Imajinasi & Kreativitas -...

14
IMAJINASI & KREATIVITAS Hadrianus Tedjoworo PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Transcript of Imajinasi & Kreativitas -...

Page 1: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

IMAJINASI & KREATIVITAS

Hadrianus Tedjoworo

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 2: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Status quaestionis : Adakah suatu daya lain yang bekerja dalam proses

mengetahui selain daripada rasio (pikiran/intelek/logika/reason)?

Metode fenomenologis dalam Filsafat memunculkan berbagai

implikasi bagi ilmu pengetahuan, ketika fenomena (realitas yang kita

pelajari) menampilkan diri / hadir dalam kesadaran kita.

Fenomenologi, berbeda dari hermeneutika, mengembalikan realitas

“pada dirinya sendiri”, yakni dengan melepaskan berbagai bentuk

interpretasi dan a priori. Dalam perkembangan kontemporer, misalnya,

melalui J.-L. Marion, fenomenologi menekankan bahwa segala sesuatu

itu ‘terberi’ (given), dan secara radikal fenomenologi ‘mencoret’ subjek

(yang rasional) di hadapan realitas.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 3: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas pikiran

(rasio). Ketika subjek yang (terlalu) rasional ini ‘dicoret’ (tidak lagi menjadi

yang terpenting), ditandailah suatu kebangkitan imajinasi.

Dalam perkembangannya, epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan)

menekankan fenomena yang terjadi “di luar” kemampuan intelek manusia.

Realitas memiliki ‘logika’-nya sendiri. Artinya, realitas di luar diri kita

‘berbicara’ kepada kita dengan cara yang tidak selalu sama dengan cara

berpikir kita selama ini!

# Apakah kita membedakan peran intelek (rasio) dan imajinasi dalam

keseharian kita berpikir dan memahami?

Pada dasarnya proses pengetahuan / pembelajaran selalu memerlukan

pengimajian – proses ‘membayangkan’ yang dibedakan dari ‘memikirkan’

– karena pengetahuan selalu terjadi di dalam kesadaran (mind) manusia.

Bahasa kita sekaligus mengungkapkan dan membatasi

hal-hal yang terekam di dalam kesadaran kita.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 4: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Dalam fenomenologi Husserl, metode reduksi dipandang sebagai proses

yang terpenting ketika manusia ‘menelanjangi’ dirinya dari berbagai

pengetahuan a priori dan berusaha ‘kembali’ pada ‘diri’ yang lebih apa

adanya. Metode ini ibarat ‘meditasi’ (tindakan membayangkan), dan

karenanya mengandaikan peran kuat imajinasi kita.

Terhadap proses pembelajaran, ‘reduksi’ bisa berarti: usaha menemukan

otentisitas metode dengan cara melonggarkan konsep-konsep dan berbagai

teori dalam upaya penyelesaian masalah. Proses pembelajaran dimurnikan

dari berbagai ‘tambahan’ spekulatif dan rasional. Dengan begitu, realitas

(fenomena) diapresiasi dalam caranya sendiri menampilkan dirinya. Bdk.

sifat ‘keterberian’ realitas di dalam pengalaman.

Apakah inovasi itu? Kecanggihan pemikiran?

Atau, realitas yang kita ‘dengarkan’ dengan

lebih baik?

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 5: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Dalam kaitan dengan diri yang ingin mengetahui (belajar), inspirasi ini

menantang kita, sebab pembelajaran dengan rasio (logika) tidak sama

dengan pembelajaran yang terjadi dalam pengalaman terpukau.

Kita biasa mengetahui, tapi sebetulnya sudah ‘siap’ dengan berbagai teori

dan pengetahuan. Rasio kita sudah ‘siap’, padahal belum berjumpa dengan

kenyataan. Itu sebabnya pengetahuan yang serba siap ini tidak sebanding

dengan pengetahuan yang kita alami ketika merasa kagum pada realitas.

# Apakah kita masih bisa terpukau ketika disingkapi suatu kebenaran?

Hermeneutika sering dimengerti sebagai kekuatan subjek menafsirkan

realitas, tapi hermeneutika fenomenologis melebur dikotomi subjek-objek.

Saat manusia terpukau oleh “yang lain”, sesungguhnya ia sedang dibaca,

ditafsirkan, dimurnikan, dan dipahami oleh realitas (Sang Ada)!

