IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mencatat, perkembangan hukum islam mengalami perubahan, dalam hal ini Muhammad khudhori mengklasifikasikannya menjadi enam periode. Periode pertama dimulai sejak terutusnya nabi Muhammad SAW sampai beliau wafat. Pada periode ini penetapan hukum sepenuhnya berada dalam kendali beliau atas dasar wahyu. Kemudian periode kedua yakni periode masa Khulafaur Rasyidin, pada masa ini mulai mengembangkan ijtihad dalam menetapkan suatu masalah. Dilanjutkan periode ketiga yaitu pembinaan hukum pada masa daulah umayyah, pada masa ini muncul yang namanya ahlul ra’yi dan ahlul hadits. Periode keempat adalah pembinaan hukum pada masa pembukuan fiqih dan hadits serta munculnya imam-imam madzhab. Dalam perkembangan sejarah periode ini merupakan puncak kejayaan yang ditandai dengan kemajuan berbagai bidang ilmu. Karena hasil ijtihad para ulama’ saat itu sudah dianggap lengkap dan mencakup semua aspek kehidupan, maka pada periode kelima semangat berijtihad mengalami kemunduran hingga pada periode keenam munculah masa taqlid. Oleh karena itu pada zaman sekarang banyak sekali 1

Transcript of IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Page 1: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah mencatat, perkembangan hukum islam mengalami perubahan,

dalam hal ini Muhammad khudhori mengklasifikasikannya menjadi enam

periode. Periode pertama dimulai sejak terutusnya nabi Muhammad SAW

sampai beliau wafat. Pada periode ini penetapan hukum sepenuhnya berada

dalam kendali beliau atas dasar wahyu. Kemudian periode kedua yakni

periode masa Khulafaur Rasyidin, pada masa ini mulai mengembangkan

ijtihad dalam menetapkan suatu masalah. Dilanjutkan periode ketiga yaitu

pembinaan hukum pada masa daulah umayyah, pada masa ini muncul yang

namanya ahlul ra’yi dan ahlul hadits.

Periode keempat adalah pembinaan hukum pada masa pembukuan fiqih

dan hadits serta munculnya imam-imam madzhab. Dalam perkembangan

sejarah periode ini merupakan puncak kejayaan yang ditandai dengan

kemajuan berbagai bidang ilmu. Karena hasil ijtihad para ulama’ saat itu

sudah dianggap lengkap dan mencakup semua aspek kehidupan, maka pada

periode kelima semangat berijtihad mengalami kemunduran hingga pada

periode keenam munculah masa taqlid. Oleh karena itu pada zaman sekarang

banyak sekali terjadi perselisihan dan perbedaan faham tentang masalah

hukum, karena pada periode keempat telah muncul imam-imam madzhab

yang pendapat mereka berbeda dalam masalah hukum islam. Hal ini yang

menyebabkan pecahnya umat islam di zaman sekarang. Padahal yang

demikian itu tidak seharusnya terjadi karena memang begitulah ajaran islam

yang sangat mengahargai berfikir. kalau kita membaca sejarah para imam

madzhab, seprti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam

hambali dan imam-imam lainnya, walaupun mereka berbeda pendapat tapi

saling menghargai. Dalam hal ini pemakalah akan mencoba menguraikan

jasa-jasa salah satu madzhab Ahlisunnah wal jamaah yaitu madzhab Maliki

dalam pembinaan Hukum Islam.

1

Page 2: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan dalam penulisan makalah ini, akan dibatasi

permasalahan-permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Biografi Imam Malik ?

2. Apakah Metode ijtihad Imam Malik ?

3. Apakah Jasa-jasa Imam Malik dalam pembinaan hukum islam ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun batasan masalah dari

pembahasan makalah ini adalah:

1. Biografi Imam Malik;

2. Metode ijtihad Imam Malik;

3. Jasa-jasa Imam Malik dalam pembinaan hukum islam

2

Page 3: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Malik

Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin

Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin

Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H/712 M dan wafat tahun

179 H/796 M.1 Berasal dari keluarga Arab terhormat, berstatus sosial tinggi,

baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Tanah asal leluhurnya adalah

Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut Islam, mereka pindah ke

Madinah. Kakeknya, Abu Amir, adalah anggota keluarga pertama yang

memeluk agama Islam. Saat itu, Madinah adalah kota ‘ilmu’ yang sangat

terkenal.2

Kakek dan ayahnya termasuk kelompok ulama hadits terpandang di

Madinah. Karenanya, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan

Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota dengan sumber

ilmu yang berlimpah lewat kehadiran ulama-ulama besarnya. Kendati

demikian, dalam mencari ilmu Imam Malik rela mengorbankan apa saja.

