ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at
-
Upload
david-hunter -
Category
Documents
-
view
7.066 -
download
8
Transcript of ILMU QIRA'at - Pengertian Sejarah, & an Ilmu Qira'at
QIRA’ATUL – QUR’AN
A. Pengertian Dasar Ilmu Qira’at
Secara bahasa, kata قـراءات berasal dari jamak kata قـراءة yang berarti “bacaan”, kata tersebut merupakan bentuk mashdar dari fi’il
madhi قـراء . Secara istilah, Ilmu Qira-at adalah “Ilmu yang mengenai
cara melafadzkan Al-Qur’an yang disertai perbedaan pembacaannya menurut
versi orang yang mengucapkannya. Terdapat beberapa definisi mengenai arti
Qira’at, yakni :
1. Menurut Al-Zarqani : “Suatu mazhab yang dianut
oleh imam qira’at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan
Al-Qur’anul-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur
daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf
maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya.” (Wahid, 2002:
137)
Terkandung 3 unsur pokok dalam definisi tersebut : Pertama, qira’at
dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, cara
membacanya dari satu imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua,
cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at didasarkan atas
riwayat dan bukan atas qiyas ataupun ijtihad. Ketiga, perbedaan
antara qira’at-qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan
pengucapannya dalam berbagai keadaan.
2. Menurut Ibnu Al-Jazari : “Pengetahuan tentang cara-
cara melafadzkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya
dengan membangsakannya kepada penukilnya.” (Wahid, 2002: 138)
Wahyu Sebagai Sumber Qira’at
Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah yang tidak ada campur tangan
Rasulullah ataupun Jibril dalam hal wahyu-Nya itu, apalagi kekuasaan untuk
menukar letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan begitu qira’at adalah bagian dari pada Al-Qur’an itu sendiri, maka
qira’at juga bersumber dari wahyu Allah SWT yang hanya Allah sajalah
yang membuatnya.
Ada banyak sekali dalil, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits mengenai
qira’at yang tidak ada campur tangan makhluk manapun. Beberapa dalil Al-
Qur’an di antaranya ialah :
1. QS. Yunus : 15
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari
ini atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku
menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut
kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku
takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar
(kiamat)."
2. QS. An-Najm : 3-5
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
3. QS. Al-Haqqah : 44-46
Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan
atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada
tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali
jantungnya.
Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa Rasulullah SAW sedikitpun
tidak sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf Al-Qur’an,
sekalipun menunjukkan bahwa selain Rasulullah SAW pun pasti tidak akan
sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf pada Al-Qur’an.
Adapun dalil hadits yang menjelaskan tentang sumber qira’at adalah
wahyu Allah SWT, salah satu di antaranya ialah :
ا رضي غـبـاس ابـن ا هللاعـن رسـول أن صلى هللاعـنـهـمـا
حـرف هللا عـلى جـبـريـل أقـؤأنى قـال سـلـم و عـلـيـه
انـهـى حـتى نى يـزيـد و أسـتـزيـده أزل فـلـم فـراجـعـتـه
أحـرف سـبـعـة . إلى
Dari Ibnu Abbas ra, bahwasabya ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda : “Jibril mengajarkan Al-Qur’an untukku dalam satu
huruf. Kemudian aku datang kembali kepadanya dan aku
senantiasa meminta tambah kepadanya. Ia (Jibril) pun
menambahnya untukku sehingga berjumlah tujuh huruf””.
Dari hadits di atas bahwa bukanlah dan memang tidak ada campur
tangan Jibril dalam pengqira’atan wahyu Allah, melainkan Allah-lah yang
memberitahukan Jibril sehingga Al-Qur’an itu berjumlah tujuh huruf.
Demikianlah adanya bahwa qira’at itu diturunkan dari Allah SWT kepada
Rasulullah SAW.
