Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

19
MUHAMMAD ABDUH: IJTIHAD DAN MODERNISASI ISLAM A. Pengantar Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada abad ke-20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam. Dialah penganjur yang sukses dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern. Di dunia Islam Ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan, dialah yang menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al-Quran dan Assunnah as Sahihah. Ia juga terkenal dengan pembaharuannya di bidang pergerakan (politik), dimana Ia bersama Jamaludin al-Afgani menerbitkan majalah al’Urwatul Wutsqa di Paris yang makalah- makalahnya menghembuskan semangat nasionalisme pada rakyat Mesir dan dunia Islam pada umumnya. Di samping Ia dikenal sebagai pembaharu di bidang keagamaan dan pergerakan (politik), Ia juga sebagai pembaharu di bidang pendidikan Isalam, di mana Ia pernah menjabat Syekh atau rektor Universitas Al-Azhar di Cairo Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia mengadakan pembaharuan- pembaharuan di Universitas tersebut, yang pengaruhnya sangat luas di dunia Islam. 1

description

Creative Alonx

Transcript of Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Page 1: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

MUHAMMAD ABDUH: IJTIHAD DAN MODERNISASI ISLAM

A. Pengantar

Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial

di Mesir pada abad ke-20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam.

Dialah penganjur yang sukses dalam membuka pintu ijtihad untuk

menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.

Di dunia Islam Ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang

keagamaan, dialah yang menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al-

Quran dan Assunnah as Sahihah. Ia juga terkenal dengan pembaharuannya di

bidang pergerakan (politik), dimana Ia bersama Jamaludin al-Afgani

menerbitkan majalah al’Urwatul Wutsqa di Paris yang makalah-makalahnya

menghembuskan semangat nasionalisme pada rakyat Mesir dan dunia Islam

pada umumnya.

Di samping Ia dikenal sebagai pembaharu di bidang keagamaan dan

pergerakan (politik), Ia juga sebagai pembaharu di bidang pendidikan Isalam,

di mana Ia pernah menjabat Syekh atau rektor Universitas Al-Azhar di Cairo

Mesir. Pada masa menjabat rektor inilah Ia mengadakan pembaharuan-

pembaharuan di Universitas tersebut, yang pengaruhnya sangat luas di dunia

Islam.

Maka dari sinilah  kami akan mengangkat sebuah tema yang

manyajikan tentang arti dan pentingnya pendidikan bagi kita, dan yang kita

ambil dari pemikiran filusuf muslim yang terkenal yaitu “Muhammad

Abduh”.

B. Pembahasan

1. Riwayat Singkat Muhammad Abduh

Syekh Muhammad Abduh nama lengkapnya Muhammad bin

Abduh bin Hasan Khairullah, dilahirkan di desa Mahallat Nashr

Kabupaten Al-Buhairah, Mesir pada tahun 1849 M1. Bapaknya bernama

1 Abdul Rozak, Rosihan Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia. 2001. Hlm 211

1

Page 2: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di

Mesir. Ibunya dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai Umar bin Khatab.

Mereka tinggal dan menetap di Mahallah Nasr. Muhammad Abduh

dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama dan mempunyai

jiwa keagamaan yang teguh.

Muhammad Abduh mulai belajar membaca dan menulis serta

menghapal Al-Qur an dari orang tuanya, kemudian setelah mahir membaca

dan menulis diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghapal Al-Qur-

an. Ia dapat menghapal Al-Quran dalam masa dua tahun. Kemudian Ia

dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid Sekh Ahmad ditahun

1862, Ia belajar bahasa Arab, nahu, sarf, fiqih dan sebagainya2. Semula ia

sangat enggan belajar, tetapi karena dorongan dari paman Syekh Darwis

Khadar, Muhammad Abduh Akhirnya dapat menyelesaikan pelajarannya

di Thanta.

Pada tahun berikutnya, Ia pergi ke Kairo dan terus menuju ke

masjid Al Azhar, untuk hidup menjadi sebagai seorang sufi, akan tetapi

kemudian kehidupan ini ditinggalkan, karena anjuran pamannya.

