IJTIHAD IMAM MALIKI.docx
-
Upload
mawan24985 -
Category
Documents
-
view
61 -
download
4
Transcript of IJTIHAD IMAM MALIKI.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah mencatat, perkembangan hukum islam mengalami perubahan,
dalam hal ini Muhammad khudhori mengklasifikasikannya menjadi enam
periode. Periode pertama dimulai sejak terutusnya nabi Muhammad SAW
sampai beliau wafat. Pada periode ini penetapan hukum sepenuhnya berada
dalam kendali beliau atas dasar wahyu. Kemudian periode kedua yakni
periode masa Khulafaur Rasyidin, pada masa ini mulai mengembangkan
ijtihad dalam menetapkan suatu masalah. Dilanjutkan periode ketiga yaitu
pembinaan hukum pada masa daulah umayyah, pada masa ini muncul yang
namanya ahlul ra’yi dan ahlul hadits.
Periode keempat adalah pembinaan hukum pada masa pembukuan fiqih
dan hadits serta munculnya imam-imam madzhab. Dalam perkembangan
sejarah periode ini merupakan puncak kejayaan yang ditandai dengan
kemajuan berbagai bidang ilmu. Karena hasil ijtihad para ulama’ saat itu
sudah dianggap lengkap dan mencakup semua aspek kehidupan, maka pada
periode kelima semangat berijtihad mengalami kemunduran hingga pada
periode keenam munculah masa taqlid. Oleh karena itu pada zaman sekarang
banyak sekali terjadi perselisihan dan perbedaan faham tentang masalah
hukum, karena pada periode keempat telah muncul imam-imam madzhab
yang pendapat mereka berbeda dalam masalah hukum islam. Hal ini yang
menyebabkan pecahnya umat islam di zaman sekarang. Padahal yang
demikian itu tidak seharusnya terjadi karena memang begitulah ajaran islam
yang sangat mengahargai berfikir. kalau kita membaca sejarah para imam
madzhab, seprti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
hambali dan imam-imam lainnya, walaupun mereka berbeda pendapat tapi
saling menghargai. Dalam hal ini pemakalah akan mencoba menguraikan
jasa-jasa salah satu madzhab Ahlisunnah wal jamaah yaitu madzhab Maliki
dalam pembinaan Hukum Islam.
1
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan dalam penulisan makalah ini, akan dibatasi
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Biografi Imam Malik ?
2. Apakah Metode ijtihad Imam Malik ?
3. Apakah Jasa-jasa Imam Malik dalam pembinaan hukum islam ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun batasan masalah dari
pembahasan makalah ini adalah:
1. Biografi Imam Malik;
2. Metode ijtihad Imam Malik;
3. Jasa-jasa Imam Malik dalam pembinaan hukum islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Malik
Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin
Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin
Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H/712 M dan wafat tahun
179 H/796 M.1 Berasal dari keluarga Arab terhormat, berstatus sosial tinggi,
baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Tanah asal leluhurnya adalah
Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut Islam, mereka pindah ke
Madinah. Kakeknya, Abu Amir, adalah anggota keluarga pertama yang
memeluk agama Islam. Saat itu, Madinah adalah kota ‘ilmu’ yang sangat
terkenal.2
Kakek dan ayahnya termasuk kelompok ulama hadits terpandang di
Madinah. Karenanya, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan
Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber
ilmu yang berlimpah lewat kehadiran ulama-ulama besarnya. Kendati
demikian, dalam mencari ilmu Imam Malik rela mengorbankan apa saja.
Menurut satu riwayat, sang imam sampai harus menjual tiang rumahnya
hanya untuk membayar biaya pendidikannya. Menurutnya, tak layak seorang
yang mencapai derajat intelektual tertinggi sebelum berhasil mengatasi
kemiskinan. Kemiskinan, katanya, adalah ujian hakiki seorang manusia.
Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni
pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Kendati demikian, ia
pernah berguru pada ulama-ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu
Syihab az Zuhri, Abul Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said al Anshari,
dan Muhammad bin Munkadir. Gurunya yang lain adalah Abdurrahman bin
Hurmuz, tabi’in ahli hadits, fikih, fatwa dan ilmu berdebat; juga Imam Jafar
Shadiq dan Rabi Rayi. Dalam usia muda, Imam Malik telah menguasai
1 Abdul Mujib, kawasan dan wawasan studi islam,( kencana,2007),hlm.1842 Tim Ilmiah purnasiswa, Sejarah Tasyri’ islam,(Forum pengembangan intelektual
lirboyo,2006),hlm.260
3
banyak ilmu. Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya
diabdikan dalam dunia pendidikan. Tidak kurang empat khalifah, mulai dari
Al Mansur, Al Mahdi, Hadi Harun, dan Al Ma’mun, pernah jadi murid Imam
Malik. Ulama besar, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah
menimba ilmu dari Imam Malik. Belum lagi ilmuwan dan para ahli lainnya.
Menurut sebuah riwayat disebutkan murid terkenal Imam Malik mencapai
1.300 orang. Ciri pengajaran Imam Malik adalah disiplin, ketentraman, dan
rasa hormat murid kepada gurunya. Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya
sehingga tak segan-segan ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar
prinsip tersebut. Pernah suatu kali Khalifah Mansur membahas sebuah hadits
dengan nada agak keras. Sang imam marah dan berkata, ”Jangan melengking
bila sedang membahas hadits Nabi.”
Ketegasan sikap Imam Malik bukan sekali saja. Berulangkali, manakala
dihadapkan pada keinginan penguasa yang tak sejalan dengan aqidah
Islamiyah, Imam Malik menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. Salah
satunya dengan Ja’far, gubernur Madinah. Suatu ketika, gubernur yang masih
keponakan Khalifah Abbasiyah, Al Mansur, meminta seluruh penduduk
Madinah melakukan bai’at (janji setia) kepada khalifah. Namun, Imam Malik
yang saat itu baru berusia 25 tahun merasa tak mungkin penduduk Madinah
melakukan bai’at kepada khalifah yang mereka tak sukai. Ia pun
mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai’at tanpa keikhlasan seperti
tidak sahnya perceraian paksa. Ja’far meminta Imam Malik tak
menyebarluaskan pandangannya tersebut, tapi ditolaknya. Gubernur Ja’far
merasa terhina sekali. Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera
Imam Malik sebanyak 70 kali. Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam
diarak keliling Madinah dengan untanya. Dengan hal itu, Ja’far seakan
mengingatkan orang banyak, ulama yang mereka hormati tak dapat
menghalangi kehendak sang penguasa. Namun, ternyata Khalifah Mansur
tidak berkenan dengan kelakuan keponakannya itu. Mendengar kabar
penyiksaan itu, khalifah segera mengirim utusan untuk menghukum
keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam.
4
Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik bermukim di
ibukota Baghdad dan menjadi salah seorang penasihatnya. Khalifah
mengirimkan uang 3.000 dinar untuk keperluan perjalanan sang imam.
Namun, undangan itu pun ditolaknya. Imam Malik lebih suka tidak
meninggalkan kota Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi
keluar Madinah kecuali untuk berhaji. Dalam sebuah kunjungan ke kota
Madinah, Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun Al Rasyid (penguasa saat itu),
tertarik mengikuti ceramah al Muwatta’ yang diadakan Imam Malik. Untuk
hal ini, khalifah mengutus orang memanggil Imam.3 ”Rasyid, leluhur Anda
selalu melindungi pelajaran hadits. Mereka amat menghormatinya. Bila
sebagai khalifah Anda tidak menghormatinya, tak seorang pun akan menaruh
hormat lagi. Manusia yang mencari ilmu, sementara ilmu tidak akan mencari
manusia,” nasihat Imam Malik kepada Khalifah Harun. Sedianya, khalifah
ingin jamaah meninggalkan ruangan tempat ceramah itu diadakan. Namun,
permintaan itu tak dikabulkan Malik. ”Saya tidak dapat mengorbankan
kepentingan umum hanya untuk kepentingan seorang pribadi.” Sang khalifah
pun akhirnya mengikuti ceramah bersama dua putranya dan duduk
berdampingan dengan rakyat kecil.
Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di
seantero dunia Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan
Kharijis bersenjatakan pedang memasuki masjid Kuffah. Tetapi, Imam Malik
yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tempatnya. Mencium
tangan khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat
kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti
itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia
menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam Abu Hanifah yang
mengunjunginya. Beliau wafat pada tahun 179 hijrah ketika berumur 86 tahun
dan meninggalkan tiga orang putera dan seorang puteri.4
3 http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=170
4 Op Cit. Abdul Mujib.
5
Guru-guru imam malik sangat banyak, antara lain:
1. Abdurrahman bin Hurmuz;
2. Nafi’ Maulan ibnu Umar;
3. Abnu Shihab Az-Zuhri, dan lain-lain.
Adapun murid-muridnya adalah :
1. Abumuhammad abdullah bin wahab;
2. Asbah bin farj;
3. Imam syafi’i
4. Muhammad bin ibrahim, dan lain-lain.5
B. Metode Ijtihad Imam Malik
Ditengah bekembangnya Mazhab hanafi, Imam Maliki memposisikan
diri sebagai ulama’Ahlu Al-Hadist, yang berpijak kepada tekstualitas dan
memasukkan beberapa konsep Dhuruf wa Al-Hal serta diikuti
dengan maslahah mursalah. Pemikiran Imam Malik pada keseluruhannya
hampir sama dengan ulama’ di irak, khusunya dalam ketergantungannya baik
dalam praktek yang dipandang ideal maupun dalam tradisi yang hidup dari
para ulama.
Tujuan imam malik adalah ingin mengemukakan doktrin-doktrin yang
deterima dari kalangan ulama’ madinah dan begitu jauh konsep-konsepnya
didasari pada pemikiran perorangan dan wakil aliran madinah tersebut.
Didalam menggabungkan penggunaan fikiran dengan ketergantungan kepada
tradisi yang hidup, Malik menampakan ciri khas madinah, sehingga fiqh yang
dikarang oleh Imam Maliki dilatar belakangi oleh madinah.Dalam berbagai
hal banyak ditemui bahwa pemikiran imam malik banyak diilhami oleh
tradisi masyrakat madinah yang didasari pertimbangan-pertimbangan yang
matang.
Masyarakat penduduk madinah banyak menerima fatwa-fatwa imam
maliki walaupun kondisi masyarakat yang beragam aliran, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi fatwa-fatwa imam malik antara lain: budaya, sifat,
5 Hasan Al-Jam al. Biografi 10 imam Besar. (Jakarta: Pustaka Al-Kaustar, 2003), 37
6
dan kondisi masyarakat pada masa itu yang plural, sehingga imam malik
menggunakan teori maslahah mursalah.
Imam Malik adalah peletak dasar madzhab Maliki yang dikenal sebagai
ahli hadis dan ahli fiqih. Dalam menentukan hukum-hukum, imam maliki
memberi runtutan pengambilan sumber hukum, adapun sumber-sumber
hukum yang digunakan imam malik antara lain:
1. Al Quran;
2. Hadist (yang berkualitas shahih dan masyhur);
3. Amal ahl Madinah(amalan ulama’ madinah ketika itu);
4. Fatwa sahabat;
5. Qiyas (analogis);
6. Maslahah mursalah (kepentingan umum);
7. Istihsan;
8. Dzari’ah.6
Pokok-pokok pikiran dan hasil ijtihad imam Malik yang telas ditulis
kurang lebih 13 abad yang lalu masih eksis dan banyak diikuti umat islam di
berbagai belahan dunia. Secara khusus imam Malik tidak menulis metode
