Iklim Berubah

5
Iklim Berubah, Industri Pariwisata Pun Terancam! Indutri pariwisata sangat tergantung pada keunikan sumber daya alam dan lingkungan. Perubahan iklim yang tidak menentu dan bencana alam yang mengiringinya akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan yang bisa mempengaruhi sektor pariwisata. Sebuah destinasi yang mengandalkan keunikan sumber daya alam akan mengalami penurunan daya saing jika destinasi tersebut mengalami kerusakan sehingga tidak menarik lagi bagi wisatawan. Faktor cuaca dan iklim seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering, panas dan sebagainya juga sangat mempengaruhi pelaksanaan pariwisata baik darat maupun laut. Wisatawan akan merasa tidak nyaman jika sebuah destinasi yang awalnya berhawa dingin dan sejuk ternyata akibat adanya kerusakan lingkungan destinasi tersebut menjadi berhawa panas. Transportasi juga akan terganggu akibat perubahan cuaca yang tidak menentu terutama transportasi udara. Saat ini dampak perubahan iklim terhadap industri pariwisata di Indonesia memang belum begitu terasa tetapi ke depannya sesungguhnya perubahan iklim akan memberikan ancaman yang luar biasa terhadap keberlangsungan industri pariwisata, setidaknya dalam kurun waktu 30 sampai 50 tahun ke depan. Secara umum Julian Fischer membagi empat hal yang mungkin akan dihadapi oleh para pelaku dalam industri pariwisata akibat dari perubahan iklim Dampak pertama adalah framework yang berkaitan dengan ketahanan sosial, pembangunan ekonomi dan kebijakan mitigasi oleh pemerintan. Kemudian dalam hal perilaku dan kebutuhan wisatawan dampak tersebut berkaitan dengan kesadaran masyarakat, pengetahuan, sikap, perilaku, motivasi dan opini akan perubahan iklim dan bagaimana mereka

Transcript of Iklim Berubah

Page 1: Iklim Berubah

Iklim Berubah, Industri Pariwisata Pun Terancam!

Indutri pariwisata sangat tergantung pada keunikan sumber daya alam dan lingkungan. Perubahan iklim yang tidak menentu dan bencana alam yang mengiringinya akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan yang bisa mempengaruhi sektor pariwisata. Sebuah destinasi yang mengandalkan keunikan sumber daya alam akan mengalami penurunan daya saing jika destinasi tersebut mengalami kerusakan sehingga tidak menarik lagi bagi wisatawan.

Faktor cuaca dan iklim seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering, panas dan sebagainya juga sangat mempengaruhi pelaksanaan pariwisata baik darat maupun laut. Wisatawan akan merasa tidak nyaman jika sebuah destinasi yang awalnya berhawa dingin dan sejuk ternyata akibat adanya kerusakan lingkungan destinasi tersebut menjadi berhawa panas. Transportasi juga akan terganggu akibat perubahan cuaca yang tidak menentu terutama transportasi udara.

Saat ini dampak perubahan iklim terhadap industri pariwisata di Indonesia memang belum begitu terasa tetapi ke depannya sesungguhnya perubahan iklim akan memberikan ancaman yang luar biasa terhadap keberlangsungan industri pariwisata, setidaknya dalam kurun waktu 30 sampai 50 tahun ke depan.

Secara umum Julian Fischer membagi empat hal yang mungkin akan dihadapi oleh para pelaku dalam industri pariwisata akibat dari perubahan iklim Dampak pertama adalah framework yang berkaitan dengan ketahanan sosial, pembangunan ekonomi dan kebijakan mitigasi oleh pemerintan. Kemudian dalam hal perilaku dan kebutuhan wisatawan dampak tersebut berkaitan dengan kesadaran masyarakat, pengetahuan, sikap, perilaku, motivasi dan opini akan perubahan iklim dan bagaimana mereka ikut berpartisipasi di dalamnya.

Dalam hal pengalaman berwisata dan daya tarik destinasi dampak perubahan iklim berkaitan dengan sumber daya alam, keaneragaman hayati, aktivitas wisata, kesehatan dan kenyamanan berwisata sementara dalam hal infrastruktur dan industri dampak akan berkaitan langsung dengan investasi, proteksi dan aktivitas bisnis di daerah destinasi. Nah, dampak-dampak tersebut akan bisa merubah kondisi fisik sebuah destinasi, mengubah pola perjalanan wisatawan, penurunan daya saing produk wisata dan jumlah kunjungan wisatawan serta peningkatan harga produk pariwisata yang tidak terkontrol.

Page 2: Iklim Berubah

Berikut adalah berberapa dampak yang sudah terjadi dan ancaman yang akan dihadapi oleh industri dan sektor pariwisata di Indonesia akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global:

1. Kenaikan permukaan air laut menyebabkan kerusakan pada pohon mangrove yang akan menghilangkan daya tarik wisata hutan mangrove di beberapa pantai di Indonesia. Kerusakan hutan mangrove juga akan menyebabkan abrasi pantai sehingga beberapa pantai di Indonesia menjadi tidak menarik. Di Bali kerusakan pantai akibat abrasi diperkirakan 3,7 km per tahun dengan erosi ke daratan sepanjang 50 sampai 100 meter.