Tahun 1872 M, Syekh Muhammad Abduh berhubungan dengan

Jamaluddin al-Afghani, untuk kemudian menjadi muridnya yang setia.

Karena pengaruh gurunya tersebut, ia terjun ke dalam bidang

kewartawanan (surat kabar) tahun 1876 M. Setelah menamatkan pelajaran

di Al-Azhar, dengan mendapat ijazah “Alimiyyah” ia diangkat menjadi

guru  di Darul ‘Ulum. Akan tetapi karena sebab yang tidak diketahuinya,

ia dibebaskan dari jabatannya itu dan dikirim ke kampung halamannya,

sedangkan Jalaluddin sendiri di usir dari Mesir. Pada tahun 1880 M, Syekh

Muhammad Abduh dipanggil oleh kabinet partai Liberal (bebas-Ahrar)

untuk diserahi kepala jabatan surat kabar “al- Waqai’ ul-Misriyah”.

Pemberontakan Irabi Pasya di Mesir telah mengakhiri kegiatan

Syekh Muahmmad Abduh, karena pada akhir tahun 1882 M, Ia diusir dari

2 http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/05/pemikiran-muhammad-abduh.html di akses

tanggal 28 Maret 2014

2

Page 3: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Mesir. Ia pergi ke Perancis dan di sana ia bertemu lagi dengan Jamaluddin

al-Afghani.

Kemudian di Perancis Syekh Muhammad Abduh dan Jamaluddin

al-Afghani mendirikan organisasi yang kemudian juga mereka

menerbitkan majalah Al-urabi Wusqa, yang anggotanya adalah orang-

orang militan dari India, mesir Syiria dan Afrika Utara, dan mendorong

umat islam mencapai kemajuan.

Tahun 1885, ia pergi ke Bairut dan mengajar di sana. Di Bairut

kegiatannya dialihkan kepada bidang pendidikan dan ia mulai mengajar 

serta mendalami ilmu-ilmu keislaman dan Arab-an. Diantara hasilnya ialah

buku ar-Raddu ‘alad Dahriyyin (bantahan terhadap orang-orang

materialistis) pada tahun 1886 M, terjemahan dari buku berbahasa Persi

karangan Jalaluddin al-Afghani, dan buku Syahrul Balaghah pada tahun

1885 M, kemudian Syarah Manamat Badi’ az Zaman al-Hamazani pada

tahun 1889 M.

Tahun 1888 ia kemudian diizinkan pulang ke Kairo. Di sini, ia

kemudian diangkat sebagai hakim pada Pengadilan Negeri di kota Banha

(ibu kota propinsi Qalyubiah), kemudian pindah ke Pengadilan Negeri

Zaqaziq Negeri Abidin (dalam kota Kairo). Dua tahun kemudian ia di

angkat menjadi hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi (pengadilan  Banding

Mahkamah al Isti’naf-Courd’ Appel.

Kemudian pada tahun 1899, ia diangkat sebagai mufti Mesir dan

jabatan ini diemban sampai ia meninggal pada tahun 1905 dalam usia

kurang lebih 56 tahun. Pada tahun itu juga (1899 M), ia menjadi anggota

Dewan Perundang-undangan Parlemen yang merupakan fase permulaan

kehidupan parlementer di Mesir.

Tahun 1894 M, ia menjadi anggota pimpinan tertinggi Al-Azhar

(Council Superior) yang dibentuk berdasarkan anjurannya, dan disini (Al-

Azhar) yang mana beliau telah banyak memberikan kontribusi bagi

pembaharuan di Mesir.

3

Page 4: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Pada musim panas tahun 1903 M, ia pergi ke Inggris. Untuk

mengadakan tukar pikiran dengan filosof Inggris yang terkenal yaitu

Herbert Spencer (1820-1903)3.