Esensi tindakan BELAJAR lebih dekat pada

‘mendengarkan’ realitas, daripada

‘berbicara’.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 6: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Fenomenologi mutakhir menyumbangkan gagasan mengejutkan tentang

relasi manusia dan dunia (realitas). Marion memunculkan pengertian

“Fenomena Tersaturasi” (saturated phenomenon), yakni ketika intuisi

melebihi kesadaran (rasio), sehingga fenomena secara paradoksal “tidak

terantisipasi” dan “tidak terpahami” lagi (oleh rasio kita). Kita ‘dibanjiri’

fenomena yang membuat kita sering kali tidak mengerti.

Marion menempatkan subjek pada posisi yang paling tidak penting, sebab

rasio manusia bukan apa-apa di depan fenomena tersaturasi. Realitas

memiliki intuisi-nya sendiri dan akan terus menerus mensaturasi

pengalaman kita, mencegah dirinya ‘terpahami’ oleh manusia.

Mungkinkah tanda-tanda ‘kreativitas’ dimulai

dari kekaguman seseorang?

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 7: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Fenomena tersaturasi mendesakkan dirinya lewat kekaguman (amazement),

hingga ia selalu luput dari pikiran manusia yang “serba siap” secara rasional.

Di sini intuisi melampaui konsep. Segala bentuk keterpukauan selalu

mendahului ‘pemahaman’ (understanding) kita. Dan pengalaman kagum

itulah yang melukiskan (mengimajikan) realitas di dalam kesadaran (mind).

Dengan begitu, fenomenologi membebaskan kita dari ketergantungan pada

bahasa, konsep, dan pikiran, yang terlalu menentukan pengetahuan. Ketika

kita tidak lagi menjadi subjek (yang mahakuasa) di depan realitas, fenomena

akan meredeskripsi pengalaman (=‘pergaulan’ dengan realitas, menurut

Heidegger) sebagai kebenaran yang hadir di dalam kesadaran.

Realitas itu sudah selalu terhubung satu sama

lain. Pengetahuan, karenanya, adalah

kepekaan untuk menemukan keterkaitan

(interconnectedness) itu

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 8: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Dengan demikian, pembelajaran kita ‘dikembalikan’ pada pengalaman, yakni

perjumpaan ( pergaulan, percakapan) langsung dengan realitas.

Pengetahuan kita pun tidak hanya berupa bahasa/pikiran, tapi juga imaji-

imaji yang “menghadirkan diri” / kita ‘rekam’ dalam kesadaran (mind,

consciousness).

Dalam Filsafat Manusia, Imajinasi mengingatkan bahwa pengetahuan kita

meliputi: impresi, kenangan, peristiwa, dan ‘kehadiran’ seluruh identitas

kita! Dalam semua itu, realitas selalu utuh. Mengalami kehadiran

(kebenaran) adalah mengetahui. Imajinasi sebagai daya dalam proses

pembelajaran mengutuhkan pengetahuan yang sangat kompleks sekalipun!

Proses pembelajaran kita mesti mencari

alternatif yang mampu mendamaikan

berbagai paradoks serta anomali.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 9: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Pengetahuan yang tersingkap lewat pengalaman (fenomena) bukanlah

pertama-tama karena usaha kita, dan tidak juga akan selesai saat

dibahasakan. Sebab, pengalaman itu tidak ‘direncanakan’. Di titik ini

dipahami bahwa di dalam kesadaran, ada sesuatu “yang menyertai” proses

pengetahuan itulah imajinasi (Tedjoworo, 2001). * Imajinasi adalah

daya yang ‘menangani’ segala sesuatu yang “tak terpahami” atau “tak

terjelaskan” oleh pikiran (rasio).

Imajinasi juga mengembalikan pengetahuan pada pengalaman (realitas),

yang selalu lebih kaya dibanding pemikiran. Mengakui kekuatan ini berarti

menyadari bahwa manusia selalu adalah bagian dari realitas yang holistik.

Kebenaran tersingkap persis dalam perjumpaan & pengalaman yang hadir

di dalam kesadaran kita (bdk. Heidegger).

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 10: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Mengimajikan, dalam proses pengetahuan, lebih bermakna

‘menghadirkan’. Sekalipun masih ada unsur ‘usaha’ manusia, namun

mengimajikan mengandaikan bahwa setiap fenomena adalah pemberian

dari realitas.

Sekalipun kita mengetahui kebenaran sebuah teori, tidak ada yang dapat

menggantikan sebuah pengalaman real. Oleh karenanya, mengimajikan

bersifat mensunyatakan (realising) fenomena, tapi di dalam kesadaran.

Kreativitas dan kepekaan menemukan keterkaitan berbagai fenomena itu

membutuhkan waktu; tidak mungkin dipaksakan!

