupun banyak juga lesi kulit yang tidak berkembang sampai

vesikel.

Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius

biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana

penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional

berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal, jika tidak ada terapi antivirus yang

diberikan. Varicella disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV) yang termasuk

kelompok herpes virus.

2.10 PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus. Untuk

pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep atau krim, penghapusan kerak,

dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai

kasus moderat.7

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi isolasi

kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable pada

kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum atau

bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.

Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:7

Umum

Menghindari dan mencegah faktor predisposisi

Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan

Meningkatkan daya tahan tubuh

Khusus

Topikal

Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan

betadine dan dioleskan dengan salep antibiotik, seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin

3 %

Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan impetigo, yaitu sebagai berikut :

• Penisilin G prokain dan semisintetiknya

1. Penisilin G prokain. Dosis 1,2 juta per hari. IM. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak

praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi dan makin sering terjadi syok anafilaktik.

10

Page 11: Impetigo

2. Ampisilin. Dosisnya 4 x 500 mg, diberikan sejam sebelum makan

3. Amoksisilin. Dosisnya sama dengan penisilin, kelebihannya lebih praktis karena dapat

diberikan setelah makan. Juga cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga

konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

4. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Yang termasuk golongan ini adalah

oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari

sebelum makan. Golongan ini juga mempunyai kelebihan kerena berkasiat bagi

stapilokokus aureus yang telah membentuk penisilinase

• Linkomisin dan klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik kerena itu dosisnya

lebih kecil yaitu 4 x 150 mg/hari. Pada infeksi berat dosisnya 4 x 300 – 450 mg/hari. Obat

ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase.

Linkomisin tidak dipakai lagi diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya

lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian peroral tidak terlalu dihambat

oleh adanya makanan dalam lambung.8

2.11 PROGNOSIS

Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan

mendapat terapi yang tepat.2

11

Page 12: Impetigo

BAB III

ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan

lingkungan sekitar

Pasien datang berobat dibawa iunya dengan keluhan timbul gelembung berisi cairan

pada seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Dari Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 3 hari

yang lalu, ibu pasien mengaku timbul kemerahan pada ketiak anaknya disertai dengan

gelembung-gelembung berisi cairan berukuran kecil. Semakin lama gelembung ini

semakin membesar dan menyebar di bagian badan. Sebagian gelembung yang sudah

pecah tampak seperti melepuh dan dasarnya bewarna kemerahan. ± 2 hari yang lalu,

keluhan bertambah berat. Gelembung kemudian menyebar ke seluruh badan, mulai dari

dada hingga punggung, dan lengan kiri atas. Pasien juga sering menggaruk badannya.

Riwayat alergi (-), demam (-). Keluhan ini kemudian membawa ibu pasien membawa

anaknya berobat ke puskesmas.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas ditegakkan diagnosis impetigo

bulosa. Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang

superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Pasien tinggal jauh dari jalan raya, kawasan rumah cukup padat penduduk. Tinggal

dirumah panggung semi permanen, dengan ukuran 8x10 meter mempunyai 2 kamar

tidur, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga. Sumber air bersih berasal dari PDAM.

Ventilasi dan pencahayaan tidak memadai, tidak terdapat jendela yang dapat dibuka,

pencahayaan pada pagi dan siang hari berasal dari pintu depan dan belakang yang

terbuka. BAB dan BAK di jamban leher angsa. Penataan rumah cukup rapi. Pembuangan

sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah, pembuangan air limbah tidak ada, air

pembuangan BAK, mandi dan masak tergenang di bawah rumah.

Dari penjelasan di atas terdapat hubungan antara diagnosa dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan keadaan rumah dan lingkungan sekitar serta pekerjaan pasien.

12

Page 13: Impetigo

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit yang sama dengan pasien. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan

sekitar.

Perilaku kesehatan dalam keluarga terkait pada higienitas lingkungan yang kurang

memadai, dimana anggota keluarga rentan terpapar penyakit akibat imunitas atau

kekebalan tubuh yang rendah. Didapatkan hubungan yang bermakna antara diagnosis

dan perilaku kesehatan.

d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini.

Adapun faktor resiko timbulnya impetigo bulosa yaitu :

Hygiene yang kurang

Malnutrisi

Lingkungan yang kotor

Musim panas dengan banyak debu

e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor

risiko atau etiologi pada pasien ini.

Menghindari dan mencegah faktor predisposisi

Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan

Meningkatkan daya tahan tubuh

13

Page 14: Impetigo

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit. Jakarta.

Hipokrates. Hal 46-49

2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal 27-

29

14

Page 15: Impetigo

3. Djuanda, A Hamzah M. 2007. Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit

Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59

4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal 47-

50

5. Riesthy R, Diana. Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93

6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds)

FitzPatrick’s Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc Graw

Hill Companies, 1694-1698.

7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76

8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection.

15