Ijtihad Rede

8
PENGERTIAN IJTIHAD # Menurut Bahasa IJTIHAD Al-jahd atau Al-juhd lamasyakat ( kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan) IJTIHAD berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit # menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi IJTIHAD adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat." # Menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas IJTIHAD adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fxqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum syar‘i (hukum Islam). Syarat-syarat Ijtihad Syarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai mujtahid : 1. Memiliki ilmu penegtahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum. 2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits-hadits tersebut untuk menggali hukum. 3. Meguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma’ agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma’ 4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk menggali hukum

description

ff

Transcript of Ijtihad Rede

PENGERTIAN IJTIHAD# Menurut Bahasa IJTIHAD Al-jahd atau Al-juhd lamasyakat ( kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan)IJTIHAD berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit # menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi IJTIHAD adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat."# Menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas IJTIHAD adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fxqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum syari (hukum Islam). Syarat-syarat IjtihadSyarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai mujtahid :1. Memiliki ilmu penegtahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum.2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits-hadits tersebut untuk menggali hukum.3. Meguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk menggali hukum 5. Menguasai bahasa Arab secara mendalam.6. Mengetahui secara mendalam tentang nasikh-mansukh dalam Al-quran dan hadits.7. Mengetahui latar belakang turunnya ayat(asbab-ul-nuzul) dan latar belakang suatu hadits (asbab-ul-wurud), agar ia mampu melakukan istinbath hukum secara tepat.8. Mengetahui sejarah para periwayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu Hadist, apakah Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. Sebab untuk menentukan derajad/nilai suatu Hadits sangat tergantung dengan ihwal perawi yang lazim disebut dengan istilah sanad Hadits. 9. Mengetahui ilmu logika/mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar dalam menyatakan suatu pertimbangan hukum dan sanggup mempertahankannya.10. Menguasai kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh, agar dengan kaidah-kaidah ini ia mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk menghasilkan hukum suatu permasalahan yang akan diketahuinya RUANG LINGKUPLingkup ijtihad hanya terbatas pada penggalian hukum syariat dari dalil-dalil Dzanni. Ijtihad tidak boleh memasuki wilayah yang sudah pasti(qathi), maupun masalah-masalah yang bisa diindera atau dipahami secara langsung oleh akal.Ijtihad hanya terjadi dan berlaku pada wilayah faru dan zhanni. KEDUDUKAN IJTIHADBerbeda dengan Al-Quran dan as-Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif Sesuatu keputusan yang ditetapkan oelh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa/ tempat yang lain. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan METODE IJTIHAD Qiyas Maslahah Mursalah Urf (Adat) Istishhab Adz Dzariah