Aneh bahwa kita hampir selalu terlambat

mengerti sebuah fenomena. Kadangkala ‘Aha’

itu muncul justru di saat kita “tidak sedang

belajar”.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 11: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Karena pertama-tama adalah perkara ‘kehadiran’ (presence) dalam

kesadaran kita, imajinasi tak cukup dimengerti sebatas daya ‘pembentuk’

gambaran (imaji) yang murni spekulatif (out of nothing). Menghadirkan ≠mencipta. Menghadirkan itu bersifat masuk akal (intelligible), sehingga

orang mesti membedakan imajinasi dari ilusi apalagi fantasi.

Mungkinkah itu sebabnya imajinasi sebagai ‘daya’ manusiawi kurang

diperhitungkan? Filsafat dan ilmu pengetahuan sering menempatkan

imajinasi di wilayah seni, dan bukan di wilayah ilmu pengetahuan. Apa

yang berasal dari imajinasi dianggap tidak objektif, tidak ilmiah, hanya

mimpi, dan lebih celaka lagi... “tidak ada”! Iklim verifikasi rasional kita

telanjur mendominasi fenomena dengan pikiran semata.

Apa artinya proses pembelajaran yang lebih

analogis, dan bukan sekadar analitis?

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 12: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Ironisnya, pengalaman kita semakin jarang diperhitungkan dalam kategori

pengetahuan. Kant pernah memunculkan “sintesis a priori”, yang

melibatkan baik pemahaman konseptual maupun pengalaman inderawi,

tapi pengalaman sebagai pengetahuan tak pernah dibicarakan. Peristiwa-

peristiwa dalam pengalaman (“dunia real”) selalu menyisakan pertanyaan

soal kehadiran dan korelasi imaji-imaji konkret sehari-hari.

Ketika kita mengetahui, ada kekuatan dalam kesadaran kita yang sifatnya

menjaga keseimbangan (‘diri’). Mengetahui “terlalu banyak” tidak akan

membuat bingung – sebab, pengetahuan tak mungkin membingungkan.

[Jadi, dari mana ‘kebingungan’ itu? Kalau hanya berpikir rasional? ].

Dapatkah metodologi penelitian kita menjadi

lebih imajinatif, sekaligus tetap masuk akal?

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 13: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Imajinasi, ketika menghadirkan secara kompleks kekayaan realitas,

membuat kita tetap ‘bertahan’ dalam keseimbangan. Ia bekerja persis di

tengah kerumitan proses pengetahuan; ia bekerja sama dengan kemampuan

kognitif dan kreatif manusia, membentuk keutuhan (keterkaitan) dan

keseluruhan yang tidak membingungkan kesadaran kita (Tedjoworo, 2001).

Karena perannya itu, imajinasi menjembatani sensasi dan rasio (bdk.

phantasma / “representasi mental” Aristoteles yang hampir menyamakan

imajinasi dan sensasi). Ilmu Pengetahuan perlu mengakui daya imajinasi

fenomenologis. Sebagian besar pengetahuan kita bukanlah ‘usaha’ kita,

sebab semua itu telah diberikan oleh realitas.

Metodologi penelitian, supaya lebih imajinatif &

kreatif, mesti interdisipliner. Ketidakmampuan dalam

hal ini adalah status quo.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13

Page 14: Imajinasi & Kreativitas - pip.unpar.ac.idpip.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PIP-DS-13-Imajinasi-Kreativitas.pdf · Ilmu pengetahuan terlalu sering mementingkan superioritas

Di dalam “labirin informasi” dewasa ini, kemajuan teknologi dipandang

terlalu cepat. Orang tidak punya waktu lagi untuk ‘berkontemplasi’ di

hadapan realitas. Imajinasi, dan bukan pertama-tama rasio, membuat kita

bisa bertahan di tengah saturasi fenomena, di tengah banjir imaji (“cahaya

membutakan” Marion).

Imajinasi tidak pernah dihentikan oleh rasio (pikiran), sebab ia selalu

menyertai kesadaran kita, menempatkan diri kita dalam keterkaitan dengan

dan pengakuan akan kehadiran realitas. Pengetahuan dan pembelajaran,

karenanya, bukan hanya ‘abstraksi’ (spekulasi), melainkan juga suatu ko-

eksistensi : “hidup bersama dengan realitas”.

Proses pembelajaran tidak hanya menciptakan teori

dan model yang baru, melainkan mengeksplorasi

keterkaitan berbagai fenomena yang mengagumkan

di sekitar kita.

PIP - MATERI DISKUSI DAN SHARING PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF DAN INOVATIF KE 13