2. Ijtihad dan Modernisasi Islam

a. Pengertian Ijtihad

Secara bahasa, ijtihad berasal dari kata jahada. Kata ini juga

berarti kesanggupan (al-wus), kekuatan (al-thaqah), dan berat (al-

masyaqqah). Ahmad bin Ahmad bin Ali al-Muqri al-Fayumi

menjelaskan bahwa ijtihad secara bahasa adalah:

Pengerahan kesanggupan dan kekuatan (mujtahid) dalam melakukan

pencarian suatu supaya sampai kepada ujung yang ditujunya.

Dalam Al-Sunnah, kata ijtihad terdapat dalam sabda Nabi yang

artinya “Pada waktu sujud, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa

(fajtahidu fi al-du’a). Dan hadis lain yang artinya “Rasul Allah SAW

bersungguh-sungguh (yajtahid) pada sepuluh hari terakhir (bulan

Ramadhan)”.

Definisi ijtihad di atas secara tersirat menunjukkan bahwa

ijtihad hanya berlaku pada bidang fikih, bidang hukum yang berkenaan

dengan amal: bukan bidang pemikiran4.

b. Manhaj Pemikiran keagamaannya

Dalam salah satu tulisannya, Abduh membagi syariat menjadi

dua bagian, yaitu hukum yang pasti (al Ahkam al Qath’iyah) dan

hukum yang tidak ditetapkan secara pasti dengan nash dan ijma.

Hukum yang pertama, bagi setiap muslim wajib mengetahui dan

mengamalkannya. Hukum ini merupakan hukum dasar yang telah

disepakati (mujma’ ‘alaîhi) kepastiannya. Hal ini bukan merupakan

3 http://latiefpersie.blogspot.com/2012/04/makalah-ilmu-kalam-muhammad-abduh.html di

akses tanggal 28 Maret 20144 Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2000. Hlm 95

4

Page 5: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

lapangan ijtihad dan dalam hukum yang telah pasti ini, seseorang boleh

bertaklid. Yang kedua adalah hukum yang tidak ditetapkan dengan

tegas oleh nash yang pasti dan juga tidak terdapat konsensus ulama di

dalamnya. Hukum inilah yang merupakan lapangan ijtihad, seperti

masalah muamalah, maka kewajiban semua orang untuk mencari dan

menguraikannya sampai jelas.

Abduh sangat menghargai para mujtahid dari madzhab apapun.

Menurutnya, mereka adalah orang-orang yang telah mengorbankan

kemampuannya yang maksimal untuk mendapatkan kebenaran dengan

niat yang ikhlas serta ketaqwaan yang tinggi kepada Allah.

Menurutnya, setiap muslim harus memandang bahwa hasil

ijtihad ulama masa lalu sebagai hasil pemikiran manusia biasa yang

tidak selamanya benar. Sikap yang harus diambil umat Islam dalam

perbedaan pendapat adalah kembali kepada sumber asli. Untuk itu,

Abduh menunjukkan dua cara yang harus dilakukan oleh umat Islam.

yaitu mereka yang memilki ilmu pengetahuan dan yang awam. Dalam

perkembangan zaman, tidak dapat ditahan laju perkembangan situasi

dan kondisi yang muncul. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

ulang tentang beberapa pendapat hasil ijtihad ulama terdahulu, agar

hasil ijtihad itu selalu sesuai dengan situasi dan kondisinya. Jadi yang

mereka ijtihadkan bukan hanya masalah-masalah yang belum ada

hukumnya, tetapi juga mengadakan reinterpretasi terhadap hasil ijtihad

terdahulu.

Bagi kelompok kedua yang awam, sikap yang harus diambilnya

adalah mengikuti pendapat orang yang mereka percayai, dengan

mempertimbangkan kedalaman ilmu dan ketaqwaan dari orang yang

diikutiya pendapatnya. Jadi setiap dikerjakan oleh orang awam

mempunyai dasar kuat yang dia sendiri mengetahui dasarnya dan tidak

mengamalkan suatu perbuatan secara pembabi buta.

5

Page 6: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Maka fanatisme madzhab yang biasanya terjadi di kalangan

awam dapat dihindari dan sikap taklid bisa diatasi. Akan tetapi, menurut

Abduh, yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya.

