Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

9
PENDAHULUAN A. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa persatuan dan bahasa negara, bahasa daerah, serta bahasa asing. Yang termasuk bahasa persatuan dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tahun 1945. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa di Indonesia dikelompokkan sebagai bahasa daerah, sedangkan bahasa-bahasa yang berasal dari negara lain yang digunakan di Indonesia dikelompokkan sebagai bahasa asing. 1. Bahasa Nasional dan Bahasa Negara Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara sekaligus. Secara lebih rinci, dalam kedudukan itu bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. 2. Bahasa daerah Bahasa daerah berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas daerah, alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan pendukung bahasa Indonesia. 3. Bahasa Asing Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa dan sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan Nama : Egi Nabila NIM : 04011381419195 Kelas : Gamma

description

i

Transcript of Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

Page 1: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

PENDAHULUAN

A. Kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaBahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa

persatuan dan bahasa negara, bahasa daerah, serta bahasa asing. Yang termasuk bahasa persatuan dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tahun 1945. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa di Indonesia dikelompokkan sebagai bahasa daerah, sedangkan bahasa-bahasa yang berasal dari negara lain yang digunakan di Indonesia dikelompokkan sebagai bahasa asing.

1. Bahasa Nasional dan Bahasa Negara

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara sekaligus. Secara lebih rinci, dalam kedudukan itu bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dunia pendidikan, bahasa perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

2. Bahasa daerahBahasa daerah berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas

daerah, alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan pendukung bahasa Indonesia.

3. Bahasa AsingBahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa dan

sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.

B. Bahasa Indonesia BakuBahasa baku adalah inti bahasa yang dapat diterima oleh penutur semua dialek

bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia baku, Anda dapat berinteraksi secara baik dengan teman-teman Anda dari daerah mana pun mereka berasal. Itulah sebabnya, pemerintah selalu mengupayakan pembakuan bahasa, baik ejaan, kosakata, maupun tata bahasanya, agar komunikasi antara orang Indonesia dari daerah yang satu dan orang Indonesia dari daerah lain berjalan lancar, tanpa salah pengertian.

Bahasa Indonesia baku mempunyai keunggulan dalam dua hal, yaitu keunggulan jangkauan wilayah penggunaan dan keunggulan waktu penggunaan. Dengan keunggulan wilayah penggunaan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan di wilayah yang sangat luas jangkauannya. Bahasa Indonesia baku dapat dituturkan dan dimengerti oleh semua orang Indonesia di mana pun mereka tinggal. Bahasa Indonesia baku memiliki kemantapan dinamis. Artinya, kaidah bahasa Indonesia relatif tetap serta tidak berubah setiap saat. Bahasa Indonesia baku memiliki ciri

Nama : Egi NabilaNIM : 04011381419195Kelas : GammaKelompok : MKDU 4

Page 2: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

cendekia. Artinya, bahasa Indonesia baku mencerminkan cara berpikir yang teratur, logis, dan sistematis. Untuk mengungkapkan gagasan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan untuk menyampaikan isi pikiran secara teratur dan sistematis.

C. Kerangka Konseptual, Visi, dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara membawa konsekuensi bahwa bahasa Indonesia harus mampu mengemban tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan bangsa yang cerdas, setiap warga negara, apalagi mereka yang telah terdidik, tidak hanya harus mampu memahami berbagai informasi, tetapi juga mampu menjelaskan, menerapkan, mengevaluasi, dan bahkan mampu mencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni (ipteks), baik sebagai bentuk implementasi maupun inovasi. Untuk itu, diperlukan kemahiran mewujudkan teks sebagai bentuk terlengkap komunikasi berbahasa. Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus bertujuan untuk menciptakan sivitas akademik yang terampil memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya.

Bahasa Indonesia berbasis teks tersebut, secara konseptual perlu dirumuskan bahwa di dalam setiap teks terdapat truktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. makin banyak jenis teks dalam bentuk genre makro yang dikuasai oleh sivitas akademik, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sosial dan akademiknya di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global. Hanya dengan cara itu, sivitas akademik kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara saintifik.

