ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

7
QIRA’ATUL – QUR’AN A. Pengertian Dasar Ilmu Qira’at Secara bahasa, kata راءات قberasal dari jamak kata راءة قyang berarti “bacaan”, kata tersebut merupakan bentuk mashdar dari fi’il madhi راء ق. Secara istilah, Ilmu Qira-at adalah “Ilmu yang mengenai cara melafadzkan Al-Qur’an yang disertai perbedaan pembacaannya menurut versi orang yang mengucapkannya. Terdapat beberapa definisi mengenai arti Qira’at, yakni : 1. Menurut Al-Zarqani : “Suatu mazhab yang dianut oleh imam qira’at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Qur’anul- Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya.” (Wahid, 2002: 137) Terkandung 3 unsur pokok dalam definisi tersebut : Pertama, qira’at dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, cara membacanya dari satu imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua, cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at didasarkan atas riwayat dan bukan atas qiyas ataupun ijtihad. Ketiga, perbedaan antara qira’at-qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan pengucapannya dalam berbagai keadaan. 2. Menurut Ibnu Al-Jazari : “Pengetahuan tentang cara-cara melafadzkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya dengan membangsakannya kepada penukilnya.” (Wahid, 2002: 138) Wahyu Sebagai Sumber Qira’at Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah yang tidak ada campur tangan Rasulullah ataupun Jibril dalam hal wahyu-Nya itu, apalagi kekuasaan untuk menukar letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat lain. Dengan begitu qira’at adalah bagian dari pada Al-Qur’an itu sendiri, maka qira’at juga

Transcript of ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

Page 1: ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

QIRA’ATUL – QUR’AN

A. Pengertian Dasar Ilmu Qira’at

Secara bahasa, kata قـراءات berasal dari jamak kata قـراءة yang berarti “bacaan”, kata tersebut merupakan bentuk mashdar dari fi’il

madhi قـراء . Secara istilah, Ilmu Qira-at adalah “Ilmu yang mengenai

cara melafadzkan Al-Qur’an yang disertai perbedaan pembacaannya menurut

versi orang yang mengucapkannya. Terdapat beberapa definisi mengenai arti

Qira’at, yakni :

1. Menurut Al-Zarqani : “Suatu mazhab yang dianut

oleh imam qira’at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan

Al-Qur’anul-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur

daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf

maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya.” (Wahid, 2002:

137)

Terkandung 3 unsur pokok dalam definisi tersebut : Pertama, qira’at

dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, cara

membacanya dari satu imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua,

cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at didasarkan atas

riwayat dan bukan atas qiyas ataupun ijtihad. Ketiga, perbedaan

antara qira’at-qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan

pengucapannya dalam berbagai keadaan.

2. Menurut Ibnu Al-Jazari : “Pengetahuan tentang cara-

cara melafadzkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya

dengan membangsakannya kepada penukilnya.” (Wahid, 2002: 138)

Wahyu Sebagai Sumber Qira’at

Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah yang tidak ada campur tangan

Rasulullah ataupun Jibril dalam hal wahyu-Nya itu, apalagi kekuasaan untuk

menukar letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat lain.

Dengan begitu qira’at adalah bagian dari pada Al-Qur’an itu sendiri, maka

qira’at juga bersumber dari wahyu Allah SWT yang hanya Allah sajalah

yang membuatnya.

Ada banyak sekali dalil, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits mengenai

qira’at yang tidak ada campur tangan makhluk manapun. Beberapa dalil Al-

Qur’an di antaranya ialah :

1. QS. Yunus : 15

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang

nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan

dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari

ini atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku

menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut

kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku

takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar

(kiamat)."

Page 2: ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

2. QS. An-Najm : 3-5

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut

kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah

wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan

kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

3. QS. Al-Haqqah : 44-46

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan

atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada

tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali

jantungnya.

Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa Rasulullah SAW sedikitpun

tidak sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf Al-Qur’an,

sekalipun menunjukkan bahwa selain Rasulullah SAW pun pasti tidak akan

sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf pada Al-Qur’an.