yang digunakan dalam berijtihad tersebut. Oleh karena itu para pengikutnya
belakangan mencoba untuk merumuskannya dengan meneliti hasil karyanya,
khususnya dalam kitab Al-muwatha’. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa metode yang ditempuh Imam Malik dalam menetapkan
hukum islam adalah berpegang pada:
1. Al-Qur’an dan Assunah, Imam malik melihat dan mengembangkannya
dari segi: Nash dzahir, mafhum mukhalafah, mafhum muwafaqah dan al-
tanbih ala al-‘illah. Al-tanbih ala al-‘illah adalah memperhatikan illat yang
disebutkan dalam nash dan mengembangkannya kepada sesuatu yang tidak
disebutkan tapi mempunyai illat yang sama.7 Misalnya firman Allah pada
surat Al-Anam ayat 145:
6 Muhammad Ma’sum Zaini,Ilmu ushul fiqih,(Darul hikmah jombang,2008),hlm.49
7 Prof.Kasuwi Saiban, Metode Ijtihad Ibnu Rusdy,(kutub minar,2005), hlm.180
7
قل ال أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إال ان يكونميتة اود ما مسفوحا اولحم حنزير فإنه رجس –اآلية
“katakanlah “ Tidakkah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu berupa bangkai atau darah yang mengalir atau babi, karena sesungguhnya semua itu kotor…….”8
2. Amal/perbuatan Penduduk Madinah, adalah sebagai hujjah bagi Malik dan
didahulukan dari pada Qiyas dan Khobar Ahad.9 Dalam suratnya yang
dikirimkan kepada al-laits ibn sa’ad Imam malik menjelaskan akan posisi
amal ahli madinah sebagai hujjah dalam penetapan hukum islam.
Demikian ini karena Madinah adalah tempat hiijrah Nabi Muhammad, di
situ pula ayat-ayat Al Quran diturunkan, sehingga mereka yang bermukim
di Madinah menyaksikan turunnya wahyu dan mengikuti sunah Rasulullah
SAW secara langsung sampai beliau wafat. Kondisi ini dilanjutkan oleh
generasi berikutnya secara berkesinambungan, sehingga amalan penduduk
Madinah menurut Imam Malik merupakan kristalisasi dari sunnah
Rasululah saw. Oleh karena itu posisi amal penduduk Madinah ini
menurutnya lebih kuat dibanding hadits ahad. Sebagai contoh, menurut
Imam Malik zakat hasil pertanian (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan)
selain yang dijelaskan oleh nabi Muhammad saw adalah tidak wajib. Jika
sayur-sayuran atau buah-buahan tersebut dijual maka uang hasil
penjualannya baru wajib dizakatkan apabila berada di tangan pemiliknya
selama setahun, karena begitulah praktek penduduk madinah. Dalam hal
ini ia menolak keumuman hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Salim
ibn Abdullah dari ayahnya sebagai berikut:
عن سالم بن عبدالله عن ابيه رضي الله عنه عن النبي ص م ل قال فيما سقت السماء والعيون اوكان عثريا العشر وما سقي بالنضح نصف
العشر )رواه البخاري(
8 Alquran dan terjemahan, Kementerian Agama9Tim Ilmiah purnasiswa, Sejarah Tasyri’ islam,(Forum pengembangan intelektual
lirboyo,2006),hlm.260
8
Dari salim ibn Abdullah ra dari ayahnya , dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Tanaman yang mendapatkan siraman dari langit dan sumber atau siraman air hujan maka zakatnya sebesar 10%. Sedangkan tanaman yang disirami dengan pengairan maka zakatnya 5%” (HR. Bukhori)
Imam malik tidak sependapat dengan Abu hanifah yang
mengatakan bahwa hadits tersebut mencakup seluruh jenis tanaman.