Abduh menuding para fuqaha sesudah mujtahid sebagai peletak

batu pertama dari timbulnya fanatisme tersebut, dengan menambah atau

memperluas hasil ijtihad para ulama terdahulu. Sehingga menurutnya

ajaran agama dengan segala permasalahannya bukan semakin jelas,

namun semakin rumit.

c. Pemikiran Pembaruan Dalam Pendidikan

Muhammad Abduh memulai perbaikannya melalui pendidikan.

Menjadikan pendidikan sebagai sektor utama untuk menyelamatkan

masyarakat Mesir. menjadikan perbaikan sistem pendidikan sebagai

asas dalam mencetak muslim yang shaleh. Pemikiran dibidang

pendidikan dan pengajaran umum, yaitu:

1) Perlawanan terhadap taqlid dan kemadzhaban.

2) Perlawanan terhadap buku yang tendensius, untuk diperbaiki dan

disesuaikan dengan pemikiran rasional dan historis.

3) Reformasi al-Ahzar yang merupakan jantung umat Islam. Jika ia

rusak maka rusaklah umatnya, dan jika ia baik maka baik pula umat

Islam.

4) Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal

intelektualisme Islam yang ada dalam sejarah umatnya. Dan

mengikuti pendapat-pendapat yang benar disesuaikan dengan

kondisi yang ada.

Sebagai konsekuensi dari pendapatnya bahwa umat Islam harus

mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan, umat Islam harus

mementingkan soal pendidikan. Sekolah-sekolah modern perlu dibuka,

di mana ilmu-ilmu pengetahuan modern diajarkan di samping ilmu

agama. Pogram yang diajukannya sebagai pondasi utama adalah

memahami dan menggunakan Islam dengan benar untuk mewujudkan

kebangkitan masyarakat. Dia mengkritik sekolah modern yang didirikan

6

Page 7: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

oleh misionaris asing dan yang didirikan oleh pemerintah. Menurutnya

di sekolah asing, siswa dipaksa mempelajari Kristen, sedangkan di

sekolah pemerintah, siswa tidak diajarkan agama sama sekali.

Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang

bukan impor, yang mencangkup pendidikan universal bagi semua anak,

laki-laki maupun perempuan. Semuannya harus mempunyai

kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Semuanya

harus mendapat pendidikan agama, mengabaikan perbedaan sektarian

dan menyoroti perbedaan Islam-Kristen.

Abduh berpendapat, perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern ke

dalam kurikulum al-Ahzar, agar ulama’-ulama’ Islam mengerti

kebudayaan modern dan demikian dapat mencari penyelesaian yang

baik bagi persoalan-persoalan yang timbul pada zaman modern ini.

Menurutnya mempermodern pendidikan di al-Ahzar akan mempunyai

pengaruh yang besar dalam usaha-usaha pembaruan Islam. Al-Ahzar

memang universitas agama Islam yang dihargai dan dihormati di

seluruh dunia Islam.

Kurikulum Menurut Muhammad Abduh

1) Kurikulum al-Azhar

Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini, ia memasukan

filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum

al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar aut-putnya dapat menjadi ulama

modern.

2) Kurikulum Sekolah Dasar

Ia beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama

hendaknya sudah dimulai sejak usia dini. Oleh karena itu, mata

pelajaran seharusnya dijadikan sebagai pintu semua mata pelajaran.

3) Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan.

Ia mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk

menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang administrasi,

7

Page 8: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

militer, kesehatan, perindustrian dan sebagainya. Melalui lembaga

pendidikan ini, Muhammad Abduh merasa perlu untuk memasukan

beberapa materi, khususnya pendidikan agama, sejarah Islam, dan

kebudayaan Islam.