Bahasa Indonesia mampu memicu dan memacu pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan di dunia global. Visi itu dicapai dengan cara (1) meningkatkan literasi berbahasa Indonesia di kalangan sivitas akademik, (2) meningkatkan akses dan relevansi pendidikan tinggi berbasis bahasa Indonesia, (3) meningkatkan kemampuan sivitas akademik untuk mencari dan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni melalui bahasa Indonesia, dan (4) meningkatkan kesadaran sivitas akademik akan peran pentingnya sebagai agen transformasi pola berpikir saintifik melalui penggunaan bahasa Indonesia. Sivitas akademik menjadi penting karena kehidupan kampus secara umum harus menjadi cermin perilaku berbahasa Indonesia yang baik sebagai dampak pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi wahana untuk:(1) menumbuhkan sikap mental sivitas akademik yang mampu mengapresiasi nilai-

nilai bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa dan negara;(2) memberikan pemahaman dan penghayatan atas keberadaan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pemersatu bangsa dan bahasa ipteks;(3) menyiapkan sivitas akademik agar mampu menganalisis permasalahan dan

mencari solusi terhadap persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui pembuatan dan penggunaan teks;

Page 3: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

(4) mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara akademik baik dalam bentuk bahasa Indonesia lisan maupun tulis demi pengembangan ipteks dalam tatanan dunia global.

D. Kompetensi dan Desain PembelajaranMata kuliah Bahasa Indonesia didesain sedemikian rupa sehingga dapat

menjadikan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk ekspresi diri dan akademik. Desain itu dapat digambarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut.1. Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi generik yang isinya merujuk pada

esensi Tujuan Pendidikan Nasional Kompetensi Inti mencakupi unsur nilai spiritual, nilai sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan spesifik yang isinya mendeskripsikan kemampuan yang berkaitan dengan substansi mata kuliah, yang dalam hal ini mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu elemen Mata Kuliah Wajib Umum. Dalam konteks Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian pembelajaran.

3. Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara koheren dan harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara filosofis berfungsi sebagai dasar aksiologis mata kuliah.

4. Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara konsisten dan interaktif sebagai dampak instruksional. KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi sebagai dasar ontologis dan epistemologis mata kuliah.

5. Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 secara bersama-sama merupakan entitas capaian pembelajaran dalam konteks utuh proses psikologis pedagogis/andragogis sebagai suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan nasional

6. Dalam konteks materi kuliah Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar dijabarkan secara utuh, koheren, dan konsisten berdasarkan pada kerangka Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 yang kemudian dikembangkan dalam materi kuliah.

7. Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 1.3 berfungsi untuk membangun sikap spiritual sivitas akademik terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Masa Esa.

8. Kompetensi Dasar 2.1sampai dengan 2.4 berfungsi untuk membangun sikap sosial dengan cara menunjukkan perilaku jujur, responsif, santun, tanggung jawab, peduli, disiplin, dan toleran atas keberagaman dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan teks akademik.

9. Kompetensi Dasar 3.1sampai dengan 3.4 bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan berbahasa Indonesia kepada sivitas akademik agar mereka mampu memahami struktur dan kaidah, membandingkan satu teks dengan teks lainnya, menganalisis, dan mengevaluasi teks-teks akademik.

10. Kompetensi Dasar 4.1sampai dengan 4.7 bertujuan untuk memberikan

Page 4: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan norma bagi sivitas akademik agar mampu mengabstraksi, mengonsepkan, mengadaptasi, memproduksi, menyunting, mengombinasikan, dan mengaktualisasikan teks-teks akademik. Kompetensi berbahasa Indonesia seperti itu diperoleh melalui penerapan pendekatan saintifik.

Partisipasi aktif sivitas akademik diperlukan untuk menyusun strategi pengembangan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Proses pembelajaran aktif itu terdapat dalam implementasi pendekatan teks dengan tahapan: pembangunan konteks dan pemodelan teks, kerja sama membangun teks, serta kerja mandiri membangun teks.

Proses pembelajaran aktif tersebut dilakukan dengan menerapkan berbagai metode belajar, antara lain, sebagai berikut.

(1)  Pembelajaran Tematik Metode ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap pembelajaran, dan pemikiran yang kreatif dalam menggunakan teks tertentu (tematik) untuk membangun sebuah konteks yang baru.

(2) Pembelajaran Berbasis SaintifikMetode belajar ini mengutamakan kaidah-kaidah ilmiah, objektif, terukur, dan sistematis dalam melakukan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu teks.

(3) Pembelajaran Berbasis ProyekPembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berorientasi proses, relatif berjangka waktu, dan berfokus pada masalah tertentu. Metode ini mengedepankan kolaborasi dalam kelompok yang heterogen untuk merancang sebuah proyek tertentu.

(4) Pembelajaran Berbasis MasalahMetode ini berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Dengan metode belajar ini, sivitas akademik disodorkan pada suatu masalah, yang kemudian melalui pemecahan masalah tersebut mereka dapat memperoleh keterampilan- keterampilan baru yang lebih mendasar.