Adapun dalil hadits yang menjelaskan tentang sumber qira’at adalah

wahyu Allah SWT, salah satu di antaranya ialah :

ا رضي غـبـاس ابـن ا هللاعـن رسـول أن صلى هللاعـنـهـمـا

حـرف هللا عـلى جـبـريـل أقـؤأنى قـال سـلـم و عـلـيـه

انـهـى حـتى نى يـزيـد و أسـتـزيـده أزل فـلـم فـراجـعـتـه

أحـرف سـبـعـة . إلى

Dari Ibnu Abbas ra, bahwasabya ia berkata : “Rasulullah SAW

bersabda : “Jibril mengajarkan Al-Qur’an untukku dalam satu

huruf. Kemudian aku datang kembali kepadanya dan aku

senantiasa meminta tambah kepadanya. Ia (Jibril) pun

menambahnya untukku sehingga berjumlah tujuh huruf””.

Dari hadits di atas bahwa bukanlah dan memang tidak ada campur

tangan Jibril dalam pengqira’atan wahyu Allah, melainkan Allah-lah yang

memberitahukan Jibril sehingga Al-Qur’an itu berjumlah tujuh huruf.

Demikianlah adanya bahwa qira’at itu diturunkan dari Allah SWT kepada

Rasulullah SAW.

B. Sejarah Pembukuan Ilmu Qira’at

Rasulullah SAW menyampaikan bacaan Al-Qur’an kepada para

sahabatnya dalam 7 huruf yang bertujuan agar mempermudah membaca Al-

Qur’an sesuai uagkapan bahasa orang yang membacanya, akan tetapi bentuk

qira’at yang diterima masing-masing sahabat itu berbeda-beda. Dari situlah

sampai masa kini para ulama mempelajari qira’at lalu menyebarluaskannya.

Kapan qira’at itu turun ? Ada 2 pendapat mengenai turunnya qira’at.

Pendapat pertama mengatakan bahwa qira’at turun di Makkah bersamaan

dengan turunnya Al-Qur’an. Alasannya sebagian besar surat-surat Al-Qur’an

adalah Makkiyah dimana terdapat juga di dalamnya permasalahan qira’at

sebagaimana yang terdapat dalam surat-urat Madaniyah. Inilah yang

menunjukkan bahwa qira’at itu telah turun di Makkah. Sedangkan pendapat

kedua mengatakan bahwa qira’at turun di Madinah sesudah hijrahnya

Rasulullah SAW, dimana saat itu orang-orang yang masuk Islam sudah

Page 3: ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. (Isma’il,

1993: 60-61)

Sahabat Ahli Qira’at Yang Terkenal

Ada banyak sekali para sahabat yang terkenal yang ahli qira’at, antara

lain adalah :

1. Utsman bin Affan. Dari kebanyakan muridnya, satu

di antaranya adalah Mughirah bin Abu Syihab Al-Makhzumi.

2. Ali bin Abi Thalib. Di antara muridnya ialah

Abdurrahman bin Abu Laila, Abu Abdurrahman As-Salami, dan

Abu Aswad Ad-Duwali.

3. Zaid bin Tsabit Al-Anshari, ialah seorang penulis

wahyu untuk Rasulullah SAW. Di antara muridnya ialah Abu

Hurairah, Anas bin Malik, Abdullah bin Malik, dan Abdullah bin

Abbas.

4. Abdullah bin Mas’ud, ialah orang yang paling baik

hafalannya pada masa Rasulullah SAW. Di antara muridnya yakni

Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais, dan Aswad bin

Yazid An-Nakha’i.

5. Ubay bin Ka’ab, yaitu seorang penulis wahyu untuk

Rasulullah SAW, pembaca Al-Qur’an bagi Rasulullah dan orang

yang paling baik hafalannya pada masa Rasulullah. Di antara

muridnya ialah Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, dan Abu

Abdurrahman As-Salami.

6. Abu Musa Al-Asy’ari, ia adalah seorang sahabat

yang mulia dan orang yang paling indah suaranya dalam membaca

Al-Qur’an. Di antara muridnya adalah Sa’ad Ibnu Al-Musayyab,

Haththan Ar-Raqasyi, dan Abu Raja’ Al-‘Atharidi.

Tabi’in Ahli Qira’at Yang Terkenal

Beberapa tabi’in yang terkenal sebagai ahli qira’at berdasarkan tempat

mereka, yakni :

1. Kota Makkah : Mujahid, Ikrimah, Thawus, Ibnu Abi Malikah,

Ubaidin Umair, dan lain-lain.

2. Kota Madinah : Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Musayyab, Zaid bin

Aslam, Urwah bin Zubair, Sulaiman bin Yasar, Az-Zuhri, Ibnu

Syihab, Abdurrahman bin Hurmuz dan Mu’adz bin Harits.