Menurut satu riwayat, sang imam sampai harus menjual tiang rumahnya

hanya untuk membayar biaya pendidikannya. Menurutnya, tak layak seorang

yang mencapai derajat intelektual tertinggi sebelum berhasil mengatasi

kemiskinan. Kemiskinan, katanya, adalah ujian hakiki seorang manusia.

Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni

pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Kendati demikian, ia

pernah berguru pada ulama-ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu

Syihab az Zuhri, Abul Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said al Anshari,

dan Muhammad bin Munkadir. Gurunya yang lain adalah Abdurrahman bin

Hurmuz, tabi’in ahli hadits, fikih, fatwa dan ilmu berdebat; juga Imam Jafar

Shadiq dan Rabi Rayi. Dalam usia muda, Imam Malik telah menguasai

1 Abdul Mujib, kawasan dan wawasan studi islam,( kencana,2007),hlm.1842 Tim Ilmiah purnasiswa, Sejarah Tasyri’ islam,(Forum pengembangan intelektual

lirboyo,2006),hlm.260

3

Page 4: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

banyak ilmu. Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya

diabdikan dalam dunia pendidikan. Tidak kurang empat khalifah, mulai dari

Al Mansur, Al Mahdi, Hadi Harun, dan Al Ma’mun, pernah jadi murid Imam

Malik. Ulama besar, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah

menimba ilmu dari Imam Malik. Belum lagi ilmuwan dan para ahli lainnya.

Menurut sebuah riwayat disebutkan murid terkenal Imam Malik mencapai

1.300 orang. Ciri pengajaran Imam Malik adalah disiplin, ketentraman, dan

rasa hormat murid kepada gurunya. Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya

sehingga tak segan-segan ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar

prinsip tersebut. Pernah suatu kali Khalifah Mansur membahas sebuah hadits

dengan nada agak keras. Sang imam marah dan berkata, ”Jangan melengking

bila sedang membahas hadits Nabi.”

Ketegasan sikap Imam Malik bukan sekali saja. Berulangkali, manakala

dihadapkan pada keinginan penguasa yang tak sejalan dengan aqidah

Islamiyah, Imam Malik menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. Salah

satunya dengan Ja’far, gubernur Madinah. Suatu ketika, gubernur yang masih

keponakan Khalifah Abbasiyah, Al Mansur, meminta seluruh penduduk

Madinah melakukan bai’at (janji setia) kepada khalifah. Namun, Imam Malik

yang saat itu baru berusia 25 tahun merasa tak mungkin penduduk Madinah

melakukan bai’at kepada khalifah yang mereka tak sukai. Ia pun

mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai’at tanpa keikhlasan seperti

tidak sahnya perceraian paksa. Ja’far meminta Imam Malik tak

menyebarluaskan pandangannya tersebut, tapi ditolaknya. Gubernur Ja’far

merasa terhina sekali. Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera

Imam Malik sebanyak 70 kali. Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam

diarak keliling Madinah dengan untanya. Dengan hal itu, Ja’far seakan

mengingatkan orang banyak, ulama yang mereka hormati tak dapat

menghalangi kehendak sang penguasa. Namun, ternyata Khalifah Mansur

tidak berkenan dengan kelakuan keponakannya itu. Mendengar kabar

penyiksaan itu, khalifah segera mengirim utusan untuk menghukum

keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam.

4

Page 5: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik bermukim di

ibukota Baghdad dan menjadi salah seorang penasihatnya. Khalifah

mengirimkan uang 3.000 dinar untuk keperluan perjalanan sang imam.