(5) Pembelajaran KolaboratifPembelajaran kolaboratif adalah suatu metode pembelajaran yang di dalam prosesnya, sivitas akademik, baik yang berasal dari disiplin ilmu yang sama maupun dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, bekerja sama mengeksplorasi sebuah pertanyaan spesifik atau bekerja sama merancang sebuah proyek bersama.

(6) Pembelajaran Berbasis TeksPembelajaran berbasis teks atau pembelajaran berbasis genre mengandung makna bahwa teks beserta unsur-unsur di dalamnya menjadi bahan dasar pembelajaran. Mahasiswa tidak hanya mempelajari isi dan kaidah-kaidah tentang teks, tetapi juga mempelajari nilai-nilai sosial yang terungkap di dalamnya. (Poin ini dibicarakan secara khusus pada Bagian E).

E. Pembelajaran Berbasis TeksPembelajaran berbasis teks juga disebut pembelajaran berbasis genre. Secara

sempit genre diartikan sebagai jenis teks. ementara itu, teks dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat dimediakan secara tulis atau lisan yang ditata

Page 5: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

menurut struktur teks tertentu yang mengungkapkan makna secara kontekstual (Wiratno, 2003; Wiratno, 2009). Teks dapat berwujud baik tulis maupun lisan. Bahkan dalam multimoda, teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan gambar/animasi/film. Selain itu, dapat diungkapkan pula bahwa teks dimaknai melalui konteks.

1. Teks sebagai Bahan Dasar Pembelajaran

Teks dan fungsi sosialnya serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya menjadi fokus kegiatan pembelajaran. teks berada dalam konteks. Teks diliputi oleh dua konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi berkenaan dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field); sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (tenor); dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau mengemas pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (mode). Konteks yang kedua adalah konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi. Konteks situasi merupakan konteks yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan konteks budaya lebih bersifat institusional dan global. Konteks budaya yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah konteks budaya akademik. Pada konteks yang demikian itulah diciptakan dan digunakan teks dengan ragam akademik.

2. Jenis-jenis TeksJenis teks dimaknai sebagai genre dalam arti sempit. Genre sebagai jenis teks,

dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksional atau genre rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian, peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksional adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan berdasarkan kenyataan yang sesungguhnya.

Di pihak lain, genre dapat dijelaskan dari sudut pandang makro dan mikro. Genre yang digunakan untuk menamai jenis teks itu secara keseluruhan disebut genre makro. Genre makro berfungsi sebagai payung yang membawahi genre-genre mikro yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, dapat disebutkan teks editorial. Nama editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre makro editorial. Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro deskripsi, laporan, eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat mungkin keseluruhan editorial itu hanya ditulis dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, nama genre makronya adalah editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya adalah genre eksposisi atau diskusi.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Teks

Pada pengajaran dan pembelajaran berbasis teks, terdapat empat tahap yang harus ditempuh (Rose & Martin, 2012), yaitu:

(1)  tahap pembangunan konteks, (2)  tahap pemodelan teks, (3)  tahap pembuatan teks secara bersama-sama, (4)  tahap pembuatan teks secara mandiri.

Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan

Page 6: Ikhtisar Bab 0 Pendahuluan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan belajar (A, B, C, dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks, yang dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada bab itu. Bagian B adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Bagian C adalah tahap pembangunan teks secara bersama-sama. Adapun Bagian D adalah tahap belajar mandiri. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.

F. Desain Buku IniBuku ini terdiri atas lima bab. Pembahasan dalam bab akan membawa

mahasiswa belajar untuk berpikir saintifik melalui tahapan mengamati, menanya, menganalisis, menyajikan, dan mengomunikasikan, walaupun kata-kata cerminan proses berpikir saintifik itu sendiri tidak selalu muncul dalam judul subbab yang ada.

Bab I berisi uraian tentang berbagai genre makro yang dijumpai di lingkungan akademik. Pada Bab II mahasiswa diajak untuk menjelajah dunia pustaka. Mendesain proposal, baik untuk kegiatan maupun untuk penelitian, adalah pokok persoalan yang disajikan pada Bab III. Bab IV berkenaan dengan cara melaporkan hasil kegiatan dan hasil penelitian. Melalui bab ini, mahasiswa akan belajar bagaimana melaporkan hasil kegiatan dan hasil penelitian. Agar laporan kegiatan dan laporan penelitian dapat dipahami oleh pihak lain, laporan itu harus mahasiswa susun menurut tata cara yang berlaku secara akademik, baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan. Bab V diarahkan untuk membekali mahasiswa dalam mengaktualisasikan diri melalui artikel ilmiah. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk menyelami bagaimana memformulasikan artikel ilmiah, baik artikel penelitian maupun artikel konseptual.