Menurutnya hadits diatas hanya berlaku pada jenis buah-buahan yang telah
dijelaskan Rasulullah SAW, seperti kurma, anggur, dan gandum(sebagai
makanan pokok) yang mengenyangkan, sebab seperti itulah yang didapati
dalam praktek penduduk Madinah.10
Pandangan Imam Malik mengenai Amal Ahli Madinah ini mendapat
reaksi keras dari para ulama’, antara lain Imam Syafi’i dan Abu Yusuf
menurut mereka pandangan Imam malik terlalu berlebihan, karena
penduduk Madinah bukanlah orang-orang yang ma’shum.11
3. Fatwa sahabat
Fatwa sahabat atau Aqwal sahabat adalah semua perkataan,
tindakan dan ketetapan dalam meriwayatkan dan memutuskan suatu
persoalan. Imam Malik berpendapat bahwa fatwa sahabat itu bisa
dijadikan hujjah bedasarkan:12
a. Al-qur’an, surat Ali imran:110, yaitu
كنتم خير أمة اخرجت لناس تأمرون بالمعروف وتنهون عنالمنكر
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar. b. Hadis riwayat ‘Abd bin Humaidi
. أصحابى كا لنجوم بأيهم إقتديتم إهتديتم
10 Prof.Kasuwi Saiban, Metode Ijtihad Ibnu Rusdy,(kutub minar,2005), hlm.181 11 Ibid12 Op Cit. Muhammad Ma’sum Zaini, hlm.136
9
Sahabatku bagaikan bintang-bintang, siapa saja diantara kamu ikuti, pasti engkau mendapatkan petunjuk.
4. Qiyas
Qiyas adalah menghubungkan suatu peristiwa yang status
hukumnya tidak disebutkan oleh nash dengan peristiwa yang disebutkan
hukumnya lantaran illat hukumnya sama, misalnya sabu-sabu dengan arak.
Imam malik menjadikan qiyas sebagai sumber hukum setelah Al Quran,
hadits, Amalul ahli Madinah dan Fatwa sahabat.
5. Mashlahah Mursalah Istishlah yaitu kemaslahatan-kemaslahatan yang
tidak diperlihatkan oleh syara’ kebatalannya dan tidak pula disebutkan
oleh nash tertentu dan dikembalikan pada pemeliharaan maksud syara’
yang keadaan maksudnya dapat diketahui dengan Al-Qur’an, Sunnah, Ijma
dan tidak diperselisihkan mengikutinya kecuali ketika terjadi pertentangan
dengan maslahat lain. Menurutnya taklif ( beban hukum) itu seiring
dengan tujuan syariat, yaitu untuk memberi kemaslahatan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam penetapan hukum islam
kemaslahatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dijadikan
dasar. Sebagai contoh diperbolehkannya menyiksa seseorang yang
dicurigai mencuri harta orang lain, karena menurut Imam malik tindakan
seperti itu sesuai tujuan syariat, yaitu untuk melindungi harta benda
manusia.13 Beliau berpendapat menggunakan istihsan dalam berbagai
masalah, seperti jaminan pekerjaan, menolong pemilik dapur roti dan
mesin giling, bayaran kamar mandi bagi semua orang itu sama dan
pelaksanaan Qishos harus menghadirkan beberapa orang saksi dan
sumpah; hanya saja imam Malik tidak meluaskan dalam pendapatnya tidak
seperti madzhab Hanafi.14
Secara umum, Imam Malik menggunakan maslahat meskipun tidak
ada nash atau hadis Nabi SAW. karena tujuan syara’ adalah untuk
13 Ibid. Muhammad Ma’sum Zaini, hlm.72.
14 Op Cit. Prof.Kasuwi Saiban, hlm.183.
10
kemasla-hatan umat manusia dan setiap nash pasti mengandung nilai
maslahat. Jika tidak ada nash, maslahat hakiki adalah melihat tujuan
hukum syara’.Untuk menjadikan maslahah mur-salah menjadi dalil, Imam
Malik bertumpu pada:
1. Praktek para sahabat yang telah menggunakan maslahah mursalah,
diantaranya saat sahabat mengumpulkan Alquran kedalam beberapa
mushaf, padahal hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
2. Adanya maslahat berarti sama dengan merealisasikan maqasid al-
syariah. Oleh karena itu, wajib menggunakan dalil maslahat karena
merupakan sumber hukum pokok yang berdiri sendiri.
3. Seandainya maslahat tidak diambil pada setiap kasus yang jelas
mengandung maslahat, maka orang-orang mukallaf akan mengalami
kesulitan.