Namun, undangan itu pun ditolaknya. Imam Malik lebih suka tidak

meninggalkan kota Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi

keluar Madinah kecuali untuk berhaji. Dalam sebuah kunjungan ke kota

Madinah, Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun Al Rasyid (penguasa saat itu),

tertarik mengikuti ceramah al Muwatta’ yang diadakan Imam Malik. Untuk

hal ini, khalifah mengutus orang memanggil Imam.3 ”Rasyid, leluhur Anda

selalu melindungi pelajaran hadits. Mereka amat menghormatinya. Bila

sebagai khalifah Anda tidak menghormatinya, tak seorang pun akan menaruh

hormat lagi. Manusia yang mencari ilmu, sementara ilmu tidak akan mencari

manusia,” nasihat Imam Malik kepada Khalifah Harun. Sedianya, khalifah

ingin jamaah meninggalkan ruangan tempat ceramah itu diadakan. Namun,

permintaan itu tak dikabulkan Malik. ”Saya tidak dapat mengorbankan

kepentingan umum hanya untuk kepentingan seorang pribadi.” Sang khalifah

pun akhirnya mengikuti ceramah bersama dua putranya dan duduk

berdampingan dengan rakyat kecil.

Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di

seantero dunia Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan

Kharijis bersenjatakan pedang memasuki masjid Kuffah. Tetapi, Imam Malik

yang sedang shalat tanpa cemas tidak beranjak dari tempatnya. Mencium

tangan khalifah apabila menghadap di baliurang sudah menjadi adat

kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk pada penghinaan seperti

itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para cendekiawan, sehingga pernah ia

menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam Abu Hanifah yang

mengunjunginya. Beliau wafat pada tahun 179 hijrah ketika berumur 86 tahun

dan meninggalkan tiga orang putera dan seorang puteri.4

3 http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=170

4 Op Cit. Abdul Mujib.

5

Page 6: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Guru-guru imam malik sangat banyak, antara lain:

1. Abdurrahman bin Hurmuz;

2. Nafi’ Maulan ibnu Umar;

3. Abnu Shihab Az-Zuhri, dan lain-lain.

Adapun murid-muridnya adalah :

1. Abumuhammad abdullah bin wahab;

2. Asbah bin farj;

3. Imam syafi’i

4. Muhammad bin ibrahim, dan lain-lain.5

B. Metode Ijtihad Imam Malik

Ditengah bekembangnya Mazhab hanafi, Imam Maliki memposisikan

diri sebagai ulama’Ahlu Al-Hadist, yang berpijak kepada tekstualitas dan

memasukkan beberapa konsep Dhuruf wa Al-Hal serta diikuti

dengan maslahah mursalah. Pemikiran Imam Malik pada keseluruhannya

hampir sama dengan ulama’ di irak, khusunya dalam ketergantungannya baik

dalam praktek yang dipandang ideal maupun dalam tradisi yang hidup dari

para ulama.

Tujuan imam malik adalah ingin mengemukakan doktrin-doktrin yang

deterima dari kalangan ulama’ madinah dan begitu jauh konsep-konsepnya

didasari pada pemikiran perorangan dan wakil aliran madinah tersebut.

Didalam menggabungkan penggunaan fikiran dengan ketergantungan kepada

tradisi yang hidup, Malik menampakan ciri khas madinah, sehingga fiqh yang

dikarang oleh Imam Maliki dilatar belakangi oleh madinah.Dalam berbagai

hal banyak ditemui bahwa pemikiran imam malik banyak diilhami oleh

tradisi masyrakat madinah yang didasari pertimbangan-pertimbangan yang

matang.

Masyarakat penduduk madinah banyak menerima fatwa-fatwa imam

maliki walaupun kondisi masyarakat yang beragam aliran, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi fatwa-fatwa imam malik antara lain: budaya, sifat,

5 Hasan Al-Jam al. Biografi 10 imam Besar. (Jakarta: Pustaka Al-Kaustar, 2003), 37

6

Page 7: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

dan kondisi masyarakat pada masa itu yang plural, sehingga imam malik

menggunakan teori maslahah mursalah.

Imam Malik adalah peletak dasar madzhab Maliki yang dikenal sebagai

ahli hadis dan ahli fiqih. Dalam menentukan hukum-hukum, imam maliki

memberi runtutan pengambilan sumber hukum, adapun sumber-sumber

hukum yang digunakan imam malik antara lain:

1. Al Quran;

2. Hadist (yang berkualitas shahih dan masyhur);

3. Amal ahl Madinah(amalan ulama’ madinah ketika itu);

4. Fatwa sahabat;

5. Qiyas (analogis);

6. Maslahah mursalah (kepentingan umum);

7. Istihsan;

8. Dzari’ah.6

Pokok-pokok pikiran dan hasil ijtihad imam Malik yang telas ditulis

kurang lebih 13 abad yang lalu masih eksis dan banyak diikuti umat islam di

berbagai belahan dunia. Secara khusus imam Malik tidak menulis metode

yang digunakan dalam berijtihad tersebut. Oleh karena itu para pengikutnya

belakangan mencoba untuk merumuskannya dengan meneliti hasil karyanya,

khususnya dalam kitab Al-muwatha’. Berdasarkan penelitian tersebut dapat

diketahui bahwa metode yang ditempuh Imam Malik dalam menetapkan

hukum islam adalah berpegang pada:

1. Al-Qur’an dan Assunah, Imam malik melihat dan mengembangkannya

dari segi: Nash dzahir, mafhum mukhalafah, mafhum muwafaqah dan al-

tanbih ala al-‘illah. Al-tanbih ala al-‘illah adalah memperhatikan illat yang

disebutkan dalam nash dan mengembangkannya kepada sesuatu yang tidak

disebutkan tapi mempunyai illat yang sama.7 Misalnya firman Allah pada

surat Al-Anam ayat 145:

6 Muhammad Ma’sum Zaini,Ilmu ushul fiqih,(Darul hikmah jombang,2008),hlm.49

7 Prof.Kasuwi Saiban, Metode Ijtihad Ibnu Rusdy,(kutub minar,2005), hlm.180

7

Page 8: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

قل ال أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إال ان يكونميتة اود ما مسفوحا اولحم حنزير فإنه رجس –اآلية

“katakanlah “ Tidakkah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu berupa bangkai atau darah yang mengalir atau babi, karena sesungguhnya semua itu kotor…….”8

2. Amal/perbuatan Penduduk Madinah, adalah sebagai hujjah bagi Malik dan

didahulukan dari pada Qiyas dan Khobar Ahad.9 Dalam suratnya yang

dikirimkan kepada al-laits ibn sa’ad Imam malik menjelaskan akan posisi

amal ahli madinah sebagai hujjah dalam penetapan hukum islam.

Demikian ini karena Madinah adalah tempat hiijrah Nabi Muhammad, di

situ pula ayat-ayat Al Quran diturunkan, sehingga mereka yang bermukim

di Madinah menyaksikan turunnya wahyu dan mengikuti sunah Rasulullah

SAW secara langsung sampai beliau wafat. Kondisi ini dilanjutkan oleh

generasi berikutnya secara berkesinambungan, sehingga amalan penduduk

Madinah menurut Imam Malik merupakan kristalisasi dari sunnah

Rasululah saw. Oleh karena itu posisi amal penduduk Madinah ini

menurutnya lebih kuat dibanding hadits ahad. Sebagai contoh, menurut

Imam Malik zakat hasil pertanian (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan)

selain yang dijelaskan oleh nabi Muhammad saw adalah tidak wajib. Jika

sayur-sayuran atau buah-buahan tersebut dijual maka uang hasil

penjualannya baru wajib dizakatkan apabila berada di tangan pemiliknya

selama setahun, karena begitulah praktek penduduk madinah. Dalam hal

ini ia menolak keumuman hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Salim

ibn Abdullah dari ayahnya sebagai berikut:

عن سالم بن عبدالله عن ابيه رضي الله عنه عن النبي ص م ل قال فيما سقت السماء والعيون اوكان عثريا العشر وما سقي بالنضح نصف

العشر )رواه البخاري(

8 Alquran dan terjemahan, Kementerian Agama9Tim Ilmiah purnasiswa, Sejarah Tasyri’ islam,(Forum pengembangan intelektual

lirboyo,2006),hlm.260

8

Page 9: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Dari salim ibn Abdullah ra dari ayahnya , dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Tanaman yang mendapatkan siraman dari langit dan sumber atau siraman air hujan maka zakatnya sebesar 10%. Sedangkan tanaman yang disirami dengan pengairan maka zakatnya 5%” (HR. Bukhori)

Imam malik tidak sependapat dengan Abu hanifah yang

mengatakan bahwa hadits tersebut mencakup seluruh jenis tanaman.