Di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan al-

Azhar, M. Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah, dan Tauhid,

sedangkan selama ini al-Azhar memandang Ilmu Mantiq dan

Filsafah itu sebagai barang haram. Dirumahnya Muhammad Abduh

mengajarkan pula kitab Tahzib al-Akhlaq susunan Ibn Maskawasy,

dan kitab sejarah peradaban Eropa susunan seorang Perancis yang

telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul al-Tuhfat al-

Adabiyah fi Tarikh Tamaddun al Mamalik al-Awribiyah5.

d. Relevansi Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Agama Islam

Dalam pembaharuan masyarakat Muhammad Abduh berusaha

menghubungkan Islam dengan peradaban modern dan ilmu

pengetahuan. Selain itu, ia juga berusaha menghindari kesalahan dalam

memahami teks-teks agama karena ia berpendapat bahwa akidah yang

bersih dari bid’ah akan melahirkan perbuatan yang baik. Dalam

pengajaran Muhammad Abduh juga sangat memperhatikan urusan

agama dan dunia serta akhlak yang mulia. Muhammad Abduh mengajar

dengan menempuh tiga langkah, yaitu: mengutarakan materi (matan),

menerangkan (al-syarh), menyebutkan hasyiyah-hasyiyah-nya.

Terkadang Muhammad Abduh menambahkan langkah terakhir dengan

keputusan atau penentuan sikap. Dan keterangan suatu buku untuk

menghindar suatu taklid ia tidak mengajarkan sampai akhir masa

pembaharuan di Universitas al-Azhar Mesir selain matan (materi).

Meninggalkan hasyiyah dan keterangan buku serta mengajarkan matan

nya yang dilakukan Muhammad Abduh berhubungan dengan ayat al-

5 http://latiefpersie.blogspot.com/2012/04/makalah-ilmu-kalam-muhammad-abduh.html di

akses tanggal 28 Maret 2014

8

Page 9: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Qur’an dan hadits karena para ulama berbeda pendapat dalam

memahami nas-nas tersebut.

Langkah-langkah pengajaran yang dilakukan Muhammad

Abduh ketika mengajar adalah meletakkan buku catatan materi di

depannya, kemudian ia menulis judul materi pelajaran yang akan

diajarkan dengan singkat dan jelas. Selain itu, ia juga menulis beberapa

pertanyaan yang akan dijawab setiap tatap muka. Muhammad Abduh

tidak lupa menulis tujuan pembelajaran setiap tatap muka dengan

ungkapan yang variatif.

Menurut Muhammad Abduh, seorang guru dapat mengetahui

dan mempertimbangkan apakah anak didiknya mampu memahami

materi pelajaran dengan memakai metode tertentu dan apakah anak

didik telah siap secara psikologis menerimanya (materi pelajaran).

Ketika Guru ingin mengajar harus memposisikannya sebagai anak

didik, kemudian naik sedikit demi sedikit sampai pada derajat setinggi

mungkin. Ini adalah keterampilan untuk mengetahui tingkat

kemampuan otak dan cara menggunakannya.

1) Kompetensi Pendidikan

a) Tugas Guru

Muhammad Abduh mengatakan tujuan utama mendirikan

sekolah adalah untuk pengajaran. Pengajaran yang dimaksud oleh

Muhammad Abduh adalah pendidikan sekolah formal yang sangat

berbeda dengan pendidikan non formal. Menurut Muhammad

Abduh, hendaknya dalam pengajaran di sekolah-sekolah selalu

diperhatikan pendidikan akal (intelektual) dan jiwa (spiritual),

sehingga anak didik menemukan kebahagiaan yang sempurna

selama ia hidup.

Tugas seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada anak didik, karena tugas utamanya adalah

mendidik dan mengajar dalam pengertian yang terbatas. Mengajar

adalah sebagian dari perbuatan mendidik. Dalam pengertian yang

9

Page 10: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

baru, mengajar merupakan upaya dan proses membuat anak didik

mau belajar (Causing Children to learn) (learning how to learn).

b) Kompetensi Guru

Mempertegas pendapatnya mengenai pengajar yang

menurutnya tidak layak mengajar karena umumnya para pengajar

masa itu disebut “Fuqaha” tidaklah mengerti sama sekali hal-hal

lain kecuali hapal al-Qur’an secara verbal tanpa mengetahui

artinya. Dari penjelasan tentang kompetensi guru yang tersebut,

Muhammad Abduh menghendaki guru yang professional, tahu

akan ilmu pendidikan, ilmu psikologi, dan sebagainya. Tetapi, ia

tidak merincikan kompetensi seorang guru.