4. Imam Malik dalam menggunakan maslahah mursalah sebenarnya
tidak memberikan peluang terhadap subjektifitas seseorang. Hal ini
terbukti dengan adanya syarat-syarat yang beliau terapkan terhadap
pengguna maslahah mursalah dengan ketat, syarat-syarat tersebut
adalah:
a. Maslahah mursalah harus memiliki kecenderungan mengarah
kepada tujuan syari’at walaupun secara umum dan tidak
bertentangan dengan dasar-dasar Syarah, dalil-dalil hukum.
b. Pembahasannya harus bersifat rasional dengan indikasi seandainya
dipaparkan terhadap orang-orang berakal mereka akan
menerimanya.
c. Penggunaanya bertujuan untuk kebu-tuhan yang sangat darurat atau
untuk menghilangkan berbagai ben-tuk kesulitan dalam beragama.
d. Maslahah mursalah yang digunakan untuk membuat hukum adalah
benar-benar maslahah secara nyata bukan dugaan.
e. Maslahah yang dipakai adalah maslahah umum, bukan maslahah
bagi kepentingan satu golongan atau individu tertentu.
11
` Implikasi sikap kehati-hatiannya, Imam Malik selalu mem-
prioritaskan al-Qur’an dan hadis di dalam ber-istimbath dan tidak meng-
gunakan Maslahah Mursalah jika bertentangan dengan nas. Dengan demi-
kian dapat disimpulkan bahwa Maslahah Mursalah menurut Imam Malik
jelas sebagai alternatif terakhir apabila tidak ditemukan dalam nas dan
ijma’.
f. Dzara’i
Penggunaan dzara’i meninjau pada nilai yang mengandung
maslahah atau mafsadah. Maka dzara’i adakalanya diambil dan adakalanya
dicegah.
C. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam
Imam Malik merupakan seorang ulama terkenal yang banyak
memberikan sumbangan dalam membangunkan Islam. Beliau lebih dikenali
sebagai pakar dalam bidang hadist kerana beliau begitu berhati-hati dan
waspada beliau dalam menerima dan menyelidiki hadis. Selain itu, beliau
juga amat teliti dalam menyampaikan hadis kepada anak muridnya. Rasa
cinta dan kasih beliau terhadap hadis-hadis Rasulullah SAW telah
menyebabkan beliau begitu semangat mendalami dan mengkaji hadist.
Diantara kitab agung beliau ialah Kitab Al-Muwatta, kitab agung yang mulia
ini telah dikarang oleh beliau yang mana termuat di dalamnya hadis-hadis
beserta fiqh,dan termuat juga di dalamnya kata-kata para sahabat dan tabi’in
beserta pendapat-pendapat beliau di dalam bidang fiqh yang telah diijtihadkan
oleh beliau, kitab ini telah disusun mengikut tertib kitab-kitab fiqh iaitu
bermula dengan bab bersuci kemudianya shalat, zakat, puasa dan haji dan
begitulah seterusnya. Beliau telah mensyarahkan hadist-hadist tersebut dan
mengeluarkan hukum-hukum fiqh berdasarkan hadith tersebut, berdasarkan
perbuatan ini, kitab ini telah dianggap sebagai kitab fiqh.15
15 http://mselim3.blogspot.com/2012/09/riwayat-hidup-imam-malik.html.
12
Secara khusus, tidak ada pernyataan yang tegas tentang metode yang di
pakai Imam Malik dalam menghimpun kitab al-Muwatha’. Namun secara
umum dengan melihat penjelasan dan cara pembukuan yang di lakukan oleh
Imam Malik dalam kitabnya, metode yang di pakai adalah metode
pembukuan hadits berdasarkan klasifikasi hukum Islam (fiqih) dengan
mencantumkan hadis-hads yang bersumber langsung dari Nabi saw, yang
disebut dengan Marfu’ dan yang besumber dari sahabat Nabi saw, yang di
sebut dengan Mauquf ataupun yang berasal dari tabi’in, yang disebut
Maqthu’. Imam Malik juga menggunakan tahapan-tahapan, yang berupa; a)
penyeleksian terhadap hadis-hadis yang di sandarkan kepada Nabi.saw. b)
atsar atau fatwa sahabat. c) fatwa tabi’in. d) ijma’ ahli Madinah dan e)
pendapat Imam Malik sendiri. Dalam penyeleksian suatu hadis, ada empat
kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam mengkritisi periwayatan
hadits, keempat kriteria tersebut adalah; a) periwayat bukan orang yang
berperilaku jelek. b) periwayat bukan ahli bid’ah c) periwayat bukan orang
yang suka berdusta dalam hadits d) periwayat bukan orang yang tahu ilmu,
tetapi tidak mengamalkannya.