Menurutnya hadits diatas hanya berlaku pada jenis buah-buahan yang telah

dijelaskan Rasulullah SAW, seperti kurma, anggur, dan gandum(sebagai

makanan pokok) yang mengenyangkan, sebab seperti itulah yang didapati

dalam praktek penduduk Madinah.10

Pandangan Imam Malik mengenai Amal Ahli Madinah ini mendapat

reaksi keras dari para ulama’, antara lain Imam Syafi’i dan Abu Yusuf

menurut mereka pandangan Imam malik terlalu berlebihan, karena

penduduk Madinah bukanlah orang-orang yang ma’shum.11

3. Fatwa sahabat

Fatwa sahabat atau Aqwal sahabat adalah semua perkataan,

tindakan dan ketetapan dalam meriwayatkan dan memutuskan suatu

persoalan. Imam Malik berpendapat bahwa fatwa sahabat itu bisa

dijadikan hujjah bedasarkan:12

a. Al-qur’an, surat Ali imran:110, yaitu

كنتم خير أمة اخرجت لناس تأمرون بالمعروف وتنهون عنالمنكر

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar. b. Hadis riwayat ‘Abd bin Humaidi

. أصحابى كا لنجوم بأيهم إقتديتم إهتديتم

10 Prof.Kasuwi Saiban, Metode Ijtihad Ibnu Rusdy,(kutub minar,2005), hlm.181 11 Ibid12 Op Cit. Muhammad Ma’sum Zaini, hlm.136

9

Page 10: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Sahabatku bagaikan bintang-bintang, siapa saja diantara kamu ikuti, pasti engkau mendapatkan petunjuk.

4. Qiyas

Qiyas adalah menghubungkan suatu peristiwa yang status

hukumnya tidak disebutkan oleh nash dengan peristiwa yang disebutkan

hukumnya lantaran illat hukumnya sama, misalnya sabu-sabu dengan arak.

Imam malik menjadikan qiyas sebagai sumber hukum setelah Al Quran,

hadits, Amalul ahli Madinah dan Fatwa sahabat.

5. Mashlahah Mursalah Istishlah yaitu kemaslahatan-kemaslahatan yang

tidak diperlihatkan oleh syara’ kebatalannya dan tidak pula disebutkan

oleh nash tertentu dan dikembalikan pada pemeliharaan maksud syara’

yang keadaan maksudnya dapat diketahui dengan Al-Qur’an, Sunnah, Ijma

dan tidak diperselisihkan mengikutinya kecuali ketika terjadi pertentangan

dengan maslahat lain. Menurutnya taklif ( beban hukum) itu seiring

dengan tujuan syariat, yaitu untuk memberi kemaslahatan dalam

kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam penetapan hukum islam

kemaslahatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dijadikan

dasar. Sebagai contoh diperbolehkannya menyiksa seseorang yang

dicurigai mencuri harta orang lain, karena menurut Imam malik tindakan

seperti itu sesuai tujuan syariat, yaitu untuk melindungi harta benda

manusia.13 Beliau berpendapat menggunakan istihsan dalam berbagai

masalah, seperti jaminan pekerjaan, menolong pemilik dapur roti dan

mesin giling, bayaran kamar mandi bagi semua orang itu sama dan

pelaksanaan Qishos harus menghadirkan beberapa orang saksi dan

sumpah; hanya saja imam Malik tidak meluaskan dalam pendapatnya tidak

seperti madzhab Hanafi.14

Secara umum, Imam Malik menggunakan maslahat meskipun tidak

ada nash atau hadis Nabi SAW. karena tujuan syara’ adalah untuk

13 Ibid. Muhammad Ma’sum Zaini, hlm.72.

14 Op Cit. Prof.Kasuwi Saiban, hlm.183.

10

Page 11: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

kemasla-hatan umat manusia dan setiap nash pasti mengandung nilai

maslahat. Jika tidak ada nash, maslahat hakiki adalah melihat tujuan

hukum syara’.Untuk menjadikan maslahah mur-salah menjadi dalil, Imam

Malik bertumpu pada:

1. Praktek para sahabat yang telah menggunakan maslahah mursalah,

diantaranya saat sahabat mengumpulkan Alquran kedalam beberapa

mushaf, padahal hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

2. Adanya maslahat berarti sama dengan merealisasikan maqasid al-

syariah. Oleh karena itu, wajib menggunakan dalil maslahat karena

merupakan sumber hukum pokok yang berdiri sendiri.

3. Seandainya maslahat tidak diambil pada setiap kasus yang jelas

mengandung maslahat, maka orang-orang mukallaf akan mengalami

kesulitan.