B. Sejarah Pembukuan Ilmu Qira’at
Rasulullah SAW menyampaikan bacaan Al-Qur’an kepada para
sahabatnya dalam 7 huruf yang bertujuan agar mempermudah membaca Al-
Qur’an sesuai uagkapan bahasa orang yang membacanya, akan tetapi bentuk
qira’at yang diterima masing-masing sahabat itu berbeda-beda. Dari situlah
sampai masa kini para ulama mempelajari qira’at lalu menyebarluaskannya.
Kapan qira’at itu turun ? Ada 2 pendapat mengenai turunnya qira’at.
Pendapat pertama mengatakan bahwa qira’at turun di Makkah bersamaan
dengan turunnya Al-Qur’an. Alasannya sebagian besar surat-surat Al-Qur’an
adalah Makkiyah dimana terdapat juga di dalamnya permasalahan qira’at
sebagaimana yang terdapat dalam surat-urat Madaniyah. Inilah yang
menunjukkan bahwa qira’at itu telah turun di Makkah. Sedangkan pendapat
kedua mengatakan bahwa qira’at turun di Madinah sesudah hijrahnya
Rasulullah SAW, dimana saat itu orang-orang yang masuk Islam sudah
banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. (Isma’il,
1993: 60-61)
Sahabat Ahli Qira’at Yang Terkenal
Ada banyak sekali para sahabat yang terkenal yang ahli qira’at, antara
lain adalah :
1. Utsman bin Affan. Dari kebanyakan muridnya, satu
di antaranya adalah Mughirah bin Abu Syihab Al-Makhzumi.
2. Ali bin Abi Thalib. Di antara muridnya ialah
Abdurrahman bin Abu Laila, Abu Abdurrahman As-Salami, dan
Abu Aswad Ad-Duwali.
3. Zaid bin Tsabit Al-Anshari, ialah seorang penulis
wahyu untuk Rasulullah SAW. Di antara muridnya ialah Abu
Hurairah, Anas bin Malik, Abdullah bin Malik, dan Abdullah bin
Abbas.
4. Abdullah bin Mas’ud, ialah orang yang paling baik
hafalannya pada masa Rasulullah SAW. Di antara muridnya yakni
Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais, dan Aswad bin
Yazid An-Nakha’i.
5. Ubay bin Ka’ab, yaitu seorang penulis wahyu untuk
Rasulullah SAW, pembaca Al-Qur’an bagi Rasulullah dan orang
yang paling baik hafalannya pada masa Rasulullah. Di antara
muridnya ialah Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, dan Abu
Abdurrahman As-Salami.
6. Abu Musa Al-Asy’ari, ia adalah seorang sahabat
yang mulia dan orang yang paling indah suaranya dalam membaca
Al-Qur’an. Di antara muridnya adalah Sa’ad Ibnu Al-Musayyab,
Haththan Ar-Raqasyi, dan Abu Raja’ Al-‘Atharidi.
Tabi’in Ahli Qira’at Yang Terkenal
Beberapa tabi’in yang terkenal sebagai ahli qira’at berdasarkan tempat
mereka, yakni :
1. Kota Makkah : Mujahid, Ikrimah, Thawus, Ibnu Abi Malikah,
Ubaidin Umair, dan lain-lain.
2. Kota Madinah : Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Musayyab, Zaid bin
Aslam, Urwah bin Zubair, Sulaiman bin Yasar, Az-Zuhri, Ibnu
Syihab, Abdurrahman bin Hurmuz dan Mu’adz bin Harits.
3. Kota Bashrah : Amir bin Abdul Qais, Abul Aliyah, Nashar bin
Ashim, Yahya bin Ya’mar, Jabir bin Hasan, Ibnu Sirin, dan lain-
lain.
4. Kota Kufah : Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais An-
Nakha’i, Al-Aswad bin Zaid An-Nakha’i, Sa’id bin Jubair, Umar
bin Syarahbil, Amar bin Maimun, Harits bin Qais, dan lain-lain.