3. Kota Bashrah : Amir bin Abdul Qais, Abul Aliyah, Nashar bin

Ashim, Yahya bin Ya’mar, Jabir bin Hasan, Ibnu Sirin, dan lain-

lain.

4. Kota Kufah : Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais An-

Nakha’i, Al-Aswad bin Zaid An-Nakha’i, Sa’id bin Jubair, Umar

bin Syarahbil, Amar bin Maimun, Harits bin Qais, dan lain-lain.

5. Kota Syam : Abu Darda’, Khalid bin Sa’id, Mughirah bin Abi

Syihab Al-Makhzumi, dan lain-lain.

Pembukuan Ilmu Qira’at

Sebagaimana pembukuan Al-Qur’an, ilmu qira’at juga begitu penting

untuk dibukukan, sebab ilmu qira’at bagian dari pada pemeliharaan dan

penjagaan Al-Qur’an dari perubahan dan pemutarbalikan kata, kalimat, ayat,

maupun surat-surat yang teredapat di dalamnya, dan bahkan dari

penambahan serta pengurangan akibat campur tangan manusia sebagaimana

kitab Injil yang sekarang ini.

Page 4: ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS.Al-Hijr : 9)

Pembukuan ilmu qira’at dilakukan disebabkan oleh adanya

kebohongan yang semakin meluas yang terjadi pada tahun ke-3 H, sedangkan

sedikit sekali ada orang yang jujur saat itu. Saat itu pula ilmu tentang Al-

Qur’an dan Hadits telah banyak sekali cabang-cabangnya dan ada sebagian

ulama sangat antusias sekali memelihara qira’at yang diriwayatkannya.

Orang yang pertama kali mengumpulkan berbagai qira’at lalu menuliskannya

dalam bentuk prosa dalam sebuah kitab adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin

Salam. Ia menuliskan qira’at dari 25 perawi termasuklah imam qira’at

sab’ah, kitabnya itu bernama “Al-Qiraa’aat”, dan ia wafat pada tahun 224 H

Sedangkan orang yang pertama kali menulis Qira’at Sab’ah dalam bentuk

puisi adalah Husain bin Utsman bin Tsabit Al-Baghdadi Adh-Dharir yang

wafat pada tahun 378 H.

Adapun para ulama lain yang menulis tentang qira’at setelah 2 orang

ulama tadi, di antaranya ialah :

1. Ismail bin Ishaq Al-Maliki, beliau mengarang sebuah kitab yang

berjudul “Al-Jaami’” yang berisi bermacam-macam qira’at dan ia

wafat pada 310 H.

2. Muhammad bin Ahmad Ad-Dajuni, beliau menulis sebuah kitab

yang bernama “Al-Qiraa’aatuts-Tsamaaniyah” yang berisi qira’at

para Imam Qira’at Sab’ah dan Qira’at Imam Abu Ja’far. Beliau

wafat pada tahun 334 H.

3. Ahmad bin Jubair, menulis sebuah kitab tentang qira’at para tokoh

ilmu qira’at di lima kota besar, yakni Makkah, Madinah, Bashrah,

Kufah, dan Syam. Beliau wafat pada tahun 358 H.

Beberapa Kitab Ilmu Qira’at

1. Kitab “Al-Ibaanah ‘An Ma’aanil-Qiraa’aat”, yang dikarang oleh

Makki bin Abu Thalib Al-Qaisi (wafat pada tahun 437 H) yang

dicetak oleh Daarul-Ma’muun Lit-Turaats.

2. Kitab “Ithaafu Fudhalaa-il Basyar Fil-Qiraa’aatil-Arba’i ‘Asyar”,

pengarangnya : Ahmad bin Muhammad Ad-Dimyaathi, dicetak oleh

Maktabah Al-Masyhad Al-Husaini, Kairo.

3. Kitab “Al-Hujjatu Fil-Qiraa’aatis-Sab’i”, dibuat oleh Husain bin

Ahmad bin Khalawih (wafat pada tahun 370 H), dicetak di

Damsyik.

4. Kitab “Al-Qiraa’aatul-‘Asyar”, pengarangnya : Al-Marhum Syaikh

Mahmud Khalil Al-Hushari yang dicetak di Kairo.

5. Kitab “Al-Waafii Fii Syarhisy-Syaathibiyah”, yang ditulis oleh

Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhi, dicetak di Mesir.

----- = oOo = -----

Page 5: ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at