2. Saat ini setiap tahun terjadi kenaikan permukaan air laut sebesar 0,30 meter akibat mencairnya es di kutub utara karena pemanasan global. Beberapa pantai dan pulau di Indonesia yang merupakan destinasi wisata unggulan seperti pantai Kuta, Sanur dan kepulauan Wakatobi pada tahun 2030 akan tergenang dan tenggelam sehingga kehilangan keindahannya.

3. Kenaikan permukaan air laut juga akan mengancam daerah dan masyarakat pesisir. Sebagai contoh air teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada 2050, diperkirakan 160 km2 dari kota Jakarta akan terendam air, termasuk Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol sebagai salah satu penunjang dan destinasi wisata utama di Indonesia.

4. Peningkatan suhu air laut akan menyebabkan pemutihan terumbu karang sehingga kehilangan keindahannya. Hal ini sudah terjadi di beberapa taman nasional bahari di Indonesia. Kenaikan suhu sebesar dua derajat akan menyebabkan terumbu karang mati. Padahal sejak tahun 1990 telah terjadi kenaikan suhu sebesar 0,30 derajat celcius setiap tahunnya. Bisa diperkirakan jika kenaikan suhu tidak bisa di kontrol maka dalam beberapa tahun ke depan taman-taman nasional bahari di Indonesia

Page 3: Iklim Berubah

seperti Bunaken, Derawan dan Raja Ampat juga terancam rusak dan tidak menarik lagi karena terumbu karangnya banyak yang mengalami pemutihan dan bahkan mati.

5. Peningkatan suhu udara yang ekstrim akan menyebabkan punahnya beberapa mahkluk hidup sehingga mempengaruhi jumlah keanekaragaman hayati di beberapa taman nasional di Indonesia. Saat ini Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati terbesar nomor tiga di dunia setelah Brazil dan Zaire dan ini merupakan aset utama bagi Indonesia untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Beberapa taman nasional memang sudah ada yang kehilangan keragaman ekosistem penghuninya karena kepunahan.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR PARIWISATA

Beberapa dekade ini, iklim dunia mengalami perubahan yang tidak terkontrol akibat ulah manusia yang melaksanakan pembangunan tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Perubahan iklim ini diprediksi akan terus terjadi pada beberapa dekade yang akan datang (Hamilton, dkk, 2004). Perubahan iklim akan memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia kepariwisataan, baik itu terhadap preferensi wisatawan akan daerah tujuan wisatanya maupun berubahnya daya tarik wisata yang dimiliki destinasi yang berakibat juga pada perubahan pengelolaan destinasi pariwisata (ibid). Sebaliknya, kepariwisataan memberikan kontribusi yang juga besar terhadap perubahan iklim, terutama dari emisi karbondioksida, karena pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia, dan akan terus berkembang dengan pesat.

Dampak perubahan iklim global tentu saja terjadi juga di Indonesia yang sangat mengandalkan potensi sumber daya alam serta keanekaragaman hayati dan budaya yang kaya sebagai andalannya dalam mengembangkan kepariwisataan. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Produk pariwisata khususnya daya tarik wisata, baik alam maupun budaya, akan terpengaruh oleh fenomena perubahan iklim tersebut. Beberapa destinasi pariwisata diperkirakan akan mengalami banjir/genangan, kekeringan, longsor, angin kencang, kerusakan terumbu karang sehingga akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tarik yang dimiliki destinasi tersebut. Atas dasar pertimbangan tersebut maka perlu diantisipasi dampak perubahan iklim terhadap pariwisata serta mempersiapkan berbagai kebijakan terkait sehingga diharapkan dapat memperkecil dampak yang mungkin ditimbulkan.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di beberapa sumber daya wisata pantai (Kawasan Wisata Pantai Pangandaran), pesisir (Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu), pegunungan (Kota Bandung dan sekitarnya), serta sungai (Sungai Citarik, Kabupaten Sukabumi). Analisis data dilakukan dengan menggunakan metoda tabulasi frekuensi, tabulasi silang, regresi, dan korelasi, dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program for Social Science). Hasil akhir dari proses analisis adalah keterkaitan antara pola perubahan iklim dengan pola kunjungan wisatawan, keterkaitan antara pola perubahan iklim dengan kerusakan sumber daya alam dan budaya di destinasi

Page 4: Iklim Berubah

pariwisata unggulan, perubahan karakteristik dan preferensi wisatawan dalam berwisata yang disebabkan perubahan iklim global, perubahan daya tarik wisata yang diandalkan destinasi pariwisata akibat perubahan iklim global.

Pengumpulan data melalui survei instansi, penyebaran kuesioner kepada wisatawan, dan wawancara kepada pengelola wisata pada beberapa sumber daya wisata, memberikan gambaran bahwa perubahan iklim belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kepariwisataan Indonesia, baik itu terhadap preferensi wisatawan maupun terhadap kondisi fisik daya tarik wisata. Berdasarkan persepsi wisatawan, diketahui bahwa iklim berpengaruh terhadap penentuan destinasi pariwisata yang akan dikunjungi jika destinasi yang akan dikunjunginya merupakan destinasi berbasis pegunungan dan pantai. Dari hasil kajian data, diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara pola perubahan iklim dengan pola kunjungan wisatawan di destinasi pegunungan, pantai, dan sungai, walaupun sungai pengaruhnya tidak begitu besar. Dengan begitu, beberapa langkah-langkah strategis harus mulai dirumuskan sebagai upaya mengatasi dan mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pariwisata.