QIYAS Qiyas ialah memberlakukan hukum yang sudah berlaku sebelumnya pada kejadian baru yang belum jelas hukumnya. Qiyas ini dapat diterapkan apabila antara kejadian yang lama dan yang baru terdapat persamaan dari segi illat (sebab timbul hukumnya). Artinya, qiyas hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang mempunyai illat. Contohnya mengqiyaskan padi kepada kurma dari segi wajib mengeluarkan zakatnya, karena persamaan illatnya yaitu sebagai bahan makanan pokok. Illat seperti itu terdapat pada beras. Sebab itu mereka menetapkan bahwa beras wajib dikeluarkan zakatnya, karena persamaan illat dengan kurma.Maslahah Mursalah maslahah mursalah ialah manfaat-manfaat yang seirama dengan tujuan Allah Taala (Pembuat hukum), akan tetapi tidak terdapat dalil (argumen) khusus yang menjelaskan bahwa manfaat tersebut diakui atau tidak diakui oleh Allah Taala (Pembuat hukum). Landasasn hukum penerapan maslahah mursalah: Penelitian membuktikan bahwa Allah Taala dalam menetapkan hukum-hukum memperhatikan kemaslahatan manusia. Di antara buktinya ialah firman Allah Taala : ( : 107)Tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al -Anbiyaa : 107) Ijtihad para sahabat dan para fuqaha sesudahnya tentang banyak kejadian tidak hanya perpegang pada asas qiyas, tetapi juga memperhatikan asas kemaslahatan. Di antara contohnya ialah : Abu Bakar Ash Shiddiq menghimpun Al Quran dalam sebuah Mushhaf sesuai dengan saran Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mengatakan : Menhimpun Al Quran dalam satu Mushhaf adalah paling baik dan sesuai dengan kemaslahatan Islam. Umar bin Khaththab menjatuhkan hukuman mati atas sejumlah orang yang membunuh satu orang (pembunuhan masal), dengan alasan jika tidak dijatuhi sanksi qishash maka pembunuhan masal akan dijadikan alasan untuk menghindar dari qishash. Para sahabat sepakat tentang mewajibkan tukang agar menjamin barang orang lain yang rusak ditangannya, demi mencegah timbulnya sikap memandang enteng hak milik orang lain yang sedang berada di tangan mereka. Contoh maslahah mursalah Munasib (kemaslahatan) yang diakui Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui dan tidak ditolak Urf (Adat) Urf ialah kebiasaan masyarakat, baik perbuatan maupun ucapan (bahasa). Contoh urf perbuatan ialah kebiasaan masyarakat melakukan jual beli muathah yaitu kontrak jual beli tanpa ijab qabul dengan lisan, tetapi langsung saling memberi. Artinya, penjual memberikan barang yang dijual kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang kepada penjual. Ini disebut muathah (saling memberi). Contoh urf ucapan (bahasa) dalam masyarakat Arab ialah tidak menggunakan kata lahm (daging) pada ikan. Macam-Macam Urf (Adat) Urf (adat) umum ialah yang berlaku pada kebanyakan penduduk suatu negeri dalam suatu waktu, seperti urf (adat) melakukan (akad istishna), menyewa kamar mandi tanpa memperhitungkan lama waktunya. Sedangkan urf (adat) khusus (terbatas) ialah yang berlaku pada kelompok tertentu dari penduduk suatu negeri. Dari segi lain urf (adat) terbagi kepada urf (adat) yang sohih (benar) dan urf (adat) tidak sohih (tidak benar). urf (adat) yang sohih ialah kebiasaan masyarakat yang tidak mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal atau menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram. Contohnya urf (adat) masyarakat memberikan urbun (uang muka) dalam akad istishna. urf (adat) yang tidak sohih ialah kebiasaan yang menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram atau mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal, seperti kebiasaan makan riba, menyajikan minuman memabukkan dalam jamuan tertentu, dan lain-lain. Para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang sahih, berlaku umum dan secara terus menerus sejak masa Sahabat dan sesudah mereka, tidak menyalahi nash (teks) Al Quran dan Sunnah serta prinsip asasi Syariat Islam asalah berlaku sebagai sumber hukum. Contohnya seperti akad istishna, ijarah (sewa menyewa), salam, jual beli dengan muathah, dan lain-lain. Dari segi lain, para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang tidak sahih tidak dapat dijadikan sumber hukum, seperti riba, minum khamar, judi, dan lain sebagainya. Penerapan urf (adat) dalam Islam mempunyai landasan yang kuat dari Islam itu sendiri. Ada dua dasar yang disebut-sebut fuqaha.1. Firman Allah Taala : ( : 199) Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al Araaf : 199) 2. Penjelasan seorang sahabat bernama Abdullah bin Masud r.a. , Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik juga di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang Islam, maka buruk juga di sisi Allah. Sesuai dengan dasar di atas maka para fuqaha, terutama pendukung mazhab Maliki dan Hambali, memandang urf (adat) sebagai salah satu sumber penetapan hukum. Pandangan ini mereka simpulkan dalam sebuah asas yang berbunyi : Adat kebiasaan menjadi dasar penetapan hukum. Pandangan ini mereka ungkapkan pula dalam asas bahwa apa yang sudah berlaku sebagai adat kebiasaan adalah sama dengan yang ditetapkan oleh dalil (argumen) dari Syariat Islam. Asas-asas tersebut mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh urf (adat) dalam hukum Islam. ISTISHHAB Pengertian Menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar ada pada masa sebelumnya. Atau menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar tidak ada pada masa sebelumnya. Ringkasnya, istishhab ialah melanjutkan kenyataan sebelumnya, baik ada atau tidak ada. Macam-macam istishhab Asas : Apa yang terdapat di bumi halal dimanfaatkan. Asas ini tetap berlaku sampai terdapat bukti yang menunjukkan ia haram. Dasarnya ialah firman Allah Taala : ( : 29) Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu. Asas : Apa yang ada dipandang tetap ada. Asas ini tetap berlaku sampai ada bukti yang menunjukkan ia telah tiada. Jadi apa yang ada harus dipandang seperti semula. Asas : Setiap orang tidak bertanggung jawab. Asas ini tetap berlaku pada setiap orang, kecuali ada bukti yang menunjukkan ia bertanggung jawab. Ketiga macam istishhab tersebut memberikan solusi yang mudah diterapkan bagi penyelesaian banyak persoalan muamalat. Adz Dzariah Arti adz dzariah ialah jalan (wasilah) menuju sesuatu. Jalan yang dimaksud di sini ialah jalan menuju hukum syariat Islam. Ringkasnya, dalam Syariat Islam terdapat dua segi, yaitu tujuan dan wasilah menuju tujuan. Hukum wasilah mengikut hukum tujuan. Apabila tujuan wajib, maka hukum wasilah menujunya wajib pula. Apabila hukum tujuan haram, maka hukum wasilah menujunya haram pula. Demikian juga hukum-hukum yang lain, baik makruh, sunnat dan mubah.