ILMU KELAUTAN
-
Upload
fajar-mulana-isman-f -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of ILMU KELAUTAN
-
TUGAS INDIVIDU
DPPL
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERSIFAT REAKTIF, ADAPTIF DAN PROAKTIF
OLEH
NAMA : FAJAR MULANA ISMAN F
NIM : l111 12 275
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
-
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERSIFAT REAKTIF,
ADAPTIF DAN PROAKTIF
Kawasan pesisir merupakan bagian dari Daerah yang menjadi batas antara
wilayah laut dengan daratan. Kawasan ini sangat kompleks dengan berbagai isu
dan permasalahan yang memerlukan penanganan yang komprehensif dengan
strategi khusus dan terpadu. Selama ini kawasan pesisir belum mendapat perhatian
yang cukup serius baik dari pemerintah, masyarakat maupun pihak ketiga dalam
pengelolaannya. Sehingga belakangan ini baru dirasakan berbagai permasalahan
yang muncul tentang kawasan pesisir.Salah satu konsep penanganan kawasan
pesisir yang dikembangkan adalah konsep Integrated Coastal Zone Management ,
yaitu pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dengan memperhatikan segala
aspek terkait di pesisir yang meliputi antara lain aspek ekonomi, sosial,
lingkungan dan teknologi. Melalui aplikasi konsep tersebut diharapkan dapat
diatasi berbagai permasalahan yang muncul belakangan ini dalam pengelolaan
kawasan pesisir.
Pemerintah Daerah dalam hal ini dimintakan untuk pro aktif dalam
melaksanakan perwujudan pemberantasan kemiskinan di daerahnya masing-
masing. Seiring dengan proses penerapan otonomi daerah sebagai implementasi
UU No.22/1999 jo. UU 32/2004, maka terdapat beberapa pengaturan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah antara lain : eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan sumberdaya hayati laut, penataan ruang, administrasi dan penegakan
hukum. Pelaksanaan otonomi daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah
harus mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hayati kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil yang berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan, bila ingin
mendapatkan manfaat terbesar dari potensi alam tersebut.
Seiring dengan hal tersebut, dengan otonomi daerah maka Pemerintah
Daerah memiliki dasar yang kuat untuk mengimplementasikan pembangunan
kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) secara terpadu mulai dari aspek
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan,
pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan. Keterpaduan tersebut sangat
dan mutlak diperlukan, karena pada hakekatnya pembangunan yang berkelanjutan
-
adalah pembangunan untuk mencapai keseimbangan antara manfaat dan
kelestarian potensi sumberdaya yang dimiliki. Dampak langsung dari penerapan
otonomi daerah adalah bergesernya kewenangan, khususnya dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan mempunyai konsekuensi langsung terhadap sumber
pembiayaan pembangunan di daerah.
Dengan kewenangan tersebut maka daerah memiliki harapan, terutama
dalam hal landasan hukum (jurisdiksi) dan peluang untuk memperoleh nilai
tambah atas sumberdaya alam yang nantinya akan digunakan untuk memberantas
kemiskinan daerah. Dalam melakukan kebijakan pengelolaan pesisir dan laut,
maka pemerintah dalam hal ini Pemerintah Daerah perlu melakukan upaya-upaya
yang bersifat reaktif dan pro aktif. Upaya reaktif lebih dititik beratkan pada
rehabilitasi dan pemulihan ekosistim yang rusak, pengentasan kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat pesisir, pengembangan mata pencaharian altenatif serta
pengkayaan sumberdaya pesisir.
Secara pro aktif pemerintah mendesentralisasikan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan, menyusun kebijakan umum yang memberikan arahan bagi
pemanfaatan sumberdaya pesisir secara lestari, merumuskan perencanaan
pengelolaan pesisir secara terpadu serta menyusun rancangan undang-undang
Pengelolaan Wilayah Pesisir agar pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut
diregulasi secara bertanggung jawab dengan landasan hukum yang tegas.
Salah satu strategi dalam mengelola sumberdaya pesisir dan kelautan di
daerah yang berbasiskan Otonomi Daerah yang mana untuk mengatasi kelemahan
kapasitas manajemen kelembagaan pembangunan pesisir dan kelautan di daerah
adalah dengan mengembangkan Program Mitra Bahari. Dengan adanya
Program Mitra Bahari diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama antara
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah dan Universitas,
antara Pemerintah Daerah dan Swasta, terutama antara Pemerintah Daerah dan
Nelayan, yang notabene adalah untuk memaksimalkan Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan dalam Memberantaskan Kemiskinan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan,Agus.2009. Kebijakan Dan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. SEKOLAH TINGGI
PERIKANAN:Jakarta
hukum.bunghatta.ac.id/tulisan.php?dw.8.Diakses Pada Tanggal 18 Maret 2014.
Pukul 14:30 WITA.
Jaya, Rusdi.2013.Pengelolaan Ekosistem Pulau Pulau Kecilberbasis
Masyarakatdi Pulau Habe Distrik Okabakabupaten Merauke. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairanfakultas. Pertanian. Universitas
Musamus:Merauke