5. Kota Syam : Abu Darda’, Khalid bin Sa’id, Mughirah bin Abi
Syihab Al-Makhzumi, dan lain-lain.
Pembukuan Ilmu Qira’at
Sebagaimana pembukuan Al-Qur’an, ilmu qira’at juga begitu penting
untuk dibukukan, sebab ilmu qira’at bagian dari pada pemeliharaan dan
penjagaan Al-Qur’an dari perubahan dan pemutarbalikan kata, kalimat, ayat,
maupun surat-surat yang teredapat di dalamnya, dan bahkan dari
penambahan serta pengurangan akibat campur tangan manusia sebagaimana
kitab Injil yang sekarang ini.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS.Al-Hijr : 9)
Pembukuan ilmu qira’at dilakukan disebabkan oleh adanya
kebohongan yang semakin meluas yang terjadi pada tahun ke-3 H, sedangkan
sedikit sekali ada orang yang jujur saat itu. Saat itu pula ilmu tentang Al-
Qur’an dan Hadits telah banyak sekali cabang-cabangnya dan ada sebagian
ulama sangat antusias sekali memelihara qira’at yang diriwayatkannya.
Orang yang pertama kali mengumpulkan berbagai qira’at lalu menuliskannya
dalam bentuk prosa dalam sebuah kitab adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin
Salam. Ia menuliskan qira’at dari 25 perawi termasuklah imam qira’at
sab’ah, kitabnya itu bernama “Al-Qiraa’aat”, dan ia wafat pada tahun 224 H
Sedangkan orang yang pertama kali menulis Qira’at Sab’ah dalam bentuk
puisi adalah Husain bin Utsman bin Tsabit Al-Baghdadi Adh-Dharir yang
wafat pada tahun 378 H.
Adapun para ulama lain yang menulis tentang qira’at setelah 2 orang
ulama tadi, di antaranya ialah :
1. Ismail bin Ishaq Al-Maliki, beliau mengarang sebuah kitab yang
berjudul “Al-Jaami’” yang berisi bermacam-macam qira’at dan ia
wafat pada 310 H.
2. Muhammad bin Ahmad Ad-Dajuni, beliau menulis sebuah kitab
yang bernama “Al-Qiraa’aatuts-Tsamaaniyah” yang berisi qira’at
para Imam Qira’at Sab’ah dan Qira’at Imam Abu Ja’far. Beliau
wafat pada tahun 334 H.
3. Ahmad bin Jubair, menulis sebuah kitab tentang qira’at para tokoh
ilmu qira’at di lima kota besar, yakni Makkah, Madinah, Bashrah,
Kufah, dan Syam. Beliau wafat pada tahun 358 H.
Beberapa Kitab Ilmu Qira’at
1. Kitab “Al-Ibaanah ‘An Ma’aanil-Qiraa’aat”, yang dikarang oleh
Makki bin Abu Thalib Al-Qaisi (wafat pada tahun 437 H) yang
dicetak oleh Daarul-Ma’muun Lit-Turaats.
2. Kitab “Ithaafu Fudhalaa-il Basyar Fil-Qiraa’aatil-Arba’i ‘Asyar”,
pengarangnya : Ahmad bin Muhammad Ad-Dimyaathi, dicetak oleh
Maktabah Al-Masyhad Al-Husaini, Kairo.
3. Kitab “Al-Hujjatu Fil-Qiraa’aatis-Sab’i”, dibuat oleh Husain bin
Ahmad bin Khalawih (wafat pada tahun 370 H), dicetak di
Damsyik.
4. Kitab “Al-Qiraa’aatul-‘Asyar”, pengarangnya : Al-Marhum Syaikh
Mahmud Khalil Al-Hushari yang dicetak di Kairo.
5. Kitab “Al-Waafii Fii Syarhisy-Syaathibiyah”, yang ditulis oleh
Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhi, dicetak di Mesir.
----- = oOo = -----