4. Imam Malik dalam menggunakan maslahah mursalah sebenarnya

tidak memberikan peluang terhadap subjektifitas seseorang. Hal ini

terbukti dengan adanya syarat-syarat yang beliau terapkan terhadap

pengguna maslahah mursalah dengan ketat, syarat-syarat tersebut

adalah:

a. Maslahah mursalah harus memiliki kecenderungan mengarah

kepada tujuan syari’at walaupun secara umum dan tidak

bertentangan dengan dasar-dasar Syarah, dalil-dalil hukum.

b. Pembahasannya harus bersifat rasional dengan indikasi seandainya

dipaparkan terhadap orang-orang berakal mereka akan

menerimanya.

c. Penggunaanya bertujuan untuk kebu-tuhan yang sangat darurat atau

untuk menghilangkan berbagai ben-tuk kesulitan dalam beragama.

d. Maslahah mursalah yang digunakan untuk membuat hukum adalah

benar-benar maslahah secara nyata bukan dugaan.

e. Maslahah yang dipakai adalah maslahah umum, bukan maslahah

bagi kepentingan satu golongan atau individu tertentu.

11

Page 12: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

` Implikasi sikap kehati-hatiannya, Imam Malik selalu mem-

prioritaskan al-Qur’an dan hadis di dalam ber-istimbath dan tidak meng-

gunakan Maslahah Mursalah jika bertentangan dengan nas. Dengan demi-

kian dapat disimpulkan bahwa Maslahah Mursalah menurut Imam Malik

jelas sebagai alternatif terakhir apabila tidak ditemukan dalam nas dan

ijma’.

f. Dzara’i

Penggunaan dzara’i meninjau pada nilai yang mengandung

maslahah atau mafsadah. Maka dzara’i adakalanya diambil dan adakalanya

dicegah.

C. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam

Imam Malik merupakan seorang ulama terkenal yang banyak

memberikan sumbangan dalam membangunkan Islam. Beliau lebih dikenali

sebagai pakar dalam bidang hadist kerana beliau begitu berhati-hati dan

waspada beliau dalam menerima dan menyelidiki hadis. Selain itu, beliau

juga amat teliti dalam menyampaikan hadis kepada anak muridnya. Rasa

cinta dan kasih beliau terhadap hadis-hadis Rasulullah SAW telah

menyebabkan beliau begitu semangat mendalami dan mengkaji hadist.

Diantara kitab agung beliau ialah Kitab Al-Muwatta, kitab agung yang mulia

ini telah dikarang oleh beliau yang mana termuat di dalamnya hadis-hadis

beserta fiqh,dan termuat juga di dalamnya kata-kata para sahabat dan tabi’in

beserta pendapat-pendapat beliau di dalam bidang fiqh yang telah diijtihadkan

oleh beliau, kitab ini telah disusun mengikut tertib kitab-kitab fiqh iaitu

bermula dengan bab bersuci kemudianya shalat, zakat, puasa dan haji dan

begitulah seterusnya. Beliau telah mensyarahkan hadist-hadist tersebut dan

mengeluarkan hukum-hukum fiqh berdasarkan hadith tersebut, berdasarkan

perbuatan ini, kitab ini telah dianggap sebagai kitab fiqh.15

15 http://mselim3.blogspot.com/2012/09/riwayat-hidup-imam-malik.html.

12

Page 13: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Secara khusus, tidak ada pernyataan yang tegas tentang metode yang di

pakai Imam Malik dalam menghimpun kitab al-Muwatha’. Namun secara

umum dengan melihat penjelasan dan cara pembukuan yang di lakukan oleh

Imam Malik dalam kitabnya, metode yang di pakai adalah metode

pembukuan hadits berdasarkan klasifikasi hukum Islam (fiqih) dengan

mencantumkan hadis-hads yang bersumber langsung dari Nabi saw, yang

disebut dengan Marfu’ dan yang besumber dari sahabat Nabi saw, yang di

sebut dengan Mauquf ataupun yang berasal dari tabi’in, yang disebut

Maqthu’. Imam Malik juga menggunakan tahapan-tahapan, yang berupa; a)

penyeleksian terhadap hadis-hadis yang di sandarkan kepada Nabi.saw. b)

atsar atau fatwa sahabat. c) fatwa tabi’in. d) ijma’ ahli Madinah dan e)

pendapat Imam Malik sendiri. Dalam penyeleksian suatu hadis, ada empat

kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam mengkritisi periwayatan

hadits, keempat kriteria tersebut adalah; a) periwayat bukan orang yang

berperilaku jelek. b) periwayat bukan ahli bid’ah c) periwayat bukan orang

yang suka berdusta dalam hadits d) periwayat bukan orang yang tahu ilmu,

tetapi tidak mengamalkannya.