Muhammad Abduh berpendapat bahwa guru yang

professional harus memiliki kompetensi berprilaku yang baik,

berwawasan dan berpengetahuan yang luas, dan menguasai

materi. Ketiga katagori kompetensi tersebut masih dikenal dalam

ilmu pendidikan sekarang ini. Prilaku yang baik sebagai

kompetensi guru disebut oleh Muhammad Uzer Utsman dengan

kompetensi professional.

c) Sifat Seorang Pendidik

Pendidikan menurut Muhanumad Abduh hendaknya

berusaha menghasilkan manusia yang berakhlak mahmudah.

Sebagaimana dikutip Muhammad Imarah, akhlak mahmudah

menurut Muhammad Abduh di antaranya mengikuti perilaku para

Nabi seperti Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi lsa As, dan

Nabi Muhammad Saw. Selain prilaku nabi yang harus diikuti oleh

guru, juga dapat mencontoh perilaku para syuhada, shiddiqin ,

dan quddusin. Karena para nabi, syuhada, shiddiqin, dan quddusin

adalah suri tauladan bagi semua manusia dan termasuk guru,

maka harus juga meneladani cara berpikir, kebijaksanaan, dan

sumber yang mereka pakai. Selain itu guru juga harus memiliki

akidah yang baik dan pemikiran yang benar. Lebih lanjut, ia

10

Page 11: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

berpendapat bahwa guru harus perwira (‘iffah), berani, dan

energik, sehingga ia dapat melaksanakan semua tugasnya.

d) Panduan Khusus Pendidik Islam

Sebagai panduan operasional dalam pelajaran agama,

hendaknya guru menerapkan nilai-nilai, yaitu menghindari buruk

sangka (su’u al-zhan) terhadap agama lain, Guru berusaha

mempersatukan semua agama, tetapi bukan mempersatukan

akidahnya, membangkitkan rasa kemanusiaan, hendaknya

ditanamakan oleh guru kepada semua anak didik bahwa semua

manusia bersaudara bersumber dari satu bapak dan satu ibu. Sifat-

sifat para nabi, khususnya nabi Muhammad Saw dikenal dengan

empat sifat (sidiq, amanah, tabligh, fatanah). Empat sifat nabi

Muhammad Saw itu dapat mewakili akhlak mahmudah.

e) Faktor Pendidik

Faktor pendidik yaitu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Anak Didik, Tugas Anak Didik, Fungsi Motivasi

Bagi Anak Didik, Perpustakaan dan Anak Didik, Sistem Drop

Out dan Anak Didik6

C. Penutup

Simpulan

Syeikh Muhammad Abduh berjasa dalam memberi gambaran yang

jelas tentang keperluan umat Islam kepada pembaharuan, khususnya dalam

bidang pendidikan. Ide pembaharuan Syeikh Muhammad Abduh dalam

bidang pendidikan, khususnya di Universitas Al-Azhar telah memberi kesan

yang mendalam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam.

mengganti metode pengajaran yang bersifat hafalan kepada penalaran atau

lebih dekat dengan diskusi.

6 http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/05/pemikiran-muhammad-abduh.html , di akses

tanggal 28 Maret 2014

11

Page 12: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

Masalah persatuan umat Islam difokuskan kepada masalah-masalah

pokok dan penting kaum Muslimin, penekanan akan peran akal dan

menghindari bertaqlid, mendinamiskan peran ijtihad dan penekanan terhadap

masalah kemerosotan masyarakat Muslim dan penyimpangan-penyimpangan

terhadap ajaran Islam.

12

Page 13: Ijtihad Dan Modernisasi Islam (M. Abduh)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Rosihan Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia. 2001.

Atang Abd. Hakim, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2000. Hlm 95

http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/05/pemikiran-muhammad-abduh.html

http://latiefpersie.blogspot.com/2012/04/makalah-ilmu-kalam-muhammad-

abduh.html

13