Imam Malik dalam mengklasifiksi hadist-hadits yang terdapat
dalam al-Muwatha’ berdasarkan pada sistematika yang dipakai dalam
kitab Fiqih, yaitu dengan klasifikasi hadits sesuai dengan hukum Fiqih.
Menurut Fuad al-Baqi, kitab ini, terdiri dari dua juz, 61 bab, dan 1824
hadits. Kitab al-Muwatha’, mayoritas berisi tentang fiqih, ada pula tentang
tauhid, akhlaq, dan Alquran.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipapakan diatas maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
13
1. Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin
Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gailan bin Kutail bin Amr bin
Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H / 712 M dan wafat
tahun 179 H / 796 M.Guru-guru imam malik sangat banyak, antara lain:
a. Abdurrahman bin Hurmuz;
b. Nafi’ Maulan ibnu Umar;
c. Abnu Shihab Az-Zuhri.
Adapun murid-murid imam Malik, antara lain:
a. Abumuhammad abdullah bin wahab;
b. Asbah bin farj;
c. Imam syafi’i;
d. Muhammad bin ibrahim.
2. Sumber-sumber hukum yang dijadikan metodologi ijtihad oleh Imam
Malik adalah: Alquran, Hadist (yang berkualitas shahih dan masyhur),
A’mal ahl Madinah (amalan ulama’ madinah ketika itu), Fatwa sahabat,
Qiyas (analogis), Maslahah mursalah (kepentingan umum), Istihsan dan
Dzari’ah.
3. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam dapat dilihat dalam
Kitab Al-Muwatta, kitab agung yang mulia ini telah dikarang oleh beliau
yang mana termuat di dalamnya hadis-hadis beserta fiqh, dan termuat juga
di dalamnya kata-kata para sahabat dan tabi’in beserta pendapat-pendapat
beliau di dalam bidang fiqh yang telah diijtihadkan oleh beliau, kitab ini
telah disusun mengikut tertib kitab-kitab fiqh iaitu bermula dengan bab
bersuci kemudianya shalat, zakat, puasa dan haji .
DAFTAR PUSTAKA
Alquran dan terjemahan. Kementerian Agama.
Al-Jamal, Hasan. Biografi 10 imam besar, jakarta : Pustaka Al-Kaustar, 2003.
Mujib, Abdul. Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, jakarta: Kencana, 2007.
14
Tim Ilmiah purnasiswa. Sejarah Tasyri’ islam, Lirboyo: Forum pengembangan
Intelektual Islam, 2006.
Saiban, Kasuwi. Metode Ijtihad Ibnu Rusdy, Malang: Kutub Minar, 2005.
Ma’sum Zaini, Muhammad. Ilmu Ushul Fiqih, Jombang: Darul hikmah, 2008.
http://mselim3.blogspot.com/2012/09/riwayat-hidup-imam-malik.html.
http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=170.
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن الله بسم
15
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami menyelesaikan makalah yang berjudul: Jasa-jasa
Imam Malik dalam Pembinaan Hukum Islam, Shalawat serta Salam Kepada
Nabi Muhammad SAW, Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah: Studi Perbandingan Mazhab Hukum Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi pemakalah
dan bagi pembaca. Amiin.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Pemakalah
JASA-JASA IMAM MALIK DALAM PEMBINAANHUKUM ISLAM
MakalahDiajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Program Studi : Studi Perbandingan Mazhab Hukum IslamDosen Pengampuh
Dr. Siti Halimang, M. HI
16
OLEH :
MARHAMAH K
PASCA SARJANA HUKUM ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
KENDARI2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... i Daftar Isi..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 2
17
C. Batasan masalah ……………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi imam Malik .............................………………………. 3
B. Metode Ijtihad imam Malik …………………….…………….. 6
C. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam ……….. 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
18