Imam Malik dalam mengklasifiksi hadist-hadits yang terdapat

dalam al-Muwatha’ berdasarkan pada sistematika yang dipakai dalam

kitab Fiqih, yaitu dengan klasifikasi hadits sesuai dengan hukum Fiqih.

Menurut Fuad al-Baqi, kitab ini, terdiri dari dua juz, 61 bab, dan 1824

hadits. Kitab al-Muwatha’, mayoritas berisi tentang fiqih, ada pula tentang

tauhid, akhlaq, dan Alquran.

BAB III

PENUTUP

- KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dipapakan diatas maka dapat kami

simpulkan sebagai berikut :

13

Page 14: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

1. Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin

Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gailan bin Kutail bin Amr bin

Haris al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H / 712 M dan wafat

tahun 179 H / 796 M.Guru-guru imam malik sangat banyak, antara lain:

a. Abdurrahman bin Hurmuz;

b. Nafi’ Maulan ibnu Umar;

c. Abnu Shihab Az-Zuhri.

Adapun murid-murid imam Malik, antara lain:

a. Abumuhammad abdullah bin wahab;

b. Asbah bin farj;

c. Imam syafi’i;

d. Muhammad bin ibrahim.

2. Sumber-sumber hukum yang dijadikan metodologi ijtihad oleh Imam

Malik adalah: Alquran, Hadist (yang berkualitas shahih dan masyhur),

A’mal ahl Madinah (amalan ulama’ madinah ketika itu), Fatwa sahabat,

Qiyas (analogis), Maslahah mursalah (kepentingan umum), Istihsan dan

Dzari’ah.

3. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam dapat dilihat dalam

Kitab Al-Muwatta, kitab agung yang mulia ini telah dikarang oleh beliau

yang mana termuat di dalamnya hadis-hadis beserta fiqh, dan termuat juga

di dalamnya kata-kata para sahabat dan tabi’in beserta pendapat-pendapat

beliau di dalam bidang fiqh yang telah diijtihadkan oleh beliau, kitab ini

telah disusun mengikut tertib kitab-kitab fiqh iaitu bermula dengan bab

bersuci kemudianya shalat, zakat, puasa dan haji .

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan terjemahan. Kementerian Agama.

Al-Jamal, Hasan. Biografi 10 imam besar, jakarta : Pustaka Al-Kaustar, 2003.

Mujib, Abdul. Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, jakarta: Kencana, 2007.

14

Page 15: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Tim Ilmiah purnasiswa. Sejarah Tasyri’ islam, Lirboyo: Forum pengembangan

Intelektual Islam, 2006.

Saiban, Kasuwi. Metode Ijtihad Ibnu Rusdy, Malang: Kutub Minar, 2005.

Ma’sum Zaini, Muhammad. Ilmu Ushul Fiqih, Jombang: Darul hikmah, 2008.

http://mselim3.blogspot.com/2012/09/riwayat-hidup-imam-malik.html.

http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=170.

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

15

Page 16: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami menyelesaikan makalah yang berjudul: Jasa-jasa

Imam Malik dalam Pembinaan Hukum Islam, Shalawat serta Salam Kepada

Nabi Muhammad SAW, Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

dari mata kuliah: Studi Perbandingan Mazhab Hukum Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena

masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika dan teknik

penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan.

Akhirnya, semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi pemakalah

dan bagi pembaca. Amiin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Pemakalah

JASA-JASA IMAM MALIK DALAM PEMBINAANHUKUM ISLAM

MakalahDiajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah

Program Studi : Studi Perbandingan Mazhab Hukum IslamDosen Pengampuh

Dr. Siti Halimang, M. HI

16

Page 17: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

OLEH :

MARHAMAH K

PASCA SARJANA HUKUM ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

KENDARI2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................... i Daftar Isi..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................. 1

B. Rumusan masalah........................................................................ 2

17

Page 18: IJTIHAD IMAM MALIKI.docx

C. Batasan masalah ……………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi imam Malik .............................………………………. 3

B. Metode Ijtihad imam Malik …………………….…………….. 6

C. Jasa-jasa imam Malik dalam pembinaan hukum islam ……….. 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

18